12 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG ZIKIR (YA-FATTAHU YA-ALIM) DAN KECERDASAN SPIRITUAL A. Zikir 1. Pengertian Zikir Zikir menurut bahasa, artinya mengingat atau menyebut. Sedangkan menurut istilah agama, zikir adalah menyebut atau mengucapkan asma Allah sambil mengagungkan dan mensucikan-Nya. 1 Sedangkan asal zikir adalah ash-shafa, artinya bersih dan hening, wadahnya adalah al-wafa, artinya menyempumakan. Dan syaratnya adalah al-hudhur artinya hadir hati sepenuhnya. Hamparanya adalah amal saleh. Dan khasiatnya adalah pembukaan dari tuhan Al-Aziz Ar-Rahim. 2 Kalau dalam pengertian ibadat, zikir berarti suatu amal yang disebut berzikir. Jadi zikir Allah atau Zikrullah, artinya ingat kepada allah atau menyebut Allah. 3 Dalam Ensiklopedi Islam Indonesia, kata zikir berasal dari bahasa Arab yaitu kata zikr makna asalnya antara lain, mengingat, menyebut, dan mengucapkan. 4 Dalam Ensiklopedi juga disebutkan bahwa zikir adalah menyebut, menuturkan, mengingat, mengerti, dan berbuat baik. Ucapan dengan lisan gerakan dengan tingkah laku, maupun gerakan hati yang sesuai dengan yang diajarkan islam dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. 5 Sementara itu ada ulama yang mengatakan bahwa zikir adalah berulang-ulang menyebut nama yang disebut (Allah) dengan hati dan lidah, baik menyebutnya dengan lafal jalalah, yaitu Allah, atau menyebut salah satu sifat-sifat keagungan-Nya, atau dengan mengingat para nabi dan 1 Idrus Alkaf, Mengobati Stres dengan Zikir dan Doa, Alina Press, Semarang, hlm. 36. 2 M. Zain Abdullah, Tasawuf dan Dzikir, Ramadhani, Solo, 1993, hlm. 55. 3 Ibid, hlm. 55. 4 Tim Penyusun IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam di Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1992, hlm. 1008. 5 Dewan Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jilid V, Ihtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 1993, hlm. 235.
22
Embed
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG ZIKIR (YA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1... · Maupun dengan contoh amalan beliau. ... biasanya disebut wirid atau
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
12
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG ZIKIR (YA-FATTAHU YA-ALIM) DAN
KECERDASAN SPIRITUAL
A. Zikir
1. Pengertian Zikir
Zikir menurut bahasa, artinya mengingat atau menyebut. Sedangkan
menurut istilah agama, zikir adalah menyebut atau mengucapkan asma
Allah sambil mengagungkan dan mensucikan-Nya.1 Sedangkan asal zikir
adalah ash-shafa, artinya bersih dan hening, wadahnya adalah al-wafa,
artinya menyempumakan. Dan syaratnya adalah al-hudhur artinya hadir hati
sepenuhnya. Hamparanya adalah amal saleh. Dan khasiatnya adalah
pembukaan dari tuhan Al-Aziz Ar-Rahim.2 Kalau dalam pengertian ibadat,
zikir berarti suatu amal yang disebut berzikir. Jadi zikir Allah atau
Zikrullah, artinya ingat kepada allah atau menyebut Allah.3
Dalam Ensiklopedi Islam Indonesia, kata zikir berasal dari bahasa
Arab yaitu kata zikr makna asalnya antara lain, mengingat, menyebut, dan
mengucapkan.4 Dalam Ensiklopedi juga disebutkan bahwa zikir adalah
menyebut, menuturkan, mengingat, mengerti, dan berbuat baik. Ucapan dengan
lisan gerakan dengan tingkah laku, maupun gerakan hati yang sesuai dengan
yang diajarkan islam dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.5
Sementara itu ada ulama yang mengatakan bahwa zikir adalah
berulang-ulang menyebut nama yang disebut (Allah) dengan hati dan lidah,
baik menyebutnya dengan lafal jalalah, yaitu Allah, atau menyebut salah
satu sifat-sifat keagungan-Nya, atau dengan mengingat para nabi dan
1 Idrus Alkaf, Mengobati Stres dengan Zikir dan Doa, Alina Press, Semarang, hlm. 36. 2 M. Zain Abdullah, Tasawuf dan Dzikir, Ramadhani, Solo, 1993, hlm. 55. 3 Ibid, hlm. 55. 4 Tim Penyusun IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam di Indonesia, Djambatan,
Jakarta, 1992, hlm. 1008. 5 Dewan Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jilid V, Ihtiar Baru Van Hoeve, Jakarta,
1993, hlm. 235.
13
rasulnya, atau mengingat hamba-hamba Allah yang beroleh keridhaan dan
kemuliaan dari-Nya dengan suatu sebab, atau suatu amal perbuatan.
Amal perbuatan itu dapat berupa membaca firman Allah, hadits-
hadits Nabi, dan sebagainya yang ada kaitannya dengan ajaran agama
Allah dan Rasul-Nya. Dapat juga berupa ketekunan berzikir, baik zikir itu
berbentuk syair maupun berbentuk puji pujian yang diucapkan dengan irama
dan lagu. Selain itu zikir juga dapat berupa Muhadarah (diskusi tentang
agama Islam) dan dapat pula berupa penyampaian kisah-kisah yang bertema
kebenaran Allah, para Nabi dan Rasul-Nya.
Dengan demikian orang yang berbicara tentang kebenaran agama Allah
ia adalah orang yang berzikir. Orang-orang yang mengingatkan orang lain
tentang perintah dan larangan Allah, ia pun termasuk orang yang berzikir.
Terlebih lagi orang yang merenung (bertafakur) memikirkan keagungan dari
kebesaran Allah, kekuasaan-Nya, dan tanda-tanda yang membuktikan
kemahakuasaan-Nya, seperti langit dan bumi beserta segala isinya, dan benda-
benda cakrawala lainnya. Orang yang demikian itu juga termasuk orang yang
berzikir. Begitu pula orang yang patuh menjalankan perintah Allah dan
menjauhi larangannya. Mereka semua adalah orang-orang yang berzikir, yakni
orang-orang yang senantiasa ingat kepada Allah Swt. Dan banyak lagi
batasan-batasan yang diberikan oleh ulama' sufi tentang zikir ini, sesuai
dengan pemahaman dan musyahadah nya masing-masing. 6
Di dalam Al Quran tidak sedikit ayat-ayat yang menyuruh kita
mengingat Allah atau menganjurkan orang berzikir, dan menyatakan
keutamaan zikir Allah. Demikian pula hadits Nabi, atsar sahabat dan tabi'in
banyak sekali yang menyebutkan fadhilat zikir, seperti dalam Al-Qur’an surat
Al-Jumu 'ah: 10:
6 Idrus Alkaf, Op.Cit., hlm. 37.
14
لكما لعكثري وا اللهاذكرونوفلح10 ﴿ت﴾ Artinya: "Dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu mendapat,
kemenangan'.
Ayat ini jelas memerintahkan kepada orang-orang yang beriman
(mukmin) pria dan wanita, supaya berzikir mengingat Allah banyak-banyak
setiap waktu. Dan diperintahkan pula banyak-banyak membaca tasbih
(Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), dan takbir (Allahu Akbar) diwaktu pagi
dan petang.7
Dalam dunia tasawuf zikir mempunyai kedudukan yang penting
dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah. Menurut Muhammad Lukman
Hakim yang dikutip oleh Solichin, zikir kepada Allah menempati posisi
sentral amaliah jiwa hamba Allah yang beriman, karena zikrullah adalah
keseluruhan getaran hidup yang digerakkan oleh qolbu dalam totalitas ilahi.
Totalitas inilah yang kemudian mempengaruhi aktivitas, gerak gerik,
kediaman, serta kontemplasi seorang hamba, dan saat-saat hamba tersebut
istirahat dalam tidurnya. Karena totalitas inilah, kaum sufi memandang
bahwa zikir mempunyai peranan penting dalam upaya mengobati penyakit
rohani manusia.8
Termasuk dalam pengertian zikir ialah doa, membaca Al-Qur'an,
tasbih, tahmid, takbir, tahlil, istighfar, dan lain-lain. Ada zikir yang
menyatu dengan ibadah lainnya seperti salat, thawaf, sa 'i, wukuf, dan lain-
lain. Ada pula zikir yang dilakukan tersendiri dan diucapkan pada saat tertentu
atau pada setiap saat. Juga ada zikir yang jumlahnya tidak ditentukan oleh
syara dan ada juga zikir yang jumlahnya ditentukan oleh syara, baik
dengan pernyataan Nabi Saw. Maupun dengan contoh amalan beliau.
Zikir dalam pengertian ingatan atau mengingat Allah hendaknya
dilakukan pada setiap saat. Artinya, kegiatan apapun yang dilakukan oleh
seorang muslim dimanapun ia berada, hendaknya senantiasa mengingat
7 M. Zain Abdullah, Op.Cit., hlm. 56. 8 M. Solihin, Terapi Sufistik: Penyembuhan Penyakit Kejiwaan Perspektif Tasawuf,
Pustaka Setia, Bandung, 2004, hlm. 82.
15
Allah, sehingga melahirkan cinta beramal saleh kepada Allah dan malu
berbuat dosa dan maksiat kepada-Nya. Zikir dalam arti menyebut nama Allah
yang diamalkan secara rutin, biasanya disebut wirid atau jamaknya disebut
aurat. Zikir dalam menyebut nama Allah ini termasuk ibadah mahdhah, yaitu
ibadah langsung kepada Allah Swt. Sebagai ibadah mahdhah, zikir jenis ini
terikat dengan norma-norma ibadah langsung kepada Allah, yaitu mesti ma
'syur dalam arti ada contoh atau ada izin dari Rasul Saw. Artinya zikir jenis
ini tidak boleh dikarang oleh seseorang. Zikir hanyalah dengan mengingat
atau menyebut nama Allah atau nama-nama Allah atau kalamullah, Al-
Qur'an. Tidak dengan menyebut nama seseorang atau sesuatu, selain Allah
dan selain kalamullah.9
Secara umum terjemahan istilah "zikir" yang terpopuler adalah
"ingatan" dan "sebutan". Kedua terjemahan ini diarahkan pada satu sumber
dari segala sumber nama yakni pemilik nama-nama Agung (Al Asma Al
Husna), yakni Allah Swt. Ini nama-nama suci yang berhak disebut oleh
semua ciptaan Allah khususnya manusia. Mengapa sosok manusia menjadi
sesuatu yang dekat dalam hal ini. Hal ini dikarenakan manusia adalah sosok
abdun yang sadar bertuhan dan mengakui kebenaran posisi dirinya sebagai
pelayan Allah. Setiap abdun akan menyadari dirinya berkewajiban mengabdi
padanya. Start beribadah secara esensi sudah melekat pada diri tiap abdun
sehingga secara fitrah adalah bertuhan dan merindukan untuk selalu
kembali padanya melalui mengejar dan mendengar setiap jalan yang
menjelaskan kedekatan dan kembali kepada Allah Swt. Kebahagiaan adalah
bersamanya. Dari sini, secara otomatis Allah-lah sebagai satu satunya
sumber ingatan dan sebutan yang selalu hidup dalam hati para abdun. Jadi
zikir merupakan satu istilah yang tidak pasif dan selalu on (hidup) lewat
penyebutan-penyebutan, baik dengan jahr ataupun ghairu jahr dalam tiap-
tiap qolbun hamba Allah. Satu kelebihan yang didapatkan oleh zakir
adalah dengan dibukanya pintu untuk bersepi-sepi dan menyendiri di tempat
9 Ibid, hlm. 86.
16
yang sunyi dari suara dan gerakan.10
Dalam Islam zikir selain untuk mendatangkan ketenangan dan
ketentraman hati, zikir juga merupakan jalan atau alat satu satunya yang
dapat mengantarkan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Menurut sebagian ulama bahwa seseorang tidak akan bisa sampai pada
hadirat Allah apabila orang tersebut tidak terus menerus mengingat-Nya
(berzikir), oleh karena itu zikir merupakan ungkapan yang diamalkan dengan
terus menerus dan berulang kali dengan menyebut nama-nama Allah.11
2. Macam-Macam Zikir
Dalam Tafsir Al Misbah dijelaskan sebagaimana dalam Al-Qur’an
bahwa zikir digolongkan kedalam empat bentuk, yaitu dengan lidah
melalui ucapan, dengan anggota tubuh melalui pengamalan, dengan pikiran
melalui perenungan yang mengantar kepada pengetahuan, serta dengan hati
melalui kesadaran akan kebesaran-Nya yang menghasilkan emosi keagamaan
dan keyakinan yang benar. Zikir tersebut yang pada akhirnya harus dapat
menghasilkan amal kebajikan.12
Sementara itu ada berbagai pembagian zikir yang diuraikan dalam
berbagai kriteria, seperti halnya Arifin Ilham dalam buku Al Kumayyi
yang mengklasifikasikan zikir dalam empat macam, antara lain;
a. Zikir Qalbiyah
Zikir Qalbiyah (zikir hati), yakni merasakan kehadiran Allah. Menurut
Arifin Ilham seseorang yang akan melakukan suatu tindakan atau
perbuatan, selalu tertanam dalam hatinya bahwa Allah senantiasa
bersamanya. Sadar bahwa Allah selalu melihatnya. Dia Maha Melihat,
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
10 Pernyataan tersebut merupakan argumentasi dari Ibnu Qayyim dikutip oleh Muhammad
Soleh, Tahajjud: Manfaat Praktis Ditinjau dari Ilmu Kedokteran, cet. 1, Forum Studi HIMANDA dan Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hlm. 113.
11 TB. Aca Hasan Sadzali, Arifin Ilham Dai Kota Penabur Kedamaian Jiwa, Hikmah, Jakarta, 2005, hlm. 60.
12 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, volume I: Pesan dan Keserasian al-Qur'an, Lentera Hati, Jakarta, 200, hlm. 48.
17
لا يعزب عنه مثقال ذرة في السماوات ولا في الأرض Artinya: "Tidak ada yang bersembunyi dari pengetahuan-Nya,
seberat atom pun yang di langit maupun di bumi (QS. Saba; [34]: 3).
Zikir Qdlbiyah lazim disebut ihsan.13
b. Zikir Aqliyah
Zikir Aqliyah, istilah ini dirujuk oleh Arifin Ilham dari firman Allah: إن في خلق السماوات والأرض واختلاف الليل والنهار لآيات لأولي الألباب
م ويتفكرون في خلق ﴾ الذين يذكرون الله قياما وقعودا وعلى جنوبه190﴿ ﴾191السماوات والأرض ربنا ما خلقت هذا باطلا سبحانك فقنا عذاب النار ﴿
Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. [Yaitu] orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): 'Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka" (QS. Ali Imran [3]; 190-191).
Dari firman tersebut dijelaskan bahwa Zikir Aqliyah yaitu
kemampuan menangkap bahasa Allah dibalik setiap gerak alam ini.
Menyadari bahwa semua gerak alam, Allah-lah yang menjadi sumber
gerak dan menggerakkannya.14
c. Zikir Lisan
Zikir Lisan adalah buah dari zikir hati dan akal. Setelah melakukan
zikir hati dan akal, barulah lisan berfungsi untuk senantiasa berzikir,
memahasucikan dan mengagungkan Allah Swt. Selanjutnya lisan berdoa
dan berkata-kata dengan benar, jujur, baik dan bermanfaat. Dengan
kata lain, Zikir Lisan ini merupakan ekspresi riil dari zikir qalbiyah dan
aqliyah.15
13 Sulaiman Al-Kumayyi, Menuju Hidup Sukses Kontribusi Spiritual- Intelektual AA Gym
dan Arifin Ilham, Pustaka Nuun, Semarang, 2005, hlm. 153. 14 Ibid, hlm. 158. 15 Ibid, hlm. 161.
18
d. Zikir Amaliyah: Taqwa sebagai puncak zikir
Puncak atau tujuan akhir dari zikir adalah Zikir Amaliyah. Zikir ini
secara singkat termanifestasi dalam kata taqwa, yang sekaligus menjadi
akhlak yang mulia. Karena ditambahkan Arifin Ilham, dalam pandangan
Allah hamba yang terbaik adalah hamba yang bertaqwa kepada-Nya.
Sesuai janji Allah: أيها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا وقبائل لتعارفوا إن يا
﴿ بريخ ليمع إن الله قاكمالله أت دعن كمم13أكر﴾ Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.(Al-Hujarat [49]: 13).
buah dari ketaqwaan itu, seseorang akan memperoleh tiga hal penting dari
Allah. Pertama, ia akan diberi furqan (kemampuan untuk
membedakan). Kedua, Allah akan memberikan limpahan cahaya (nur) dan
ampunan atas dosa-dosa yang telah lampau. Dan Ketiga, Allah akan
memberikan petunjuk jalan yang benar dan terbaik sebagai jalan keluar
dari berbagai tantangan dan masalah kehidupan. Berikutnya Allah akan
memberi rezeki berlimpah yang datangnya tak disangka-sangka.16
Dengan demikian dapat disimpulkan disini, bahwa zikir yang
dikemukakan Arifin Ilham berpuncak pada taqwa dan taqwa itu akan
mengarahkan manusia untuk menemukan makna hidup yang sesungguhnya
Dalam penjelasan mengenai manfaat zikir, bahwa intinya adalah
semua zikir dapat dirasakan oleh hati manusia dan didengarkan oleh malaikat
hafazah (Malaikat yang bertugas menjaga manusia). Sedangkan manfaat
zikir sendiri sungguh tidak sedikit, tak ada jalan untuk membatasinya. Antara
lain:
1. Mematahkan rongrongan setan.
2. Mendatangkan keridhaan Allah.
3. Menghilangkan kesedihan dan kesusahan.
4. Mendatangkan kegembiraan dan keceriaan.
5. Menguatkan hati dan badan.
6. Membangkitkan hati dan perasaan.
7. Mendatangkan rezeki dan memudahkannya.18
Secara ilmiah diterangkan Dadang Hawari yang dikutip oleh Al
Kumayyi bahwa pelaksanaan zikir, langsung atau tidak langsung memberi
pengaruh yang luar biasa pada percepatan penyembuhan penyakit mental
dan fisik, Dadang Hawari menyatakan bahwa dipandang dari sudut
18 Idrus Alkaf, Op.Cit., hlm. 45.
Dzikir Lisan Dzikir Aqliyah
Dzikir Qalbiyah
Dzikir Amaliyah
20
kesehatan jiwa zikir dan doa mengandung unsur psikoterapeutik yang
mendalam. Menurutnya, zikir mengandung kekuatan-kekuatan spiritual/
kerohanian yang membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme (harapan
kesembuhan).19
Sedangkan dalam pembentukan pribadi zikir memiliki peran yang
sangat penting, bahwa zikir sebanyak-banyaknya dapat menghilangkan
kemunafikan, karena orang munafik adalah sangat sedikit zikirnya kepada
Allah, dan munafik setara dengan orang yang memiliki kepribadian ganda
yang dalam istilah psikologi disebut dengan Split Personality dan merujuk
dengan apa yang disebut kepribadian rangkap (Multiple Personality) maka,
salah satu tujuan zikir adalah untuk menghilangkan Multiple Personality,
yang dalam bahasa agama istilah psikologis ini setara dengan munafik,20
Melalui zikir yang istiqomah mampu membentuk pribadi yang integralistik
sehingga dalam diri zakir terdapat furqan.21
Selain itu zikir dapat mendorong kita untuk mencapai kemajuan
dan kemenangan secara terus menerus ketika kita beristirahat atau
dimanapun kita beraktivitas, serta ketika kita dalam keadaan apapun. Pendek
kata tidak ada suatu apapun yang menyebabkan kita mencapai kemajuan dan
kemenangan secara terus menerus kecuali dengan zikir.22
4. Asmaul Husna (Ya-Fattahu Ya-Alim)
Asmaul Husna berasal dari kata istmun yang berarti nama.
Sedangkan Husna merupakan wazan dari hasan, yahsan, hasanan, yang
berarti baik atau bagus.23 Asmaul Husna adalah nama-nama Allah yang
baik dan indah yang ditujukan kepada Allah secara langsung sebagaimana
19 Sulaiman Al Kumayyi, Op.Cit., hlm. 168. 20 Hanya kelihatannya saja percaya, suci, setia, dan sebagainya, tetapi sebenarnya tidak,
Dewi S. Baratha, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bintang Terang 99, Surabaya, 1995, hlm. 271. 21 Pembatas atau Pembeda, pembeda antara perbuatan baik dan benar, selengkapnya, lihat
Sulaiman Al Kumayyi, Ibid, hlm. 176. 22 Muhyammad Al-Fateh, Rahasia dan Keutamaan Zikir, Listas Pustaka, Jakarta, 2002,
hlm. 84. 23 H. Mahfud Yunus, Kamus Arab Indonesia, yayasan Penyelenggara dan Penerjemah al-
Qur’an, Jakarta, 1989, hlm. 103.
21
yang ada dalam Al-Qur’an.24 Dengan demikian zikir Asmaul Husna yaitu
menyebut atau mengingat nama-nama Allah yang sempurna sebagaimana yang
termuat atau yang ada dalam Al-Qur’an yang pada intinya dapat dikaitkan
dengan seruan berdoa atau ibadah. 25
Demikian pula apabila seseorang mempunyai keinginan dan
pengharapan atas segala hajat yang ingin dikabulkan oleh Allah, alangkah
tepat apabila memohon kepada Allah dengan menyebut Asma' Allah
dengan menyesuaikan sifat yang disandang Allah Swt. Dengan menyebut
sifat (asma') yang sesuai bukan saja menjadi penyebab dikabulkannya setiap
doa yang dipanjatkan, tetapi juga akan memberi ketenangan, kecerdasan
mental-spiritual, dan optimisme dalam jiwa pemohon, karena permohonan
itu lahir dari keyakinan bahwa ia bermohon kepada Allah yang memiliki apa
yang dikehendakinya. Dalam berdoa dengan asma'-asma' Allah hendaknya
seseorang menyadari dua hal pokok, pertama kebesaran dan keagungan
Allah dan kedua kelemahan diri dan pengharapan kebutuhan kepada-Nya,
disinilah kunci atau letak keberhasilan suatu doa (permohonan kepada Allah).26
Selain itu zikir dengan mengingat asma-asma Allah dapat membersihkan
pikiran secara psikologis. Ada macam-macam bentuk zikir untuk jenis
penyakit, orang, keadaan, waktu, dan kondisi yang berbeda-beda..27
Sebagai sarana untuk sampai kepada konsentrasi tunggal,
penyebutan sifat-sifat Allah adalah penting. Sifat-sifat seperti ar Rahman
(Penyayang), ash Shabur (Sabar), al Khalik (Pencipta), ar Razaq (Pemberi
Rizki), alLathif (Maha Hal us), al Wadud (Cinta), as Salam (Damai), dan
seterusnya, secara berulang-ulang disebut dan diseru, sesuai dengan
kebutuhan dan keadaan seseorang. Kata Allah yang menunjukkan esensi
realitas juga sering disebut-sebut. Kedua sifat, yang hidup dan yang abadi
24 Tim penyusun IAIN Syarif Hidayatullah, Op.Cit., hlm. 129. 25 M. Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi: Asama’ul Husna dalam Perspektif al-
Qur’an, Lentera Hati, Jakarta, hlm. xxxiv. 26 Ibid, hlm. xxxviii. 27 Syeikh Fadullah Haeri, Belajar Mudah Tasawuf, cet. 3, Penerbit Lentera, Jakarta, 2000,
hlm. 77.
22
(al Hayyu al Qayyum)28, serta al Fattahu al 'Alim (yang membuka yang
mengetahui).
a. Al-Fattah
Asma Allah Al Fattah terambil dari kata fataha yang dasarnya bermakna
antonim tertutup, karena itu ia biasa diartikan membuka. Makna kata ini
kemudian berkembang menjadi kemenangan, karena dalam kemenangan
tersirat sesuatu yang diperjuangkan menghadapi sesuatu yang dihalangi
dan ditutup. Pengertian tersebut sesuai dengan firman Allah:
حالفتالله و رصاء ن1{إذا ج{ Artinya: “Apabila Telah datang pertolongan Allah dan kemenangan”
(QS. Al-Nashr [110]; I).29
Allah sebagai Al-Fattah adalah dia yang membukakan dari hamba-
hamba-Nya segala apa yang tertutup menyangkut sebab-sebab perolehan
yang mereka harapkan. Bagi orang yang benar-benar ingin
membersihkan hatinya dari khayalan, kejahatan, egoisme, amarah, dan
kotoran yang lain, disarankan agar setelah salat subuh, menekankan
tangannya diatas hatinya seraya membaca al-Fattah sebanyak tujuh puluh
kali.30 Untuk mencapai kemakrifatan yang sempurna. 31
b. Al-'Alim
Kata 'Alim terambil dari akar kata 'Ilm yang menurut ahli-ahli bahasa
berarti menjangkau sesuatu dengan keadaan yang sebenarnya. Allah Swt.
dinamai 'Alim karena pengetahuan-Nya yang amat jelas sehingga
terungkap baginya hal-hal yang sekecil apa pun.32 Dia mengetahui apa
yang telah terjadi, dan yang akan terjadi sejak awal hingga akhir. Semua
28 Ibid, hlm. 78. 29 Sulaiman Al Kumayyi, 99Q Kecerdasan 99, Cara Meraih Ketenangan dan
Kemenangan hidup Lewat Penerapan 99 Nama Allah, Hikmah, cet. 1, Bandung, 2003, hlm. 158. 30 Syeikh Tosun Bayrak al-jerahi, Asma’ul Husna Makna dan Khasiat, Serambi Ilmu
eksistensi segala zaman berada dalam pengetahuan Al Alim. Sebagai
pencapaian ilmu makrifat yang sempurna.33 Jika seseorang membaca Ya
'Alim sebanyak seratus kali setelah mengerjakan salat maka dia akan
memperoleh kemampuan untuk melihat hal-hal tertentu yang luput dari
perhatian orang.34
Perlu diketahui bahwa pada saat berzikir maka kekuatan sadar dan
bawah sadar akan mengadakan kontak langsung (direct contact) dan menata
kerelaksasian dalam diri zakir kemudian terus menyambung ke hati dan
membentuk kemanusiaanya. Tarikan berzikir tidak hanya sebagai hidayah
tapi juga hati yang mendengar suara kebenaran yang bila dikerjakan maka ia
mampu bersama dengan tentramnya dan bersama yang dizikirkannya. Hal
senada kadang diistilahkan dengan meditasi (dihtar khazanah Islam}. Namun
demikian meditasi pun menjadi dapat diterima (acceptable) oleh masyarakat
sebagai peristilahan yang general. Zikir adalah kecerdasan melawan
ketidaksadaran. Zikir secara praktis adalah tingkah laku lahiriah (behavior)
adapun secara teoritik zikir memiliki dimensi spiritual (jiwa) yang bertimbal
balik dengan aneka tingkah lahiriah.35
Jelas sudah bahwa zikir merupakan wujud dari kerja otak (brain
action) dengan daerah sasarannya adalah obyek fikiran yang hasilnya
dinamakan berfikir (ber-tafakkur). Hal ini pun seharmoni dengan tasawuf yang
tidak hanya mengajak pada penjelasan semata (explaining), tapi lebih pada
perencanaan kebenaran yang ditindaklanjuti dengan penelusuran jalan
menuju makna yang dalam paradigma modem dikenal dengan kecerdasan
spiritual (SQ). Inilah inti menuju kesinambungan pada sumber cahaya (nuurun
al-anwar), yakni Allah.36
33 Ibid, hlm. 177. 34 Syeikh Tosun Bayrak al-Jarahi, Op.Cit., hlm. 75. 35 Moh. Soleh, Op.Cit., hlm. 137. 36 Lynn Wilcox, Ilmu Jiwa Berjumpa Tasawuf: Sebuah Upaya Spiritualisasi Psikologi,
terj. I.G. Bagoes Oka, cet ke-1, Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2003, hlm. 11.
24
B. Kecerdasan Spiritual
1. Pengertian SQ
Pada akhir abad ke 20, serangkaian data ilmiah terbaru
menunjukkan adanya kecerdasan jenis ketiga. Gambaran untuk kecerdasan
manusia dapat dilengkapi dengan perbincangan mengenai kecerdasan
spiritual (SQ). SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku
dan hidup kita dalam konteks makna yang luas dan kaya, serta kecerdasan
untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibandingkan dengan orang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk
memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan
tertinggi manusia.37 Kecerdasan spiritual juga berarti kemampuan manusia
untuk dapat mengenal dan memahami diri manusia sepenuhnya sebagai
makhluk spiritual maupun sebagai bagian dari alam semesta. Dengan memiliki
kecerdasan spiritual berarti manusia memahami sepenuhnya makna dan
hakikat kehidupan yang dijalani. Pada intinya, SQ adalah kemampuan untuk
meraih nilai-nilai, pengalaman, dan kenikmatan spiritual dalam kehidupan.
Istilah SQ diperkenalkan oleh Danah Zohar dan lan Marshal melalui
riset yang sangat komprehensif, dan dibuktikan secara ilmiah dalam
pemaparannya tentang Spiritual Quotient, (The Ultimate Intelligence,
London, 2000). Kedua tokoh tersebut berpendapat bahwa SQ merupakan
Intelligence yang bias menampilkan sifat kreatif, memecahkan problem
makna, dan menempatkan tindakan bermakna, SQ hanya dimiliki oleh
manusia dan menjadi perangkat yang membedakan antara manusia dengan
makhluk lainnya.38
Pembuktian ilmiah tentang SQ oleh Danah Zohar dan lan Marshal
didasarkan pada hasil empat riset, yaitu; Pertama, riset ahli psikologi/
syaraf "Michael Persinger" pada awal tahun 1990 dan diperkuat dengan riset
37 Danah Zohar dan Ian Marshal, SQ, Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir
Integralistik dalam Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Mizan, Bandung, cet. IV, 2001, hlm. 3-4. 38 Ahmad Najib Burhani, Sufisme Kota, Serambi, Jakarta, 2001, hlm. 113.
25
yang lebih mutakhir oleh ahli syaraf "V.S. Ramachandran" dan timnya pada
tahun 1997 dari California University yang menemukan eksistensi "God
Spot" dalam otak manusia sebagai pusat spiritual (spiritual center) yang
terletak diantara jaringan syaraf dan otak/ lobus temporal. Kedua, riset ahli
syaraf Austria, "Wolf Singer" pada tahun 1990 atas The Binding Problem
yang menunjukkan ada proses syaraf dalam otak manusia yang
terkonsentrasi pada usaha untuk mempersatukan dan member! makna dalam
pengalaman hidup manusia. Suatu jaringan syaraf yang secara literal
"mengikat" pengalaman manusia secara bersama untuk hidup lebih
bermakna.39 Ketiga, penelitian Rudolph L. pada pertengahan tahun 1990
sebagai pengembangan din penelitian Singer yaitu tentang kesadaran saat
terjaga dan saat tidur serta ikatan-ikatan peristiwa kognitis dalam otak telah
dapat ditingkatkan dengan teknologi MEG (Magneto-Encepalo-Graphie).
Keempat, neurolog biologi Harvard, Terrance Deacan, yang meneliti tentang
asal usul bahasa manusia. Deacan membuktikan bahwa bahasa merupakan
sesuatu yang unik pada manusia. Suatu aktivitas yang pada dasarnya bersifat
simbolik dan berpusat pada makna yang berkembang bersama dengan
perkembangan yang cepat dalam cuping depan otak.40
2. Substansi SQ (Spiritual Quotient)
a. Kecerdasan yang terpusat pada otak manusia
Bagi para psikolog modern barat, SQ tidak memiliki hubungan
dengan agama. Agama formal adalah wilayah aturan-aturan yang
mengatur jalan hidup manusia dan alam semesta, Agama membentuk
segalanya menjadi harmonis. Sementara SQ adalah milik diri manusia,
yang sekalipun tanpa agama ia tetap hidup di dalam diri setiap
manusia. Oleh sebab itu menurut mereka, mereka banyak orang yang
ateis dan humanis yang memiliki SQ lebih tinggi daripada orang yang
beragama. Sebaliknya banyak pula orang yang beragama yang taat
39 Ary Ginanjar Agustian, ESQ, the ESQ Way 165, 1 Ihsan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun
Islam, Penerbit ARGA, Jakarta, 2005, hlm. xxvii. 40 Danah Zohar dan Ian Marshal, Op.Cit., hlm. 11.
26
tetapi memiliki SQ yang rendah. Jadi SQ tidak ada kaitannya sama sekali
dengan agama. Karena, pemaknaan hidup yang luhur tidak lagi dibawah
monopoli agama (formal). Seseorang bisa saja memiliki kecerdasan
spiritual yang tinggi walaupun ia adalah seorang ateis. Di sisi lain,
orang yang bertuhan (theist) tidak berbeda dengan orang ateis, selama
mereka mengembangkan suatu pemahaman yang mendalam dan intuitif
akan makna dan nilai, kesadaran hati nurani yang menghubungkan dirinya
dengan makna dan ruh esensial dibelakang semua agama besar dan
kesadaran makhluk. Sebab kesadaran spiritual tidak lagi ditandai dengan
menyebut atau menyatakan "saya menyembah Tuhan", melainkan dengan
cara menunjukkan kesadaran yang paling dalam tentang siapa diri kita
dan apa makna segala sesuatu bagi kita.41
Mereka melihat nilai-nilai spiritual tersebut dalam perspektif
budaya, bukan agama. Mereka terpesona dengan budaya spiritual dari
timur. Rasa dahaga dan kemiskinan akan makna hidup mendorong
dirinya untuk menyelami amanat tersebut dengan cara ikut aktif belajar
yoga, meditasi, dan menjadikan tokoh-tokoh dari timur sebagai sosok yang
paling pantas menjadi model atau tipe orang yang cerdas secara spiritual.42
Kecerdasan spiritual yang datang dari barat lebih menekankan
pada makna spiritual sebagai potensi yang khas di dalam jasad tanpa
mengkaitkannya secara jelas dengan kekuasaan dan kekuatan tuhan.
Mereka membedakan antara kecerdasan spiritual dengan pusat utamanya
pada kekuatan otak manusiawi (brain ware) dan karenanya dengan
sangat tegas mengatakan "spiritual is not a religion".43
Manusia dapat meningkatkan SQ dengan meningkatkan
penggunaan proses tersier psikologi manusia, yaitu kecenderungan
manusia untuk bertanya, mencari keterkaitan antara segala sesuatu,
untuk membawa ke permukaan asumsi-asumsi mengenai makna
41 Yunasril Ali, “Takziah al-Nafs” dalam Jurnal Khas Tasawuf, No. 09 tahun III, 2002, hlm. 15.
42 Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, Gema Insani, Jakarta, 2001, hlm. 9. 43 Ibid, hlm. 9-10.
27
dibalik atau di dalam sesuatu, menjadi lebih suka merenung, sedikit
menjangkau di luar diri manusia, bertanggungjawab, lebih sadar diri,
lebih jujur terhadap diri sendiri, dan lebih pemberani. Tanda-tanda dari SQ
yang telah berkembang dengan baik meliputi hal-hal berikut:
1. Kemampuan bersikap fleksibel.
2. Tingkat kesadaran yang tinggi (memiliki jati diri)
3. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan
4. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit
5. Kualitas hidup yang diilhami visi dan nilai-nilai.
6. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu
7. Kecenderungan nyata untuk bertanya mengapa?. Atau bagaimana
jika?. Untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar.
8. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal
(berpandangan holistik).
9. Menjadi apa yang disebut oleh para psikolog sebagai "bidang
mandiri"
b. Menemukan Kebermaknaan Hidup
Manusia perlu menemukan eksistensinya yang akan
memberikan kepadanya apa yang disebut dengan makna hidup (the
meaning of life). Mencari makna hidup juga berarti usaha menemukan
pemecahan masalah (problem solving) atas setiap ketegangan
eksistensial. Persoalan makna hidup dan pemecahan kreatif ketegangan
eksistensial yang dihadapi seorang manusia pada hakikatnya adalah
sumber pertumbuhan dirinya yang akan memberikan kekuatan sebagai
manusia.44
44 Budi Munawar Rahmah, Psikologi Baru Mengenai Spritualitas Manusia Modern dalam
Ahmad Najib Burhani (ed), Manusia Modern Mendamba Allah, Renungan Tasawuf Positif, Hikmah, Jakarta, t.t., hlm. 154-155.
28
Kehendak hidup bermakna ini menjadi visi hidup alternatif
ditengah meluasnya problem-problem spiritual yang menjangkiti
manusia modem dewasa ini. Tanpa kebermaknaan hidup, manusia
hanya akan menemukan kegelisahan spiritual, problematika spiritual,
bahkan krisis spiritual.45 Usaha pencarian kebermaknaan hidup
merupakan esensi dari hidup. Kebermaknaan berarti sesuatu yang
memberikan makna secara mendalam.
Menurut Frankl bahwa kehendak untuk hidup bermakna (the will to
meaning) merupakan motivasi utama pada manusia untuk mencari,
menemukan, dan memenuhi tujuan dan arti hidupnya. Makna dan nilai itu
terdapat diluar diri manusia dan manusia memiliki kebebasan untuk
menerima atau menolaknya. Makna dan nilai adalah hal-hal yang harus
dicapai dan bukan suatu dorongan. Makna dan nilai tidak mendorong (to
push to drive) tapi seakan-akan menarik (to pull) dan menawarkan (to
over) kepada manusia untuk menemuinya.46
Logoterapi menunjukkan tiga bidang kegiatan dalam kehidupan ini
yang secara potensial mengandung nilai-nilai yang memungkinkan
seseorang manusia menemukan makna dan nilai hidupnya. Pertama, hal-
hal yang dapat diberikan oleh manusia kepada kehidupannya, dalam arti
berkarya atau berkreasi serta melaksanakan tugas hidup sebaik-baiknya.
Kedua, hal-hal yang bias diperoleh manusia dari kehidupannya. Yaitu
dengan usaha mengalami dan menghayati nilai-nilai yang ada dalam
kehidupan itu sendiri. Seperti kebenaran, keindahan, kebijakan, dan
mencintai serta mengasihi orang lain. Ketiga, menerima dengan penuh
ketabahan dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tak mungkin
dielakkan lagi setelah segala upaya dan ikhtiar dikerahkan secara
maksimal. Ketiga hal ini juga sering disebut sebagai nilai-nilai kreatif
45 Sukidi, Kecerdasan Spiritual, Gramedia, Jakarta, 2002, hlm. 7. 46 Hanna Djumhana Bastaman, “Dimensi Spiritual dalam Teori Psikologi Kontemporer
Logoterapi” Viktor E. Frankl dalam Ulumul Qur'an, No. 4, Vol. V, 1994, hlm. 15.
29
bersikap (attitudinal values).47
Ada lima teknik untuk mengungkapkan makna. Pertama, makna
dapat ditemukan ketika manusia menemukan dirinya sendiri (self
discovery). Kedua, makna muncul ketika manusia menentukan pilihan.
Hidup menjadi tanpa makna ketika manusia terjebak pada situasi
memilih dan dia sendiri tidak dapat memilih. Ketiga, makna hidup
akan ditemukan ketika merasa (dan dalam keadaan) dirinya istimewa,
unik, dan tidak tergantikan oleh orang lain. Keempat, makna hidup
terbersit dalam tanggung jawab. Kelima, makna hidup mencuat dalam
situasi transenden. Teknik kelima ini merupakan akumulasi dari empat
teknik diatas dan merupakan puncak dari terkuaknya makna hidup yang
akan mengantarkan manusia pada sebuah pengalaman spiritual.48
Gambaran mengenai hidup bermakna menunjukkan bahwa bila
makna hidup ditemukan dan tujuan hidup ditetapkan serta berhasil pula
direalisasikan maka kehidupan akan dirasakan berarti yang pada
gilirannya akan menimbulkan kebahagiaan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kebahagiaan adalah akibat sampingan dari
keberhasilan seseorang dalam memenuhi arti hidupnya.49
3. Fungsi Kecerdasan Spiritual (SQ)
a. Kecerdasan Spiritual (SQ) Memfungsikan Berfikir Unitif
Dalam diri manusia terdapat tiga syaraf yang mempengaruhi
kinerja dirinya dalam berfikir. Ada pengorganisasian saraf yang
memungkinkan manusia untuk berpikir logis, rasional, dan kuat asas
yang sering disebut IQ. Jenis lain yang memungkinkan manusia berfikir
asosiatif yang terbentuk oleh kebiasaan dan membuat manusia mampu
mengenali pola-pola emosi disebut EQ. Sedangkan jenis ketiga adalah
SQ yang memungkinkan manusia untuk berfikir kreatif, berwawasan
luas, membuat dan bahkan mengubah aturan. Keberadaan SQ mampu
47 Ibid, hlm. 15. 48 Danah Zohar dan Ian Marshal, Op.Cit., hlm. xxiv. 49 Hanna Djumhana Bastaman, Op.Cit., hlm. 197.
30
membuat manusia untuk menata kembali dan mentransformasikan dua
jenis pemikiran yang sebelumnya (IQ dan EQ).50 Zohar berpendapat
bahwa pengenalan diri dan terutama kesadaran diri adalah kesadaran
internal otak. Terbentuknya kesadaran sejati manusia merupakan hasil
dari proses yang berlangsung di dalam otak manusia tanpa mendapat
pengaruh dari luar, termasuk panca indera dan dunia luar. Oleh karena
itu, spiritual intelligent adalah ultimate intelligent.51
Para ahli otak menemukan bahwa kecerdasan spiritual berakar
dalam otak manusia. Hal ini menunjukkan bahwa manusia tidak hanya
berpotensi pada kekuatan rasional dan emosional, sebagaimana yang
telah dikonsepkan oleh William Stem dan Daniel Goleman, melainkan
juga termaktub potensi spiritual dalam dirinya, tepatnya dalam otak.52
Kecerdasan unitif adalah fungsi intrinsic otak manusia. Menurut Danah
Zohar kecerdasan unitif dapat disebut sebagai kecerdasan spiritual yang
merupakan bawaan lahiriah manusia. Artinya kecerdasan tersebut akan
tetap ada sekalipun kecerdasan linear atau asosiatif tidak berkembang.53
Pada tahun 1990-an muncul data baru dan jurnal penelitian
sains, tentang sejauh mana pengaruh osilasi 40 Hz terhadap pemikiran
unitif. Sebuah teknologi baru yang diberi nama MEG (Magneto-
Encehephalo-Graphy) dikembangkan dan memungkinkan untuk
dilakukannya penelitian yang lebih seksama dan berskala lebih besar (di
seluruh bagian otak) terhadap osilasi 40 Hz,54 berikut peranannya dalam
kecerdasan manusia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya
sinkronisasi osilasi sel syaraf pada rentang Hz sebagai berikut:
o Mengentarai pemrosesan informasi sadar antara system saraf seri
50 Danah Zohar dan Ian Marshal, Op.Cit., hlm. 35. 51 Taufiq Pasiak, Revolusi IQ/EQ/SQ: Antara Neurosains dan al-Qur'an, Mizan,
Bandung, cet. IV, 2004, hlm. 27. 52 Ibid, hlm. 27. 53 Ibid, hlm. 274-275. 54 Osilasi 40 Hz merupakan salah satu bukti penelitian yang memperkuat adanya potensi
spiritual dalam otak manusia. Ditemukan oleh Dennis Pare dan Rudholpo L. yang kemudian dikembangkan menjadi spiritual intelligence oleh Danah Zohar dan Ian Marshal.
31
parallel dalam otak.
o Kemungkinan besar merupakan basis syaraf (neural basis) bagi
kesadaran itu sendiri dan bagi seluruh pengalaman sadar, termasuk
persepsi akan benda, makna, dan kemampuan dalam membingkai
ulang pengalaman.
o Merupakan basis saraf bagi kesadaran unitif yang lebih tinggi yang
disebut SQ atau Spiritual Quotient (Kecerdasan Spiritual).55
Osilasi 40 Hz dapat dikatakan sebagai aktifitas dasar saraf.
Sebagaimana jalur saraf linear atau seri yang memungkinkan adanya
kecerdasan rasional dan logis (IQ) serta jaringan saraf parallel yang
memungkinkan adanya pemrosesan data asosiatif di tingkat pra-sadar
(pre conscious] dan tak sadar (unconscious}, osilasi 40 Hz di seluruh
bagian otak memungkinkan manusia menempatkan pengalamannya dalam
kerangka yang lebih luas (SQ).56
b. Mengaktifkan "God Spot” Dalam Otak
Penelitian yang dilakukan U.S. Ramachandran,57 dan Peggy
Ann Wright,58 menunjukkan adanya gejala peningkatan aktifitas lobus
temporal ketika dihubungkan dengan nasihat-nasihat religius atau
bersifat spiritual. Pusat spiritual inilah yang disebut "God Spot". God Spot
menjadi lebih hidup ketika ia berfikir tentang sesuatu yang bersifat
religius atau berkaitan dengan Tuhan. la dapat memberi arti hidup dan
menjadi sumber inspirasi bagi manusia untuk mengabdi dan berkorban.
Penemuan "God Spot" pada otak manusia membuktikan bahwa
manusia senantiasa mencari nilai-nilai mulia (spiritualitas). Manusia
55 Danah Zohar dan Ian Marshal, Op.Cit., hlm. 53. 56 Ibid, hlm. 68. 57 Penelitian U.S. Ramachandran dilakukan pada tahun 1997 dengan menggunakan MEG
dan mendapatkan gejala yang sama antara penderita epilepsi dengan orang normal yang diberi nasihat religius sehingga ditarik kesimpulan bahwa “mungkin” ada mesin saraf di dalam lobus temporal (pada orang normal) yang memang dirancang untuk berhubungan dengan agama dan fenomena keyakinan agama mungkin sudah “terpati” di dalam otak manusia, Ibid, hlm. 81-82.
58 Peggy Ann meneliti tentang kaitan antara peningkatan aktivitas lobus temporal dengan pengalaman dukun. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tabuhan ritmis spiritual dapat mengaktifkan lobus temporal berikut area system limbie yang berkaitan dengannya. Ibid, hlm. 81.
32
adalah makhluk spiritual yang senantiasa merasa bahagia ketika
spiritualitasnya terpenuhi. Penemuan "God Spot" pada otak manusia
lebih meyakinkan pendapat ini karena manusia akan senantiasa
mencari Tuhan-nya, yaitu melalui sifat-sifat Tuhan yang selalu di idam-
idamkan manusia.59
Fungsi "God Spot" yaitu untuk mendorong dan menuntun
manusia untuk terus mencari makna hidup. Seseorang akan merasa
bermakna spiritual ketika ia berkata jujur, mengasihi, menolong, adil,
sabar, dan bersikap serta bertingkah laku mulia.60 God Spot pada
temporal lobus untuk kecerdasan spiritual (SQ) menjadikan manusia
memiliki logika yang rasional, dan suara hati sebagai pembimbing. Pada
dimensi spiritual, manusia diajari esensi nama-nama atau sifat-sifat Allah.
Hal ini dapat dirasakan berupa suara hati. 61
Untuk membersihkan belenggu-belenggu yang menutupi fitrah "God
Spot" dalam dirinya, maka manusia harus berusaha membuka belenggu hati tersebut
dengan membersihkan niat dan mensucikan hati. Hal itu dapat dilaksanakan
dengan berikhtiar dalam melakukan segala hal karena Allah semata sebagai
usaha preventif agar suhu "God Spot" tetap stabil. Dengan tawakkal dan
berusaha maka hati akan tetap utuh. Ridha dalam bekerja akan menjadikan jiwa
menjadi bersih. Dan terakhir dengan merasa melihat Allah atau merasa dilihat
Allah, dan senantiasa mendekatkan diri pada sifat-sifat-Nya. 62