BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal akut (acute renal failure, ARF) merupakan suatu sindrom klinis yang secara cepat (biasanya dalam beberapa hari) yang menyebabkan azotemia yang brkembang cepat. Laju filtrasi gromelurus yang menurun dengan cepat menyebabkan kadar kreatinin serum meningkat sebanyak 0,5 mg/dl/hari dan kadar nitrogen urea darah sebanyak 10 mg/dl/hari dalam beberapa hari. ARF biasanya disertai oleh oligurea (keluaran urine < 400 ml/hari). Criteria oliguria tidak mutlak tapi berkaitan dengan fakta bahwa rata-rata diet orang amerika mengandung sekitar 600 mOsm zat terlarut. Jika kemampuan pemekatan urine maksimum sekitar 1200 mOsm /L air, maka kehilangan air obligat dalam urine adalah 500 ml. oleh karna itu ,bila keluaran urine menurun hingga kurang dari 400 ml/hari, penambahan jat terlarut tidak bisa dibatasi dengan kadar BUN serta kreatinin meningkat. Namun oliguria bukan merupakan gambaran penting pada ARF. Bukti penelitian terbaru mengesankan bahwa pada sepertiga hingga separuh kasus ARF,keluaran urine melebihi 400 ml /hari.dan dapat mencapai hingga 2L/hari. Bentuk ARF ini disebut ARF keluaran-tinggi atau disebut non-ologurik. ARF menyebabkan timbulnya gejala dan tanda menyerupai sindrom uremik pada gagal ginjal kronik, yang mencerminkan terjadinya kegagalan fungsi regulasi, eksresi, dan endokrin ginjal. Namun demikian, osteodistrofi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal ginjal akut (acute renal failure, ARF) merupakan suatu sindrom klinis yang
secara cepat (biasanya dalam beberapa hari) yang menyebabkan azotemia yang brkembang
cepat. Laju filtrasi gromelurus yang menurun dengan cepat menyebabkan kadar kreatinin
serum meningkat sebanyak 0,5 mg/dl/hari dan kadar nitrogen urea darah sebanyak 10
mg/dl/hari dalam beberapa hari. ARF biasanya disertai oleh oligurea (keluaran urine < 400
ml/hari). Criteria oliguria tidak mutlak tapi berkaitan dengan fakta bahwa rata-rata diet orang
amerika mengandung sekitar 600 mOsm zat terlarut. Jika kemampuan pemekatan urine
maksimum sekitar 1200 mOsm /L air, maka kehilangan air obligat dalam urine adalah 500
ml. oleh karna itu ,bila keluaran urine menurun hingga kurang dari 400 ml/hari, penambahan
jat terlarut tidak bisa dibatasi dengan kadar BUN serta kreatinin meningkat. Namun oliguria
bukan merupakan gambaran penting pada ARF. Bukti penelitian terbaru mengesankan bahwa
pada sepertiga hingga separuh kasus ARF,keluaran urine melebihi 400 ml /hari.dan dapat
mencapai hingga 2L/hari. Bentuk ARF ini disebut ARF keluaran-tinggi atau disebut non-
ologurik. ARF menyebabkan timbulnya gejala dan tanda menyerupai sindrom uremik pada
gagal ginjal kronik, yang mencerminkan terjadinya kegagalan fungsi regulasi, eksresi, dan
endokrin ginjal. Namun demikian, osteodistrofi ginjal dan anemiabukan merupakan
gambaran yang lazim terdapat pada ARF karena awitanya akut.
B. Tujuan
Dengan adanya makalah asuhan keperawatan ini diharapkan mahasiswa dapat
memahami serta mampu menjelaskan tentang konsep penyakit gagal ginjal akut serta
asuhan keperawatan gagal ginjal akut.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Gagal ginjal akut (acute renal failure, ARF) merupakan suatu sindrom klinis yang
ditindai dengan disfungsi ginjal yang menurun secara cepat (biasanya dalam beberapa
hari). Yang menyebabkan ozotemia yang berkembang cepat. Laju filtrasi glomelurus
yang menurun dengan cepat menyebabkan kadar kreatinin serum meningkat sebanyak
0,5mg/dl/hari dan kadar nitrogen urea darah sebanyak 10mg/dl/hari dalam beberapa
hari. ARF biasanya disertai dengan oliguria (kekurangan urin <400ml/hari). Jika
kemampuan pemekatan urin maksimum sekitar 1200 mOsm/L air, maka kehilangan
air obligat dalam urin adalah 500ml. Oleh karena itu, bila keluaran urin menurun
hingga kurang dari 400ml/hari, pembebanan zat terlarut tidak dapat dibatasi dan kadar
BUN serta kreatinin meningkat. Namun, oliguria bukan merupakan gambaran penting
dalam ARF. Keluaran urin melebihi 400ml/hari dan dapat mencapai hingga 2L/hari,
untuk ARF ini disebut ARF keluaran tinggi atau non oliguria.
B. Etiologi
Penyebab ARF umumnya dipertimbangkan dalam tiga kategori diagnostik:
1. Azotemia pra-renal (penurunan perfusi ginjal)
Penyebab tersering ozotemia akut (>50% kasus) yang dapat menyebabkan
terjadinya ARF tipe ATN. Petunjuka lain penyebab prarenal ARF adalah
iskemia ginjal yang lama akibat penurunan perfusi ginjal. Hipoperfusi ginjal
berkaitan dengan berbagai keadaan ginjal yang menyebabkan deplesi volume
intravaskuar, menurunnya volume sirkulasi yang efektif, atau terkadang
obstruksi vaskular ginjal. Beberapa keadaaan prarenal yang paling sering
dengan peningkatan resiko ARF adalah pembedahan aorta abdominalis,
operasi jantung terbuka, syok kardiogenik, luka bakar berat, dan syok septik.
Sebagian besar keadaan ini berkaitan dengan hipotensi sistemik dengan
aktivasi kompensatorik sistem saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin-
aldosteron. Angiotensisn menyebabkan vasokontriksi ginjal, kulit, dan
jaringan vaskular splanknikus, dan aldosteron menyebabkan retensi garam dan
air.
2. Azotemia pasca-renal (obstruksi saluran kemih)
Dapat menyebabkan ARF lebih jarang terjadi (5%) dari pada penyebab
prarenal dan mengarah pada obstruksi aliran urin disetiap tempat pada saluran
kemih. Pembesaran prostat (akibat hipertrofi jinak atau kanker) merupakan
penyebab tersering obstruksi aliran keluar kandung kemih. Kanker serviks
juga dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih. Obstruksi diatas saluran
kemih (biasanya disebabkan oleh batu) harus terjadi bilateral untuk dapat
menyebabkan obstruksi aliran keluar urin, kecuali jikahanya terdapat satu
ginjal yang berfungsi. Penting disadari bahawa obstruksi aliran keluar urin
dalam waktu lama akan menyebabkan hidronefrosis, kerusakan berat
parenkim ginjal, dan ARF.
3. Gagal ginjal akut intrinsik
1) Nekrosis Tubular akut
a. Pasca iskemik. Syok, sepsis, bedah jantung terbuka, berdah aorta
(semua penyebab azotemia prarenal berat)
b. Nerfotoksik
a) Nefrotoksin eksogen: antibiotik, media kontrasi teriodinasi
(terutama pada diabetes), pelarut (karbontetraklorida,
etileneglikol, metanol)
b) Nefrotoksin endogen: pigmen intratubular, protein intra
tubular (mieloma multiple), kristal intra tubular (asam urat)
2) Penyakit vaskular atau glomerulus ginjal primer
a. Glomerulonefritis progresif cepat atau pascastreptokokus akut
b. Hipertensi maglina
c. Serangan akut pada gagal ginjal kronis yang terkait pembatas
garam atau air
3) Nefritis Tubulointertisial Akut
a. Alergi: beta laktam (penisilin, sefalosporin): sulfunamid
b. Infeksi (misal, pielonefritis akut)
C. Manifestasi Klinis
Gagal ginjal akut merupakan sakit yang keritis. Tanda-tanda yang dini meliputi
oliguria, azotemia,dan kadang-kadang anuria. Ketidakseimbangan elektrolit, asidosis
metabolik, dan beberapa akibat berat lainnya akan terjadi ketika keadaan uremia yang
dialami oasien bertambah berat dan disfungsi renal mengganggu sistem tubuh yang
lain.
a) GI: anoreksia, mual, muntah, daire/konstipasi, stomatitis, perdarahan,
hematemesis, membran mukosa yang kering, pernafasan uremik
b) Sistem saraf pusat: sakit kepala, mengantuk, iritabilitas, kebingungan,
neuropati perifer, serangan kejang atau bangkitan, koma.
c) Kulit: kering, pruritis, pucat, purpura dan kadang-kadang uremik frost
d) Kardiovaskular: pada awal penyakit, hipotensi: kemudian terjadi hipertensi,
aritmia, kelebihan muatan cairan, gagal jantung, edema sistemik, anemia,
perubahan mekanisme pembekuan darah.
e) Pernafasan: edema paru, pernafasan kussmaul
D. Komplikasi
Gagal ginjal mempengaruhi banyak proses tubuh. Komplikasi dapat meliputi:
a) Demam dan menggigil (sering terjadi) yang menunjukan infeksi
b) Asidosis metabolik akibat penurunan eksresi ion hidrogen
c) Anemia akibat eritropoietinemia, filtrasi eritrosis pada glomerulus, atau
perdarahan yang menyertai disfungsi trombosit: hipoksia jaringan yang
menstimulasi peningkatan respirasi dan kerja pernapasan
d) Sepsis karena penurunan imunitas yang diantarai sel darah putih
e) Gagal jantung akibat kelebihan muatan cairan dan anemia yang menyebabkan
beban kerja tambahan pada jantung
f) Keadaaan mudah terjadi hiperkoagulasi akibat kelainan pada jumlah atau
fungsi protein antikoalgualan, faktor koagulasi, trombosit atau mediator
endotel yang mengakibatkan perdarahan ataupun gangguan pembekuan
g) Perubahan status mental dan sensibilitas perifer akibat efek yang ditimbulkan
pada sel-sel saraf yang sensitif: keadaan ini terjad senkunder karena retensi
toksin, hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit dan asidosis
E. Patofisiologi
Patofisiologi gagal ginjal prerenal, intrarenal, dan pascarenal berbeda.
Kegagalan prarenal. Terjadi ketika terdapat suatu keadaan yang mengurangi aliran
darah kedalam ginjal sehingga terjadi hipoperfusi. Contoh meliputi hipovolemia,
hipotensi, vasokontriksi, atau curah jantung yang tidak adekuat. Azotemia (keadaan
terdapatnya produk limbah nitrogenus yang berlebihan dalam darah) terjadi pada 40%
hingga 80% kasus gagal ginjal akut.
Apabila aliran darah renal terganggu, pengangkutan oksigen kedalam ginjal juga
terganggu. Hipoksemia serta iskemia yang terjadi dapat menimbulkan kerusakan
ginjal dengan cepat dan ireversibel. Tubulus renal merupakan bagian ginjal yang
paling retan terhadap efek yang ditimbulkan oleh hipoksemia.
Azotemia merupakan akibat hipoperfusi renal. Kerusakan aliran darah akan
mengakibatkan penurunan laju filltrasi glomerulus dan peningkatan reabsorpsi
natrium serta air dalam tubulus renal. Penurunan laju filtrasi glomerulus
menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit dan asidosis metabolik. Biasanya
pemulihan aliran darah renal dan laju iltrasi glomerulus akan membalikan keadaan
azotemia.
Kegagalan intrarenal. Kegagalan intrarenal, yang juga dinamakan gagal ginjala
intrinsik atau parenkimal, terjadi karena kerasakan pada struktur ginjal yang berfungsi
melakukan filtrasi . penyebab kegagalan intrarenal diklasifikasi menjadi penyebab
nefrotoksik, inflamasi, atau iskemik. Kalau kerusakan tersebut disebabkan oleh
nefrotoksisitas atas inflamasi, lapisan halus dibawah epitelium (membran basalis)
akan mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lagi dan keadaan ini secara
tipikal menimbulkan gagal ginjal kronis. Kekurangan aliran darah yang berat atau lam
akibat iskemia dapat menyebabkan kerusakan renal (cidera parenkimal iskemik) dan
kadar nitrogen yang berlebihan di dalam darah (azotemia renal intrinsik).
Nekrosis tubular akut, yang merupakan prekursor kegagalan intra renal, dapat terjadi
karena kersakan iskemik pada parenkim renal pada saat terdsapat kegagalan prerenal
yang tidak diketahui atau yang mendapatkan terapi yang salah atau karena komplikasi
obstetrik, seperti eklampsia, gagal ginjal pasca partum, oburtus septik, dan perdarah
intra uteri.
Kehilangan cairan menyebabkan hipotensi yang menyebabkan iskemia. Jaringan yang
iskemik akan menghasilkan radikal bebas-oksigen yang toksik dan menyebakan
pembengkakan, cidera, serta nekrosis.
Penyebab gagal ginjal akut yang lain adalah pemakaian zat-zat nefrotoksik yang
meliputi obat-obat analgetik, anastesi, logam berat, media kontras, pelarust organik,
dan anti mikroba, khususnya obat-obat antibiotik golongan aminoglikosin. Obat-obat
ini menumpuk dalam korteks renal sehingga terjadi gagal ginjal yang baru
menunjukan manifestasi secara nyata sesudah pemberian obat lain atau pajanan toksin
lain. Nekrosis yang disebabkan oleh nefrotoksin cenderung seragam dan terbatas
hanya pada tubulus proksimal, sedangkan nekrosis karena iskemia cendereng terlihat
sebagai bercak-bercak dan terbesar disepanjang berbagai bagian nefrotik.
Kegagalan pasca renal. Obstruksi bilateral aliran urin akan menyebabkan kegagalan
pasca renal. Penyebabnya dapat berada di dalam kandung kemih, ureter, atau uretra.
Obstruksi kandung kemih dapat disebabkan oleh:
1. Obat-obat anti kolinergik
2. Disfungsi saraf otonom
3. Infeksi
4. Tumor
Obstruksi ureter yang menghalangi aliran urin dari ginjal kedalam kandung kemih
dapat disebabkan :
1. Bekuan darah
2. Batu
3. Edema atau inflamasi
4. Nekrosis papilarenal
5. Fibrosis atau perdarahan retroperitoneal
6. Pembedahan (ligasi yang tidak disengaja dan striktur)
7. Tumor atau kristal asam urat
Obstruksi uretra dapat disebabkan oleh hiperplasia prostat, tumor prostat, atau striktur
uretra.
Ketiga tipe gagal ginjal akut (prerenal, intrarenal, atau pascarenal) biasanya terjadi
melalui 3 fase yang berbeda, yaitu: fase oliguria, diuresis dan pemulihan.
Fase oliguria
Oliguria dapat terjadi karena satu atau beberapa faktor. Nekrosis tubulus renal dapat
menyebabkan sel terlepas, pembentukan silinder, dan edema iskemik. Obstruksi
tubulus yang diakibatkan menimbulkan peningkatan retrograd tekanan dan penurunan
laju filtrasi glomerolus. Gagal ginjal dapat terjadi dalam tempo 24 jam akibat efek ini.
Filtrasi glomerolus bisa tetap normal pada beberapa kasus gagal ginjal, reasorpsi
filtrat di dalam tubulus renal dapat dipercepat. Pada keadaan ini, keadaan iskemia
dapat meningkatkan permeabilitas tubulus dan menyebabkan perembesan balik.
Konsep yang lain menjelaskan bahwa pelepasan angiotensin II didalam ginjal atau
redistribusi aliran darah dari korteks ke medula dapat menimbulkan konstriksi vasa
eferen sehingga terjadi peningkatan permeabilitas glomerolus dan penurunan laju
filtrasi.
Haluaran urin dapat tetap kurang dari 30 ml/jam atau 400 ml/hari selama beberapa
hari hinggga beberapa minggu. Sebelum terjadi kerusakan, kedua ginjal bereaksi
terhadap penurunaan aliran darah dengan menahan natrium dan air.
Kerusakan akan mengganggu kemampuan ginjal untuk menahan natrium. Pada
keadaan ini terjadi kelebihan volume cairan (air) azotemia (kenaikan kadar ureum,
kreatinin dan asam urat dan serum )dan ketidakseimbangan elektrolit. Cedera iskemik
atau toksik menimbulkan pelepasan mediator dan vasokoknstriksi intrarenal. Hipoksia
medula renal mengakibatkan pembengkakan sel-sel tubulus dan endotel, dan
pelekatan sel-sel neutrofil pada kapiler serta venula, dan mengaktifkan trombosit yang
tidak tepat. Peningkatan iskemia dan vasokonstriksi lebih lanjut membatasi perfusi
darah.
Sel-sel yang cidera akan kehilangan polaritas, dan distruksi yang terjadi pada
sambungan yang erat antara sel-sel tersebut meningkatkan perembesan balik filtrat.
Iskemia mengganggu fungsi pompa membran yang bergantung pada energi, dan
kalsium menumpuk dalam sel-sel tersebut. Kalsium yang berlebih ini selanjutnya
menstimulasi vasokonstriksi dan mengaktifkan enzim protease serta enzim-enzim
lain. Oliguria prarenal yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan nekrosis
tubuler akut.
Fase diuresis
Ketika ginjal tidak mampu lagi menahan natrium dan air maka akan terjadi fase
diuresis, yang ditandai oleh peningkatan sekresi urin hingga melebihi 400 ml/24 jam.
Laju filtrasi glomerolus mungkin normal atau meningkat tapi mekanisme yang
mendukung fungsi tubulus menjadi abnormal. Ekskresi urin yang
encer ,menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Kadar ureum yang
tinggi menimbulkan diuresis osmotik dan akibatnya terjadi kekurangan kalium,
natrium, serta air. Fase diuresis dapat berlangsung selama beberapa hari atau beberapa
minggu.
Fase pemulihan
Jika penyebab diuresis dikoreksi, keadaan azotemia secara berangsur-angsur
menghilang dan menjadi pemulihan. Fase pemulihan berupa proses pembalikan yang
terjadi secara berangsur-angsur untuk kembali kepada fungsi renal yang normal atau
hampir normal selama 3-12 bulan.
F. Diagnosis
Diagnosa gagal ginjal akut didasarkan pada hasil pemeriksaan berikut ini:
a) Pemeriksaan darah yang memperhatikan kenaikan kadar ureum, kreatinin, dan
kalium dalam serum darah; penurunan kadar bikarbonat, nilai hematokrit serta
hemoglobin; dan pH darah yang rendah
b) Pemeriksaan urin yang memperlihatkan adanya silinder, debris seluler, dan
penurunan berat jenis urin; pada penyakit glomerulus, proteinuria, dan
osmolalitas urin yang mendekati osmolalitas serum; kadar natrium dalm urin
kurang dari 20mEq/L jika oliguria terjadi karena penurunan perfusi darah dan
lebih dari 40mEq/L jika penyebab intrarenal
c) Tes klirens kreatinin yang mengukur laju filtrasi glomelurus dan
mencerminkan jumlah nefron yang masih berfungsi yang tersisa
d) Elektrokardiogram (EKG) yang memperlihatkan gelombang T yang tinggi dan
runcing; pelebaran segmen QRS dan gelombang P yang menghilangkan jika
terdapat keadaan hiperkalemia
e) Pemeriksaan USG, foto polos abdomen, urografi ekskretori, skanning renal,
pielografi retrograd, CT-scan, dan nefrotomografi.
G. Penatalaksanaan
a) Diet tinggi-kalori rendah-protein, natrium, dan kalium untuk memenuhi
kebutuhan metabolik
b) Pemantauan elektrolit yang cermat; pemberian infus untuk mempertahankan
dan mengoreksi keseimbangan cairan serta elektrolit
c) Pembatasan cairan untuk mengurangi gejala edema
d) Terapi diuretik untuk mengatasi fase oliguria
e) Pemberian preparat sodium polistiren sulfonat (Kayexalate) per oral atau
melalui enema untuk membalikan keadaan hiperkalemia yang disetai gejala
hiperkalemia ringan (keluhan cepat lelah; kehilangan selera makan; kelemahan
otot)
f) Pemberian infus larutan glukosa hipertonik, insulin, dan sodium bikarbonta IV
untuk gejala hiperkalemia yang lebih berat ( patirasa serta kesemutan dan
perubahan EKG)
g) Hemodialisis atau dialisis peritoneal untuk mengoreksi ketidakseimbangan
elektrolit dan cairan.
ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL AKUT
1. Pengkajian Anamnesis
Pada pengakajian anamnesis data yang diperoleh yakni identitas klien dan identitas
penanggung jawab,identitas klien yang meliputi nama, usia, jenis kelamin,
pekerjaan,serta diagnosa medis. Penyakit Gagal Ginjal Akut dapat menyerang pria
maupun wanita dari rentang usia manapun,khususnya bagi orang yang sedang
menderita penyakit serius,terluka serta usia dewasa dan pada umumnya lanjut usia.
Pada pengkajian jenis kelamin, pria disebabkan oleh hipertrofi prostat sedangkan
pada wanita disebabkan oleh infeksi saluran kemih yang berulang, serta pada wanita
yang mengalami perdarahan pasca melahirkan. Untuk pengkajian identitas
penanggung jawab data yang didapatkan yakni meliputi nama, umur, pekerjaan,
hubungan dengan si penderita.
2. Riwayat Kesehatan
2.1. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering adalah terjadi penurunan produksi miksi.
2.2.Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian ditujukan sesuai dengan predisposisi etiologi penyakit terutama pada
prerenal dan renal. Secara ringkas perawat menanyakan berapa lama keluhan
penurunan jumlah urine output dan apakah penurunan jumlah urine output
tersebut ada hubungannya dnegna predisposisi penyebab, seperti pasca
perdarahan setelah melahirkan, diare, muntah berat, luka bakar nluas, cedera luka
bakar, setelah mengalami episode serangan infark, adanya riwayat minum obat
NSAID atau pemakaian antibiotik, adanya riwayat pemasangan tranfusi darah,
serta adanya riwayat trauma langsung pada ginjal.
2.3.Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan yang
berulang, penyakit diabetes melitus dan penyakit hipertensi pada masa
sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab pasca renal. Penting untuk dikaji
tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat dan dokumentasikan.
2.4.Riwayat psikososialcultural
Adanya kelemahan fisik, penurunan urine output dan prognosis penyakit yang
berat akan memberikan dampak rasa cemas dan koping yang maladaptif pada
klien.
3. Pemeriksaan Fisik
3.1. Keadaan umum dan TTV
Keadaan umum klien lemah, terlihat sakit berat, dan letargi. Pada TTV sering
didapatkan adanya perubahan, yaitu pada fase oliguri sering didapatkan suhu
tubuh meningkat, frekuensi denyut nadi mengalami peningkatan dimana frekuensi
meningkat sesuai dengan peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi. tekanan darah
terjadi perubahan dari hipetensi rinagan sampai berat.
3.2. Pemeriksaan Pola Fungsi
3.2.1. B1 (Breathing).
Pada periode oliguri sering didapatkan adanya gangguan pola napas dan
jalan napas yang merupakan respons terhadap azotemia dan sindrom
akut uremia. Klien bernapas dengan bau urine (fetor uremik) sering
didapatkan pada fase ini. Pada beberapa keadaan respons uremia akan
menjadikan asidosis metabolik sehingga didapatkan pernapasan
kussmaul.
3.2.2. B2 (Blood).
Pada kondisi azotemia berat, saat perawat melakukan auskultasi akan
menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi
perikardial sekunder dari sindrom uremik. Pada sistem hematologi
sering didapatkan adanya anemia. Anemia yang menyertai gagal ginjal
akut merupakan kondisi yang tidak dapat dielakkan sebagai akibat dari
penurunan produksi eritropoetin, lesi gastrointestinal uremik,
penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari
saluran G1. Adanya penurunan curah jantung sekunder dari gangguan
fungsi jantung akan memberat kondisi GGA. Pada pemeriksaan
tekanan darah sering didapatkan adanya peningkatan.
3.2.3. B3 (Brain).
Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat