A
Feasibility Study Pengembangan Resort Hotel di Desa Alam
Endah
Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung
Feasibility Study Pengembangan Resort Hotel di Desa Alam
Endah
Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung
Pemahaman mengenai pariwisata menjadi sangat penting dalam
rangka mengkaji, menetapkan dan mengimplementasikan kegiatan
pengembangan Resort Hotel pada suatu daerah atau kawasan pariwisata
tertentu. Oleh karena itu uraian bab ini akan menekankan pada
pembahasan yang berkaitan dengan landasan teoritis dalam rangka
penyusunan Feasibility Study Pengembangan Resort Hotel di sekitar
Desa Alam Endah Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung.
2.1 Pengertian-Pengertian
a. PariwisataMenurut A. Hari Karyono (1997 : 15) Pengertian
pariwisata dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Pengertian Umum
Pariwisata, adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha
dan masyarakat untuk mengatur, mengurus, dan melayani kebutuhan
wisatawan.
2. Pengertian Teknis
Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
manusia baik secara perorangan maupun kelompok didalam wilayah
negara sendiri atau di negara lain. Kegiatan tersebut dengan
menggunakan kemudahan, jasa, dan faktor penunjang lainnya yang
diadakan oleh pemerintah dan atau masyarakat, agar dapat mewujudkan
keinginan wisatawan. Kemudahan dalam batasan pariwisata maksudnya
antara lain berupa fasilitas yang memperlancar arus kunjungan
wisatawan. Misalnya dengan memberikan bebas visa, prosedur
pelayanan yang cepat dipintu-pintu masuk dan keluar, tersedianya
transportasi dan akomodasi yang cukup. Faktor penunjangnya adalah
prasarana dan utilitas umum, seperti jalan raya, penyediaan air
minum, listrik, tempat penukaran uang, pos dan telekomunikasi,
dsb.
b. WisatawanOka A. Yoeti menyatakan bahwa istilah wisatawan
harus diartikan sebagai seorang, tanpa membedakan ras, kelamin,
bahasa dan agama, yang memasuki wilayah suatu negara yang
mengadakan perjanjian yang lain daripada negara dimana orang itu
biasanya tinggal dan berada disitu kurang dari 24 jam dan tidak
lebih dari 6 bulan, di dalam jangka waktu 12 bulan berturut-turut,
untuk tujuan non migran yang legal, seperti perjalanan wisata,
rekreasi, olahraga, kesehatan, alasan keluarga, studi, ibadah
keagamaan atau urusan usaha (business) (A. Hari Karyono, 1997 :
20).
c. Kawasan PariwisataKawasan pariwisata adalah kawasan dengan
luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi
kebutuhan pariwisata (UU RI No. 9, 1990 : 2). Menurut Depparpostel
kawasan pariwisata adalah suatu lahan dengan batas tertentu, yang
sebagian atau seluruhnya diperuntukkan bagi pengembangan dan atau
telah memiliki kelengkapan prasarana dan sarana pariwisata serta
sistem pengelolaannya (Depparpostel, 1990 : 1).d. Pengembangan
PariwisataPengembangan pariwisata adalah suatu usaha didalam
pendayagunaan potensi sumber daya alam yang menjadikan daya
tariknya sebagai objek wisata yang diharapkan dapat mendorong
pengembangan objek-objek wisata lain yang berada disekitarnya
sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah, serta diharapkan
dapat memperluas lapangan usaha bagi masyarakat sekitar (Definisi
Operasional, Rintakasari, 1996 ; 13). Sedangkan menurut
Depparpostel pengembangan pariwisata merupakan suatu kegiatan yang
dapat menunjang pertumbuhan ekonomi dan pembangunan wilayah yang
lebih luas.e. Obyek WisataObyek wisata, adalah perwujudan ciptaan
manusia, tata hidup, seni budaya, sejarah bangsa, keadaan alam yang
mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan (A. Hari Karyono,
1997 : 27).Dilihat dari Sisi penyediaan/supply pariwisata, terdapat
empat komponen kegiatan yaitu (Clare A. G, 1979 ; 69) :
1. Informasi dan Promosi, motivasi untuk melakukan kunjungan
wisata dapat dimiliki seseorang tetapi mungkin saja ia tidak tahu
cara melakukannya. Sehingga pengetahuan terhadap daerah tujuan
wisata sangat ditentukan oleh ketersediaan informasinya.
2. Fasilitas, ketersediaan fasilitas pelayanan berkaitan dengan
daya tarik suatu daerah tujuan wisata, seperti fasilitas
transportasi yang akan membawanya dari dan ke daerah tujuan wisata
yang ingin dikunjunginya, fasilitas akomodasi yang merupakan tempat
tinggal sementara di tempat atau di daerah tujuan yang akan
dikunjunginya, fasilitas catering service yang dapat memberikan
pelayanan mengenai makanan dan minuman sesuai dengan selera
masing-masing, fasilitas perbelanjaan dimana wisatawan dapat
membeli barang-barang souvenir khas dari daerah wisata tersebut,
dan termasuk juga infrastruktur yang baik.
3. Daya Tarik, suatu obyek wisata akan berkembang apabila
mempunyai daya tarik. Faktor daya tarik inilah yang akan mendorong
wisatawan untuk mengunjunginya. Daya tarik suatu daerah tujuan
wisata dapat dikelompokkan dalam tiga jenis yaitu sifat khas alam,
wisata buatan, dan wisata budaya. Daya tarik wisata ditentukan oleh
beberapa faktor, diantaranya jenis atraksi wisata. Atraksi wisata
menyebabkan wisatawan mengunjungi suatu lokasi.4. Aksesibilitas,
jarak antara tempat tinggal dengan daerah tujuan wisata, merupakan
faktor yang sangat penting. Pengembangan pariwisata sangat
bergantung pada kemudahan pencapaian daerah tujuan wisata.
Untuk lebih jelasnya pendapat para pakar pariwisata mengenai
faktor pembentuk daya tarik wisata disajikan pada Tabel II.1.
Secara teoritis penentu kunjungan wisata adalah faktor lokasi
dan faktor obyek wisata. Pengaruh faktor lokasi terhadap
perkembangan pariwisata suatu wilayah dapat diungkapkan melalui
penilaian rute perjalanan wisata. Jenis pariwisata yang didasarkan
pada obyek wisata dapat dibedakan menjadi (Oka A. Yoeti,
1993);Tabel II.1
Faktor Pembentuk Daya Tarik Wisata Menurut Para Pakar
PariwisataNoPakar PariwisataFaktor Daya Tarik
1Douglas G. PearceAktraksi wisata, transportasi, akomodasi,
fasilitas dan prasarana
2RobinsonCuaca, pemandangan, fasilitas, sejarah dan budaya,
aksesibilitas dan akomodasi
3Robert W. Mc IntoshSumber alam, prasarana, transportasi dan
perlengkapannya, sarana dan keramah tamahan
4Charles GearingAlam, sosial budaya, sejarah dan fasilitas
rekreasi
Sumber : Rangkuman dari berbagai sumbera.Cultural Tourism
Yaitu jenis pariwisata, dimana motivasi orang-orang untuk
melakukan perjalanan disebabkan karena adanya daya tarik dari seni
budaya suatu tempat atau daerah. Dalam hal ini, obyek yang daya
tariknya bersumber pada kebudayaan, seperti peninggalan sejarah,
museum, atraksi kesenian, dan obyek lain yang berkaitan dengan
budaya. Jadi, obyek kunjungannya adalah warisan nenek moyang,
benda-benda kuno.
b.Recuperriational Tourism
Biasanya disebut sebagai pariwisata kesehatan. Tujuan daripada
orang-orang untuk melakukan perjalanan adalah untuk menyembuhkan
suatu penyakit dengan kegiatan seperti mandi di sumber air panas,
mandi di lumpur atau mandi susu di Eropa, mandi kopi di Jepang yang
katanya membuat orang menjadi awet muda.
c.Commercial Tourism Disebut sebagai pariwisata perdagangan,
karena perjalanan wisata dikaitkan dengan kegiatan perdagangan baik
nasional maupun internasional, dimana sering diadakan kegiatan
pameran, seminar, dan lain-lain.
d.Sport Tourism
Biasanya disebut dengan istilah pariwisata olahraga. Yang
dimaksud dengan jenis pariwisata ini ialah perjalanan orang-orang
yang bertujuan untuk melihat atau menyaksikan suatu pesta olahraga
di suatu tempat atau negara tertentu. Seperti Olympiade, All
England, pertandingan tinju atau sepakbola.
e.Political Tourism
Biasanya disebut sebagai pariwisata politik, yaitu suatu
perjalanan yang tujuannya untuk melihat atau menyaksikan suatu
peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan kegiatan suatu
negara, apakah ulang tahun atau peringatan tertentu. Seperti, Hari
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Parade 1 Mei di Tiongkok
atau 1 Oktober di Rusia.
f.Social Tourism
Pariwisata sosial jangan hendaknya diasosiasikan sebagai suatu
peristiwa yang berdiri sendiri. Pengertian ini hanya dilihat dari
segi penyelenggaraannya saja yang tidak menekankan untuk mencari
keuntungan, seperti misalnya Study Tour, Picnic atau Youth Tourism
yang sekarang kita kenal dengan Pariwisata Remaja.g.Religion
Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana tujuan perjalanan yang dilakukan
adalah untuk melihat atau menyaksikan upacara-upacara keagamaan.
Seperti, misalnya ikut naik Haji Umroh bagi orang yang beragama
Islam, kunjungan ke Lourdes bagi orang beragama Katolik, ke
Muntilan yang merupakan pusat pengembangan agama Kristen di Jawa
Tengah, atau agama Hindu-Bali di Sakenan Bali.
Selain keunikan yang bernilai tinggi perlu diperhatikan
kelengkapan prasarana dan sarana wisata pada obyek wisata.
Prasarana adalah fasilitas yang dapat memungkinkan proses
perekonomian berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat
memudahkan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya sedangkan
sarana kepariwisataan adalah sarana-sarana yang memberikan
pelayanan kepada wisatawan baik secara langsung maupun tidak
langsung dan hidup serta kehidupannya banyak tergantung pada
kedatangan wisatawan. Untuk lebih jelasnya pendapat para ahli
mengenai jenis prasarana dan sarana pariwisata disajikan pada Tabel
II.2.Tabel II.2
Jenis Prasarana dan Sarana Menurut Para Ahli NoLothar A.
KrackSalah WahabOka A. Yoeti
1Prasarana
a. Prasarana perekonomian
Pengangkutan
Prasarana komunikasi
Utilitas
Sistem perbankan
b. Prasarana sosial
Sistem pendidikan
Pelayanan kesehatan
Faktor keamanan
PetugasPrasarana
a. Prasarana umum
b. Kebutuhan
c. Prasarana kepariwisataan
Receptive tourist plant
Residential tourist plant
Recreative and sportive plant
2Sarana
a. Sarana pokok kepariwisataan
b. Sarana pelengkap kepariwistaan
c. Sarana penunjang kepariwisataan
Sumber : Rangkuman dari berbagai sumber
Berdasarkan tabel tersebut diatas menurut Lothar A Krack (Oka A.
Yoeti, 1985:172) dalam bukunya International Tourism membagi
prasarana atas dua bagian, yaitu:
1. Prasarana Perekonomian:
a. Pengangkutan
Pengangkutan yang dapat membawa para wisatawan dari negara ia
biasanya tinggal, ke tempat atau negara yang merupakan daerah
tujuan wisata. Prasarana pengangkutan ini meliputi bus, taksi,
kereta api, kapal laut dan kapal udara.b. Prasarana komunikasi
Dengan tersedianya prasarana komunikasi akan dapat mendorong
para wisatawan tidak akan ragu-ragu meninggalkan rumah dan
anak-anaknya, karena tersedianya prasarana komunikasi di negara
yang dikunjungi. Yang termasuk kelompok ini adalah radio, televisi,
telepon, dan surat kabar.
c. Kelompok yang termasuk "Utilities"
Meliputi persediaan air minum, listrik, sumber energi, dan
sistem irigasi.
d. Sistem perbankan
Yang termasuk kelompok ini adalah bank dan money changer.
2. Prasarana Sosial
a. Sistem Pendidikan
Adanya lembaga-lembaga pendidikan yang mengkhususkan diri dalam
pendidikan kepariwisataan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan
tidak hanya pelayanan bagi para wisatawan, tetapi juga untuk
memelihara dan mengawasi suatu badan usaha yang bergerak dalam
kepariwisataan.
b. Pelayanan Kesehatan
Apabila wisatawan yang menginap di suatu hotel, sebaiknya
tersedia pelayanan kesehatan untuk pertolongan pertama bila ada
yang sakit. Oleh karena itu di daerah tujuan wisata perlu tersedia
pelayanan kesehatan.
c. Faktor Keamanan
Perasaan tidak aman dapat terjadi di suatu tempat yang baru saja
dikunjungi. Perasaan ini timbul karena :
Seringnya terjadi pencopetan, penjambretan, penodongan selama
dalam perjalanan atau di tempat yang dikunjungi
Seringnya terjadi pencurian di hotel dimana ia menginap.
d. Petugas yang melayani wisatawan
Yang termasuk kedalam kelompok ini adalah petugas migrasi,
petugas bea dan cukai, petugas kesehatan, polisi dan
petugas-petugas lain yang berkaitan dengan pelayanan wisatawan.
Menurut Profesor Salah Wahab dalam bukunya Tourism Management
(Oka A. Yoeti, 1985:178) membagi prasarana atas tiga bagian : 1.
Prasarana Umum
Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan orang banyak yang
pengadaannya bertujuan untuk membantu kelancaran roda perekonomian.
Meliputi pembangkit tenaga listrik, sistem jaringan jalan,
telekomunikasi, dan sistem penyediaan air bersih.
2. Kebutuhan masyarakat banyak
Prasarana yang menyangkut kebutuhan orang banyak. Termasuk ke
dalam RS, apotik, bank, dan kantor.
3. Prasarana Kepariwisataan
a. Receptive Tourist Plan
Yaitu segala bentuk badan usaha atau organisasi yang kegiatannya
khusus untuk mempersiapkan kedatangan wisatawan pada suatu daerah
tujuan wisata. Seperti : travel agent, tour operator, dan Tourist
Information Centre.
b. Residential Tourist Plant
Yaitu semua fasilitas yang dapat menampung kedatangan para
wisatawan untuk menginap & tinggal untuk sementara waktu.
Seperti: hotel, motel, dan rumah makan.
c. Recreative and Sportive Plant
Yaitu semua fasilitas yang dapat digunakan untuk tujuan rekreasi
dan olahraga. Seperti : fasilitas main golf, main ski, dan kolam
renang.
Sarana kepariwisataan menurut (Oka A. Yoeti dalam Pengantar Ilmu
Kepariwisataan Tahun 1985:184) terbagi dalam tiga bagian, yaitu :
1. Sarana pokok kepariwisataan
Sarana pokok kepariwisataan adalah sarana yang hidup dan
kehidupannya sangat tergantung kepada arus kedatangan orang yang
melakukan perjalanan wisata. termasuk kelompok ini, adalah:
travel agent dan tour operator
perusahaan-perusahaan angkutan wisata
hotel dan jenis akomodasi lainnya
bar dan restoran
2. Sarana pelengkap kepariwisataan
Sarana ini adalah sarana untuk wisata yang fungsinya tidak hanya
melengkapi sarana pokok kepariwisataan, tetapi yang terpenting
untuk membuat wisatawan lebih lama tinggal. Yang termasuk pada
kelompok ini, adalah:
a. Sarana Olahraga
lapangan tenis
lapangan golf
kolam renang
b. Sarana ketangkasan
bilyard
jackpot
3. Sarana penunjang kepariwisataan
Sarana yang disediakan agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan
atau membelanjakan uangnya ditempat yang dikunjunginya, diantaranya
klub malam, dan kasino.2.2 Dasar-Dasar Pertimbangan Pengembangan
Pariwisata
Pengembangan pariwisata harus merupakan pengembangan yang
berencana secara menyeluruh, sehingga dapat diperoleh manfaat yang
optimal bagi masyarakat, baik dari segi ekonomi, social dan
kultural. Perencanaan tersebut harus mengintegrasikan pengembangan
pariwisata ke dalam suatu program pembangunan ekonomi, fisik, dan
sosial dari suatu negara. Disamping itu, rencana tersebut harus
mampu memberikan kerangka kerja kebijaksanaan pemerintah, untuk
mendorong dan mengendalikan pengembangan pariwisata.
Konsep pengembangan kegiatan pariwisata harus diintegrasikan ke
dalam pola dan program pembangunan semesta ekonomi, fisik dan
sosial sesuatu Negara, karena pengembangan pariwisata saling
berkait dengan sektor lain. Pengembangan pariwisata diarahkan
sedemikian rupa, sehingga dapat membawa kesejahteraan ekonomi yang
tersebar luas dalam masyarakat.
Pengembangan pariwisata harus sadar terhadap lingkungan,
sehingga pengembangannya mencerminkan ciri-ciri khas budaya dan
lingkungan alam suatu negara, bukan merusak lingkungan alam dan
budaya yang khas.
Konsep pengembangan pariwisata akan mempertimbangkan beberapa
hal, antara lain:a. Posisi daya tarik (Positioning)
b. Sinergi daya tarik wisata
c. Keselarasan antar sektor
d. Keselarasan lingkungan
Pertimbangan utama yang harus mendayagunakan pariwisata sebagai
sarana untuk memelihara kekayaan budaya, lingkungan alam dan
peninggalan sejarah, sehingga masyarakat sendiri menikmatinya dan
merasa bangga akan kekayaannya itu. Pengembangan pariwisata harus
diarahkan sedemikian rupa, sehingga pertentangan sosial dapat
dicegah seminimal mungkin, sedapat mungkin harus menampakkan
perubahan-perubahan sosial yang positif.
Keseimbangan antara ekonomi, kehidupan dan alam diperlukan untuk
:a. Meningkatkan pendapatan (standar hidup)
b. Penggunaan sumberdaya yang efektif (energy saving, recycling,
dll)
c. Menjaga dan memperkaya lingkungan
d. Pengarahan amenity (leisure, comfort, contact with nature,
dll)
Berdasarkan hal tersebut, beberapa pertimbangan yang perlu
diperhatikan dalam perumusan konsep pengembangan Resort Hotel di
Desa Alam Endah Kecamatan Rancabali di Kabupaten Bandung, adalah
sebagai berikut :
Perlunya pemisahan zoning antara kawasan wisata dengan kegiatan
lainnya. Tujuannya adalah untuk menghindari kesalahan penafsiran
dalam pelaksanaan rencana tata ruang di masa datang.
Lahan yang saat ini mempunyai ikatan dengan kehidupan dan adat
istiadat masyarakat setempat harus dipertahankan keberadaannya.
Tujuannya adalah untuk menghindari timbulnya benturan kepentingan
antara pihak pelaksana pembangunan dengan masyarakat.
Lahan yang ekologinya diperkirakan tidak stabil dan menimbulkan
dampak bagi daerah sekitarnya atau lahan yang memerlukan
kelestarian lingkungan dibebaskan dari peruntukan kegiatan
pembangunan dan diusulkan sebagai kawasan konservasi dan
preservasi. Tujuannya adalah untuk mencegah timbulnya
ketidakseimbangan (mempertahankan keseimbangan) ekologi di seluruh
kawasan perencanaan.
Dalam pengembangan Resort Hotel berserta fasiltas penunjangnya
di kawasan wisata sebaiknya digunakan teknik konservasi budaya,
artinya melalui pengembangan resort hotel secara langsung dapat
membantu pelestarian atau bahkan menghidupkan budaya tradisonal
asli daerah setempat misalnya tarian asli masyarakat, kerajinan
tangan, pakaian daerah, upacara adat dan gaya arsitektur daerah
yang hampir punah.
Pengembangan kawasan wisata dilakukan secara bertahap sesuai
perkembangan pasar dan keseimbangan masyarakatnya.
Untuk mencapai optimalisasi pemanfaatan ruang sesuai dengan
peranan dan fungsi yang diharapkan, batasan serta potensi yang
terdapat di kawasan perencanaan, maka konsepsi pengembangannya
sebagai kawasan wisata didasarkan pada kriteriakriteria berikut
:
Kesesuaian lahan dan kemampuan lahan dalam mendukung
pengembangan kawasan wisata
Kebutuhan ruang dan komponen dalam menampung perkembangan
kegiatan pariwisata
Tingkat kemudahan hubungan intensitas kegiatan dan kecenderungan
perkembangan
2.3 Konsep-Konsep Pengembangan Pariwisata2.3.1 Konsep Zonasi
Konsep zonasi ini memiliki tujuan untuk menjaga kelestarian
sumberdaya yang ada di dalamnya dan turut serta memelihara
lingkungan agar berkelanjutan. Berkaitan dengan konsep di atas,
fasilitas yang merupakan faktor pendukung utarna suatu atraksi
memerlukan penempatan yang baik. Dengan menggunakan konsep zonasi
yang sesuai dapat menciptakan suatu pengembangan atraksi wisata
yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.Menurut Inskeep
(1991:432), zonasi diciptakan/ dibuat dengan maksud untuk membatasi
daerahdaerah dengan jenis penggunaan lahan yang berbedabeda
sehingga kepentingan masingmasing penggunaan lahan tidak
bertabrakan dan lebih dapat dikendalikan serta diawasi.Selain itu
juga zonasi diperlukan sebagai suatu usaha peminimalan dampak
kerusakan yang mungkin ditimbulkan sebagai akibat adanya kunjungan.
Zonasi ini berguna dalam membagi konsentrasi pengunjung, sehingga
tidak terjadi konsentrasi di satu tempat yang dapat mengakibatkan
kenyamanan pengunjung menjadi berkurang.
1. Zona Inti, merupakan main attraction suatu objek kegiatan
wisata ditempatkan dan aktivitas utama harus dilengkapi pula dengan
fasilitas utama.
2. Zona Penyangga (Buffer Zone), berfungsi memisahkan main
attraction dengan aktivitas dan fasilitas pendukung.
3. Zona Pelayanan, suatu area dimana seluruh aktivitas dan
fasilitas pendukung dikelompokan seperti jaringan infrastruktur
dasar, akses fasilitas, pelayanan pengunjung dan sebagainya.
Lebih jelas mengenai konsep zonasi tersebut diatas disajikan
pada Gambar 2.1.
2.3.2 Konsep Aktivitas Wisata
Aktivitas wisata didefinisikan sebagai kegiatankegiatan wisata,
baik berupa atraksi atau events yang ditawarkan atau tersedia di
suatu obyek wisata maupun berupa kegiatan yang dapat dilakukan oleh
wisatawan yang berkunjung. Jenis aktivitas dapat ditentukan
berdasarkan bentuk daya tarik dan potensi yang dimiliki oleh obyek
wisata tersebut (Inskeep, 1991).
Salah satu dari beberapa aktivitas standar wisata yang
berbasiskan air yang dikemukakan oleh Baudbovy dan Lawson (1977),
bukan hanya aktivitas berenang saja yang dapat diterapkan. Selain
itu ada juga aktivitasaktivitas lain (Standards for Land-Based
Outdoor Recreational Activities) seperti PicknikingParks, playing
fields, open space, commonsTrail activities such as: hiking,
walking, bicycling, and hore riding. Miscellaneous recreational
activities such as; outdoor sports (individualor team games),
climbing, hunting, shooting ranges and sport centres Combined with
multiple indoor sports.2.3.3 Konsep Fasilitas Wisata
Secara definitif, menurut WittMoutinho (1994:338) fasilitas
obyek kegiatan wisata yang kadang juga diterminologikan sebagai
amenities adalah "segala unsur-unsur yang terdapat di suatu daerah
tujuan wisata, atau yang berhubungan dengannya, yang dimungkinkan
digunakan bagi para pengunjung yang tidak hanya untuk sekedar
tinggal dan menikmati saja, tapi juga ikut berpartisipasi dalam
obyek kegiatan wisata atau atraksi tersebut."
Karakteristik obyek kegiatan wisata yang mass tourism dengan
area kepadatan medium dan tinggi, menurut BaudBovy (101:1977) harus
dilengkapi dengan fasilitas fasilitas sebagai berikut:
a. Fully equipped picnic sites with car parkIng,
b. Grassed area for rest, sunbathing, family groups,
c. Limited camp sites (day and weekend use and for organised
youth dubs, etc),
d. Catering, recreational and cultural facilities, zoological
gardens, natural history and local culture museum, etc)
e. Where posssible rivers or reservoir for fishing, swimming and
other permitted water based activibiesf. At a later phase the park
may include open or enclosed swimmIng pools and spot is flelds for
shows and competitions.
Atraksi wisata yang berkualitas harus didukung pula dengan
adanya berbagai fasilitas. Fasilitas wisata yang tersedia di suatu
kawasan wisata merupakan faktor pendukung terhadap daya tarik
wisata yang dimiliki, sehingga keberadaan fasilitas wisata yang
fungsional dan berkualitas merupakan kondisi mutlak dalam
pengelolaan suatu usaha atraksi wisata. Kemudian standar yang
terdapat dalam fasilitas wisata sangat berkaitan dengan fasilitas
fisik yang tersedia di kawasan wisata seperti : jumlah, jenis,
kondisi atau kualitas dan daya tampung/kapasitas dari fasilitas
wisata tersebut.
Penyediaan jenis dan jumlah fasilitas wisata di suatu atraksi
wisata harus mempertimbangkan beberapa faktor sebagai berikut:
Karakteristik atraksl wisata,
Profil pengunjung/wisatawan,
Referensi dan permintaan pasar wisata,
Aktivitas wisata yang akan dilaksanakan oleh para
pengunjung/wisatawan,
Tingkat pengembangan pariwisata yang direncanakan,
Dana pengembangan yang tersedia.
Hal ini juga didukung oleh pendapat Inskeep di bawah ini:
The basic approach for plannIng of natural tourist attractions
is application of the environmental planning approach which
emphasizes conservation of the natural environment as well as
designing visitor facilities and organizing svisitor use that fit
well into the environment and do not degrade it" (1991.,272).
Menurut Inskeep pula bahwa konservasi ini diterminologikan
sebagal "Management Plan, dimana hal tersebut memiliki konsep
manajemen yang selalu berkesinambungan sehingga pariwisata yang ada
didalamnya dapat mendukung fungsl konservasi dan diantara keduanya
bisa saling terlaksana seiring sejalan (1991:272). Mengacu pada
prinsip-prinsip perencanaan, khususnya dalam perencanaan zonasi
maka perlu dilakukan suatu penetapan perencanaan dan desain
berbagai fasilitas yang dibutuhkan atau sesuai dengan natural
attraction resources. Fasilitas yang disediakan di dalam suatu
kawasan wisata sangat dibutuhkan wisatawan/pengunjung untuk
mendukung aktivitas pengunjung selama pengunjung menikmati atraksi
wisata yang ada.
2.3.4 Konsep Pengembangan Daya Tarik Utama
Pengembangan daya tarik utama bagi para wisatawan diarahkan
dengan menjadikan Danau/Situ sebagai daya tarik utama (focus of
interst) dengan didorong oleh jenis-jenis produk lainnya seperti
unsur penunjang (enrichment factor). Faktor yang dapat dijadikan
unsur penunjang adalah sebagai berikut 1. Wisata Alam2. Wisata
Sejarah
3. Wisata Budaya
4. Wisata Pedesaan
5. Wisata Danau/Situ6. Wisata Agro
Untuk lebih jelasnya disajikan pada Gambar 2.2
2.3.5 Konsep Diversifikasi Daya Tarik
Di samping penetapan ciri daya tarik utama tersebut, dapat juga
dikembangkan suatu ciri daya tarik berbeda yang dimaksudkan sebagai
diversifikasi produk. Pengembangan ini dilakukan secara terbatas
karena bukan merupakan bagian dari konsentrasi pengembangan yang
akan dijalankan.
Melihat kondisi alam yang banyak diantaranya masih asli, dapat
diperkenalkan jenis wisata ekowisata. Jenis wisata ini pada umumnya
diminati oleh jumlah wisatawan yang terbatas jumlahnya.Ekowisata
adalah jenis kegiatan wisata yang lebih banyak mengandalkan kepada
daya tarik alam yang ada dan hanya sesedikit mungkin menampilkan
segala sesuatu yang sifatnya buatan manusia, baik untuk daya
tariknya maupun fasilitas-fasilitas wisata. Ekowisata dikembangkan
menjadi daya tarik minor atau yang jumlahnya hanya sedikit, dan
disisi lain tidak perlu dilakukan banyak upaya untuk mengembangkan
kegiatan ini.A. Konsep Ekowisata (Wisata Alam)Pergeseran konsep
kepariwisataan dunia kepada pariwisata minat khusus atau yang
dikenal dengan Ekowisata, dimana saat ini ada kecenderungan semakin
banyak wisatawan yang mengunjungi objek berbasis alam dan budaya
penduduk lokal (Fandeli, 2002), merupakan peluang besar bagi negara
kita dengan potensi alam yang luar biasa ini. Wisatawan cenderung
beralih kepada alam dibandingkan pola-pola wisata buatan yang
mereka rasakan telah jenuh dan kurang menantang.
Menurut The International Ecotourism Society (2002) dalam
Subadra (2007) mendifinisikan ekowisata sebagai berikut: Ecotourism
is responsible travel to natural areas that conserves the
environment and sustains the well-being of local people. Dari
definisi ini, disebutkan bahwa ekowisata merupakan perjalanan
wisata yang berbasiskan alam yang mana dalam kegiatannya sangat
tergantung kepada alam, sehingga lingkungan, ekosistem, dan
kerifan-kearifan lokal yang ada di dalamnya harus dilestarikan
keberadaanya.
Dalam perkembangan kepariwisataa secara umum, muncul pula
istilah sustainable tourism atau wisata berkelanjutan. Wisata
berkelanjutan dipandang sebagai suatu langkah untuk mengelola semua
sumber daya yang secara sosial dan ekonomi dapat dipenuhi dengan
memelihara integritas budaya, proses-proses ekologi yang mendasar,
keragaman hayati, dan unsur-unsur pendukung kehidupan lainnya
(Urquico, 1998 dalam Santoso, 2003). Konsep wisata yang berbasis
ekologi atau yang lebih dikenal dengan Ekowisata (Fandeli 1998,
Nasikun 1999 dalam Fandeli 2000), dilatarbelakangi dengan perubahan
pasar global yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada
negara-negara asal wisatawan dan memiliki ekspektasi yang lebih
mendalam dan lebih berkualitas dalam melakukan perjalanan wisata.
Konsep wisata ini disebut wisata minat khusus (Fandeli, 2000).
Wisatawan minat khusus umunya memiliki intelektual yang lebih
tinggi dan pemahaman serta kepekaan terhadap etika, moralitas dan
nilai-nilai tertentu, sehingga bentuk wisata ini adalah pencarian
pengalaman baru (Hall dan Weitler,1992). Secara umum basis
pengembangan wisata minat khusus meliputi (Fandeli, 2000 ; 37);
1. Aspek alam seperti flora, fauna, fisik geologi, vulkanologi,
hidrologi, hutan alam atau taman nasional.
2. Objek dan daya tarik wisata budaya yang meliputi budaya
peninggalan sejarah dan budaya kehidupan masyarakat.
Potensi ini selanjutnya dapat dikemas dalam bentuk wisata budaya
peninggalan sejarah, wisata pedesaan dan sebagainya dimana
wisatawan memiliki minat utuk terlibat langsung dan berinteraksi
dengan budaya masyarakat setempat serta belajar berbagai hal dari
aspek-aspek budaya yang ada.
Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik
alam yang alami maupun buatan serta budaya yang ada yang bersifat
informatif dan partisipatif yang bertujuan untuk menjamin
kelestarian alam dan sosial-budaya. Ekowisata menitikberatkan pada
tiga hal utama yaitu; keberlangsungan alam atau ekologi, memberikan
manfaat ekonomi, dan secara psikologi dapat diterima dalam
kehidupan sosial masyarakat. Jadi, kegiatan ekowisata secara
langsung memberi akses kepada semua orang untuk melihat,
mengetahui, dan menikmati pengalaman alam, intelektual dan budaya
masyarakat lokal (Khan, 2003).
Konsep ekowisata telah dikembangkan sejak era tahun 80-an,
sebagai pencarian jawaban dari upaya meminimalkan dampak negatif
bagi kelestarian keanekaragaman hayati, yang diakibatkan oleh
kegiatan pariwisata. Konsep ekowisata sebenarnya bermaksud untuk
menyatukan dan menyeimbangkan beberapa konflik secara objektif:
dengan menetapkan ketentuan dalam berwisata; melindungi sumber daya
alam dan budaya; serta menghasilkan keuntungan dalam bidang ekonomi
untuk masyarakat lokal.
Dampak positifnya dari kegiatan ekowisata antara lain menambah
sumber penghasilan dan devisa negara, menyediakan kesempatan kerja
dan usaha, mendorong perkembangan usaha-usaha baru, dan diharapkan
mampu meningkatkan kesadaran masyarakat maupun wisatawan tentang
konservasi sumber daya alam, (Dephut, 2008). Selain itu dampak
sosial bagi masyarakat sekitar juga berdampak seperti yang
dikemukakan Suhanda (2003), bahwa konsep ekowisata yang terdiri
dari komponen pelestarian lingkungan (alam dan budaya), peningkatan
partisipasi masyarakat, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal,
telah diperkenalkan dan dikembangkan dengan sukses di banyak negara
berkembang. Pengembangan ini selalu konsisten dengan dua prinsip
dasar yaitu memberi keuntungan ekonomi langsung kepada masyarakat
lokal serta turut andil dalam pelestarian alam.
Drumm (2002) dalam Suhanda (2003) menyatakan bahwa ada enam
keuntungan dalam implementasi kegiatan ekowisata yaitu:
1. Memberikan nilai ekonomi dalam kegiatan ekosistem di dalam
lingkungan yang dijadikan sebagai obyek wisata;2. Menghasilkan
keuntungan secara langsung untuk pelestarian lingkungan;3.
Memberikan keuntungan secara langsung dan tidak langsung bagi para
stakeholders;4. Membangun konstituensi untuk konservasi secara
lokal, nasional dan internasional;5. Mempromosikan penggunaan
sumber daya alam yang berkelanjutan; dan6. Mengurangi ancaman
terhadap kenekaragaman hayati yang ada di obyek wisata
tersebut.
B. Sifat atau Karakter Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW)
Alam
Menurut Fandeli (1999), dalam Fandeli (2000), sifat dan karakter
kepariwisataan alam terkait dengan ODTW Alam antara lain ;
1. In Situ; ODTW alam hanya dapat dinikmati secara utuh dan
sempurna di ekosistemnya. Pemindahan objek ke ex situ akan
menyebabkan terjadinya perubahan objek dan atraksinya. Pada umumnya
wisatawan kurang puas apabila tidak mendapatkan sesuatu secara utuh
dan apa adanya.2. Perishable ; suatu gejala atau proses ekosistem
hanya terjadi pada waktu tertentu. Gejala atau proses alam ini
berulang dalam burun waktu tertentu, kadang siklusnya beberapa
tahun bahkan ada puluhan tahun atau ratusan tahun. ODTW alam yang
demikian membutuhkan pengkajian dan pencermatan secara mendalam
untuk dipasarkan.3. Non Recoverable ; suatu ekosistem alam
mempunyai sifat dan perilaku pemulihan yang tidak sama. Pemulihan
secara alami sangat tergantung dari faktor dalam (genotype) dan
faktor luar (phenotype). Pemulihan secara alami terjadi dalam waktu
panjang, bahkan ada sesuatu objek yang hampir tak terpulihkan, bila
ada perubahan. Untuk mempercepat pemulihan biasanya dibutuhkan
tenaga dan dana yang sangat besar, apabila upaya ini berhasil
tetapi tidak akan sama dengan kondisi semula.4. Non Substitutable ;
didalam suatu daerah atau mungkin kawasan terdapat banyak objek
alam, jarang sekali yang memiliki kemiripan yang sama.
Pengelolaaan ODTW alam dengan sifat dan karakter In Situ
cenderung memiliki daya tarik tersendiri. ODTW alam ini biasanya
mempunyai keterikatan yang kuat dengan habitat (ekosistem asli).
Kita dapat melihat Onta di kebun binatang Gembira Loka Yogyakarta,
namun kita akan merasa lebih puas jika datang ke habitatnya di
benua Afrika. Kita akan merasa lebih puas melihat gadjah seperti di
Suaka Marga Satwa Tesso Nilo. Provinsi Riau. Karena selain atraksi
juga ekosistem alami juga dapat kita nikmati. Pengelolaan dengan
pendekatan ekosistem inilah sebenarnya yang perlu dilakukan dalam
rangka pelestarian sifat ODTW alam secara In Situ.
Muntahan lahar dan awan panas dari kawah gunung Merapi di tahun
2006 dan 2010 merupakan momen yang menarik juga untuk dijadikan
ODTW alam. Momen ini jarang terjadi dan dalam kurun waktu yang
lama. Terlepas dari fenomena tersebut merupakan suatu bencana alam,
namun tantangan bagi kita untuk mengemasnya sehingga memberikan
nilai kemanfaatan terhadap sifat ODTW alam yang Perisable ini.
Sifat dan karakter ODTW alam yang Non Recoverable membawa
konsekwensi bahwa didalam pengelolaan ODTW alam hendaknya
diperhatikan betul permasalahan daya dukung ODTW alam tersebut.
Disinlah perlunya pengelolaan yang berimbang antara tujuan
ekonomi dan lingkungan alam ODTW tersebut. Jika pengelolaanya
melebihi daya dukung baik sarana maupun jumlah pengunjung, maka
akan terjadi perubahan ekosistim, akan sulit untuk diperbaiki,
bagaimanapun usaha perbaikan itu tidak akan bisa mengembalikan
kepada ekosistem yang asli. Upaya yang ideal adalah menjaga
keseimbangan ekosistem tersebut agar tidak melebihi daya dukung
lingkungan ODTW alam bersangkutan.
C. Pengelolaan Objek dan Daya Tarik Wisata Alam
Setelah mengetahui dan memahami karakter dan sifat dari ODWT
alam, maka barulah dapat disusun suatu kajian pengelolaan wisata
alam dengan melibatkan semua pihak terkait. Pemahaman ekowisata
juga tidak hanya terfokus pada ODTW, namun juga aspek lain yang
memerlukan kajian seperti, daya dukung lingkungan wisata. Semuanya
dipadukan dalam suatu rancangan yang disebut RIPPOW (Rencana Induk
Pengelolaan dan Pengembangan Objek Wisata). Azas kemanfaatan dari
ODTW alam dapat tercapai melalui pengelolaan dan pengusahaan yang
benar dan terkoordinasi, baik lintas sektoral maupun swasta yang
berkaitan dengan pengembangan kegiatan ekowisata, misalnya
kepariwisataan, biro perjalanan, pemerintah daerah, lingkungan
hidup, dan lembaga swadaya masyarakat (Dephut,2008).
Kesuksesan pengembangan ekowisata sangat ditentukan oleh peran
dari masing-masing pelaku ekowisata yaitu; industri pariwisata,
wisatawan, masyarakat lokal, pemerintah dan instansi non
pemerintah, dan akademisi. Para pelaku ekowisata mempunyai peran
dan karakter tersendiri yaitu(France, 1997 dalam Suhanda,
2003).:
1. Industri pariwisata yang mengoperasikan ekowisata merupakan
industri pariwisata yang peduli terhadap pentingnya pelestarian
alam dan keberlanjutan pariwisata dan mempromosikan serta menjual
program wisata yang berhubungan dengan flora, fauna, dan alam.2.
Wisatawannya merupakan wisatawan yang peduli terhadap lingkungan.
3. Masyarakat lokal dilibatkan dalam perencanaan, penerapan dan
pengawasan pembangunan, dan pengevaluasian pembangunan. 4.
Pemerintah berperan dalam pembuatan peraturan-peraturan yang
mengatur tentang pembangunan fasilitas ekowisata agar tidak terjadi
eksploitasi terhadap lingkungan yang berlebihan.5. Akademisi
bertugas untuk mengkaji tentang pengertian ekowisata dan mengadakan
penelitian untuk menguji apakah prinsip-prinsip yang dituangkan
dalam pengertian ekowisata sudah diterapkan dalam prakteknya.
Pembangunan ekowisata yang berkelanjutan dapat berhasil apabila
karakter atau peran yang dimiliki oleh masing-masing pelaku
ekowisata dimainkan sesuai dengan perannya, bekerjasama secara
holistik di antara para stakeholders, memperdalam pengertian dan
kesadaran terhadap pelestarian alam, dan menjamin keberlanjutan
kegiatan ekowisata tersebut.
Dalam pengelolaan ODTW alam, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kesuksesan pengelolaannya diantaranya finansial,
pemasaran produk serta aspek koordinasi. Murkana (1997) menyebutkan
Faktor utama yang menjadi persoalan dalam pengembangan objek dan
daya tarik wisata pada umumnya terkendala pada aspek finansial.
Biasanya investor bersedia menginvestasikan modalnya untuk
pengembangan objek dan daya tarik wisata yang mempunyai potensi
untuk dikembangkan. Tantangan yang umum dihadapi dalam bidang
ekowisata antara lain: pertama, soal pemasaran yang tentunya
terkait dengan jejaring atau kemitraan dengan pelaku wisata lain;
kedua, kualitas SDM dalam pengelolaan kegiatan ekowisata di tingkat
desa atau akar rumput (grassroot); ketiga, yang tak kalah penting
adalah menjaga keselarasan antara misi peningkatan taraf
sosial-ekonomi masyarakat lokal dengan pelestarian sumber daya
hayati, (santoso, 2003). Sementara itu Dephut, (2008) menambahkan
bahwa kendala dalam pengembangan ODTW alam berkaitan dengan
Instrumen kebijaksanaan dalam pemanfaatan dan pengembangan fungsi
kawasan untuk mendukung potensi ODTW alam, Efektifitas fungsi dan
peran ODTW alam ditinjau dari aspek koordinasi instansi terkait,
kapasitas institusi dan kemampuan SDM dalam pengelolaan ODTW alam
di kawasan hutan, serta mekanisme peran serta masyarakat dalam
pengembangan pariwisata alam.
Strategi pengembangan ODTW alam meliputi pengembangan
(Dephut,2008);
1. Aspek Perencanaan Pembangunan ODTW alam yang antara lain
mencakup sistem perencanaan kawasan, penataan ruang (tata ruang
wilayah), standarisasi, identifikasi potensi, koordinasi lintas
sektoral, pendanaan, dan sistem informasi ODTW alam.2. Aspek
Kelembagaan meliputi pemanfaatan dan peningkatan kapasitas
institusi, sebagai mekanisme yang dapat mengatur berbagai
kepentingan, secara operasional merupakan organisasi dengan SDM dan
PP yang sesuai dan memiliki efisiensi tinggi.3. Aspek Sarana dan
Prasarana yang memiliki dua sisi kepentingan, yaitu (1) alat
memenuhi kebutuhan pariwisata alam, (2) sebagai pengendalian dalam
rangka memelihara keseimbangan lingkungan, pembangunan sarana dan
prasarana dapat meningkatkan daya dukung sehingga upaya pemanfaatan
dapat dilakukan secara optimal.4. Aspek Pengelolaan, yaitu dengan
mengembangkan profesionalisme dan pola pengelolaan ODTWA yang siap
mendukung kegiatan pariwisata alam dan mampu memanfaatkan potensi
ODTWA secara lestari.5. Aspek Pengusahaan yang memberi kesempatan
dan mengatur pemanfaatan ODTWA untuk tujuan pariwisata yang
bersifat komersial kepada pihak ketiga dan membuka lapangan kerja
bagi masyarakat setempat.6. Aspek Pemasaran dengan mempergunakan
teknologi tinggi dan bekerja sama dengan berbagai pihak baik dalam
negeri maupun luar negeri.7. Aspek Peran Serta Masyarakat melalui
kesempatan-kesempatan usaha sehingga ikut membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.8. Aspek Penelitian dan Pengembangan yang
meliputi aspek fisik lingkungan, dan sosial ekonomi dari ODTWA.
Diharapkan nantinya mampu menyediakan informasi bagi pengembangan
dan pembangunan kawasan, kebijaksanaan dan arahan pemanfaatan
ODTWA.2.3.6 Konsep Struktur Tata Ruang
Sesuai dengan kaidah perencanaan yang baik, penataan suatu
wilayah harus mempertimbangkan unsur-unsur keterpaduan dan
menyeluruh (holistik). Berdasarkan hal itu, upaya pengembangan
kegiatan Resort Hotel di Desa Alam Endah Kecamatan Rancabali harus
dilakukan dengan memandang Kawasan Wisata Kawah Putih, Ranca Upas,
Situ Patengang dan Kawasan Ciwidey sebagai satu wilayah
pengembangan. Implikasinya adalah semua komponen penunjang ditata
sebagai satu kesatuan yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
Penetapan struktur ruang merupakan penjabaran spatial dari
strategi pengembangan yang diambil, dan dimaksudkan untuk :
1. Memaksimalkan peluang kedatangan wisatawan melalui penciptaan
kemudahan kunjungan.
2. Mengefektifkan upaya pengembangan kegiatan pariwisata melalui
aglomerasi-aglomerasi kegiatan dan alokasi fasilitas penunjang
secara efisien.
3. Meningkatkan citra daya tarik wisata Kawah Putih, Ranca Upas,
Situ Patengang dan Kawasan Ciwidey melalui sediaan produk yang
menarik, serta pelayanan yang berkualitas.
4. Memberi kejelasan kepada berbagai pihak terkait dengan
industri pariwisata dan menyelaraskan dengan rencana pengembangan
sektor-sektor kegiatan lainnya.
Ada 3 unsur strategis yang ditetapkan untuk membentuk struktur
ruang kegiatan yaitu:
a.Simpul-simpul Pengembangan, yang merupakan cluster-cluster
daya tarik wisata, berfungsi sebagai suatu kesatuan wilayah
pengembangan kegiatan wisata dimana di dalamnya:
Terdapat kumpulan berbagai objek/daya tarik wisata.
Sebagai pusat pelayanan kepada wisatawan.
Sebagai tempat pengembangan usaha-usaha pariwisata.
Sebagai pusat pelayanan kepada wisatawan, pada tiap Simpul
Pengembangan harus memiliki fasilitas pelayanan yang bersifat
menunjang akrtivitas wisata, yaitu:
Akomodasi
Logistik
Transportasi
Informasi dan komunikasi
Rekreasi
Simpul pengembangan dengan demikian merupakan suatu kutub
pertumbuhan kegiatan pariwisata dan suatu wilayah. Sebagai kutub
pertumbuhan, tidak diberikan suatu batasan wilayah yang tegas,
sebaliknya diharapkan kutub tersebut akan terus membesar sejauh hal
itu memberi keuntungan kepada wilayah secara keseluruhan. Simpul
pengembangan juga bukan merupakan suatu alokasi wilayah yang secara
eksklusif hanya diperuntukkan bagi pengembangan kegiatan
tertentu.
b. Pintu Gerbang Wilayah, sesuai dengan namanya, akan menjadi
tempat keluar-masuknya wisatawan dari dan ke suatu wilayah.
Penetapan suatu titik sebagai pintu gerbang adalah bersangkut-paut
dengan ketersediaan prasarana perhubungan antar wilayah serta
posisi wilayah-wilayah luar yang akan dipandang menjadi sumber
wisatawan.
Pintu Gerbang Wilayah juga menjadi titik lokasi yang memberi
kesadaran kepada wisatawan mengenai identitas dari suatu wilayah
yang akan dimasuki. Dengan demikian pintu gerbang dapat juga
berfungsi memberikan citra/impresi mengenai suatu wilayah kepada
wisatawan yang datang, sebagai "kesan pertama" yang akan membantu
wisatawan dalam mengapresiasi berbagai daya tarik yang ada di dalam
wilayah tersebut.c. Koridor Penghubung, berfungsi menjadi jalur
pergerakan wisatawan sejak kedatangan dan pergerakan antar Simpul
Pengembangan. Jika pada masing-masing Simpul Pengembangan
pergerakan wisatawan adalah merupakan perjalanan jarak pendek yaitu
dari tempat akomodasi ke berbagai lokasi objek wisata dan daya
tarik lainnya, maka pergerakan wisatawan di Koridor Penghubung
merupakan suatu perjalanan jarak jauh. Perbedaan sifat perjalanan
ini memerlukan jenis pelayanan yang berbeda.2.4. Pengertian Hotel
Secara harfiah, kata Hotel dulunya berasal dari kata HOSPITIUM
(bahasa Latin), artinya ruang tamu. Dalam jangka waktu lama kata
hospitium mengalami proses perubahan pengertian dan untuk
membedakan antara Guest House dengan Mansion House (rumah besar)
yang berkembang pada saat itu, maka rumah-rumah besar disebut
dengan HOSTEL. Rumah-rumah besar atau hostel ini disewakan kepada
masyarakat umum untuk menginap dan beristirahat sementara waktu,
yang selama menginap para penginap dikoordinir oleh seorang host,
dan semua tamu-tamu yang (selama) menginap harus tunduk kepada
peraturan yang dibuat atau ditentukan oleh host (HOST HOTEL).
Sesuai dengan perkembangan dan tuntutan orang-orang yang ingin
mendapatkan kepuasan, tidak suka dengan aturan atau peraturan yang
terlalu banyak sebagaimana dalam hostel, dan kata hostel lambat
laun mengalami perubahan. Huruf s pada kata hostel tersebut
menghilang atau dihilangkan orang, sehingga kemudian kata hostel
berubah menjadi Hotel seperti apa yang kita kenal sekarang.
Menurut beberapa pengertian, Hotel didefinisikan sebagai berikut
:
Menurut Dirjen Pariwisata DepparpostelHotel adalah suatu jenis
akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan, untuk
menyediakan jasa penginapan, makan dan minum, serta jasa lainnya
bagi umum, yang dikelola secara komersial.
Menurut Surat Keputusan Menteri Perhubungan R.I No. PM 10/PW
301/Phb. 77, tanggal 12 Desember 1977;
Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara
komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan
penginapan, berikut makan dan minum.
Menurut Webster
Hotel adalah suatu bangunan atau suatu lembaga yang menyediakan
kamar untuk menginap, makan dan minum serta pelayanan lainnya untuk
umum.
Menurut Hotel Proprietors Act , 1956 , hotel adalah suatu
perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan
pelayanan makanan , minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada
orang orang yang sedang melakukan perjalanan dan mampu membayar
dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima
tanpa adanya perjanjian khusus, maksudnya perjanjian seperti
membeli barang yang disertai dengan perundingan perundingan
sebelumnya.
Sedangkan pengertian hotel yang dimuat oleh Grolier Electronic
Publishing Inc.(1995) menyebutkan bahwa: Hotel adalah usaha
komersial yang menyediakan tempat menginap, makanan dan pelayanan
pelayanan lain untuk umum. 2.4.1 Pengertian Hotel di Indonesia
Pemerintah menurunkan peraturan yang dituangkan dalam Surat
Keputusan Menteri Pariwisata , Pos dan Telekomunikasi No. KM 37 /
PW.340/MPPT-86 tentang Peraturan Usaha dan Penggolongan Hotel. Bab
I, Pasal 1, Ayat (b) dalam surat keputusan tersebut menyebutkan
bahwa: Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan
sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan,
makanan dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang
dikelola secara komersial.
2.4.2 Klasifikasi Hotel Di Indonesia pada tahun 1970 oleh
pemerintah menentukan klasifikasi hotel berdasarkan
penilaian-penilaian tertentu sebagai berikut :
Luas Bangunan
Bentuk Bangunan
Perlengkapan (fasilitas)
Mutu Pelayanan
Namun pada tahun 1977 ternyata sistem klasifikasi yang telah
ditetapkan tersebut dianggap tidak sesuai lagi. Maka dengan Surat
Keputusan Menteri Perhubungan No. PM.10/PW. 301/Pdb 77 tentang
usaha dan klasifikasi hotel, ditetapkan bahwa penilaian klasifikasi
hotel secara minimum didasarkan pada :
Luas Bangunan Bentuk Bangunan
Perlengkapan (fasilitas)
Mutu Pelayanan
Jumlah Kamar yang tersedia
Fasilitas yang tersedia
Peralatan yang digunakan
Mutu Pelayanan ( yang dimiliki )
Berdasarkan pada penilaian tersebut, hotel-hotel di Indonesia
kemudian digolongkan ke dalam 5 (lima) kelas hotel, yaitu :
Hotel Bintang 1 (*)
Hotel Bintang 2 (**)
Hotel Bintang 3 (***)
Hotel Bintang 4 (****)
Hotel Bintang 5 (*****)
Hotel-hotel yang tidak bisa memenuhi standar kelima kelas
tersebut, ataupun yang berada di bawah standar minimum yang
ditentukan oleh Menteri Perhubungan disebut Hotel Non Bintang.
Pada tahun 1970-an sampai dengan tahun 2001, penggolongan kelas
hotel bintang 1 sampai dengan bintang 5 lebih mengarah ke aspek
bangunannya seperti luas bangunan, jumlah kamar dan fasilitas
penunjang hotel dengan bobot penilaian yang tinggi. Tetapi sejak
tahun 2002 berdasarkan Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
No. KM 3/HK 001/MKP 02 tentang penggolongan kelas hotel, bobot
penilaian aspek mutu pelayanan lebih tinggi dibandingkan dengan
aspek fasilitas bangunannya.
Selanjutnya dijelaskan oleh United State Lodging Industry bahwa
, yang utama hotel terbagi menjadi tiga jenis yaitu :
Pengelompokan hotel menurut standard hotel yaitu :
Transient Hotel , adalah hotel yang letak/lokasinya di tengah
kota dengan jenis tamu yang menginap sebagian besar adalah untuk
urusan bisnis dan turis.
Residential Hotel, adalah hotel yang pada dasarnya merupakan
rumahrumah berbentuk apartemen dengan kamarkamarnya , dan disewakan
secara bulanan atau tahunan. Residential Hotel juga menyediakan
kemudahankemudahan seperti layaknya hotel, seperti restoran,
pelayanan makanan yang diantar ke kamar, dan pelayanan kebersihan
kamar
Resort Hotel, adalah hotel yang pada umumnya berlokasi di
tempattempat wisata , dan menyediakan tempattempat rekreasi dan
juga ruang serta fasilitas konferensi untuk tamutamunya.
Pengelompokan hotel menurut standard hotel yaitu :
Hotel international standard
Hotel semi international standard
Hotel national standard
Hotel non national standard ( non claccipied ) Penentuan
standard hotel tersebut didasarkan atas beberapa system yaitu :
Management system ( sistem pengelolaan )
Room capacity system ( sistem kapasitas kamar )
Facilities system (sistem fasilitas yang dimiliki)
Employment system ( sistem penempatan pegawai )
Administration system ( sistem administrasi )
Pengelompokan jenis hotel menurut ukuran besar / kecilnya hotel
yaitu :
Hotel kecil ( small hotel ) : jumlah kamarnya kurang dari 26
kamar tamu
Hotel rata rata kecil sedang ( small average size hotel ):
jumlah kamar 26 99 kamar tamu
Hotel rata rata sedang menengah ( medium average size hotel ) :
jumlah kamar 100 299 kamar tamu
Hotel besar ( large hotel ) : jumlah kamar 300 3000 kamar
tamu
Pengelompokan hotel menurut sistem perencanaan / penentuan
tarifnya yaitu :
European Plan ( EP ) : sistem penentuan tariff yang dicantumkan
hanya harga sewa kamarnya tidak termasuk makan minum dan
lainnya
American Plan ( AP ) : sistem penentuan tarif/sewa kamar ala
Amerika dimana harga yang ditawarkan termasuk sewa kamar + 3 kali
makan Full American Plan ( FAP ) : sistem penentuan tarif/sewa
kamar dimana harga yang ditawarkan termasuk sewa kamar + 3 kali
makan + 3 extras
Modified American Plan ( MAP ) : sistem penentuan tarif/sewa
kamar dimana harga yang ditawarkan termasuk sewa kamar + 2
meals
Bermuda Plan atau Dual Plan ( BP / DP ) : sistem penentuan
tarif/sewa kamar dimana harga yang ditawarkan termasuk sewa kamar +
1 breakfast
Continental Plan ( CP ) : sistem penentuan tarif/sewa kamar
dimana harga yang ditawarkan termasuk sewa kamar + 1 breakfast ala
continental
Pengelompokan hotel menurut lokasi yaitu :
City Hotel atau Business Hotel
Highway hotel atau motor hotel
Mountain hotel
Resort hotel atau beach hotel Pengelompokan hotel menurut ukuran
mayoritas tamunya yang menginap yaitu : Hotel yang mayoritas
tamunya businessman disebut business hotel
Hotel yang mayoritas tamunya remaja disebut youth hotel ( hostel
)
Hotel yang mayoritas tamunya adalah wanita disebut woman
hotel
Hotel yang mayoritas tamunya adalah orang tua yang ingin
istirahat ( cure hotel )
Pengelompokan hotel yang ditinjau dari segi hari hari operasinya
yaitu :
Seasonal hotel , hotel yang hanya beroperasi secara musiman
Year around operating days hotel , hotel yang beroperasi
sepanjang tahun.2.4.3 Kriteria Fasilitas Hotel Bintang 5 Hotel
kelas ini mempunyai kondisi sebagai berikut:
Umum
Lokasi mudah dicapai, dalam arti akses ke lokasi tersebut
mudah
Bebas polusi
Unsur dekorasi Indonesia tercermin pada lobby
Bangunan terawat rapi dan bersih
Sirkulasi di dalam bangunan mudah
a) Bedroom
Mempunyai minimum 100 kamar standar dengan luasan 26 m2/
kamar
Mempunyai minimum 4 kamar suite dengan luasan 52 m2/ kamar
Tinggi minimum 2.6 m tiap lantai
Dilengkapi dengan pengatur suhu kamar di dalam kamar
b) Dining roomMempunyai minimum 3 buah dinning room, salah
satunya dengan spesialisasi masakan (Japanese/ Chinese/ European
food).
c) BarMinimum seperti pada hotel berbintang 4
d) Ruang fungsional
Minimum seperti pada hotel berbintang 4 e) Lobby
Minimum seperti pada hotel berbintang 4f) Drug store Minimum
seperti pada hotel berbintang 4
g) Sarana Rekreasi dan Olahraga Seperti pada hotel berbintang 4
ditambah dengan area bermain anak minimum ayunan atau ungkit
(children playground).h) Utilitas Penunjang Minimum seperti hotel
bintang 4 dengan tambahan:
Transportasi vertikal mekanis.
Ketersediaan air bersih minimum 700 liter/ orang/ hari.
Dilengkapi dengan instalasi air panas/ dingin.
Dilengkapi dengan sentral video, musik, teleks, radio,
carcall.i) Business CenterDi business center ini tersedia beberapa
staf yang dapat membantu dengan bertindak sebagai co-secretary para
tamu yang ingin berkomunikasi dengan kantor pusatnya maupun relasi
bisnisnya. Selain itu, ada pula fasilitas lain seperti faksimili,
teleks, mecanograf. Para tamu dapat memanfaatkan pelayanan dengan
akses internet melalui kamarnya untuk reservasi dan promosi
usahanya, di samping juga dapat melakukan telekonferensi.
j) RestoranSubbagian restoran di hotel yang besar dapat dibagi
menjadi:
Main dining room atau ruang makan utama yang menyediakan makanan
Peraneis atau internasional.
Coffee shop, restoran yang menyediakan dan menyajikan makan pagi
dengan menu dan jenis pelayanannya lebih sederhana atau biasa
disebut ready on plate. Restoran yang spesilik seperti grill-room,
pizzarea, japanesse, oriental. Room service: restoran yang melayani
dan menyediakan hidangan makanan dan minuman kepada tamu hotel yang
enggan keluar kamar. Atas dasar pesanan tamu, makanan dan minuman
diantar langsung ke kamar tamu.
Take out service dan out side catering: untuk lebih meningkatkan
pendapatan penjualan produk yang dihasilkan oleh dapur hotel, ada
beberapa hotel yang melayani pesanan makanan dan minuman dan
penyelenggaraan perjamuan di luar hotel seperti misalnya untuk
perjamuan instansi-instansi pemerintah, perjamuan kenegaraan dan
instansi-instansi swasta. Di samping itu, toko makanan berupa
kue-kue yang dijual oleh pastry shop yang ada di hotel juga
melayani penjualan kue-kue dan ice cream untuk keperluan umum.2.7
Lokasi Proyek 12.7.1 Penetapan Lokasi Proyek Dalam pemilihan lokasi
ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan yang sangat untuk
diperhatikan yaitu : Lokasi merupakan kawasan pengembangan wisata
yang memiliki potensial alam yang baik untuk dikembangkan.
Mengikuti rencana pemerintah kota, dalam hal ini sesuai dengan arah
pengembangan fisik dan zona peruntukan wilayah.
II
TINJAUAN PUSTAKA
B A B
Zona Inti
Zona Penyangga
Zona Pelayanan
Gambar 2.1
Konsep Zonasi
Gambar 2.2
Konsep Pengembangan Daya Tarik Utama
Wisata Agro
Wisata Pedesaan
Wisata Budaya
Wisata Sejarah
Wisata Sejarah
Wisata Air Danau/Situ
Wisata Alam
II-1PAGE II-27