12 BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH A. Evaluasi Evaluasi merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran pada khususnya, dan sistem pendidikan pada umumnya. Artinya, evaluasi merupakan kegiatan yang tidak mungkin dielakkan dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, kegiatan evaluasi, baik evaluasi hasil belajar maupun evaluasi pembelajaran merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pendidikan. Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi yaitu adanya “triangulasi” atau hubungan erat tiga komponen antara tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan evaluasi. 1 Dalam dunia pendidikan, kegiatan evaluasi sering digunakan. Karena selama suatu periode berlangsung, orang perlu mengetahui hasil atau prestasi yang telah dicapai, baik oleh pihak pendidikan maupun oleh peserta didik, hal ini dapat dirasakan dalam semua bentuk dan jenis pendidikan, baik pendidikan formal, non formal maupun informal. 1. Pengertian Evaluasi Secara etimologis atau bahasa, evaluasi yang berarti penilaian, 2 dan evaluasi mengacu pada suatu tindakan atau proses untuk menentukan sesuatu. Sedangkan secara istilah, para ahli mendefinisikan evaluasi sebagai berikut: a. Hendry Clay Lindgren bahwa “Evaluasi is the result of the teacher’s concern with the goals of education”. 3 Evaluasi adalah hasil akhir pengajaran pendidik atas proses pembelajaran yang telah berlangsung. 1 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 24 2 Saliman dan Sudarsono, Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hlm. 69 3 Henry Clay Lindgren, Education Psychology in The Classroom, (New York : John Wiley & Sons, 1959), hlm. 365.
28
Embed
BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
12
BAB II
EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH
A. Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran pada
khususnya, dan sistem pendidikan pada umumnya. Artinya, evaluasi
merupakan kegiatan yang tidak mungkin dielakkan dalam proses
pembelajaran. Dengan kata lain, kegiatan evaluasi, baik evaluasi hasil belajar
maupun evaluasi pembelajaran merupakan bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan pendidikan.
Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi yaitu
adanya “triangulasi” atau hubungan erat tiga komponen antara tujuan
pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan evaluasi.1
Dalam dunia pendidikan, kegiatan evaluasi sering digunakan. Karena
selama suatu periode berlangsung, orang perlu mengetahui hasil atau prestasi
yang telah dicapai, baik oleh pihak pendidikan maupun oleh peserta didik, hal
ini dapat dirasakan dalam semua bentuk dan jenis pendidikan, baik pendidikan
formal, non formal maupun informal.
1. Pengertian Evaluasi
Secara etimologis atau bahasa, evaluasi yang berarti penilaian,2 dan
evaluasi mengacu pada suatu tindakan atau proses untuk menentukan
sesuatu. Sedangkan secara istilah, para ahli mendefinisikan evaluasi
sebagai berikut:
a. Hendry Clay Lindgren bahwa “Evaluasi is the result of the teacher’s
concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah hasil akhir
pengajaran pendidik atas proses pembelajaran yang telah berlangsung.
1 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001),
hlm. 24 2 Saliman dan Sudarsono, Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1994), hlm. 69 3 Henry Clay Lindgren, Education Psychology in The Classroom, (New York : John
Wiley & Sons, 1959), hlm. 365.
13
b. Anne Anasti sebagaimana yang dikutip Chabib Thoha dalam bukunya
Teknik Evaluasi Pendidikan mendefinisikan sebagai kegiatan untuk
menilai sesuatu secara terencana, sistematis, dan terarah berdasarkan
atas tujuan yang jelas.4
c. Wayan Nurkancana dan Sunartana mendefinisikan “evaluasi adalah
suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu
dalam dunia pendidikan”.5 Dalam melakukan evaluasi itu merupakan
proses untuk menentukan nilai terhadap peserta didiknya yang
berkaitan dalam dunia pendidikan.
d. Suharsimi Arikunto mendefinisikan “evaluasi yang berarti menilai
yang dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu”.6 Ini berarti bahwa
dalam kegiatan evaluasi kita harus mengadakan pengukuran terlebih
dahulu, kemudian setelah kita ukur baru kita berikan penilaian.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan pengertian evaluasi yaitu
sesuatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek
dengan menggunakan instrumen tertentu dan hasilnya dibandingkan
dengan tolok ukur tertentu untuk memperoleh suatu simpulan. Dengan
mengacu pada kesimpulan tersebut, evaluasi hasil belajar adalah suatu
proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan
instrumen tes maupun yang non tes.7
Selain istilah evaluasi, terdapat pula istilah lainnya yang hampir
berdekatan, yaitu pengukuran (measurement), pengujian (test), penilaian.
Sementara orang memang lebih cenderung mengartikan kata tersebut
sebagai suatu pengertian yang sama, sehingga dalam pemakaiannya hanya
4M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1991),
hlm. 1 5 Wayan Nurkancana dan Sunartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,
1986), hlm. 1 6 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 3 7 PAU-PPAI UT Materi Pekerti (Peningkatan ketrampilan dasar teknik instruksional),
http://pau.ut.ac.id/isi_pekerti_1.htm.
14
tergantung dari kata mana yang siap untuk diucapkan. Tetapi, ada
beberapa ahli yang membedakan istilah tersebut.
Conny Semiawan Stamboel membedakan antara pengukuran dan
penilaian “pengukuran dilakukan terhadap kemampuan dan kemajuan
belajar di sekolah, sedangkan penilaian terhadap kelakuan yang bersifat
kualitatif, dan evaluasi mencakup kedua pengertian itu”.8
Sedangkan menurut Anas Sudijono bahwa: Pengukuran
(measurement) adalah membandingkan sesuatu dengan atau dasar ukuran
tertentu dan hasil pengukuran bersifat kuantitatif dan penilaian adalah
mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau
berpegangan pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau
bodoh dan sebagainya. Hasil dari penilaiannya bersifat kualitatif.
Sedangkan evaluasi adalah mencakup dua kegiatan yang telah
dikemukakan terdahulu, yaitu mencakup pengukuran dan penilaian.9
Kemudian menurut Guilford sebagaimana yang dikutip oleh
Sumarna Surapranata dalam bukunya Panduan Penulisan Tes Tertulis
Implementasi Kurikulum 2004 bahwa: Pengukuran adalah proses
penetapan angka terhadap suatu segala menurut aturan tertentu.
Pengukuran dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Pengujian
merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan kegiatan
penilaian. Sedangkan penilaian merupakan suatu pernyataan yang
berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau
sesuatu. Dan evaluasi adalah penilaian yang dilakukan secara sistematik
tentang manfaat suatu obyek.10
Jadi pengukuran adalah membandingkan suatu ukuran-ukuran dan
hasilnya bersifat kuantitatif, dan wujud dari pengukuran itu adalah
pengujian yang dikenal dengan tes. Sedangkan penilaian adalah
8 Conny Semiawan Stamboel, Prinsip dan Teknik Pengukuran dan Penilaian di Dalam
Dunia Pendidikan, (Jakarta : Mutiara Sumber Widya, 1990), hlm. 21. 9 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk.
Penilaian bersifat kualitatif, untuk mengadakan evaluasi meliputi kedua
langkah tersebut di atas yakni mengukur dan menilai.
2. Dasar Evaluasi
Ajaran Islam juga menaruh perhatian sangat besar terhadap
evaluasi. Adapun yang mendasari dari evaluasi dalam proses pendidikan
khususnya Islam. Seperti hadits Nabi saw. yang berbunyi sebagai berikut:
حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا : ويروى عن عمرا ين الخطاب قال نلى مة عامالقي موي ابسالح حفا يمانر وض االكبرللع ونيزتو
11)ه الترمذىروا. (حاسب نفسه في الدنياDiriwayatkan dari Umar bin Khattab, ia berkata: “Nilailah (introspeksi) dirimu sebelum kamu dinilai dan hiasilah dirimu dengan kehormatan yang mulia, karena keringanan hisab di hari kiamat itu tergantung pada orang yang menilai dirinya di dunia”. (HR. Tirmidzi)
Berdasarkan hadits di atas, apabila dikaitkan dalam dunia
pendidikan, secara implisit bahwa evaluasi atau penilaian merupakan
introspeksi atau muhasabah pada diri sendiri sebelum melakukan atau
dinilai terhadap orang lain, untuk melihat sejauhmana kemampuan atau
kondisi (apakah mampu atau tidak).
Selanjutnya, menurut Sumadi Suryabrata dalam bukunya Khoiron
Rosyadi12 mengenai dasar evaluasi pembelajaran dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok, yaitu dasar psikologis, dasar didaktis, dan dasar
administratif.
Secara psikologis, orang selalu ingin mengetahui sejauh mana dia
berjalan menuju tujuan yang diinginkan atau yang dicapai. Secara didaktis
menunjukkan bahwa hasil evaluasi sangat besar manfaatnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan didaktis, misalnya untuk memotivasi
11 Abi Isa Muhammad bin Abi Isa, Sunan Tirmidzi, Juz 4, (Beirut: Darul Fikr, 1994), hlm.
Tes perbuatan adalah tes dilakukan dengan jawaban dari
peserta didik yang sedang dinilai.26 Penugasannya dapat
disampaikan secara tertulis maupun lisan.27 Sedangkan
Muhammad Athiyah al-Abrasy mendefinisikan tes perbuatan yaitu:
نستطيع أن نعرف مقدرة الطالب من : وباالمتحان العملىومالحظته , ومهارته اليدويه, الناحيتني العمليه والعلميه معا
28.القويهDengan tes praktek: kita bisa mengetahui kemampuan peserta didik dari dua segi, yaitu dari segi teori (pembelajaran) dan dari segi praktek secara bersama, kita juga dapat mengetahui ketrampilan (tangan), juga dapat mengevaluasi kemampuan peserta didik.
b. Dilihat dari segi jumlah peserta, tes hasil belajar dibedakan menjadi
dua jenis, yakni tes individual dan kelompok.29
1) Tes individual, yakni tes di mana tester hanya berhadapan dengan
satu orang testee saja. Jadi tes yang pada saat diberikan hanya
dilakukan terhadap satu orang
2) Tes kelompok, yakni tes di mana tester berhadapan dengan lebih
dari satu orang testee. Dengan demikian tes ini diberikan lebih dari
satu atau sekelompok anak.
c. Dilihat dari segi penyusunan, menurut tingkat atau taraf mutunya dapat
digolongkan menjadi dua yaitu tes buatan pendidik dan tes baku.30
1) Tes buatan pendidik
Merupakan suatu tes yang dibuat dan digunakan oleh
seorang pendidik sendiri di sekolah. Tes ini digunakan untuk
mengetahui kedudukan prestasi belajar peserta pendidik di kelas
26 Slameto, Ebaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 30. 27 Departemen Agama RI, loc. cit. 28 Muhammad Athiyah al-Abrasy, Ruh at-Tarbiyah wat Ta’lim, (Kairo: Dar al-Khaya al-
Kutub al-Arabiyah, 1369 H.), hlm. 363. 29 Anas Sudijono, op. cit., hlm. 74. 30 Masidjo, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius,
1995), hlm. 57.
23
setelah mengikuti suatu kegiatan instruksional suatu mata pelajaran
dan untuk mengetahui kemajuannya.
2) Tes Baku
Suatu tes yang sudah distandarisasi atau sudah disusun
secara cermat oleh tim ahli penyusun tes melalui uji coba berkali-
kali sehingga tes tersebut memiliki mutu tinggi. Hasil tes tersebut
untuk mengetahui kemampuan belajar calon peserta pendidik,
penjurusan peserta pendidik yang sesuai dengan kemampuan
belajarnya.
Untuk dapat dijadikan alat pengukur, maka tes harus memenuhi
sedikitnya dua syarat, yaitu:
1) Syarat validitas
Validitas berkenaan dengan ketetapan alat penilaian
terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang
seharusnya dinilai. Validitas dalam hal ini tidak berlaku universal,
sebab tergantung pada situasi dan tujuan penilaian. Alat penilaian
yang valid untuk suatu tujuan tertentu belum otomatis akan valid
untuk tujuan yang lain.31
2) Reabilitas
Reabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat
tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat
penilaian tersebut menilai akan memberikan hasil yang relatif
sama.
Tes hasil belajar dikatakan tetap apabila hasil pengukuran
saat ini menunjukkan kesamaan hasil pada saat yang berlainan
waktunya terhadap siswa yang sama. Tetapi kemungkinaan terjadi
perbedaan hasil tersebut disebabkan oleh dua faktor, 1) kesalahan
yang terletak pada kelemahan soal yang tidak memiliki kepastian
jawaban atau meragukan siswa dan 2) disebabkan oleh kondisi
31 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Remaja
Rosdakarya,1999), hlm. 12.
24
yang terjadi pada diri siswa, misal motivasi pada waktu tes pertama
berbeda pada waktu tes kedua.32
Selain kedua syarat di atas, Anas Sudiyono menambahkan dua
syarat lagi, yakni mengenai objektivitas dan praktikabilitas.
1) Bersifat objektif, apabila tes tersebut disusun dan dilaksanakan
“menurut apa adanya”. Dilihat dari segi materi tesnya mengandung
pengertian bahwa materi tes tersebut adalah diambilkan dan materi
atau bahan pelajaran yang telah diberikan sesuai atau sejalan
dengan tujuan instruksional khusus yang telah diberikan. Dan
dilihat dari pemberian skor dan penentuan nilai hasil tesnya, bahwa
pekerjaan koreksi, pemberian skor dan pemberian nilainya
terhindar dari unsur-unsur subjektivitas yang melekat pada diri
penyusun tes.
2) Bersifat praktis dan ekonomis, bahwa tes hasil belajar tersebut
dapat dilaksanakan dengan mudah, karena tes itu:
a) Bersifat sederhana, dalam arti tidak memerlukan peralatan yang
banyak atau peralatan yang sulit pengadaannya
b) Bersifat lengkap, bahwa tes tersebut telah dilengkapi dengan
petunjuk mengenai cara mengerjakannya, kunci jawabannya
dan pedoman scoring serta penentuan nilainya.
Dan bersifat ekonomis, mengandung pengertian bahwa tes
hasil belajar tersebut tidak mengandung pengertian, tes tersebut
tidak memakan waktu yang panjang dan tidak memerlukan tenaga
biaya yang banyak.33
Dengan kriteria sebagaimana tersebut di atas, seorang guru
dapat memilih/menentukan hasil belajar apa yang akan dinilai. Dengan
demikian guru dapat menentukan teknik apa yang akan digunakan
Hasil evaluasi memberi informasi tentang sejauhmana ia telah
menguasai bahan pelajaran yang disampaikan pendidik.
b. Makna bagi pendidik
Hasil evaluasi memberikan petunjuk bagi pendidik mengenai keadaan
peserta didik, materi pengajaran dan metode mengajarnya.
c. Makna bagi pembimbing/penyuluh
Bimbingan dan penyuluhan umumnya diarakan kepada usaha
peningkatan daya serap peserta didik serta penyesuaian peserta didik
dengan lingkungan, sehingga bimbingan dan penyuluhan tersebut lebih
terarah untuk memperoleh informasi yang diinginkan. Evaluasi
memegang peranan penting sesuai tujuannya, apabila ditunjang oleh
informasi yang akurat tentang keadaan peserta didik, baik dari segi
intelektualnya maupun dari segi emosionalnya.
d. Makna bagi sekolah
Keberhasilan kegiatan belajar mengajar ditentukan pula oleh
kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah. Efektivitas kegiatan
belajar mengajar yang diprasyaratkan antara lain adalah kondisi belajar
yang diciptakan sekolah itu diperoleh melalui evaluasi. Hasil evaluasi
yang diperoleh itu dapat dipakai sekolah untuk mengintrospeksi diri
dan untuk melihat sejauhmana kondisi belajar sehingga dapat tercipta
pembelajaran yang baik.
e. Makna bagi orang tua peserta didik
Semua orang tua ingin melihat sejauhmana tingkat kemajuan
yang dicapai anaknya di sekolah, meskipun pengetahuan itu tidak
menjamin adanya upaya dari mereka untuk meningkatkan kemajuan
anaknya.
27
B. Pembelajaran Mata Pelajaran Fiqih
1. Pengertian Pembelajaran Fiqih
Sebelum penulis menjelaskan pengertian pembelajaran mata
pelajaran fiqih terlebih dahulu penulis akan menjelaskan beberapa
pengertian tentang belajar.
Belajar menurut Uzer Usman bahwa:
Belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan, sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.37
Gordon H. Bower, Ernes R. Hilgard mengemukakan bahwa:
Learning refers to the change in a subject’s behavior or behavior potential to a given situation brought about by the subject’s repeated experiences in that situation, provided that the behavior change cannot be explained on the basis of the subject’s native response tendencies, maturation, or temporary states.38 Belajar menunjukkan pada perubahan tingkah laku subyek atau tingkah laku yang potensial menjadi sebuah keadaan atau kondisi yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman berulang-ulang subyek dalam situasi tertentu, hal ini memberi penjelasan bahwa perubahan tingkat laku itu, tidak dapat dijelaskan dari dasar.
Kemudian untuk memudahkan pembahasan dan pemahaman maka
definisi tentang pembelajaran adalah:
Pembelajaran menurut Mulyasa: “Pembelajaran adalah proses
interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi
perilaku ke arah yang lebih baik”.39 Dalam interaksi tersebut banyak sekali
yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri
individu, maupun eksternal yang datang dari lingkungan.
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas): “Pembelajaran adalah proses interaktif
37 Moh. Uzer Usman, Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), hlm. 4. 38 Ernest R. Hilgard, Gordon H. Bower, Theories of Learning, (USA: Prentice Hall, Inc.,
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar”.40
Kemudian menurut Annas Mahduri bahwa pembelajaran berarti
kegiatan belajar mengajar yang interaktif yang terjadi antara santri sebagai
peserta didik dan ustadz sebagai pendidik yang diatur berdasarkan
kurikulum yang telah disusun dalam rangka mencapai tujuan tertentu.41
Dengan demikian pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum
yang menuntut keaktivan pendidik dalam menciptakan dan menumbuhkan
kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan.
Kemudian kata Fiqih menurut bahasa bermakna “tahu dan
paham”,42 sedangkan menurut istilah, banyak ahli fiqih (fuqaha’)
mendefinisikan berbeda-beda, tetapi mempunyai tujuan yang sama di
antaranya:
a. Menurut Syekh Muhammad Qasim al-Ghazy:
واصطالحا العلم باالحكام الشرعية العملية , الفقه هو لغة الفهم 43.املكتسب من أدلتها التفصيلية
Fiqih menurut bahasa adalah faham, sedangkan menurut istilah adalah ilmu tentang hukum yang syar’iyyah awaliyah yang diperoleh dari dalil-dalil yang terperinci.
b. Kemudian menurut Abdul Wahab Khallaf mendefinisikan fiqih adalah
pengetahuan tentang hukum-hukum syariat Islam mengenai perbuatan
manusia, yang diambil dari dalil secara terperinci.44
Jadi dapat disimpulkan dari definisi-definisi di atas, fiqih adalah
ilmu yang menjelaskan tentang hukum syari’ah yang berhubungan dengan
40 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional(SISDIKNAS), (Yogyakarta: Media Wacana, 2003), bab 1, pasal 1, hlm. 11. 41 Annas Mahduri, (Ketua Tim), Pola Pembelajaran di Pesantren, (Jakarta: Departemen
Agama RI, 2003), hlm. 73. 42 Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqih, (Semarang: Pustaka Rizki
149. 76 Ibid., hlm. 150. 77 Departemen Agama RI., Petunjuk Teknis … op. cit., hlm. 49.
38
Ulangan harian dapat disamakan dengan evaluasi formatif.78
Dalam bentuk soal bisa menggunakan obyektif maupun subyektif.
4) Tugas Individu dan kelompok. Tugas individu dapat diberikan
setiap minggu dalam bentuk tugas atau soal uraian baik obyektif
maupun non obyektif. Sedangkan tugas kelompok diberikan untuk
menilai kemampuan pembelajaran dalam kerja kelompok. Bentuk
soal yang digunakan uraian.79
5) Ujian Praktek. Digunakan untuk mengetahui penguasaan akhir
peserta didik terhadap materi pelajaran pada tingkat kognitif dan
psikomotorik. Tugas ini diberikan kaitannya dengan praktek di
laboratorium.80
6) Ulangan Semester
Merupakan ulangan yang mencakup bahan kajian seluruh
pokok bahasan. Selain untuk mengetahui tingkat pencapaian
peserta didik terhadap bahan kajian yang telah dipelajari, juga
untuk menentukan kemajuan atau hasil belajar masing-masing
peserta didik. Hasil penjelasan tersebut digunakan untuk keperluan
laporan pada orang tua dan keperluan administrasi lainnya.81
Ulangan semester pada umumnya dikenal dengan evaluasi
sumatif. Menurut Anita E. Woolfolk, bahwa “Summative
assessment occurs at the end of instruction. Its purpose is to let the
teacher and the students know the level of accomplishment
attained”.82 Artinya: Evaluasi sumatif dilaksanakan setelah selesai
pengajaran. Evaluasi sumatif ditujukan agar pendidik dan para
peserta pendidik tahu tatanan prestasi yang dihasilkan.
Sedangkan menurut Anas Sudijono, bahwa:
78 Anas Sudijono, op. cit., hlm. 71. 79 Martinis Yamin, loc. cit. 80 Ibid., hlm. 151. 81 Ibid., hlm. 50. 82 Anita E. Woolfalk, Educational Psychology, (United States of America : Allyn &
Bacon, 1995), hlm. 551
39
Tes sumatif adalah tes yang dilaksanakan setelah sekumpulan program pelajaran selesai diberikan (berakhir), dengan kata lain, evaluasi yang dilaksanakan setelah seluruh unit pelajaran selesai diajarkan.83
Dalam setiap semester minimal bisa dilakukan dua kali
yakni pada pertengahan semester dan akhir semester.
7) Ujian Akhir
Menguji kemampuan peserta didik dari kelas awal sampai
kelas akhir. Ujian akhir bisa bersifat nasional, regional, maupun
lokal sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hasil penilaian tahap
akhir ini dapat digunakan untuk bahan pertimbangan kelulusan
peserta didik yang dinyatakan telah menyelesaikan pendidikan.84