Top Banner
4 BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah teori catu daya tak terputus, sinyal PWM (Pulse Width Modulation), perbandingan si inverter, aki kering, IC XR2206, IC IR2110, konfigurasi h-bridge, transformator, filter, dan SCR (Silicon Controlled Rectifier). 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus Catu daya tak terputus adalah suatu sistem pencatu tegangan AC yang akan tetap menghasilkan tegangan AC walaupun tidak ada sumber listrik dari jala-jala PLN. Catu daya tak terputus ini terdapat 2 jenis yaitu catu daya tak terputus terbuka dan catu daya tak terputus tersambung. Catu daya tak terputus terbuka tidak tergantung pada tegangan jala-jala PLN dan biasanya digunakan di luar ruangan. Catu daya ini bersumber pada aki kering. Sedangkan catu daya tak terputus tersambung ini terhubung dengan tegangan jala-jala PLN dan biasanya digunakan di dalam ruangan. Jika terjadi pemadaman listrik, maka catu daya tak terputus ini akan menggantikan peran tegangan jala-jala PLN untuk melayani beban. Catu daya tak terputus tersambung ini digolongkan menjadi 2 yaitu catu daya offline dan catu daya online. Pada catu daya offline, rangkaian yang bersumber pada baterai dan berfungsi untuk menggantikan tugas jala-jala PLN atau sering kita kenal dengan nama inverter, hanya bekerja pada saat tegangan jala-jala PLN mati. Perpindahan sumber tegangan dari tegangan jala-jala PLN ke catu daya offline ini menggunakan sebuah saklar otomatis sehingga terdapat sedikit jeda waktu yang memungkinkan beban dapat reset/restart. Sedangkan pada catu daya online, inverter bekerja secara terus menerus sejak tegangan jala-jala PLN masih hidup karena beban yang dilayani oleh tegangan jala-jala PLN melalui rangkaian inverter. Oleh karena itu pada catu daya online ini, jeda waktu yang memungkinkan beban reset/restart tidak terjadi.
15

BAB II DASAR TEORI · 2016. 9. 23. · DASAR TEORI . Pada bab ini akan ... data untuk telekomunikasi, pengontrolan daya atau tegangan yang masuk ke beban, regulator tegangan, efek

Feb 12, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 4

    BAB II

    DASAR TEORI

    Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai

    acuan dalam merealisasikan sistem. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan

    skripsi ini adalah teori catu daya tak terputus, sinyal PWM (Pulse Width Modulation),

    perbandingan si inverter, aki kering, IC XR2206, IC IR2110, konfigurasi h-bridge,

    transformator, filter, dan SCR (Silicon Controlled Rectifier).

    2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus

    Catu daya tak terputus adalah suatu sistem pencatu tegangan AC yang akan tetap

    menghasilkan tegangan AC walaupun tidak ada sumber listrik dari jala-jala PLN. Catu

    daya tak terputus ini terdapat 2 jenis yaitu catu daya tak terputus terbuka dan catu daya

    tak terputus tersambung.

    Catu daya tak terputus terbuka tidak tergantung pada tegangan jala-jala PLN dan

    biasanya digunakan di luar ruangan. Catu daya ini bersumber pada aki kering.

    Sedangkan catu daya tak terputus tersambung ini terhubung dengan tegangan jala-jala

    PLN dan biasanya digunakan di dalam ruangan. Jika terjadi pemadaman listrik, maka

    catu daya tak terputus ini akan menggantikan peran tegangan jala-jala PLN untuk

    melayani beban.

    Catu daya tak terputus tersambung ini digolongkan menjadi 2 yaitu catu daya

    offline dan catu daya online. Pada catu daya offline, rangkaian yang bersumber pada

    baterai dan berfungsi untuk menggantikan tugas jala-jala PLN atau sering kita kenal

    dengan nama inverter, hanya bekerja pada saat tegangan jala-jala PLN mati.

    Perpindahan sumber tegangan dari tegangan jala-jala PLN ke catu daya offline ini

    menggunakan sebuah saklar otomatis sehingga terdapat sedikit jeda waktu yang

    memungkinkan beban dapat reset/restart. Sedangkan pada catu daya online, inverter

    bekerja secara terus menerus sejak tegangan jala-jala PLN masih hidup karena beban

    yang dilayani oleh tegangan jala-jala PLN melalui rangkaian inverter. Oleh karena itu

    pada catu daya online ini, jeda waktu yang memungkinkan beban reset/restart tidak

    terjadi.

  • 5

    Gambar 2.1 dan 2.2 berikut ini merupakan diagram blok dari sistem UPS offline

    dan online yang menunjukkan perbedaan dari sistem catu daya offline dan online.

    Gambar 2.1. Sistem UPS offline

    Gambar 2.2. Sistem UPS online

    2.2. Sinyal PWM (Pulse Width Modulation)

    PWM (Pulse Width Modulation) secara umum adalah sebuah cara memanipulasi

    lebar sinyal yang dinyatakan dengan pulsa dalam satu periode, untuk mendapatkan

    tegangan rata-rata yang berbeda. Beberapa contoh aplikasi PWM adalah pemodulasian

    data untuk telekomunikasi, pengontrolan daya atau tegangan yang masuk ke beban,

    regulator tegangan, efek audio, penguatan, dan lain-lain. Sedangkan aplikasi PWM

    berbasis mikrokontroler biasanya berupa pengendalian kecepatan motor DC,

    pengendalian motor servo, dan pengaturan nyala terang.

    Konsep dasar sinyal PWM pada umumnya memiliki amplitudo dan frekuensi

    dasar yang tetap, namun memiliki lebar pulsa yang bervariasi. Lebar pulsa PWM

    berbanding lurus dengan amplitudo sinyal asli yang belum termodulasi. Artinya, sinyal

    PWM memiliki frekensi gelombang yang tetap namun duty cycle bervariasi antara 0%

    sampai 100%.

    Saklar Beban

    Penyearah Inverter Baterai

    Jala-jala PLN

    Penyearah Inverter Beban

    Baterai

    Jala-jala PLN

  • 6

    Amplitudo (volt)

    Waktu (detik)

    Gambar 2.3. Sinyal PWM

    dengan 𝑡𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑡𝑜𝑛 + 𝑡𝑜𝑓𝑓

    𝐷 = ton

    𝑡𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑥100%

    𝑉𝑖𝑛 = 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑖𝑔 𝑥 𝑡𝑜𝑛 + (𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑙𝑜𝑤 𝑥 𝑡𝑜𝑓𝑓)

    𝑡𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

    𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝐷 𝑥 𝑉𝑖𝑛

    Dimana

    ton = waktu pulsa bernilai high (detik)

    toff = waktu pulsa bernilai low (detik)

    D = duty cycle, yaitu lamanya pulsa high dalam 1 periode

    𝑉𝑖𝑛 = tegangan masukan (volt)

    𝑉𝑜𝑢𝑡 = tegangan keluaran (volt)

    Dari persamaan-persamaan tersebut, diketahui bahwa perubahan duty cycle akan

    merubah tegangan output atau tegangan rata-rata seperti pada Gambar 2.4

    ton

    toff

    tegangan high

    tegangan low

  • 7

    Gambar 2.4. Tegangan rata-rata PWM berdasarkan lebar pulsa

    Sinyal PWM ini dapat dibangkitkan dengan banyak cara, baik secara digital

    maupun secara analog. Secara digital perubahan PWM dipengaruhi oleh resolusi PWM

    itu sendiri. Resolusi merupakan jumlah variasi perubahan nilai dalam PWM tersebut.

    Misalkan suatu PWM memiliki resolusi 8 bit, berarti PWM ini memiliki variasi

    perubahan sebanyak 256 variasi mulai dari 0 - 255 perubahan yang mewakili duty cycle

    0% - 100% dari keluaran PWM tersebut.

  • 8

    Gambar 2.5. Sinyal PWM digital

    Sedangkan sinyal PWM yang dibangkitkan secara analog dapat diperoleh dengan

    membandingkan 2 buah sinyal dengan menggunakan komparator. Sinyal yang pertama

    merupakan sinyal referensi yang masuk pada kaki non-inverting komparator. Sinyal

    referensi ini biasanya berupa sinyal sinusoida dengan amplitudo dan frekuensi tertentu.

    Sinyal yang kedua merupakan sinyal pembawa (sinyal carrier) yang masuk pada kaki

    inverting komparator. Sinyal carrier ini biasanya berupa sinyal segitiga atau gergaji.

    Gambar 2.6. Blok diagram pembentukan sinyal PWM dengan

    membandingan sinyal referensi dan carrier

    +

    -

    Sinyal Referensi

    Sinyal Carrier

    Opamp PWM

  • 9

    2.3. Gelombang Tangga 3 Tingkat dan PWM 3 Level

    2.3.1. Gelombang Tangga 3 tingkat

    Gelombang tangga 3 tingkat terdiri dari sinyal kotak dengan dutycycle kecil,

    sinyal kotak dengan dutycycle sedang, dan sinyal kotak dengan dutycycle besar. Ketiga

    sinyal kotak yang mempunyai dutycycle berbeda ini ditambahkan sehingga membentuk

    sinyal yang menyerupai tangga sebanyak 3 tingkat. Gambar 2.7 berikut ini akan

    menunjukkan sinyal kotak dengan dutycycle kecil, sedang, dan besar yang digabung

    sehingga membentuk gelombang tangga 3 tingkat.

    Gambar 2.7. Gelombang tangga 3 tingkat

  • 10

    2.3.2. Sinyal PWM 3 Level

    Sinyal PWM 3 level dihasilkan dari pensaklaran empat buah MOSFET yang

    membentuk konfigurasi H-bridge. Masing-masing MOSFET mendapat inputan sinyal

    yang berbeda sehingga membentuk sinyal PWM 3 level seperti ditunjukkan oleh

    Gambar 2.8 berikut ini.

    Gambar 2.8. Sinyal PWM 3 level

    2.4. Inverter

    Inverter merupakan rangkaian elektronika daya yang digunakan untuk mengubah

    tegangan searah (DC) menjadi tegangan bolak-balik (AC). Sumber tegangan input

    inverter dapat menggunakan baterai, tenaga surya, atau sumber tegangan DC yang lain.

    Output dari inverter ini dapat berupa tegangan AC yang berbentuk gelombang kotak

    (square wave), gelombang sinus (sine wave), dan gelombang sinus termodifikasi (sine

    wave modified). Proses konversi tegangan dari DC ke AC ini biasanya membutuhkan

    rangkaian penaik tegangan.

    Beberapa hal penting yang harus diperhatikan pada saat menggunakan inverter

    adalah kapasitas beban yang akan ditahan oleh inverter, besar sumber tegangan input

    yang akan digunakan, dan bentuk gelombang output inverter yang akan mempengaruhi

    efisiensi dari inverter tersebut.

    Inverter dapat dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan jumlah fasa

    outputnya, pengaturan tegangannya, dan bentuk gelombang outputnya.

  • 11

    Berdasarkan jumlah fasa outputnya, inverter dapat dibedakan dalam

    - Inverter 1 fasa, yaitu inverter dengan output 1 fasa.

    - Inverter 2 fasa, yaitu inverter dengan output 3 fasa.

    Sedangkan berdasarkan pengaturan tegangannya, inverter dapat dibedakan

    menjadi

    - Voltage Fed Inverter (VFI), yaitu inverter dengan tegangan input yang diatur

    konstan.

    - Current Fed Inverter (CFI), yaitu inverter dengan arus input yang diatur

    konstan.

    - Variable dc linked inverter, yaitu inverter dengan tegangan input yang dapat

    diatur.

    Kemudian berdasarkan bentuk gelombang output-nya inverter dapat dibedakan

    menjadi

    - Square wave inverter, yaitu inverter dengan output berbentuk gelombang

    kotak, inverter jenis ini tidak dapat digunakan untuk mensupply tegangan ke

    beban induktif atau motor listrik

    - Sine wave inverter, yaitu inverter yang memiliki tegangan output dengan

    bentuk gelombang sinus murni. Inverter jenis ini dapa memberikan supply

    tegangan ke beban (Induktor) atau motor listrik dengan efisiensi daya yang

    baik.

    - Sine wave modified inverter, yaitu inverter dengan tegangan output berbentuk

    gelombang kotak yang dimodifikasi sehingga menyerupai gelombang sinus.

    Inverter jenis ini memiliki efisiensi daya yang rendah apabila digunakan untuk

    mensupplay beban induktor atau motor listrik.

    2.5. Aki Kering

    Aki kering merupakan baterai yang terdiri dari beberapa sel yang dipasang secara

    seri, dimana setiap selnya mempunyai tegangan sebesar 2 volt. Jadi untuk aki kering

    yang memiliki tegangan 6 volt berarti memiliki 3 buah sel sedangkan aki kering yang

    memiliki tegangan 12 volt memiliki 6 buah sel.

    Setiap aki kering mempunyai kapasitas yang berbeda-beda. Kapasitas aki kering

    atau sering kita sebut dengan kapasitas baterai dapat didefinisikan sebagai jumlah

  • 12

    ampere jam. Kapasitas aki kering ini dinyatakan dengan satuan ampere hour (Ah) yang

    didapat dari perkalian kuat arus (ampere) dengan waktu (hour / jam).

    Satu Ah pada aki kering mempunyai arti aki kering dalam keadaan ideal dapat

    ditarik arus sebesar 1 ampere selama 1 jam penuh. Jika kapasitas aki kering yang

    tersedia 1 Ah dan arus yang ditarik sebesar 2 Ah, maka aki kering hanya dapat bertahan

    selama ½ jam saja. Sebaliknya jika arus yang ditarik sebesar 0,5 ampere, maka aki

    kering dapat bertahan selama 2 jam. Lalu perhitungan daya pada aki kering didapat

    dengan mengalikan tegangan dan kapasitas aki keringnya. Jika suatu aki kering

    mempunyai tegangan 12 volt dengan kapasitas 7,2 Ah berarti energi yang dapat

    dihasilkan oleh aki kering dalam keadaan ideal adalah 12 x 7,2 = 86,4 watt selama 1

    jam.

    2.6. IC XR2206

    XR2206 adalah IC generator yang mampu menghasilkan sinyal sinusoida,

    segitiga, kotak, dan gergaji. Bentuk dan akurasi sinyal yang dihasilkan oleh XR2206

    mempunyai kualitas yang bagus. Amplitudo dan frekuensi sinyal dapat diatur dengan

    menggunakan tegangan dari luar, dimana rentang frekuensi yang dapat dihasilkan

    adalah 0,01Hz sampai dengan 1MHz. XR2206 ini mempunyai beberapa keunggulan

    yaitu

    - Distorsi rendah pada sinyal sinus yaitu sekitar 0,5%

    - Mempunyai stabilitas termperatur yang baik

    - Mempunyai rentang tegangan yang cukup besar yaitu 10 sampai dengan 26 volt

    - Mempunyai rentang frekuensi kerja yang besar

    Dengan keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh XR2206, XR2006 ini

    biasanya diaplikasikan untuk

    - Menghasilkan sinyal (sinus, segitiga, kotak, dan gergaji)

    - Menghasilkan sinyal FSK (Frequency Shift Keying)

    - Menghasilkan sinyal AM (Amplitude Modulation) / FM (Frequency

    Modulation)

    - Konverter tegangan ke frekuensi

    - PLL (Phase Locked Loop)

    Gambar 2.9 berikut ini menunjukkan konfigurasi dari kaki-kaki XR2206

  • 13

    Gambar 2.9. Konfigurasi IC XR2206

    2.7. IC IR2110

    IR2110 merupakan sebuah IC driver setengah gelombang untuk MOSFET

    (Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor) atau IGBT (Insulated Gate

    Bipolar Transistor) yang mempunyai tegangan dan kecepatan yang tinggi. IR2110 ini

    mempunyai 2 buah input yaitu LIN dan HIN dan 2 buah output yaitu LO dan HO. Input

    yang terhubung pada kaki LIN akan dikeluaran bagian rendahnya (low) saja pada kaki

    LO. Sedangkan input yang terhubung pada kaki HIN akan dikeluarkan bagian tingginya

    (high) saja pada kaki HO. Gambar 2.10 berikut menunjukkan konfigurasi dari IC

    IR2110

    Gambar 2.10. Konfigurasi IC IR2110

    2.8. Konfigurasi H-Bridge

    Konfigurasi H-bridge merupakan suatu rangkaian yang susunan transistornya

    membentuk huruf H. Konfigurasi H-bridge ini banyak diaplikasikan untuk driver motor.

    Transistor yang biasa digunakan pada konfigurasi H-bridge ini adalah BJT (Bipolar

    Junction Transistor) dan MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect

  • 14

    Transistor). Transistor pada konfigurasi H-bridge ini difungsikan sebagai switching

    atau sebagai saklar. Gambar 2.11 menunjukkan konfigurasi dasar dari konfigurasi H-

    bridge

    Gambar 2.11. Konfigurasi H-bridge

    Konfigurasi H-bridge pada Gambar 2.11 akan bekerja jika beban mendapatkan

    pasokan tegangan dan arus dapat mengalir dari Vcc ke ground. Dengan kata lain, saklar

    3 dan saklar 2 harus dalam kondisi on secara bersamaan atau saklar 4 dan saklar 1

    dalam kondisi on secara bersamaan.

    2.9. Transformator

    Teori dasar transformator atau sering kita kenal dengan sebutan trafo adalah suatu

    alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih

    rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang yang lain, melalui suatu gandengan magnet

    berdasarkan prinsip induksi electromagnet. Trafo ini dapat mengubah tegangan AC

    (bolak-balik) menjadi lebih tinggi atau menjadi lebih rendah tanpa mengubah

    frekuensinya.

    Trafo terdiri dari 3 bagian penting yaitu kumparan primer, kumparan sekunder,

    dan inti besi. Inti besi ini merupakan bagian dari trafo yang menghasilkan fluks untuk

    menghubungkan bagian primer dan sekunder trafo. Ketika kumparan primer

    dihubungkan dengan sumber tegangan AC, maka kumparan primer akan menghasilkan

    garis-garis gaya magnet yang berubah-ubah. Perubahan garis-garis gaya dari kumparan

    primer ini akan menginduksi kumparan sekunder sehingga timbul arus bolak-balik.

    Gambar 2.12 berikut ini akan menunjukkan bagian primer dan sekunder trafo.

  • 15

    Gambar 2.12. Bagian primer dan sekunder trafo

    Trafo biasanya digunakan untuk menyesuaikan atau merubah tegangan listrik

    arus bolak-balik, untuk memisahkan suatu rangkaian dengan rangkaian yang lainnya,

    dan untuk menyesuaikan impedansi antara rangkaian satu dengan lainnya.

    Aplikasi penggunaan trafo dibedakan menjadi 2 macam

    1. Trafo step-up (penaik tegangan), yaitu dengan memberikan tegangan masukkan

    pada bagian sekundernya maka pada bagian primer trafo akan menghasilkan

    tegangan yang lebih tinggi.

    2. Trafo step-down (penurun tegangan), yaitu dengan memberikan tegangan

    masukkan pada bagian primernya maka pada bagian sekunder trafo akan

    menghasilkan tegangan yang lebih rendah.

    Arus yang masuk pada bagian primer (Ip) dan sekunder (Is) trafo tidak sama. Hal

    ini dipengaruhi oleh banyaknya lilitan primer (Np) dan lilitan sekunder (Ns) pada trafo,

    Hubungan tegangan, arus, dan banyaknya lilitan pada bagian primer dan sekunder trafo

    ditunjukkan oleh persamaan 𝑉𝑝

    𝑉𝑠=

    𝑁𝑝

    𝑁𝑠=

    𝐼𝑠

    𝐼𝑝

    2.10. Filter

    Filter adalah suatu rangkaian yang dapat memisahkan sinyal berdasarkan

    frekuensinya. Ada frekuensi yang diterima atau dalam hal ini dibiarkan lewat dan ada

    juga frekuensi yang ditolak atau dalam hal ini secara praktis dilemahkan. Hubungan

    keluaran dan masukan suatu filter ini dinyatakan dengan fungsi alih (transfer function).

    Nilai dari fungsi alih sering disebut magnitude yang dinyatakan dalam satuan desibel

    (dB).

  • 16

    Berdasarkan sifatnya filter ada 2 macam yaitu filter pasif dan filter aktif. Filter

    pasif dapat dirancang dengan menggunakan komponen pasif seperti resistor, kapasitor,

    dan induktor. Sedangkan filter aktif biasanya menggunakan komponen aktif seperti op-

    amp dan transistor. Jika dibandingkan dengan filter pasif, filter aktif ini memiliki

    beberapa keunggulan yaitu harga komponen untuk filter aktif yang relatif lebih murah,

    tidak ada masalah pada pembebanan karena tahanan inputnya tinggi dan tahanan

    outputnya rendah, serta pengaturan penguatan dan frekuensi yang relativf lebih mudah.

    Rangkaian filter ini dapat diaplikasikan secara luas, baik untuk menyaring sinyal

    pada frekuensi rendah, frekuensi audio, frekuensi tinggi, atau pada frekuensi-frekuensi

    tertentu saja. Oleh karena itu, baik filter pasif maupun filter aktif dapat dikelompokkan

    menjadi 4 tipe yaitu

    1. Filter lolos bawah (LPF/Low Pass Filter)

    2. Filter lolos atas (HPF/High Pass Filter)

    3. Filter lolos pita (BPF/Band Pass Filter)

    4. Filter tolak rendah (BSF/Band Stop Filter / Notch Filter)

    Setiap filter pasti mempunyai frekuensi cut-off (fc), yaitu batas frekuensi dimana

    tegangan akan dilewatkan secara penuh atau mulai diperlemah. Pada LPF, keluaran

    tegangannya akan tetap sama sampai fc kemudian frekuensi di atasnya akan mulai

    diperlemah. Pada HPF, keluaran di bawah fc masih lemah dan naik terus sampai

    tegangan keluarannya stabil pada frekuensi tertentu. Untuk BPF dan BSF memiliki 2

    buah frekuensi cut-off yaitu fL (low) dan fH (high), namun frekuensi yang akan

    dilewatkan berbeda. Pada BPF, frekuensi yang dilewatkan adalah frekuensi antara fL

    dan fH. Sedangkan pada BSF frekuensi yang dilewatkan adalah frekuensi di bawah fL

    dan di atas fH

    Bentuk tanggapan frekuensi filter berdasarkan tipenya dapat dilihat pada Gambar

    2.13 berikut ini

  • 17

    Gambar 2.13. Bentuk tanggapan frekuensi filter

    2.11. SCR (Silicon Controlled Rectifier)

    SCR merupakan perpaduan antara transistor PNP dan NPN namun mempunyai

    prinsip kerja yang berbeda dengan kedua jenis transistor tersebut. SCR ini mempunyai 3

    buah kaki yaitu anoda, katoda, dan gate. Gambar 2.14 berikut ini akan menunjukkan

    simbol dari sebuah SCR.

    Gambar 2.14. Simbol SCR

  • 18

    SCR dapat ditriger menjadi on dengan memberikan arus pada kaki gate SCR.

    Semakin besar arus gate yang diberikan (𝐼𝑔), maka tegangan minimum yang dibutuhkan

    untuk membuat SCR menjadi on atau sering disebut sebagai tegangan breakover (𝑉𝑏𝑜 )

    akan semakin kecil. Ketika SCR sudah on, SCR membutuhkan nilai arus tertentu atau

    sering disebut dengan istilah arus holding (𝐼 ) yang digunakan untuk mempertahankan

    SCR agar tetap on. Oleh karena itu, cara untuk membuat sebuah SCR menjadi off

    adalah dengan cara menurunkan arus anoda ke katoda turun di bawah arus holding (𝐼 ).

    Gambar 2.15 berikut ini akan menunjukkan karakteristik dari sebuah SCR.

    Gambar 2.15. Karakteristik kurva I-V SCR