4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1 Definisi Tidur Tidur adalah keadaan dimana kesadaran akan menghilang secara normal, sehingga seseorang tidak dapat menilai dirinya sendiri maupun keadaan sekitar. Saat tidur aktivitas korteks otak akan berkurang yang mengakibatkan kita tidak dapat merespon stimuli dari luar layaknya pada saat kita terjaga (Fredholm, 2011). Tidur juga merupakan aktivitas susunan saraf pusat yang berperan sebagai lonceng biologik (Biologic clock).Segala mahluk memperlihatkan irama kehidupan yang sesuai dengan masa rotasi dari bola dunia.Bukan hanya manusia, binatang dan tanaman juga mempunyai irama kehidupan dalam siklus 24 jam, sebulan, tiga bulan atau setahun.Irama yang seirama dengan rotasi bola dunia dinamakan irama sikardian (Priguna, 2009). Gambar 2.1 Pola EEG selama berbagai jenis tidur a. Grafik pertama, tidur gelombang lambat, b. Grafik kedua tidur paradoks c. Grafik ketiga saat terjaga, mata terbuka (Lauralee, 2016)
18
Embed
BAB II - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41109/3/jiptummpp-gdl-rkamilahsa-47108-3-bab2.pdf · d. Obat-obatan Beberapa efek obat diantaranya ada yang menyebabkan mudah mengantuk/tertidur
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tidur
2.1.1 Definisi Tidur
Tidur adalah keadaan dimana kesadaran akan menghilang secara normal, sehingga
seseorang tidak dapat menilai dirinya sendiri maupun keadaan sekitar. Saat tidur
aktivitas korteks otak akan berkurang yang mengakibatkan kita tidak dapat merespon
stimuli dari luar layaknya pada saat kita terjaga (Fredholm, 2011).
Tidur juga merupakan aktivitas susunan saraf pusat yang berperan sebagai
lonceng biologik (Biologic clock).Segala mahluk memperlihatkan irama kehidupan
yang sesuai dengan masa rotasi dari bola dunia.Bukan hanya manusia, binatang dan
tanaman juga mempunyai irama kehidupan dalam siklus 24 jam, sebulan, tiga bulan
atau setahun.Irama yang seirama dengan rotasi bola dunia dinamakan irama sikardian
(Priguna, 2009).
Gambar 2.1 Pola EEG selama berbagai jenis tidur
a. Grafik pertama, tidur gelombang lambat,
b. Grafik kedua tidur paradoks
c. Grafik ketiga saat terjaga, mata terbuka
(Lauralee, 2016)
5
2.1.2 Patofisiologi Tidur
Tidur tidak dapat diartikan sebagai manifestasi proses de-aktivasi susunan saraf
pusat. Jadi, seseorang yang tertidur itu bukan karena susunan saraf sarafnya tidak
aktif, melainkan giat dalam mengadakan sinkronisasi terhadap neuron-neuron
substansia retikularis dari batang otak.Bagian susunan saraf pusat yang berfungsi
untuk mengadakan sinkronisasi kegiatan neuronal ialah substansia retikularis
ventrilaris medula oblongata dan dinamakan pusat tidur (Priguna, 2009).
Tidur adalah suatu proses aktif, bukan sekedar hilangnya keadaan terjaga. Tingkat
aktivitas otak keseluruhan tidak berkurang selama tidur.Selama tahap-tahap trtentu
tidur, penyerapan 02 oleh otak bahkan meningkat melebihi tingkat normal sewaktu
terjaga (Lauralee, 2016).
Terdapat dua jenis tidur, yang ditandai dengan pola EEG yang berbeda dan
perilaku yang berlainan yaitu non-rapid eye movement (Non-REM) dan rapid eye
movement (REM) (Lauralee, 2016).
2.1.2.1 Non-Rapid Eye Movement(Non-REM)
Pada Non-REM terjadi empat tahap tidur yang masing-masing tahapnya
memperlihatkan gelombang EEG yang semakin pelan dengan amplitudo yang
besar (Gambar 1). Pada permulaan tidur, seseorang berpindah dari tidur ringan
tahap 1 menjadi tidur dalam stadium 4 dalam waktu 30 hingga 45 menit (Lauralee,
2016).
a. Tahap 1
Pada tahap ini adalah tahap transisi dari kondisi sadar menjadi kabur dengan
ditandai seseorang merasa kabur dan rileks, seluruh otot menjadi lemas, kelopak
6
mata menutup dan kedua bola mata bergerak ke kana-kiri.EEG dari tahap ini
memperlihatkan penurunan voltasi dengan adanya gelombang-gelombang alfa
yang makin menurun frekuensinya (Priguna, 2009).
b. Tahap 2
Keadaan tidur masuk ke tahap kedua apabila timbul sekelompok gelombanag
yang berfrekuensi 14-18 siklus/detik pada aktifitas dasar yang berfrekuensi 3-6
siklus/detik.Gelombang-gelombang ini dikenal sebagai Sleep Spindles.Pada
tahap ini ditandai dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh
menurun dan tonus otot perlahan-lahan berkurang (Priguna, 2009).
c. Tahap 3
Tahap ini, EEG memperlihatkan perubahan gelombang dasar berfrekuensi 3-6
siklus/detik menjadi 1-2 siklus/detik, yang sesekali terseling oleh timbulnya
Sleep Spindles(Priguna, 2009).
d. Tahap 4
Pada tahap ini, EEG memperlihatkan hanya irama gelombang lambat yang
berfrekuensi 1-2 siklus/detik tanpa munculnya Sleep Spindles(Priguna, 2009).
Keadaan fisik pada tahap ketiga dan keempat adalah lemah lunglai, karena tonus otot
lenyap secara menyeluruh (Priguna, 2009).
Pada tahap 3 dan 4 juga seringkali di kombinasikan karena sulit untuk membedakan
antar satu dengan yang lain. Kedua tahap ini disebut dengan tidur delta, deep sleep atau
slow-wave sleep(Lee-chiong, 2006).
2.1.2.2 Rapid Eye Movement
7
Pada akhir tiap-tiap tahap tidur Non-REM, terdapat episode tidur REM selama
10 hingga 15 menit.Pola EEG selama periode ini mendadak berubah seperti dalam
keadaan terjag, meskipun anda masih tidur lelap (Gambar 2.1) (Lauralee, 2016).
Menurut Lee-chiong (2006) terdapat 2 jenis fase REM yaitu
a. Tonic
Pada REM fase ini terjadi parlisis di hampir seluruh otot, kecuali otot jantung,
otot pernafasan dan otot spinter di sistem pencernaan (Lee-chiong, 2006).
b.Phasic
Pada REM fase phasic mempunyai karekteristik gerakan bola mata yang cepat
dan terkadang terjadi peningkatan aktivitas EMG (Lee-chiog, 2006). Pada
faseini detak jangtung, pola pernafasan dan juga tekana darah menjadi irregular
(Fredholm, 2011).
Setelah episode REM selesai, tahap-tahap Non-REM kembali berulang.Seseorang
secara bergantian mengalami kedua jenis pola tidur sepanjang malam (Lauralee, 2016).
Dalam siklus tidur normal, seseorang selalu melewati tahap Non-REM sebelum
masuk tahap REM. Secara rerata, tidur REM menempati 20% waktu tidur total pada masa
remaja dan sebagian besar pada masa dewasa (Lauralee, 2016).
8
TABEL 2.1 Perbandingan Non-REM dan REM(Lauralee, 2016).
JENIS TIDUR
Karakteristik Non-REM REM
EEG Memperlihatkan gelombang-gelombang Serupa dengan EEG pada orang yang
lambat sadar penuh
Aktivitas Tonus otot cukup; sering bergerak Inhibisi mendadak tonus otot ; tidak ada
motorik gerakan
Kecepatan jantung, Penurunan ringan Ireguler
kecepatan pernapasan,
tekanan darah
Bermimpi Jarang (aktivitas mental adalah Sering
kelanjutan dari pikiran-pikiran
sewaktu terjaga)
Kebangkitan Mudah dibangunkan Lebih sulit dibangunkan tetapi cenderung
bangun sendiri
Presentase waktu 80% 20%
tidur
Karekteristik penting Memiliki empat tahap; yang Gerakan mata cepat
lain bersangkutan harus melewati
tidur jenis ini dulu
2.1.3 Regulasi Tidur
2.1.3.1 Mekanisme bangun
Perbedaan dasar antara bangun dan tidur adalah aktivitas yang terjadi dalam
korteks. Aktivitas korteks dipengaruhi oleh banyak neurotransmmiter yang di
releaseoleh beberapa kelompok sel yang berada di batang otak maupun
hipotalamus. Pada saat bangun, aktivitas kelompok sel tersebut tinggi sehingga
release neurotransmitter akan meningkat dan berujung padaa meningkatnya
aktifitas korteks. Kelompok sel ini disebut waking-maintaining cell grups dan
sistem ini dinamakan acending reticular activating system (ARAS) (Fredholm,
2011).
9
ARAS terdiri dari 2 jalur utama, jalur pertama adalah jalur yang menginervasi
thalamus, sedangkan jalur kedua akan melewati hypothalamus, basalforebrain,
lalu ke korteks (Boutre & Koob, 2004).
Jalur pertama ARAS akan mengaktivasi relayneuron dan reticular nuclei di
thalamus. Aktivasi reticular nucleisangat penting karena reticular nuclei
mempunyai fungsi sebagai pintu gerbang yang dapat memblok terbentuknya
irama thalamocorticaldan meningkatkan tingkat rangsang juga pada
wakefulness.Jalur ini bersal dari dua struktur kolinergik yaitu penducolopetin dan