II-1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Energi Energi merupakan kapabilitas untuk melakukan kerja. Energi bisa berupa cahaya, kimia, panas, elektromagnetika, dan mekanika yang bisa diolah, dimanfaatkan, dikonversi pada suatu proses maupun didaur ulang[3]. Energi berperan penting dalam kehidupan masyarakat, karena energi merupakan parameter dari pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Seiring berkembangnya jaman, pasokan energi akan semakin berkurang. Faktor kelemahan dari kurangnya pasokan energi kita salah satunya yaitu manajemen yang tidak baik. Manajemen yang benar dapat membantu dan mencari solusi atas masalah yang dihadapi. Proses yang tersusun atas rentetan aktivitas seperti perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian / pengawasan, yang dikerjakan untuk memastikan dan mencapai target yang sudah ditetapkan melalui penggunaan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya merupakan pengertian dari Manajemen.[6] Sedangkan manajemen energi merupakan suatu program yang direncanakan dan dikerjakan secara teratur guna memanfaatkan energi secara efektif dan efisien dengan melakukan pencatatan, perencanaan, pengawasan dan evaluasi secara berkelanjutan dengan tidak mengurangi bobot pelayanan dan produksi. Verein Deutscher Ingenieure (VDI) [5] mendefinisikan manajemen energi adalah aktivitas yang proaktif, penyediaan materi yang terorganisasi dan sistematik, konversi, distribusi dan penggunaan energi yang memenuhi kebutuhan, dengan memprediksikan sasaran lingkungan dan ekonomi. Target dari manejemen energi pada industri yaitu : a. Memaksimalkan penggunaan sumber daya energi dan energi b. Menaikkan efisiensi pemakaian sumber daya energi dan energi c. Pendayagunaan peluang untuk memaksimalkan daya saing perusahaan
28
Embed
BAB II - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/.../147/jbptppolban-gdl-jehannurfa-7321-3-bab2--6.… · BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Energi Energi merupakan kapabilitas
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
II-1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Energi
Energi merupakan kapabilitas untuk melakukan kerja. Energi bisa berupa
cahaya, kimia, panas, elektromagnetika, dan mekanika yang bisa diolah,
dimanfaatkan, dikonversi pada suatu proses maupun didaur ulang[3]. Energi
berperan penting dalam kehidupan masyarakat, karena energi merupakan parameter
dari pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Seiring berkembangnya jaman,
pasokan energi akan semakin berkurang. Faktor kelemahan dari kurangnya pasokan
energi kita salah satunya yaitu manajemen yang tidak baik. Manajemen yang benar
dapat membantu dan mencari solusi atas masalah yang dihadapi.
Proses yang tersusun atas rentetan aktivitas seperti perencanaan,
pengorganisasian, dan pengendalian / pengawasan, yang dikerjakan untuk
memastikan dan mencapai target yang sudah ditetapkan melalui penggunaan
sumber daya manusia dan sumber daya lainnya merupakan pengertian dari
Manajemen.[6] Sedangkan manajemen energi merupakan suatu program yang
direncanakan dan dikerjakan secara teratur guna memanfaatkan energi secara
efektif dan efisien dengan melakukan pencatatan, perencanaan, pengawasan dan
evaluasi secara berkelanjutan dengan tidak mengurangi bobot pelayanan dan
produksi.
Verein Deutscher Ingenieure (VDI) [5] mendefinisikan manajemen energi
adalah aktivitas yang proaktif, penyediaan materi yang terorganisasi dan sistematik,
konversi, distribusi dan penggunaan energi yang memenuhi kebutuhan, dengan
memprediksikan sasaran lingkungan dan ekonomi. Target dari manejemen energi
pada industri yaitu :
a. Memaksimalkan penggunaan sumber daya energi dan energi
b. Menaikkan efisiensi pemakaian sumber daya energi dan energi
c. Pendayagunaan peluang untuk memaksimalkan daya saing perusahaan
II-2
Manajemen energi sangatlah penting dalam sebuah organisasi sebuah
industri agar hasil dan rekomendasi dari manajemen energi dapat di realisasikan.
Terdapat 2 strategi pokok dalam manajemen energi, yaitu :
a. Konservasi Energi Listrik
Konservasi energi merupakan pemanfaatan energi sesuai kebutuhan
dan efisien yang dilihat dari aspek pemanfaatan, sumber daya energi dan
sumber energi dengan tidak memangkas fungsi energi tetapi memiliki
jenjang ekonomi yang sangat rendah, diterima publik dan tidak merusak
area sekitar. Sehingga dengan cara – cara pengurangan energi listrik di
semua tingkat pengelolaan lebih simpel, konservasi energi adalah
penghematan energi listrik.[5]
b. Efesiensi Energi
Efisiensi energi merupakan pemanfaatan energi yang maksimal,
efisien dan rasional dengan tidak mengurangi produksi dengan maksud
mendapat informasi tingkat penghematannya. Penghematan yang akan
dikerjakan serta mengidentifikasi potensi penghematan yang dikerjakan
setelah kita menganaisis prilaku dan kinerja beban.[5]
2.2 Audit Energi Listrik
Audit energi listrik merupakan suatu cara yang digunakan untuk
menghitung besarnya intensitas konsumsi energi listrik suatu sistem,
mengidentifikasi peluang penghematan energi dan mengetahui macam - macam
penghematannya. Audit energi listrik memiliki tujuan guna mengetahui potret
pemanfaatan energi listrik dan mencari cara yang perlu doperasikan guna
meningkatan efisiensi pemanfaatan energi listrik dengan cara untuk mmemangkas
penggunaan energi per produksi dan memangkas biaya operasi / biaya produksi[5].
Proses audit energi listrik mencakup audit energi awal, audit energi rinci,
pengenalan potensi hemat energi, analisi potensi hemat energi, laporan dan
rekomendasi penghematan energi. Hasil audit energi merupakan rekomendasi yang
ditujukan kepada pihak perusahaan berupa tindakan - tindakan yang perlu
dilakukan guna memaksimalkan efisiensi energi listriknya.
II-3
2.2.1 Standar Audit Energi
Dalam audit energi listrik pasti akan terikat dengan yang namanya
standarisasi. Standar yang digunakan merupakan standar yang sudah
berstandarisasi Internasional. Standar audit energi yang digunakan di Negara
Indonesia yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan nama lembaga Badan
Standarisasi Nasional ( BSN ). Standar ini memiliki kegunaan selaku pembanding
dan rujukan bagi para perancang, pelaksana. pemilik, pemakai dan pengelola[7].
Apabila untuk seorang auditor, standar digunakan untuk memberi potret dan
pembanding terhadap hasil audit sebagai landasan untuk melakukan konservasi
energi. Serta untuk menunjukan prioritas penerapan konservasi energi yang pantas
untuk diaplikasikan berdasarkan rekomendasi dari hasil audit energi yang
memerlukan biaya sedang/tinggi dan dikonsultasikan dengan manajemen
perusahaan.
Terdapat beberapa standar yang digunakan dalam audit energi, antara lain:
a. SNI 03-6196-2000; prosedur audit pada bangunan gedung.
b. ASHRAE, Standard 90.1: energi efficiency.
c. BOMA, Standard method for measuring floor area in office buildings.
d. BOCA, International energi conservation code 2000.
Selain itu, dalam estimasi Indeks Konsumsi Energi dengan memakai hasil
dari penilitian ASEAN-USAID Indonesia menentukan besarnya standar IKE adalah
sebagai berikut:
a) IKE untuk pusat belanja : 330 Kwh/m2/tahun
b) IKE untuk hotel/apartement : 300 Kwh/m2/tahun
c) IKE untuk rumah sakit : 380 Kwh/m2/tahun
d) IKE untuk perkantoran (Komersil) : 240 Kwh/m2/tahun
Harga dari Intensitas Konsumsi Energi diatas merupakan standar SNI 05-
3052-1992 yang diterapkan sejak tahun 1992 dan tidak menutup kemungkinan akan
terjadinya perubahan nilai sesuai dengan kemajuan teknologi yang telah
dikembangkan dalam aspek energi saat ini.
II-4
2.2.2 Proses Audit Energi
Dilihat dari Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) antara Prosedur atau
proses audit energi dan konservasi energi tidak bisa dipisahkan. Metode audit
energi ini berlandaskan Standarisasi Nasional Indonesia No. 036169-2000[1]
dimulai dari audit energi awal, pada proses audit energi awal dilakukan
pengambilan data historisis mengenai konsumsi energi listrik. Dari proses audit
awal hendak menghasilkan harga Intensitas Konsumsi Energi (IKE). Nilai
intensitas konsumsi energi tersebut digunakan sebagai patokan dalam
merekomendasikan harus atau tidaknya dilakukan audit energi rinci. Apabila harga
target intensitas konsumsi energi kurang dari IKE yang dihitung, lalu diharuskan
melakukan audit rinci yang mana mampu mendapatkan rekomendasi – rekomendasi
sehingga target yang diinginkan dapat tercapai. Rekomendasi yang diberikan
merupakan hasil dari proses mengenali kemungkinan Peluang Hemat Energi, dan
analisa Peluang hemat energi. Setelah diajukan rekomendasi Peluang Hemat
Energi, pihak perusahaan dianjurkan agar mengimplementasikan rekomendasi yang
telah dibuat guna mencapai target dari nilai Intensitas Konsumsi Energi yang
sebelumnya telah ditentukan.
II-5
2.2.3 Bagan Alur Proses Audit Energi
MULAI
PENGUMPULAN DAN PENYUSUNAN DATA HISTORIS ENERGI TAHUN
SEBELUMNYA
DATA HISTORISIS ENERGI TAHUN SEBELUMNYA
MENGHITUNG BESARNYA INTENSITAS KONSUMSI ENERGI (IKE)
TAHUN SEBELUMNYA
PERIKSA “IKE” > TARGET
YA
LAKUKAN PENELITIAN DN PENGUKURAN KONSUMSI ENERGI
DATA KONSUMSI ENERGI HASIL PENGUKURAN
PERIKSA IKE > TARGET
MENGENALI KEMUNGKINAN “PHE”
ANALISA “PHE”
REKOMENDASI “PHE”
IMPLEMENTASI
PERIKSA “IKE” > TARGET
TIDAK
STOP
TIDAK
YATIDAK
AUDIT ENERGI AWAL
AUDIT ENERGI RINCI
IMPLEMENTASI
MULAI
PENGUMPULAN DAN PENYUSUNAN DATA HISTORIS ENERGI TAHUN
SEBELUMNYA
DATA HISTORISIS ENERGI TAHUN SEBELUMNYA
MENGHITUNG BESARNYA INTENSITAS KONSUMSI ENERGI (IKE)
TAHUN SEBELUMNYA
PERIKSA “IKE” > TARGET
YA
LAKUKAN PENELITIAN DN PENGUKURAN KONSUMSI ENERGI
DATA KONSUMSI ENERGI HASIL PENGUKURAN
PERIKSA IKE > TARGET
MENGENALI KEMUNGKINAN “PHE”
ANALISA “PHE”
REKOMENDASI “PHE”
IMPLEMENTASI
PERIKSA “IKE” > TARGET
TIDAK
STOP
TIDAK
YATIDAK
AUDIT ENERGI AWAL
AUDIT ENERGI RINCI
IMPLEMENTASI
Gambar II.1 Bagan alur proses audit energi [1]
Berdasarkan bagan alur diatas ada 3 tahap yang dilakukan untuk melakukan Audit
Energi, yaitu:
1) Audit Energi Awal
Audit energi awal pada prinsipnya dapat dilakukan oleh pemilik
atau pengelola dari sebuah bangunan, gedung atau industri yang
bersangkutan. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan data pembayaran
energi listrik yang dikeluarkan. Audit energi awal bertujuan untuk
Audit Energi Awal
Audit Energi Rinci
ya
ya
tidak
tidak
II-6
mengetahui peluang hemat energi dengan satuan energi dan biaya energi
yang mungkin diperoleh.
Adapun data – data yang diperlukan untuk melakukan audit awal
yaitu:
a. Dokumentasi Data konsumsi
b. Desain Bangunan
c. Dokumentasi Produksi
Setelah pengumpulan data terpenuhi, dilakukan pencarian peluang
hemat energi. Dengan adanya peluang energi tersebut lakukan rekomendasi.
Jika rekomendasi Intensitas Konsumsi Energi lebih kecil dari targetnya
maka cukuplah sampai audit awal. Hasil dari rekomendasi dapat digunakan
sebagai landasan untuk penyusunan laporan hasil audit awal.
2) Audit Energi Rinci
Audit rinci merupakan audit energi listrik yang diksanakan
berdasarkan rekening listrik dan pembayaran energi listrik. Hanya saja audit
rinci dapat dilakukan jika nilai Intensitas Konsumsi Energi lebih besar dari
target yang ditentukan. Audit energi akan bersifat kontinyu, jika Intensitas
Konsumsi Energi lebih besar dari target yang ditentukan. Audit energi rinci
bertujuan untuk mengetahui penggunaan energi apa saja yang pemakaian
energinya cukup besar, sehingga penghematan energi yang didapat cukup
tinggi.[5]
3) Rekomendasi dan Implementasi
Rekomendasi yang akan dibuat mencakup pengelolaan energi,
termasuk program manajemen energi yang perlu diperbaiki, implementasi
hasil audit yang lebih baik, dan cara meningkatkan kesadaran penghematan
energi.[5] Rekomendasi langkah-langkah penghematan energi didasarkan
pada kriteria:
a. Tanpa biaya atau biaya rendah
Rekomendasi penghematan energi dengan tanpa biaya atau
biaya rendah dapat diperoleh melalui:
II-7
a) Peningkatan kesadaran dan penciptaan budaya hemat energi di
kalangan karyawan.
b) Pengoperasian peralatan pada beban yang optimal.
c) Penerapan sistem perawatan peralatan yang baik sehingga
kinerja perlatan selalu optimal.
d) Penerapan sistem pemantauan penggunaan energi.
b. Biaya sedang
c. Biaya tinggi
Rekomendasi penghematan energi dengan biaya sedang dan
tinggi dapat diperoleh melalui:
a) Perbaikan/perubahan proses produksi.
b) Penerapan heat recovery.
c) Penggantian kontrol sistem peralatan.
d) Pencegahan terjadinya bottle neck pada jalur produksi.
Dari hasil analisa peluang hemat energi akan mengeluarkan
beberapa rekomendasi yang bertujuan untuk :
a) Mngusahakan pemanfaatan energi serendah mungkin
(memangkas daya terpakai/terpasang dan waktu
penggunaannya).
b) Meningkatkan kinerja beban.
c) Memanfaatkan sumber energi yang lebih ekonomis
Berdasarkan dari bagan dan penjelasan diatas, maka dibuatlah bagan alur
proses audit energi yang dilakukan penulisa dalam Proyek Akhir ini.
II-8
Gambar II.2 Bagan alur proses audit energi yang dilakukan
Dari gambar 2.2 diketahui bahwa terdapat perbedaan dengan bagan
sebelumnya yang diambil dari SNI-6196:2000 [1] yaitu pada proses implementasi
tidak dilakukan. Penulis membatasi proses audit energi yang dilakukan hanya
sampai rekomendasi Peluang Hemat Energi.
Tidak
Ya
Audit Energi Rinci
Audit Energi Rinci
II-9
2.3 Intensitas Konsumsi Energi ( IKE )
Konsumsi energi yaitu merupakan suatu istilah yang digunakan untuk
menyatakan besarnya pemakaian energi yang diperlukan untuk memproduksi
sesuatu[11]. Agar dapat melihat harga konsumsi energi digunakan rumus:
Konsumsi energi ( kWh/waktu ) = Daya (Watt) x satuan waktu pemakaian (2-1)
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik merupakan pembagian antara
konsumsi energi listrik dalam waktu tertentu dengan satuan meter persegi (luas
wilayah objek audit). IKE adalah tolak ukur pokok yang harus dihitung dan
diketahui. Menggunakan harga IKE tersebut bisa dikembangkan menjadi formulasi
dan simulasi analisa potensi penghematan energi[3]. Nilai Intensitas Energi yang
harus dicapai bernilai sama atau dibawah nilai target yang ingin di capai. Guna
memperoleh harga intensitas konsumsi energi, yang mesti dipersiapkan yaitu :
1) Rekening penggunaan energi dalam waktu tertentu ( Kwh/waktu )