BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Klinik 1. Definisi Pembelajaran Klinik Pembelajaran adalah suatu proses yang kompleks. Pembelajaran klinik dalam keperawatan merupakan wahana yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untukmenerjemahkan pengetahuan teoritis kedalam pembelajaran (Emilia,2008). Pembelajaran klinik harus ditata sedemikian rupa sehingga mahasiswa mempunyai kemampuan untuk berhubungan dengan masalah nyata tersebut. Pembelajaran klinik memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari di tahap akademik. Mahasiswa dalam mengaplikasikan teori tersebut mencoba untuk mempelajari kembali teori yang sudah pernah diperoleh di tahap akademik, membendingkan dengan realitas yang ada di lahan praktik, da kemudian
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Klinik
1. Definisi Pembelajaran Klinik
Pembelajaran adalah suatu proses yang kompleks. Pembelajaran klinik
dalam keperawatan merupakan wahana yang memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untukmenerjemahkan pengetahuan teoritis kedalam
pembelajaran (Emilia,2008).
Pembelajaran klinik harus ditata sedemikian rupa sehingga
mahasiswa mempunyai kemampuan untuk berhubungan dengan masalah
nyata tersebut. Pembelajaran klinik memberikan kesempatan bagi
mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari
di tahap akademik. Mahasiswa dalam mengaplikasikan teori tersebut
mencoba untuk mempelajari kembali teori yang sudah pernah diperoleh di
tahap akademik, membendingkan dengan realitas yang ada di lahan
praktik, da kemudian mencoba memahami realitas tersebut
(Syahreni&Waluyanti,2007).
Peran Pembimbing
Tehnik/Strategi
Metode
Kualitas Bimbingan
Mahasiswa
Sarana/Kebijakan
Pasien
2. Faktor Pendukung Pembelajaran Klinik
a. Peran Pembimbing
1) Prinsip-prinsip bimbingan
Menurut Hidayat, (2000) upaya untuk mendapatkan bimbingan
di lapangan yang lebih optimal waktu di dalam pelaksanaan
bimbingan praktek lapangan hendaknya memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a) Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menerapkan
ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari di kelas
dari berbagai disiplin ilmu secara terintegrasi dalam situasi
nyata.
b) Mengembangkan potensi peserta didik untuk mengumpulkan
perilaku atau ketrampilan yang bermutu dalam situasi nyata di
tempat pelayanan kesehatan.
c) Memberi kesempatan pengalaman belajar kepada peserta didik
bekerja secara tim kesehatan dan membantu proses
penyembuhan pasien.
7
d) Memberikan pengalaman awal dan memperkenalkan kepada
peserta didik dunia kerja professional.
e) Membantu mengatasi masalah yang dihadapi peserta didik yang
ditemukan.
2) Pembimbing Lahan/ Klinik
Pembimbing klinik merupakan tenaga perawat yang ditunjuk
atau diangkat oleh instansi yang digunakan sebagai lahan praktek.
Membimbing adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-
menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing
agar tercapai kemandirian diri dalam pemahaman diri, penerimaan
diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat
perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan
lingkungan (Asyahadi, 2004).
Menurut Asyahadi, (2004) tugas dari pembimbing klinik adalah
sebagai berikut :
a) Pembimbing mengikuti dan memandu pre dan post conference
b) Membimbing dan mendampingi mahasiswa selama
melaksanakan keterampilan.
c) Mengevaluasi keterampilan mahasiswa.
d) Mengoreksi laporan mahasiswa.
e) Mengecek kehadiran mahasiswa.
f) Memberi nilai bimbingan selama praktik.
8
3) Pembimbing Akademik
a) Melaksanakan bimbingan dari laporan kasus
b) Membimbing ke lapangan untuk pencapaian keterampilan yang
telah ditentukan
c) Memberikan nilai bimbingan
4) Kriteria Pembimbing
Menurut Nursalam dan Efendy, (2008) pembimbing klinik dan
lapangan perlu ditingkatkan kualitasnya karena pembimbing sangat
berperan pada perkembangan kemampuan kpgnitif dan afektif
peserta didik. Peran pembimbing klinik yang perlu ditingkatkan
adalah peran sebagai model/ contoh, pengamat, peserta, dan
narasumber. Kriteria yang harus dipenuhi pembimbing antara lain:
a) Memiliki pengetahuan keilmuan yang dalam dan luas serta
minimal setara dengan jenjang pendidikan peserta didik.
b) Kompeten dalam kemampuan klinik.
c) Terampil dalam pengajaran klinik
d) Mempunyai komitmen dalam pembelajaran klinik, salah satu cara
meningkatkan kualitas pembimbing adalah dengan mengadakan
pelatihan clinical educator.
Komunitas yang terbentuk dari para perawat professional yang ada
di Rumah Sakit dan melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan
yang professional perlu dikembangkan dan dibangun dengan cara
sebagai berikut:
9
a) Membangun dan membina pelayanan/asuhan keperawatan Rumah
Sakit sebagai bagian integral dari pelayanan Rumah Sakit,
sehingga dapat diterima dan diakui sebagai pelayanan
professional.
b) Mengidentifikasi dan membina perawat yang diakui dan diberi
kewenangan serta tanggung jawab melaksanakan
pelayanan/asuhan keperawatan secara professional.
c) Membina para perawat sebagai komunitas dengan tradisi/budaya
sebagai komunitas professional.
Upaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang suportif
diperlukan pembimbing klinik yang mempunyai pengetahuan yang
kokoh, mempunyai kemampuan klinik, trampil sebagai pengajar dan
mempunyai komitmen sebagai pembimbing klinik (Oermann, 1985).
Pembimbing harus mempunyai latar belakang pendidikan
keperawatan yang lebih tinggi dari pendidikan mahasiswa bila ia
sudah lulus, mempunyai kemampuan profesional dalam area klinik
tertentu sehingga dapat memberikan pelayanan atau asuhan
keperawatan berdasarkan prinsip saintifik. Hal ini sangat esensial
karena “role model” yang diciptakan oleh pengajar klinik akan
dengan mudah dipelajari oleh mahasiswa. Disamping secara terus-
menerus memperbarui pengetahuan dan ketrampilan mengikuti
perkembangan ilmu dan teknologi khusus keperawatan (Oermann,
1985).
10
Pembimbing menganjurkan mahasiswa untuk belajar mandiri dan
bertanggung jawab atas kebutuhan belajarnya. Dengan kemandirian
ini mahasiswa belajar untuk mengembangkan tanggung jawab dan
kreatifitas. Pengajaran klinik juga diciptakan agar mahasiswa tidak
takut untuk membuat kesalahan tetapi menggunakan setiap
kesempatan sebagai proses belajar. Untuk ini pembimbing klinik
bertanggung jawab dalam menentukan proses belajar yang
digunakan sebagai pengajaran sehingga dalam memberikan asuhan
keperawatan dapat dihindari kesalahan yang membahayakan pasien.
Pembimbing klinik diharapkan memenuhi kriteria-kriteria sebagai
berikut (Hidebrand, 1971):
a) Profesional dalam ketrampilan yang diajarkan
b) Mendorong mahasiswa untuk mempelajari ketrampilan baru
c) Meningkatkan komunikasi yang terbuka (2 arah)
d) Memberikan umpan balik segera
e) Mengatur stress para mahasiswa
f) Memusatkan pada keberhasilan mahasiswa bukan pada kegagalan
g) Sabar dan mendukung
h) Memberi penghargaan dan dukungan positif
i) Memperbaiki kesalahan mahasiswa tapi tetap mempertahankan
rasa harga diri
j) Mendengar aktif
k) Humor yang tepat
11
l) Memberi kesempatan untuk istirahat
m)Mengamati respon peserta didik
n) Memberi pujian
Karakteristik dari seorang pembimbing klinik yang efektif dapat
dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu :
a) Pengetahuan dan kompetensi klinik
Pengetahuan dan kompetensi klinik disini meliputi
pengetahuan akan ilmu keperawatan yang dimiliki pengajar harus
luas dan memahaminya secara mendalam. Disamping ilmu
keperawatan yang diberikan kepada peserta didik, pengajar juga
harus memiliki pengetahuan akan materi-materi yang
berhubungan dengan hal itu. Kemampuan untuk menganalisa
teori dan mengumpulkannya dari berbagai sumber, menitik
beratkan pada pemahaman, kemauan untuk mendiskusikan
dengan peserta didik mengenai pandangan atau pendapat yang
berkaitan dengan bimbingan. Pengajar klinik yang efektif juga
berperan sebagai perawat pelaksana ( clinician ).
Mempertahankan kompetensi klinik sangat penting, diantaranya
untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan
peserta didik.
b) Hubungan interpersonal dengan peserta didik
Kemampuan dalam berinteraksi dengan para peserta didik
dan tenaga kesehatan lain juga merupakan perilaku dari pengajar
12
yang efektif. Disamping itu adalah kemampuan untuk
menyatukan kelompok-kelompok dari peserta didik ke dalam
kesatuan dan membangun respek serta mengadakan hubungan
yang baik antara pengajar dengan peserta didik.
c) Kemampuan membimbing
Kemampuan dalam membimbing termasuk diantaranya
kemampuan kebutuhan proses bimbingan bagi peserta didik,
merencanakan bahan pembimbingan (plan instruction) dalam
tiap-tiap bagian atau pokok bahasan dan tujuan yang harus
dicapai, mensupervisi peserta didik dan mengevaluasi proses
bimbingan. Seorang pengajar yang efektif juga memberikan
informasi yang terstruktur, memberikan penjelasan yang lengkap
dan langsung kepada peserta didik, menjawab pertanyaan secara
jelas, mendemonstrasikan prosedur dan beberapa proses
perawatan lainnya dengan efektif. Pembimbing klinik juga harus
mampu mengkomunikasikan atau mentransfer pengetahuan ke
peserta didik.
d) Karakteristik pribadi
Karakteristik pribadi dapat mengasosiasikan antara
dinamisasi dari program studi dengan semangat untuk pengajaran
di area klinik. Pengamatan yang tajam atau kepandaian dalam
memutuskan dan semangat tersebut bisa didapat jika merasa
nyaman bekerja dengan para peserta didik dan memiliki
13
kepercayaan diri terhadap kemampuan mengajarnya dan
ketrampilan kliniknya. Penelitian lain menyatakan karakteristik
lainnya yaitu bersahabat, dapat memahami, mendukung, dan
bersemangat tinggi . Kejujuran, kemampuan untuk mengakui
kesalahan dan keterbatasan serta kekurangan dalam pengetahuan.
b. Teknik / Strategi Pembelajaran Praktik
1) Mahasiswa memperoleh informasi tentang target kegiatan yang
harus dicapai.
2) Mahasiswa memperoleh pembekalan sebelum praktek.
3) Pelaksanaan praktek klinik KDPK
4) Proses belajar praktik
Menurut Ngalim, (2002) bahwa proses belajar dalam praktik
dibagi menjadi tiga yaitu:
a) Pre – Conference
b) Informasi tentang pelaksananan praktek
(1) Penjajagan tentang kesiapan praktek
(2) Perencanaan praktek mahasiswa
c) Ronde
(1) Penyeliaan pembimbing praktek dari pendidikan / lahan
praktek
(2) Problem solving masalah – masalah praktek dan kasus –
kasus yang ditemukan mahasiswa
(3) Pembinaan mahasiswa dalam praktek
14
d) Post – Conference
Evaluasi pelaksanaan praktek mahasiswa.
c. Metode bimbingan klinik
Menurut Nursalam dan Efendy, (2008) metode pembelajaran yang perlu
diterapkan dalam pembelajaran klinik antara lain:
1) Metode pengalaman dengan penugasan klinik, penugasan tertulis
2) Metode pemecahan masalah
3) Konferensi
4) Observasi
5) Medis
6) Metode pengarahan Individu
7) Metode bimbingan individu
Menurut Nursalam, (2002) ada empat metode bimbingan klinik yang
dianjurkan, yaitu :
1) Exsperensial
Yaitu suatu metode yang dipergunakan pembimbing akademik
dalam membatu peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan
mengambil keputusan terhadap kasus yang terjadi dengan pasien
atau keluarga pasien. Metode eksperensial meliputi situasi
penyelesaian masalah (membantu peserta didik meningkatkan sikap
profesional, mampu menerapkan masalah konseptual keperawatan
dalam kurikulum berdasarkan masalah aktual, menggambarkan
secara tertulis kejadian atau peristiwa klinik) dan situasi
15
pengambilan keputusan (pengujian data yang ada, pengidentifikasian
alternatif tindakan, penentuan prioritas tindakan, pembuatan
keputusan) (Nursalam, 2002).
2) Proses Insiden
a) Membantu peserta didik mengembangkan keterampilan
reflektif berdasarkan kejadian klinik/insiden.
b) Insiden berasal dari pengalaman praktik aktual atau
dikembangkan secara hipotetikan.
c) Bisa dalam bentuk insiden terkait klien, staf atau tatanan praktik.
(Nursalam, 2002)
3) Konferensi
a) Dirancang melalui diskusi kelompok
b) Meningkatkan pembelajaran penyelesaian masalah dalam
kelompok, melalui analisis kritikal, pemilihan alternatif
pemecahan masalah, dan pendekatan kreaktif.
c) Memberikan kesempatan mengemukakan pendapat dalam
menyelesaikan masalah.
d) Menerima umpan balik dari kelompok atau pengajar.
e) Memberi kesempatan terjadi peer review, diskusi
kepedulian, issue, dan penyelesaian masalah oleh disiplin lain.
f) Berinteraksi dan menggunakan orang lain sebagai narasumber.
g) Meningkatkan kemampuaan memformulasikan idea.
h) Adanya kemampuan konstribusi peserta didik.
16
i) Meningkatkan percaya diri dalam berinteraksi dengan kelompok.]
j) Kemampuan menggali perasaan, sikap dan nilai-nilai yang
mempengaruhi praktik.
k) Mengembangkan keterampilan beragumentasi.
l) Mengembangkan keterampilan kepemimpinan.
m)Jenis konferensi adalah pre dan post konferensi, peer review,
issue dan multidisiplin. (Nursalam, 2002)
n) Konferen hari pertama
Konferen pra praktik klinik dimana Pembimbing
menjelaskan tentang karakteristik ruang rawat, staf dan tim
pelayanan kesahatan lain dimana para peserta didik akan
ditempatkan. Pembimbing mengkaji kembali persiapan peserta
didik untuk menghadapi dan memberikan asuhan keperawatan
dengan klien secara baik. mengingatkan peserta didik untuk
membawa perlengkapan dasar. Sedangakan konferensi paska
praktik klinik dimana Pembimbing melakukan diskusi dengan
peserta didik untuk membahas tentang klien, pembimbing
memberikan kesempatan untuk peserta didik dalam mengutarakan
pendapat, diskusi dilakukan ditempat khusus atau terpisah.
o) Konferen hari ke dua dan selanjutnya
Konferen pra praktik klinik dimana pembimbing membahas
tentang perkembangan klien dan rencana tinakan dihari kedua dan
selanjutnya, menyiapkan kasus lain apabila kondisi klien tidak
17
mungkin untuk diintervensi. Sedangkan konfenren pasca praktik
klinik dilakukan segera setelah praktik, konferen ini berguna
untuk memperoleh kejelasan tentang asuhan yang telah diberikan,
membagi pengalaman antar peseta didik, dan mengenali kualitas
keterlibatan peserta didik.
4) Observasi (Ronde Keperawatan)
a) Pengertian
Ronde keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik