Page 1
8
BAB II
ACUAN TEORITIK
A. Acuan Teoritik dan Fokus yang Diteliti
1. Kecerdasan Interpersonal pada Pembelajaran IPA
a. Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan dapat didefinisikan sebagai kemampuan mental
umum untuk belajar dan menerapkan pengetahuan dalam
memanipulasi lingkungan, serta kemampuan untuk berpikir abstrak.1
Dapat dikatakan bahwa seseorang cerdas merupakan seseorang yang
dapat menerapkan suatu ilmu atau pengetahuan yang dimilikinya dan
mampu untuk berpikir secara abstrak.
Edward Lee Thorndike memformulasikan teori tentang
kecerdasan menjadi tiga bentuk kemampuan, yakni :
(1) Kemampuan Abstraksi, yaitu bentuk kemampuan individu untuk bekerja dengan menggunakan gagasan dan symbol-simbol. (2) Kemampuan Mekanika, yaitu suatu kemampuan yang dimiliki individu untuk bekerja dengan menggunakan alat-alat mekanis dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang merupakan aktivitas gerak (sensory-motor), dan (3) Kemampuan Sosial, yaitu suatu kemampuan untuk menghadapi orang lain disekitar diri sendiri dengan cara-cara yang efektif.2
1 Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences (Jakarta: Dian Rakyat.
2012), h.9.
2 Saifuddin Awar, Psikologi Inteligensi (Yogyakarta: Pustaka belajar, 2013), h.16.
Page 2
9
Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa kecerdasan
seseorang dapat dilihat dari kemampuannya dalam berpikir,
beradaptasi dengan lingkungannya, belajar dari pengalaman untuk
memahami suatu hubungan serta menerapkan pengetahuan yang
dimilikinya.
Kecerdasan menurut Alfred Binet yang merupakan tokoh
perintis pengukuran kecerdasan menjelaskan bahwa :
(1) Kemampuan mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan, artinya mampu untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai, (2) kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila dituntut demikian, artinya seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, (3) kemampuan untuk mengkritik, artinya seseorang mampu melakukan perubahan atas kesalahan yang diperbuat atau mengevaluasi diri.3
Dengan dikemukakannya pendapat mengenai kecerdasan
bahwa seseorang mampu menetapkan suatu tujuan dengan
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya serta mampu
mengevaluasi diri sendiri terhadap perbuatannya.
Kecerdasan manusia terdiri dari beberapa jenis, seperti yang
dikemukakan oleh Howard Gardner yakni manusia memiliki beberapa
jenis kecerdasan diantaranya: logis-matematical intelligence
(kecerdasan logika-matematika), linguistic intelligence (kecerdasan
3 Tadkiroatun Musfiroh, Pengembangan Kecerdasan Majemuk (Jakarta: Universitas Terbuka,
2011), h. 3.
Page 3
10
bahasa), musical intelligence (kecerdasan musik). Kecerdasan visual-
spasial, kecerdasan jasmaniah-kinestetik, interpersonal intelligence
(kecerdasan interpersonal), intrapersonal intelligence (kecerdasan
intrapersonal), dan naturalist intelligence (kecerdasan naturalistik).
Pendapat tersebut membuktikan bahwa dalam diri manusia terdapat
kecerdasan ganda yang dapat dikembangkan. Salah satu kecerdasan
yang tak kalah pentingnya dengan kecerdasan lainnya adalah
kecerdasan interpersonal. Manusia adalah makhluk sosial yang artinya
manusia sangat membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
sosialnya. Akan tetapi, tidak semua individu dapat menjalin hubungan
baik dengan individu lainnya. Oleh karena itu, dalam menjalin
hubungan baik tersebut diperlukan kecerdasan interpersonal yang
harus dimiliki oleh setiap individu. Karena pada dasarnya kegiatan
manusia pasti membutuhkan orang lain.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dinyatakan bahwa
kecerdasan adalah kemampuan yang dimiliki siswa dalam berfikir
secara rasional, kemampuan dalam menyelesaikan suatu
permasalahan, mampu menetapkan tujuan yang akan dicapai dan
mampu menyesuaikan dengan keadaan lingkungan sekitar.
Kecerdasan yang dimiliki seseorang berbeda-beda, dan dapat
Page 4
11
dikembangkan dengan keterampilan dan kemampuan yang dimiliki
oleh seseorang.
b. Pengertian Kecerdasan Interpersonal
Menurut Gardner & Checkly dalam Yaumi, kecerdasan
interpersonal adalah kemampuan memahami pikiran, sikap, dan
perilaku orang lain.4 Kecerdasan interpersonal merupakan salah satu
jenis kecerdasan majemuk atau multiple intelligence. Kecerdasan
interpersonal juga disebut sebagai kecerdasan sosial. Kemampuan
dan keterampilan siswa dalam menciptakan suatu hubungan yang baik
antar teman sebaya dalam lingkup lingkungan sekitar. Kecerdasan
tersebut yang meliputi kepekaan terhadap ekspresi wajah, gerakan
isyarat, dan mudah mempengaruhi orang lain dalam melakukan suatu
tindakan tertentu.
Menurut Sri Widayati yang mengemukakan bahwa kecerdasan
interpersonal merupakan kemampuan mengamati dan mengerti
maksud, motivasi, dan perasaan orang lain. Peka terhadap ekspresi
wajah, suara, dan gerakan tubuh orang lain yang memberikan respon
4 Ibid. h. 21.
Page 5
12
secara efektif dalam berkomunikasi.5 Kecerdasan tersebut mencakup
kemampuan yang dimiliki seseorang untuk masuk ke dalam diri orang
lain, yang artinya mengerti dan memahami suasana hati serta sikap
yang terjadi pada orang lain.
Menurut Amstrong, “Interpersonal intelligence: the ability to
perceive and make distinctions in the moods, intentions, motivations,
and feelings of other people”.6 Amstrong menyatakan bahwa
kecerdasan interpersonal adalah kemampuan yang dimiliki seseorang
untuk mempersepsikan dan membedakan suasana hati, maksud,
motivasi, dan perasaaan orang lain. Maksudnya adalah seseorang
yang memiliki kecerdasan interpersonal, maka ia cenderung
mengharagai perasaan orang lain. Pendapat sebelumnya juga
mengatakan bahwa kecerdasan interpersonal adalah suatu
kemampuan yang dimiliki seseorang dalam menjalin suatu kerjasama
dengan orang lain yang ditunjukkan dengan ekspresi wajah, suara,
gerak isyarat orang lain sehingga ia dapat mengetahui apakah orang
tersebut sedang dalam keadaan sedih ataupun senang.
5 Sri & Utami , Mengoptimalkan 9 zona kecerdasan majemuk anak (Yogyakarta: Luna
Publisher, 2008), h. 188.
6 Thomas Amstrong, Multiple Intelligences in The Classroom (United States of America:
Alexandria Virginia ASCD, 2009), h. 7.
Page 6
13
Pendapat Amstrong didukung dengan pernyataan Gardner
yang mengatakan bahwa kecerdasan antar pribadi dibangun antara
lain kemampuan inti untuk mengenali perbedaan dalam suasana hati,
temperamen, motivasi, dan kehendak.7 Dengan demikian, seseorang
yang memiliki kecerdasan interpersonal maka ia dapat mengenali
perbedaan baik itu suasana hati, motivasi melalui perubahan setiap
perilakunya. Seseorang tersebut mengenali karakter orang lain, maka
akan sangat mudah dalam mempengaruhi sekelompok untuk
melakukan tindakan tertentu sehingga kecerdasan ini layaknya
seorang pemimpin.
Kecerdasan interpersonal dapat dilihat dari perasaan senang
maupun sedih orang lain dalam menjalin hubungan pertemanan.
Kecerdasan interpersonal berguna untuk memotivasi orang lain,
mengenal dan menghargai orang lain sebagai dirinya serta mampu
bekerja sama dengan orang lain dalam suatu kelompok. Seseorang
yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi dapat menjalin
hubungan baik di lingkungan sekitar karena dapat dikatakan mampu
berkomunikasi secara efektif dengan orang lain baik itu secara verbal
maupun nonverbal. Hal ini diperkuat dengan apa yang dikatakan oleh
7 Howard Gardner, Multiple Intelligences: Kecerdasan Majemuk, Teori dalam Praktek
terjemahan Alexander Sindoro (Batam: Interaksa, 2003), h. 45.
Page 7
14
Amstrong yang menyatakan bahwa seseorang yang memiliki
kecerdasan interpersonal, maka ia cenderung menghargai perasaan
orang lain. Pendapat Sri Widayati juga mengatakan bahwa kecerdasan
interpersonal adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang dalam
menjalin suatu kerjasama dengan orang lain.
Berdasarkan uraian diatas, bahwa seseorang yang memiliki
kecerdasan interpersonal adalah seseorang yang mengerti atau
memahami maksud, perasaan teman atau seseorang yang berada
disekitarnya. Seseorang yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi
dapat dikatakan seseorang pemimpin, baik itu pemimpin kelompok
maupun pemimpin suatu organisasi atau komunitas dan senang dalam
bekerja sama dalam tim. Seseorang yang memiliki kecerdasan
interpersonal tinggi dapat menjalin hubungan baik di lingkungan sekitar
karena dapat dikatakan mampu berkomunikasi secara efektif dengan
orang lain baik itu secara verbal maupun nonverbal.
c. Dimensi Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal yang berarti membahas tentang
kemampuan dalam menciptakan sesuatu, membangun dan
mempertahankan suatu hubungan antar pribadi atau sosial yang
Page 8
15
sehat. Menurut Anderson dalam Safaria mengatakan bahwa
kecerdasan interpersonal mempunyai tiga dimensi, yaitu : (1)
kepekaan sosial (social sensitivity), (2) pemahaman sosial (social
insight), (3) komunikasi sosial (social communication).8
Kepekaan sosial atau social sensitivity, yaitu suatu kemampuan
untuk mampu merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau
perubahan orang lain yang ditunjukkannya baik secara verbal maupun
non-verbal.9 Siswa yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi akan
dengan mudah memahami dan menyadari adanya reaksi atau
perubahan tertentu dari orang lain disekitarnya, baik itu perubahan
positif atau negatif. Dengan begitu dapat terlihat sikap peduli,
merespon terhadap perubahan tingkah laku, dan dapat bekerjasama
dengan orang lain.
Pemahaman sosial atau social insight, yaitu kemampuan anak
untuk memahami dan mencari pemecahan masalah yang efektif dalam
suatu interaksi sosial, sehingga masalah-masalah tersebut tidak
menghambat apalagi menghancurkan relasi sosial yang telah
8 T. Safaria, Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan Kecerdasan Interpersonal
Anak (Yogyakarta: Amara Books, 2005), h.24.
9 T. Safaria, Loc. Cit., h.24.
Page 9
16
dibangun anak.10 Siswa yang memiliki pemahaman sosial yang tinggi
maka akan lebih mudah memahami dan menyesuaikan situasi
sosialnya dalam menghadapi permasalahan. Dengan begitu, siswa
memiliki suatu kemampuan dalam memecahkan masalah tersebut.
Komunikasi sosial atau social communication merupakan
keterampilan individu untuk menggunakan proses komunikasi dalam
menjalin dan membangun hubungan interpersonal yang sehat.11
Seseorang yang memiliki kemampuan sosial yang baik, maka ia akan
secara otomatis dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain.
Komunikasi yang baik akan terlihat ketika ada umpan balik,
menggunakan perasaan, dan mendukung orang lain serta dapat
menerima diri dan orang lain, serta sebagai sarana untuk
mengungkapkan pesan atau suatu informasi.
Dalam menjaga atau mempertahankan suatu hubungan yang
baik dengan seseorang (social insight), maka seseorang harus
menunjukkan sikap empati dan prososial, dan dapat berkomunikasi
secara efektif. Dengan sikap prososial seperti terbuka dengan orang
lain, saling berbagi cerita, membantu orang yang membutuhkan dan
10
T. Safaria, Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan Kecerdasan Interpersonal
Anak (Yogyakarta: Amara Books, 2005), h.25.
11 T. Safaria, Ibid., h.25.
Page 10
17
melakukan suatu hal yang positif akan membuat hubungan atau relasi
tersebut semakin baik. Selain itu bersikap empati terhadap orang lain,
ketika kita bersikap empati maka seseorang akan mengetahui
perbedaan perilaku orang lain melalui ekspresinya saat berkomunikasi
maupun pada saat melakukan suatu tindakan. Ketiga dimensi tersebut
saling berkaitan atau saling berhubungan dalam kehidupan sehari-hari,
yaitu antara kepekaan sosial dengan pemahaman sosial dan
komunikasi sosial. karena ketiganya saling mendukung dan tidak
dapat dipisahkan satu sama lainnya.
Berdasarkan pendapat diatas, bahwa Kecerdasan interpersonal
adalah kemampuan siswa dalam memahami, membedakan maksud,
suasana hati atau perasaan teman melalui sifat empati dan prososial
(social sensitivity), mampu menjalin hubungan atau menciptakan relasi
sosial dengan baik (social insight), dan mampu berkomunikasi secara
efektif dengan siswa lainnya (social communication).
d. Pengertian Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Kegiatan pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta
didik, siswa dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya
Page 11
18
dalam rangka pencapaian kompetensi.12 Dalam hal ini yang berarti
bahwa di dalam proses pembelajaran tersebut terdapat pengalaman
belajar. Pembelajaran tersebut melibakan proses interaksi yang
melibatkan beberapa komponen pendidikan, yaitu guru, siswa,
lingkungan, sumber belajr, dan lainnya. Dengan adanya interaksi
tersebut, maka diharapkan pengalaman belajar akan mencapai
ketercapaian kompetensi.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari kata
bahasa Inggris yaitu natural science, yang berarti Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA). Dari kedua kata di atas bahwa IPA adalah ilmu yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.13 Dari pengertian
tersebut menjelaskan bahwa IPA merupakan suatu ilmu yang
mempelajari tentang peristiwa maupun gejala yang terjadi di alam. IPA
membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis
yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang
dilakukan oleh manusia.14 Pendapat tersebut menjelaskan bahwa
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam memberikan pengalaman
12
Mohamad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran (Depok: PT. Rajagrafindo Persada,
2015), h.253.
13 Usman Samatowa, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (Jakarta: Indeks, 2011), h.3.
14 Ibid., h.4.
Page 12
19
langsung bagi pembelajaran, baik melalui pengamatan, diskusi, dan
percobaan-percobaan yang dilakukan oleh peserta didik.
Adapun IPA yang dikemukakan oleh Powler yang dikutip oleh
Samatowa merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau
makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara
memecahkan masalah. Dengan pengetahuan yang dimiliki oleh
peserta didik baik itu tentang makhluk hidup ataupun benda
disekitarnya, tetapi peserta didik harus dapat berpikir dengan cara
memecahkan masalah.
Ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang mengajarkan tentang
berbagai gejala alam yang bersifat analisis, logis, rasional, yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, yang menjelaskan tentang gejala
alam serta keterkaitannya satu dengan yang lainnya terhadap objek
yang diamati dan dipelajari untuk memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran IPA dapat melatih anak
berpikir kritis, rasional atau masuk akal, anak dilatih untuk selalu
sistematis dalam melakukan sesuatu yang mengembangkan
kecerdasan interpersonal dalam kegiatan mengamati objek atau
eksperimen.
Ilmu pengetahuan alam juga bukan hanya sebatas fakta-fakta,
konsep-konsep tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Page 13
20
Proses penemuan tersebut ditemukan dalam konsep yang terdapat
pada materi gaya yang terbagi menjadi tiga yaitu gaya gesek, gaya
gravitasi, gaya magnet. Pada materi gaya tersebut mempunyai
masing-masing Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD),
dan Indikator sebagai berikut:
Materi Pembelajaran :
Gaya Gesek
Standar Kompetensi :
5. Memahami hubungan antar gaya, gerak, dan energi, serta
fungsinya.
Kompetensi Dasar :
5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak, dan energi melalui
percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet).
Indikator :
1. Menjelaskan pengertian gaya gesek
2. Menjelaskan manfaat gaya gesek dalam kehidupan sehari-hari
3. Menjelaskan kerugian gaya gesek dalam kehidupan sehari-hari
4. Memberikan 3 contoh gaya gesek dalam kehidupan sehari-hari
Materi Pembelajaran :
Gaya Gravitasi
Page 14
21
Standar Kompetensi :
5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta
fungsinya.
Kompetensi Dasar :
5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak, dan energi melalui
percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet).
Indikator :
1. Membandingkan kecepatan jatuh dua buah benda (yang berbeda
berat, bentuk, dan ukuran) dari ketinggian.
2. Menyimpulkan bahwa gaya gravitasi menyebabkan benda bergerak
ke bawah.
Materi Pembelajaran :
Gaya Magnet
Standar Kompetensi : :
5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta
fungsinya.
Kompetensi Dasar :
5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak, dan energi melalui
percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet).
Page 15
22
Indikator :
1. Menjelaskan pengertian gaya magnet
2. Menyebutkan 3 sifat-sifat magnet
3. Mengelompokkan benda-benda yang bersifat magnetis dan tidak
magnetis
4. Menyebutkan 2 contoh penggunaan gaya magnet dalam kehidupan
sehari-hari
Materi Pembelajaran :
Gaya Magnet
Standar Kompetensi : :
5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta
fungsinya.
Kompetensi Dasar :
5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak, dan energi melalui
percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet).
Indikator :
1. Menjelaskan cara membuat magnet
2. Membuat magnet sederhana
Berdasarkan definisi di atas dapat disintesakan bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari tentang berbagai
Page 16
23
gejala alam yang bersifat analisis, logis, rasional, lengkap dan cermat
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip, teori-teori, yang
menjelaskan tentang gejala alam serta keterkaitannya satu dengan
yang lainnya sehingga membentuk sudut pandang baru terhadap
suatu objek yang diamati dan dipelajari untuk memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Karakteristik Siswa Kelas V SD
Karakteristik individu adalah tingkah laku dan kemampuan yang
ada pada individu sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungannya.
Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda demikian juga
dengan potensi yang dimilikinya. Guru harus memahami karakteristik
siswa agar mampu mengembangkan potensi siswa melalui proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran juga harus memperhatikan
kesiapan bahasa, fisik, dan kepribadian anak tersebut. Kesiapan dan
karakter belajar anak tentulah sangat berbeda tiap individunya, dan
memiliki karakteristik masing-masing.
Menurut Vigotsky dalam Susanto bahwa pembelajaran terjadi
apabila anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum
dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan
Page 17
24
kemampuannya.15 Dalam pembelajaran dikelas siswa dapat
berinteraksi dengan menangani tugas yang belum dipelajarinya tetapi
dengan jangkauan atau kemampuan yang dimiliki siswa tersebut
sehingga siswa saling memunculkan strategi pemecahan masalah
yang efektif.
J.Piaget dalam Muhibbin mengemukakan bahwa
perkembangan kognitif anak terbagi menjadi empat tahapan yaitu: (1)
sensory motor (0-2 tahun), (2) tahap pre-oprational (2-7 tahun), (3)
tahap operational concret (7-11 tahun), (4) tahap formal operational,
(11-15 tahun).16 Berdasarkan tahapan perkembangan diatas, maka
siswa kelas V Sekolah Dasar umumnya masih dalam rentang usia 9-
10 tahun, yang masuk ke dalam operational concrete. Pada tahapan
tersebut siswa berpikir secara konkret dan memerlukan pengalaman
secara nyata.
Pendapat tersebut diperkuat oleh Ratna Wilis, yang
mengemukakan bahwa tahap operasional konkret merupakan
permulaan berpikir rasional.17 Jika siswa dapat berpikir abstrak, maka
15
Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran (Jakarta: Prenadamedia, 2013), h.97
16 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,2010), h.66.
17 Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT.Erlangga,2011),
h.138.
Page 18
25
siswa didahului oleh pengalaman konkret yang dibantu dengan benda-
benda konkret yang mendukung proses awal berpikirnya. Proses
berpikir yang nantinya akan berpengaruh pada sikap seseorang. Pada
tahap operational concrete, siswa juga sudah mulai berpikir tentang
akibat-akibat yang kemungkinan akan terjadi ketika siswa melakukan
suatu tindakan atau perbuatan.
Selain karakteristik perkembangan kognitif menurut Piaget, guru
perlu memperhatikan psikologi dan karakteristik siswa usia sekolah
dasar. Ahmad Susanto mengatakan bahwa karakteristik anak sekolah
dasar yaitu : suka bermain, memiliki rasa ingin tahu yang sangat
besar, mudah terpengaruh oleh lingkungan, dan gemar membentuk
kelompok sebaya.18
Berdasarkan uraian diatas mengenai karakteristik, maka
pembelajaran di sekolah dasar mengupayakan agar terciptanya
suasana yang kondusif dan menyenangkan. Dengan memperhatikan
suasana belajar, maka besar pengaruhnya dalam perkembangan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan anak tersebut.
18
Ahmad Susanto, Teori belajar dan pembelajaran di Sekolah Dasar (Jakarta: PT. Fajar
Interpratama Mandiri, 2013), h.86.
Page 19
26
B. Acuan Teori Rancangan Tindakan Alternatif
1. Pengertian Model Siklus Belajar 5E (Learning Cycle 5E)
Menurut Trowbridge dan Bybee dalam Wena Pembelajaran
siklus merupakan salah satu model pembelajaran dengan
pendekatan konstruktivistik. Model pembelajaran siklus pertama kali
diperkenalkan oleh Robert Karplus dalam Science Curriculum
Improvement Study/SCIS. 19 Siklus Belajar (Learning Cycle) atau
dalam penulisan ini disingkat LC adalah suatu model pembelajaran
yang berpusat pada siswa (student centered). LC merupakan
rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian
rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang
harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif.
Bodner dalam Wayan menjelaskan bahwa model siklus belajar
merupakan suatu strategi pembelajaran yang berbasis pada paham
konstruktivisme dalam belajar, dengan asumsi dasar bahwa
“pengetahuan dibangun di dalam pikiran pembelajar”.20 Pemahaman
konstruktivisme merupakan suatu pemhaman yang berpandangan
19
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptuan
Operasional (Jakarta: Bumi Aksara,2013), h.170.
20 Wayan Sadia, Model-model Pembelajaran Sains Konstruktivisme (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2014), h.20.
Page 20
27
bahwa siswa harus secara langsung menemukan sendiri dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang dimilikinya berdasarkan
pengalamannya. Sedangkan siklus yang dimaksudkan adalah
tahapan-tahapan atau sintak dalam pembelajaran siklus tersebut dan
dapat berulang sampai tercapainya tujuan pembelajaran.
Model siklus belajar (learning cycle 5e) merupakan
pengembangan dari model siklus belajar. Siklus belajar merupakan
salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivis yang
pada mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu:
a. Eksplorasi (exploration),
b. Pengenalan Konsep (concept introduction), dan
c. Penerapan Konsep (concept application).
Menurut Lorsbach dalam Wena pada proses selanjutnya, tiga
tahap siklus tersebut mengalami pengembangan dan dikembangkan
menjadi empat tahap berdasarkan pemikiran Holec dan Chamot dalam
Miftahul Huda yakni perencanaan (planning), penerapan
(implementing), pengawasan (monitoring), dan penilaian
(evaluating).21 Kemudian semakin berkembang, empat siklus tersebut
saat ini dikembangkan menjadi lima tahap yaitu: (engagment)
21
Mifathul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2014), h.264.
Page 21
28
pembangkit minat, (exploration) eksplorasi, (explanation) penjelasan,
(elaboration) elaborasi, dan (evaluation) evaluasi.22 Dalam tahapan
tersebut, aktivitas yang akan dilakukan dalam siklus belajar ini bersifat
fleksibel tetapi urutan tahapan belajarnya bersifat tetap. Format belajar
dalam siklus belajar ini dapat berubah tetapi urutan setiap tahapannya
tidak dapat diubah karena jika berubah tahapannya maka model yang
dimaksud tidak berupa siklus belajar.
Berdasarkan beberapa pengertian yang dipaparkan diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa siklus belajar (learning cycle) 5e ini
merupakan model pembelajaran yang berlandaskan filsafat
konstruktivisme yang terdiri atas tahap pembangkit minat
(engagement), eksplorasi (eksploration), penjelasan (explanation),
elaborasi (elaboration/extention), dan evaluasi (evaluation).
2. Langkah – langkah model siklus belajar 5e
Adapun tahapan atau fase pembelajaran menggunakan model siklus
5e meliputi :
22
Ibid, h.171.
Page 22
29
(1)engagement (Pembangkit minat), (2) exploration (eksplorasi),
(3) explanation (penjelasan), (4) elaboration (penerapan konsep), (5)
evaluation (evaluasi).23
a. Pembangkit Minat (engagement)
Pada tahapan ini siswa mempersiapkan diri yaitu dengan cara
mengeksplor pengetahuan awal yang dimiliki siswa serta menemukan
miskonsepsi yang dialami siswa tentang konsep yang menjadi tujuan
pembelajaran. Dimulai dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan
dengan pengalaman siswa atau kejadian yang dialami dalam
kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan topik bahasan.
Pertanyaan yang diajukan tersebut menjadi patokan untuk guru dalam
mengetahui pengetahuan awal siswa sehingga keingintahuan siswa
harus dibangkitkan agar dapat merumuskan permasalahan yang akan
dibahas dan dibuktikan pada tahap selanjutnya.
b. Eksplorasi (exploration)
Pada tahapan ini siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil
untuk menguji permasalahan yang telah dibuat dalam tahap
engagement yaitu dengan cara melakukan percobaan atau praktikum.
23
Mifathul Huda, Op.Cit., h.171-172.
Page 23
30
Siswa diberikan kesempatan untuk mencari informasi dengan objek
lingkungan kemudian mencatat beragam informasi yang diperolehnya.
Dalam tahap ini, guru berperan sebagai fasilitator dan memberikan
motivasi kepada para siswa.
c. Penjelasan (explanation)
Pada tahap ini siswa menjelaskan konsep yang telah didapatkan
dari hasil ekplorasi menggunakan kalimat atau bahasa sendiri,
memberikan bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa secara
bergantian. Dengan berdiskusi, maka guru memberikan penjelasan
mengenai konsep yang dibahas.
d. Elaborasi (elaboration)
Tahapan elaborasi ini melibatkan siswa dalam kelompok untuk
berdiskusi dan akan menimbulkan hal-hal baru yang berkaitan dengan
materi pembelajaran. Maksudnya adalah terdapat pemahaman yang
berbeda antara kelompok satu dengan kelompok lainnya. Perbedaan
tersebut akan meningkatkan pemahaman siswa mengenai konsep
ilmiah sehingga siswa dapat berpikir secara kritis. Siswa menerapkan
pemahaman konsep baru yang dimilikinya di dalam kehidupan sehari-
hari. Guru berperan sebagai fasilitator yaitu memperbaiki konsepsi
yang keliru pada siswa terhadap konsep yang dipelajarinya.
Page 24
31
e. Evaluasi (evaluation)
Pada tahapan ini guru dapat mengamati pemahaman siswa dalam
menerapkan konsep baru. Hasil evaluasi yang dilakukan guru dapat
dijadikan bahan evaluasi tentang penerapan model siklus belajar serta
dapat dijadikan sebagai evaluasi siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Tahapan siklus belajar (learning cycle) 5e dijabarkan oleh Made
Wena dalam tabel model learning cycle 5E seperti dibawah ini.24
Tabel 2.1
Tahapan siklus belajar 5e (learning cycle 5e), Menurut Made Wena
No. Tahapan Kegiatan guru Kegiatan siswa
1. Engagment
(Pembangkit
Minat)
Membangkitkan minat dan
keingintahuan (curiosity)
siswa.
Mengembangkan
minat/rasa ingin tahu
terhadap topik bahasan.
Mengajukan pertanyaan
tentang proses factual
dalam kehidupan sehari-
hari (yang berhubungan
dengan topik bahasan).
Memberikan respons
terhadap pertanyaan
guru.
Mengkaitkan topik yang
dibahas dengan
pengalaman siswa.
Berusaha mengingat
pengalaman sehari-hari
dan menghubungkan
24
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Jakarta: Bumi Aksara, 2013),
h.173.
Page 25
32
Mendorong siswa untuk
mengingat pengalaman
sehari-harinya dan
menunjukkan
keterkaitannya dengan
topik pembelajaran yang
sedang dibahas.
dengan topik
pembelajran yang akan
dibahas.
2. Exploration
(Eksplorasi) Membentuk kelompok,
memberi kesempatan
untuk bekerja sama dalam
kelompok kecil secara
mandiri.
Membentuk kelompok
dan berusaha bekerja
dalam kelompok.
Guru berperan sebagai
fasilitator.
Membuat prediksi baru.
Mendorong siswa untuk
menjelaskan konsep
dengan kalimat mereka
sendiri.
Mencoba alternative
pemecahan dengan
teman sekelompok,
mencatat pengamatan,
serta mengembangkan
ide-ide baru.
Meminta bukti dan
klarifikasi penjelasan
siswa, mendengar secara
kritis penjelasan antar
siswa.
Menunjukkan bukti dan
memberi klarifikasi
terhadap ide-ide baru..
3. Explanation
(Penjelasan) Mendorong siswa untuk
menjelaskan konsep
dengan kalimat mereka
sendiri.
Mencoba memberi
penjelasan terhadap
konsep yang ditemukan.
Meminta bukti dan
klarifikasi penjelasan
siswa.
Menggunakan
pengamatan dan catatan
dalam memberi
penjelasan.
Page 26
33
Mendengar secara kritis
penjelasan antarsiswa
atau guru.
Melakukan pembuktian
terhadap konsep yang
diajukan.
Memandu diskusi. Mendiskusikan.
4. Elaboration
(Elaborasi)
Mempertimbangkan data
atau bukti saat
mengeksplorasi situasi
baru.
Menerapkan konsep dan
keterampilan dalam
situasi baru dan
menggunakan label
definisi formal.
Mendorong dan
memfasilitasi siswa
mengaplikasi
konsep/keterampilan
dalam setting yang
baru/lain.
Bertanya. Mengusulkan
pemecahan, membuat
keputusan, melakukan
percobaan, dan
pengamatan.
5. Evaluation
(Evaluasi) Mengamati pengetahuan
atau pemahaman siswa
dalam hal penerapan
konsep baru.
Mengevaluasi belajarnya
sendiri dengan
mengajukan pertanyaan
secara terbuka dan
mencari jawaban yang
menggunakan observasi,
bukti, dan penjelasan
sebelumnya.
Mendorong siswa
melakukan evaluasi diri.
Mengambil kesimpulan
lanjut atas situasi bealjar
yang dilakukan.
Mendorong siswa dalam
memahami kekurangan
atau kelebihannya dalam
kegiatan pembelajaran.
Melihat dan menganalisis
kekurangan atau
kelebihannya dalam
kegiatan pembelajaran.
Page 27
34
Berdasarkan tahapan yang telah dipaparkan, model
pembelajaran siklus belajar (learning cycle) 5e tersebut menuntut
siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran agar siswa dapat
menggali pengetahuan dan memperkaya pemahaman mereka
terhadap konsep-konsep yang dipelajarinya
3. Kelebihan dan Kekurangan Model Siklus Belajar 5e
Ada beberapa kelebihan serta kekurangan belajar-mengajar
dengan model siklus 5e, menurut Ngalimun dkk yaitu:25.
Tabel 2.2
Kelebihan dan Kekurangan Model Siklus Belajar 5e
Menurut Ngalimun dkk
Kelebihan Kekurangan
Meningkatkan motivasi belajar
siswa, karena siswa dilibatkan
secara aktif dalam proses
pembelajaran.
Efektifitas pembelajaran dapat
rendah, jika guru kurang
menguasai materi dan tahapan-
tahapan atau langkah-langkah
pembelajaran.
Membantu mengembangkan sikap
ilmiah siswa, yang dimana siswa
harus berperan dalam
menanggapi suatu rangsangan.
Menuntut kesungguhan dan
kreativitas guru dalam merancang
dan melaksanakan proses
pembelajaran.
Pembelajaran menjadi lebih
bermakna, karena siswa dapat
Memerlukan pengelolaan kelas
yang lebih terencana dan
25
Ngalimun dkk, Strategi dan Model Pembelajaran (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016),
h.176.
Page 28
35
bekerja secara langsung dengan
contoh-contoh nyata untuk
menerapkan berbagai bahan uji
coba.
terorganisasi sehingga
pembelajaran akan menjadi lebih
efektif .
Memerlukan waktu dan tenaga
lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan
pembelajaran.
Dengan demikian proses pembelajaran bukan hanya mentransfer
pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi merupakan proses yang yang
berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dan langsung serta
lebih bermakna. Proses pembelajaran tersebut akan lebih bermakna
dan dapat diorganisasi oleh siswa untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapinya.
C. Bahasan Hasil-hasil Penelitian yang Relevan
Ada beberapa hasil bahasan yang relevan dengan penelitian
ini, pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sri Astutik yaitu
seorang mahasiswa FKIP Universitas Jember dengan penelitian yang
berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar siswa dengan Model Siklus
Belajar (Learning Cycle) 5E Berbasis Eksperimen Pada
Page 29
36
Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar Negeri Patrang 01 Jember.26
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Astutik menunjukkan bahwa
model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) 5e dengan metode
eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa di Sekolah Dasar
Negeri Patrang 01 Jember dengan nilai rata-rata jawaban yang benar
sekitar 80,25%. Aktivitas belajar dengan metode eksperimen ini juga
mencapai nilai rata-rata 83.17%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
model pembelajaran siklus belajar 5E (learning cycle 5e) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Dwi Ratna Dewi
yaitu seorang mahasiswa PGSD Universitas Pendidikan Ganesha.27
Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan yang
signifikan antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran
siklus belajar (learning cycle) 5E dengan siswa yang belajar dengan
pembelajaran konvensional di SDN 26 Pemacutan Denpasar Barat.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi bahwa model pembelajaran
siklus belajar (learning cycle) 5e memberikan pengaruh positif
terhadap hasil belajar siswa kelas V-B di SDN 26 Pemaculan
26
Sri Astutik. Penelitian Tindakan Kelas. (http://library.unej.ac.id/client/search/asset/294),
diunduh pada tanggal 2 Desember 2017, pukul 19.20 WIB.
27 Dwi Ratna Dewi. Penelitian Kuantitatif. (file:///J:PTK%20Data/1207-2281-1-SM.pdf),
diunduh pada tanggal 2 Desember 2017, pukul 19.35 WIB.
Page 30
37
Denpasar Barat guna mengetahui perbedaan yang signifikan antara
siswa yang belajar dengan model pembelajaran siklus belajar
(learning cycle) 5E dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran
konvensional.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, penelitian yang dihasilkan
mampu mengalami peningkatan dalam tindakan tersebut, dari hasil
acuan tersebut, peneliti dapat melakukan penelitian tentang
peningkatan kecerdasan interpersonal siswa kelas V SDN dalam
pembelajaran IPA.
D. Pengembangan Konseptual Perencanaan Tindakan
Berdasarkan uraian yang terdapat di dalam kajian teoritik
dapat dijelaskan bahwa penggunaan model pembelajaran siklus
belajar (learning cycle) 5e dapat meningkatkan kecerdasan
interpersonal siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas,
guru diharapkan dapat bertindak dalam membimbing siswa yang
sesuai dengan tahapan yang dilakukan dalam observasi. Jika
tahapan tersebut dilakukan dengan baik, maka kecerdasan
interpersonal siswa akan meningkat. Model pembelajaran siklus
belajar (learning cycle) 5e sangat tepat digunakan untuk
meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa. Siklus belajar
Page 31
38
(learning cycle) 5e yang terdiri dari tahapan engagement yaitu siswa
dapat menghubungkan topik yang dibahas dengan pengalaman yang
dialami oleh siswa, selanjutnya pada tahap exploration yaitu siswa
mampu bekerja sama dengan temannya, di tahap explanation siswa
berani untuk memberikan penjelasan atau bukti dengan kalimat
mereka sendiri, selanjutnya pada tahap elaboration terlihat siswa
berdiskusi dalam kelompok dan saling bertukar pendapat atau
sharing yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajarinya dan
menerapkannya ke dalam kehidupan sehari-hari, dan terakhir
evaluation yang dimana guru dapat mengamati pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran dan menjadikan bahan evaluasi untuk
siswa.
Pemanfaatan model siklus belajar (learning cycle) 5e pada
pembelajaran IPA sangat diperlukan untuk meningkatkan kecerdasan
interpersonal siswa, seperti saling menghargai pendapat teman,
saling bekerja sama dengan temannya, dapat memecahkan masalah,
dan berani mengemukakan pendapat. Apabila kecerdasan
interpersonal siswa meningkat maka proses belajar IPA akan berjalan
dengan baik dan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat
tercapai seperti yang diharapkan.