13 BAB II ACUAN TEORETIK, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 Deskripsi Teoretik Pendidikan sejati merupakan upaya sistematis untuk pembebasan yang permanen dari macam-macam keterbelengguan (terbelenggu oleh kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, kesengsaraan, penindasan, dll), sehingga individu dapat menjadi pribadi yang memiliki kesadaran diri, tahu akan martabat dan penentuan tempatnya serta bertanggung jawab susila, dan mampu hidup mandiri. Dalam dunia pendidikan proses belajar-mengajar merupakan inti dari proses pendidikan formal yang ada di sekolah-sekolah, yang di dalamnya terdapat interaksi antar berbagai komponen pengajaran. Komponen-komponen tersebut adalah guru, materi atau isi pelajaran dan peserta didik. Interaksi dari ketiga itu tentunya melibatkan sarana dan prasarana seperti, metode, media, dan penataan lingkungan tempat belajar. Untuk itu, agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan efisien, maka diperlukan media pembelajaran yang dapat menunjang proses pembelajaran tersebut. 2.1.1 Definisi belajar Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda tentang definisi belajar antara satu dengan yang lainnya, namun demikian selalu mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya. Beberapa ahli dalam dunia pendidikan memberikan definisi belajar sebagai berikut. Sanjaya (2006:112) mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Hilgard dalam Sanjaya mengemukakan belajar merupakan suatu proses perubahan melaui kegiatan atau prosedur latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Menurut Hamalik (2008:27) belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu. Skinner dalam buku Muhibbin (2005:64) mengemukakan belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian 13
40
Embed
BAB II ACUAN TEORETIK, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
13
BAB II
ACUAN TEORETIK, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
2.1 Deskripsi Teoretik
Pendidikan sejati merupakan upaya sistematis untuk pembebasan yang
permanen dari macam-macam keterbelengguan (terbelenggu oleh kemiskinan,
keterbelakangan, kebodohan, kesengsaraan, penindasan, dll), sehingga individu
dapat menjadi pribadi yang memiliki kesadaran diri, tahu akan martabat dan
penentuan tempatnya serta bertanggung jawab susila, dan mampu hidup
mandiri.
Dalam dunia pendidikan proses belajar-mengajar merupakan inti dari
proses pendidikan formal yang ada di sekolah-sekolah, yang di dalamnya
terdapat interaksi antar berbagai komponen pengajaran. Komponen-komponen
tersebut adalah guru, materi atau isi pelajaran dan peserta didik. Interaksi dari
ketiga itu tentunya melibatkan sarana dan prasarana seperti, metode, media,
dan penataan lingkungan tempat belajar. Untuk itu, agar proses pembelajaran
dapat berjalan dengan lancar dan efisien, maka diperlukan media pembelajaran
yang dapat menunjang proses pembelajaran tersebut.
2.1.1 Definisi belajar
Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda tentang
definisi belajar antara satu dengan yang lainnya, namun demikian selalu
mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses
belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya.
Beberapa ahli dalam dunia pendidikan memberikan definisi belajar
sebagai berikut. Sanjaya (2006:112) mengemukakan bahwa belajar adalah
proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Hilgard
dalam Sanjaya mengemukakan belajar merupakan suatu proses perubahan
melaui kegiatan atau prosedur latihan di dalam laboratorium maupun dalam
lingkungan alamiah. Menurut Hamalik (2008:27) belajar adalah suatu proses,
suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu. Skinner dalam buku Muhibbin
(2005:64) mengemukakan belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian
13
14
tingkah laku) yang berlangsung secara progresif. Evelin dan Hartini
mengemukakan belajar adalah sebuah proses kompleks yang terjadi pada
semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam
kandungan) hingga liang lahat dan salah satu tandanya bahwa seorang telah
belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya (2011:3).
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan definisi belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
2.1.2 Definisi Mengajar
Pada hakekatnya mengajar menunjukan kepada, bagaimana seorang guru
membantu siswa untuk belajar. Hal ini selaras dengan apa yang dikemukakan
beberapa tokoh pendidikan berikut.
Menurut DeQueliy dan Gazali (dalam Slameto, 2003:30), ‘Mengajar
adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat
dan tepat. Dalam hal ini pengertian waktu yang singkat sangat penting’.
Menurut Alvin (dalam Slameto, 2003:32), ‘Mengajar ialah suatu aktivitas
untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan,
mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations
(penghargaan) dan knowledge’. Sedangkan menurut Burton (dalam Sagala,
2007:61), ‘Mengajar ialah upaya memberi stimulus, bimbingan pengarahan,
dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar’.
Menurut Bettencourt (dalam Fitriana, 2008:9), ‘Mengajar adalah suatu
bentuk belajar sendiri dalam hal ini berarti mengajar bukanlah kegiatan transfer
ilmu pengetahuan dari guru ke murid, melainkan suatu kegiatan yang
memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti
guru berpartisipasi sebagai fasilitator dalam membantu siswa untuk
membentuk pengetahuan, membuat makna tentang apa yang dipelajari, melatih
siswa untuk berpikir kritis dan logis’.
Menurut Smith (dalam Sanjaya, 2006:96), ‘Mengajar adalah
menanamkan pengetahuan atau keterampilan (teaching is imparting knowledge
or skill) ’.
15
Dari uraian di atas, maka pengertian mengajar yaitu suatu aktivitas yang
berupa interaksi antara guru dan siswa yang melakukan kegiatan di dalam
lingkungan yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar. Selain itu
juga, guru di tuntut untuk dapat mendidik siswa agar memilki sikap yang
terpuji sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan baik sesuai dengan
yang diharapkan.
2.1.3 Pembelajaran
Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan
maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan
oleh pihaka guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta
didik atau murid.
“Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat
untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk
membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar”.Sedangkan menurut
Dimyati dan Mudjiono (dalam Sagala, 2007:62), ‘Pembelajaran ialah kegiatan
guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa
belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar’.
Pembelajaran ialah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan prilaku ke arah yang lebih baik.
Menurut UUSPN No.20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran ialah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
Sedangkan menurut Corey (dalam Sagala, 2007:61) menyatakan,
Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara
disengaja dikelola untuk memungkinkan ia untuk turut serta dalam tingkah
laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap
situasi tertentu.
Pembelajaran sebagai proses yang dibangun oleh guru untuk membangun
kreativitas berpikir yang meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat
meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
16
Dari beberapa pengertian tentang pembelajaran di atas dapat di
simpulkan bahwa pembelajaran adalah aktivitas guru dan siswa dalam proses
belajar yang memungkinkan siswa berkembang dalam mencapai tujuan yang
telah dirumuskan dan didukung oleh lingkungan belajar. Lingkungan belajar
dalam pengertian tersebut bukan hanya ruang kelas atau ruang belajar, tetapi
juga meliputi alat-alat belajar, sumber belajar, dan sebagainya yang relevan
dengan kegiatan belajar siswa.
2.1.4 Pembelajaran Matematika
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Fitriana, 2008:10)
‘pembelajaran matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan
antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam
menyelesaikan masalah mengenai bilangan’.
Menurut Suherman dan Winataputra (dalam Said, 2007:12) mengatakan
bahwa, Secara sederhana pembelajaran matematika dapat diartikan sebagai
upaya penataan lingkungan yang memberi suasana bagi tumbuh dan
berkembangnya proses belajar. Dalam konsep psikologi yang menjadi
jantungnya proses pembelajaran adalah belajar.
Pembelajaran matematika hendaknya merupakan pembelajaran yang
bermakna, maksudnya adalah pembelajaran matematika termasuk evaluasi
hasil belajarnya mengutamakan pada pengembangan daya matematika siswa.
Utari (dalam Fitriana, 2008:10).
Daya matematika yang dimaksud tersebut meliputi kemampuan
menemukan kembali, menalar secara logis, menyelesaikan masalah,
berkomunikasi soal yang tidak etik, berkomunikasi secara matematika dengan
kegiatan intelektual lainnya, dari penjelasan di atas dalam pelaksanaannya
pembelajaran tidak terbatas dalam ruang kelas saja tapi pembelajaran dapat
juga dilaksanakan di luar kelas.
2.1.5 Hasil belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar. Menurut Hamalik (2012:159) hasil belajar adalah keseluruhan
kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan,
17
penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil
belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam
upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sedangkan
menurut Sudjana hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (2012:22).
Menurut Slameto hasil belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri (2003:57). Menurut
Suprihatiningrum untuk menunjukan tinggi rendahnya atau baik buruknya hasil
belajar yang dicapai siswa ada beberapa cara. Satu cara yang sudah lazim
digunakan adalah dengan memberikan skor terhadap kemampuan atau
keterampilan yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses belajar tersebut
(2013:38).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan suatu perubahan yang didapat oleh peserta didik setelah mengikuti
kegiatan belajar mengajar, baik dari segi pengetahuan, perubahan sikap serta
tingkah laku dalam interaksinya. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengukur
kemampuan siswa dari segi pengetahuan materi pembelajaran dengan
menggunakan tes.
2.1.5.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Menurut Purwanto faktor-faktor yg mempengaruhi hasil belajar siswa,
terbagi menjadi dua golongan, yakni faktor intern dan faktor ekstern. Faktor
intern adalah faktor yang muncul dari dalam individu yang sedang belajar,
sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang datang dari luar (lingkungan)
individu yang sedang belajar (2007:106-107).
a) Faktor intern (faktor yang berasal dari dalam diri siswa).
Faktor intern terdiri dari dua aspek, yaitu aspek psikologi (yang bersifat
rohaniah) seperti bakat, minat, kecerdasan, motivasi, kemampuan kognitif dan
aspek fisiologi (yang bersifat jasmaniah) seperti kondisi fisik dan kondisi panca
indera.
b) Faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri siswa).
18
Faktor ekstern terdiri dari dua macama yaitu faktor lingkungan
(lingkungan sosial dan alam) dan faktor instrumental (seperti kurikulum/bahan
pelajaran, guru/pengajar, sarana/fasilitas dan administrasi/ manajemen).
2.1.5.2 Pengukuran hasil belajar
Penilaian hasil belajar sangat bermanfaat bagi siswa. Bagi siswa hasil
belajar berguna untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap
materi yang disampaikan serta untuk mengetahui kelebihan atau potensi dan
kekurangan yang dimilikinya. Adapun fungsi hasil belajar Menurut Arifin
adalah sebagai berikut (2002:28).
a) Fungsi formatif, yaitu untuk memberikan umpan balik dan memperbaiki
proses pembelajaran serta mengadakan remedial bagi siswa;
b) Fungsi sumatif, yaitu untuk menentukan nilai/ angka kemajuan hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran tertentu, sebagai bahan laporan kepada
pihak tertentu, penentuan kenaikan kelas dan penentuan lulus tidaknya
siswa;
c) Fungsi diagnostik, yaitu untuk memahami latar belakang siswa yang
mengalami kesulitan belajar, dan hasilnya dapat digunakan sebagai dasar
untuk memecahkan kesulitan tertentu;
d) Fungsi penempatan, yaitu untuk menempatkan siswa dalam situasi
pembelajaran yang tepat sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
Berdasarkan fungsi hasil belajar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar tidak hanya menilai tentang bagaimana pemahaman siswa tetapi
juga untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan,
mengatasi kesulitan belajar siswa serta untuk mengontrol kemajuan siswa.
Hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar dari
fungsi sumatif yang diartikan sebagai peningkatan kemampuan kognitif siswa
yang diukur melalui pretestt dan posttest guna memperoleh data berupa nilai.
2.1.6 Definisi matematika
19
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia matematika diartikan sebagai:
ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur bilangan
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.
Menurut James dalam Suherman matematika adalah konsep ilmu tentang
logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang
berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang
terbagi ke dalam tiga bidang yaitu : aljabar, analisis, dan geometri (2001:16).
Matematika timbul karena fikiran-fikiran manusia, yang berhubungan
dengan idea, proses, dan penalaran. Selain itu matematika adalah ratunya ilmu
maksudnya bahwa matematika itu tidak tidak bergantung kepada bidang studi
lain, agar dipahami orang dengan tepat kita harus menggunakan simbol dan
istilah yang cermat yang disepakati bersama, ilmu deduktif yang tidak
menerima generalisasi yang didasarkan kepada observasi (induktif) tetapi
generalisasi yang didasarkan kepada pembuktian secara deduktif, ilmu tentang
keteraturan, ilmu tentang struktur terorganisasi mulai dari unsur yang tidak
didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat dan
akhirnya ke dalil.
Matematika adalah disiplin ilmu tentang tata cara berfikir dan mengolah
logika, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pada matematika di letakan
dasar bagaimana mengembangkan cara berfikir dan bertindak melalui aturan
yang di sebut dalil (dapat dibuktikan) dan aksioma (tanpa pembuktian).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu
yang berhubungan dengan idea, proses pengolahan logika, dan penalaran yang
didasarkan kepada pembuktian.
2.1.7 Pengertian Media
Media menurut Zain (1997:136) secara bahasa memiliki arti perantara
atau pengantar pesan. Sedangkan menurut Gagne sebagaimana yang dikutip
oleh Sadiman (2005:6) dalam bukunya “Media Pendidikan: Pengembangan dan
Pemanfaatanya” media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan
siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa media merupakan sesuatu
yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan
20
kemauan audien (peserta didik), sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar pada dirinya. Pada hakikatnya proses belajar-mengajar adalah proses
komunikasi.
Menurut Kemp & Dayton sebagaimana dikutip oleh Arsyad (2003:22)
dalam bukunya “Media Pembelajaran” menyatakan, bahwa media mempunyai
manfaat, yaitu sebagai berikut :
1. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau
mendengar penyaji melalui media menerima pesan yang sama.
2. Pengajaran bisa lebih menarik. Media dapat di asosiasikan sebagai penarik
perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan.
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif.
4. Lama waktu pengajaran yang diperlukan dapat dipersingkat.
5. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan.
6. Pengajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan.
7. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses
belajar dapat ditingkatkan
8. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif. Beban guru untuk
penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi
bahkan dihilangkan.
Media pun merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan
proses belajar-mengajar. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam memilih media, di antaranya adalah:
1. Media yang dipillih hendaknya selaras dan menunjang tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan
disampaikan kepada peserta didik secara tepat dan berhasil guna, dengan
kata lain tujuan yang hendak dicapai dapat tercapai secara optimal.
3. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam
memilih media. Sesuai atau tidaknya antara materi dan media yang
digunakan akan berdampak pada hasil pembelajaran peserta didik.
Agar seorang guru dalam menggunakan media pendidikan itu lebih
efektif, maka guru harus mempunyai pengetahuan dan pemahanan yang cukup
21
tentang media pendidikan/pengajaran. Ada beberapa pengetahuan yang harus
dimiliki oleh guru, di antaranya adalah :
1. Media sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
2. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar-
mengajar.
3. Hubungan antara metode mengajar dengan media pendidikan.
4. Nilai dan manfaat media pendidikan.
Dengan menggunakan media dalam proses belajar-mengajar, maka akan
mampu membangkitkan motivasi dan merangsang peserta didik untuk belajar,
membangkitkan keinginan dan minat baru pada diri peserta didik untuk mau
belajar dan dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu masalah
yang konkrit sampai kepada yang abstrak.
2.1.8 Hasil belajar matematika
Menurut Gagne dalam Abidin (2001:24) menyatakan, hasil belajar
matematika adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajar matematikanya atau dapat dikatakan bahwa hasil
belajar matematika adalah perubahan tingkah laku dalam diri siswa, yang
diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, tingkah laku, sikap
dan keterampilan setelah mempelajari matematika. Perubahan tersebut
diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan ke arah yang lebih
baik dari sebelumnya.
Dari definisi di atas, serta definisi-definisi tentang belajar, hasil belajar,
dan matematika, maka dapat dirangkai sebuah kesimpulan bahwa hasil belajar
matematika merupakan suatu perubahan yang didapat oleh peserta didik
setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar matematika, baik dari segi
pengetahuan, perubahan sikap serta tingkah laku dalam interaksinya.
2.1.9 Alat Peraga Matematika
Menurut Estiningsih (1994:8) alat peraga merupakan media pembelajaran
yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari.
Sedangkan menurut Anderson, alat peraga merupakan media yang digunakan
untuk membantu para guru dalam mengajar.
22
Pada dasarnya anak belajar melalui benda atau obyek konkret. Untuk
memahami konsep abstrak anak memerlukan benda–benda konkrit (riil)
sebagai perantara atau visualisasinya. Konsep abstrak itu dicapai melalui
tingkat-tingkat belajar yang berbeda-beda.
Belajar anak akan meningkat bila ada motivasi. Oleh karena itu dalam
pengajaran diperlukan faktor–faktor yang dapat memotivasi anak belajar
bahkan untuk pengajar. Konsep abstrak yang baru dipahami peserta didik itu
akan mengendap, melekat dan tahan lama bila peserta didik belajar melalui
perbuatan dan dapat dimengerti peserta didik, bukan hanya melalui mengingat-
ingat fakta.
Dengan demikian, maka dalam pembelajaran matematika dengan
menggunakan alat peraga adalah dimaksudkan agar:
a. Proses belajar-mengajar termotivasi, baik peserta didik maupun guru.
Khususnya adalah peserta didik, minatnya akan timbul, ia akan merasa
senang, tertarik dan karena itu akan bersikap positif terhadap pengajaran
matematika.
b. Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkrit, lebih dapat
dipahami dan dimengerti, dapat ditanamkan pada tingkat-tingkat yang
lebih rendah.
c. Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam
sekitar akan lebih dapat dipahami.
d. Konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkrit yaitu dalam bentuk
model matematik yang dapat dipakai sebagai obyek penelitian maupun
sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru menjadi bertambah
banyak. Suherman (1990:242 -243).
Alat peraga ini berfungsi untuk memvisualisasikan sesuatu yang tidak
dapat dilihat atau sukar dilihat, hingga tampak jelas dan dapat menimbulkan
pengertian atau meningkatkan persepsi seseorang (Soelarko, 1995:6).
Namun, fungsi utama dari alat peraga adalah untuk menurunkan
keabstrakan dari konsep, agar peserta didik mampu menangkap arti sebenarnya
konsep tersebut. Dengan melihat, meraba, dan memanipulasi obyek atau alat
23
peraga maka peserta didik mempunyai pengalaman-pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari tentang ati dari suatu konsep.
Dari uraian di atas, maka jelas bahwa peranan alat peraga sangat
menunjang dalam pembelajaran matematika, khusunya pada penemuan nilai-
nilai dalam “Theorema Pythagoras”.
2.1.10 Media Alat Peraga Puzzle
2.1.10.1 Pengertian alat peraga puzzle pythagoras
Pengertian puzzle menurut Patmonodewo ( Muzamil, 2010) kata puzzle
berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media
puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar
pasang. Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan
bahwa media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat
merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara
membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya. Muzamil,
(2010) menyatakan beberapa bentuk puzzle, salah satunya adalah Puzzle
konstruksi. Puzzle rakitan (construction puzzle) merupakan kumpulan
potongan-potongan yang terpisah, yang dapat digabungkan kembali menjadi
beberapa model. Mainan rakitan yang paling umum adalah blok-blok tripleks
sederhana berwarna-warni. Mainan rakitan ini sesuai untuk anak yang suka
bekerja dengan tangan, suka memecahkan puzzle, dan suka berimajinasi.
Puzzle Pythagoras adalah keping-keping pythagoras yang digunakan untuk
mebuktikan teorema Pythagoras. Puzzle Pythagoras dapat didefinisikan
sebagai suatu alat peraga yang digunakan untuk membantu siswa dalam
membentuk pemahaman dan memberikan pembuktian mengenai konsep atau
theorema phytagoras. Adapun gambaran atau bentuk alat peraga Puzzle
Pythagoras adalah sebagai berikut:
Alat peraga matematika model Pythagoras,
24
Gambar 2.1.10.1
2.1.10.2 Langkah - langkah pembelajaran media puzzle Pythagoras
Ada banyak bukti yang menunjukkan kebenaran teorema Pythagoras.
Beberapa diantaranya adalah bukti Pythagoras yang dikemukakan oleh
Pythagoras, Baskhara, Garfield, dan Euclid. Saya menggunakan bukti
Pythagoras yang ditemukan oleh Pythagoras. Alat peraga yang saya buat terdiri
dari kertas HVS dan keping-keping kertas lipat Pythagoras. Rincian alat, bahan
serta biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan alat peraga Puzzle Pembuktian
Teorema Pythagoras ini dapat dilihat di tabel di bawah ini.
Tabel 2.1
NO NAMA ALAT DAN
BAHAN
JUMLAH HARGA
SATUAN
HARGA
TOTAL
1 Kertas HVS 5 lembar Rp. 200 Rp. 1.000
2 Penggaris 30 cm 1 buah Rp. 3.000 Rp. 3.000
3 Pensil 1 buah Rp. 2.000 Rp. 2.000
4 Spidol 1 buah Rp. 2.000 Rp. 2.000
5 Gunting 1 buah Rp. 5.000 Rp. 5.000
25
6 Lem Glukol 1 buah Rp. 1.500 Rp. 1.500
7 Kertas lipat warna 1 pak Rp. 5.000 Rp. 5.000
Jumlah Rp 19.500
Fungsi :
Menunjukkan kebenaran rumus pythagoras bahwa kuadrat sisi miring
sama dengan jumlah kuadrat sisi siku-sikunya.
Cara Pembuatan :
Dengan menggunakan alat dan bahan diatas, maka langkah-langkah
untuk membuat alat peraga puzzle pembuktian Theorema Pythagoras adalah
sebagai berikut:
1. Siapkan alat dan bahan
2. Sediakan kertas Kertas HVS
3. Gambarkan Persersegi kecil dengan ukuran 6cm x 6cm, persegi sedang
dengan ukuran 8cm x 8cm dan persegi besar dengan ukuran 10cm x 10cm
pada salah satu kertas lipat yang sudah disediakan.
4. Kertas lipat yang sudah dibuat persegi di tempelkan pada kertas HVS
5. Persegi yang kecil dipotong sesuai keinginan setelah itu persegi yang
sedang harus menyesuaikan dengan bentuk persegi kecil sehingga saat
penyusunan dapat membentuk persegi besar seperti gambar dibawah dan
yang paling kanan. Begitu juga dengan model yang lain.
6. Berikan garis - garis pada tiap persegi menggunakan spidol
Petunjuk Penggunaan :
Translasikan potongan-potongan pada persegi kecil dan sedang ke