Top Banner
27 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Makna Tradisi A. Konsep Makna Tradisi Makna berasal dari bahasa Jerman ‘Meinen’ yang artinya ada di pikiran atau benar menurut Ariftanto dan Maimunah (1988: 58). Makna adalah arti atau pengertian yang erat hubungannnya antara tanda atau bentuk yang berupa lambang, bunyi, ujaran dengan hal atau barang yang dimaksudkan. Pada dasarnya makna sebenarnya ada pada kepala kita, bukan terletak pada suatu lambang. Kalaupun ada orang yang mengatakan bahwa kata-kata itu mempunyai makna, yang dimaksudkan sebenarnya kata-kata itu mendorong orang untuk memberi makna (yang telah disetujui bersama) terhadap kata-kata itu. Makna itu sendiri timbul juga dikarenakan pengalaman hidup yang berbeda. Menurut Edward (1981: 35) dalam Sri Alem Br Sembiring, dkk (2012: 5) tradisi merupakan sebuah tatanan hidup yang dibentuk berdasarksan kesepakatan bersama dari komunitas tersebut dan memiliki fungsi tersendiri. Edward menyebutkan ada 4 fungsi tradisi, yaitu : 1) menyediakan fragmen warisan historis yang dipandang bermanfaat, 2) memberi legistimasi terhadap pandangan hidup dan keyakinan, 3) menyediakan simbol identitas kolektif yang meyakinkan, memperkuat loyalitas primordial terhadap bangsa, komunitas, dan
27

BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

Nov 24, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

27

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Makna Tradisi

A. Konsep Makna Tradisi

Makna berasal dari bahasa Jerman ‘Meinen’ yang artinya ada di

pikiran atau benar menurut Ariftanto dan Maimunah (1988: 58). Makna

adalah arti atau pengertian yang erat hubungannnya antara tanda atau

bentuk yang berupa lambang, bunyi, ujaran dengan hal atau barang

yang dimaksudkan. Pada dasarnya makna sebenarnya ada pada kepala

kita, bukan terletak pada suatu lambang. Kalaupun ada orang yang

mengatakan bahwa kata-kata itu mempunyai makna, yang dimaksudkan

sebenarnya kata-kata itu mendorong orang untuk memberi makna (yang

telah disetujui bersama) terhadap kata-kata itu. Makna itu sendiri timbul

juga dikarenakan pengalaman hidup yang berbeda.

Menurut Edward (1981: 35) dalam Sri Alem Br Sembiring, dkk

(2012: 5) tradisi merupakan sebuah tatanan hidup yang dibentuk

berdasarksan kesepakatan bersama dari komunitas tersebut dan

memiliki fungsi tersendiri. Edward menyebutkan ada 4 fungsi tradisi,

yaitu : 1) menyediakan fragmen warisan historis yang dipandang

bermanfaat, 2) memberi legistimasi terhadap pandangan hidup dan

keyakinan, 3) menyediakan simbol identitas kolektif yang meyakinkan,

memperkuat loyalitas primordial terhadap bangsa, komunitas, dan

Page 2: BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

28

kelompok, 4) membantu menyediakan keterpuasan dan kekecewaan

terhadap kehidupan modern.

Gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam

waktu lama dan dilakukan secara turun temurun merupakan bagian dari

sebuah tradisi. Tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari

generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan. Tradisi dan budaya

merupakan beberapa hal yang menjadi sumber dari akhlak dan budi

pekerti. Tradisi merupakan suatu gambaran sikap dan perilaku manusia

yang telah berproses dalam waktu lama dan dilakukan secara turun-

temurun dimulai dari nenek moyang. Secara formal, budaya

didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan,

nilai sikap, makna, hirarki agama, waktu, peranan, hubungan ruang,

konsep alam semesta, obyek-obyek materi dan milik yang diperoleh

sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha

individu dan kelompok.

Tradisi dapat di artikan sebagai warisan yang benar atau warisan

masa lalu. Namun demikian tradisi yang terjadi berulang-ulang

bukanlah dilakukan secara kebetulan atau disengaja (Sztompka, 2007:

69). Dari pemaham tersebut maka apapun yang dilakukan oleh manusia

secara turun temurun dari setiap aspek kehidupannya yang merupakan

upaya untuk meringankan hidup manusia dapat dikatakan sebagai

“tradisi” yang berarti bahwa hal tersebut adalah menjadi bagian dari

kebudayaan. Secara khusus tradisi oleh Peursen diterjemahkan sebagai

Page 3: BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

29

proses pewarisan atau penerusan norma-norma, adat istiadat, kaidah-

kaidah, harta-harta (Pursen, 1988: 11).

Tradisi dapat dirubah, diangkat, ditolak dan dipadukan dengan

aneka ragam perbuatan manusia. Lebih khusus tradisi yang dapat

melahirkan kebudayaan masyarakat dapat diketahui dari wujud tradisi

itu sendiri. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan itu mempunyai

paling sedikit tiga wujud, yaitu:

1) Wujud Kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan-

gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya.

2) Wujud kebudayaan sebagai kompleks aktivitas kelakuan berpola

dari manusia dalam masyarakat.

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia

(Mattulada, 1997: 1).

Masyarakat merupakan sekelompok orang yang memiliki

kesamaan budaya, wilayah identitas, dan berinteraksi dalam suatu

hubungan sosial yang terstruktur. Masyarakat mewariskan masa lalunya

melalui:

1) Tradisi dan adat istiadat (nilai, norma yang mengatur perilaku dan

hubungan antar individu dalam kelompok). Adat istiadat yang

berkembang di suatu masyarakat harus dipatuhi oleh anggota

masyarakat di daerah tersebut. Adat istiadat sebagai sarana

mewariskan masa lalu terkadang yang disampaikan tidak sama

persis dengan yang terjadi di masa lalu tetapi mengalami berbagai

Page 4: BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

30

perubahan sesuai perkembangan zaman. Masa lalu sebagai dasar

untuk terus dikembangkan dan diperbaharui.

2) Nasehat dari para leluhur, dilestarikan dengan cara menjaga

nasehat tersebut melalui ingatan kolektif anggota masyarakat dan

kemudian disampaikan secara lisan turun temurun dari satu

generasi ke generasi selanjutnya.

3) Peranan orang yang dituakan (pemimpin kelompok yang memiliki

kemampuan lebih dalam menaklukkan alam) dalam masyarakat.

4) Membuat suatu peringgatan kepada semua anggota kelompok

masyarakat berupa lukisan serta perkakas sebagai alat bantu hidup

serta bangunan tugu atau makam. Semuanya itu dapat diwariskan

kepada generasi selanjutnya hanya dengan melihatnya.

5) Kepercayaan terhadap roh-roh serta arwah nenek moyang dapat

termasuk sejarah lisan sebab meninggalkan bukti sejarah berupa

benda-benda dan bangunan yang mereka buat. Menurut arti yang

lebih lengkap bahwa tradisi mencakup kelangsungan masa lalu

dimasa kini ketimbang sekedar menunjukan fakta bahwa masa kini

berasal dari merupakan dibuang atau dilupakan.

Maka di sini tradisi hanya berarti warisan, apa yang benar-benar

tersisa dari masa lalu. Hal ini sama dengan apa yang dikatakan Shils.

keseluruhan benda material dan gagasan yang berasal dari masa lalu

namun benar-benar masih ada kini, belum dihancurkan, dirusak,

“Tradisi berarti segala sesuatu yang disalurkan atau diwariskan dari

masa lalu ke masa kini” (Sztompka, 2007: 70).

Page 5: BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

31

Tradisi sebagai suatu sistem menyediakan seperangkat model

untuk bertingkah laku yang bersumber dari sistem nilai dan gagasan

utama. Tradisi juga merupakan suatu sistem yang menyeluruh, yang

terdiri dari cara aspek yang pemberian arti perilaku ajaran, perilaku

ritual dan beberapa jenis perilaku lainnya dari manusia atau sejumlah

manusia yang melakukan tindakan satu dengan yang lain. Unsur

terkecil dari sistem tersebut adalah simbol. Simbol meliputi simbol

konstitutif (yang berbentuk kepercayaan), simbol penilaian norma, dan

sistem ekspresif (simbol yang menyangkut pengungkapan perasaan).

Jadi yang menjadi hal penting dalam memahami tradisi adalah

sikap atau orientasi pikiran atau benda material atau gagasan yang

berasal dari masa lalu yang dipungut orang dimasa kini. Sikap dan

orientasi ini menempati bagian khusus dari keseluruhan warisan historis

dan mengangkatnya menjadi tradisi. Arti penting penghormatan atau

penerimaan Sesuatu yang secara sosial ditetapkan sebagai tradisi

menjelaskan betapa menariknya fenomena tradisi itu.

B. Fungsi Tradisi

Menurut Shils “Manusia tak mampu hidup tanpa tradisi meski

mereka sering merasa tak puas terhadap tradisi mereka” (Sztompka,

2007:74). Maka Shils Menegaskan, suatu tradisi itu memiliki fungsi

bagi masyarakat antara lain:

1) Dalam bahasa klise dinyatakan, tradisi adalah kebijakan turun-

temurun. Tempatnya di dalam kesadaran, keyakinan norma dan

nilai yang kita anut kini serta di dalam benda yang diciptakan di

Page 6: BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

32

masa lalu. Tradisi pun menyediakan fragmen warisan historis yang

kita pandang bermanfaat. Tradisi seperti onggokan gagasan dan

material yang dapat digunakan orang dalam tindakan kini dan

untuk membangun masa depan.

2) Memberikan legitimasi terhadap pandangan hidup, keyakinan,

pranata dan aturan yang sudah ada. Semuanya ini memerlukan

pembenaran agar dapat mengikat anggotanya. Salah satu sumber

legitimasi terdapat dalam tradisi. Biasa dikatakan: “selalu seperti

itu” atau orang selalu mempunyai keyakinan demikian” meski

dengan resiko yang paradoksal yakni bahwa tindakan tertentu

hanya akan dilakukan karena orang lain melakukan hal yang sama

di masa lalu atau keyakinan tertentu diterima semata-mata karena

mereka telah menerima sebelumnya.

3) Menyediakan simbol identitas kolektif yang meyakinkan,

memperkuat loyalitas primordial terhadap bangsa, komunitas dan

kelompok. Tradisi daerah, kota dan komunitas lokal sama perannya

yakni mengikat warga atau anggotanya dalam bidang tertentu.

4) Membantu menyediakan tempat pelarian dari keluhan, kekecewaan

dan ketidakpuasan kehidupan modern. Tradisi yang mengesankan

masa lalu yang lebih bahagia menyediakan sumber pengganti

kebanggaan bila masyarakat berada dalam krisis (Sztompka, 2007:

75-76).

Page 7: BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

33

C. Unsur-unsur Tradisi (Kebudayaan)

Menurut Clyde Kluckhohn dalam bukunya yang berjudul

Universal Categories of Culture (1953: 507-523) ada tujuh unsur

kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia.

Ketujuh unsur yang dapat kita sebut sebagai isi pokok dari setiap

kebudayaan di dunia yaitu:

1) Bahasa

Bahasa menduduki porsi paling penting dalam analisa

Kebudayaan manusia. Kemampuan manusia dalam membangun

tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial

yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada

generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa.

Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem

perlambangan manusia secara lisan maupun tertulis untuk

berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari

bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan

beserta variasi-variasi dari bahasa.

2) Sistem Pengetahuan

Sistem pengetahuan memiliki batasan yang sangat luas

karena mencakup oengetahuan masyarakat tentang berbagai unsur

yang digunakan dalam kehidupan. Sistem pengetahuan dalam

kultural universal berkaitan dengan sistem peralatanhidup dan

teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrakdan berwujud

dalam ide manusia.

Page 8: BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

34

Menurut Koentjaraningrat, setiap suku bangsa didunia

memiliki pengetahuan mengenai alam sekitar, tumbuhan yang

tumbuh di daerah sekitar tempat tinggal, binatan yang hidup

disekitar, zat-zat bahan mentah, tubuh manusia, sifat dan tingkah

laku manusia, dan ruang dan waktu.

3) Organisasi Sosial dan Sistem Kekerabatan

Menurut Koentjaraningrat, setiap kelompok masyarakat

kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai

berbagai macam kesatuan didalam lingkungan di mana dia

hidupdan bergaul setiap hari. Kesatuan sosial yang paling dekat

dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan

kerabat lainnya. Selanjutnya manusia digolongkan ke dalam

tingkatan-tingkatan geografis yang membentuk organisasi sosial

dalam kehidupan.

4) Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

Manusia selalu berusaha mempertahankan hidupnya sehingga

mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda untuk

memenuhi kebutuhan peralatan. Dalam memahami kebudayaan

manusia berdasar pada unsur teknologi yang dipakai suatu

masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan

hidupdengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Ulasan

ini merupakan bahasan kebudayaan yang bersifat fisik.

Page 9: BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

35

5) Sistem Mata Pencaharian Hidup

Aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian

yang sangat penting. Sistem mata pencaharian mengkaji tentang

bagaiman cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau

sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan

hidupnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional ialah:

Berburu dan Meramu

Beternak

Bercocok tanam

Menangkap ikan

Bercocok tanam menetap dengan sistem irigasi

Sistem mata pencaharian atau ekonomi masyarakat saat ini

sangat sedikit yang mengarah di sektor pertanian. Pada saat ini

pekerjaan menjadi karyawan kantor menjadi sumber penghasilan

utama dalam memenuhi kebutuhan hidup. Setelah

berkembangnnya modernisasi dan industri telah mengubah pola

hidup manusiauntuk tidak mengandalkan mata pencaharian

hidupnya dari subsistensi hasil produksi pertanian.

6) Sistem Religi

Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan

fungsi religi dalam masyarakat ialah adanya pertanyaan mengapa

manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan supranatural yang

dianggap lebih tinggi dari pada manusia dan mengapa manusia itu

Page 10: BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

36

melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari

hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural.

7) Kesenian

Unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada

teknik-teknik dan proses pembuatan benda seni.

Ketujuh unsur ini akan bisa kita temukan dalam setiap keadaan

masyarakat di dunia. Unsur-unsur ini merupakan perwujudan usaha

manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup dan memelihara eksistensi diri

dan kelompoknya (Koentjaraningrat, 1990: 202-204).

2.1.2. Perubahan Sosial Kebudayaan

Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan sosial yang

terjadi di dalam struktur dan fungsi masyarakat. Wilbert Moore

memandang perubahan sosial sebagai perubahan struktur sosial, pola

perilaku dan interakasi sosial. Sedangkan Menurut Mac Iver, perubahan

sosial merupakan perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial atau

sebagai perubahan terhadap keseimbangan (Laurer, 1993: 289).

Perubahan menurut di mensi interaksional mengacu kepada

perubahan sosial di dalam masyarakat. Perubahan yang menyangkut

kehidupan manusia di sebut perubahan sosial mengenai nilai-nilai sosial,

nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga

kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan

wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya.

Perubahan sosial merupakan suatu proses sosial yang di alami oleh

anggota masyarakat serta semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem

Page 11: BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

37

sosial, di mana semua tingkat kehidupan masyarakat secara suka rela atau

di pengaruhi oleh unsurmenyesuaikan diri dan menggunakan pola-pola

kehidupan, budaya, dan sistem sosial yang baru (Bungin, 1994: 123).

Dalam kehidupan manusia terdapat sebuah pandangan tentang segolongan

atau sekelompok yang mempunyai rasa membangun di mana selalu

menginginkan adanya kemajuan-kemajuan dan perombakan-perombakan

sesuai tuntutan zaman.

Menurut Soekanto (dalam Jacobus Ranjabar 2008: 15) menegaskan

bahwa perubahan sosial masih dalam terikat pada uraian sejarah pemikiran

sosiologi tentang perubahan sosial untuk semua gejala dengan merujuk

kepada pendapat William F. Ogburn, dengan mengemukakan ruang

lingkup perubahan sosial meliputi unsure-unsur baik yang material, yang

di tekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material

terhadap unsureunsur immaterial. Sedangkan menurut Koentjaranigrat

adalah “segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga

kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem

sosialnya termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku

diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat”.

Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada

masyarakat yang mencakup perubahan dalam aspek-aspek struktur dari

suatu masyarakat, atau karena terjadinya perubahan dari faktor

lingkungan, dikarenakan berubahnya sistem komposisi penduduk, keadaan

geografis, serta berubahnya sistem hubungan sosial, maupun perubahan

pada lembaga kemasyarakatannya. Perubahan ini menyangkut pada

Page 12: BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

38

seluruh segmen yang terjadi di masyarakat pada waktu tertentu. Perubahan

sosial dalam masyarakat bukan merupakan sebuah hasil atau produk tetapi

merupakan sebuah proses. Perubahan sosial merupakan sebuah keputusan

bersama yang diambil oleh anggota masyarakat.

Konsep dinamika kelompok menjadi sebuah bahasan yang menarik

untuk memahami perubahan sosial. Hal ini menunjukan bahwa betapa

luasnya bidangbidang yang mungkin mengalami perubahan. Oleh karena

perubahan pada masyarakat berarti juga perubahan pada kebudayaan,

maka tidak mudah untuk mengemukakan batasanya secara ringkas dan

terperinci karena bidang kajianya cukup luas.

Kendala yang cukup serius dalam hubunganya dengan proses

perubahan masyarakat yang semakin cepat adalah ketertinggalan dalam

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi baru, sehingga upaya dalam

mengimbangi tuntutan kecepatan perubahan itu mengalami keterlambatan.

Keterlambatan perubahan ini terjadi karena dalam proses perubahan

masyarakat yang semakin cepat terdapat kumulasi benturan budaya dan

kepentingan hidup, di satu pihak masyarakat berjuang sekuat tenaga untuk

mempertahankan dan mengembangkan kuantitas kepentingan ekonomi

yang semakin terbatas di pihak lain harga barang dan jasa meningkat,

menurunnya kepercayaan terhadap penguasa dan eksistensi hukum.

Untuk mengatasi kendala tersebut maka sedikitnya perlu ada 4

upaya tersebut, yaitu pertama, peningkatan lapangan kerja dan potensi

perekonomian masyarakat. kedua, peningkatan keterampilan dan

pengetahuan teknis terhadap pelaku atau aparat pembangunan. ketiga,

Page 13: BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

39

peningkatan terhadap kualitas nilai-nilai moral agama dan kesadaran

hukum masyarakat dan pelaku pembangunan. keempat, mempertahankan

dan meningkatkan wibawa dan kesadaran hukum pemerintah dengan

memberikan teladan perilaku yang baik dan benar sesuai dengan cita-cita

pembangunan nasional. Jika keempat upaya ini dapat diterapkan secara

konsekuen, maka di harapkan usaha penyesuaian dan pengusahaan

terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi relatif lebih mudah, sehingga

perubahan dapat di lakukan secara terencana dan terarah sesuai dengan

cita-cita dan pembangunan yaitu kesejahteraan masyarakat secara luas dan

umum. Unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan budaya dan

sistem sosial lama kemusian.

Menurut Munandar (Ridwan, 1998: 58-59) Perubahan menurut di

mensi interaksional mengacu kepada perubahan sosial di dalam

masyarakat, yang diidentifikasikan dalam frekuensi, seperti; yaitu;

pertama, perubahan dalam frekuensi, frekuensinya, jumlah kontinuitas

sampai pada hal-hal yang bertentangan. Kedua, perubahan dan jarak

sosial, seperti; hubungan intim, hubungan formal dan informal, dan

perubahan dalam arah yang berlawanan. Ketiga adalah perubahan

perantaraan (saluran) seperti; perlakuan partisipan di dalam suatu

hubungan mempribadi sebagai tujuan akhir, berubah maknanya menjadi

impersonal atau perubahan yang arahnya pertentangan. Keempat,

perubahan dari aturan atau pola-pola seperti; hubungan antara status yang

tidak sama dengan arah yang horizontal menjadi pergaulan status yang

tidak sama dan arah hubungannya vertical atau berubah dalam arah

Page 14: BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

40

berlawanan. kelima perubahan dalam bentuk seperti dalam pola hubungan

solidaritas atau sama-sama, meskipun perangkat struktur lengkap, maka

akan terpecah melalui sikap pengalaman yang bermusuhan, persaingan dan

konflik, atau berubah arah lawanan.

Ciri-Ciri Perubahan Sosial Menurut Jacobus Ranjabar (2008: 58-

63) ciri perubahan sosial yaitu:

Diferential social organization.

Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong

perubahan pemikiran ideologi, politik dan ekonomi.

Mobilitas

Culture conflict

Perubahan yang direncanakan dan perubahan yang tidak

direncanakan

Kontroversi (Pertentangan).

2.1.3. Solidaritas Sosial

Secara terminologis kata "solidaritas" berasal dari bahasa Latin

solidus "solis". Kata ini dipakai dalam sistem sosial yang berhubungan

dengan integritas kemasyarakatan melalui kerjasama dan keterlibatan yang

satu dengan yang lainnya. Bentuk dari solidaritas dalam kehidupan

masyarakat berimplikasi pada kekompakan dan keterikatan dari

bagianbagian yang ada. Bangsa Perancis mengaplikasikan terminologi

solidaritas pada keharmonisan sosial, persatuan nasional dan kelas dalam

masyarakat (Daula, 2001: 35).

Page 15: BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

41

Konsep solidaritas sosial merupakan konsep sentral Emile Durkheim

(1858-1917) dalam mengembangkan teori sosiologi. Durkheim (dalam

Lawang, 1994: 181) menyatakan bahwa solidaritas sosial merupakan suatu

keadaan hubungan antara individu dan/atau kelompok yang didasarkan

pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat

oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas menekankan pada

keadaan hubungan antar individu dan kelompok dan mendasari keterikatan

bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan

kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Wujud nyata dari hubungan

bersama akan melahirkan pengalaman emosional, sehingga memperkuat

hubungan antar mereka.

Solidaritas sosial juga dapat diartikan sebagai wujud kepedulian

antar sesama kelompok ataupun individu secara bersama yang

menunjukkan pada suatu keadaan hubungan antara indvidu dan atau

kelompok yang di dasarkan pada persamaan moral, kolektif yang sama,

dan kepercayaan yang dianut serta di perkuat oleh pengalaman emosional

bersama. Ikatan ini lebih mendasar daripada hubungan kontraktual yang

dibuat atas persetujuan rasional (Jhonson, 1994: 181).

Solidaritas sosial dapat terjadi karena adanya berbagai macam

kesamaan ras, suku dan adanya perasaan yang sama sehingga mereka

mempunyai keinginan kuat dalam memperbaiki keadaanya dan daerah

ataupun lingkungan sekitarnya agar mereka bisa sedikit memperbaiki

keadaan di sekitarnya dengan cara saling membantu satu sama lain

terutama dalam hal pembangunan. Solidaritas sosial juga dipengaruhi

Page 16: BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

42

adanya interaksi sosial yang berlangsung karena ikatan cultural, yang pada

dasarnya disebabakan munculnya sentiment komunitas (community

sentiment).

Dilihat dari struktur masyarakatnya, Durkheim mengklasi-fikasikan

solidaritas sosial masyarakat dalam dua kategori, yaitu Solidaritas

Mekanik dan Solidaritas Organik.

a. Solidaritas Mekanik

Solidaritas mekanik didasarkan pada suatu kesadaran kolektif

bersama (collective consciousness), yang menunjuk pada totalitas

kepercayaan-kepercayaan dan sentimen-sentimen bersama yang rata-

rata ada pada setiap anggota masyarakat. Suatu solidaritas yang

tergantung pada individu yang memiliki sifat-sifat yang sama dan

menganut kepercayaan dan pola normatif yang sama pula (Jhonson,

1994: 183).

Solidaritas mekanik memperlihatkan berbagai komponen atau

indikator penting bahwa terdapat kesadaran kolektif yang didasarkan

pada sifat ketergantungan individu yang memiliki kepercayaan dan pola

normatif yang sama. Dalam bermasyarakat, manusia hidup bersama dan

berinteraksi satu sama lain sehingga timbul rasa kebersamaan di antara

mereka. Rasa kebersamaan tersebut milik masyarakat yang secara sadar

menimbulkan perasaan kolektif. Perasaan tersebut merupakan akibat

(resultan) dari kebersamaan dan merupakan hasil aksi dan reaksi antara

kesadaran individual. Jika setiap kesadaran individual menggemakan

perasaan kolektif, hal tersebut bersumber dari dorongan khusus yang

Page 17: BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

43

berasal dari perasaan kolektif yang muncul. Pada saat solidaritas

mekanik memainkan perannya, kepribadian tiap individu hilang karena

ia bukanlah diri individu lagi, melainkan hanya sekedar makhluk

kolektif.

Individualitas tidak berkembang karena dilumpuhkan oleh tekanan

aturan atau hukum yang bersifat represif. Sifat hukuman cenderung

mencerminkan dan menyatakan kemarahan kolektif yang muncul atas

penyimpangan atau pelanggaran kesadaran kolektif dalam kelompok

sosialnya. Solidaritas mekanik didasarkan pada suatu kesadaran kolektif

(collective consciousness) yang dipraktekkan masyarakat dalam bentuk

kepercayaan dan sentimen total diantara warga masyarakat. Individu

dalam masyarakat seperti ini cenderung homogen dalam banyak hal.

Keseragaman tersebut berlangsung terjadi dalam seluruh aspek

kehidupan baik sosial, budaya, politik, bahkan kepercayaan atau agama.

b. Solidaritas Organik

Solidaritas organik adalah tipe solidaritas yang didasarkan pada

tingkat saling ketergantunga yang tinggi akibat adanya spesialisasi

dalam hal pembagian kerja. Kuatnya solidaritas organik ditandai

dengan pentingnya hukum yang bersifat restitutif atau memulihkan.

Hukum restitutive ini berfungsi untuk mempertahankan dan melindungi

pola saling ketergantungan yang kompleks antara berbagai individu

yang terspesialisasi (Jhonson, 1994: 184).

Solidaritas organik terjadi dalam masyarakat yang relatif kompleks

kehidupan sosialnya namun terdapat kepentingan bersama atas dasar

Page 18: BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

44

tertentu. Dalam kelompok sosial terdapat pola antar-relasi yang parsial

dan fungsional, terdapat pembagian kerja yang spesifik, yang pada

gilirannya memunculkan perbedaan kepentingan, status, pemikiran dan

sebagainya. Perbedaan pola relasi-relasi, dapat membentuk ikatan sosial

dan persatuan melalui pemikiran perlunya kebutuhan kebersamaan yang

diikat dengan kaidah moral, norma, undang-undang, atau seperangkat

nilai yang bersifat universal. Oleh karena itu ikatan solider tidak lagi

menyeluruh, melainkan terbatas pada kepentingan bersama yang

bersifat parsial.

Solidaritas organik muncul karena pembagian kerja bertambah

besar. Solidaritas ini didasarkan pada tingkat saling ketergantungan

yang tinggi. Ketergantungan ini diakibatakan karena spesialisasi yang

tinggi diantara keahlian individu. Spesialisasi ini juga sekaligus

merombak kesadaran kolektif yang ada dalam masyarakat mekanis.

Akibatnya kesadaran dan homogenitas dalam kehiduan sosial tergeser.

Karena keahlian yang berbeda dan spesialisasi itu, munculah

ketergantungan fungsional yang bertambah antara individu-idividu yang

memiliki spesialisasi dan secara relatif lebih otonom sifatnya. Menurut

Durkheim itulah pembagian kerja yang mengambil alih peran yang

semula disandang oleh kesadaran kolektif.

Page 19: BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

45

Tabel Solidaritas Sosial

Solidaritas Mekanik Solidaritas Organik

Pembagian kerja rendah Pembagian kerja tinggi

Kesadaran kolektif kuat Kesadaran kolektif lemah

Hukum represif dominan Hukum restitutif dominan

Individualitas rendah Individualitas tinggi

Konsesus terhadap pola-pola

normatif itu penting

Konsesus pada nilai-nilai abstrak

dan umum itu penting

Keterlibatan komunitas dalam

menghukum orang yang

menyimpang

Badan-badan kontrol sosial yang

menghukum orang yang

menyimpang

Secara relatif saling

ketergantungan itu rendah

Saling ketergantungan yang

tinggi

Bersifat primitif atau pedesaan Bersifat industrial - perkotaan

Tabel 2.1.3 : Perbandingan sifat-sifat pokok dari masyarakat yang didasarkan pada

solidaritas mekanik dan solidaritas organik.

Suatu kelompok masyarakat dapat menjadi kuat ikatan

solidaritasnya bila memiliki kesamaan agama, suku, adat, budaya, dan

kepentingan. Solidaritas juga bisa terjadi bila semua anggota kelompok

masyarakat dilibatkan dalam kegiatan yang mengharuskan mereka

berinteraksi dan bekerjasama untuk mencapai satu tujuan yang sama.

Solidaritas mekanik masyarakat Desa Sumberkerto dibuktikan dengan

adanya rasa saling memiliki, sukarela, dan gotong royong yang

ditunjukkan masyarakat dalam tradisi Sogukan. Dengan kesadaran

kolektif dalam menjalankan tradisi, masyarakat Desa Sumberkerto

mampu mengembangkan potensi tradisi yang di dalamnya mengandung

makna kebersamaan dan saling tolong menolong sehingga tingkat

solidaritas masyarakat kuat.

Page 20: BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

46

2.1.4. Pergeseran Kebudayaan

Kebudayaan sangat erat dengan masyarakat. Herskovits dan

Malinowski (dalam Sartono Kartodirdjo, 1987) mengemukakan bahwa

segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh

kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri (Cultural-

Determinism). Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang

turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian

disebut sebagai Superorganic. Menurut Eppink, kebudayaan mengandung

keseluruan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta

keseluruan struktur sosial, religius, dan lain-lain.

Semua wujud kebudayaan di dunia (culture universal) diisi oleh

unsur-unsur universal yaitu, bahasa, sistem teknologi, sistem mata

pencaharian hidup atau ekonomi, organisasi sosial, sistem pengetahuan,

religi, dan kesenian. Dalam sistem budaya inti (core culture) yang terdiri

dari sistem nilai yang melambangkan kebudayaan sebagai sistem gagasan

yang ideologis.

Semua konsep yang kita perlukan untuk menganalisa proses-proses

pergeseran masyarakat dan kebudayaan, temasuk lapangan penelitian

sosiologi yang disebut dinamika sosial. Konsep yang terpenting ada yang

mengenai proses belajar kebudayaan itu sendiri, yakni internalisasi,

sosialisasi, dan enkulturasi. Selain itu ada proses perkembangan

kebudayaan umat manusia (evolusi kebudayaan) dari bentuk-bentuk

kebudayaan yang sederhana hingga yang makin kompleks. Proses lainnya

adalah proses pengenalan unsur-unsur kebudayaan asing yang disebut

Page 21: BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

47

proses akulturasidan asimilasi. Ada proses pembaharuan (inovasi) yang

berkaitan erat dengan penemuan baru (discovery) dan invention.

2.2. Penelitian Terdahulu

No. Judul Penelitian Hasil Penelitian Relevansi Penelitian 1. Juliati (2016):

Pergeseran Makna Nilai Sosial Tradisi Tolak Bala (Studi Pada Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya)

Hasil Penelitian Skripsi: Adanya pergeseran makna nilai sosial tradisi tolak bala pada masyarakat di Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti terjadinya modernisasi pada masyarakat , kurangnya partisipasi anak muda, dan banyak masuknya para pendatang di Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat.

Adanya persamaan yang membahas tentang pergeseran makna tradisi. Perbedaanya adalah lokasi dan obyek penelitian. Penelitian yang akan menjadi obyek dalam penelitian ini adalah masyarakat Suku Madura. Tradisi yang dilakukan penelitian sebelumnya juga berbeda yaitu tradisi yang menyangkutkan budaya dan agama. Sedang penelitian yang akan diteliti adalah tradisi yang menyangkut pada budaya dan perilaku.

2. Adelagustin Ratna Indriyani (2015): Pergeseran Tradisi Megengan (Studi Tentang Pergeseran Tradisi Megengan di Ndalem Mangkubumen)

Hasil Penelitian Skripsi: Pergeseran terbentuk karena ada penyesuaian tradisi dengan perkembangan jaman. Bentuk pergeseran yang tampak antara lain arti filosofi, tata cara pelaksanaan, waktu pelaksanaan, nilai yang terkandung serta rangkaian dalam sesaji tradisi Megengan. Pergeseran tersebut memunculkan pola tindakan baru pada masyarakat Ndalem Mangkubumen saat melaksanakan tradisi Megengan.

Adanya persamaan dalam hal pergeseran makna tradisi dalam suatu masyarakat. Perbedaannya pada analilis teori yang digunakan. Penelitian terdahulu menggunakan teori Rasionalitas dan teori komodifikasi. Metode yang yang digunakan penelitian terdahulu memiliki kesamaan deng penelitian yang akan diteliti.

Page 22: BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

48

2. Basid Ridhowan (2014): Resiprositas Dalam Tradisi Buwuh (Studi Kasus di Desa kaliaman, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara)

Hasil Penelitian Skripsi: Perbedaan intensitas dalam menyelenggarakan hajatan, disikapi oleh para pelaku tradisi Buwuh dengan memperkirakan kesempatan menyelenggarakan hajatan yang dimiliki oleh masing- masing individu. Tradisi Buwuh berperan dalam meringankan beban seseorang yang sedang menyelenggarakan hajatan. Dalam proses perkembangannya, terdapat beberapa perubahan dalam tradisi Buwuh yaitu pergeseran makna memberikan Buwuh yang sekarang ini telah berisikan pamrih, perubahan bentuk barang yang diberikan sebagai Buwuh, serta semakin sempitnya lingkup seseorang dalam memberikan Buwuh.

Adanya persamaan dalam hal perubahan tradisi hanya saja berbeda dalam konteks tradisi. Selain itu persamaan akan penyelenggaraan buwuhan dan Sogukan memiliki tujuan yang sama yaitu awalnya bentuk solidaritas menjadi sebuah timbal balik dan menunjukkan status sosial seseorang. Teori dalam penelitian ini juga menunjukkan adanya perbedaan dalam hal analisis.

3. Inglehart, R., & Baker, W. (2000). Modernization, Cultural Change, and the Persistence of Traditional Values

Hasil penelitian Jurnal: menunjukkan bahwa Perubahan keadaan suatu kebudayaan di dasarkan pada suatu Pembangunan ekonomi.pembangunan ekonomi inilah yang akan membawa pergeseran jauh dari norma-norma dan nilai-nilai yang absolut terhadap nilai-nilai yang semakin rasional, toleran, percaya, dan partisipatif. Perubahan atau bergesernya suatu kebudayaan ini tergantung dari pikiran masyarakatnya.

Penelitian terdahulu menunjukkan adanya suatu perubahan dalam kebudayaan yang sama dengan yang akan peneliti teliti yaitu adanya perubahan dalam suatu kebudayaan. Perbedaannya terletak pada pengunaan teori. Teori yang digunakan oleh penelitian terdahulu menggunakan teori modernisasi. Sedangkan teori yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teori Interaksionalisme simbolik.

Page 23: BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

49

2.3. Landasan Teori Interaksionisme Simbolik (Herbert Blumer)

Menurut Blumer (1987: 264) dalam Soetomo (2008: 124), memandang

bahwa manusia sebagai actor yang sadar dan reflektif, yang menyatukan objek-

objek melalui apa yang diketahuinya. Seperti yang disebut oleh Blumer sebagai

Self Indication adalah proses komunikasi yang sedang berjalan dimana individu

mengetahui sesuatu, menilainya, membernya makna dan memikirkan untuk

bertindak sesuai makna. Blumer mengemukakan istilah interaksionisme simbolik

pada tahun 1937 dan menulis esai penting dalam perkembangannya.

Interaksionisme simbolik Blumer merujuk pada suatu karakter interaksi khusus

yang berlangsung antar-manusia. Aktor tidak semata-mata bereaksi terhadap

tindakan yang lain tetapi dia menafsirkan dan mendefinisikan setiap tindakan

orang lain. Respon aktor selalu didasarkan atas penilaian makna tersebut. Oleh

karenanya interaksi pada manusia dijembatani oleh penggunaan simbol-simbol

penafsiran atau menemukan makna tindakan orang lain.

Interaksionis simbolik telah dijadikan salah satu pendekatan sosiologis oleh

Herbert Blumer dan George Herbert Mead, yang berpandangan bahwa manusia

adalah individu yang berpikir, berperasaan, memberikan pengertian pada setiap

keadaan, yang melahirkan reaksi dan interpretasi kepada setiap rangsangan yang

dihadapi. Kejadian tersebut dilakukan melalui interpretasi simbol-simbol atau

komunikasi bermakna yang dilakukan melalui gerak, bahasa, rasa simpati, empati,

dan melahirkan tingkah laku lainnya yang menunjukan reaksi atau respon

terhadap rangsangan-rangsangan yang datang kepada dirinya (Salim, 2008: 11).

Dalam melakukan suatu interaksi, maka gerak, bahasa, dan rasa simpati sangat

menentukan, apalagi berinteraksi dalam masyarakat yang berbeda suku dan

Page 24: BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

50

kebudayaan. Modal utama dalam melakukan interaksi dalam masyarakat multi

etnik adalah saling memahami kebiasaan ataupun kebudayaan dari orang lain,

sehingga kesalah-pahaman yang nantinya akan menimbulkan konflik dapat

dinetralisir.

Interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide tentang individu dan interaksinya

dengan masyarakat. Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang

merupakan ciri manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi

makna. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai

proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka

dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi

mereka. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek dan

bahkan diri mereka sendiri yang menentukan perilaku manusia. Dalam konteks

ini, makna dikonstruksikan dalam proses interaksi dan proses tersebut bukanlah

suatu medium netral yang memungkinkan kekuatan-kekuatan sosial memainkan

perannya, melainkan justru merupakan substansi sebenarnya dari organisasi sosial

dan kekuatan sosial (Mulyana, 2002: 68-70).

Blumer mengutarakan tentang tiga prinsip utama interaksionisme simbolik,

yaitu tentang pemaknaan (meaning), bahasa (language), dan pikiran (thought).

Premis ini nantinya mengantarkan kepada konsep “diri” seseorang dan

sosialisasinya kepada “komunitas” yang lebih besar yaitu masyarakat. Herbert

Blumer mengemukakan interaksionisme simbolik sebagai suatu perspektif

bertumpu pada 3 premis yang masing-masing membentuk anatomi teori tersendiri

dan terintgral dalam satu kajian. Premis tersebut, antara lain:

Page 25: BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

51

1) Manusia bertindak atau bersikap terhadap manusia yang lainnya

pada dasarnya dilandasi atas pemaknaan yang mereka kenakan

kepada pihak lain.

2) Makna tersebut berasal dari interaksi sosial seseorang dengan

orang lain. Pemaknaan muncul dari interaksi sosial yang

dipertukarkan di antara mereka. Makna bukan muncul atau melekat

pada sesuatu atau suatu objek secara alamiah. Makna berasal dari

hasil proses negosiasi melalui penggunaan bahasa (language)

dalam perspektif interaksionisme simbolik.

3) Makna-makna yang muncul dari simbol-simbol yang dimodifikasi

dan ditangani melalui proses penafsiran tersebut yang digunakan

oleh setiap individu disempurnakan disaat interaksi sosial

berlangsung. Interaksionisme simbolik menggambarkan proses

berpikir sebagai perbincangan dengan diri sendiri. Proses berpikir

ini sendiri bersifat refleksif. Cara bagaimana manusia berpikir

banyak ditentukan oleh praktek bahasa.

Interaksionisme Simbolik yang diketengahkan oleh Blumer yang

mengandung pokok pandangan yang mengkerucut pada proses interpretasi

yang utama untuk pembentukan suatu makna. Sesuatu ini tidak

mempunyai makna yang intrinsik karena makna yang dikenakan pada

sesuatu ini lebih merupakan produk interaksi simbolis. Bagi Blumer,

“sesuatu” itu bisa berupa fenomena alam, fenomena artifisial, tindakan

seseorang baik verbal maupun nonverbal, dan apa saja yang patut

“dimaknakan”. Menurut Blumer, sebelum memberikan makna atas

Page 26: BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

52

sesuatu, terlebih dahulu aktor melakukan serangkaian kegiatan olah

mental, seperti memilih, memeriksa, mengelompokkan, membandingkan,

memprediksi, dan mentransformasi makna dalam kaitannya dengan situasi,

posisi, dan arah tindakannya. Pemberian makna tidak didasarkan pada

makna normatif, yang telah dibakukan sebelumnya, tetapi hasil dari proses

olah mental yang terus-menerus disempurnakan seiring dengan fungsi

instrumentalnya, yaitu sebagai pengarahan dan pembentukan tindakan dan

sikap aktor atas sesuatu tersebut.

Tindakan manusia tidak disebabkan oleh “kekuatan luar”, tidak pula

disebabkan oleh “kekuatan dalam”, tetapi didasarkan pada pemaknaan atas

sesuatu yang dihadapinya lewat proses yang oleh Blumer disebut sebagai

self-indication. Proses self-indication terjadi dalam konteks sosial di mana

individu mengantisipasi tindakan-tindakan orang lain dan menyesuaikan

tindakannya sesuai dengan pemaknaan atas tindakan itu.

Blumer mengatakan bahwa interaksi manusia dijembatani oleh

penggunaan simbol-simbol, oleh penafsiran, dan oleh kepastian makna

dari tindakan orang lain, bukan hanya sekedar saling bereaksi sebagaimana

model stimulus-respons (Kamanto, 2000: 185). Makna dari simbol-simbol

merupakan hasil dari interaksi sosial dalam masyarakat. Individu dan

masyarakat merupakan aktor dalam interaksi simbolik yang tidak dapat

dipisahkan. Tindakan individu tidak ditentukan oleh individu itu sendiri,

juga tidak ditentukan oleh masyarakat, namun oleh pengaruh keduanya.

Dengan kata lain, tindakan seseorang adalah hasil dari “internal dan

eksternal stimulasi” (Sarmini, 2002: 53).

Page 27: BAB II A. yang artinya ada di - eprints.umm.ac.id

53

Dari teori interaksionalisme simbolik diatas kaitanya dengan

Pergeseran Makna Tradisi Sogukan Pada Masyarakat Suku Madura di

Desa Sumberkerto Kecamatan Pagak Kabupaten Malang adalah pada teori

Interaksionalisme Simbolik terdapat simbol, makna, interaksi dan tindakan

yang juga terdapat pada tradisi Sogukan sehingga Pergeseran Makna

Tradisi Sogukan Pada Masyarakat Suku Madura ini dapat dijelaskan

memakai teori dari Blumer.

Pada saat ini makna tradisi Sogukan telah bergeser, apabila dahulu

makna tradisi Sogukan menjunjung tinggi nilai solidaritas sosial sesama

masyarakat entis Madura kini makna tradisi Sogukan hanya sekedar acara

timbal balik pada acara selebrasi Sogukan.