12 BAB II A. KAJIAN TEORI 1. Prespektif Perkembangan Perkembangan adalah suatu proses perubahan kapasitas fungsional atau kemampuan kerja organ-organ kearah keadaan yang semakin terorganisir dan terspesialisasi. Semakin terorganisir artinya organ-organ tubuh semakin bisa dikendalikan sesuai dengan kehendak. Sedangkan semakin terspesialisasi merupakan kemampuan organ-organ tubuh semakin dapat berfungsi sesuai dengan fungsinya masing-masing. Perkembangan dapat terjadi dalam bentuk perubahan kuantitatif, perubahan kualitatif atau perubahan pada kedua-duanya secara serempak. Perubahan kuantitatif merupakan perubahan yang dapat diukur atau di hitung. Sedangkan perubahan kualitatif adalah perubahan dalam bentuk semakin baik, semakin teratur, semakin lancar, dan sebagainya yang ada dasarnya merupakan perubahan yang tidak bisa atau sukar diukur. (Sugiyanto, 1998:14). Perkembangan individu mencakup berbagai aspek yang ada di dalam dirinya, yang berpengaruh terhadap perkembangan itu meliputi berbagai faktor, baik yang berada di dalam dirinya maupun yang berada diluar dirinya. Berbagai aspek yang berkembang dan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan perlu dipadukan dalam membentuk konsep perkembangan secara menyeluruh. Di dalam membahas konsep perkembangan diperlukan kerangka acuan. Teori-teori perkembangan yang sudah berkembang lebih awal digunakan sebagai acuan dalam studi perkembangan gerak. Secara umum perkembangan dikaji dari prespektif atau sudut pandang biologi dan psikologis. Dalam prespektif biologis, keterbentukan dan perkembangan bagian-bagian dan sistem tubuh dipelajari pada level seluler dan pada level organismik. Pada level seluler dipelajari perkembangan sel yang membentuk organ-organ tubuh manusia, sedangkan pada level organismik dipelajari perkembangan organ-organ tubuh manusia. Dalam prespektif psikologis individu dipelajari dalam segi berfikir, emosi dan perasaanya (Sugiyanto, 1998:18).
43
Embed
BAB II A. KAJIAN TEORI 1. Prespektif Perkembanganabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308050_bab2.pdf · dipelajari perkembangan sel yang membentuk organ-organ tubuh manusia, ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
12
BAB II
A. KAJIAN TEORI
1. Prespektif Perkembangan
Perkembangan adalah suatu proses perubahan kapasitas fungsional atau
kemampuan kerja organ-organ kearah keadaan yang semakin terorganisir dan
terspesialisasi. Semakin terorganisir artinya organ-organ tubuh semakin bisa
dikendalikan sesuai dengan kehendak. Sedangkan semakin terspesialisasi
merupakan kemampuan organ-organ tubuh semakin dapat berfungsi sesuai
dengan fungsinya masing-masing. Perkembangan dapat terjadi dalam bentuk
perubahan kuantitatif, perubahan kualitatif atau perubahan pada kedua-duanya
secara serempak. Perubahan kuantitatif merupakan perubahan yang dapat diukur
atau di hitung. Sedangkan perubahan kualitatif adalah perubahan dalam bentuk
semakin baik, semakin teratur, semakin lancar, dan sebagainya yang ada
dasarnya merupakan perubahan yang tidak bisa atau sukar diukur. (Sugiyanto,
1998:14).
Perkembangan individu mencakup berbagai aspek yang ada di dalam dirinya,
yang berpengaruh terhadap perkembangan itu meliputi berbagai faktor, baik
yang berada di dalam dirinya maupun yang berada diluar dirinya. Berbagai
aspek yang berkembang dan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap
perkembangan perlu dipadukan dalam membentuk konsep perkembangan secara
menyeluruh. Di dalam membahas konsep perkembangan diperlukan kerangka
acuan. Teori-teori perkembangan yang sudah berkembang lebih awal digunakan
sebagai acuan dalam studi perkembangan gerak. Secara umum perkembangan
dikaji dari prespektif atau sudut pandang biologi dan psikologis. Dalam
prespektif biologis, keterbentukan dan perkembangan bagian-bagian dan sistem
tubuh dipelajari pada level seluler dan pada level organismik. Pada level seluler
dipelajari perkembangan sel yang membentuk organ-organ tubuh manusia,
sedangkan pada level organismik dipelajari perkembangan organ-organ tubuh
manusia. Dalam prespektif psikologis individu dipelajari dalam segi berfikir,
emosi dan perasaanya (Sugiyanto, 1998:18).
13
Perkembangan individu bersifat individual dan dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang secara umum dapat dikelompokkan sebagai faktor internal dan eksternal
individu. Masing-masing individu memiliki tingkat kecepatan pertumbuhan dan
perkembangan yang berbeda sesuai dengan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap perkembangan individu tersebut. Aspek genetis dan aspek lingkungan
baik fisik maupun sosial secara bersama memberikan pengaruh pada pola
perkembangan.
Perkembangan individu mencakup seluruh aspek kognitif, afektif dan
psikomotor. Dalam perkembangnnya seluruh aspek dalam diri individu
berkembang secara berkesinambungan dan saling mempengaruhi satu dengan
yang lainnya. Keserasian antar masing-masing aspek perkembangan
memberikan kualitas perkembangan individu yang optimal.
Walaupun perkembangan individu bersifat individual tetapi secara umum
menunjukkan pola perkembangan-perkembangan yang sama. Perkembangan
individu memiliki korelasi yang sangat erat dengan umur namun tidak
tergantung dengan umur. Dalam proses perkembangan individu sebagai proses
berkelanjutan yang berlangsung seumur hidup terdapat periode-periode
perkembangan individu yang menunjukkan karakteristik perkembangan yang
sama untuk semua individu secara umum perubahan yang terjadi pada awalnya
bersifat peningkatan dan kemudian mengalami penurunan.
Karakteristik perkembangan individu secara umum menunjukkan fase-fase yang
sama pada periode unsur tertentu. Fase-fase perkembangan berdasarkan umur
secara umum dibagi menjadi beberapa fase seperti dibawah ini:
14
Tabel .1. Periodisasi perkembangan berdasarkan umur (Haywood Kathleen M,
1986:8)
Periode perkembangan Perkiraaan umur kronologis
Sebelum lahir:
Awal
Embrio
Janin
Pembuahan sampai dua minggu
2-8 minggu
8 sampai akhir
Bayi:
Neonatal
Sejak lahir sampai 2 tahun
Sejak lahir sampai 4 minggu
Anak-anak:
Anak kecil
Anak besar
1 atau 2 sampai 10 atau 12 tahun
1 atau 2 sampai 6 tahun sampai 10 atau
12 tahun
Adolesensi :
Perempuan
Laki-laki
10 sampai 18 tahun
12 tahun sampai 20 tahun
Dewasa:
Dewasa muda
Dewasa madya
Dewasa tua
18 atau 20 sampai 40 tahun
40 sampai 60 tahun
60 tahun lebih
2. Perkembangan Adolesensi Usia 13 Sampai 18 Tahun
Perkembangan kebugaran remaja (adolesensi) terkait kesehatan dan terkait
performa mengalami perubahan-perubahan yang drastis dari awal masa remaja
sampai akhir masa remaja (sekitar usia 11 sampai 21 tahun). Secara umum, anak
laki-laki dan anak perempuan hampir sama pada masa kanak-kanak pada
sebagian besar ukuran kebugaran. Permulaan ledakan pertumbuhan pra remaja
menandai permulaan percepatan yang cepat pada nilai kebugaran untuk laki-laki.
Hal ini dapat dikaitkan dengan berbagai faktor fisik serta sosial dan budaya. Di
lain pihak, laki-laki tidak memperlihatkan peningkatan yang cepat sama seperti
teman-teman laki-lakinya. Ada sebuah kecenderungan yang nyata bagi
15
perempuan remaja untuk meningkat pada tingkat yang lebih rendah pada usia
sekitar 15 dimana mereka seringkali mulai mencapai masa stabil dan kadang-
kadang mengalami kemunduran pada performa mereka.
Kebanyakan, walaupun laki-laki dapat diharapkan melampaui performa
perempuan pada ukuran kekuatan dan ketahanan karena kelebihan anatomi,
fisiologi, dan biomekanik, namun tidak ada penjelasan biologis yang memadai
tentang perbedaan-perbedaan pada jangkauan usia dimana peningkatan relatif
dapat dilihat. Sebuah penjelasan yang masuk akal dapat ditemukan dalam
perbedaan sosial dan budaya dan perbedaan pola asuh anak antara laki-laki dan
perempuan.
Ukuran terkait kebugaran rentan terhadap peningkatan yang besar pada laki-
laki maupun perempuan. Ketika pola-pola aktivitas berubah, yang diharapkan
untuk yang lebih baik, kita dapat mengantisipasi perubahan-perubahan pada
lerengan kurva performa baik untuk laki-laki maupun perempuan. Orang-orang
yang sangat termotivasi memiliki skor yang secara signifikan lebih baik pada
semua ukuran kebugaran daripada rerata skor performa yang dilaporkan untuk
sampel-sampel populasi.
Kesuksesan program-program yang dirancang untuk meningkatkan keadaan
kesehatan remaja yang positif melalui peningkatan kegiatan jasmani tergantung
kepada sebuah pendekatan multidisipliner. Pendekatan semacam itu secara aktif
mencoba membekali pemuda dengan informasi yang baru dan relevan tentang
bagaimana dan mengapa tentang peningkatan kegiatan jasmani dan nutrisi yang
tepat. Hal ini harus dilakukan dengan cara yang meningkatkan kenikmatan
pembelajaran serta tanggung jawab pribadi dan pengambilan keputusan.
Peluang-peluang kegiatan jasmani yang terstruktur empat sampai lima kali per
minggu, dengan dorongan dan insentif untuk kegiatan-kegiatan sesudah sekolah
merupakan suatu keharusan. Sebuah pendekatan tim, dengan keikutsertaan
perawat sekolah, pembimbing, pengawas ruang makan siang, dan guru
pendidikan jasmani, penting, serta keterlibatan orang tua, untuk mencapai
keberlanjutan (kontinuitas) dan untuk mengkoordinasi dukungan dari rumah
bagi perkembangan perilaku baru.
16
Karena pengetahuan kita yang relatif terbatas mengenai hal ini, maka tidak
mudah untuk memiliki pedoman-pedoman khusus mengenai populasi remaja
umum mengenai jumlah dan jenis kegiatan jasmani yang dibutuhkan untuk
menghasilkan manfaat kesehatan yang positif. Sebagai akibatnya, para peserta
dalam Konferensi Konsensus Internasional terkini tentang Pedoman Kegiatan
Jasmani untuk Remaja membuat dua pedoman umum yang diyakini akan
meningkatkan beberapa hasil kesehatan bagi semua remaja, sekaligus
meminimalisir resiko yang diketahui.
Semua remaja seharusnya aktif secara jasmani setiap hari, atau hampir setiap
hari, sebagai bagian dari permainan, game, olahraga, pekerjaan, transportasi,
rekreasi, pendidikan jasmani, atau olahraga yang direncanakan, dalam konteks
keluarga, sekolah, dan aktivitas masyarakat. (Gallahue dan Ozmun, 1998:393)
Selanjutnya remaja seharusnya terlibat dalam tiga sesi kegiatan atau lebih per
minggu yang berlangsung selama 20 menit, atau lebih pada satu waktu dan yang
memerlukan tingkat pengerahan yang sedang hingga giat. (Gallahue dan Ozmun,
1998:394)
Hal diatas sejalan dengan perkembangan minat adolesensi atau remaja dalam
aktivitas yang paling diminati, terlihat dalam gambar 1 dan gambar 2 bahwa
aktivitas olahraga untuk lali-laki dan perempuan meningkat dari umur kurang
lebih 6 tahun sampai dengan umur 18 tahun. Terlihat secara jelas keinginan
untuk beraktivitas olahraga meningkat secara drastis pada masa adolesensi.
17
Gambar. 1` .Minat aktivitas laki-laki
(Eckert and Espenschade, 1980:209)
Gambar. 2. Minat aktivitas Perempuan
(Eckert and Espenschade, 1980:210)
18
a). Perkembangan Komposisi Tubuh Adolesensi
Komposisi tubuh (prosentase lemak tubuh) sekarang oleh banyak orang
dianggap sebagai salah satu aspek kebugaran yang terkait dengan
kesehatan. Sebelumnya, perusahaan-perusahaan asuransi menggunakan
berat badan total sebagai indikator kesehatan fungsional. Akan tetapi,
berat badan total merupakan indikator yang kurang baik untuk komposisi
tubuh karena hal ini tidak merefleksikan distribusi dan komposisi berat
badan seseorang. Berat badan total adalah jumlah massa otot, massa
rangka, massa organ dan massa lemak. Untuk menilai komposisi tubuh
seseorang secara akurat, prosentase lemak tubuh perlu dipisahkan dengan
komponen-komponen lain dari berat badan total seseorang.
Penimbangan hidrostatis saat ini merupakan metode yang paling akurat
untuk menentukan prosentase lemak tubuh. Hal ini meliputi merendam
seseorang dibawah air dan menghitung beratnya dibawah air yang dari
situ sebuah perkiraan tentang prosentase lemak tubuh yang akurat dapat
dihitung. Penimbangan hidrostatis yang akurat bukan merupakan sebuah
ukuran yang praktis untuk penilaian komposisi tubuh berbasis lapangan.
Teknik-teknik impedansi listrik memiliki janji yang besar untuk masa
depan. Teknik-teknik tersebut lebih sulit dibandingkan dengan
penimbangan hidrostatis, tetapi mereka melibatkan peralatan yang
mutakhir yang seringkali tidak tersedia di kebanyakan lingkungan
lapangan. Maka dari itu, meskipun mereka memiliki keterbatasan, namun
skinfold calipers (jangka lengkung lipatan kulit) telah menjadi metode
pilihan untuk menghitung prosentase lemak tubuh di lapangan.
Reliabilitas teknik caliper telah seringkali ditantang, tetapi apabila
diberikan oleh petugas yang terlatih, hal ini dapat memberikan hasil yang
cukup akurat. Data komposisi tubuh dari NCYFS (1985) didasarkan
kepada penggunaan skinfold calipers. Dibawah ini merupakan grafik
hasil pengukuran komposisi tubuh.
19
Gambar. 3. Grafik Komposisi Tubuh Laki-Laki dan Perempuan
(Gallahue dan Ozmun 1998:385)
Berdasarkan gambar grafik diatas dapat di simpulkan bahwa:
1) Perempuan memilik prosentase lemak tubuh yang lebih tinggi
daripada laki-laki pada semua usia.
2) Prosentase lemak tubuh perempuan meningkat dengan cepat pada
awal dan pertengahan masa remaja yang diikuti dengan sebuah masa
stabil pada akhir masa remaja.
3) Laki-laki mengalami peningkatan prosentase lemak tubuh pada akhir
masa kanak-kanak dan periode sebelum remaja.
4) Laki-laki mengalami penurunan pada prosentase lemak tubuh pada
awal masa remaja dan mempertahankan kadar lemak yang rendah
pada masa remaja.
20
b). Perkembangan Kelenturan Sendi Adolesensi
Gambar. 4. Grafik Perkembangan Kelenturan Sendi Adolesensi
(Gallahue dan Ozmun 1998:379)
Berdasarkan gambar grafik diatas dapat di simpulkan bahwa:
1) Perempuan melampaui laki-laki pada semua usia
2) Perempuan membuat peningkatan tambahan tahunan hingga akhir
masa remaja.
3) Laki-laki mengalami kemunduran pada awal masa remaja, yang
diikuti dengan peningkatan yang cepat.
c). Perkembangan Kekuatan Atau Ketahanan Otot Adolesensi
21
Gambar. 5. Grafik Perkembangan Kekuatan Otot Adolesnsi
(Gallahue dan Ozmun 1998:379)
Berdasarkan gambar grafik diatas maka dapat di simpulkan bahwa:
1) Perempuan mengalami peningkatan pada laju yang lebih lambat
daripada laki-laki
2) Perempuan cenderung mencapai masa stabil pada performa pada
pertengahan masa remaja.
3) Laki-laki melampaui performa perempuan pada semua usia.
4) Perempuan rata-rata kurang dari satu pull-up pada masa remaja.
5) Laki-laki menunjukkan pencapaian yang lambat sebelum masa pubertas
yang diikuti dengan pencapaian yang cepat pada masa remaja.
22
6) Laki-laki secara signifikan melampaui performa perempuan pada semua
usia.
d). Perkembangan Daya Tahan Aerobik Adolesensi
Gambar.6. Grafik Daya Tahan Aerobik Adolesensi
(Gallahue dan Ozmun 1998:377)
Berdasarkan gambar grafik diatas maka dapat di simpulkan bahwa:
1) Laki-laki dan perempuan meningkat pada kecepatan yang hampir
sejajar.
2) Laki-laki lebih cepat dari pada perempuan pada semua usia.
3) Laki-laki terus meningkat hingga akhir masa remaja.
4) Perempuan mengalami kemunduran dan mencapai masa stabil ari
pertengahan masa remaja sampai seterusnya.
23
5) Laki-laki menunjukkan penambahan yang cepat setiap tahun hingga
akhir masa remaja
3. Perkembangan Adolesensi Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin dalam bahasa Inggris adalah sex, merupakan kelas atau
kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau akibat
digunakannya peoses reproduksi seksual untuk mempertahankan
keberlangsungan spesies itu. Seks berkaitan dengan tubuh laki-laki dan
perempuan yang mana laki-laki memproduksi sperma, sementara perempuan
menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu untuk menstruasi, hamil dan
menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan perempuaan
tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan fungsi tetap dengan laki-laki
dan perempuan pada segala ras yang ada di bumi ini.
Masalah jenis kelamin cenderung untuk memperlihatkan perbedaan individu.
Setiap orang adalah individu yang unik dengan timeable (jadwal) perkembangan
masing-masing. Timeable merupakan suatu perpaduan antara keturunan individu
tertentu dengan pengaruh lingkungan. Walaupun urutan penampilan
karakteristik perkembangan dapat diprediksikan, tingkat penampilan mungkin
benar-benar sangat berbeda. Maka dari itu, kepatuhan yang kuat terhadap
klasifikasi kronologis perkembangan menurut usia adalah tanpa dukungan atau
pembenaran.
Perbedaan perkembangan antara laki-laki dan perempuan meliputi
komponen-komponen kebugaran motorik yang terdiri atas kecepatan, kekuatan,
ketangkasan, keseimbangan dan koordinasi secara umum dianggap sebagai
komponen kebugaran terkait performa atau terkait keterampilan. Hal ini sangat
berbeda dengan komponen-komponen kebugaran terkait kesehatan dimana
mereka secara genetika berhubungan, yang resisten terhadap perubahan-
perubahan lingkungan (pengalaman) yang besar, dan relatif stabil. Sifat-sifat ini
juga terkait erat dengan performa terampil pada berbagai cabang olahraga.
24
a) Perkembangan Kemampuan Kecepatan Adolesensi Laki-Laki dan
Perempuan
Berdasarkan tes dash 30 sampai 60 yard pada laki-laki dan perempuan
dihasilkan kesimpulan sebagai berikut: (Gallahue dan Ozmun 1998:387)
1) Anak laki-laki dan anak perempuan hampir sama pada masa kanak-kanak.
2) Anak laki-laki memiliki performa melebihi anak perempuan pada semua
usia.
3) Laki-laki membuat peningkatan yang lebih cepat setelah masa pubertas
daripada perempuan.
4) Laki-laki membuat pencapaian tahunan yang signifikan pada masa kanak-
kanak dan remaja.
5) Perempuan cenderung mengalami masa stabil pada pertengahan masa
remaja
25
Gambar. 7. Grafik Perkembangan Kecepatan Adolesensi
(Gallahue dan Ozmun 1998:388)
b) Perkembangan Kemampuan Kekuatan Otot Bagian Bawah Adolesensi
Laki-Laki dan Perempuan
Berdasarkan tes lompat horizontal pada laki-laki dan perempuan dihasilkan
kesimpulan sebagai berikut: (Gallahue dan Ozmun 1998:387)
1) Anak laki-laki dan anak perempuan hampir sama pada masa kanak-kanak.
2) Anak laki-laki memiliki performa yang sedikit melebih performa anak
perempuan pada masa kanak-kanak, tetapi kesenjangan melebar secara
signifikan pada masa pubertas laki-laki
26
Gambar. 8. Perkembangan Kekuatan Otot Bagian Bawah Adolesensi
(Gallahue dan Ozmun 1998:390)
c) Perkembangan Kemampuan Kekuatan Otot Bagian Atas Adolesensi Laki-
Laki dan Perempuan
Berdasarkan tes lompat vertikal pada laki-laki dan perempuan dihasilkan
kesimpulan sebagai berikut: (Gallahue dan Ozmun 1998:387)
1) Laki-laki membuat penambahan tahunan yang signifikan pada masa remaja.
2) Perempuan mulai mencapai masa stabil pada awal masa remaja dan
kemunduran pada pertengahan masa remaja
27
Gambar. 9. Grafik Perkembangan Kekuatan Otot Bagian Atas Adolesensi
(Gallahue dan Ozmun 1998:392)
d) Perkembangan Kemampuan Keseimbangan Statis Laki-Laki dan
Perempuan
Berdasarkan tes keseimbangan dengan stabillometer, keseimbangan tongkat
dan keseimbangan satu pada laki-laki dan perempuan dihasilkan kesimpulan
sebagai berikut: (Gallahue dan Ozmun 1998:387)
1) Laki-laki dan perempuan membuat peningkatan kualitatif dan kuantitatif
yang signifikan dengan bertambahnya usia.
28
e) Perkembangan Kemampuan Keseimbangan Dinamis Laki-Laki dan
Perempuan
Berdasarkan tes keseimbangan berjalan diatas balok pada laki-laki dan
perempuan dihasilkan kesimpulan sebagai berikut: (Gallahue dan Ozmun
1998:387)
1) Laki-laki membuat peningkatan yang cepat pada semua usia tetapi
khususnya setelah masa pubertas.
2) Perempuan dan laki-laki meningkat dengan bertambahnya usia pada masa
kanak-kanak dan remaja.
3) Perempuan cenderung melebihi performa laki-laki pada masa kanak-kanak
baik pada ukuran statis maupun dinamis.
4) Laki-laki dan perempuan hampir sama baik pada ukuran statis maupun
dinamis pada masa remaja tanpa kelebihan yang jelas untuk salah satu
diantaranya.
4. Ketinggian Wilayah Tempat Tinggal
Ketinggian wilayah merupakan suatu patokan yang digunakan untuk
menunjukkan ketinggian suatu tempat, yang dijadikan patokan adalah
permukaan laut 0 meter. Ketinggian wilayah ditinjau ketinggian tempat tinggal
dari permukaan laut dapat dibagi menjadi dua yaitu, dataran rendah dan dataran
tinggi. Dataran rendah didefinisikan sebagai suatu tempat yang berada pada
ketinggian 0 sampai 200 meter dari permukaan laut. Sedangkan dataran tinggi
didefinisikan sebagai suatu tempat yang berada pada ketinggian 200 sampai
1200 meter dari permukaan laut.
a. Aklimatisasi Penduduk yang Tinggal di Tempat Tinggi.
Menurut Guyton (1983:73), hubungan proses aklimatisasi dengan
kapasitas kerja. Orang yang mengalami aklimatisasi pada dataran tinggi
memiliki kapasitas kerja yang lebih baik dibandingkan dengan orang lain
yang tinggal dan dilahirkan di dataran rendah. Hal ini dapat dilihat dari
persentase kapasitas kerja dan nilai maksimum setinggi permukaaan laut
untuk orang normal dan dengan orang pada ketinggian 17.000 kaki adalah
29
sebagai berikut : orang yang belum beraklimatisasi memiliki kapasitas kerja
sebesar 50%, orang yang mengalami aklimatisasi selama dua bulan memiliki
kapasitas kerja sebesar 68%, dan penduduk asli yang hidup pada ketinggian
13.200 kaki tetapi bekerja pada ketinggian 17.000 kaki memiliki kapasitas
kerja sebesar 87%.
Penduduk asli yang beraklimatisasi secara alamiah dapat mencapai hasil
kerja sehari-hari lebih baik dengan orang yang dilahirkan dan tinggal di
dataran rendah, dan dengan orang asli dataran rendah yang pindah ke
pegunungan dan kemudian mengalami aklimatisasi, masih dikalahkan
kapasitas kerjanya dibandingkan dengan penduduk asli, yang lahir dan
bertempat tinggal di dataran tinggi.
Adapun cara tubuh menyesuaikan diri (aklimatisasi) menghadapi tekanan
oksigen (PO2) yang rendah pada tempat yang tinggi adalah : (a)
meningkatkan ventilasi paru-paru, (b) meningkatkan hemoglobin (Hb) dalam