7 BAB II PENGARUH PEMAKAIAN JILBAB TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN SISWI A. Jilbab dan Pakaian Muslimah 1. Pengertian Secara bahasa jilbab berasal dari akar kata ( )yang termasuk dalam bab ruba’i mulhaq( ) mengikuti wazan () merupakan bentuk masdar ( ) mengikuti wazan ( ). Sedangkan menurut istilah, definisi dari jilbab banyak pendapat- pendapat dari ulama mengenai jilbab itu sendiri. Menurut Ragib Al- Isfahani (wafat 502 H/1108 M:seorang ahli leksikografi) dalam kitabnya Mu’jam Mufrodat Li alfaz al-Qur’an menjelaskan bahwa jilbab adalah baju dan kerudung 1 . Menurut Ibnu Mandhur dalam karyanya lisanul’Arab Jilbab adalah pakaian yang lebih besar dari kerudung dan lebih kecil dari rida’(selendang besar) yang biasa di pakai kaum wanita untuk menutup kepala dan dada mereka. 2 Dalam ensiklopedi Islam yang disebutkan jilbab adalah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat digunakan untuk menutup kepala, muka dan dada kaum wanita 3 . Dari beberapa pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa jilbab adalah kain yang lebar yang digunakan sebagai penutup kepala dan dada kaum wanita (dengan menampakkan wajahnya). Islam adalah agama samawi, yang semua aturan dan tata cara peribadatannya telah diberikan oleh Allah sebagai Tuhan dan pencipta 1 Tim Penyusun, Ensiklopedi Hukum Islam, jilid III (Jakarta:PT Ichtiar Baru Van Haeve,1997),hlm. 820. 2 Ibnu Mandhur, Lisan Al `Arab, jilid I, juz I (Bairut: Dar Shadir,tt),hal 272. 3 Tim Penyusun,Ensiklopedi Islam,Jilid II,(Jakarta:PT Ichtiar Baru Van Hoeve:1997), hlm 317
56
Embed
BAB II 3197029 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1...Jilbab adalah pakaian yang lebih besar dari kerudung dan lebih kecil dari rida’(selendang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB II
PENGARUH PEMAKAIAN JILBAB TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN SISWI
A. Jilbab dan Pakaian Muslimah
1. Pengertian
Secara bahasa jilbab berasal dari akar kata ( ���� )yang termasuk
dalam bab ruba’i �mulhaq( ���� ��� ) mengikuti wazan (�� � ) merupakan
bentuk masdar ( ������) mengikuti wazan ( �� � ).
Sedangkan menurut istilah, definisi dari jilbab banyak pendapat-
pendapat dari ulama mengenai jilbab itu sendiri. Menurut Ragib Al-
Isfahani (wafat 502 H/1108 M:seorang ahli leksikografi) dalam kitabnya
Mu’jam Mufrodat Li alfaz al-Qur’an menjelaskan bahwa jilbab adalah
baju dan kerudung1. Menurut Ibnu Mandhur dalam karyanya lisanul’Arab
Jilbab adalah pakaian yang lebih besar dari kerudung dan lebih kecil dari
rida’(selendang besar) yang biasa di pakai kaum wanita untuk menutup
kepala dan dada mereka.2 Dalam ensiklopedi Islam yang disebutkan jilbab
adalah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat digunakan untuk
menutup kepala, muka dan dada kaum wanita3.
Dari beberapa pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa
jilbab adalah kain yang lebar yang digunakan sebagai penutup kepala dan
dada kaum wanita (dengan menampakkan wajahnya).
Islam adalah agama samawi, yang semua aturan dan tata cara
peribadatannya telah diberikan oleh Allah sebagai Tuhan dan pencipta
1Tim Penyusun, Ensiklopedi Hukum Islam, jilid III (Jakarta:PT Ichtiar Baru Van
Haeve,1997),hlm. 820. 2 Ibnu Mandhur, Lisan Al `Arab, jilid I, juz I (Bairut: Dar Shadir,tt),hal 272. 3Tim Penyusun,Ensiklopedi Islam,Jilid II,(Jakarta:PT Ichtiar Baru Van Hoeve:1997), hlm
317
8
segala bentuk macam peraturan. Berkaitan dengan persoalan jilbab
(pakaian) Allah telah menyampaikan aturan-aturan dalam al-Qur’an. Al-
Qur`an mengunakan tiga istilah untuk menyebut istilah pakaian yaitu,
Libas, Tsiyab, dan Sarabil. Kata libas ditemukan sebanyak sepuluh kali,
kata tsiyab sebanyak delapan kali, sedangkan kata sarabil ditemukan
sebanyak tiga kali dalam dua ayat 4.
Kata libas pada mulanya berarti penutup (apapun yang ditutup)
tetapi, tidak berarti harus menutup aurat, karena sesuatu yang digunakan
sebagai perhiasan terkadang juga disebut libas dalam al-Qur’an
(menurut asal maknanya), sebagaimana al-Qur`an menyebutkan dalam
surat An-Nahl (16) : 14 sebagai berikut :
������������ ����������� �Dan kamu mengeluarkan dari laut itu perhiasan yang kamu pakai.
Kata libas di gunakan oleh al-Qur`an untuk menunjukkan pakaian
lahir maupun pakaian batin, sedangkan kata tsiyab digunakan untuk
menyebut pakaian lahir. Kata tsiyab diambil dari kata dasar tsaub yang
berarti kembali, yakni kembalinya sesuatu pada keadaan semula. Dalam
pandangan El Guindi menyebutkan tiga poin penting dari kata libas, yakni:
Pertama, kata libas digunakan untuk menyebut pakaian nyata. Kedua, kata
libas tidak hanya menjabarkan bentuk-bentuk material pakaian dan
ornamen wanita dan pria, tetapi juga mencakup bentuk yang beraneka
ragam. Ketiga, melembagakan kawasan sakral yang tidak terlihat dan
terkatakan, dimana ide-ide kultural terkait secara relasional.5
Pada awal permualan penciptaan nabi adam dan hawa, ketika
pertama kali diciptakan oleh allah mereka tidak mengetahui (melihat)
auratnya sendiri (karena tertutup), sampai ketika iblis mengoda dan
membujuk mereka untuk melanggar tata aturan dari Allah. Karena
4 M .Quraish Shihab, Wawasan al-Qur`an , (Bandung: Mizan, 2003 ),cet. 12 , hlm 155. 5 Fadwa El Guindi , Jilbab, ( Serambi, Jakarta, 2003 ), hlm. 126.
9
pelanggaran yang mereka lakukan tersebut lahirnya aurat yang asalnya
tertutup itu terbuka. Al-Qur`an menyampaikannya dalam surat al A`raf
Setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan pada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu aurat, dan setan berkata Tuhanmu melarang kamu mendekati pohon ini, supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau menjadi orang-orang yang kekal (di surga)
Selanjutnya dalam ayat 22 dijelaskan lebih jauh, bahwa :
…setelah mereka merasakan (buah) pohon (terlarang) itu, tampaklah bagi keduanya aurat-aurat mereka, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga …
Dari dua ayat diatas jelaslah bahwa pada dasarnya “aurat manusia
dalam keadaan tertutup”, namun karena godaan iblislah aurat manusia
terbuka. Dan dengan segera mereka langsung menutupinya dengan daun-
daun surga agar aurat mereka tertutup kembali.
Kata yang ketiga yang digunakan al-Qur`an untuk menyebut
pakaian adalah sarabil, kamus-kamus bahasa mengartikan kata ini dengan
pakaian, apapun jenis bahannya.
2 . Jilbab (Pakaian) dalam Islam
Masyarakat barat memandang pakaian merupakan hiasan semata
bukan untuk menutupi aurat. Tetapi, dalam pandangan Islam pakaian
digunakan untuk menutup bagian-bagian yang memalukan (aurat) lebih
10
dari sekedar hiasan biasa. Islam memerintahkan kepada para pemeluknya
untuk menutup seluruh bagian tubuhnya yang dapat menimbulkan
rangsangan dan menarik lawan jenis. Oleh karena itu pakaian dalam Islam
haruslah memenuhi beberapa syarat sehingga orang yang memakai dapat
dikatakan sudah berpakaian.
a. Hendaknya pakaian itu harus menutupi seluruh tubuh secara
sempurna.
Pada masa sekarang banyak orang yang berpakaian dengan menutup
secara sempurna bagian atasnya, tetapi pada bagian bawahnya hanya
mengenakan rok mini sebatas lutut, bahkan lebih tinggi lagi. Padahal,
al-Qur`an telah menyebutkan dalam surat An-Nur dan surat Al-Ahzab
tentang aturan berpakaian yang benar. Yang memiliki beberapa ciri
ciri, diantaranya :
1. Wanita diperintahkan untuk menutup leher dan dada dengan
ujung kerudung. Allah telah berfirman surat al Ahzab :
” ...dan hendaklah mereka menutupkan kerudung mereka ke
dada mereka ...”
2. Menyembunyikan perhiasan yang berupa gelang kaki dan betis.
Di sebutkan dalam surat An Nur 31 sebagai berikut:
”…dan janganlah mereka memukul mukulkan kaki mereka
agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.”
3. Hendaknya pakaian tersebut menutup (menyembunyikan)
rambut kepala.
4. Tidak menampakkan perhiasan yang dilarang agama.
Allah berfirman, “ ...Dan janganlah mereka menampakkan
perhiasan mereka kecuali apa yang biasa tampak ....”
Makna perhiasan yang boleh dilihat disini terdapat perbedaan
diantara para ulama ketika menafsirkan kalimat “ ill� m� zahara
minh�. ”
Secara garis besar Ulama membagi perhiasan dalam dua
katagori, yakni perhisan khalqiyah ( ��� ���� � ) dan perhiasan
11
yang dihasilkan ( ������������ � ). Diantara yang termasuk
dalam perhiasan khalqiyah adalah wajah yang merupakan pusat
kecantikan dan asal timbulnya fitnah. Sedangkan ����������� � �
adalah sesuatu yang dilakukan manusia untuk mempercantik
diri seperti cat kuku, gelang kaki, cincin dan celak mata.6 Ada
pula yang mengolongkan dengan perhiasan dhahir dan
perhiasan batin. Kedua pengolongan ini pada hakikatnya adalah
sama, perhiasan khalqiyah sama dengan dengan perhiasan batin
yakni perhiasan yang diberikan Allah kepada semua
mahluqnya yang tidak boleh diperlihatkan pada orang lain.
Sedangkan perhiasan muktasibah sama dengan perhiasan
dhahir yakni sesuatu yang diusahakan oleh manusia untuk
mempercantik diri seperti pakaian dan yang lain.
b. Hendaknya pakaian itu tebal sehingga permukaan kulitnya benar
benar tertutup dan tidak ketat sehingga tidak menampakkan bentuk
tubuh dan lekukan tubuh.
Seseorang ketika berpakaian hendaklah memakai pakaian
yang tebal, yakni tidak menampakkan apa yang ada di bawahnya,
dan longgar, yakni tidak menonjolkan tempat tempat fitnah dan
tidak menampakkkan sifat sifatnya.7 Rasullullah bersabda :
Dari Abu Hurairah RA berkata:Rasulullah bersabda :…..Dan kaum wanita yang berpakaian dengan memperlihatkan lekuk tubuhnya, serta menarik hati
6 Ali As Shobuny, Tafsir Ayat Al Ahkam,( Makkah: Al Haramain,tt), hlm.155 7Abdul Halim Abu S, Kebebasan Wanita,Jilid IV,(,Jakarta:Gema Insani Pres:2000) hlm 108
12
orang lain dengan berjalan genit dengan mata melirik tidak dan mengoyang goyangkan kepala seperti kepala onta tidak akan masuk surga, bahkan mencium baunya tidak Sesungguhnya baunya surga dapat tercium dari jarak yang demikian . ( HR Muslim )” 8
c. Hendaknya pakaian tersebut tidak menyerupai pakaian laki-laki
dan wanita kafir.
Secara garis besar sebenarnya tidak ada ketentuan
mengenai pakaian laki-laki dan pakaian perempuan. Tetapi, yang
dimaksud disini adalah pakaian biasa digunakan oleh kaum wanita,
yang dipakai oleh laki-laki dengan tujuan menyerupahi kaum
Siapa saja wanita yang memakai wewangian ( parfum ) kemudian berjalan melawati suatu kaum dengan maksud agar mereka mencium harumnya, maka ia telah berzina (HR Nasa`I)13
Maksud berzina dalam hadits tersebut adalah wanita
tersebut menjadi penyebab timbulnya zina.Hadits itu memberikan
10 Abdul Halim Abu S , Op Cit., hlm 380 11 Abu Daud, Op.Cit., hlm 261 12 Khalid Bin Abdurrahman Asy Syayi, Bahaya Mode, (Jakarta:Gema Insani Pres:1993 ),
hlm 34. 13 Imam An Nasa`I, Sunan An Nasa`I ,Juz 8,Jilid IV, (Semarang:Toha Putera:tt),hlm 151.
14
peringatan kepada kaum wanita agar meninggalkan parfum yang
semerbak, karena hal tersebut dapat menimbulkan fitnah .
Terdapat perbedaan antara parfum laki laki dengan
parfum wanita, parfum untuk kaum laki laki adalah sesuatu yang
jelas baunya tanpa warna, sedangkan parfum wanita berwarna
tanpa bau, hal ini bertujuan untuk menghindarkan timbulnya
Wewangian laki-laki adalah yang jelas baunya dan tersembunyi warnanya, dan wewangian wanita adalah apa yang tampak warnanya dan tersembunyi baunya (HR.At- Tirmidzi )14
Al Hafidz Ibnu Hajar berkata: ”segi perbedaan antara
wewangian laki laki dan wewangian perempuan adalah bahwa ia
diperintahkan untuk menutup tubuhnya ketika keluar rumah, dan
jika parfum yang semerbak itu di bolehkan atas mereka tentu
akan menambah fitnah. ” 15
Dilarangnya kaum wanita memakai parfum yang semerbak
adalah dikhawatirkannya mereka akan semakin menyebarkan
fitnah. Kaum wanita adalah sasaran utama dari gerakan misionaris
dalam menghancurkan Islam, Ahmad Abdul Aziz Husein
menyebutkan dalam bukunya” Ra`yus Syar`i Fil Mar`ah ” halaman
34 sebagai berikut :
Tidak ada jalan yang tepat, kecuali bila gadis gadis remaja muslim kita jadikan umpan demi perjuangan bangsa kita. karena dengan cara itu mereka akan lupa daratan dan lengah.
14 At Turmudzi, Sunan At Tirmidzi, Jilid IV ( Semarang :Toha Puterta:tt),hlm 192. 15 Imam Ibnu Hajar Al Asqolani, Fatkhul Bari, Jilid 12 (Bairut:Dar Al Fikr,tt),hlm 488.
15
Hipnotis dari rangsangan tubuh sangat mempengaruhi kekuatan iman . 16
Disamping itu rasulullah pernah berwasiat tentang wanita :
Barang siapa memakai pakaian kemasyhuran didunia, maka Allah akan memakaikan kepadanya pakaiaan kehinaan pada hari kiamat, kemudian dinyalakan untunya api neraka .( HR Abu Daud )18
3. Fungsi Pakaian
Al Qur`an sebaga pedoman dan kitab suci yang mengatur semua
urusan manusia, diantaranya adalah persoalan pakaian. Dari beberapa
16 Maisar Yasin , Wanita Karir Dalam Perbincangan , (Jakarta:Gema Insani Pres:1997 )
hlm 23. 17 At Turmudzi, Op.Cit.,hlm 192. 18 Abu Daud, Op.Cit. hlm 261.
16
ayat alqur`an yang membahas pakaian disebutkan beberapa fungi pakian
bagi manusia . Diantarnya sebagai berikut :
a. Penutup Sau`at (aurat / organ genital )
Dalam surah Al A`raf ( 7 ) 20 dan 22 telah disebutkan
bahwa fitrah manusia adalah tertutupnya aurat, tetapi karena
godaan setanlah yang menyebabkan terbukanya aurat, dan mereka
menyadari keterbukannya itu, sehingga mereka berusaha
menutupinya dengan daun daun surga. Hal ini menunjukkan bahwa
sudah seharusnyalah manusia itu menutup aurat .
Dalam ayat 27 Al Qur`an kembali memperingatkan manusia
( anak Adam ), agar selalu berhati hati dengan tipu daya setan yang
telah menyebabkan terbukanya aurat mereka dan terusirnya mereka
dari surga .
Kata sau-at terambil dari kata sa-a yasu-u yang berarti
buruk, tidak menyenangkan. Kata ini sama makna dengan `aurat,
yang terambil dari kata `ar yang berati onar, aib, tercela.19 Dalam
Al Qur`an kata aurah (Aurat :jamak) disebutkan berkali kali dalam
konsteks yang berbeda, yakni dalam Q.S. An Nur (24): 31, 58 dan
Q.S. Al Ahzab (33):13. Dari ketiga ayat tersebut tidak satupun kata
yang menunjukkan pada kecatatan atau bagian tubuh wanita, dalam
Q.S. An Nur : 31 istilah aurat digunakan berkonotasi dengan organ
genital wanita20, tidak ada kesan tidak sempurna atau cacat dalam
konteks ini. Istilah aurat digunakan sebagai berikut :
...dan budak laki laki atau kasim atau anak-anak dibawah umur yang belum mengerti `aurat wanita ..(Q.S. An Nur : 31)
Dalam ayat 58 menjelaskan tentang privasi dan ruang serta
waktu pribadi, yang tidak terkait dengan tubuh wanita (Q.S.An Nur :
58 ) yang menyatakan :
19 M Quraish.S , Op Cit., hlm 161. 20 Fadwa El Guindi , Jilbab,( Jakarta:Serambi:2003 ), hlm.228.
17
Hai orang orang yang beriman, hendaklah para kasim dan anak laki laki tidak memasuki ruang pribadimu dalam tiga waktu : Sebelum salat subuh, pada saat kamu menanggalkan pakaian luarmu disiang saat istirahat, dan sesudah salat Isya`.Itulah tiga aurat bagi kamu, yang diluar itu kamu tidak dilarang berhubungan dengan mereka ….. ( Q.S. An Nur : 31 )
Sedangkan dalam Q.S Al Ahzab :13 kata aurat berkonotasi
pada perlindungan, keselamatan, kerawanan, keamanan, dan privasi
yang berkaitan dengan rumah21. Kata aurat dalam ayat tersebut
sebagai berikut :
...satu kelompok diantara mereka meminta izin pada nabi untuk pergi dengan menyatakan ” rumah kami benar benar aurat ”, rumah mereka tidaklah aurat, keinginan mereka sebenarnya lari dari perang ... Q.S Al Ahzab :13
Dari uraian diatas tidak ada kata aurat dalam al-Qur`an yang
menjelaskan tentang kecacatan ataupun tubuh wanita. Jadi, aurat
bukanlah sebuah kecatatan, melainkan kerentanan terhadap
gangguan, organ genital dan rahasia.
Dalam fungsinya sebagai penutup, pakaian harus menutupi
segala yang enggan diperlihatkan oleh pemakai. Bahkan bukan
hanya kepada orang tertentu selain pemiliknya, Islam tidak senang
bila aurat dilihat oleh siapapun. Dijelaskan dalam beberapa hadits
yang menguraikan tentang hal ini secara rinci, sebagai berikut :
Apabila salah seorang dari kamu berhubungan seks dengan pasangannya, janganlah sekali kali keduanya telanjanang seperti telanjangnya binatang ( HR Ibnu Majah )
Kedua hadist diatas menjelaskan tentang nilai moral manusia,
meskipun secara hukum tidak dilarang bertelanjang(dalam keadaan
sendiri atau ketika melakukan persetubuan antara suami istri). Para
ulama bersepakat tentang kewajiban berpakaian sehingga tertutup
auratnya, hanya mereka berbeda pendapat tentang batasan aurat
tersebut .
Imam Syafi`i, Malik, Hanafi dan Ahmad bersepakat bahwa
aurat laki laki adalah badan mulai dari lutut sanpai pusar.
sedangkan aurat wanita adalah seluruh badan kecuali wajah dan
telapak tangan, meski Imam Hanafi sedikit lebih longar dengan
memperbolehkan terbukanya kaki.
Pakaian yang masih memperlihatkan bagian tubuhnya (yang
harus ditutupi) dan memperlihatkan aurat, sama halnya dengan tidak
Dari abu Hurairoh RA berkata Rasulullah bersabda :…..Dan kaum wanita yang berpakaian dengan memperlihatkan lekuk
22 At Turmudzi, Op. Ci., Jilid IV,hlm 199
19
tubuhnya, serta menarik hati orang lain dengan berjalan genit denagn mata melirik tidak dan mengoyang goyangkan kepala seperti kepala onta akan masuk surga,bahkan mencium baunya tidak Sesungguhnya baunya surga dapat tercium dari jarak yang demikian . ( HR Muslim ) 23
Imam muslim menjelaskan makna (���������� ) adalah
wanita yang memakai dengan menutup sebagian dan membuka
sebagian dengan memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya
ditutupi untuk memperlihatkan kecantikannya. Dalam pendapat yang
lain disebutkan wanita yang memakai pakaian tipis yang masih
terlihat warna kulitnya24.
b. Pakaian sebagai perhiasan .
Perhiasan adalah sesuatu yang dipakai untuk memperelok.
al Qur`an tidak menjelaskan secara jelas mengenahi perhiasan ini.
Sebagian pakar menjelaskan bahwa sesuatu yang elok adalah yang
menghasilkan kebebasan dan keserasian.25
Dalam Q.S Al A`raf ayat 31 Allah memerintahkan kepada
bani Adam untuk memakai perhiasan ketika memasuki masjid. Ayat
selanjutnya menjelaskan tentang kecaman Allah pada orang yang
mengharamkan perhiasan yang telah disediakan pada hambanya.
Berhias adalah naluri manusia, karena manusia menyukai
sesuatu yang indah. Tetapi Allah melarang orang yang berhias secara
berlebih-lebihan. Allah tidak membatasi warna dan model pakaian,
tetapi kadar perhiasan harus serasi dan tunduk pada tradisi kaum
muslim pada setiap negara. Bahwa hiasan pakaian atau model
yang berlaku diantara para wanita muslim pada umumnya dapat
diterima oleh ulama disuatu wilayah, tetapi mungkin terasa aneh di
23 Imam Muslim,Op.Cit., Jilid II, hlm. 331. 24 Ibid. 25 M Quraish .S, Op.Cit., hlm 163
20
wilayah yang lain.26Sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Imam
Ath Thobari :“…Sesungguhnya memelihara model zaman termasuk
muru`ah selama tidak mengandung dosa dan menyalahi model
dengan mencari ketenaran ...”
Sesuatu yang dilarang dalam berhias adalah tabarruj al
Jahiliyyah, yakni mencakup segala macam yang dapat menumbulkan
rangsangan birahi selain suami istri. Ibnu katsir menafsirkan kalimat
al Jahiliyyatul ula dengan tingkah laku-tingkah laku kaum wanita
yang mempertontonkan perhiasan kepada kaum lelaki dan kaum
lelaki berhias untuk kaum wanita yang akhirnya menimbulkan
perbuatan yang keji.27 Yang termasuk dalam tabarruj diantaranya
memakai wewangian yang mencolok, yang memancing gairah lelaki
Apabila wanita memakai wewangian lalu ia melewati suatu kaum agar mendapati baunya, maka wanita itu begini dan begini (HR Abu Daud )28, yakni zina ( HR At Tirmidzi)29
Adapun ketentuan wewangian bagi perempuan adalah
sesuatu yang berwarna tetapi tidak bau, seperti hadits berikut :
Wewangian laki-laki adalah yang jelas baunya dan tersembunyi warnanya, dan wewangian wanita adalah apa yang tampak warnanya dan tersembunyi baunya ( HR At Tirmidzi )30
26 Abdul Halim Abu Suqqoh, Op.Cit., hlm 352 . 27 Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur`an Al Karim, Juz III, (Semarang:Thoha Putera,tt), hlm 483. 28 Abu Daud, Op. Cit. Jilid II, hlm 290. 29 At Turmudzi, Op.Cit. Jilid IV, hlm 194. 30 Ibid 195
21
c. Pakaian sebagai perlindungan
Allah telah menuturkan dalam QS An Nahl (16) : 81 tentang
fungsi pakaian sebagai perlindungan terhadap panasnya sinar
matahari dan dinginnya hujan, di samping itu juga menjadi
perlindungan dalam peperangan.
Disisi lain pakaian akan memberi pengaruh psikologis bagi
pemakainya. Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat merasakan
pengaruh psikologis pakaian, misalnya ketika kita datang ke pesta,
apabila kita mengenakan pakaian yang buruk atau tidak sesuai
dengan situasi dan kondisinya akan menyebabkan perasaan yang
rendah diri bagi pemakainya bahkan dapat menghilangkan rasa
percaya diri, sehingga ia engan berkumpul dengan tamu yang lain.
Kaum sufi, sengaja mengunakan pakaian yang terbuat dari
bahan yang kasar agar dapat menghasilkan pengaruh positif dalam
jiwa mereka.
Dalam berbagai penelitian para ahli tentang pakaian
menyebutkan fungsi pakaian sebagai perlindungan, baik sebagai
perlindungan dari cuaca atau pun lingkungan yang keras. Serta
perlindungan terhadap privasi keluarga. Ratzel sebagaimana dikutip
oleh El Guindi mengatakan :”…orang yang pertama tama harus
berpakaian lengkap bukan laki laki yang harus merambah hutan,
tetapi seorang wanita yang sudah menikah...” 31 El Guindi juga
mengutip dari Crawley yang mengatakan ” fungsi utama dari
pakaian (wanita) adalah untuk menjadikanya tidak menarik bagi
yang lain, dan untuk menyembunyikan tubuhnya dari pandangan
lelaki lain.”32 Tetapi, penyembunyian tubuh dengan pakaian ini
bukan berarti mendiskreditkan wanita, tetapi lebih pada
31 Fadwa , Op.Cit., hlm 98 32 Ibid.
22
penghormatan pada wanita yang telah menikah. Bahkan dalam
penelitian yang dilakukan oleh makhlouf seperti yang dikutip oleh El
Guindi disebutkan pengakuan seorang informan yang mengatakan : ”
Hal yang membuatnya tertarik pertama kali pada wanita itu (istrinya)
adalah pandangan sekilas ketika wanita itu kebetulan membuka
jilbabnya.33
d. Pakaian sebagai identitas diri
Identitas sesuatu adalah yang menggambarkan eksistensinya
sekaligus membedakannya dari yang lain. Identitas seseorang ada
yang bersifat material ataupun imaterial (ruhani). Hal hal yang
bersifat material antara lain terlihat dari pakaian yang dikenakannya.
Kita akan dapat dengan mudah mengenali sekaligus
membedakan seorang siswa SD dengan siswa SLTP, seorang polisi
dengan seorang tentara hanya dengan melihat seragam yang mereka
pakai. Disinilah fungsi pakaian sebagai identitas, yang mana akan
terdapat perbedan yang jelas antara satu kelompok dengan
kelompok yang lain, satu negara dengan negara yang lain.
Telah penulis sampaikan sebelumnya bahwa diantara syarat
pakaian seorang muslim itu haruslah berbeda dengan pakaian orang
kafir, serta pakaian seorang laki laki harus berbeda dengan pakaian
seorang wanita. Yang tujuannya adalah untuk menunjukkan jati diri
atau identitas seseorang dengan mengunakan pakaian yang mereka
pakai. Spencer seperti dikutip oleh El Guindi mengatakan bahwa : ”
Tipe pakaian yang bermacam macam dapat menjadi petunjuk bagi
perilaku antar individu dalam kehidupan sehari-hari dan upacara-
upacara tridisional .34
Inilah mungkin yang dikehendaki oleh Allah dalam al Qur`an
surat Al Ahzab ayat 59, yang artinya sebagai berikut :
33 Ibid., hlm 99. 34 Fadwa, Ibid., hlm 103.
23
… yang demikian itu lebih mudah bagi mereka untuk dikenal.
4. Esensi Pakaian
Kita menyadari sepenuhnya bahwa Islam tidak datang dengan
menentukan mode pakaian, sehingga setiap masyarakat dan setiap periode
mode pakaian disesuaikan dengan selera. Namun begitu, mode pakaian
tersebut haruslah tetap memenuhi aturan-aturan yang ada.
Dalam surat An Nur 29-30 dan surat Al Ahzab 59 Allah telah
menyampaikan aturan-aturan dalam berpakaian, dan dalam ayat tersebut
Allah juga menjelaskan tentang esensi pakaian dalam Islam. Esensi
pakaian sebagaimana disebutkan dalam kedua surat tersebut adalah
35 Al Maududi, Al Hijab,(Bandung:Risalah,tt), hlm 272. 36 M.Muthahary, Op .Cit., 120. 37 Abdul Halim Abu Op.Cit., hlm 116-117 38 Imam Al Bukhari, Shohih Al Bukhori, Juz I,(Dahlan, Indonesia, ) hal 589. Dijelaskan
dalam kitabul isti`dzan ,bahwa Fadhl adalah seorang yang tampan ,dan wanita tersebut berparas cantik .( Juz IV hal 2513 ).
25
Dari Ibnu Abbas RA berkata : Fadhl pernah menumpang di belakang kendaraan rasulullah SAW, kemudian datang seorang wanita dari kabilah bani khots`am, maka fadhl langsung memperhatikan kepadanya dan wanita itu pun melihat padanya dan nabi langsung memalingkan wajah fadhl kearah yang lain. ( HR Bukhori )
Rasulullah telah bersabda : Wahai Ali, janganlah kamu ikuti pandangan dengan pandangan. Yang pertama ( pandangan dengan tiba tiba /spontan ) itu boleh bagimu, dan yang kedua tidak boleh .( HR At Tirmidzi ) “39
Jabir bin Abdullah berkata : saya bertanya pada Rasulullah tentang memandang wanita dengan spontan, lalu beliau menyuruhku memelingkan pandanganku . ( HR Muslim )
Walaupun bagaimana, terdapat perbedaan psikologis yang
halus antara kaum wanita yang memandang kaum pria, dengan pria
memandang kaum wanita. Secara alami, kaum pria lebih agresif jika
terdapat sesuatu yang menarik hatinya, sehingga timbul dorongan
untuk memperolehnya. Oleh sebab itu terlebih dulu Allah
memerintahkan kaum lelaki untuk menjaga pandangan, dan menjaga
kemaluannya. Kemudian perintah pada kaum wanita untuk menjaga
pandangan, menjaga kemaluan dan tidak memamerkan perhiasan.
39 At Tirmidzi, Op Cit., hlm 191. 40 Imam Muslim, Op.Cit., Jilid II, hlm 342.
26
Karena kaum wanita itu adalah aurat, lebih jauh Mujahid mengatakan :
Ketika wanita itu datang maka setan akan duduk di atas kepalanya dan
menghiasinya yang ditujukan kepada orang yang melihatnya, ketika
seorang wanita itu berpaling maka setan akan duduk di pantatnya dan
menghiasinya untuk orang yang melihatnya.41 Pendapat ini di dukung
oleh Qurtubi dalam kitab tafsirnya ia mengatakan “ dan menutupi
kemaluannya ” yakni menutupinya dari penglihatan orang yang tidak
halal.
Dari ayat tersebut diatas jelaslah bahwa pandangan (terpusat)
yang penuh nafsu merupakan asal mula timbulnya berbagai macam
fitnah. Oleh sebab itu Allah dengan tegas melarang melihat wajah
wanita yang bukan mahram tanpa adanya alasan dan keperluan yang
jelas.
b. Menutup Aurat
Setelah memerintahkan menjaga/memalingkan padangan
kemudian di sebutkan “ Dan memelihara kemaluan mereka ” Dalam
ayat ini terlebih dulu Allah melarang subyek pelaku, kemudian
memerintah menjaga obyek penderita. Hal semacam ini menunjukan
bahwa munculnya suatu kemunkaran itu berasal dari kesalahan subyek
yang lebih besar dari pada obyek penderita.
Sebuah kebiasaan para mufasir ketika menafsirkan ayat
(������������ ) adalah untuk menjahui zina kecuali pada ayat ini,
dimana yang dimaksud adalah menjaganya dari pandangan dan
kewajiban menutupnya.42 Abul `Aliyah menjelaskan bahwa setiap ayat
yang diturunkan dalam al Qur`an yang menjelaskan tentang hifdul
furuj adalah untuk menjauhi dari zina kecuali ayat ini.43 Tetapi,
41 Al Qurtuby, Al Jami` Li Ahkam Al Qur`an, Jilid VI, Juz XI,(Bairut:Dar Al Kutub Al
Alamiyah:tt), hlm 149. 42 M Muthahary, Op . Cit., 122. 43 Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur`an al `Adhim, Juz III,( Semarang:Toha Putera:tt),Hlm 283.
27
pandangan ini disanggah oleh Ar Rozi karena pengkhususan yang
tanpa dalil. Kenyataannya, yang dimaksud dengan menjaga kemaluan
adalah menjaga dari semua perkara yang diharamkan Allah dari
perbuatan zina, memegang dan memandang.44
Di zaman sekarang yang mengatakan sebagai kaum yang
beradab, banyak sekali tindakan yang mendukung terbukanya aurat
bahkan memujinya. Sungguh merupakan suatu tindakan yang
mengherankan, manusia yang berjalan menyandang nama peradaban,
tetapi ternyata mundur kepada tingkah laku masyarakat primitif.
Disebutkan dalam Al Qur’an kalimat Al Jahiliyyatul ula, Ibnu katsir
menafsirkan kalimat tersebut dengan tingkah laku tingkah laku kaum
wanita yang mempertontonkan perhiasan kepada kaum lelaki dan
kaum lelaki berhias untuk kaum wanita yang akhirnya menimbulkan
perbuatan yang keji.45
Setelah Allah menetapkan perintah menghindari pandangan
kemudian dilanjutkan dengan perintah untuk menutup aurat agar selalu
terjaga kesucian mereka, baik laki-laki maupun perempuan. Jadi,
jelaslah semua ketetapan hukum ini bahwa tujuan yang hendak
dicapai adalah kemaslahatan umat manusia baik laki-laki maupun
perempuan. Wanita sebagaimana yang telah kita ketahui merupakan
sebuah bentuk keindahan, sebuah hasil karya cipta yang mampu
menimbulkan keinginan untuk menikmatinya, sedang kaum laki laki
adalah pengemar keindahan sehingga tak ada pilihan lain bagi kaum
wanita untuk tidak memamerkan keindahan tubuhnya, yang dengan
memamerkannya itu justru menurunkan kehormatan dan martabat
pribadi dan kaum wanita pada umumnya.
44 Ar Razy,Tafsir Al Kabir, Jilid 12, juz 23, (Bairut:Dar Al Kutub Al Alamiyah),hlm 178. 45 Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur`an Al Karim, juz III,(Semarang:Toha Putera,tt ), hlm 483.
28
c. Menyembunyikan perhiasan
Ayat selanjutnya adalah “ wa la yubdiina zinatahunna illa maa
dhaharo minha” artinya dan jaganlah mereka menampakkan
perhiasannya kecuali yang biasa tampak dari padanya.
Al Qur`an disini mengunakan kata Al Zinatu ( ����� ) tidak
mengunakan kata Al Khulli (���� ), Karena kata Al Zinah itu memliki
makna yang lebih luas dan umum. Makna Al Zinah telah memuat Al
Hully di tambah dengan alat alat kecantikan yang lain, seperti celak
mata, cat kuku, dan yang lain-lain. Sedangkan makna Al Hully adalah
perhiasan yang biasa di kenakan (pakai) kaum wanita dan bisa dilepas
seperti gelang, kalung, anting–anting serta gelang kaki.46
Abu Ishaq As Sabili menafsirkan kata Az Zinah dalam ayat
tersebut dengan anting anting, gelang tangan, gelang kaki dan kalung.
Dalam riwayat yang lain beliau mengatakan bahwa perhiasan itu ada
dua yakni : Perhiasan yang boleh dilihat oleh orang lain seperti
pakaian dan perhiasan yang tidak boleh dilihat kecuali oleh suami
seperti cincin dan gelang.47 Sedangkan menurut Ibnu Abbas bahwa
wajah dan telapak tangan merupakan perhisan yang boleh di
tampakkan,48 pendapat ini sama dengan apa yang di kemukakan oleh
ulama golongan malikiyyah dan hanafiyyah yang didasarkan pada
riwayat Abu Daud dari Dewi Aisyah, sebagai berikut:
Wahai Asma`, Sesungguhnya wanita apabila telah dewasa,tidak layak kelihatan darinya kecuali ini dan ini, Beliau berisyarat ke wajah dan kedua tangan beliau ( HR Abu Daud )49.
46 M Muthahari, Op.Cit., hlm 125. 47 Ibnu Katsir, Op.Cit.,hlm 283. 48 Ali As Shabuni, Op. Cit., hlm 154. 49 Abu Daud , Op. Cit.,
29
� Selanjutnya Allah menuturkan adanya pengecualian dari
perhiasan tersebut. Imam Qoffal menafsirkan kata “ Illa maa dhahara
minhaa “ : Sesungguhnya perhiasan yang biasa tampak pada wanita
adalah wajah dan telapak tangan, sedangkan untuk lelaki ditambah
telapak kaki . Beliau melihat karena pergaulan menuntut tampaknya
wajah dan telapak tangan dan karena syariat Islam merupakan syariat
yang toleran.50 Jadi, wajah dan telapak tangan termasuk di antara
perhiasan-perhiasan yang boleh untuk di tampakkan.
Pengecualian yang selanjutnya disebutkan “ kecuali kepada
suami, anak anak mereka, anak anak suami mereka, atau saudara laki
laki, anak saudara laki laki, anak saudara perempuan wanita wanita
Islam budak yang mereka miliki, pelayan mereka yang tidak memiliki
keinginan anak anak yang belum mengerti tentang aurat wanita,
kepada mereka itu mereka boleh menampakkan perhiasan mereka, baik
perhiasan dhahir maupun batin.
Diakhir ayat tersebut Allah melarang para wanita untuk ì¥Â�7
��� �ð ¿������0��������aU��
50 Ar Razi, Op Cit., hlm 149.
30
�bjbjU�U�������������������
��� �4Ô �7|��7|���
��—
���(����������������������� �ÿÿ ��������
� �ÿÿ ��������� �ÿÿ �����������������l����
�J�������J���J��� �´ ��þ���(���& ������&
������& ��������������:
������ª'������ª'������ª'��8���â'��”�ì¥Â�7
��� �ð ¿������0��������aU��
31
�bjbjU�U�������������������
��� �4Ô �7|��7|���
��—
���(����������������������� �ÿÿ ��������
� �ÿÿ ��������� �ÿÿ �����������������l����
�J�������J���J��� �´ ��þ���(���& ������&
������& ��������������:
������ª'������ª'������ª'��8���â'��”�a kaum
lelaki, karena suara itu lebih mudah menimbulkan fitnah dari pada
melihat gelang kaki mereka.
d. Menjaga kehormatan
Dalam Surat Al Ahzab (33) ayat 59 disebutkan bahwa :
�Hai nabi, katakanlah pada istri-istrimu, anak-anak perepuanmu dan perempuan-perempuan mukmin:”Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka.”Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal dan tidak diganggu. Dan Allah adalah maha Pengampun lagi maha Penyayang.
Ayat ini secara jelas menuntun dan menuntut kaum muslimah
agar mereka memakai pakaian yang membedakan mereka dengan yang
bukan muslimah, mereka yang memakai pakaian tidak terhormat dan
mengundang gangguan tangan atau lidah yang usil, disamping itu
disebutkan pula tata cara memakai jilbab, yakni dengan mengulurkan
jilbabnya keseluruh badan.
Imam ar Rozi mengatakan :Pada zaman jahiliyah kaum wanita arab
yang mulia ataupun budak dapat dengan bebas bepergian dan mengoda
kaum lelaki yang berhati kotor. kemudian Allah memerintahkan
32
kaum wanita terhormat untuk memakai jilbab. 51Lebih jauh Abu
Bakar Al Jashash mengatakan :Ayat ini menunjukkan bahwa kaum
wanita muda yang keluar rumah harus menyembunyikan muka dari
orang orang lain dan menutupi seluruh badannya. karena hal itu
mencerminkan kesopanan dan kemuliaan sehingga orang yang
mempunyai niat jahat ( buruk) tidak terpengaruh olehnya.52
Disebutkan dalam surat An Nur ayat 30 Wal yadribna
bihumurihinna `ala juyubihinna yang artinya hendaknya para wanita
itu menutupkan kerudung mereka pada dada mereka. Kata juyub
merupakan jamak dari kata jaib yang mempunyai arti lubang yang
terletak dibagian atas pakaian yang biasanya menampakkan (sebagian )
dada atas. Jadi, secara tegas ayat tersebut memerintahkan para wanita
agar dalam berkerudung itu selalu menutup potongan pakaian bagian
atas. Hal ini terjadi karena kebiasaan para wanita dalam berkerudung
hanya disandarkan saja dikepala dengan membiarkan dada tetap
terbuka .
B. Kepribadian Siswa
1. Pengertian Kepribadian
Untuk mendefinisikan kepribadian bukanlah suatu hal yang
mudah, yang sering kita ketahui hanyalah bagian bagian dari kepribadian.
Kita terkadang terkecoh oleh sikap dan tingkah laku seseorang, kita hanya
mengetahui seseorang yang bersikap cuek, banyak bicara, acuh tak acuh,
pemarah, pendiam, pemalu dan lain sebagainya.Tetapi, sudah mengatakan
bahwa mereka itu berkepribadian yang seperti ini dan lain sebagainya.
Meski terkadang mereka bertingkah semacam itu untuk menutupi jati diri
atau mengalihkan perhatian orang kepada mereka. Meskipun demikian
kita perlu untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas dari pengertian
51 Ar Razy, Op.Cit., Jilid 13, Juz 25, hlm 198. 52 Al Maududy, Op. Cit., hlm 291.
33
kepridaian tersebut. Berikut akan penulis kemukakan beberapa pendapat
para ahli tentang pergertian kepribadian, antara lain :
a. Menurut Allports .
“ Personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical systems that determine the individuals unique adjustments to the environment .” 53
Artinya : Kepribadian adalah susunan yang dinamis dalam individu pada system system psikofisik yang menentukan penyesuaian diri individu individu yang khas pada lingkugan.
b. Menurut M Usman Najati
Kepribadian adalah organisasi yang dinamis dari peralatan fisik dan psikis dalam diri individu yang membentuk karakter nya yang unik dalam penyesuaiannya dengan lingkungannya.54
c. Menurut H Hidayat Syarief, MS
Kepribadian dalam psikologi Islam adalah integrasi system kalbu, akal dan nafsu manusia yang menimbulkan tingkah laku.55
Istilah dinamis menunjukkan adanya perubahan dalam
kepribadian, hal ini menunjukkan bahwa perubaha dapat terjadi dalam
diri setiap individu. System psykofisik merupakan kebiasaan, sikap
nilai, keyakinan keadaan emosional perasaan dan motif yang bersifat
psikologis. Sistem ini meski merupakan produk hereditas, tetapi
selanjutnya akan selau berkembang melalui proses belajar sesuai dengan
kemampuan masing masing individu dalam penyesuaian diri.
Kepribadian sebagai pengaruh yang ditimbulkan seseorang atas diri
orang lain, sehingga menuntut setiap individu untuk menyesuaikan
dengan pribadinya . Kata susunanan atau organisasi menunjukkan bahwa
kepribadian terdiri dari berbagai macam cirri atau unsur yang selalu
53 Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak, Jilid 2,( Jakarta:Erlangga,1993 ), hlm 237. 54 M Usman Najati, Al Qur`an dan ilmu jiwa,( Bandung :Pustaka,1997),hlm 240.
55 H Hidayat Syarief, Psikologi Islam : Menuju Psikologi yang Beraksiologis, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada:2001 ), hlm 58.
34
berkaitan yang pada ahirnya sebagiannya akan berkembang dengan
dominan melebihi cirri atau unsure yang lain.
Dari beberapa pendapat diatas dapatlah diambil suatu kesimpulan
bahwa kepribadian adalah satu kesatuan fungsional antara fisik dan
psikis dalam diri indivudu yang meliputi sifat, mental, moral dan social
yang membentuk karakteristik unik yang tampak dalam tingkah laku
sebagai bentuk penyesuaian tingkah laku dengan lingkungan yang
berada dalam kontrol kesadaran.
Lain dari itu, kepribadian muslim merupakan tujuan ahir
dimana semua potensi yang dibawa sejak lahir dapat berkembang secara
wajar dan utuh sesuai dengan dengan fitrah kemanusiaan. Kepribadian
muslim adalah sebagai identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri
khas dari keseluruhan tingkah laku sebagai muslim baik yang
ditampilkan dalam tingkah laku secara lahiriyah maupun batiniyah.
Al Ghozali mengatakan dalam Kimiya` al sa`adah sebagai berikut :
Nafs itu ibarat suatu kerajaan, anggota fisiknya ibarat menjadi cahaya, syahwat ibarat gubernur yang memiliki sifat pendusta, egois dan sering mengacau, ghadhab ibarat oposan yang sifatnya buruk, ingin perang dan suka mencekal, kalbu ibarat raja dan akal ibarat perdana menter. Apabila raja tidak dapat mengendalikan kerajaan maka akan diambil alih oleh gubernur dan oposannya yang mengakibatkan kekacauan, namun bila raja memperdulikan kerajaan dan ia bermusyawarah dengan perdana menterinya maka gubernur dan oposan dapat diatasi 56.
Ini merupakan pengkiasan dari Al Ghozali tentang kepribadian.
Jadi kepribadian merupakan satu kesatuan dari kalbu, akal dan nafsu.
Ketika nafsu manusia yang berkuasa maka ia akan menjadi manusia
yang lepas kontrol (manusia yang dipenuhi dengan Nafs Al Lawwamah)
dan apabila kalbu yang berkuasa dengan perimbangan akal maka ia
akan menjadi manusia yang sempurna yang derajatnya dapat melebihi
derajat malaikat.
56 Ibid., hlm 59.
35
2. Aspek aspek kepribadian
Dalam kepribadian terkandung berbagai macam aspek yang
terkumpul menjadi satu yang ahirnya membentuk satu kesatuan yang
terwujud dan nampak dalam berbagai macam tingkah laku luar, atau
pun tercermin dari kegiatan kegiatan jiwa serta pedoman dan filsafat
hidup masing masing orang yang sesuai dengan kepribadiannya sendiri.
Subtansi nafsani manusia memiliki tiga daya, yaitu : kalbu ( fitrah
Ilahiyyah ) sebagai aspek supra kesadaran manusia yang memiliki
daya emosi ( rasa ), akal (fitrah insaniyah ) sebagai aspek kesadaran
manusia yang memiliki daya kognisi( cipta ), nafsu (fitrah
hayawaniyah). Sebagai aspek pra atau bawah sadar manusia yang
memiliki daya konasi ( Karsa ) .57
Dr Ahmad Tafsir mengatakan bahwa manusia adalah mahluq
ciptaan Allah yang utuh terdiri dari jasmani, akal dan rohani sebagai
potensi pokok.58
Lebih lanjut pengolongan kepribadian dari Ahmad Tafsir ini
dikembangkan lagi oleh A D Marimba yang mengolongkannya berikut :
a. Aspek aspek kejasmanian
Meliputi tingkah-laku luar yang mudah nampak dan
ketahuan dari luar, misalnya cara-caranya berbuat, cara bicara dan
sebagainya
b. Aspek aspek kejiwaan
Meliputi aspek aspek yang tidak segera dapat dilahap taupun
diketahui dari luar misalnya caranya berfikir, bersikap, minat .
c. Aspek aspek kerohaniahan yang luhur
Meliputi aspek aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu
filsafat hidup dan kepercayaan. Ini meliputi system nilai yang telah
57 Ibid., hlm 58. 58 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam,(Bandung:Al Ma`arif:1996),
hlm 45.
36
meresap dalam kepribadian itu. Yang telah memberi bagian dan
memberi corak seluruh kehidupan individu itu. Bagi orang orang
beragama, aspek aspek inilah yang menuntunnya kearah
kebahagiaan bukan saja di dunia melainkan juga di ahirat. 59
Freud membagi aspek aspek kepribadian juga dalam tiga tingkat,
yaitu :60
a. Das Es ( the id )
Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan system
yang original dalam kepribadian dari aspek inilah kedua aspek
yang lain tumbuh. Freud juga menyebutnya sebagai realitas psikis
yang sebenar benarnya, karena das is merupakan dunia batin atau
subyektif manusia, dan tidak memiliki hubungan langsung dengan
dunia obyektif. Das es berisikan hal hal yang dibawa sejak lahir
( unsur-unsur biologis ), termasuk instink. Dalam das es yang
menjadi pedoman utama adalah pemenuhan segala jenis
kenikmatan dengan menghilangkan ke-tidakenakan. Tetapi
pemenuhan kenikmatan yang ada dalam das es masih bersifat
keinginan ( hayalan ).
b. Das Ich ( the ego )
Aspek ini adalah aspek psikologis dari kepribadian dan
timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik
dengan dunia kenyataan. Orang lapar perlu makan untuk
menghilangkan rasa lapar. Disinilah letak perbedaan antara das es
dan das ich, dalam das es hanya mengenal dunia subyektif ( dunia
batin, daya hayal ) sedangkan dalam das ich sudah mengarah pada
realita dan kenyataan .
59Ahmad Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung:Al Ma`arif, 1998),
Dan ingatlah ketika tuhan mu berfirman kepada malaikat : Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah liat kering (yang berasal ) dari Lumpur hitam yang dibetuk. Maka bila Aku telah menyempurnakan kejadianya, dan telah meniupkan kedalamnya, ruh ( ciptaanku ) maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud . (Q.S. Al Hijr ( 15 ): 28-29 )
Dari penciptaan Nabi Adam pertama kali dan sebagai
manusia pertama Adam yang diciptakan dari tanah dan ruh, unsure
tanah yang mempengaruhi hawa nafsu dan sifat kebinatangan pada
diri manusia dan dari unsur ruhul ilahiyyah yang mengajarkan
manusia kepada keluhuran budi dan kehalusan akhlaq. Selanjutnya,
proses penciptaan manusia pada generasi selanjutnya sampai pada
pada masa sekarang ini manusia diciptakan dari air sperma (Nutfah),
tetapi unsur tanah dan ruh di awal penciptaan manusia tetaplah
mempengaruhi tingkah laku manusia. Fase fase penciptaan manusia
mulai dari nabi adam sampai pada generasi selanjutnya adalah
sebagaimana dituturkan allah dalam Al Qur`an surat Al Hajj ayat 5,
Hai manusia, jika kamu berada dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka ketahuilah sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna kejadiannya, agar Kujelaskan kepadamu dan kami tetapkan dalam rahim apa yang telah Kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan kemudian kemi keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian secara berangsur angsur sampailah kamu kepada kedewasaan dan diantara kamu dipanjangkan umurnya sampai pikun supaya tidak lagi mengetahui sesuatu apapun lagi. ( QS . Al Hajj 5 )
Dari ayat tersebut diatas disebutkan masa masa penciptaan
manusia mulai dari awal penciptaan, masa pembuahan, masa
pembentukan menjadi embrio, masa pemeliharaan dalam rahim
sampai ahirnya dilahirkan dalam bentuk bayi. Pada masa sekarang
para ahli menyebutnya sebagai masa pra natal, dalam masa ini orang
tua dianjurkan untuk selalu menjaga tingkah laku dari hal-hal yang
negatif, terlebih lagi bagi si ibu yang sedang mengandung untuk
selalu mengerjakan perbuatan sesuai dengan aturan agama baik
perilaku secara lahiriyah ataupun batiniyah. Karena apapun yang
dilakukan oleh orang tua sangatlah berpengaruh terhadap jiwa dan
kepribadian dari bayi yang sedang dikandung.
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Prof Dr Zakiah
Darajat berikut :
Seyogyanya agama masuk dalam pribadi anak bersamaan dengan pertumbuhan pribadi nya, yaitu sejak lahir, bahkan lebih dari itu sejak dalam kandungan. karena dalam pengamatan ahli jiwa, tampakbahwa keadaan dan sikap orang tua ketika sianak dalam kandungan telah mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan jiwa si anak di kemudian hari .63
Jadi, jelas bahwa pada prinsipnya faktor pembawaan
mempunyai pengaruh terhadap pembentukan kepribadian seseorang.
47
Tingkah laku orang tua yang keras, kasar, dan sering marah terhadap
istrinya yang sedang mengandung bisa mengakibatkan bayi yang
lahir akan menjadi seorang pemurung dan tertekan, karena si ibu
banyak menderita tekanan batin yang kuat.
b . Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama kali
dikenal oleh setiap manusia, sebelum mereka mengenal lingkungan
sekolah ataupun lingkungan masyarakat mereka terlebih dahulu
mengenal lingkungan keluarga. Seorang anak lebih banyak
menghabiskan waktunya dengan kelompok keluarga dari pada
kelompok sosial yang lain, anggota keluarga merupakan orang yang
paling berpengaruh dalam kehidupan si anak selama tahun-tahun
awal perkembangan kepribadiannya. Terdapat sebuah ungkapan
dalam pendidikan anak dalam keluarga sebagai berikut :
• Bila anak dididik dalam kecaman, dia belajar mengutuk . • Bila anak dididik dalam permusuhan, dia belajar berkelahi • Bila anak dididik dalam ketakutan, dia belajar jadi penakut • Bila anak dididik dalam kasih, dia belajar mengasihi dirinya • Bila anak dididik dalam toleransi, dia belajar bersabar • Bila anak dididik dalam kecemburuan, dia belajar bersalah • Bila anak dididik dalam ejekan, dia belajar jadi malu • Bila anak dididik dalam pujian, dia belajar menghargai • Bila anak dididik dalam penerimaan, dia belajar menyukai diri • Bila anak dididik dalam pengakuan, dia belajar mempunyai tujuan • Bila anak dididik dalam kebijaksanaan, dia belajar menghargai
keadilan • Bila anak dididik dalam kejujuran, dia belajar menghargai
kebenaran • Bila anak dididik dalam rasa aman, dia belajar percaya diri .64
Keluarga sebagai masyarakat yang pertama kali dikenal
oleh anak merupakan tempat untuk membentuk kepribadian yang
baik bagi anak, seandainya dalam sebuah keluarga anak
mendapatkan ketenangan hidup, mereka tidak akan lari dari keluarga
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi `auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik, yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. ( Q.S.Al-A`raf 26 ).