BAB II KAJIAN TEORI A. Karakteristik Pembelajaran IPS 1. Pengertian llmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan penyederhanaan dari berbagai ilmu-ilmu sosial dengan tujuan utama adalah membentuk warga negara yang baik. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan dari National Council for Social Studies NCSS dalam Savage dan Armstrong (1996: 9), mendefinisikan social studies sebagai berikut: Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the shcool program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archeology, economics, geography, history, law, philosophy, political sciences, psycology, religion, and siciology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. Dari definisi di atas, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat diartikan sebagai kajian terpadu dari ilmu-ilmu sosial dan untuk mengembangkan potensi kewarganegaraan. Di dalam program persekolahan Ilmu Pengetahuan Sosial dikoordinasikan sebagai bahan sistematis dan dibangun di atas beberapa disiplin ilmu antara lain Antropologi, ilmu politik, Arkeologi, Ekonomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi, Agama, Sosiologi, dan juga mencakup materi yang sesuai dari humaniora, matematika, dan ilmu-ilmu alam.
24
Embed
BAB II - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8556/3/BAB 2 - 08416241024.pdf · KAJIAN TEORI A. Karakteristik ... Arkeologi, Eko nomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Karakteristik Pembelajaran IPS
1. Pengertian llmu Pengetahuan Sosial
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan
penyederhanaan dari berbagai ilmu-ilmu sosial dengan tujuan utama
adalah membentuk warga negara yang baik. Hal tersebut sesuai dengan
penjelasan dari National Council for Social Studies NCSS dalam Savage
dan Armstrong (1996: 9), mendefinisikan social studies sebagai berikut:
Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the shcool program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archeology, economics, geography, history, law, philosophy, political sciences, psycology, religion, and siciology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences.
Dari definisi di atas, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat diartikan
sebagai kajian terpadu dari ilmu-ilmu sosial dan untuk mengembangkan
potensi kewarganegaraan. Di dalam program persekolahan Ilmu
Pengetahuan Sosial dikoordinasikan sebagai bahan sistematis dan
dibangun di atas beberapa disiplin ilmu antara lain Antropologi, ilmu
politik, Arkeologi, Ekonomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat
Psikologi, Agama, Sosiologi, dan juga mencakup materi yang sesuai dari
humaniora, matematika, dan ilmu-ilmu alam.
12
Numan Somantri (2001: 44) menyatakan bahwa Pendidikan IPS
untuk tingkat sekolah itu sebagai suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu
sosial, psikologi, filsafat, ideologi negara, dan agama yang diorganisasikan
dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Ilmu
pengetahuan sosial merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep, dan
generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk
membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya, lingkungannya
berdasarkan pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini,
dan diantisipasi untuk masa yang akan datang.
Berdasar pada dua perspektif mengenai pengertian IPS di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan
kajian ilmu-ilmu sosial secara terpadu yang disederhanakan untuk
pembelajaran di sekolah dan mempunyai tujuan agar peserta didik dapat
mengamalkan nilai-nilai (values) sehingga dapat menjadi warga negara
yang baik berdasarkan pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk
masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang.
2. Tujuan Pembelajaran IPS
Tujuan utama dari pembelajaran IPS adalah membentuk warga
Negara yang baik. Hal tersebut seperti yang dijelaskan oleh Hamid Hasan
(1996: 114-117) sebagai berikut:
a) Mengembangkan nilai dan moral yang berlaku dalam masyarakat
menjadi bagian dari kepribadian individu siswa. Sikap, nilai dan moral
yang dapat dikembangkan diantaranya adalah:
13
1) Pengetahuan dan pemahaman tentang nilai dan moral yang berlaku
dalam masyarakat seperti sikap kritis, kebenaran, penghargaan
terhadap pendapat orang lain, religiusitas, sifat kepedulian sosial,
menghormati orang tua, dan sebagainya.
2) Toleransi
3) Kerjasama/gotong royong
4) Hak asasi manusia
b) Pengembangan konatif, yaitu kualitas yang menunjukan bahwa
seseorang tidak hanya memiliki pengetahuan dan pemahaman,
kemampuan kognitif tinggi, sikap, nilai, dan moral, tetapi juga memiliki
keinginan untuk melaksanakan dan membuktikannya dalam kehidupan
sehari-hari. Tujuan konatif tersebut diantaranya adalah:
1) Melaksanakan tugas-tugas sosial
2) Bekerja keras
3) Bekerja dengan jujur
4) Kemampuan beradaptasi
c) Memiliki kesadaran akan nilai sosial budaya, kebangsaan, kemanusiaan
serta kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai tersebut, seperti
kejujuran, kasih sayang, empati dan kepedulian, santun dan saling
menghormati, serta rasa kebangsaan.
d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
14
Sapriya (2009: 201), menjelaskan tujuan mata pelajaran IPS sebagai
berikut :
a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya.
b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial.
c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan
global.
Berdasarkan dari beberapa pandangan terkait tujuan pembelajaran
IPS diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan pembelajaran
IPS diharapkan peserta didik peka terhadap masalah–masalah sosial yang
terjadi di masyarakat dan menjadi warga negara yang baik dengan
memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
Kemudian, Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaan masyarakat.
15
B. Belajar dan Pembelajaran
1. Belajar
Banyak definisi yang diberikan tentang belajar, Ngalim Purwanto,
(2007: 84) mendefinisikan belajar adalah setiap perubahan yang relatif
menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan
atau pengalaman. Muhibbin Syah, (2005: 92) menyatakan bahwa belajar
dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu
yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Pendapat yang sama disampaikan oleh Slameto (2003: 6), belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk melakukan
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Witherington dalam Ngalim Purwanto mendefinisikan belajar merupakan
suatu perubahan dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola
baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, atau suatu
pengertian.
Slameto (2003: 3-5), ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam
pengertian belajar adalah sebagai berikut:
a) Perubahan terjadi secara sadar
Ini berarti seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan
itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu
perubahan pada dirinya.
b) Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional
16
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang
terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi
kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.
c) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan
tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
Dengan demikian semakin banyak usaha belajar itu dilakukan makin
banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang
bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya
melainkan karena usaha sendiri.
d) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau
permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar
akan bersifat menetap.
e) Perubahan dalam bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan
yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah
laku yang benar-benar disadari.
f) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku perubahan yang
diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi
perubahan keseluruhan tingkah laku.
17
Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami
perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan,
pengetahuan, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses seseorang yang dilakukan secara sadar, dirancang untuk
mendapatkan suatu pengetahuan dan pengalaman yang dapat mengubah
tingkah laku seseorang sehingga dapat mengembangkan dirinya kearah
kemajuan yang lebih baik dari pengalaman dan interaksi yang telah
dialaminya.
2. Pembelajaran
Proses belajar mengajar dengan segala interaksi di dalamnya disebut
pembelajaran. Dalam pasal UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Selanjutnya Pembelajaran merupakan terjemahan dari
learning, pembelajaran berdasarkan makna lesikal berarti proses, cara,
perbuatan mempelajari (Agus Supriyono, 2009: 13). Menurut Degeng
(dalam Hamzah, 2010: 4), pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan
siswa. Dalam pengertian ini, secara implisit dalam pembelajaran terdapat
kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai
hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran memiliki hakikat
perancangan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.
18
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah proses dan cara menjadikan peserta didik untuk belajar.
Pembelajaran di sekolah merupakan upaya menyampaikan pengetahuan
kepada siswa dan menyiapkan menjadi warga negara yang baik.
Pembelajaran yang baik harus didukung interaksi yang baik antara
komponen-komponen pembelajaran untuk mencapai tujuasn pembelajaran.
C. Kemampuan Berpikir Kritis
1. Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Iskandar (2009: 86-87) Kemampaun berpikir merupakan
kegiatan penalaran yang reflektif, kritis, dan kreatif, yang berorientasi pada
suatu proses intelektual yang melibatkan pembentukan konsep
(conceptualizing), aplikasi, analisis, menilai informasi yang terkumpul
(sintesis) atau dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi,
komunikasi sebagai landasan kepada suatu keyakinan (kepercayaan) dan
tindakan. Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang
mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Kita berpikir
untuk menemukan pemahaman yang kita kehendaki. Sumadi Suryabrata
(2002: 55) proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah,
yaitu:
a) Pembentukan pengertian yaitu menganalisis ciri-ciri dari sejumlah
objek yang sejenis, contohnya kita ambil manusia dari berbagai bangsa
lalu kita analisis ciri-cirinya. Salah satu contohnya adalah menganalisis
manusia dari Eropa, Indonesia, dan Cina. Tahap selanjutnya yaitu
membandingkan ciri-ciri tersebut untuk diketemukan ciri-ciri mana
19
yang sama dan yang tidak sama. Langkah berikutnya, mengabstraksikan
yaitu menyisihkan, membuang ciri-ciri yang tidak hakiki dan
menangkap ciri-ciri yang hakiki.
b) Pembentukan pendapat yaitu meletakkan hubungan antara dua buah
pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalan bentuk kalimat,
yang terdiri dari subyek dan predikat. Misalnya rumah itu baru, rumah
adalah subyek, dan baru adalah predikat. Pendapat itu sendiri dibedakan
tiga macam yaitu pendapat positif, negatif, dan kebarangkalian.
c) Pembentukan keputusan atau penarikan kesimpulan yaitu hasil
perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-
pendapat yang telah ada. Ada tiga macam keputusan, yaitu keputusan
induktif, keputusan deduktif, dan keputusan analogis. Misalkan contoh
dari keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus,
semua logam kalau dipanaskan memuai, tembaga adalah logam. Jadi
(kesimpulan), tembaga kalau dipanaskan memuai.
Sekolah harus mengajarkan cara berpikir yang benar pada anak-
anak. Berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi membidik baik berpikir
kritis maupun berpikir kreatif. Salah satu bentuk berpikir adalah berpikir
kritis (critical thinking). Dalam penelitian ini menekankan kemampuan
dalam hal berpikir kritis. Elaine Johnson (2002: 183) berpikir kritis
merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam
kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan,
membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.
20
Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang
terorganisasi. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi
secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain.
Selanjutnya berpikir kritis adalah kegiatan menganalisis ide atau gagasan
ke arah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih,
mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang lebih
sempurna (Cece Wijaya, 1996: 72).
Cece Wijaya (1996: ) mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah
suatu kegiatan atau suatu proses menganalisis, menjelaskan,
mengembangkan atau menyeleksi ide, mencakup mengkategorisasikan,
membandingkan dan melawankan (contrasting), menguji argumentasi
dan asumsi, menyelesaikan dan mengevaluasi kesimpulan induksi dan
deduksi, menentukan prioritas dan membuat pilihan. Dede Rosyada
(2004: 170), kemampuan berpikir kritis tiada lain adalah kemampuan
siswa dalam menghimpun berbagai informasi lalu membuat sebuah
kesimpulan evaluatif dari berbagai informasi tersebut. Selanjutnya Alec
Fisher (2009: 10) mendefinisikan berpikir kritis adalah interpretasi dan
evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi,
informasi dan argumentasi.
Sapriya (2011: 87) mengemukakan bahwa tujuan berpikir kritis
ialah untuk menguji suatu pendapat atau ide, termasuk dalam proses ini
adalah melakukan pertimbangan atau pemikiran yang didasarkan pada
pendapat yang diajukan. Tujuan berpikir kritis untuk menilai suatu
21
pemikiran, menafsir nilai bahkan mengevaluasi pelaksanaan atau praktik
suatu pemikiran dan nilai tersebut. Bahkan berpikir kritis meliputi
aktivitas mempertimbangkan berdasarkan pada pendapat yang diketahui.
Menurut Lipman dalam Elaine Johnson (2002: 144) menyatakan bahwa
layaknya pertimbangan-pertimbangan ini hendaknya didukung oleh
kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan. Elaine Johnson (2002: 185)
juga menyatakan bahwa tujan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai
pemahaman yang mendalam.
Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa,
kemampuan berpikir kritis mempunyai makna yaitu kekuatan berpikir
yang harus dibangun pada siswa sehingga menjadi suatu watak atau
kepribadian yang terpatri dalam kehidupan siswa untuk memecahkan
segala persoalan hidupnya dengan cara mengidentifikasi setiap informasi
yang diterimanya lalu mampu untuk mengevaluasi dan kemudian
menyimpulkannya secara sistematis lalu mampu mengemukakan
pendapat dengan cara yang terorganisasi.
2. Ciri-ciri Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis dapat diajarkan di sekolah melalui cara-
cara langsung dan sistematis. Dengan memunculkan kemampuan-
kemampuan berpikir kritis siswa akan melatih siswa untuk mampu
bersikap rasional dan memilih alternatif pilihan yang terbaik bagi dirinya.
Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis akan selalu bertanya pada
diri sendiri dalam setiap menghadapi segala persoalan untuk menentukan
yang terbaik bagi dirinya. Demikian juga jika siswa yang memiliki
22
kemampuan berpikir kritis akan terpatri dalam watak dan kepribadiannya
dan terimplementasi dalam segala aspek kehidupannya. Kemampuan
berpikir kritis tiada lain adalah kemampuan siswa dalam menghimpun
berbagai informasi lalu membuat sebuah kesimpulan evaluatif dari
berbagai informasi tersebut (Dede Rosyada, 2004: 170).
Beyer (dalam Sapriya, 2011: 146) menegaskan bahwa ada
seperangkat keterampilan berpikir kritis yang dapat digunakan dalam
studi sosial atau untuk pembelajaran disiplin ilmu-ilmu sosial.
Keterampilan-keterampilan tersebut adalah: 1). Membedakan antara fakta
dan nilai dari suatu pendapat; 2). Menentukan reliabilitas sumber; 3).
Menentukan akurasi fakta dari suatu pernyataan; 4). Membedakan
informasi yang relevan dari yang tidak relevan; 5). Mendeteksi
penyimpangan; 6). Mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakan; 7).
Mengidentifikasi tuntutan dan argument yang tidak jelas atau samar-
samar; 8). Mengakui perbuatan yang keliru dan tidak konsisten; 9).
Membedakan antara pendapat yang tidak dan dapat
dipertanggungjawabkan; 10). Menentukan kekuatan argumen.
Lebih lanjut Alec Fisher (2009: 7) mendaftarkan kemampuan
berpikir kritis sebagai berikut:
a) Mengenal masalah
b) Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-
masalah itu
c) Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan.
23
d) Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan.
e) Memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas, dan khas
f) Menilai fakta dan mengevalusai pernyataan-pernyataan
g) Mengenal adanya hubungn yang logis antara masalah-masalah
h) Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaaan-kesamaan yang
diperlukan
i) Menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang
seeorang ambil
j) Menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan
pengalaman yang lebih luas
k) Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas
tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
Ciri-ciri dari berpikir kritis menurut Cece Wijaya (1996: 72)
adalah :
a) Pandai mendeteksi masalah
b) Mampu membedakan ide yang relevan dengan yang tidak relevan
c) Mampu membedakan fakta dengan fiksi atau pendapat
d) Mampu mengidentifikasi perbedaan-perbedaan atau kesenjangan-
kesenjangan informasi
e) Dapat membedakan argumentasi logis dan tidak logis
f) Dapat membedakan di antara kritik membangun dan merusak
g) Mampu menarik kesimpulan generalisasi dari data yang telah tersedia
dengan data yang diperoleh dari lapangan
24
h) Mampu menarik kesimpulan dari data yang telah ada dan terseleksi.
Dari penjelasan di atas terkait ciri-ciri kemampuan berpikir kritis,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri berpikir kritis meliputi :
a) Kemampuan mengidentifikasi.
Pada tahapan ini terdiri atas mengumpulkan dan menyusun informasi
yang diperlukan, mampu menentukan pikiran utama dari suatu teks atau
script, dan dapat menjelaskan hubungan sebab akibat dari suatu
pernyataan.
b) Kemampuan mengevaluasi. Hal ini terdiri atas dapat membedakan
informasi relevan dan tidak relevan, mendeteksi penyimpangan, dan
mampu mengevaluasi pernyataan-pernyataan.
c) Kemampuan menyimpulkan. Hal ini terdiri atas mampu menunjukkan
pernyataan yang benar dan salah, mampu membedakan antara fakta dan
nilai dari suatu pendapat atau pernyataan, dan mampu merancang solusi
sederhana berdasarkan naskah.
d) Kemampuan mengemukakan pendapat. Hal ini terdiri atas dapat
memberikan alasan yang logis, mampu menunjukkan fakta – fakta yang
mendukung pendapatnya, dan mampu memberikan ide-ide atau gagasan
yang baik.
D. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerja sama dalam memaksimalkan dalam kondisi belajar untuk mencapai
25
tujuan belajar (Sugiyanto, 2010: 37). Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang
tingkat kemampunannya berbeda. menurut Anita Lie (2008: 41-43),
pengelompokan secara heterogen memberikan kesempatan untuk saling
mengajar dan saling mendukung, serta memudahkan dalam pengelolaan
kelas. Jika dalam sebuah kelompok belajar anggotanya terdiri dari siswa
dengan kemampuan yang berbeda, maka siswa yang mempunyai kemampuan
tinggi dapat memberikan bimbingan kepada siswa yang mempunyai
kemampuan lebih rendah.
Menurut Roger dan David Johnson yang dikutip oleh Anita Lie (2002:
31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap
cooperative learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur model
pembelajaran gotong royong yaitu:
a) Saling ketergantungan
b) Tanggungjawab perseorangan
c) Tatap muka
d) Komunikasi antar anggota.
e) Evaluasi proses kelompok.
Selanjutnya menurut Sugiyanto (2010: 40), pembelajaran kooperatif
menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat
belajar (Learning community). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga
dari sesama siswa. Dengan demikian cooperative learning dapat dirumuskan
sebagai kegiatan pembelajaran kelompok yang terarah, terpadu efektif,
26
efisien, ke arah mencari atau mengkaji sesuatu melalui proses kerjasama dan
saling membantu sehingga tercapai proses dan hasil belajar yang produktif.
Cooperative learning membuka peluang bagi upaya mencapai tujuan
meningkatkan keterampilan sosial peserta didik. Seperti yang diungkapkan
Stahl (2000) dalam Isjoni (2010:110), the cooperative behaviors ang attitudes
contribused to the success and or failure of these groups. Dalam kelompok
ini mereka bekerja tidak hanya sebagai sekumpulan individual tetapi
merupakan suatu tim kerja yang tangguh. Seorang anggota kelompok
bergantung pada anggota kelompok lainnya. Seseorang yang memiliki
keunggulan tertentu akan membagi keunggulannya dengan lainnya.
Tujuan utama pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat
belajar secara kelompok bersama teman-temannya dengan cara saling
menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara
berkelompok. Selain itu juga dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju
arah lebih baik (Isjoni, 2010: 21). Dengan demikian pembelajaran kooperatif
diharapkan dapaat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
diajarkan, belajar untuk bekerjasama, menghargai pendapat orang lain, dan
tanggungjawab antara sesama siswa dan terhadap kelompoknya dalam belajar
yang berkembang saat ini sangat bervariasi tergantung pada subjek yang
27
dihadapi, Pembelajaran Cooperative Script merupakan salah satu bentuk
pembelajaran kooperatif.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan pembelajaran cooperative
learning merupakan kegiatan pembelajaran secara berkelompok melalui
proses kerjasama antar siswa dengan tujuan agar siswa dapat belajar dengan
cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang
lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat.
E. Metode Cooperative Script
1. Pengertian Metode Cooperative Script
Pembelajaran Cooperative Script merupakan salah satu bentuk
pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran Cooperative Script
dikembangkan oleh Dansereau (Slavin, 1994: 173). Pengertian metode
pembelajaran Cooperative Script adalah salah satu cara pembelajaran
dimana murid mengerjakan berpasangan, meringkas bagian dari materi dan
mengambil giliran bermain peran sebagai pembicara dan pendengar. Dalam
metode pembelajaran Cooperative Script ini setiap siswa mempunyai peran
dalam saat diskusi berlangsung. Jamal Ma’mur Asmani (2011: 40)
menyatakan bahwa skrip kooperatif adalah salah satu metode belajar dimana
siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan, untuk
mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
Cooperative Script adalah suatu cara pembelajaran dengan siswa
berpasangan kemudian meringkas bagian dari materi dan mengambil giliran
28
bermain peran sebagai pembicara dan pendengar untuk mengikhtisarkan
bagian-bagian dari materi yang telah diringkas secara bergantian.
2. Langkah-langkah Metode Cooperative Script
Pada pembelajaran Cooperative Script terjadi kesepakatan antara
siswa tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi. Masalah yang
dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama. Peran guru hanya sebagai
fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Pada
interaksi siswa terjadi kesepakatan, diskusi, menyampaikan pendapat dari
ide-ide pokok materi, saling mengingatkan dari kesalahan konsep yang
disimpulkan, membuat kesimpulan bersama. Interaksi belajar yang terjadi
benar-benar interaksi dominan siswa dengan siswa.
Sementara satu siswa membaca ringkasan, siswa yang lain mendengarkan dan mengoreksi kesalahan-kesalahan atau bagian-bagian penting yang hilang. Selanjutnya kedua siswa itu berganti peran, melanjutkan cara ini hingga seluruh materi pelajaran telah dipelajari. Sejumlah studi tentang Cooperative Script ini telah konsisten menemukan bahwa siswa yang belajar dengan cara ini dapat belajar dan mengendapkan materi lebih banyak daripada siswa yang membuat ringkasannya sendiri atau mereka yang hanya sekedar membaca materi pelajaran itu. Ada suatu hal yang menarik, sementara kedua siswa dalam Cooperative Script ini mendapatkan peningkatan dari kegiatan ini, peningkatan yang lebih besar diperoleh untuk bagian materi saat siswa mengajarkan bagian materi itu kepada pasangannya daripada materi saat siswa berperan sebagai pendengar (Spurlin dalam Slavin, 1994: 173).
Tahap meringkas wacana atau materi yang diberikan oleh guru,
siswa mempunyai tanggungjawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya
disamping tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi
pelajaran dan siswa harus berbagi tugas dan tanggungjawab secara merata
antar anggota. Tahap selanjutnya, tahap pembentukan peran pembicara
29
dan pendengar, tahap ini siswa berbagi kepemimpinan disamping belajar.
Pada tahap diskusi yang dilakukan oleh pembicara dan pendengar, siswa
akan mempertanggungjawabkan materi secara individu atas materi yang
dipelajari dalam belajarnya.
Pada tahap meringkas Pembelajaran Cooperative Script mempunyai kelebihan dalam hal meningkatkan kemampuan berpikirnya diantaranya pada saat meringkas wacana atau materi yang diberikan oleh guru, siswa dapat mengelompokkan dan meringkas materi. Pada tahap diskusi yang dilakukan oleh pembicara dan pendengar, siswa dapat mengidentifikasi, menghubungkan sebab-akibat, memberikan alasan, berpendapat, menciptakan, menerapkan, dan menganalisis pada materi. Tahap yang terakhir yaitu menarik kesimpulan siswa dapat menyimpulkan, mensintesis, dan mengevaluasi (Dian Nurdiansa, 2007: 5).
Langkah-langkah pelaksanaan metode pembelajaran Cooperative Script
(Jamal Ma’mur Asmani, 2011: 40) antara lain:
a) Guru membagi siswa untuk berpasangan.
b) Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan
membuat ringkasan.
c) Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai
pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
d) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan
memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
e) Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide
pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghafal ide-
ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan
materi lainnya.
30
f) Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar
dan sebaliknya. Serta dilakukan seperti diatas.
g) Kesimpulan, siswa bersama-sama dengan guru.
h) Guru menutup pembelajaran.
Dengan demikian langkah-langkah pembelajaran metode
Cooperative Script dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Guru membagi siswa berpasangan untuk menjadi pendengar dan
pembicara secara bergantian.
b) Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan
membuat ringkasan.
c) Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai
pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
d) Meminta siswa untuk meringkas materi dan memahaminya
e) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan
memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
f) Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide
pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghafal ide-
ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan
materi lainnya.
g) Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar
dan sebaliknya.
h) Membuat Kesimpulan, siswa bersama-sama dengan guru.
31
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode pembelajaran Cooperative Script
Kelebihan metode pembelajaran Cooperative Script:
a) Melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan
b) Setiap siswa mendapat peran dalam diskusi, setiap siswa mendapatkan
kesempatan untuk mengungkapkan ide atau pendapatnya
c) Melatih siswa mengevaluasi hasil diskusi untuk diselesaikan bersama
Kekurangan metode pembelajaran Cooperative Script adalah
membutuhkan waktu yang relatif lama (http://id.shvoong.com/social-