BAB II DAKWAH DAN KHITTAH NU 1926 Dalam bab ini penulis akan menjelaskan tentang dakwah dan khittah NU 1926. Dakwah disini akan menjelaskan tentang pengertian dakwah, tujuan, dasar hukum, metode dakwah, adapun khittah NU 1926 menjelasan tentang sebuah keputusan Muktamar NU berkaitan dengan kembalinya NU sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan. Adapun penjelasannya sebagai berikut : A. Pengertian Dakwah Dakwah berasal dari bahasa Arab , , yang berarti seruan, panggilan, ajakan. 16 Pengertian dakwah secara istilah (terminologi), ada beberapa ahli yang telah mencoba untuk merumuskan istilah tersebut. Beberapa contoh perumusan yang dapat dikemukakan antara lain adalah : 1. Prof. Dr. Abu Bakar Aceh Dakwah ialah perintah mengadakan seruan kepada semua manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah SWT yang benar, dilakukan dengan penuh kebijaksanaan dan nasehat yang baik. 17 2. Prof. Dr. H. M. Thoha Yahya Omar Dakwah ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. 18 3. Drs. HM. Arifin M.Ed. 16 M. Aminuduin Sanwar, Ilmu dakwah, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, 1939, hlm. 1 17 Ibid., hlm. 1-3 18 Ibid., hlm. 3 16
41
Embed
BAB II 1199050 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
DAKWAH DAN KHITTAH NU 1926
Dalam bab ini penulis akan menjelaskan tentang dakwah dan khittah NU
1926. Dakwah disini akan menjelaskan tentang pengertian dakwah, tujuan, dasar
hukum, metode dakwah, adapun khittah NU 1926 menjelasan tentang sebuah
keputusan Muktamar NU berkaitan dengan kembalinya NU sebagai organisasi
keagamaan dan kemasyarakatan. Adapun penjelasannya sebagai berikut :
A. Pengertian Dakwah
Dakwah berasal dari bahasa Arab ���, ����, �������� yang berarti seruan,
panggilan, ajakan.16 Pengertian dakwah secara istilah (terminologi), ada
beberapa ahli yang telah mencoba untuk merumuskan istilah tersebut.
Beberapa contoh perumusan yang dapat dikemukakan antara lain adalah :
1. Prof. Dr. Abu Bakar Aceh
Dakwah ialah perintah mengadakan seruan kepada semua manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah SWT yang benar, dilakukan dengan penuh kebijaksanaan dan nasehat yang baik.17
2. Prof. Dr. H. M. Thoha Yahya Omar
Dakwah ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.18
3. Drs. HM. Arifin M.Ed.
16 M. Aminuduin Sanwar, Ilmu dakwah, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang,
1939, hlm. 1 17 Ibid., hlm. 1-3 18 Ibid., hlm. 3
16
17
Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, maupun tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individu maupun kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran dan sikap penghayatan serta mengamalkan terhadap ajaran agama sebagai massage yang disampaikan kepadanya tanpa adanya unsur-unsur paksaan.19
Dari ketiga pengertian tersebut dapat dipahami bahwa, dakwah pada
hakekatnya tidak hanya menyeru atau mengajak manusia tetapi lebih dari itu,
yaitu mengubah manusia, baik sebagai individu maupun kelompok menuju
ajaran dan nilai-nilai Islam. Dengan demikian maka konsep dakwah Islam
memuat juga konsep pembahasan individu dan transformasi sosial.
Perubahan individu dan transformasi sosial yang dimaksudkan adalah
perubahan dan transformasi dari kondisi yang kurang atau tidak baik menuju
kepada kondisi yang lebih baik. Oleh karena sifat individu dan lingkungan
sosial bersifat dinamis, maka dakwah dalam arti perubahan dan transformasi
harus dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan.20
Dari uraian pengertian dakwah di atas baik secara etimologis maupun
secara terminologi, maka dakwah merupakan suatu usaha dalam rangka proses
Islamisasi manusia agar taat dan tetap mentaati ajaran Islam guna memperoleh
kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat kelak. Dakwah adalah suatu istilah
khusus yang dipergunakan di dalam agama Islam, mungkin fungsinya ada
persamaan dengan fungsi penyebaran agama-agama lain.21
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, perkenankanlah seruan dari Allah dan seruan dari Rasul, apabila dia telah menyeru kamu kepada apa yang akan menghidupkan kamu”. (QS. Al Anfal : 24).22
22 Departeman Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang : Al-Wa’ah, 2000,
hlm. 264.
19
Melihat arti ayat di atas, bahwa menjalankan dakwah adalah sebuah
tujuan dalam menyebarkan nilai-nilai Islam, melaksanakan dakwah sesuatu
ketaatan seseorang terhadap perintah Allah SWT dan Rasulnya. Dakwah
sebagai proses penyampaian pesan-pesan agama ini bukanlah tujuan final.
Penulis mengetahui bahwa tabligh dan dakwah tidaklah berakhir sampai
wafatnya yang punya risalah, yaitu Nabi SAW. Tabligh dan dakwah itu
berlangsung selama masih berdiri langit dan bumi, untuk menyampaikan
informasi mengenai agama Islam, agar semua orang memperoleh pengetahuan
tentang agama Islam dan mengerti apa Islam itu. Untuk hal ini diperlukan
dakwah yang tidak ada hentinya.
C. Dasar Hukum Dakwah
Telah dijelaskan bahwa dakwah merupakan suatu perintah, seruan
kepada manusia untuk mengajak, menyeru dan mempengaruhi manusia agar
selalu berpegang pada ajaran Allah SWT guna memperoleh kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat, dilakukan dengan penuh bijaksana. Usaha
mengajak dan mempengaruhi manusia agar pindah dari satu situasi ke situasi
yang lain yaitu dari situasi yang jauh dari ajaran Allah SWT menuju situasi
yang sesuai dengan petunjuk dan ajaran Allah SWT, adalah merupakan
kewajiban bagi kaum muslimin dan muslimat.
Hal ini berdasarkan kepada firman Allah SWT di dalam surat An-
Artinya : ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang lebih tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S. An-Nahl: 125).23
Kata ud’u yang diterjemahkan dengan seruan, ajakan adalah fiil amar
yang menurut kaedah Ushul Fiqh, setiap fiil amar adalah perintah dan setiap
perintah adalah wajib dan harus di laksanakan selama tidak ada dalil lain
yang memalingkannya dari kewajiban itu kepada sunnah atau hukum lain. Jadi
melaksanakan dakwah adalah wajib hukumnya karena tidak ada dalil-dalil lain
yang memalingkannya dari kewajiban itu, dan hal ini di sepakati oleh para
ulama. Hanya saja terdapat perbedaan pendapat para ulama tentang status
kewajiban itu apakah wajib 'ain (fardlu 'ain atau wajib kifayah atau fardlu
kifayah).24
Para Ulama telah sepakat bahwa melaksanakan dakwah Islamiyah
adalah wajib. Kesepakatan itu adalah kesepakatan Ijma', yang terjadi di masa
sahabat, kemudian masa tabiin. Ijma' tidaklah gugur apabila kaum muslimin
mengabaikannya, berpangku tangan, tidak melakukan kegiatan dakwah.25
Di dalam firman Allah SWT surat Thaha ayat 132 yang berbunyi :
23 Depag RI, Op.Cit., hlm. 421 24 M. Aminuddin Sanwar, Op.Cit,. hlm. 34 25 Ahmad Subandi, Op.Cit., hlm. 57
Artinya : “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, kamilah yang memberi rizki kepadamu dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa.” (Surat Thaha : 132).26
Ayat ini mengandung perintah wajib bagi tiap-tiap orang mempunyai
keluarga agar mengajak, menganjurkan supaya kaum keluarganya
mengerjakan perintah Tuhan.
Ayat di atas dapat disimpulkan bahwa mengerjakan dakwah
merupakan suatu kewajiban bagi setiap orang muslim dapat dihukumi fardu
'ain. Kewajiban dalam berdakwah pertama yang dapat dilakukan terhadap
keluarga sendiri, sebelum mengadakan seruan kepada orang lain. Sebab
pembinaan agama dalam keluarga sangatlah penting dapat menanamkan nilai-
nilai agama terhadap anak- anak.
Sebagaimana sabda Nabi SAW disebutkan dalam hadist :
��=+���>�(�?�&����@�$)�&�����A=B���C(������
( �4������>��� )
Artinya : "Jika anak sudah mengenal kanan kirinya (lingkungan sekitarnya), maka surulah dia untuk mengerjakan shalat". ( H.R. al-Baihaqi ).
26 Depag RI, Op.Cit,. hlm. 492
22
Bahwa orang tua sebagai pemimpin rumah tangga bertanggung jawab
baik yang bersifat kodrati maupun kagamaan. Dikatakan sebagai tanggung
jawab kodrati, karena orang tualah yang melahirkan anak, sehingga sudah
sewajarnya orang tua bertanggung jawab membina anaknya sendiri.
Sedangkan tanggung jawab yang bersifat keagamaan adalah tanggung jawab
yang berdasarkan ajaran agama, yakni agama Islam.
D. Metode dan Media Dakwah
Salah satu unsur yang tidak dapat ditinggalkan dalam mencapai tujuan
dakwah adalah metode dan media dakwah. Unsur ini sangatlah mempengaruhi
dai dalam menuju kesuksesan dalam berdakwah. Oleh karena itu akan
dijelaskan metode dan media dakwah secara jelas.
1. Metode Dakwah
Dalam rangka mencapai tujuan dakwah perlu dibedakan antara
istilah metode dengan istilah-istilah yang berdekatan seperti sistem, media,
teori, dan teknik. Adapun didalam pengertian metode dakwah sebagai
berikut :
Didalam bahasa arab metode adalah uslub artinya cara, metode
atau seni. Jika dikatakan “ia berada pada salah satu uslub kaum” artinya ia
mengikuti metode mereka. “kaum menggunakan beberapa uslub dalam
berbicara”, artinya kaum menggunakan bermacam-macam seni.
Uslub dakwah ialah ilmu yang mempelajari bagaimana cara
berkomunikasi secara langsung dan mengatasi kendala-kendalanya.
23
Sumber-sumber pokok metode dakwah yang dijadikan pegangan para da’i
antara lain : Al-Qur’an, As-sunnah, sirah (sejarah) salafus shaleh dari
kalangan sahabat, tabi’in, dan ahli ilmu, serta iman.27
Metode dan teknik dakwah dalam Al-Quran ini tidak merupakan
tuntunan secara terinci, namun secara global. Hal ini memberi
kemungkinan kepada kita sekiranya dapat menjabarkan secara terinci
sesuai dengan perkembangan zaman.
Sedangkan pokok-pokok metode dan teknik dakwah dalam surat
Sebenarnya media dakwah bukan saja berperan sebagai alat
bantu dakwah. Namun bila ditinjau dakwah sebagai suatu sistem, yang
mana sistem ini terdiri dari beberapa komponen atau dengan lainnya
saling terkait mengait, bantu membantu dalam mencapai tujuan. Maka
media dakwah mempunyai peranan atau kedudukan yang sama
dibanding dengan komponen yang lain seperti metode dakwah, obyek
dakwah, dan sebagainya.39
E. KHITTAH NU 1926
a. Pengertian NU
Sebelum membahas masalah dakwah dan khittah NU 1926, dalam
tulisan ini penulis memaparkan terlebih dahulu tentang gambaran umum
NU. Sebagaimana diketahui Nahdlatul Ulama sebagai jam’iah diniyah
adalah wadah bagi para Ulama sebagai pengikut-pengikutnya yang
didirikan pada 16 Rajab 1344 H / 31 Januari 1926 dengan tujuan untuk
memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran
Islam yang berhaluan ahlusunnah wal jamaah dan menganut salah satu
madzhab empat, masing-masing Imam Abu Hanifah An Nu’man, Imam
Maliki bin Annas, Imam Muhammad Idris Asy-Syafi’i dan Imam Ahmad
bin Hambal, untuk mempersatukan langkah para Ulama dan pengikut-
pengikutnya dalam melakukan kegiatan-kegiatannya yang bertujuan untuk
39 Ibid., hlm. 163
29
menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan Bangsa dan ketinggian
harkat dan martabat manusia.
Nahdlatul Ulama dengan demikian merupakan gerakan keagamaan
yang bertujuan untuk ikut membangun dan mengembangkan insan dan
masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT, cerdas, terampil, berakhlak
mulia, tenteram, adil dan sejahtera.
Nahdlatul Ulama mewujudkan cita-cita dan tujuannya melalui
serangkaian ikhtiar yang didasari oleh dasar-dasar faham keagamaan yang
membentuk kepribadian khas Nahdlatul Ulama. Inilah yang kemudian
disebut sebagai Khittah Nahdlatul Ulama.40
b. Pengertian Khittah NU 1926
Sesuai dengan hasil Keputusan Muktamar NU ke-27 No.02/MNU-
27/1984 diSitubondo, Khittah NU 1926 dapat artikan dan dijelaskan
sebagai berikut :
1. Pengertian Khittah NU
a. Khittah Nahdlatul Ulama adalah landasan berfikir, bersikap dan bertindak warga Nahdlatul Ulama yang harus dicerminkan dalam tingkah laku perorangan maupun organisasi serta dalam setiap proses pengambilan keputusan.
b. Landasan tersebut adalah paham Islam ahlussunah waljamaah yang diterapkan menurut kondisi masyarakat di Indonesia, meliputi dasar-dasar amal keagamaan maupun kemasyarakatan.
c. Khittah Nahdlatul Ulama juga digali dari intisari perjalanan sejarah khidmahnya dari masa ke masa.41
40 Buku Panduan, Nahdlatul Ulama Kembali ke Khittah 1926, PBNU, Situbondo :
Risalah, 1995, hlm. 116-107 41 PBNU, Keputusan Alim Ulama dan Konbes NU di Bandar lampung Jakarta, 1992,
hlm. 28
30
Beberapa Catatan Penjelasan tentang Pengertian Khittah
1. Khittah artinya “garis”. Dalam hubungan dengan Nahdlatul Ulama,
kata khittah berarti garis-garis pendirian, perjuangan dan
kepribadian Nahdlatul Ulama, baik yang berhubungan dengan
urusan keagamaan, maupun urusan kemasyarakatan, baik secara
perorangn maupun secara organisasi. Garis-garis termaksud,
sesungguhnya sudah dimiliki para ulama pengasuh pesantren
secara membudaya, memasyarakat dan mentradisi. Ketika dia
mendirkan jamiyah (organisasi) Nahdlatul Ulama, maka garis-garis
tersebut dituangkan di dalamnya, untuk dilestarikan, di pelihara
dan di kembangkan.
2. Fungsi garis-garis itu di rumuskan sebagai “landasan berfikir,
bersikap dan bertindak warga Nahdlatul Ulama yang harus
dicerminkan dalam tingkah laku perorangan maupun organisasi
serta dalam setiap proses pengambilan keputusan”. Artinya :
a. Fikiran, sikap dan tindakan warga NU harus berlandaskan atas
khittah NU, baik secara perorangan maupun secara
organisatoris.
b. Demikian pula, setiap kali mengambil keputusaan, maka
proses, prosedur dan hasil keputusan itu hanya sesuai dengan
khittah NU. Contohnya, NU menghadapi masalah Negara
Republik Indonesia. Sebagai jam’iyah diniyah (organisasi
keagamaan) yang pertama kali dipertanyakan adalah : Apakah
31
NKRI itu sah menurut hukum Islam atau tidak ? bagaimana
sikap dan tindakan NU menghadapinya : dibela kehadirannya,