Top Banner
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere, yang berarti memutar. Vertigo adalah suatu perasaan gangguan keseimbangan.Vertigo seringkali dinyatakan sebagai rasa pusing, sempoyongan, rasa melayang, badan atau dunia sekelilingnya berputar-putar (vertigo subjektif atau objektif), dan berjungkir balik. Vertigo disebabkan karena alat keseimbangan tubuh tidak dapat menjaga keseimbangan tubuh dengan baik. Vertigo harus dibedakan dengan keluhan dizziness non- vertigo, yaitu adanya ilusi pergerakan, bukan hanya sensasi presinkop, lightheadedness. Bertentangan dengan vertigo, sensasi-sensasi ini diakibatkan oleh gangguan suplai darah, oksigen, dan glukosa (contohnya: stimulasi vagal, hipotensi ortostatik, aritmia jantung, iskemik miokardium, hipoksia, dan hipoglikemia) dan mungkin mengakibatkan penurunan kesadaran. 2.2 Klasifikasi
25

BAB II (1) stoke

Jan 27, 2016

Download

Documents

icigajah

BAB II (1) stoke
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II (1) stoke

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere, yang berarti memutar. Vertigo

adalah suatu perasaan gangguan keseimbangan.Vertigo seringkali dinyatakan

sebagai rasa pusing, sempoyongan, rasa melayang, badan atau dunia sekelilingnya

berputar-putar (vertigo subjektif atau objektif), dan berjungkir balik. Vertigo

disebabkan karena alat keseimbangan tubuh tidak dapat menjaga keseimbangan

tubuh dengan baik.

Vertigo harus dibedakan dengan keluhan dizziness non-vertigo, yaitu

adanya ilusi pergerakan, bukan hanya sensasi presinkop, lightheadedness.

Bertentangan dengan vertigo, sensasi-sensasi ini diakibatkan oleh gangguan suplai

darah, oksigen, dan glukosa (contohnya: stimulasi vagal, hipotensi ortostatik,

aritmia jantung, iskemik miokardium, hipoksia, dan hipoglikemia) dan mungkin

mengakibatkan penurunan kesadaran.

2.2 Klasifikasi

VERTIGO

VESTIBULAR

SENTRAL

PERIFER

NON VESTIBULAR

SISTEM VISUAL

SISTEM SOMATOSENSORI

Page 2: BAB II (1) stoke

3

Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu vertigo vestibular dan

nonvestibular. Vertigo vestibular adalah vertigo yang disebabkan oleh gangguan

sistem vestibular, sedangkan vertigo non vestibular adalah vertigo yang

disebabkan oleh gangguan sistem visual dan somatosensori.

Tabel 2.1 Perbedaan Vertigo Vestibular dan Non-vestibular

Karakteristik Vertigo Vestibular Vertigo Non-vestibular

Waktu Episodik Konstan

Sifat Vertigo Berputar Melayang

Faktor pencetus Gerakan kepala,

perubahan

posisi

Stress, hiperventilasi

Gejala Penyerta Mual, muntah, tuli,

tinnitus

Gangguan mata,

gangguan

somatosensorik

Vertigo vestibular selanjutnya dapat dibedakan menjadi vertigo vestibular

perifer dan sentral. Vertigo vestibular perifer adalah vertigo yang terjadi akibat

gangguan alat keseimbangan tubuh di labirin (telinga dalam) atau di saraf kranial

VIII (Saraf Vestibulokoklear) divisi vestibular. Vertigo vestibular sentral adalah

vertigo yang terjadi akibat gangguan alat keseimbangan tubuh di sistem saraf

pusat, baik di pusat integrasi (serebelum dan batang otak) ataupun di area persepsi

(korteks).

Penyebab vertigo sentral antara lain adalah perdarahan atau iskemik di

serebelum, nukleus vestibular, dan koneksinya di batang otak, tumor di sistem

saraf pusat, infeksi, trauma, dan sklerosis multiple. Vertigo yang disebabkan

neuroma akustik juga termasuk dalam vertigo sentral. Vertigo akibat gangguan di

korteks sangat jarang terjadi, biasanya menimbulkan gejala kejang parsial

kompleks.

Page 3: BAB II (1) stoke

4

Tabel 2.2 Perbedaan Vertigo Vestibular Perifer dan Sentral

Karakteristik V. Vestibular Perifer V. Vestibular Sentral

Onset Tiba-tiba, onset

mendadak

Perlahan, onset gradual

Durasi Menit hingga jam Minggu hingga bulan

Frekuensi Biasanya hilang timbul Biasanya konstan

Intensitas Berat Sedang

Mual muntah Tipikal Sering kali tidak ada

Diperparah perubahan

posisi kepala

Ya Kadang tidak berkaitan

Usia pasien Berapapun, biasanya

muda

Usia lanjut

Gangguan status

mental

Tidak ada atau

kadangkadang

Biasanya ada

Defisit nervi cranial atau

cerebellum

Tidak ada Kadang disertai ataxia

Pendengaran Seringkali berkurang atau

dengan tinnitus

Biasanya normal

Nistagmus Nistagmus horizontal dan

rotatoar; ada nistagmus

fatique 5-30 detik

Nistagmus horizontal

atau vertical; tidak ada

nistagmus fatique

Penyebab Meniere’s disease

Labyrinthitis Positional

vertigo

Massa Cerebellar / stroke

Encephalitis/ abscess

otak Insufisiensi A.

Vertebral Neuroma

Akustik Sklerosis

Multiple

Page 4: BAB II (1) stoke

5

2.3 Epidemiologi

Frekuensi

Di Amerika Serikat, sekitar 500.000 orang menderita stroke setiap

tahunnya. Dari stroke yang terjadi, 85% merupakan stroke iskemik, dan 1,5%

diantaranya terjadi di serebelum. Rasio stroke iskemik serebelum dibandingkan

dengan stroke perdarahan serebelum adalah 3-5: 1. Sebanyak 10% dari pasien

infark serebelum, hanya memiliki gejala vertigo dan ketidakseimbangan. Insidens

sklerosis multiple berkisar diantara 10-80/ 100.000 per tahun. Sekitar 3000 kasus

neuroma akustik didiagnosis setiap tahun di Amerika Serikat.

Jenis kelamin

Insidens penyakit cerebrovaskular sedikit lebih tinggi pada pria

dibandingkan wanita. Dalam satu seri pasien dengan infark serebelum, rasio

antara penderita pria dibandingkan wanita adalah 2:1. Sklerosis multiple dua kali

lebih banyak pada wanita dibandingkan pria.

Usia

Vertigo sentral biasanya diderita oleh populasi berusia tua karena adanya

faktor resiko yang berkaitan, diantaranya hipetensi, diabetes melitus,

atherosclerosis, dan stroke. Rata-rata pasien dengan infark serebelum berusia 65

tahun, dengan setengah dari kasus terjadi pada mereka yang berusia 60-80 tahun.

Dalam satu seri, pasien dengan hematoma serebelum rata-rata berusia 70 tahun.

2.4 Etiologi

Beberapa penyebab vertigo sentral adalah:

Perdarahan dan infark serebelum

Sindrom Wallenberg

Insufisiensi vertebrobasilar

Diseksi arteri vertebral

Sklerosis multiple

Page 5: BAB II (1) stoke

6

Neoplasma (termasuk neuroma akustik)

Infeksi sistem saraf pusat

Trauma

2.5 Patogenesis

Sensasi keseimbangan merupakan hasil dari informasi yang tepat yang

dideteksi atau diterima oleh reseptor sistem visual, sistem vestibular, dan sistem

propioseptif, yang kemudian diintegrasikan di serebelum dan batang otak, lalu

dipersepsikan oleh korteks. Cara berjalan, postur, dan fokus mata selama kepala

bergerak, semua bergantung pada sensasi keseimbangan yang utuh. Gangguan

informasi sensori, pusat integrasi, dan persepsi berakibat pada gangguan

keseimbangan

Vertigo sentral merupakan sensasi gangguan keseimbangan akibat

gangguan di pusat integrasi (serebelum dan batang otak) atau persepsi (korteks).

Pathogenesis beberapa penyebab vertigo sentral adalah sebagai berikut.

Oklusi arterial dan infark iskemik

Oklusi arteri dan infark iskemik dapat disebabkan oleh cardioemboli,

emboli dari plak arteri vertebralis, thrombosis arteri lokal. Satu atau kedua arteri

vertebral, arteri basilar, dan cabang-cabang arteri kecil dapat tersumbat. Namun,

oklusi total arteri besar tidak akan berakibat pada kematian karena adanya

anastomosis dari sirkulus arteriosus wilisi dan arteri posterior komunikans.

Perdarahan serebelum lebih jarang terjadi dibandingkan dengan infark serebelum.

Namun begitu, perdarahan serebelum spontan merupakan kondisi mengancam

jiwa. Perdarahan serebelum biasanya berkaitan dengan penyakit vaskular

hipertensif dan antikoagulasi.

Sklerosis Mutiple

Page 6: BAB II (1) stoke

7

Sklerosis Mutiple merupakan penyakit demyelinisasi pada sistem saraf

pusat. Perjalanan penyakitnya fluktuatif dengan berbagai gejala dan tanda.

Neuroma Akustik

Neuroma Akustik adalah tumor sel Schwann yang berasal dari divisi

vestibular saraf cranial VIII (Vestibulokoklear) di kanal auditori interna

proksimal. Neuroma akustik biasanya berkembang di satu sisi (unilateral).

Neuroma akustik bilateral biasa terjadi pada orang dewasa muda dan berkaitan

dengan neurofibromatosis tipe 2. Jika tidak diberi pengobatan, neuroma akustik

dapat berkembang ke sudut serebelopontin dan menekan saraf cranial VII

(Fasialis) dan saraf kranial lainnya.

Penyebab lainnya

Vertigo sentral yang diakibatkan infeksi sistem saraf pusat (mikroabses)

dan kejang lobus temporal sangat jarang terjadi. Vertigo sentral traumatik

disebabkan oleh perdarahan petekie di nukleus vestibular di batang otak.

2.6 Manifestasi Klinis

Beberapa karakteristik vertigo sentral adalah:

Onset gradual

Lebih konstan

Durasi lebih panjang (minggu hingga bulan)

Intensitas ringan sampai sedang

Tidak dipengaruhi posisi kepala

Seringkali tidak disertai mual dan muntah

Seringkali disertai dengan gangguan status mental

Seringkali tidak berkaitan dengan tinnitus dan gangguan pendengaran

Nistagmus horizontal atau vertikal; tanpa adanya nistagmus fatigue

Disertai dengan tanda gangguan serebelum dan batang otak, seperti:

Ataxia

Page 7: BAB II (1) stoke

8

Pandangan kabur

Diplopia

Disfagia

Disartria

Perdarahan dan infark serebelum

Perdarahan serebelum biasanya menyebabkan gejala vertigo akut dan

ataxia. Nyeri kepala, mual, dan muntah dapat tidak terjadi. Selain vertigo berat,

pasien seringkali mengeluhkan adanya sensasi pergerakan sisi samping atau depan

belakang. Pasien juga dapat mengalami ataxia trunkal dan tidak dapat duduk tanpa

penyangga. Tes Romberg dan Tandem akan memberikan hasil abnormal.

Biasanya terdapat kelemahan saraf kranial VI (Abdusens) atau deviasi konjugat

mata berlawanan dengan lesi perdarahan. Infark serebelum memberikan gambaran

klinik yang serupa.

Sindrom Wallenberg

Infark medulla lateral dari batang otak dapat menyebabkan vertigo sebagai

bagian dari presentasi klinisnya. Penemuan ipsilateral klasik meliputi rasa baal

pada wajah, hilangnya refleks kornea, sindron Horner, dan paralisis atau paresis

pada palatum mole, faring, dan laring (mengakibatkan disfagia dan disfonia).

Penemuan kontralateral meliputi hilangnya sensasi nyeri dan suhu pada sumbu

tubuh dan anggota gerak. Biasanya lesi saraf kranial VI (Abdusens), VII

(Fasialis), dan VIII (Vestibulokoklear) dapat muncul menyebabkan vertigo, mual,

muntah, dan nistagmus.

Insufisiensi Vertebrobasilar

Transient ischemic attack (TIA) dari batang otak dapat memicu vertigo. Tanda

orthostatik harus ditentukan, karena orthostatik akan memperburuk gejala iskemik

vertebrobasilar. Sama seperti TIA secara umum, vertigo mungkin terjadi secara

tiba-tiba dan berlangsung dalam hitungan menit hingga jam. Sesuai dengan

definisi TIA, gangguan harus hilang secara total dalam 24 jam. Vertigo yang

Page 8: BAB II (1) stoke

9

diinduksi iskemik vertebrobasilar dapat terjadi dengan disertai diplopia, disfagia,

disarthria, dan hilangnya fungsi penglihatan bilateral. Tidak seperti penyebab

vertigo sentral lainnya, vertigo yang diinduksi iskemik vertebrobasilar dapat

diprovokasi dengan perubahan posisi. Memutar kepala menyumbat setengah arteri

vertebral ipsilateral sehingga menyebabkan ada gangguan sirkulasi sementara

pada batang otak. Diseksi arteri vertebral dapat menyebabkan stroke pada

sirkulasi posterior. Gejala dan tanda dari diseksi arteri vertebral meliputi nyeri

kepala, vertigo, dan sindrom Horner unilateral.

Sklerosis Multiple

Penyakit demyelinasi dapat disertai dengan vertigo yang berlangsung beberapa

jam hingga minggu dan biasanya tidak berulang. Intesitas vertigo ringan-sedang

dan terdapat nistagmus. Ataxia atau neuritis optik dapat ditemukan atau sudah

berlangsung sebelumnya.

Neoplasma

Neoplasma ventrikel keempat dapat menyebabkan vertigo yang disertai

gejala dan tanda gangguan batang otak. Neoplasma yang biasa terjadi adalah

ependimoma pada pasien yang berusia lebih muda, dan metastasis pada pasien

yang berusia lebih tua.Neuroma akustik biasa terjadi di sudut serebelopontin.

Neuroma akustik memiliki gejala awal berupa gangguan pendengaran dan

tinnitus. Vertigo dapat ditemukan sejak presentasi awal. Selain itu, neuroma

akustik juga memberikan gejala akibat penekanan saraf VII (Fasialis), jika terus

berkembang gejala gangguan batang otak dan saraf kranial lain dapat muncul

karena efek sekunder dari perkembangannya hingga ke fossa posterior.

Infeksi Sistem Saraf Pusat

Beberapa infeksi sistem saraf pusat yang dapat menyebabkan vertigo

adalah abses pada serebelum, infeksi serebelum, encephalitis, dan sebagainya.

Gejala vertigo biasanya disertai dengan tanda-tanda infeksi seperti demam,

Page 9: BAB II (1) stoke

10

malaise, tanda-tanda serebelar (gangguan keseimbangan, gangguan koordinasi,

dan sebagainya).

Trauma

Trauma yang biasanya terjadi adalah trauma leher. Biasanya gejala muncul

dalam 7-10 hari setelah terjadi whiplash injury. Episode vertigo muncul terutama

ketika menggerakkan kepala dapat berlangsung hingga berbulan-bulan. Selain itu

juga terdapat nyeri pada leher dan nistagmus pada pergerakkan kepala.

2.7 Pemeriksaan Fisik

Ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan sistemik,

otologik atau neurologik-vestibuler atau serebeler, dapat berupa pemeriksaan

fungsi pendengaran dan keseimbangan, gerak bola mata/nistagmus dan fungsi

serebelum. Pendekatan klinis terhadap keluhan vertigo adalah untuk menentukan

penyebab, apakah akibat kelainan sentral yang berkaitan dengan kelainan susunan

saraf pusat (korteks serebrim serebelum, batang otak atau berkaitan dengan sistim

vestibuler/otologik, selain itu harus dipertimbangkan pula faktor

psiikologik/psikiatrik yang dapat mendasari keluhan vertigo tersebut.

Faktor sistemik yang juga harus dipikirkan/dicari antara lain aritmi

jantung, hipertensi, hipotensi, gagal jantung kongestif, anemi, hipoglikemi. Dalam

menghadapi kasus vertigo, pertama-tama harus ditentukan bentuk vertigonya,

lalu letak lesi dan kemudian penyebabnya, agar dapat diberikan terapi kausal

yang tepat dan terapi simtomatik yang sesuai.

2.7.1 Uji Neurologis

Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada :

1. Fungsi vestibuler/serebeler

a. Uji Romberg:

Page 10: BAB II (1) stoke

11

Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua

mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30

detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya

(misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan

vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi

garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap

tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang

baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.

Gambar 2.1 Test Romberg

b. Tandem gait

Penderita berjalan dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung jari

kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler, perjalanannya akan

menyimpang dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.

Page 11: BAB II (1) stoke

12

Gambar 2.2 Uji Tandem

c. Uji Unterberger

Berdiri dengan kedua lengan lurus horizontal ke depan dan jalan di tempat

dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan

vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan

seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua

lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya

naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.

Gambar 2.4 Uji Unterberger

Page 12: BAB II (1) stoke

13

d. Past-ponting test (Uji Tunjuk Barany).

Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan penderita disuruh

mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk

tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulangulang dengan mata terbuka dan

tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke

arah lesi.

Gambar 2.5 Uji Tunjuk Barany

e. Uji Babinsky-Weil

Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke depan

dan lima langkah ke belakang selama setengan menit; jika ada gangguan

vestibuler unilateral, pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang.

Gambar 2.6 Uji Babinsky-Weil

Page 13: BAB II (1) stoke

14

2.7.2 Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologi

Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di

sentral atau perifer.

1. Fungsi Vestibuler

a. Uji Dix Hallpike (Manuver Nylen- Barany)

i. Pertama, perubahan posisi (dari duduk menjadi supine)

dilakukan dengan kepala lurus menghadap ke depan

ii. Lalu diulangi dengan kepala 45° ke kanan, lalu ke kiri

iii. Leher sedikit lebih diekstensikan ketika pasien dalam posisi

supine

iv. Berbeda dengan vertigo sentral, pada vertigo perifer, nistagmus

tidak terjadi secara tiba-tiba setelah perubahan posisi, dan

setelah nistagmus muncul, dapat hilang dengan cepat, kurang

dari 1 menit (nistagmus fatigue)

Gambar 2.7 Uji Dix Hallpike (Manuver Nylen- Barany)

b. Tes Kalori

Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30°, sehingga kanalis

semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi bergantian

dengan air dingin (30°C) dan air hangat (44°C) masing-masing selama 40 detik

dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak

Page 14: BAB II (1) stoke

15

permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus tersebut (normal 90-150 detik).

Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional

preponderance ke kiri atau ke kanan. Canal paresis adalah jika abnormalitas

ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin,

sedangkan directional preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada arah

nistagmus yang sama di masing-masing telinga. Canal paresis menunjukkan lesi

perifer di labarin atau n.VIII, sedangkan directional preponderance menunjukkan

lesi sentral.

c. Elektronistagmogram

Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk

merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut

dapat dianalisis secara kuantitatif.

2. Fungsi Pendengaran

a. Tes Garpu Tala

Tes ini digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan tuli perseptif,

dengan tes-tes Rinne, Weber dan Schwabach. Pada

tuli konduktif, tes Rinne negatif, Weber lateralisasi ke yang tuli dan schwabach

memendek.

b. Audiometri

Ada beberapa macam pemeriiksaan audiometri seperti Ludness Balance

Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone Decay. Pemeriksaan saraf-saraf otak lain

meliputi: acies visus, kampus visus, okulomotor, sensorik wajah, otot wajah,

pendengaran dan fungsi menelan. Juga fungsi motorik (kelumpuhan ekstremitas),

fungsi sensorik (hipestesi, parestesi) dan serebelar (tremor, gangguan cara

berjalan)

2.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah:

Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan

penyakit lainnya seperti anemia, kehamilan, dan kondisi ketidakseimbangan

metabolik (hiperglikemia, hipoglikemia, dll).

Page 15: BAB II (1) stoke

16

Pencitraan

Pencitraan fossa posterior penting dilakukan jika terdapat kecurigaan

adanya vertigo sentral.

MRI adalah pencitraan terpilih, terutama untuk mendiagnosis infark,

perdarahan, tumor, dan lesi substansi alba seperti sklerosis mutiple.

CT scan dengan potongan hingga ke fossa posterior dapat digunakan jika

tidak tersedia MRI. CT Scan terbatas karena resolusi yang lebih buruk dan

adanya artifak tulang.

Angiografi intraarterial dahulu digunakan untuk mendiagnosis oklusi di

sistem vertebrobasilar. Namun, sekarang telah berkembang CT angiografi,

MRA, dan Doppler USG menggantikan angiografi intrarterial.

Gambar 2.8 Perbandingan CT Scan (kanan) dan MRI (kiri) dalam Pencitraan

Perdarahan Serebelar di Fossa Posterior

Pemeriksaan penunjang lainnya adalah : Elektrokardiografi (EKG)

digunakan untuk melihat adanya fibrilasi atrium atau disaritmia lainnya

dan bukti adanya infark myocardial akut.

2.9 Penatalaksanaan

Penatalaksaan vertigo sentral ditujukan kepada penyakit penyebab.

Page 16: BAB II (1) stoke

17

Penatalaksanaan awal:

Penatalaksanaan tanda-tanda vital

Keseimbangan cairan, elektrolit, dan gizi

o Pemasangan infus untuk merehidrasi pasien

o Kalori 25 kkal/kgBB/hari

Pemberian obat-obat simptomatik

Tirah baring

Penatalaksanaan stroke iskemik:

Terapi thrombolisis diberikan melalui kateter intrarterial ke dekat

sumbatan, atau secara intravena dalam tiga jam setelah onset gejala dan

tidak ada kontraindikasi.

Sebelum memberikan terapi thrombolitik, perhatikan beberapa hal

terutama resiko terjadinya perdarahan intraserebral, seperti:

o Operasi mayor dalam 10 hari terakhir

o Hipertensi berat

o Adanya perdarahan akut atau edema pada CT Scan

o Perbaikan gejala yang cepat

Keputusan untuk memberikan terapi thrombolitik dibuat setelah konsultasi

neurologis langsung dan dengan persetujuan pasien, setelah pasien diberi

penjelasan lengkap dan jelas.

Penatalaksanaan stroke perdarahan:

Penelitian menyatakan bahwa pemberian recombinant activated factor

VII jika diberikan dalam 4 jam setelah onset gejala, mungkin berguna.

Namun penelitian selanjutnya, khususnya untuk perdarahan serebelum,

diperlukan.

Penatalaksanaan pasien dengan gangguan kesadaran dan perburukan gejala:

Pasien yang lethargi dan dengan gangguan kesadaran membutuhkan

pengawasan ketat, mencakup observasi secara langsung,

elektrokardiogram, dan monitor pulse oxymetry.

Page 17: BAB II (1) stoke

18

Pasien dengan gangguan kesadaran dan perburukan gejala

membutuhkan intervensi yang cepat untuk meminimalisasi edema dan

kompresi batang otak

Hal yang dapat dilakukan diantaranya:

o Intubasi endotrakeal untuk menjaga jalan nafas, mengontrol

pernafasan, dan untuk terapi hiperventilasi

o Memberikan obat-obat dieresis seperti manitol dan furosemide

o Memberikan kortikosterois seperti dexamethason

Konsultasi

Konsultasi neurologis pasien dengan vertigo sentral kepada ahli saraf

maupun ahli bedah saraf diperlukan. Pasien dengan space occupying lesion

ataupun hidrosepalus dikonsultasikan ke ahli bedah saraf. Beberapa keadaaan

emergensi harus diperhatikan dan segera dikonsultasikan kepada ahli bedah saraf,

diantaranya adalah perdarahan, kompresi batang otak, edema, karena bedah

dekompresi seperti suboccipital kraniektomi dan ventrikulostomi dapat

menyelamatkan jiwa.

2.10 Prognosis

Prognosis pasien dengan vertigo sentral sangat bervariasi, bergantung dari

penyakit yang mendasari. Namun, kemajuan bedah saraf memperbaiki prognosis

beberapa kondisi serius Prognosis pasien dengan infark arteri vertebral atau

basilar adalah buruk. Prognosis pasien dengan perdarahan serebelum spontan

adalah buruk.