Page 1
Fire brick
Side block
Cathode Block
Cathode bar
Raming paste
Anode
Side cover
Alumina hopper
blade
Gas HF ducting
Anode rod
Anode bus bar
Molten aluminium
bath
BAB II
OPERASI POTREDUKSI
2.1 Aliran Proses Produksi Aluminium
Pabrik peleburan aluminium PT. INALUM beroperasi dengan kapasitas
terpasang 510 pot, terbagi dalam tiga gedung, sehingga di masing-masing gedung
terdapat 170 pot. Arus listrik searah yang digunakan 170 ~ 186 KA, dengan
tegangan tiap pot sekitar 4,3 volt. Pot satu dengan pot lainnya dihubungkan secara
listrik seri dan diletakkan bersisian. Daya yang digunakan untuk satu potadalah
800kw, ini kira-kira setara dengan 1600 rumah berdaya listrik 500 watt. Pot
reduksi dapat dilihat pada gambar II.1
Gambar II.1 Potreduksi
Siklus tungku reduksi dapat dikategorikan dalam 6 kelompok sebagi berikut:
2.1.1 Pot Rekonstruksi
2.1.1.1 Cathode Fastening (CF)
Cathode fastening adalah pekerjaan
penggabungan antara cathode block dan cathode bar
20
Page 2
21
menjadi satu bagian batang katoda utuh (cathode
assembly) sebelum digunakan dalam rekonstruksi pot
dengan menggunakan besi tuang. Besi tuang
berfungsi untuk menyambungkan cathode block
dancathode bar. Bahan-bahan yang dipakai untuk
mencampuran besi tuang yaitu pig iron sebagai bahan
utama dengan bahan-bahan tambahan seperti: Ferro
Silica, Ferro Phosphor, dan Carbon. Pekerjaan cathode
fastening terdiri dari 7 langkah proses, yaitu :
1. Proses pemeriksaan bahan yang akan digunakan.
Dalam proses pemeriksaan ini biasanya dilakukan
joint inspection dengan seksi SMP. Bahan-bahan
yang digunakan dalam cathode fastening antara
lain :
a. Cathode block
b. Cathode bar
c. Pig iron
d. Ferro silica
e. Ferro phospor
f. Bahan aditif flux dan carbon powder
2. Pembersihan cathode bar
3. Dilakukan dengan menggunakan shot blast
machine, dimana bertujuan untuk menghilangkan
korosi-korosi yang terdapat pada cathode bar.
4. Setting cathode block dan cathode bar. Setting
dilakukan pada heating frame.
5. Pemanasan
Pemanasan ini dilakukan selain untuk
menghilangkan kadar air juga untuk memanaskan
cathode bar sehingga mencapai temperatur ± 650
Page 3
22
OC untuk menghindari crack akibat thermal shock
pada saat penuangan cast iron.
6. Peleburan pig iron didalam induction furnace
Sebelum dilebur pig irondipanaskan untk
menghilangkan kadar air. Kemudian pig iron
dilebur dengan menambahkan ferro silica, ferro
phospor, flux dan carbon powder untuk
membentuk cast iron.
7. Puring atau penuangan cast iron
Penuangan cast iron ini bertujuan untuk
menyatukan cathode block dengan cathode
bardengan temperatur cast iron antara 1260-1340 oC.
8. Pendinginan
Untuk menghindari pendinginanyang tiba-tiba
maka setelah dituang, cathode assembly (lihat
gambar 4.2) ditutup dengan menggunakan heat
cover yang dibuat secara khusus dari bahan kao
wool dan dilapisi dengan wire mesh yang disebut
fine flex. Pendinginan ini berlangsung selama 8
jam.
Page 4
23
Gambar II.2 Alur Proses Cathode Fastening
2.1.1.2 Cathode Paste (CP)
Cathode paste merupakan salah satu sub seksi
yang bertanggung jawab dalam pot
rekonstruksi.Terdapat 4 jenis blok katoda ditinjau dari
bahan baku dan proses pembuatannya, yaitu :
1. Blok katoda Amorphous, bahan bakunya antrasit:
dibakingpada temperatur ±1200 oC.
2. Blok katoda semi Graphitic, bahan bakunya grafit: dibaking
pada temperatur ±1200 oC.
3. Blok katoda semi Graphitized, bahan bakunya grafit: mengalami
proses heat treatmentsampai temperatur ±2300 oC.
4. Blok katoda Graphitized, bahan bakunya kokas: mengalami
gravitasi sampai temperatur ±3000 oC.
Pemilihan jenis blok katoda ini ditentukan oleh
desain pot dan arus listrik yang digunakan. Cathode
lining adalah proses rekonstruksi pot yang telah mati,
baik secara keseluruhan (full repair)maupun secara
sebagian (partial repair) termasuk didalam pekerjaan
setting bottom dan sidewall brick maupun pekerjaan
ramming. Adapun untuk kegiatan kerjanya adalah
sebagai berikut :
1. Bottom castable
Pemasukan castable C-13 sebanyak ± 1900 kg
kedalam dasar pot berfungsi sebagai penahan
panas dan untuk meratakan permukaan katode
blok.
2. Pemasangan bottom brick
Page 5
24
Pemasangan brick B-1 sebanyak ± 4500 buah dan
potongan 1 set pada lapis-1 dan 2; brick C-1
sebanyak ± 1250 buah pada lapis-3 (keduanya
sebagai isolite) serta batu tahan api SK-32(lihat
gambar 4.3) pada lapis-4. Disamping itu juga
dilakukan pemasangan superwool 607 sebanyak 4
roll antara sisi samping brick yang sudah
terpasang dengan sisi sel pot. Kecuali brick B-1,
diantara brick diberi mortarHS ± 80 kg untuk
isolite brick dan mortarHF ±200 kg untuk fire brick
yang berfungsi untuk menutup celah yang ada
antar brick. Pemasangan bottom brick berfungsi
untuk menahan panas keluar dari sisi bawah
pot.Dibawah ini terdapat beberapa spesifikasi
brick yang digunakan untuk rekontruksi pot.
3. Setting cathode block
Cathode block 16 buah yang akan dipasang adalah
elektroda bermuatan negatif, yang akan ditangkai
dengan kolektor bar (cathode assembly). Sisi
katoda blok berbentuk sirip-sirip yang berguna
sebagai pengait ikatan saat dilakukan slot
ramming. Sebelum pemasangan diletakan seal plat
besi dan plat non asbestos pada kedua ujung
kolektor bar. Pemasangan katoda blok dilakukan di
atas bottom brick yang telah dilapisi dengan pasta
karbon sebanyak ± 1200 kg. Jarak antar katoda
blok terpasang 35 - 45 mm. Kegiatan pemasangan
ini menggunakanAnode Changing Crane (ACC).
4. Castable under upper collector bar
Page 6
25
Pemberian castable 13 N sebanyak 950 kg berguna
untuk mengisi sisi bawah dan atas kolektor bar dan
berfungsi untuk menahan agar panas dari sisi
bawah tidak terbuang.
5. Pemasangan brick dinding samping (sidewall brick)
Setelah selesai pemasangan castable dibawah dan
diatas kolektor bar, dipasang brick B-1 sejumlah ±
400 buah dan brick B-1 potong/ cutting brick 1 set
(934 buah) diantara celah kolektor bar. Baru
kemudian dipasang brick tahan api SK-32 sejumlah
± 2860 buah. Pemasangan ini bertujuan untuk
menghindari kehilangan panas dari sisi samping
pot.
6. Setting rand block
Rand block yang dipasang terdiri type A ± 52
buah, type B ± 8 buah, type C ± 4 buah, type D
± 4 buah total 68 buah yang terbuat dari silicon
carbide. Diantara rand block yang terpasang
dilapisi oleh SIC mortar setebal ± 2 mm dengan
total pemakaian ± 100 kg. Pemasangan rand
block ini sebagai penyekat batu dinding damping
juga berfungsi untuk menahan atau mengurangi
panas yang keluar dari sisi samping. Terdapat
spesifikasi randblock yang digunakan di pot
reduksi.
7. Slot ramming (C-Ramming)
Pada saat pemasangan katoda blok, terdapat celah
antara satu blok dengan blok yang lain dengan
jarak sekitar 35 = 45 mm. Maka dilakukan ramming
pada celah tersebut dengan mengisikan pasta
Page 7
26
dengan jumlah total ± 1900 kg yang bertujuan
untuk melapisi tiap – tiap parit antara katoda blok
yang ada didalam pot reduksi dengan katoda pasta
agar nantinya cairan alumunium dan material bath
yang ada diatas permukaan katoda blok tidak
bocor kebawah.
8. Sidewall ramming
Sidewall ramming (R-Ramming) dilakukan untuk
melapisi dinding samping antara sisi ujung katoda
blok dengan brick samping dengan menggunakan
material pasta katoda sebanyak ± 9800 kg. Hal ini
dilakukan setelah selesai pekerjaan slot ramming.
9. Castable upper randblock
Castable yang dipasang adalah castable HC-AL
sebanyak ± 950 kg yang berguna manahan panas
yang keluar melalui plat deck.
10. Sealingataupenyekatan kolektor bar
Material yang digunakan adalah fire proof plastic
sebanyak ± 50 kg. Penyekatan kolektor bar
dilaksanakan 10 = 14 hari setelah start-up bertujuan
agar panas tidak keluar dari sela kolektor bar dan
mencegah oksidasi udara masuk melalui sela
kolektor bar.
Tidak semua potcut outakan direkontruksi secara
keseluruhan (full repair). Beberapa diantaranya
dilakukan rekontruksi (lihat gambar II.3) sebagian
(partial repair) dengan syarat- syarat sebagai berikut:
1. Umur Pot£ 2200 hari
2. Jumlah kolektor bar yang putus ³ 1 buah
3. Kolektor bar cooling £ 1 buah
Page 8
27
4. Kelengkungan blade maksimum 100mm
5. Tambal kolektor bar maksimum ukurannya 200 x
200 mm dan maksimum 2 lokasi yang berbeda
Perbaikan pot partial untuk mempersiapkan
secepatnya pot cut out untuk dapat di start-up
kembali tanpa mengganti lapisan brick dasar dan
cathode block. P/R partial pada bagian katoda
biasanya menggunakan bahan yang merupakan bahan
hasil recycle dari bahanyang tak terpakai dari hasil
pembongkaran cathode block yang direkontruksi
secara total atau cathode block yang reject. Blok yang
reject atau sisa ini kemudian dihancurkan di Rodding
Plant untuk dibuat sebagai bahan penambal kerusakan
yang terjadi pada cathode block. Sedangkan untuk
firebrick, side blocks dan ramming paste yang
mengalami kerusakan kecil maka akan direkontruksi
dengan mengganti bagian yang rusak tersebut dengan
bagian yang baru. Urutan kegiatan diantaranya
adalah:
1. Setting sidewall brick
Penggantian sidewall brick adalah pada lokasi yang
rusak, akan diganti dengan brick yang baru
maupun yang bekas (kondisi yang masih
digunakan).
2. Setting rand block
Setting rand block juga menggunakan campuran
blok yang baru (jika kerusakan rand block melebihi
150 mm) dan yang bekas kondisi yang masih
digunakan).
3. Penempelan permukaan cathode block (patching)
Page 9
28
Permukaan katoda blok dibersihkan dahulu dari
bath beku dan material lainnya. Pada saat
pembersihan dilakukan pengamatan dan terhadap
tinggi permukaan, keretakan, kondisi kanal slot
ramming, metalyang menyusup ke kanal dan
katoda blok.Bersamaan dengan itu, material
carbon powder, soft pitch (10 – 12,5% dari berat
carbon powder) , hard pitch (4,5 –5% dari berat
carbon powder), anthracene oil (0,75% dari berat
carbon powder), dicampur dan dipanaskan sampai
temperatur 150 ± 5 oC dan dibawa ke lokasi
penambalan (pot). Juga dilakukan pemanasan
kepada rammer dan soft pitch untuk perekat.
Permukaan cathode block dipanaskan ± 45 menit
sampai temperatur 60 ± 5 oC. Setelah persiapan
selesai maka dilakukan penambahan permukaan
cathode block.
4. Sidewall ramming
Pasta yang digunakan untuk sidewall ramming
partial sebanyak 8500 kg.
5. Castable upper randblock
6. Sealing
Page 10
29
Gambar II.3 Pot yang telah direkonstruksi
2.1.2 Baking (Preheating)
Baking adalah pemanasan permukaan blok katoda secara bertahap,
tujuannya menghindari thermal shock yang mungkin terjadi bila pot yang
masih dingin tiba-tiba dioperasikan pada temperatur tinggi. Secara umum
ada dua metoda proses baking yang digunakan saat ini, yaitu :
1. Reduction Cell Electrical Bake-out atau Resistance Preheating
atau Coke Bed Preheating
Dalam prosesnya, metoda ini diterapkan terhadap pot yang telah
direkonstruksi sebagian atau penuh (partial or full
reconstruction) tanpa ada sisa bath dan metal beku di dalam
pottersebut. Pemanggangan dilakukan dengan menggunakan
arus listrik dan shunt resistor dan berlangsung sampai distribusi
temperatur pada permukaan katoda mencapai ± 800-900 oC (±
selama 72 jam, tergantung dimensi pot dan kuat arus yang
dipakai). Selain itu metoda ini juga menggunakan coke (kokas)
sebagai media penghantar arus/panas dari anoda ke katoda dan
sebagai isolasi terhadap oksidasi.
2. Reduction Cell Fuel Bake-out atau Fuel Fired Baking atau
Thermal Preheating
Metoda kedua ini adalah metoda baking yang menggunakan
bahan bakar minyak atau gas LPG sebagai bahan bakar dan
dilengkapi dengan burner (semacam nozzle untuk
menginjeksikan nyala api/panas ke dalam pot). Gas Baking
System termasuk ke dalam kelompok metoda ini dan
menggunakan gas LPG sebagai bahan bakar di dalam prosesnya.
Pada umumnya, pabrik peleburan aluminium (alumunium smelter) di
negara maju yang krisis energi listrik banyak menggunakan metoda gas
baking pada setiap proses baking sehingga mereka tidak lagi menggunakan
Page 11
30
arus listrik pada saat baking tetapi memanfaatkan arus tersebut untuk
meningkatkan produktivitas (produksi aluminium cair). Apalagi jikasmelter
tersebut tidak memiliki fasilitas pembangkit listrik sendiri, mereka akan
cenderung menggunakan metoda gas baking untuk proses pemanggangan
pot. Hal ini disebabkan karena harganya (total cost) jauh lebih murah dan
hasilnya cukup memuaskan apabila ditinjau dari segi distribusi temperatur
pada permukaan lining pot.
PT. INALUM dari awal pengoperasiannya menggunakan metoda
electric baking untuk proses pemanggangan pot. Sejak tanggal 23~26 April
2002 dilakukan uji coba metoda gas baking dengan hasil yang cukup
memuaskan. Hingga saat ini, PT. INALUM menggunakan electric dan gas
baking system untuk pemanggangan pot. Pemilihan metoda baking
tergantung pada ketersediaan energi listrik dan LPG. Gas baking
systemyang dilakukan PT. INALUM saat ini bertujuan untuk
mempersiapkan suatu sistem restart-uppotcut-out (menghidupkan kembali
pot yang sudah mati) yang cepat, aman, dan biaya rendah dalam
mengantisipasi gangguan terhadap arus listrik untuk jangka waktu yang
lama, dimana sejumlah besar pot harus di-cut-out (dimatikan).
2.1.3 Start-up
Setelah operasi baking yang berlangsung selama 72 jam (3 hari) atau
pada akhir masa operasi baking, temperatur blok katoda sekitar 750 0C dan
siap untuk start-up. Metode start-up dibagi atas dua bagian berdasarkan
jenis pemanggangan awal (preheating) pot, yaitu :
1. Metodestart-upuntuk gas baking
a. Gas LPG dimatikan kemudian burner yang ada di dalam pot
dikeluarkan.
b. Cover yang ada disekeliling pot dibuka, kemudian arus diturunkan
sampai 130 KA.
c. Serbuk kriolit ditaburkan di sekeliling dinding pot, hal ini dilakukan
agar panas tidak banyak yang hilang.
Page 12
31
d. Dimasukkan bath cair (ladle pertama dan kedua) sebanyak ± 10 ton
kemudian Pasak Hubung Singkat (PHS) dicabut, diatur posisi busbar
anoda sehingga terjadi funken atau Anode Effect (AE) dan arus
dinaikkan kembali hingga normal.
e. Dimasukkan alumina ke dalam pot.
f. Pertahankan funken selama 10 – 15 menit dan setelah itu funken
dimatikan dengan jalan menyemprotkan udara kering ke dalam bath
cair dengan menggunakan pipa AE
g. Dimasukan bathcair (ladle ketiga) sebanyak ± 5 ton.
h. Hood ditutup seluruhnya kemudian peralatan dikembalikan ke tempat
yang telah ditentukan.
i. Setelah satu hari, dilakukan metal charging yaitu pemasukkan metal
cair ke dalam tungku sebanyak 12 ton.
j. Dicatat data-data operasi start-up.
2. Metodestart-upuntuk electric baking
a. Kokas isolasi dikeluarkan dengan menggunakan ladle kokas.
b. PHS (Pasak Hubungan Singkat) dimasukkan untuk memutus arus
listrik, alat kontrol Anode Current Distribution Device (ACDD)
dilepas dan diletakkan ditempat yang telah ditentukan.
c. Posisi busbar diatur pada 280 mm kemudian anoda diangkat ±100 mm
dan anoda diklem menggunakan ACC.
d. Dengan menggunakan motor jack posisi busbar dinaikkan ke posisi
100 mm.
e. Kokas dasar didorong kebagian sisi panjang arus masuk dengan
menggunakan sapu kokas yang dibantu dengan forklift putar dan kokas
dasar dihisap dengan ladlekokas sampai habis.
f. Busbar diturunkan ke posisi 360 mm kemudian arus diturunkan
sampai 130 KA.
g. Dimasukkanbath cair (ladle pertama dan kedua) ±10 ton yang diambil
dari pot penyedia bath lalu dituang ke dalam pot dengan menggunakan
ladlebath.
Page 13
32
h. PHS dicabut dan posisi busbar diatur hingga terjadi Anoda Effect (AE)
dan arus dinaikkan kembali hingga normal.
i. Dimasukkan sodium karbonat dan alumina ke dalam pot.
j. Funken dipertahankan selama 10 - 15 menit dan setelah itu funken
dimatikan dengan jalan menyemprotkan udara kering ke dalam bath
cair dengan menggunakan pipa AE.
k. Bath cair (ladle ketiga) sebanyak ± 5 ton dimasukkan ke dalam pot.
l. Hood ditutup seluruhnya kemudian peralatan dikembalikan ke tempat
yang telah ditentukan.
m. Setelah satu hari, dilakukan metal charging yaitu pemasukan metal
cair kedalam pot tersebut sebanyak 12 ton dan dicatat data-data yang
diperlukan
2.1.4 Transisi
Transisi adalah masa peralihan dari start-up menuju operasi normal.
Selama transisi, komposisi bath, tinggi metal dan tinggi bath, harus dijaga
sesuai dengan standarnya. Pada masa transisi ini, terjadi pembentukan kerak
samping yang berguna sebagai pelindung dinding samping dari serangan
bath yang korosif. Pada akhir masa transisi, heat balance di dalam pot
diharapkan sudah stabil. Meskipun masa transisi hanya berlangsung 35 hari
pengaruhnya terhadap umur dan kestabilan pot cukup besar.
2.1.5 Operasi Normal
Saat memasuki operasi normal kondisi pot diharapkan sudah stabil.
Pekerjaan-pekerjaan utama yang biasa dilakukan antara lain:
a. Penggantian anoda dan penaikanbusbaranoda
Anoda di dalam pot berjumlah 18 buah, dengan masa pakai tiap
anoda 28 hari. Agar tegangan pot tetap stabil, penggantian anoda harus
diatur, tiap harinya 1 anoda yang boleh diganti. Untuk anoda pojok (A, H
dan J atau 18, 1 dan 9), 1 hari berikutnya tidak ada penggantian anoda.
Page 14
33
Busbar anoda adalah batangan aluminium penghantar listrik, tempat
menjepitkan rod anoda. Busbar anoda dapat bergerak turun naik
menggerakkan seluruh anoda. Karena dilakukan metal tapping setiap 4 shift,
maka busbar anoda akan turun. Secara berkala (± 14 hari sekali) busbar
anoda harus dinaikkan pada posisinya semula. Pada saat ini penggantian
anoda dan penaikan busbar ini dilakukan dengan bantuan ACC (Anode
Changing Car).
Gambar II.4 Nomor anoda dari tap ke duct
Tabel II.1 Jadwal penggantian anoda
b. Pengambilan metal cair (metal tapping – MT)
Metal cair hasil proses produksi, setiap hari diambil dengan dihisap
dengan menggunakan ladlemetal yang digantungkan pada ACC. Banyaknya
metal yang diambil dari setiap pot disesuaikan dengan tinggi metalnya dan
kondisi pot itu sendiri, besarnya ± 1,4 ton perhari atau 1,8 – 1,9 ton per 32
jam..
c. Pemasukan material
AlF3 merupakan aditif yang dimasukkan setiap hari, untuk
mengimbangi penguapan gas fluorida dan menjaga komposisi bath tetap
Page 15
34
stabil. Fungsi utamanya menurunkan temperatur bathcair, sehingga pot bisa
dioperasikan pada temperatur yang lebih rendah. Pemasukan AlF3 ke dalam
pot, dilakukan dengan AlF3 car.
d. Pemecahan kerak tengah dan pemasukan alumina
Pemecahan kerak tengah dilakukan oleh blade, sedangkan
pemasukan alumina ke dalam bath sebanyak kira-kira 20 kg dilakukan
melalui gate alumina di bagian tengah pot. Pekerjaan ini dikontrol secara
kontinyu oleh komputer.
e. Pengontrolan voltage dan penanggulangannoise
Agar temperatur pot tetap terjaga, maka tegangan pot yang
sebanding dengan energi input perlu dikontrol terus menerus. Pekerjaan-
pekerjaan di atas dikontrol oleh komputer.
f.Pengukuran parameter
1) Pengukuran tinggi bath (s) dan tinggi metal (m) dan metal clear
(mc)
Tinggi bath, metal dan metal clear diukur setelah pengisapan
metal (metal tapping) dan dilakukan oleh shift berikutnya.Standar
tinggi bath cair (s) rata-rata saat ini 21.5 cm. Bila tinggi bath cair
(s) ≥ 24 cm, maka bath cair (s) harus dikeluarkan (ditimba manual
dengan kereta bath) dan sebaliknya bila tinggi tinggi bath cair (s)
≤ 17 cm, masukkan bath cair. Sedangkan untuk standar tinggi
metal cair (m) saat ini adalah 25 cm.
2) Pengukuran keasamanbathdan kandungan CaF2
Keasaman bath dinyatakan dengan kelebihan kandungan AlF3 di
dalam bath, satuannya persen AlF3. Untuk CaF2 satuannya persen
CaF2. Pengukuran kedua parameter ini dilakukan dua kali per
minggu.
3) Pengukuran kemurnian metal(kadar silika dan Fe)
Pengukuran kemurnian metal setiap pot dilakukan dua kali per
minggu. Sedangkan untuk metal yang akan ditapping, kemurnian
Page 16
35
metal dihitung di bagian casting sebagai TPM (Total Produk
Managemen) untuk setiap pot.
4) Pengukuran distribusi teganganpot, tinggi lumpur dan
jumlahmetal
Pengukuran-pengukuran di atas dilakukan secara random satu pot
per block satu kali perbulan, berguna untuk mengetahui kondisi
pot secara umum.
5) Pengukuran temperatur bath
Temperatur bath diukur 5 kali seminggu, berguna untuk
mengetahui rata-rata temperatur pot dan sebagai pemasukan AlF3.
2.1.6 CutOut Pot
Cut out atau mematikan pot dilakukan bila kondisi pot sudah
memburuk dan tidak memungkinkan untuk dioperasikan lagi. Tanda-tanda
pot mulai memburuk diantaranya:
a) Kadar Fe atau Si dalam metal cair naik dan tidak bisa diturunkan
kembali
Bila blok katoda retak atau berlubang, baja kolektor bar di bawah
blok katoda dapat tererosi dan larut di dalam metal cair, menyebabkan
kandungan Fe di dalam metal cair naik. Demikian pula bila dinding samping
tererosi, Si yang terkandung di dalam bata isolasi akan larut, sehingga
kandungan Si di dalam metal aluminium naik, menyebabkan kualitas metal
yang dihasilkan turun. Bila erosi dan lubang yang terjadi ini tidak bisa
ditanggulangi dengan baik, pot bisa mengalami kebocoran.
b) Operasipotyang sulit
Bila noise sulit dikendalikan, temperatur dan tegangan pot sering
naik dan sulit diturunkan, AE yang timbul sulit dihentikan, operasi manual
banyak dilakukan sehingga memberatkan operator maka pot tersebut bisa
dikatakan sulit dioperasikan. Kondisi seperti ini biasanya terjadi pada pot
tua yang lumpurnya tinggi.
Page 17
36
Dengan memakai alat Pasak Hubung Singkat (PHS) arus listrik ke
pot yang dicut out diputuskan. Pot yang mati ini selanjutnya direkonstruksi
sehingga di waktu mendatang bisa dioperasikan kembali.
2.2 Diagram Alir Bahan Baku
Bahan-bahan untuk keperluan produksi aluminium didatangkan melalui
pelabuhan. Bahan-bahan tersebut adalah alumina, hard pitch, kokas (petroleum
coke). Alumina akan dimasukkan ke dalam silo alumina yang berkapasitas 20.000
ton per silo dan ada 3 silo yang tersedia yakni silo A, B dan C. Untuk pembuatan
anoda karbon kokas dimasukkan ke dalam silo kokas dan hard pitch dikirim ke
pitchstorage house. Pengiriman bahan-bahan tersebut menggunakan belt
conveyor.
Alumina yang berada di dalam silo alumina kemudian dibawa ke
dryscrubber system (DSS) menggunakan sistem air slide untuk direaksikan
dengan gas HF yang merupakan gas hasil operasi pot.Dry scrubbing system ini
adalah sebuah sistem untuk mengurangi kadar gas HF sebelum dilepaskan ke
udara bebas melalui cerobong gas cleaning system. PT.INALUM menetapkan
standar pelepasan gas buang HF sebesar 1 mg-F/Nm3 dari 10 mg-F/Nm3 yang
ditetapkan pemerintah. Hasil dari reaksi ini adalah reacted alumina yang langsung
disimpan dalam reacted alumina bin (RA Bin). Dan reacted alumina nantinya
akan dicampur dengan return crust di bath material mixing center (BMMC) yang
menghasilkan mixed alumina. Kemudianmixed aluminadibawa ke day bin
menggunakan belt conveyor. Proses ini disebut gas cleaning. Dengan
menggunakan anode changing crane (ACC) dari day bin, mixed alumina
didistribusikan ke setiap pot dengan memasukkannya ke hopper pot yang nantinya
secara berkala akan diumpankan ke pot reduksi.
Kokas yang ada di dalam silo kokas akan dicampur dengan butt (puntung
anoda) dan akan mengalami pemanasan. Kemudian dicampur dengan hard pitch
yang berfungsi sebagai perekat. Campuran ketiga bahan ini akan dicetak
menggunakan shaking machine di anode green plant dan selanjutnya mengalami
Page 18
37
pemanggangan pada baking furnace. Hasilnya adalah anode block di anode
baking plant.
Blok-blok anoda kemudian akan dipasangi tangkai (anode asssembly) di
anode rodding plant. Anoda tersebut kemudian akan dikirimkan ke anode baking
plant untuk dipanggang. Setelah itu barulah dikirim ke reduction plant dengan
anode transport car (ATC) untuk keperluan proses elektrolisis alumina menjadi
aluminium. Setelah ± 28 hari anoda diganti dan sisa-sisa anoda (butt) dibersihkan.
Butt ini kemudian akan dihancurkan dan dimasukkan ke silobutt. Butt kemudian
dipakai kembali (recycle) sebagai bahan pembuatan anoda bersama kokas dan
pitch.
Pada tungku reduksi akan terjadi proses elektrolisis alumina. Aluminium
cair yang dihasilkan pada tungku kemudian dibawa ke casting shop menggunakan
metal transport car (MTC). Di casting shop, aluminium cair dimasukkan ke
holding furnace, lalu dituangkan ke casting machine untuk dicetak menjadi ingot
aluminium dengan berat masing-masing ingot berkisar 22,7 kg (50lbs).
Page 19
38
Gambar II.5 Aliran proses aluminium PT. INALUM
2.2.1 Spesifikasi Bahan Baku
2.2.1.1 Bahan Baku Utama
Bahan baku utama dalam proses elektrolisis aluminium di
PT. INALUM sebagai berikut:
1. Alumina
Alumina (Al2O3) diperoleh dari pengolahan bijih bauksit
(Al2O3.H2O)dengan proses Bayer.Proses bayer terdiri dari tiga tahap
reaksi yaitu:
1. Ekstraksi
Al2O3.xH2O + 2NaOH 2 NaAlO2 + (x +1)H2O...(4.1)
2. Dekomposisi
2NaAlO2 + 4 H2O 2 NaOH +Al2O3.3H2O.....(4.2)
3. Kalsinasi
Al2O3.3H2O + kalor Al2O3+ H2O...............…(4.3)
Pada proses kalsinasi akan dihasilkan jenis alumina sandy
jika operasi berlangsung pada temperatur rendah dan jenis alumina
floury untuk operasi pada temperatur tinggi. PT. INALUM
mengimpor alumina dari negara Australia. Spesifikasi alumina yang
dipakai PT. INALUM untuk peleburan aluminium dipaparkan pada
tabel 4.2
Tabel II.2 Spesifikasi Alumina
Page 20
39
2.
Anoda
Karbon
Anoda karbon berfungsi sebagai reduktor dalam proses
elektrolisis alumina. Anoda karbon diproduksi pada pabrik karbon
(carbon plant). Komposisi karbon terdiri dari 60% petroleum coke,
15% hard pitch, dan 20% butt(puntung anoda). Sifat-sifat anoda
karbon yang dipakai adalah sebagai berikut :
1. Tahan terhadap perubahan panas (thermal shock)
sehingga tidak mudah retak saat beroperasi pada
temperatur tinggi.
2. Angka muai panas yang rendah agar anoda sulit terlepas
dari tangkai anoda pada temperatur tinggi.
3. Memiliki konduktivitas panas tinggi agar segera
mencapai temperatur tinggi pada proses pemanasan
(baking).
Item Satuan Spesifikasi
Loss on Ignition (300-1000C) % 0,90 maks
SiO2 % 0,015 maks
Fe2O3 % 0,012 maks
TiO2 % 0,005 maks
Na2O % 0,400 maks
CaO % 0,030 maks
Al2O3 (dalam keadaan kering) % 98,70 maks
Spesific Surface Area m2/g 60 – 80
Particle Size
+ 100 mesh % 2,0 maks
+ 150 mesh % 22-35 maks
- 325 mesh % 8,5 maks
Water Contents 110oC % 0,76 maks
Tamped Density Gr/cc 1,2 maks
Untamped Density Gr/cc 1,0 maks
Angle of Repose Deg 33 maks
Page 21
40
4. Konduktivitas listrik tinggi (0,0036-0,0091 Ohm.cm)
agar aliran listrik efektif.
2.2.1.2 Bahan Baku penunjang
Bahan baku penunjang dalam proses elektrolisis aluminium
di PT. INALUM sebagai berikut:
1. Kriolit
Kriolit dapat mengandung CaF2 dan AlF3 yang dapat
membentuk kriolit Na3AlF6. Sifat-sifat yang diperlukan untuk kriolit
adalah:
1. Temperatur kristalisasi primer rendah.
2. Konduktivitas listrik baik.
3. Stabil dalam keadaan cair
4. Dapat melarutkan alumina dalam jumlah yang besar.
5. Berat jenis atau densitasnya lebih kecil dari pada
alumnium, sehingga aluminium akan mengendap di
bawah, atau terpisah dari bath.
Untuk memperbaiki sifat kriolit tersebut, bath biasanya
ditambah dengan beberapa bahan tambahan seperti fluorida, alkali
metal, AlF3 dan CaF2. Kriolit berfungsi sebagai larutan elektrolit
dalam proses elektrolisis alumina.
2. Aluminium Fluorida
Aluminium fluorida berfungsi menjaga keasaman bath dan
merupakan bahan yang dituangkan secara manual jika kekurangan
AlF3 di dalam bath. Spesifikasi AlF3 yang digunakan tercantum pada
tabel 4.3
Tabel II.3 Spesifikasi Aluminium Fluorida
Item Unit Spesifikasi
AlF3 % 93 Min
SiO2 % 0,25 Max
P2O5 % 0,02 Max
Page 22
41
Fe2O3 % 0,07 Max
Moisture (Water Content)
Loss of Ignition 300-1000 oC
%
%
0,35 Max
0,85 Max
Bulk density (untamped ) gram/cc 0,7 Min
Particle Size (Tyler Mesh) Typical
+ 150 mesh % 25 – 60
+ 200 mesh % 50 – 75
+ 320 mesh % 75 min
3. Soda Abu (Na2CO3)
Soda abu berfungsi memperkuat struktur katoda dan
dinding samping agar sulit tererosi. Lapisan dinding samping dengan
Na2CO3dilakukan pada tahap start-uppotuntuk membantu proses
pembentukan kerak samping. Selain mencegah erosi oleh bath, soda
abu juga berfungsi sebagai isolasi termal. Adapun spesifikasi soda
abu yang digunakan tercantum pada tabel 4.4
Tabel II.4 Spesifikasi Soda Abu
Komposisi Loss on
Ignitation
( Lo I )
Fe2O3 NaCl Isoluble
Water
Na2CO3 App.
Density
(gr/cm3)
Unit
Kemurnian 1,0 max. 0,01max 0,5 max 0,2 max 99,0 min 1,0 min %
2.2.2 Distribusi Bahan Baku Produksi
Distribusi bahan bakuproduksi ditangani oleh gas cleaning dan
transportasi. Gas cleaning berperan sebagai pembawa bahan baku utama
yaitu alumina ke dalam pot reduksi dan menurunkan kadar gas HF hasil
proses di potreduksi sebelum dilepaskan ke udara bebas. Fasilitas utama di
gas cleaning sebagai berikut:
1. Fresh Alumina Handling System
Page 23
42
Sistem ini menangani penyimpanan fresh alumina di dalam silo
alumina dan pengirimannya ke Dry Scrubbing System (DSS).
Banyaknya alumina yang dikirimkan diukur dengan flowmeter.
2. Dry Scrubbing System
Sistem ini berfungsi menyaring debu dan mengadsorbsi gas
fluorida yang berasal dari pot reduksi. Fresh alumina dari silo,
dialirkan melalui air slide ke dalam reaktor dan direaksikan dengan
gas buang dari pot reduksi. Gas ini diisap dari pot reduksi dengan
menggunakan main exhaust fan. Debu dan alumina yang bereaksi ini
kemudian disaring di dalam bag filter. Udara yang sudah bersih
dibuang ke atmosfer melalui exhaust stack.Untuk menjaga tekanan
di dalam bag filter stabil, alumina dan debu yang menempel di kain
bag filter perlu dihembus secara periodik dengan udara bertekanan
rendah yang diatur melalui dumper. Udara ini berasal dari reverse
flow fan. Alumina yang jatuh kemudian ditampung di dalam hopper
bag filter, dialirkan dan disirkulasikan kembali ke dalam reaktor
untuk bereaksi kembali dengan gas buang. Dengan cara demikian,
kontak antara gas buang dengan alumina di dalam reaktor lebih
efektif.Setelah reaksi adsorbsi selesai melalui sistem overflow,
alumina dari hopper bag filter dikeluarkan dan dialirkan memakai
air slide menuju bin reacted alumina.
3. Reacted Alumina Handling System
Sistem ini menangani penyimpanan sementara reacted alumina di
bin reacted alumina.Reacted alumina kemudian dialirkan menuju
Bath Material Mixing Centre (BMMC)yang berfungsi untuk
mencampur reacted alumina dengan return crust (crust: bath beku:
dross). Campuran alumina dan return crust kemudian disimpan
sementara di day-bin melalui belt conveyor. Campuran ini
selanjutnya digunakan di pot reduksi sebagai bahan baku.
Page 24
43
Gambar II.6 Alur Distribusi Alumina
Transportasi bertugas sebagai pembawa bahan baku penunjang
proses produksi(auxiliary material). Tugas dari transportasi sebagai berikut:
1. Pembuatan rencana pemakaian anodeassembly
Jadwal pemakaian anoda terdiri atas 2 (dua) macam yaitu:
a. Jadwal pemakaian anoda harian yang dipergunakan sebagai kertas
kerja setiap shift.
b. Jadwal pemakaian anoda bulanan yang akan dikirim ke rodding setiap
bulannya. Untuk antisipasi jika terjadi trouble atau overhaul di
Rodding Plant maka harus disediakan stok 700-1000 buah anode
assembly untuk kebutuhan 2-3 hari.
Pemakaian anoda berdasarkan dari jumlah potyang beroperasi dan AC
cycle yang ditentukan dalam AMP (Annual Monthly Planning).
2. Pengisian AlF3 ke dalam pot reduksi
Pengisian AlF3 ke pot bertujuan untuk memenuhi kebutuhan AlF3 pada
tungku reduksi sesuai permintaan pot operasi. Pelaksanaan distribusi
AlF3 ke pot dilakukan pada shift 3 dan shift 1. Pengisian AlF3 dari Bin S-
51 ke dalam hopper AF Car selalu dilakukan pada shift 2 setiap harinya,
namun apabila diperlukan dapat juga dilakukan pada shift 3 atau shift 1.
Page 25
44
3. Pengelolaan Recycle Material
Recycle material adalah material-material bukan metal yang dihasilkan
dari operasi yang dihasilkan dari operasi reduksi sebagai berikut:
a. Butt crust yaitu kerak yang menempel pada butt anoda. Pengiriman
butt crust secara otomatis diangkut ke Roddingbersamaan dengan
pengangkutan butt anoda.
b. Solidified bath yaitu kriolit yang sudah dibekukan. Bath diambil dari
dalam pot, jika sudah melebihi standard ketinggian yang ditentukan.
Solidified bathdipecah dengan ukuran ± 50 mm di simpan di Bath
Center (BC). Digunakan sebagai bath beku yang dibutuhkan pot
operasi, untukpot penyedia bath, pot transisi, dan pot abnormal.
c. Rand crust yaitu kerak yang berasal dari sisi samping pot yang jatuh
saat penggantian anoda dan kerak yang berasal dari pembongkaran
pot. Rand crust dikumpul dan dikirim ke Rodding untuk di crushing
dan dikembalikan ke pot dalam bentuk return crust melalui belt
conveyor masuk silo S-53.
d. Fallen anode yaitu sompelan (pecahan) anoda yang dikeluarkan dari
pot saat penggantian anoda. Fallen anode dan carbon dust
dikumpulkan untuk diminta pembuangannya melalui seksi SMB.
e. Ladle dross yaitu kerak yang masih mengandung metal aluminium
dari hasil pembersihan ladel. Sebelumnya dipisahkan antara dross dan
metal beku. Dross yang telah dibersihkan dikumpulkan LCS
laludiambil oleh TRP untuk dibawa ke Rodding sebagai bahan
campuran return crust.
f. Debu alumina yaitu debu yang disapu dan dikumpulkan oleh sweeper
car dari lantai gedung reduksi diangkut untuk dimasukkan ke dalam
pot.
2.3 Proses Elektrolisis
2.3.1 Reaksi Penangkapan Gas HF
Page 26
45
Gas HF dapat terbentuk selama proses elektrolisis. Reaksi
pembentukan gas HF adalah sebagai berikut:
Na3AlF6(l) + 3/2 H2 Al(l) + 3NaF(l) + 3HF................(4.4)
Potensial listrik 1,53 volt pada suhu operasi. Gas HF juga dapat
terbentuk melalui reaksi:
2AlF3(l) + 3H2O Al2O3(l) + 6HF..........................(4.5)
Gas HF selanjutnya akan bereaksi dengan alumina (Al2O3).
Gambar II.7 Reaksi Penangkapan Gas HF
Keterangan :
Reaksi (1) : adsorbsi HF pada permukaan alumina
Reaksi (2) : reaksi kimia antara HF dan Al2O3 menghasilkan
aluminiumfluorida (AlF3) dan H2O
Reaksi difusi : reaksi difusi ion flour ke dalam alumina dan
menghasilkan AlF3
2.3.2 Reaksi Anodik
Dalam proses elektrolisis reaksi yang dapat terjadi pada anoda
adalah:
C(s) + O2 (g) CO2 (g)......................................................(4.6)
2C(s) + O2(g) 2CO(g)....................................................(4.7)
Jika pada potensial sel elektrolisis lebih besar dari 1,02 volt maka reaksi
yang dapat terjadi:
Al2 O3 (sat) + 3C (s) 4Al (l) + 3 CO2(g).........................(4.8)
Page 27
46
2.3.3 Reaksi Katodik
Reaksi yang dapat terjadi di sekitar katoda adalah dekomposisi ion
AlF3 dari kriolit menjadi ion Al3+ dan F-:
Na3AlF6 3NaF + AlF3.......................................................(4.9)
AlF3Al3+ + 3F-…………………...................................(4.10)
Reaksi Al3+:
Al3+ + 3 e-Al (l).................................................................(4.11)
Dan reaksi antara natrium dan kriolit dengan Al:
Al (l) + 3 Na+3Na + Al3-...................................................(4.12)
2.3.4 Reaksi Utama Elektrolisis Alumina
Al2O3 yang didapatkan dicampur dengan Na3AlF6 dan kemudian garam
lelehnya dielektrolisa.Reaksi dalam sel elektrolisa itu rumit.Kemungkinan
besar awalnya Al2O3 bereaksi dengan Na3AlF6 dan kemudian reaksi
elektrolisa berlangsung.
Al2O3+4AlF63-→3Al2OF6
2-+6F-.........................................(4.13)
Reaksi elektrodanya adalah sebagai berikut:
Elektroda positif:2Al2OF62-+12F-+C→4AlF6
3-+CO2+4e-........(4.14)
Elektroda negatif:AlF63-+3e-→Al+6F-..........................................(4.15)
Reaksi keseluruhan pada industri elektrolisis alumina dengan
menggunakan anoda karbon adalah sebagai berikut :
2Al2O3 (l) + 3C (s) 4 Al (l) + 3CO2 (g).......................(4.16)
Reaksi ini berlangsung pada temperatur sekitar 977oC, beda potensial 1,18
volt.
Mekanisme reaksi yang paling sering terjadi adalah reduksi Al2O3
secara langsung dengan reaksi :
Al2O32Al 3++ 3O2-.............................................................(4.17)
Reaksi katodik :
Al3+ + 3 e-3 Al.................................................................(4.18)
Al akan mengalami reduksi dan tertarik menuju kutub katoda dan
mengendap sebagai molten metal.
Page 28
F B
I
Blok katoda
kerak
arus
(medan magnetik)
(arus listrik)
(gaya magnetik)
47
Reaksi anodik :
2 O2-O2 + 4 e-..................................................................(4.19)
Oksigen akan mengalami oksidasi sehingga tertarik ke arah kutub anoda
dan bereaksi dengan anoda (karbon) dan menjadi gas CO2, berikut adalah
reaksinya :
C + O2CO2......................................................................(4.20)
Reaksi di atas adalah reaksi utama, reaksi ini tidak mengabaikan fakta
bahwa Na mengendap pada katoda
2.3.5 Gaya Magnetik
Adanya arus searah dan medan magetik yang timbul oleh susunan
pot akan menimbulkan gaya magnetik. Gaya magnetik tersebut akan
menimbulkan pergerakan dan konversi aluminium cair di dalam pot.
Gambar II.8 Gaya Magnetik Pada Tungku Reduksi
Intensitas gaya magnetik ditentukan oleh distribusi metal pada
katoda dan komponen arus horizontal pada katoda. Untuk menghilangkan
arus horizontal adalah dengan membuat kerak samping.
(a) (b)
Page 29
48
Gambar II.9 Pengaruh kerak samping pada arah aliran arus (a) tanpa
kerak samping (b) dengan kerak samping
2.3.6 Efisiensi Arus (Current Eficiency)
Efisiensi arus adalah persentase perbandingan antara aluminium
aktual yang dihasilkan dengan aluminum yang dihasilkan secara teoritis.
Current Efficiency (CE) = P rod uk Elektrolisis AktualP rod uk Elektrolisis Teoritis
x 100 %
.....................(4.21)
Efesiensi arus rata-rata pada industri aluminium sekitar 85-
94%.Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi arus adalah sebagai
berikut :
1. Temperatur operasi
Temperatur operasi yang tinggi mempercepat laju reaksi
kabut metal denganCO2 :
2Al + 3CO2Al2O3…………………….............(4.22)
Hal ini menurunkan viskositas bath dan meningkatkan
turbulensi aliran bath.
2. Jika sel dioperasikan pada jarak interpolar yang dekat maka
transfer kabut metal dari katoda ke anoda meningkat.
3. Komposisi bath
Elektrolit yang banyak mengandung sodium fluorideakan
meningkatkan CE karena bathseperti ini biasanya mengandung
AlF3, LiF, MgF2 dan CaF2 adalah aditif yang dapat menaikkan
CE. Konsentrasi AlF3 yang tidak sesuai pada bathakan
menurunkan CE.
4. Rapat arus (current density)
Rapat arus yang tinggi akan menaikkan CE, karena kuantitas
metal (aluminium) hilang yang terlarut ke bath tidak
meningkat secara proporsional terhadap rapat arus. Persamaan
empirik untuk menghitung efisiensi arus adalah :
Page 30
49
= k
1d . m
......................................................................(4.23)
= efisiensi arus (%)
m = jarak anoda - katoda (cm)
d = rapat arus (A/cm2)
k = konstanta
k = 0,698: bath kelebihan AlF3
0,550 :bathnetral AlF3
0,388 :bath kelebihan NaF
2.3.7 Konsumsi Energi
Proses elektrolisis ini mengikuti hukum faraday, yaitu 96500
Coulomb menghasilkan 9 gram aluminium.
Produksi aluminium mengikuti persamaan :
P = 0,3354 . I. η. 10-5............................................................... (4.24)
Dengan :
P = produksi aluminium (kg)
I = arus listrik (A)
H = waktu (jam)
η = efisiensi arus (%)
Energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan aluminium
W= I. V . H . 10-3......................................................................(4.25)
Dengan :
W= energi yang dibutuhakan (kWh)
V = voltage operasi pot (volt)
Sehingga energi yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 ton
aluminium:
QDC =W/P = I.V.H.10-3/0.3354.I.H.η.10-5.10-3.........................(4.26)
QDC = V.10-5/ 0.3354. η ...........................................................(4.27)
2.3.8 Efek anoda (Anode Effect)
Page 31
50
Efek anoda atau funken adalah peristwa naiknya tegangan listrik
pot secara tiba-tiba sampai >10 volt karena kandungan alumina di dalam
bath terlalu rendah (≤ 1%). AE dapat dihentikan dengan menambahkan
alumina ke dalam bath sambil menurunkan anoda, sehingga gas-gas di
bawah anoda dapat keluar. Sistem proses komputer akan secara otomatis
mengindentifikasi keadaan ini untuk kemudian melakukan pengatasan
untuk menghentikan AE tersebut. Namun jika sistem ini gagal melakukan
pengatasan maka sistem akan memberikan peringatan agar penghentian
AE dilakukan dengan cara manual. Pada proses elektrolisa kandungan
alumina di dalam bathakan turun dibawah 1%. Pada keadaan ini
menyebabkan terbentuknya flourin bebas yang akan bereaksi dengan
carbon pada anoda sehingga tebentuk gas perflourocarbon (PFC) yaitu
(CF4) dan C2H6. Pada permukaan anoda lapisan ini akan menghalangi
aliran arus. Selain itu menurunnya kadar alumina di dalam bathakan
menyebabkan elektrolit berhenti membasahi anoda dan gelembung-
gelembung gas akan bebas berkumpul di permukaan anoda. Bila lapisan
ini pecah akan timbul nyala busur listrik. Kejadian seperti ini disebut
dengan efek anoda yaitu terhambatnya aliran arus dari anoda ke katoda.
Efek anoda (funken) akan mengakibatkan peningkatan tegangan
permukaan pada anoda atau lapisan elektrolit berada pada kerapatan arus
kritis. Selain itu kekentalan juga mempengaruhi terjadinya efek anoda
karena gelembung gas pada anoda sulit bergerak ke luar. Kekentalan yang
tinggi terjadi karena rendahnya temperatur operasi.
Gambar II.10 Proses pembentukan gas anoda
Page 32
51
2.4 Ladle Cleaning Shop( LCS )
Pekerjaan utama di LCS adalah :
1. Membersihkan bagian dalam ladle.
Tujuannya adalah mengeluarkan dross dari dalam ladlemetal yang over
weight meliputi bagian dinding dan spout nozel (discharge
nozzle)dengan menggunakan konkrit breaker. Dan juga melakukan
pemeriksaan batu tahan api dan bagian-bagian dari ladle.
2. Mengganti nozel
Pekerjaan ini bertujuan untuk membongkar dan mengganti nozel
ladlemetal yang mengalami masalah atau tersumbat sewaktu operasi
metaltapping.
3. Membersihkan nozel
Pembersihan ini menggunakan chipper udara untuk mengeluarkan dross
dalam nozel. Metal yang ada di dalam nozel dikeluarkan dengan
membakarnya di dalam dapur berkapasitasmenggunakan LPG selama
7-8 jam. Kapasitas per dapur maksimum 26 nozel.
4. Assembly ladle
Penggabungan badan ladle, tutup ladle dan nozel ladel menjadi satu
bagian utuh. Badan ladle yang sudah dicleaning akan digabung kembali
dengan tutupnya, lalu ditest vakummya (standar > 500 mmHq)
kemudian Nozel 2 – Nozel 4 disambungkan ke ladle tersebut.
Ladle dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
1. MT ladle, yang berfungsi untuk menghisap molten aluminium dari pot
2. Bathladle, yang berfungsi untuk menghisap bath dari pot yang telah
ditentukan untuk keperluan start-up.
3. Coke ladle, yang berfungsi untuk menghisap kokas yang telah
digunakan pada saat baking sebelum pot di start-up.
Klasifikasi jenis ladle di atas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel II.5 Jumlah ladle
Page 33
52
No Ladle Jlh. Vacum Kapasitas Tekanan
1 MT ladle 56 > 500 mmHg/2 menit 7.5 Ton/unit 7 Kg/Cm2
2 Bathladle 3 > 450 mmHg/1 menit 6 Ton/unit 7 Kg/Cm2
3 Coke ladle 3 > 450 mmHg/0.5 menit 2 Ton/unit 7 Kg/Cm2
2.5 Transportasi
Kendaraan yang dipakai di gedung peleburan adalah sebagai berikut :
1. Anode Changing Crane (ACC)
ACC dianggap sebagai kendaraan. ACC berfungsi untuk mengganti
anoda, metal tapping, pengisian alumina (dari day bin ke pot),
pemecahan kerak (breaking), dan lain-lain.
2. Traverser
Traverser dianggap juga sebagai kendaraan dan berfungsi untuk
membawa ACC apabila mau dipindahkan ke pot line yang lain.
3. Metal Transport Car (MTC)
MTC berfungsi sebagai mobil pengangkut ladle metal dari pot operasi
ke bagian casting. Pengontrolan mobil ini dilakukan oleh SCA.
4. Anode Transport Car (ATC)
ATC digunakan untuk membawa anoda dari gedung karbon ke pot
operasi dan membawa anoda bekas (butt) dari gedung peleburan ke
gedung karbon. Pengontrolan mobil ini dilakukan oleh SCP.
5. Mobil Aluminium Fluorida (AF Car )
Mobil Aluminium Fluorida digunakan untuk mengangkut aluminium
fluorida ke tungku reduksi dan memasukkannya ke dalam pot.
6. Forklift ( F )
Forklift dapat digunakan untuk mengangkut barang-barang dan material
ke pot operasi atau daerah kerja lainnya.
7. Shovel car ( S )
Page 34
53
Shovel car berfungsi untuk mengangkut kerak atau dross dari gedung
reduksi ke Bagian Rodding.
8. Truk besar
Untuk mengangkut katoda blok ke pot operasi dan mengangkut cell
untuk rekonstruksi pot.
9. Motoruc
Motoruc berfungsi untuk membawa sampel metal serta barang-barang
kecil untuk keperluan operasi pot.
10. Mobil penyapu ( Sweeper Car / SW )
Mobil penyapu digunakan untuk membersihkan debu-debu yang
tersebar pada lantai gedung peleburan.
11. Sepeda
Kendaraan yang digunakan dari stasiun ke kantor atau sebaliknya.
Perawatan dan pemeliharaan semua jenis kendaraan yang digunakan di
gedung peleburan dilakukan secara berkala sesuai dengan jadwal bulanan
(monthly schedule) yang sudah diatur berdasarkan pertimbangan keadaan
kendaraan pada bulan sebelumnya. Jika kendaraan yang dipergunakan di bagian
peleburan mengalami kerusakan maka seksi SRP akanmengkoordinasikannya ke
bagian SGM untuk diperbaiki.
2.6 Sistem Kontrol Pot Reduksi
Kondisi pot bersifat dinamis dan bisa berubah-ubah setiap saat. Kondisi pot
di lapangan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : temperatur, keasaman bath,
tegangan pot, jarak anoda-katoda, tinggi metal dan bath dalam pot, gerakan metal
karena gaya magnetik busbar, arus, dan sebagainya. Oleh sebab itu diperlukan
sebuah sistem kontrol yang dapat menjaga kondisi pot agar selalu berada dalam
keadaan stabil.
Selain menjaga agar kondisi pot tetap stabil diperlukan juga sistem
pencatatan kondisi pot setiap saat sehingga pot tersebut dapat dianalisa dan
diprediksi keadaannya pada waktu yang akan datang. Pekerjaan-pekerjaan
Page 35
54
tersebut dilakukan dengan menggunakan Sistem Kontrol Proses atau Process
Computer (Procom).
2.6.1 Arsitektur Sistem Kontrol
Arsitektur sistem kontrol PT. INALUM saat ini adalah Semi
Desentralisasi, yang dibagi menjadi 3 level, yaitu:
1. Level 1 : Control Network
Sistem pengendalian proses pot terjadi pada level ini. Sistem ini
terdiri dari suatu unit kontrol berupa komputer/mikrokontroler, sensor
voltage, arus dan posisi beam dan aktuator berupa motor penggerak beam,
breaker dan suplai alumina (hopper gate).
2. Level 2 : Supervisory Network
Pada level ini, terdapat suatu sistem supervisi alat kontrol level-1
yang bertugas mengumpulkan data dari alat kontrol (berupa kondisi dan
kinerja pot), menyediakan antarmuka (interface) bagi personil untuk
melakukan intervensi parameter dan mengirimkan order perubahan
parameter ke alat kontrol.
3. Level 3 : Business Network
Level ini merupakan jaringan komputer bisnis yang berada diluar
sistem komputer proses. Sistem supervisi menyediakan data ke Level-3
untuk diproses lebih lanjut dalam hal pembuatan laporan dan sebagainya.
Firewall
FRONT-END SERVER
BACK-END SERVER
Reduction PC
LEVEL-2 HOST
Lab WS(1 unit)
INALUM LAN
LEVEL-2 LAN
Bitbus Gateway
LEVEL-1 Network
Casting WS(1 unit)
Reduction WS(16 units)
Maintenance WS(1 unit)
Carbon PCCarbon PC Other PC
Peripherals
Page 36
55
Gambar II.11 Skema arsitektur sistem kontrol di PT. INALUM
2.6.2 Fungsi Setiap Level
Fungsi setiap levelnya adalah sebagai berikut:
1. Level 1: Control Network
Sebuah unit PCU dapat mengontrol 2 pot secara bersamaan dan
antarmuka manusianya memungkinkan petugas lapangan mengetahui
dengan cepat kondisi Pot, PCU dan memberikan masukan untuk operasi
rutin di lapangan dan proses perawatan.
PT. INALUM memiliki total 224 PCU yang mengontrol 510 pot. PCU
ditempatkan dekat dengan bagian duct Pot dan terhubung dengan sensor-
sensor dan aktuator pot
Secara umum, fungsi dari PCU antara lain:
a) Kendali Voltage
Voltage pot yang didapat dari sensor voltage secara matematis
dianalisa dan dievaluasi dengan memperhitungkan kondisi pot untuk
menghasilkan tindakan terhadap pot antara lain:
Kendali Anode Cathode Distance (ACD): menggerakan beam
untuk menjaga voltage tetap didalam control banddisekitar set point
voltage yang ditentukan lewat parameter. Lebar control band diset
cukup lebar untuk menghindar variasi kecil konduktifitas bath yang
menyebabkan perubahan posisi beam yang tidak diinginkan. Namun,
pada situasi tertentu, control band dibuat sempit untuk memastikan
setting optimal jarak interpolar. Batasan-batasan terhadap frekuensi,
total dan jarak gerakan beam ditetapkan lewat parameter.
Firewall
FRONT-END SERVER
BACK-END SERVER
Reduction PC
LEVEL-2 HOST
Lab WS(1 unit)
INALUM LAN
LEVEL-2 LAN
Bitbus Gateway
LEVEL-1 Network
Casting WS(1 unit)
Reduction WS(16 units)
Maintenance WS(1 unit)
Carbon PCCarbon PC Other PC
Peripherals
Page 37
56
Deteksi dan koreksi noise: noise pot dideteksi berdasarkan
ketidakstabilan voltage pot. Ketika voltage melampaui nilai yang
ditentukan oleh parameter, PCU berusaha menjaga efisiensi arus dan
menstabilkan pot dengan menaikkan set point voltage kendali ACD
berdasarkan nilai yang terkait noise. Proses ini berulang hingga nilai
koreksi maksimum tercapai. Situasi noise dan koreksi maksimum noise
akan memicu alarm.
Pengontrolan pengambilan metal: memantau voltage pada saat
proses pengambilan metal dan menjaga voltage pot berada didalam
control band voltage pengambilan metal. Ketika jumlah metal yang
telah ditentukan berhasil diambil, PCU akan memberikan sinyal untuk
operator agar menghentikan proses pengambilan. Sinyal yang sama
juga akan berlaku jika arus terputus, terjadi AE, dan lain-lain.
Penentuan konsentasi alumina: mendeteksi kenaikan pseudo-
resistance karakteristik yang terjadi seiring penurunan konsentrasi
alumina dan mengirimkan informasi kepada sistem kendali pemasukan
alumina.
b) Kendali Pemasukan Alumina
Setelah menentukan kebutuhan alumina berdasarkan berbagai
parameter, seperti anode effect, konduktifitas, penggantian anoda,
perubahan arus dan lan-lain, PCU akan menggerakkan motor untuk
membuka gate alumina yang ada disetiap pot.
c) Anode Effect
PCU mendeteksi awal dan akhir dari anode effect, menghitung
durasi, maksimum voltage AE dan energi yang digunakan saat AE.
PCU juga melakukan tindakan penghentian AE dengan menggerakkan
beam untuk membantu pelepasan gelembung gas dari anoda dan
melarutkan alumina.
d) Beam Raising
PCU menaikkan beam hingga ke titik yang diinginkan pada saat
reset posisi beam.
Page 38
57
e) Laporan proses
PCU mengirimkan informasi proses secara berkala atau setelah
kejadian tertentu ke Sistem Supervisi. Dengan demikian, sistem
supervisi dapat menampilkan informasi kondisi pot secara grafik atau
historis.
2. Level 2: Supervisory
Sistem supervisi diaplikasikan berupa sebuah sistem server cluster.
Sistem ini berfungsi:
a. Mendownload program PCU, parameter dan informasi lainnya.
b. Menerima data proses dari PCU, menyimpannya dan mengirimkan
ke sistem lain seperti sistem Alarm dan basis data di Level-3.
c. Menampilkan data historis proses atau visualisasi grafis data-data
tersebut.
d. Menerima masukan parameter proses pot dari supervisor
e. Menerima dan menyimpan data dari sumber selain PCU seperti data
logger
f. Membantu perawatan sistem, integritas operasional dan parameter
kendali proses, dan lain-lain.
2.6.3 Sistem Komunikasi dan Perangkat Keras
2.6.3.1 Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi yang digunakan untuk menghubungkan
antar jaringan adalah:
1. Level-1 Level-2 : RS-485 (Fisik) dan BITBUS (protokol)
Perangkat komunikasi yang digunakan pada komunikasi ini
antara lain:
a. Kabel RS-485: digunakan untuk menghubungkan antar PCU
hingga ke Section Panel sebagai terminal di lapangan.
b. Bitbus Repeater: digunakan pada Section Panel dan CPU
room, berfungsi mengubah sinyal elektrik menjadi sinyal
optis yang akan ditransmisikan lewat kabel Fibre Optik. Pada
Page 39
58
CPU room, sinyal optis diubah kembali menjadi sinyal
elektris dengan alat yang sejenis.
c. Kabel Fibre Optik: digunakan untuk menghubungkan antar
bitbus repeater yang berada di Section Panel dengan yang
berada di CPU room.
d. Bitbus Gateway: berfungsi untuk membungkus protokol
bitbus yang diterima dari bitbus repeater yang ada di CPU
room kedalam protokol TCP/IP dan mentransmisikan ke
server.
e. Kabel Unshielded Twisted Pair (UTP): berfungsi
menghubungkan antara bitbus gateway ke server melalui
switch utama.
2. Level-2 Peripheral/Level-3:UTP(Fisik) dan TCP/IP (protokol)
Perangkat komunikasi yang digunakan pada komunikasi ini
antara lain:
a. Kabel UTP: secara umum menghubungkan antar perangkat
yang ada di level-2 ke Switch.
b. Switch: merupakan switch elektronis yang merutekan secara
elektronis data dari dan ke perangkat yang terhubung
dengannya atau antar switch.
c. Kabel Fibre Optik: menghubungkan antar Switch yang ada di
office, CPU room, stasiun-stasiun, Casting Office dan QA
Lab.
2.6.3.2 Perangkat Keras
Perangkat keras yang digunakan adalah:
1. Level-1: Alat yang digunakan sebagai sistem kontrol disebut
dengan Pot Control Unit (PCU) atau dengan nama lain Bluebox
(merujuk kepada nama yang diberikan oleh produsennya dan
warna dari alat tersebut). Spesifikasi umum dari PCU antara lain:
a. Mikrokontroler: Motorola MC68360 (25 MHz)
Page 40
59
b. Memory: 2 x 2 MB Flash ROM + 2 x 2 MB SRAM + 2 x
64 KB FRAM
c. Digital Input: 24 kanal
d. Digital Output: 24 kanal
e. Analog Input: 3 kanal (1 untuk voltage dan 2 untuk posisi
beam)
f. Frequency Input: 1 kanal
g. Antarmuka komunikasi: RS-485 dengan protokol BITBUS
h. Antarmuka manusia: 256x64 pixel Layar, 13 Lampu LED,
24 tombol
2. Level-2: Server yang digunakan untuk Sistem Supervisi adalah
sistem cluster berbasis Intel Itanium dan platform OpenVMS.
Adapun spesifikasi secara umum adalah:
a. Anggota Cluster: 2 unit server identik
b. Mode Cluster: Fail-Over (saling menggantikan apabila
salah satu mengalami kegagalan operasi)
c. Penyimpanan Jaringan: HP MSA 1000 / Kapasitas
terpasang: 4 x 36 GB (2 x RAID 0, saling menggantikan
jika salah satu gagal)
Server:
a. Merek / Model Server : HP / Integrity rx2620
b. Mikroprosesor: Intel Itanium 1x 1.66 GHz
c. Memori: 2 GB
d. Hard Disk: 1 x 36 GB SCSI
e. Antar-muka jaringan: 1 x Dual Gigabit Ethernet
f. Tape Backup : 1 x SDLT
g. Sistem Operasi: OpenVMS 8.3
h. Bahasa pemrograman: FORTRAN, C
Workstation:
a. Merek / Model Server : HP Compaq / DC7700
b. Mikroprosesor: 1 x Intel Core 2 Duo E6600 2.4 GHz
Page 41
60
c. Memori: 2 GB
d. Hard Disk: 1 x 250 GB SATA
e. Antar-muka jaringan: 1 x Dual Gigabit Ethernet
f. Sistem Operasi: Windows XP
g. Aplikasi Perkantoran: MS Office 2007 Basic
2.6.4 Perangkat Periferal
Selain ketiga perangkat utama, terdapat perangkat-perangkat
peripheral yang mendukung operasi dan kendali proses:
a. Data logger: merupakan alat perekam data genggam (handheld)
yang digunakan oleh personil yang mengukur Bath Temperature
dan ketinggian metal. Alat ini berada di setiap stasiun dan kantor
Reduksi.
b. Alarm Panel: merupakan panel touch screen untuk
menginformasikan kejadian/alarm yang terjadi di pot. Perangkat
ini dikoordinir oleh Server. Alat ini berada di setiap stasiun dan
kantor Reduksi.
c. LED Display: merupakan informasi teks berjalan untuk
menyampaikan pesan ke personil lapangan. Alat ini ditempatkan
di lapangan sebanyak 12 unit.
d. Kamera: berfungsi untuk memantau kondisi lapangan. Alat ini
ditempatkan di lapangan, kantor Reduksi, gedung Casting dengan
total jumlah 29 unit.