BAB I PENDAHULUAN A. Judul Penelitian Hubungan Cara Belajar Dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa SMP N 1 Kalibening Tahun 2007/2008 B. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan adalah harta yang paling berharga, dan pendidikan yang baik adalah warisan yang paling bermanfaat. Secara formal ilmu pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan dan pengajaran di sekolah-sekolah. Untuk itu media, metode dan proses belajar-mengajar yang baik di sekolah sangat berkorelasi dengan keberhasilan anak didiknya. Dari segi metode, seorang guru yang profesional harus memiliki kemampuan mencari dan mempergunakan metode pengajaran yang sesuai dan seefektif mungkin. Begitu juga, seorang siswa manakala ia mengetahui, 1
133
Embed
BAB I - yudiavadza.files.wordpress.com · Web viewPada saat-saat menjelang ujian siswa sebaiknya menghindari belajarterlalu banyak karena dapat mengganggu kondisi kesehatan. ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Penelitian
Hubungan Cara Belajar Dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama
Islam Siswa SMP N 1 Kalibening Tahun 2007/2008
B. Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan adalah harta yang paling berharga, dan pendidikan
yang baik adalah warisan yang paling bermanfaat.
Secara formal ilmu pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan dan
pengajaran di sekolah-sekolah. Untuk itu media, metode dan proses belajar-
mengajar yang baik di sekolah sangat berkorelasi dengan keberhasilan anak
didiknya.
Dari segi metode, seorang guru yang profesional harus memiliki
kemampuan mencari dan mempergunakan metode pengajaran yang sesuai dan
seefektif mungkin. Begitu juga, seorang siswa manakala ia mengetahui,
mengamalkan, dan membiasakan dirinya untuk mempergunakan metode atau
cara-cara metode yang efektif, maka ia akan menjadi seorang siswa yang
unggul.
Siswa yang unggul menurut Choirudin Hadhiri Suprapto (2003: 14),
memiliki tiga ciri yang utama, yaitu memiliki hasrat, sikap dan sigap dalam
belajar.
Hasrat yaitu keinginan siswa dengan niat yang membaja, semangat yang
membara, gairah yang menggebu-gebu untuk melakukan konsentrasi
1
sepenuhnya dalam belajar. Sikap yaitu tindakan yang peduli, sehingga ilmunya
bertambah dan pengetahuannya menjadi luas. Kemudian siswa yang unggul ia
akan sigap, tangkas dalam belajar dan dapat menggunakan alat dan sarana yang
ada dengan hasil yang maksimal.
Berbeda dengan siswa yang tidak unggul, yaitu siswa yang keropos akan
memiliki hasrat belajar yang rendah, sikap belajarnya acak-acakan dan tidak
terencana dengan baik, kesigapan belajarnya asal-asalan dan tidak berupaya
menggunakan cara belajar yang efektif.
Sekolah menengah (SMP) sebagai lembaga pendidikan lanjutan dari
sekolah dasar (SD), seharusnya dapat mencetak siswa dan siswi yang unggul,
baik dari segi kualitas belajarnya maupun dari segi prestasi belajarnya yang
berupa pengetahuan, pemahaman, penghayatan, keyakinan dan pengamalan.
Demikian pula dengan adanya mata pelajaran Agama Islam (PAI) sebagai
program materi pelajaran di sekolah yang mengandung nilai-nilai religius,
tujuan akan mudah dicapai, apabila setiap siswa memiliki keinginan untuk
berusaha melakukan cara-cara belajar yang lebih efektif, disamping faktor-
faktor yang berpengaruh lainnya.
Faktor-faktor pendidikan agama itu dapat dikelompokkan menjadi lima
macam, dimana antara faktor yang satu dengan faktor yang lainnya saling
berhubungan dengan erat. Faktor-faktor tersebut adalah : peserta didik,
pendidik, tujuan pendidikan, alat pendidikan dan faktor lingkungan (mileu).
(Zuhairini dkk, 1983:22).
2
Peserta didik atau siswa adalah merupakan faktor yang penting, karena
tanpa adanya faktor ini, maka pendidikan tidak akan berlangsung. Yang
mendidik adalah pendidik atau guru. Faktor guru juga penting karena pendidik
itulah yang akan bertanggung jawab dalam pembentukan pribadi peserta didik.
Pendidik harus memiliki kepribadian baik, taat beribadah, memiliki jiwa
pendidik, ikhlas dalam mendidik, mempunyai dasar-dasar ilmu pengetahuan
mendidik, menguasai ilmu pengetahuan agama dan jehat jasmani dan rohani.
Selain itu bertemunya siswa dengan guru di sekolah harus mempunyai
tujuan tertentu, karena tujuan tersebut merupakan sasaran yang hendak dicapai
oleh pendidikan. Dalam mencapai tujuan itu pasti memerlukan alat-alat. Alat-
alat pendidikan iu meliputi sarana dan prasarana yang diperlukan untuk
kelancaran program belajar-mengajar maupun kelancaran administrasi
pendidikan.
Khusus berkaitan dengan peserta didik (siswa), peneliti mengadakan
observasi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal. 1 Mei sampai dengan
1 20 Juli 2008 dan diperoleh informasi bahwa cara belajar siswa beragam, ada
yang sudah efektif, cukup efektif dan kurang efektif, ini tergantung kepada
kondisi siswa. Prestasi belajar terutama mata pelajaran PAI tidak merata, ada
yang prestasinya tinggi, sedang dan rendah. (Wawancara dengan guru bidang
studi PAI kelas VIII, Ibu Giyanti, Amd. Senin, 1 Juli 2008).
Masalah tersebut mendorong pihak sekolah untuk melakukan semacam
pengawasan yang cukup ketat.
3
Cara belajar siswa yang berbeda itu dapat diketahui efektif dan tidak
efektifnya salah satunya dengan mengadakan penelitian, yaitu dengan
menggunakan indikator-indikator tertentu yang sudah dikemukakan oleh para
pemikir pendidikan.
Siswa yang elah teridentifikasi memiliki cara belajar yang sudah efektif,
siswa tersebut perlu mempertahankannya, dan bagi siswa yang memiliki cara
belajar yang tidak efektif, maka siswa tersebut mengikuti bimbingan yang
diadakan di sekolah maupun di rumah.
Siswa yang sudah terlanjur memiliki kebiasaan yang buruk ada dua cara
untuk mengatasinya, yaitu dengan menunjukkan akibat pengaruh kebiasaan
yang salah itu terhadap prestasi belajar dan kehidupan seseorang, juga dengan
memberikan kesempatan untuk berlatih dengan pola-pola kebiasaan baru pada
masa transisi dan meninggalkan kebiasaan yang salah itu (Abin Syamsuddin
Makmun, 2001 : 352).
Penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa suatu cara yang diulang-ulang
akan menjadikan suatu kebiasaan, dan dari kebiasaan akan membawa pengaruh
bagi sipelakunya, maka sangat rugi bagi siapa saja termasuk siswa, jika
memiliki kebiasaan yang buruk akibat dari suatu cara yang salah tanpa
disadarinya.
Prestasi belajar siswa sebagai salah satu cermin keberhasilan proses
belajar-mengajar di sekolah penting untuk diselidiki melalui sudut pandang
siswa sebagai objek sekaligus subjek dalam pendidikan. Siswa ketika akan
belajar, namun tidak memiliki keterampilan dalam menangkap ilmu yang
4
disampaikan oleh guru atau dalam rangka belajar mandiri atau kelompok, maka
hasilnya akan kurang efektif. Langkah pertama adalah mengadakan penelitian
tentang cara belajar siswa, kemudian adakah hubungannya dengan prestasi
belajar mata pelajaran PAI.
Berkaitan dengan masalah tersebut di atas, penulis bermaksud
mengadakan penelitian yang berkenaan dengan hubungan cara belajar yang
dilakukan siswa dengan prestasi belajarnya, yaitu prestasi belajar Pendidikan
Agama Islam. Sehingga secara ringkas penulis mengambil judul :
”HUBUNGAN CARA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM” SISWA SMPN I KALIBENING TAHUN
2007/2008.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka
penulis membatasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Prestasi belajar mata pelajaran PAI, tahun ajaran 2007-2008, tidak merata
ada yang tinggi, cukup dan rendah.
2. Cara belajar siswa beragam ada yang sudah efektif, kurang efektif dan tidak
efektif.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan penegasan istilah, maka peneliti
dapat merumuskan masalah yaitu : ” Adakah hubungan yang positif dan
signifikan antara cara belajar siswa dengan prestasi belajar Pendidikan Agama
Islam (PAI) siswa SMPN 1 Kalibening Banjarnegara?”.
5
E. Penegasan Masalah
Adapun judul skripsi ini adalah ” HUBUNGAN CARA BELAJAR
DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM”
( Analisis komparatif terhadap upaya peningkatan prestasi belajar PAI di
SMPN I Kalibening ).
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan yang mungkin
terjadi dalam interpreasi judul, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah
yang ada pada judul di atas, yaitu :
1. Cara Belajar Siswa
Dalam kamus Belajar Bahasa Indonesia, cara adalah jalan (aturan,
sistem) melakukan (berbuat) sesuatu, gaya, ragam, adat kebiasaan, usaha
atau ikhtiar1
Sedangkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi
dengan lingkungannya.2
Dengan demikian cara belajar siswa yang dimaksud oleh penulis,
adalah perilaku individu siswa yang lebih khusus berkaitan dengan usaha
yang sedang atau sudah biasa dilakukan oleh siswa untuk memperoleh ilmu
pengetahuan, penghayatan dan keterampilan baik ketika di rumah, di
sekolah secara mandiri maupun kelompok. Cara belajar siswa tersebut
meliputi cara belajar mandiri di rumah, yaitu memenuhi fasilitas belajar,
1 DepDikBud, 1993 : 97
2 Slamento,1995 : 2
6
mengatur waktu belajar, membaca bahan pelajaran, membuat ringkasan,
menghafal bahan pelajaran, mengulangi bahan pelajaran, mengerjakan
tugas, mempersiapkan ujian dan menempuh ujian. Cara belajar di sekolah
yaitu mengenai masuk kelas tepat waktu, memperhatikan penjelasan guru,
bertanya dan menjawab pertanyaan guru serta memanfaatkan perpustakaan.
Sedangkan cara belajar bersama (kelompok), yaitu mengenai persiapan
belajar kelopok, proses belajar kelompok dan pengambilan kesimpulan.
2. Prestasi Belajar Agama Islam (PAI)
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai
tes atau angka yang diberikan oleh guru3.
Sedangkan yang dimaksud penulis dengan prestasi belajar PAI disini adalah
hasil belajar siswa berupa nilai angka yang sudah tercantum di dalam daftar
nilai siswa khusus pada mata pelajaran PAI, siswa kelas VIII, semester
genap, tahun ajaran 2007-2008.
3. SMPN 1 Kalibening Banjarnegara.
SMPN 1 Kalibening Banjarnegara, merupakan tempat dimana Penulis
melakukan penelitian,yang berlokasi di Kecamatan Kalibening Kabupaten
Banjarnegara.
35( Depdikbud, 1993 : 97 ),
7
Melalui batasan-batasan tersebut, maka yang dimaksud judul
penelitian ini adalah suatu penelitian yang menyelidiki ada atau tidaknya
hubungan yang signifikan antara usaha, jalan atau ikhtiar yang ditempuh
oleh siswa dalam belajar atau dalam memperoleh ilmu pengetahuan dengan
prestasi belajar Pendidikan Agama Islam, lebih khusus nilai siswa semester
genap kelas VIII, SMPN 1 Kalibening Banjarnegara.
F. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang penulis lakukan dalam skripsi ini adalah ” untuk
mengetahui hubungan yang positif dan signifikan antara cara belajar siswa dengan
prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMP N 1 Kalibening
Banjarnegara”.
G. Kegunaan Penelitian
a. Untuk memberikan informasi ilmiah, khususnya bagi guru bidang studi
PAI dan guru BP.
b. Berkenaan dengan instrumen, yaitu berupa angket dapat digunakan untuk
menganalisis tentang masalah yang ada pada siswa terutama tentang cara
belajarnya, kemudian dapat diarahkan melalui masa orientasi pada hari-hari
pertama masuk sekolah. Menurut hemat penulis siswa pada mulai masuk
sekolah pada usia SMP perlu dikenalkan tentang bagaimana cara belajar
(How to learn) yang efektif untuk peningkatan mutu belajar dan kualitas
hidupnya.
c. Menambah pengetahuan bagi penulis tantang hal baru yang ditemukan
dalam penelitian untuk dipahami secara objektif.
8
9
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Landasan Teori
1. Pengertian Cara Belajar
Dalam kamus bahasa Indonesia, cara adalah jalan ( aturan, sistem )
melakukan ( berbuat ) sesuatu, gaya, ragam, adat kebiasaan, usaha atau
ikhtiar. 4 sedangkan belajar adalah suatu proses usaha yang di lakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi
dengan lingkungannya.5
Dengan demikian cara belajar siswa yang di maksud oleh penulis,
adalah perilaku individu siswa yang lebih khusus berkaitan dengan usaha
yang sedang atau sudah biasa dilakukan oleh siswa untuk memperoleh ilmu
pengetahuan.
Pada umumnya setiap orang dalam melakukan suatu usaha
terpengaruh oleh efisiensi. Efisiensi adalah sebuah pengertaian atau
konsepsi yanag mengggambarkan perbandingan terbaik antara suatu usaha
dengan hasilnya, yaitu kalau hasil yang diinginkan dapat tercapai dengan
usaha terkecil, atau dengan usaha tertentu memberikan kwalitas dan
kwantitas hasil terbesar
Pengertian tersebut dapat diterapkan dalam berbagai bidang kegiatan
termasuk usaha belajar. Apabila diterapkan dalam belajar, maka terdapatlah
4 ( Depdikbud, 1993 : 97 ),
5 ( Depdikbud, 1993 : 97 ),10
efisiensi belajar, yaitu perbandingan terbaik antara suatu usaha belajar
dengan hasilnya yang dicapai. ( The Liang Gie, 1985:14 ).
Adapun menurut Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama
Islam ( 1980 : 220 ) mengartikan cara belajar yang efisien, yaitu cara belajar
yang tepat, praktis, ekonomis, terarah, sesuai dengan situasi dan tuntutan
yang ada guna mencapai tujuan belajar.
Masing masing siswa mempunyai potensi, kemampuan, situasi,
kondisi dan latar belakang individu yang berbeda beda. Dengan kata lain,
siswa itu merupakan individualitas yang unik. Sehingga cara belajarpun
menjadi berbeda beda pula sesuai dengan apa adanya siswa. Tugas siswa
selanjutnya adalah mengembangkan dirinya, sehingga menemukan cara
belajar yang cocok bagi dirinya. Bimbingan guru dalam hal ini amat di
perlukan. Dengan pemberian bimbingan dari guru, siswa akan mengenal
dirinya serta segala yang memungkinkan dirinya dapat berkembang secara
utuh dan menemukan gaya belajarnya sendiri. Penemuan itu harus
secepatnya ia peroleh karena tuntutan belajar itu makin lama makin
meningkat dan makin kompleks.
Supaya cara belajar yang efisien tersebut dapat di terapkan pada
masing masing siswa, maka siswa perlu untuk terus dimotivasi baik secara
mental maupun psikomotorik oleh guru atau orang tua. Karena Syaiful
Bahri Djamarah (2002 : 9 ) menjelaskan, bahwa rahasia sukses belajar
terletak pada pemikiran sikap mental cendekia dan satu kata kunci, yaitu
11
penguasaan cara belajar yang baik sebagai penuntun ke arah penguasaan
ilmu yang optimal.
Setelah siswa dapat memilih dan memposisikan dirinya dalam kondisi
yang kondusif, maka siswa perlu menggunakan cara belajar yang efektif.
Berdasarkan kondisi belajarnya, cara belajar meliputi cara belajar di
rumah, di sekolah dan cara belajar bersama (kelompok)
a. Cara belajar mandiri di rumah
1. Pemenuhan fasilitas dan perabot belajar
Fasilitas dan perabot belajar merupakan alat perlengkapan
belajar yang penting untuk dipenuhi oleh seorang pelajar, karena jika
tidak terpenuhi dapat menimbulkan efek negatif bagi kelancaran
proses belajar. Proses belajar dapat berhenti dan setidaknya
mengganggu motivasi dan konsentrasi dalam belajar.
Fasilitas belajar ini menurut The Liang Gie (1985 :43), terdiri
dari peralatan tulis dan perabot untuk kamar yaitu meja, kursi dan
lemari buku.
2. Mengatur waktu belajar
Agar belajar dapat berjalan dengan baik dan berhasil, perlulah
siswa mempunyai jadwal yang baik dan dapat melaksanakannya
dengan teratur dan disiplin. Adapun cara untuk membuat jadwal yang
baik, adalah :
3. Membaca buku
12
Kegiatan membaca adalah kegiatan yang paling banyak
dilakukan selama belajar. Dan persoalannya yang utama ketika ia
sudah dapat membaca ialah bagaimana cara membaca yang baik dan
efisien.
Hary dexter Kitson dalam bukunya How to use Your Mind,
Yang dikutip the Liang Gie (1985; 94), mengemukakan ketentuan-
ketentuan tentang reading hygiene :
a. Sewaktu membaca hendaknya pembaca sekali-kali memejamkan
matanya atau melihat ke tempat yang jauh.
b. Cahaya penerang hendaknya datang dari arah belakang
c. Pada pagina buku tidak terdapat bayangan
d. Buku dipegang oleh tangan dan tidak terletak mendatar diatas
permukaan meja.
Terhadap ketentuan-ketentuan diatas ditambahkan hal-hal berikut ini
e. Ada cahaya penerangan yang cukup, tidak terlalu gelap dan tidak
terlalu terang sehingga menyilaukan serta bergetar.
f. Jarak antara mata dan yang dibaca kira-kira 25-30 cm
g. Tidak sambil tiduran
h. Beristirahat sebentar, kira-kira seperempat jam setelah membaca
selama satu sampai satu setengah jam.
Langkah pertama (survei), siswa memeriksa atau meneliti secara
singkat seluruh struktur teks. Tujuannya agar siswa mengetahui
panjangnya teks, judul bagian, judul sub bagian, istilah dan kata
13
kunci, dan sebagainya. Dalam melakukan survei ini siswa dianjurkan
menyiapkan pensil, kertas dan alat pembuat ciri, seperti stabilo untuk
menandai bagian-bagian tertentu yang penting.
Langkah kedua (question), siswa mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang jelas, singkat dan relevan dengan bagian-bagian teks
yang telah ditandai pada langkah pertama.
Langkah yang ketiga (Read), siswa membaca secara aktif dalam
rangka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah
tersusun. Membaca secara aktif berarti membaca yang difokuskan
pada paragraf-paragraf yang diperkirakan relevan dengan pertanyaan
tadi.
Langkah selanjutnya recite, siswa menyebutkan lagi jawaban
atas pertanyaan yang telah tersusun.
Dan langkah terakhir review, siswa meninjau ulang seluruh
pertanyaan dan jawaban secara singkat. (Muhibbin Syah, 2004: 141).
Jika materi telah tersusun dalam sebuah modul, maka hal ini lebih
memudahkan bagi siswa, karena materi telah tersusun dalam sebuah
ringkasan, namun untuk menguatkan pemahaman dan memotivasi
keingintahuan tentang materi itu, maka boleh menggunakan metode
tersebut.
4. Membuat Ringkasan
14
Kegiatan ini tidak kalah pentingnya dari semua kegiatan belajar
siswa. Siswa membuat ringkasan adalah bertujuan untuk
memudahkannya dalam menghafal dan mengulangi pelajaran.
Adapun langkah-langkah membuat ringkasan yang baik, adalah :
a. Membaca pelajaran yang akan diringkas dengan penuh perhatian,
pengertian dan konsentrasi sambil memberi tanda-tanda pada hal-
hal yang dianggap pokok dan penting. Dalam hal ini siswa dapat
menggarisbawahi kalimat-kalimat penting atau menggunakan
stabilo atau menuliskan kata-kata kunci di pinggir paragraf.
b. Membuat kerangka ringkasan dengan membaca sekali lagi dan
menuliskan di atas kertas hal-hal yang sudah ditandai.
c. Membaca kalimat-kalimat yang sudah ditulis di kertas tadi sambil
menyelipkan kata-kata atau tanda-tanda penghubung yang perlu,
sehingga ada pertalian yang erat antara kalimat-kalimat itu.
d. Kalu masih tebal halaman luas dan banyak, maka tulisan tadi dapat
dipersempit dengan mengambil pokok-pokoknya saja dan
menghilangkan hal-hal yang dianggap kecil atau kurang penting.
(Judi Al Falansani dan Fauzan Naif,2002: 38).
5. Menghafal Bahan Pelajaran
Dalam belajar, menghafal merupakan salah satu kegiatan dalam
rangka penguasaan bahan pelajaran.
Ada beberapa syarat untuk dapat menghafal dengan baik, yaitu:
a. Menyadari sepenuhnya tujuan belajar
15
b. Mengetahui betul-betul tentang makna bahan yang dihafal
c. Mencurahkan perhatian sepenuhnya sewaktu menghafal
d. Menghafal secara teratur sesuai kondisi badan yang sebaik-baiknya
serta daya serap otak terhadap bahan yang harus dihafal.
(Slamento, 1995: 86).
Sedangkan berkaitan dengan metode menghafal6 supaya sesuai
dengan karakter siswa dibagi menjadi tiga macam :
a. Menghafal melalui pandangan. Bahan pelajaran dibaca di dalam
batin penuh perhatian sambil otak bekerja untuk mengingat-ingat.
Dapat pula dengan cara membuat catatan besar yang menarik,
kemudian disampingkan atau ditempelkan pada tempat-tempat
yang sering dilihat.
b. Menghafal dengan pendengaran melalui penyimakan sendiri. Siswa
dapat menggunakan cara lain yang bertujuan sama, seperti
menyuruh temannya membacakan ringkasan atau mendengarkan
rekaman kaset yang dibuat sendiri.
c. Menghafal malalui gerakan-gerakan tangan, yatu dengan menulis-
nulis ringkasan berulang-ulang sampai hafal atau menggerakkan
jari tangan sambil berfikir.
Ada pula metode yang lain, yaitu metode cantol, metode lokasi,
akronim dan kalimat-kalimat kreatif 7
6 The Liang Gie (1985:135-136),
7 (Bobbi Deporter dan Mike Hernacki, 2003: 222)
16
Metode cantol digunakan untuk menghafal daftar apa saja.
Caranya, yaitu dengan mencocokkan angka-angka dengan kata-kata
berirama sama atau petunjuk-petunjuk visual tertentu. Contohnya
paku mirip dengan bunyi satu dan paku menyerupai angka satu.
Metode lokasi adalah metode yang menggunakan tempat yang
paling dikenal dan paling mengesankan sebagai contoh (1)
pendahuluan tentang hal yang akan dipelajari (dituliskan di pintu
depan), (2) Tombol lampu membicarakan dan meyoroti tentang ciri-
ciri khusus suatu fakta, konsep atau suatu prinsip dalam materi yang
sedang dipelajari, dan seterusnya.
Akronim atau singkatan adalah kata yang dibentuk dari huruf
atau huruf-huruf awal atau masing-masing bagian dari sekelompok
kata atau istilah gabungan Misalnya, Program Pembangunan Lima
Tahun di Indonesia disebut PELITA. PSSI adalah Persatuan
Sepakbola Seluruh Indonesia.
Sedangkan kalimat-kalimat kreatif digunakan untuk menghafal
kata-kata yang berurutan, contoh : untuk menghafal susunan planet
maka dapat menggunakan kalimat kreatif yaitu Memainkan Violin
Bisa Memunculkan Jalinan Suara Unik Namun Pasti (Merkurius,
kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar gambar.
2. Bagian utama sripsi terdiri dari beberapa bab yaitu:
42
Bab pertama adalah Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah,
identifikasi masalah, penegasan istilah, perumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, hipotesis, telaah pustaka, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab I yaitu Pendahuluan terdiri dari: Latar belakang masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, penegasan masalah, tujuan
penelitian dan kegunaan penelitian.
Bab II yaitu Kerangka teoritis terdiri dar landasan teori, hasil
penelitian terdahulu, hipotesis penelitian dan instrumen penelitian
Bab III yaitu Metodologi penelitian terdiri dari: pendekatan
penelitian, desain penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data
dan teknik analisa data.
Bab IV yaitu Hasil penelitian terdiri dari: gambaran umum SMP N 1
Kalibening meliputi: sejarah berdiri SMP N 1 Kalibening, letak geografis,
struktur organisasi, keadaan guru, siswa dan pegawai, kedaan fasilitas,
usaha meningkatkan cara belajar siswa di SMP N 1 Kalibening. Serta
Analisis tentang hubungan cara belajar dengan prestasi belajar pendidikan
agama islam siswa SMP N 1 Kalibening, meliputi: cara belajar siswa SMP
N 1 Kalibening, prestasi belajar pendidikan agama islam SMP N 1
Kalibening, hubungan cara belajar dengan prestasi belajar pendidikan
agama islam siswa SMP N 1 Kalibening.
Bab V yaitu Penutup terdiri dari: kesimpulan, saran-saran dan kata
penutup.
43
3. Bagian akhir skripsi terdiri dari: daftar pustaka dan lampiran-lampiran
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP N I Kalibening
1. Sejarah berdiri SMPN I Kalibening.
SMPN I Kalibening merupakan lembaga pendidikan yang sebelumnya
bernama ST ( Sekolah Tehnik ) yang berdiri pada tahun 1957 atas prakarsa
Pemda Banjarnegara. Bangunan sekolah milik pemerintah. Berangsur angsur
kondisi sekolah semakin membaik, sarana dan prasarana semakin lengkap dan
manajemen yang semakin professional maka pada tahun 1979 terjadi alih
fungsi dari ST menjadi SMPN. Dengan SK menteri DEPDIKBUD. Saat ini
diberi nama SMPN I Kalibening, Sejak periode 2005 hingga saat ini dipimpin
oleh Bapak, Soeparno, Spd.
2. Letak Geografis
SMPN I Kalibening secara Geografis trletak di Kecamatan
Kalibening Kabupaten Banjarnegara.
Menurut Bapak Bambang, Sekolah ini menempati areal seluas 9850 M2 dengan
keadaan yang cukup strategis karena dekat dengan Jalan raya, dan lingkungan
yang cukup nyaman sehingga dapat memberikan suasana yang kondusif untuk
siswa dalam belajar.
Adapun batas batas SMP N I Kalibening, adalah :
a. Sebelah Selatan : Jalan Raya menuju Kecamatan Kalibening.
b. Sebelah Timur : Perumahan Penduduk Desa Rawan
c. Sebelah Barat : Perumahan Penduduk Desa Kalisat
d. Sebelah Utara : Areal pertanian dan Jalan raya menuju desa sirukun
44
3. Struktur Organisasi :
Struktur organisasi dalam suatu perkumpulan atau lembaga sangat
penting, karena keberadaan struktur organisasi tersebut akan memberikan
informasi mengenai sejumlah personil yang menempati jabatan tertentu dalam
lembaga tersebut.
Struktur organisasi SMPN I Kalibening bersifat fungsional dan
pemerataan. Setiap personil berkewajiban melaksanakan tugas menurut
fungsinya, dan bertanggung jawab kepada kepala sekolah. Penentuan struktur
ini berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab supaya memperoleh
mekanisme kerja yang lancar serta memperoleh eefisiensi kerja yang optimal.
Adapun Bagan Struktur Organisasi SMP N I Kalibening, adalah :
45
Adapun pembagian tugasnya :
1. Kepala Sekolah :
Tugas Kepala sekolah adalah sebagai supervisor dan administrator yang
harus di jalankan secara bersama dan harus saling melengkapi .
a. Menyusun pemecahan dan program kegiatan.
b. Mengorganisasikan.
c. Mendorong kratifitas.
d. Mengkoordinasikan.
e. Melaksanakan Pengawasan.
f. Mengevalusi.
Kepala Sekolah
Tata Usaha
Wakil Kepala
Urusan Sarana dan Prasarana
Urusan Kurikulum
Urusan Kesiswaan
Urusan Humas
Siswa
Wali Kelas Wali Kelas Wali KelasWali Kelas
46
2. Wakil Kepala sekolah urusan kesiswaaan.
tugas wakil kepala sekolah bagian kesiswaan adalah membantukepala
sekolah dalam mengatur kegiatan:
a. OSIS.
b. Pengarahan dan pengendalian.
c. Pembentukan disiplin.
3. Wakil Kepala Sekolah Bagian urusan Kurikulum.
Tugasnya mengatur kegiatan :
a. Kurikulum dan ekstrakurikuler.
b. Inservice training guru.
c. Penilaian kegiatan sekolah.
4. Wakil Kepala Sekolah Urusan Sarana dan Prasarana.
Tugasnya adalah :
a. Menyusun rencana kebutuhan.
b. Pengkoordinasian dan pendayagunaan.
c. Pengelolaan pembiayaan dan alat alat pelajaran.
d. Inventarisasi.
5. Wakil Kepala Sekolah urusan Humas.
Tugasnya adalah :
a. Informasi sekolah pada masyarakat.
b. Kerjasama sekolah dan sebagainya.
6. Tata Usaha.
Tugasnya melaksanakan :
47
a. Pengelolaan administrasi kantor.
b. Pelayanan administrasi kepegawaian dan kesiswaan.
c. Administrasi kuangan sarana dan prasarana serta inventaris
peralatan sekolah.
7. Bimbingan dan Penyuluhan.
Tugas Koordinator BP :
a. Menyusun dan Melaksanakan Program BP.
b. Memberi Pelayanan Kepada sekolah.
c. Mengadakan koordinasi dengan wali kelas, dan orang tua siswa
dalam rangka mengatasi masalah masalah yang di hadapi siswa
mengenai kurikulum belajar.
d. Menyusun laporan pelaksanaan BP secara berkala kepada kepala
sekolah.
8. Wali Kelas.
Tugasnya mengelola kelas baik secara teknis dan edukatif maupun
administratif.
9. Siswa.
Tugas siswa selain belajar juga harus mentaati praturan sekolah demi
kemajuan pribadinya. ( Dokementasi SMPN I Kalinbening. )
4. Keadaan Guru, Siswa dan Pegawai
1. Keadaan guru
48
Tenaga pengajar di SMP Negeri I Kalibening pada tahun 2008
sebanyak 36 orang dengan perincian 23 orang guru pria dan 13 orang guru
wanita.
Untuk memperjelas dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 7.Keadaan Guru SMP Negeri 1 Kalibening
Tahun Ajaran 2007/2008
No L/PJabatan
JumlahGT GTT GB
1 L 17 6 232 P 10 3 - 13
Jumlah 27 9 - 36 (Sumber : Dokumentasi SMPNegeri I Kalibening,1 Juli 2007 )
2. Keadaan Siswa
Jumlah seluruh siswa SMP Negeri I Kalibening pada tahun ajaran
2007/2008 sebanyak 1093 siswa, yang terdiri dari putra 540 siswa dan
putri kelas VII, VIII dan IX terdiri dari 9 kelas. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 8.Keadaan Siswa SMP Negeri 1 Kalibening.
Tahun Ajaran 2007/2008
No Kelas Jumlah Kelas
Jumlah Siswa jumlahL P
1 VII 9 188 188 3762 VIII 9 170 195 3653 IX 9 182 170 352
Jumlah 27 540 553 1093 (Sumber : Dokumentasi SMPNegeri I Kalibening,1 Juli 2007 )
3. Keadaan Pegawai
49
Pegawai yang dimaksud dalam skripsi ini, adalah petugas yang
menangani dan bertanggungjawab dalam bidang ketatausahaan, sekolah,
yaitu urusan kemahasiswaan, kepegawaian dan keuangan. Untuk melihat
gambaran jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9.Keadaan Pegawai SMP Negeri 1 Kalibening
No L/P Jabatan jumlahPT PTT1 L 5 7 122 P 6 - 6
Jumlah 11 7 18 (Sumber : Dokumentasi SMPNegeri I Kalibening,1 Juli 2007 )
5. Keadaan Fasilitas
Fasilitas dalam skripsi ini ini adalah semua benda yang ikut menunjang
terselenggaranya kegiatan belajar mengajar, seperti gedung dan alat pendidikan.
1. Keadaan Gedung
Kondisi bangunan SMP Negeri I Kalibening dari segi fisik
dikatakan baik, serta daya tampungnya pun mencukupi.
Unutk melihat gambaran secara jelas keadaan gedung SMP Negeri
I Kalibening dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 10.Keadaan Gedung SMP Negeri I Kalibening
No Nama Barang Jumlah1 Lokal ruang kelas 272 Lokal ruang kepala sekolah 13 Ruang BP 14 Ruang guru 15 Ruang kantor 16 Ruang OSIS 17 Ruang UKS 18 Ruang komputer 1
50
9 Ruang perpustakaan 110 Ruang laboratorium 111 Mushola 112 Ruang toilet guru 113 Euang toilet siswa 114 Ruang gudang 1
(Sumber : Dokumentasi SMP Negeri I Kalibening 5 Juli 2005)
2. Keadaan Peralatan Pendidikan
Untuk melihat gambaran secara jelas keadaan peralatan pendidikan yang
tersedia di SMP Negeri I Kalibening dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 11Keadaan Peralatan Pendidikan
SMP N 1 Kalibening
No Nama Barang Jumlah1 Meja guru 602 Kursi guru 603 Meja siswa 5504 Kursi siswa 11005 Papan tulus 306 Alamari 127 Filing kabinet 38 Meja kantor 129 Kursi kantor 1210 Komputer siswa 1011 Kursi tamu 1014 Televisi 215 VCD 116 Perangkat drum band 117 Perangkat kolintang 118 Perangkat karawitan 119 Peralatan musik band 120 Stensil 221 Komputer TU 2
(Sumber : Dokumentasi SMPN 1 Kalibening, 5 Juli 2007)
6. Usaha Meningkatkan Cara Belajar Siswa di SMP Negeri 1 Kalibening
51
Dalam usaha meningkatkan cara belajar siswa SMPN 1
Kalibening, penulis mendapatkan informasi dari guru BP dab guru PAI
sebagai berikut :
1. Memberikan penjelasan tentang gaya belajar dan penerapannya dalam
aktifitas belajar pada tiap-tiap jam pelajaran BK.
2. Menyuruh siswa untuk belajar secara berpasang-pasangan atau
berkelompok
3. Menyuruh siswa untuk membuat semacam jadwal kegiatan sehari-hari
yang berisi program tentang waktu belajr, waktu istirahat dan waktu
untuk bermain. ( Wawancara Bapak Bambang, pada tanggal 1 juli
2008 )
4. Memberikan motivasi dengan memberikan nilai tambah bagi siswa
yang mau mempraktikan setiap materi pelajaran dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya bagi siswa yang memakai baju muslim dan
melaksanakan adzan di mushola sekolah.
5. Mengadakan buku LKS untuk maya pelajaran PAI supaya proses
belajar-mengajar menjadi lebih mudah dan sistematis. ( wawancara
dengan Ibu Siti Umiati PAI kelas VIII tanggal 1 Juli 2008 ).
B. Analisis Tentang Hubungan Cara Belajar Dengan Prestasi Belajar
Pendidikan Agama Islam Siswa Smp Negeri 1 Kalibening, Banjarnegara
1. Cara Belajar Siswa SMP Negeri 1 Kalibening
Cara belajar siswa merupakan variabel bebas (X) dalam penelitian
ini. Untuk mengetahui hubungan cara belajar siswa dengan prestasi belajar,
52
penulis menyebar angket kepada siswa sebanyak 173 siswa, angket itu
terdidri dari 30 item soal yang masing-masing terdiri dari 3 pilihan yang
mempunyai angka kualitas secara berurutan. Pilihan (a) berniali 3, (b)
bernilai 2 dan (c) berniali 1 dan (d) bernilai 0. berikut ini adalah hasil angket
yang telah peneliti sebarkan kepada siswa pada hari selasa, 1 Juli 2008.
Tabel 12.Hasil Angket Cara Belajar Berdasarkan Skor Nilai
Cara belajar siswa berdasarkan kondisinya meliputi cara belajar di
rumah, di sekolah dan belajar kelompok.
59
Cara belajar di rumah diawali dari mempersiapkan peralatan belajar
sebelum belajar. Berdasarkan hasil angket diperoleh dat, yaitu 20 siswa
selalu, 79 siswa sering, 71 siswa kadang-kadang dan 3 siswa tidak
pernah.
Untuk mencari prosentasenya digunakan rumus :
sehingga diperoleh :
Kategori , Kategori
Kategori , Kategori
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 15Distribusi Frekuensi Relatif
Cara Mempersiapkan Peralatan Belajar Sebelum Belajar
Kategori Alternatif jawaban Frekuensi ProsentaseECEKETE
a. Selalub. Seringc. Kadang-kadangd. Tidak pernah
2079713
11, 5645,6741,041,73
Jumlah 173 100 ( Sumber Angket Untuk Siswa No 1)
Siswa dalam mengatur jam belajar sendiri bervariasi ada yang lebih
dari 2 jam, yaitu sebanyak 32 siswa, 2 jam sebanyak 85 siswa, 50 siswa 1
jam dan 6 siswa belajar di rumah kurang lebih 1 jam. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
60
Tabel 16Distribusi Frekuensi Relatif
Cara Mengatur Jam Belajar Sehari
Kategori Alternatif jawaban F PECEKETE
a. Lebih dari 2 jamb. 2 jamc. 1 jamd. Kurang dari 1 jam
3285506
18,5049,1328,903,47
Jumlah 173 100 (Sumber : Angket Untuk Siswa No. 2)
Untuk menghitung berapa besar prosentase pada setiap kategori
adalah sebagai berikut :
Kategori Kategori
Kategori Kategori
Tabel 17Distribusi Frekuensi Relatif
Cara Membaca Buku Dengan Penuh Konsentrasi
Kategori Alternatif jawaban F PE
CEKETE
a. Selalub. Seringc. Kadang-kadangd. Tidak pernah
977330
56,742,201,73
0Jumlah 173 100
(Sumber Angket Untuk Siswa No 3)
Menurut tabel diatas siswa yang selalu membaca bahan pelajaran
dengan penuh konsentrasi adalah sebanyak 97 siswa, siswa yang sering
adalah 73 siswa, dan kadang kadang 3 siswa.
61
Berikut ini cara menghitung prosentasenya :
Kategori , Kategori
Kategori , Kategori
Berdasarkan prosentase tersebut, berarti cara membaca siswa SMP N I
Kalibening adalah tergolong effektif.
Tabel 18Distribusi Frekuensi Relatif
Cara Mengaktifkan Kegiatan Membaca.
Kategori Alternatif jawaban F PE Menulis di buku catatan/menggaris
bawahi83 47,98
CE Membacanya berualang-ulang 57 32,95KE Membaca satu kali,berhenti 30 17,34TE Membaca terus 3 1,73
Jumlah 173 100% (sumber: Angket untuk siswa no 4)
Membaca barmakna adalah kebutuhan setiap siswa dalam belajar.
Siswa SMP N 1 Kalibening berusaha untuk menunjukkannya. Caranya
adalah dengan menulis di buku catatan atau menggarisbawahi kalimat-
kalimat penting ketika ditemui saat membaca, yaitu sebanyak 83 siswa,
membacanya berulang-ulang 57 siswa, membacanya satu kali berhenti
sejenak 30 siswa.
Perhitungan prosentase setiap kategori adalah :
Kategori , Kategori
Kategori , Kategori
62
Cara untuk mengantarkan siswa kepada kepahaman salah satunya
adalah dengan cara meringkas pelajaran, sehingga mudah bagi siswa
untuk menghafal dan memahami pelajaran. Pada tabel 19, terdapat 41
siswa selalu meringkas, 70 siswa sering, 60 siswa kadang-kadang
melakukannya dan 2 orang siswa tidak pernah melakukannya.
Tabel 19Distribusi frekuensi relatif
Intensitas meringkas pelajaran
Kategori Altrnatif jawaban F PECEKETE
a. Selalub. Seringc. Kadang-kadangd. Tidak pernah
4170602
23,7040,4634,681,16
Jumlah 173 100 (Sumber: Angket untuk siswa no 5)
Prosentase masing-masing kategori adalah :
Kategori , Kategori
Kategori , Kategori
Tabel 20Distribusi Frekuensi Relatif
Menghafal PAI
Kategori Alternatif jawaban F PE
CEKETE
a. Selalub. Seringc. Kadang-kadangd. Tidak pernah
1601120
92,4856,361,16
0Jumlah 173 100
(Sumber Angket untuk siswa no. 6)
63
Dari tabel diatas dapat ditemukan sebanyak 160 siswa selalu
menghafal pelajaran PAI, 11 siswa sering menghafal, dan 2 siswa
kadang-kadang menghafal (tabel 20). Perhitungan prosentase setiap
kategori adalah :
Kategori , Kategori
Kategori , Kategori
Tabel 21Distribusi Frekuensi Relatif
Waktu Mengulangi Bahan Pelajaran
Kategori Alternatif jawaban F PECEKETE
a. Setelah cukup istirahat dirumahb. Jika ada PRc. Jika sudah dekat ujian semesterd. Mengulangi saat ujian
37893314
21,4051,4419,078,09
Jumlah 173 100 (Sumber Angket untuk siswa no. 7)
Bahan pelajaran yang sudah dipelajari diulang-ulang kembali supaya
bahan tersebut tidak terlupakan. Mengulangan dapat dilakukan pada
malam hari, pagi atau sore hari sambil mengerjakan PR jika ada.
Semuanya itu dilakukan setelah cukup beristirahat dirumah, siswa yang
demikian sebanyak 37 siswa. Mengulang ketika ada PR saja
menunjukkan bahwa siswa itu kurang perhatian kepada pelajaran yang
lalu, ini sebanyak 89 siswa, sehingga siswa ketika menghadapi ulangan
dari guru ia menjadi kurang percaya diri karena pelajaran tidak dikuasai.
64
Apalagi siswa mengulang itu dilakukan ketika sudah dekat ujian dan
pada saat ujian seperti yang dilakukan oleh 47 siswa. Perhitungan
prosentase setiap kategori adalah :
Kategori , Kategori
Kategori , Kategori
Tabel 22.Distribusi Frekuensi Relatif
Cara Menyelesaikan Tugas Atau PR
Kategori Alternatif jawaban F PE
CEKETE
a. Mengerjakan segera dengan baikb. Mengerjakan jika guru memberi nilaic. Mengerjakan setelah waktu mepetd. Menjiplak dari teman
11146152
64,1726,598,681,16
Jumlah 173 100 (Sumber: Angket untuk siswa no. 8)
Seberapa nilai tugas adalah sebagai bukti keberhasilan atau kegagalan
siswa dalam belajar. Berdasarkan tabel 22, 111 siswa mengerjakan
dengan segera dan dengan baik, 46 siswa jika diberi nilai, 15 siswa
mengerjakan setelah waktu mepet dan 2 siswa menjiplak dari teman.
Perhitungan prosentase setiap kategori adalah :
Kategori , Kategori
Kategori , Kategori
65
Tabel 23.Distribusi Frekuensi Relatif
Cara Mempersiapkan Ujian
Kategori Alternatif jawaban F PE
CEKETE
a. Mempersiapkan catatan,ringkasan,dan menghafal secara teratur
97 56,07
b. Menghafal pada malam harinya 44 25,43c. Membaca LKS sebelum ujian dimulai 30 17,34d. Membaca buku catatan sekenanya 2 1,16
Jumlah 173 100 (Sumber: Angket untuk siswa no.9)
Siswa SMP dalam menghadapi ujian adalah mempersiapkan segala
sesuatunya dengan baik dari mulai catatan, ringkasan sampai
menghafalnya secara teratur jauh-jauh hari (97 siswa), adapula siswa
yang menggunakan malam harinya saja untuk menghafal seluruh materi
(44 siswa), ada juga siswa yang menghafal ketika mau mengisi soal ujian
(30 siswa) dan membaca buku sekenanya (2 siswa). Berikut cara
prosentase tersebut.
Kategori , Kategori
Kategori , Kategori
Siswa dalam menempuh ujian tidak ada yang menyontek, tetapi ada
siswa yang masih ragu-ragu, sehingga memancingnya untuk bertanya
kepada teman (10 siswa), mwengerjakan yang bisa saja (44 siswa) tetapi
yang paling banyak adalah mengerjakan semuanya dan penuh keyakinan
bahwa jawaban itu adalah yang terbaik (119). Lihat pada tabel 24 berikut
ini :
66
Tabel 24.Distribusi Frekuensi Relatif
Cara Menempuh Ujian
Kategori Alternatif jawaban F PECEKETE
a. Semua dikerjakan sendiri & tidak menyontekb. Mengerjakan sendiri yang biasa sajac. Mengerjakan sendiri,jika ragu tanya temand. Menyontek dari buku atau dari teman
11944100
68,7925,435,780
Jumlah (Sumber: Angket untuk siswa no.10)
Perhitungan prosentase setiap kategori
Kategori
Kategori
Kategori
Kategori
Di sekolah keberhasilan siswa dimulai dari disiplin atau tidaknya
siswa masuk kelas. Siswa yang selalu terlambat dapat mengganggu
ketenangan pikirannya dan kesulitan dalam berkosentrasi karena
mengalami kelelahan dan bisa jadi mengganggu ketenangan siswa lain 67
yang sedang belajar. Dan resikonya guru dapat saja memberikan
hukuman. Ada 91 siswa selalu tepat waktu, 80 sisa sering tepat waktu,
dan 2 siswa kadang-kadang tepat waktu,
Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 25Distribusi Frekuensi Relatif
Disiplin Masuk Kelas
Kategori Alternatif jawaban F PE
CEKETE
a. Selalu tepat waktub. Sering tepat waktuc. Kadang-kadang tepat waktud. Tidak pernah tepat waktu
91 52,6080 46,242 1,160 0
Jumlah 173 100 (Sumber: Angket untuk siswa no.11)
Perhitungan prosentase setiap kategori
Kategori
Kategori
Kategori
Kategori
Tabel 26Distribusi Frekuensi Relatif
Memperhatikan Penjelasan Guru
Kategori Alternatif jawaban F PE
CEKETE
a. Selalub. Seringc. Kadang-kadangd. Tidak pernah
167600
96,533,47
00
Jumlah 173 10068
(Sumber : Angket untuk siswa no. 12)
Perhitungan prosentase setiap kategori
Kategori
Kategori
Kategori
Kategori
Setelah pelajaran dimulai siswa tinggal mempersiapkan diri
berkonsentrasi untuk memperhatikan penjelasan guru. Menurut Bapak
Asyrofi, metode yang dipakai dalam pelajaran PAI salah satunya adalah
ceramah, sehingga cara belajar siswa disesuaikan dengan metode
tersebut, yaitu siswa selalu menyaksikan dan mendengarkan penjelasan
guru, dari tabel diketahui sebanyak 167 siswa, siswa yang sering
sebanyak 6 siswa.
Sedangkan siswa yang berupaya untuk mencatat hal-hal penting dari
penjelasan guru karena bisa jadi hal yang dijelaskan oleh guru itu muncul
dalam ujian. Ada 21 orang siswa yang selalu mencatat, 46 siswa sering,
74 siswa kadang-kadang dan 32 orang tidak pernah mencatat hal penting
69
ketika guru sedang menerangkan pelajaran. Ini dapat diketahui pada tabel
27.
Tabel 27.Distribusi frekuensi relatif
Mencatat hal penting dari penjelasan guru
Kategori Alternatif jawaban F PE
CEKETE
a. Selalub. Seringc. Kadang-kadangd. Tidak pernah
21467432
12,1425,5942,7718,50
Jumlah 173 100 (Sumber : Angket untuk siswa no. 13)
Perhitungan prosentase setiap kategori
Kategori
Kategori
Kategori
Kategori
Tabel 28.Distribusi Frekuensi Relatif
Cara Yang Ditempuh Untuk MemahamiPenjelasan Guru Yang Belum Jelas
Kategori Alternatif jawaban F P
70
ECEKETE
a. Bertanya kepada gurub. Bertanya kepada temanc. Membuka bukud. Diam saja
9773
1,730
56,0742,201,73
0Jumlah 173 100
(Sumber: Angket untuk siswa no. 14)
Berdasarkan tabel 28. siswa SMPN 1 Kalibening ketika ada sesuatu
hal yang belum dipahami dari penjelasan guru ada yang selalu langsung
menanyakan hal itu kepada guru (97 siswa), ada juga siswa yang
bertanya kepada teman setelah habis pelajaran (73 siswa), dan terdapat
pula iswa yang mencari jawaban dari buku (3 siswa). Perhitungan
prosentase setiap kategori adalah :
Kategori , Kategori
Kategori , Kategori
Siswa sebanyak 32 siswa memanfaatkan pelajaran yang kosong untuk
berdikusi, 85 siswa berinisiataif untuk belajar sendiri, ada juga yang
mempergunakan untuk membaca buku (50 siswa) dan dipergunakan
untuk bermain, ngrumpi atau membolos (6 siswa), tetapi minimal siswa
ada yang pergi ke perpustakaan untuk baca-baca buku kesenangan
(16,76%).
Tabel 29.Distribusi Frekuensi Relatif
Cara Memanfaatkan Waktu Kosong
Kategori Alternatif jawaban F P
71
ECEKETE
a. Berdiskusi terpimpinb. Belajar sendiric. Mambaca buku yang disenangid. Bermain, ngrumpi atau bolos
3285506
18,5049,1328,903,47
Jumlah 173 100 (Sumber: Angket untuk siswa no 15)
Perhitungan prosentase setiap kategori adalah :
Kategori , Kategori
Kategori , Kategori
Perpustakaan adalah gudanganya ilmu, semakin sering siswa datang
ke perpustakaan, maka akan semakin besar kesempatan untuk meraih
ilmu pengetahuan yang diinginkan. Itupun jika di perpustakaan
digunakan untuk keperluan membaca, meringkas, menyelesaikan tugas
guru atau diskusi.
Berdasarkan tabel berikut ini dapat diketahui ada sebanyak 20 siswa
yang ke perpustakaan 6 kali dalam seminggu, 4 sampai 5 kali sebanyak
79 siswa, 2 sampai 3 kali 71 siswa sekali dalam seminggu ke
perpustakaan, sedangkan cara mereka memanfatkan perpustakaan adalah
bervariasi, terdapat siswa yang memanfaatkannya untuk aktifitas
membaca, meringkas, menyelesaikan tugas, yaitu sebnayak 160 siswa,
memanfaatkannya untuk berdiskusi (11 siswa) dan melihat-lihat buku
dan gambarnya, yaitu sebanyak 2 siswa. Prosentase dapat dilihat pada
tabel 30 dan 31.
Tabel 30Distribusi Frekuensi RelatifIntensitas Ke Perpustakaan
72
Kategori Alternatif jawaban F PE
CEKETE
a. 6 kalib. 4 – 6 kalic. 2 – 3 kalid. 1 kali
2079713
11,5645,6741,041,73
Jumlah 173 100 (Sumber: Angket untuk siswa no 16)
Perhitungan prosentase setiap kategori adalah :
Kategori
Kategori
Kategori
Kategori
73
Tabel 31Distribusi Frekuensi Relatif
Cara Memanfaatkan Perpustakaan
Kategori Alternatif jawaban F PE
CEKETE
a. Membaca,meringkas,menyelesaikan tugasb. Berdiskusi ringanc. Melihat-lihat buku gambarnyad. Bermain atau ngrumpi
1601120
92,486,361,16
0
Jumlah 173 100Perhitungan prosentase setiap kategori adalah :
Kategori
Kategori
Kategori
Kategori
Secara sosial siswa memerlukan patner dalam belajar terutama jika ia
menemui kesulitan dalam belajarnya. Kebutuhan tersebut perlu dipenuhi
sehingga siswa dapat berbagi pendapatan dan bertukar pikiran (diskusi),
sehingga hasil yang dicapai akan memuaskan. Apalagi jika siswa dapat
menemukan teman yang cocok dalam belajar, tentu saja ini akan
mempengaruhi prestasi belajarnya. Tabel berikut ini menunjukkan ada 15
siswa yang selalu belajar bersama ketika ada kesulitan dan terjadwal, 111
siswa sering melakukannya 46 kadang-kadang dan sebanyak 2 siswa
mengaku tidak pernah melakukan belajar kelompok.
74
Tabel 32.Distribusi Frekuensi Relatif
Intensitas Belajar Bersama (Kelompok)
Kategori Alternatif jadwal F PE
CEKETE
a. Selalu terjadwalb. Seringc. Pernahd. Tidak pernah
15111462
8,6864,1726,591,16
Jumlah 173 100 (Sumber: Angket untuk siswa no. 18)
Perhitungan prosentase setiap kategori adalah :
Kategori
Kategori
Kategori
Kategori
Tabel 33 diketahui sebanyak 20 siswa mengaku selalu menyampaikan
dapat, 79 siswa sering, 71 siswa kadang-kadang dan 3 siswa tidak pernah
Ahmad D. Marimba, (1997), Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: PT. AL-MA’arif
Anas Sudjiono, (2000), Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Bobbi De Porter, Mike Hernacki (2003), Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Bandung : Kaifa.
Bobbi De Porter dkk., (2001), Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas, Bandung : Kaifa.
Chabib Thoha dan Abdul Muti, (1999), PBM-PAI di Sekolah, Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, Yogyakarata: Pustaka Belajar.
Choiruddi Hadhiri Suprapto, (2003), Jalan Pintas Menjadi Bintang Pelajar, Panduan Untuk Pelajar Islami, Bandung: Mujahid Press.
Departemen Agama RI, (1996), Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya, Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1993), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (tanpa tahun), Laporan Penilaian Hasil Belajar Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), tanpa penerbit.
Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, (1980), Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama / IAIN Pusat.
91
Gordon Dryen dan Jeannete Vos, (2001), The Learning Revolution (Terjemahan ration service) Bandung: Kaifa.
Muhaimin, (2002), Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Muhibbin Syah, (2004), Psikology Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Perasada.
Nana Sudjana, (1991), Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru.
Rohmad Qomari, (1999), Insania, ”Tehnik Penentuan Ukuran Sampel Dalam Penelitian” Edisi Mei-Juli, Purwokerto : P3M STAIN.
Sanafiah Faisal, (1982), Metode Penelitian Pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional.
Slamento, (1995), Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Sugiyono, (2004), Statistika Untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta.
Suharsimi Arikunto, (1998), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Syaiful Bahri Djamarah, (2002), Rahasia Sukses Belajar, Jakarta : PT Rineka Cipta.
The Liang Gie, (1985). Cara Belajar Yang Efisien, Yogyakarta : Pusat Kemajuan Study.
Thursan Hakim, (2002), Belajar Secara Efektif: Panduan Menemukan Teknik Belajar, Memilih Jurusan, dan Menentukan Cita-cita, Jakarta: Puspa Swara.
Zuhairini dkk, (1983), Metodology Pendidikan Agama, Solo: Ramadhani.92