BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Semen Portland adalah salah satu hasil pembuatan yang didapat karena bersatunya suatu campuran dari kapur (CaCO3) dan tanah liat dalam perbandingan 4 : 1, yang dipijarkan hingga lebur dan berubah menjadi suatu massa seperti batu. Setelah dingin batu- batu ini kemudian pecah dengan mesin menjadi potongan – potongan kecil, seterusnya digiling hingga menjadi tepung yang sangat halus dan selanjutnya diayak. Semen dinamakan juga semen hidrolik, dan pengikatan serta pengerasan dari semen hanya terjadi karena adanya air. Air disini diperlukan untuk melangsungkan reaksi – reaksi kimia sehingga menghasilkan senyawa – senyawa hidrat yang dapat mengeras. Semen Portland yang selanjutnya disebut dengan nama semen adalah serbuk yang sangat halus .berwarna abu-abu atau coklat mauun abu-abu kehijauan, terutama terdiri dari kristal silikat, kalsium dan aluminium. batu kapur (CaO), silica (SiO2 ),aluminium (Al2 O3),oxidbesi (Fe2 O3 ),karbonat magnesium (MgCO3), juga terdapat dalam jumlah yang kecil sebagai pengotoran. Semen Portland yang baik mengandung rata-rata : Kapur (Cao)……………………. 58 – 65%
71
Embed
BAB I · Web viewDidapat dari grafik hubungan % kadar air dengan penurunan jarum vicat pada penetrasi 10 ml. Vicat test a. Didapatkan dari grafik hubungan dari penurunan jarum vicat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Semen Portland adalah salah satu hasil pembuatan yang didapat karena bersatunya
suatu campuran dari kapur (CaCO3) dan tanah liat dalam perbandingan 4 : 1, yang
dipijarkan hingga lebur dan berubah menjadi suatu massa seperti batu. Setelah dingin batu-
batu ini kemudian pecah dengan mesin menjadi potongan – potongan kecil, seterusnya
digiling hingga menjadi tepung yang sangat halus dan selanjutnya diayak.
Semen dinamakan juga semen hidrolik, dan pengikatan serta pengerasan dari semen
hanya terjadi karena adanya air. Air disini diperlukan untuk melangsungkan reaksi – reaksi
kimia sehingga menghasilkan senyawa – senyawa hidrat yang dapat mengeras.
Semen Portland yang selanjutnya disebut dengan nama semen adalah serbuk yang
sangat halus .berwarna abu-abu atau coklat mauun abu-abu kehijauan, terutama terdiri dari
Mengingat jumlah macam pengujian di laboratorium, juga dibatasinya contoh
agregat yang akan diuji maka diberikan batasan-batasan terhadap permasalahan
yang timbul sebagai berikut :
Pengujian agregat halus dilaksanakan bagi satu macam sampel yang
didatangkan dari daerah tertentu.
1.4 TUJUAN PENULISAN
Tujuan penelitian agregat halus antara lain :
1. Mengetahui berat isinya dalam agregat halus.
2. Mengetahui berat jenis dalam agregat halus.
3. Mengetahui kadar air agregat halus.
4. Mengetahui kadar Lumpur dalam agregat halus.
5. Mengetahu kadar organik agregat halus.
6. Mengetahui soundness kelapukan dalam agregat halus.
7. Mengetahui sand equivalent dalam agregat halus.
8. Mengetahui gradasi dalam agregat halus.
9. Mengetahui bulking faktor dalam agregat halus.
1.5 INTRODUKSI TEORI
Guna mengetahui hasil yang akan didapat maka perlu dilakukan langkah
perhitungan guna menemukan hasilnya dan membandingkan dengan persyaratan
yang telah ditentukan.
Berikut ini penjabaran rumus-rumus perhitungan yang digunakan :
1. Berai isi
a. Berat isi lepas
BI = = gr / cm³
Dimana :
G1 = Berat container kosong (gr)
G2 = Berat container isi (gr)
V = Volume container (cm)
b. Berat isi padat
sama berat isi lepas dengan perbedaan q2, dimana pasir dipadatkan
untuk tiap llapisan.
2. Berat jenis dan penyerapan (Specific vity and Absorbion)
Syarat = Berat jenis lebih besar 2,3%, absorbsi lebih kecil 5%
a.Berat Jenis Bulk =
b. Berat Jenis SSD =
c.Berat Jenis Semu =
d. Penyerapan
3. Kadar air
Syarat = < 2%
Kadar air = x 100 %
Dimana :
A = Skala Lumpur dalam gelas ukur (ml)
B = Skala pasir dalam gelas ukur (ml)
4. Kadar Lumpur
Syarat : < 5%
a) Metode Goncangan
Kadar lumpur = x 100 %
Dimana :
300 = Berat awal pasir 300 gr
B = Berat kering oven pasir setelah dicuci
5. Kadar bahan organik
Syarat : warna lebih jernih air teh
Standart warna : metode Abram – Harder.
Bila warna larutan lebih muda dari standart no. 1 dan no. 2 berarti pasir
perlu dicuci sebelum digunakan.
Bila warna no. 3, 4, 5 berarti kandungan organic terlalu tinggi. Pasir perlu
dicuci sebelum digunakan.
6. Soundness Test (Kelapukan)
Syarat : < 10%
Zat pelapukan NaSO4 B∂= 1.151 – 1.174
a) Membuat larutan Mg2SO4 B∂= 1.259 – 1.308
Bσ = X 100 %
Dimana :
G1 = Berat gelas ukur kosong (gr)
G2 = Berat gelas ukur + isi (gr)
b) Soundness test
S = x 100 %
Dimana :
300 = Berat awal pasir 300 gr
G = Berat pasir setelah direndam, larutan disaring dan dioven
7 Sand Equivalent Test
Syarat : 25%
SE = x 100 %
Dimana :
V0 = Penunjukan skala awal (ml)
V1 = Skla pasir (ml)]
V2 = Skala bebas akhir (ml)
8 Analisa Gradasi
Kehilangan berat = x 100 %
Finesess Modulus (FM) = Modulus Kehalusan
FM =
Ø Sieve (mm)
Berat AH Tertahan
(gr)
Prosentase AH Tertahan (%)
% Kumulatif
Tertahan Lolos19,0 A A/X * 100% = K K 100 - K9,5 B B/X * 100% = L K + L = U 100 - U4,8 C C/X * 100% = M U + M = V 100 - V2,4 D D/X * 100% = N V + N = W 100 - W1,2 E E/X * 100% = O W + O = X 100 - X0,6 F F/X * 100% = P X + P = Y 100 - Y0,3 G G/X * 100% = Q Y - Q = Z 100 - Z
0,15 H H/X * 100% = R Z + R = AA 100 - AA0,075 I I/X * 100% = S AA + S = AB 100 - ABPan J J/X * 100% = T AB + T = AC 100 - AC
Jumlah K J Z
9 Bulking faktor
Syarat ; Bulking factor <20%
Rumus :
BF = x 100 %
Dimana :
300 = Volume pasir awal (300 ml)
V = Volume pasir akhir, setelah dituang dalam air (ml)
1.6 METODOLOGI PENELITIAN1 Pengujian Berat Isi
a. Tujuan : Menentukan berat isi agregat halus (pasir) dalam kondisi lepas dan
padat.
b. Syarat : minimal 1.6 t/m³c. Alat dan bahan :
Container
Timbangan
Pasir
Batang pemadat
d. Cara kerja berat isi lepas
1) Container ditimbang G1 (gram)
2) Hitung volume container tersebut V (cm³)
3) Masukkan sample dalam container kemudian ditimbang
e. Cara kerja berat isi padat :
1) Container dengan volume (V) kemudian ditimbang G1 (gram).
2) Masukkan sample dalam container 1/3 bagian, kemudian ditusuk-tusuk
dengan batang pemadat sebanyak 25 kali, demikian juga untuk lapisan
berikutnya.
3) Sampel digetarkan sampai tidak terjadi penurunan butiran dan kemudian
ditimbang G2 (gram)
f. Rumus Perhitungan Berat Isi
1) Berat Isi Lepas :
BI = gr / cm
Dimana :
G1 = berat container kosong (gr)
G2 = berat container isi (gr)
V = volume container (cm)
2) Berat Isi Padat
Berat isi lepas dengan perbedaan G2, diman pasir dipadatkan untuk tiap
lapisan.
2. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan
a. Tujuan : Mengeahui berat jenis agregat dan kemampuan absorpsi agregat
2) Rendam dalam larutan pelapuk selama enam belas jam
3) Siapkan air yang telah dididihkan samapai suhu 40 ° C, lalu cuci pasir
tersebut sambil diayak dengan ayakan no. 50.
4) Tampung dalam cawan kembali pasir yang tertahan pada saringan
selanjutnya oven pada suhu 110° C.
5) Timbang pasir kering oven (G gram).
f. Rumus perhitungan Soundness Test :
1) Membuat larutan BJ :
BJ = gr / cm³
Dimana :
G1 = berat gelas ukur kosong (gr)
G2 = berat gelas ukur + isi (gr)
V = Volume gelas ukur (cm)
6. Pengujian Soundness Test
a. Tujuan : Untuk mengetahui keausan / pelapukan agregat akibat pengaruh iklim
atau cuaca.
b. Syarat : soundness test <10%
c. Alat dan bahan :
Oven
Timbangan
Saringan no. 50
Gelas ukur
Becker glass
NaSO4 / MgSO4
Desikator
d. Cara kerja membuat larutan pelapuk :
1) Siapkan garam sulfat (NaSO4 / MgSO4) dengan cara melarutkan kristal-
kristal garam dalam air.
2) Timbang berat becker glass kosong (A gram).
3) Larutkan garam sulfat dalam bcker glass sampai menadi larutan jenuh, amati
skala larutan dalam becker glass (V ml).
4) Timbang becker glass yang berisi larutan jenuh (B gram).
5) Hitung berat jenis larutan sesuai dengan garam sulfat yang dipakai.
BJ dengan Na2SO4 = 1,151 – 1,174
BJ dengan Mg2SO4 = 1,259 – 1,408
Soundness Test
S = x 100 %
300 = berat awal pasir (gr)
G = berat pasir setelah direndam larutan, disaring dan dioven(gr)
7. Pengujian Sand Equivalent
a. Tujuan : Untuk mengetahui ukuran butir dan gradasi agregat halus pada sand
equivalend test
b. Syarat : sand equivalent > 25%
c. Alat dan Bahan :
2 buah tabung sand equivalent
beban equivalent
Larutan standart
Gelas erlemeyer
Selang
Tin Box
Saringan no. 4
Stop Watch
Sumbal karet
d. Cara kerja :
1) Ambil pasir yang lolos saringan no. 4 secukupnya dan masukkan dalam tin
box sampai penuh, ratakan dan tekan dengan ibu jari sehinga permukaan
rata.
2) Masukkan beban equivalent, catat skala awal beban (V0 ml).
3) Tuangkan pasir yang telah ditakar ke dalam tabung equivalent sampai skala
lima strip pada tabung, biarkan selama lima menit.
4) Masukkan larutan standart ke dalam tabung equivalent sampai skala lima
strip pada tabung, biarkan selam lima menit.
5) Tutup tabung equivalent dengan plastik yang diikat dengan karet.
6) Guncang-guncangkan dengan posisi horizontal sebanyak sembilan puluh
kali, dimana perhitungan dilakukan satu arah.
7) Tambahkan larutan standard sampai dengan skala lima belas tabung
equivalent, diamkan selama lima belas menit.
8) Selanjutnya baca skala pasir yang ada pada tabung (V1 ml)
9) Masukkan skala beban equivalent secara prelahan-lahan sampai beban
tersebut berhenti, catat skala akhir beban (V2 ml)
10) Hitung nilai sand equivalent test.
e. Rumus Perhitungan Sand Equivalent Test :
SE = x 100 %
Dimana :
V0 = penunjukan skala awal (ml)
V1 = skala pasir (ml)
V2 = skala beban akhir (ml)
8 Pengujian analisa Butiran
a. Tujuan : Untuk mengetahui ukuran butir dan gradasi agregat halus dari yang
kasar sampai yang halus.
b. Syarat : kehilangan agregat < 1%.
c. Alat dan Bahan :
Saringan dengan ukuran
Sieve shaker
Timbangan
Oven
d. Cara kerja :
1) Ambil sample pasir lapangan seberat 1500 gram, selanjutnya dioven pada
suhu 110° C.
2) Pasir oven diambil 1000 gram.
3) Siapkan sieve yang telah disusun berdasarkan urutan diameternya, paling
bawah adalah pan dan paling atas sieve dengan Ø 9,6 mm.
4) Masukkan pasir pada saringan teratas kemudian tutup, jepit susunan
saringan tersebut lalu guncangkan dengan mesin sieve shaker selama
sepuluh menit.
5) Biarkan selama lima belas menit, kemudian untuk memberikan kesempatan
debu-debu mengendap.
6) Buka saringan tersebut, kemudian timbang masing-masing saringan beserta
isinya.
7) Hitung berat agregat yang tertahan pada masing-masing saringan, masukkan
dalam blanko yang sudah disisapkan.
e. Rumus Perhitungan Analisa Gradasi :
Ø Sieve (mm)
Berat AH Tertahan
(gr)
Prosentase AH Tertahan (%)
% Komulatif
Tertahan Lolos19,0 A A/X * 100% = K K 100 – K9,5 B B/X * 100% = L K + L = U 100 – U4,8 C C/X * 100% = M U + M = V 100 – V
2,4 D D/X * 100% = N V + N = W 100 – W1,2 E E/X * 100% = O W + O = X 100 – X0,6 F F/X * 100% = P X + P = Y 100 – Y0,3 G G/X * 100% = Q Y - Q = Z 100 – Z
0,15 H H/X * 100% = R Z + R = AA 100 – AA0,075 I I/X * 100% = S AA + S = AB 100 – ABPan J J/X * 100% = T AB + T = AC 100 - AC
Jumlah K J Z
Kehilangan berat = x 100 %
Fineness Modulus (FM) = Modulus Kehalusan
FM =
9 pengujian Bulking Faktor
a. Tujuan : Untuk menentukan pengembangan volume bila pasir dalam keadaan
terendam.
b. Syarat : Bulking factor <20%
c. Alat dan Bahan :
Gelas ukur 500 ml.
Loyang / cawan
Batang pengaduk
Sieve no. 4
d. Cara kerja :
1) Siapkan pasir lapangan dengan kadar air asli yang lolos sieve no.4.
2) Masukkan dalam gelas ukur 500 ml, sampai dngan skala 300 ml, catat
volume tersebut (A ml)
3) Pindahkan pasir tersebut ke dalam loyang.
4) Isi gelas ukur sampai skala setengahnya, masukkan pasir kembali ke dalam
gelas ukur sambil diaduk-aduk.
5) Baca volume akhir pasir dalam gelas ukur (B ml).
6) Hitung bulking faktor.
e. Rumus Perhitungan Bulking Faktor :
BF = x 100 %
BAB 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam pelaksanaan suatu konstruksi bangunan sipil. pemakaina agregat
sangatlah diperlukan terutama dalam konstruksi beton. Dalam hal ini yang
dimaksud agregat adalah bahan mineral yang terbagi tiga jenis, yaitu :
1. Agregat halus (pasir)
2. Agregat kasar (split)
3. Agregat campuran
Penggunaan dari tiap jenis agregat tersebut sangat variatif tergantung dari maksud
dan tujuan dari pemakainya.
Kualitas suatu konstruksi bangunan sipil sangat ditentukan dari bahan-bahan yang
digunakan, untuk mendapatkan kualitas yang baik, maka diperlukan pola bahan-
bahan dasar yang berkualitas baik sehingga dicapai hasil yang diharapkan
kenyataannya masih terdapat bahan-bahan bangunan yag kurang / tidak memenuhi
syarat yang dapat mempengaruhi mutu konstruksi, misalnya pada konstruksi beton
yang menjadi kurang air kerena agragat kasarnya mempunyai kandungan lupur yanag
cukup tinggi.
Untuk dapat mengetahui kualitas agregat kasar diperlukan adanya penelitian
tentang bahan bangunan terutama agregat kasar sehingga akhirnya terjadilah suatu
konstruksi bahan bangunan yang dapat dipertanggung jawabkan.
Arti umum agregat kasar ialah agregat yang terdiri dari butir-butir yang beraneka
ragam dengan besar butiran > 5 m ( keras dan tidak berpori).
1.2 PERUMUSAN MASALAH1. Berapa berat jenisnya ?
2. Berapa berat jenis dan absorbsinya ?
3. Berapa kadar airnya ?
4. Berapa prosentase analisa saringannya ?
5. Berapa kadar Lumpur dan lempungnya ?
6. Berapa soundness testnya ?
7. Berapa prosentase impact testnya ?
8. Berapa abrasinya ?
1.3 PEMBAHASAN MASALAH
1. Agregat kasar yang diteliti dianggap berbutir kecil dan agak seragam di daerah
tertentu.
2. Penelitian meliputi sifat kimia dan sifat fisik dari agregat kasar.
3. Hasil yang diperoleh diharapkan mampu menunjukkan kualitas agregat kasar
secara umum dari sampel yang digunakan.
1.4 TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui berat isi agregat kasar dalam kondisi lepas maupun padat.
2. Untuk mengetahui berat jenis dan penyerapannya.
3. Untuk mengetahui proesntase kadar airnya.
4. Untuk mengetahui gradasi agregat kasar.
5. Untuk mengetahui kadar Lumpur dan lempungnya.
6. Untuk mengetahui soundness testnya.
7. Untuk mengetahui prosentase impact testnya.
8. Untuk mengetahui abrasinya.
1.5 MANFAAT PENELITIAN
1. Untuk menentukan berat jenis dan berat isi dari agragat yang dapat menyerapa air.
2. Untuk mengetaahui kadar air, keausan / pelapukan, ketahanan agregat akibat
pengaruh iklim / cuaca.
3. Untuk mengetahui ukuran butiran-butiran yang layak untuk digunakan dalam
konstruksi beton / bangunan.
1.6 LANDASAN TEORI
1. Berat isi
BI lepas / padat = = gram / cm³
Dimana :
G1 = berat container kosong
G2 = berta container + agragat
V = volume container
2. Berat Jenis dan Absorbsi
BJ Bulk =
BJ SSD = -
BJ Semu =
Absorbsi = x 100℅
Dimana :
A = berat split keadaan SSD (gr)
B = berat split keadaan SSF dalam air (gr)
C = berat split akhir setelah dioven (gr)
3. Kadar air
KA = x 100℅
Dimaan :
G1 = berat cawan kosong (gr)
G2 = berat cawan + agregat basah (gr)
G3 = berat cawan + agregat kasar kering (gr)
4. Gradasi Agregat
a. Kehilangan berat = 100٭ ℅
b. Fineness Lumpur dan Lempung =
¢ Sieve ( mm )
Berat AH
Tertahan
( gr )
Prosentase AH
Tertahan ( ℅ )
℅ Komulatif
Tertahan Lolos
19,0 A A/Σ x 100℅ = L L 100 – L
9,5 B B/Σ x 100% = M L + M = W 100 – W
4,8 C C/Σ x 100% = N M + W = X 100 – X
2,4 D D/Σ x 100% = O X + O = Y 100 – Y
1,2 E E/Σ x 100% = P Y + P = Z 100 – Z
0,6 F F/Σ x 100% = Q Z + Q = AA 100 – AA
0,3 G G/Σ x 100% = R AA + R = AB 100 – AB
0,15 H H/Σ x 100% = S AB + S = AC 100 – AC
0,0075 I I/Σ x 100% = I AC + T = AD 100 – AD
0,08 J J/Σ x 100% = J AD + U = AE 100 – AE
Pan K K/Σ x 100% = K AE + V = AF 100 – AF
Jumlah Σ ΣO TK
5. Kadar Lumpur dan Lempung
KL = x 100%
Dimana :
G1 = berat agregat kasar (gr)
G2 = berat akhir agregat kasar kering oven (gr)
6. Soundness Test
ST = x 100%
Dimana :
G1 = berat agregat setelah dioven (gr)
G2 = berat split (gr)
7. Impact Test
% hancur = x 100%
Dimana :
G1 = berat mould
G2 = berat mould + agregat kasar
G3 = berat agregat yang tertahan
8. Abrasi
% hancur = x 100%
Dimana :
G = berat agregat yang tertahan (gr)
1.7 METODOLOGI PENELITIAN
1. Pengujian Berat Isi
a. Tujuan : Untuk mengetahui berat isi agregat kasar dalam kondisi lepas dan
padat.
b. Syarat : berat isi agregat kasar 1,6 t/m³c. Alat dan Bahan :
Timbangan
Batang pemadat
Container pengukur volume pasir lapangan kering oven
d. Cara kerja
1) Container disiapkan, dicari volume (V cm³ ) dan beratnya (G1 gram).
2) Container diisi dngan agregat sampai penuh.
3) Contaier beserta isi ditimbang (G2 gram).
e. Cara kerja berat isi padat :
1) Container disipakan, dicari volume (V cm³ ) dan beratnya (G1 gram).
2) Container diisi agregat 1/3 bagian kemudian ditusuk dengan batang
pemadat sebanyak 25 kali.
3) Isi untuk lapisan kedua dan ketiga dengan perlakuan sama seperti lapisan
pertama.
4) Container digetarkan di atas meja getar selama lima menit dan diatur
sehingga permukaan agregat rata dengan permukaan container.
5) Container beserta isi ditimbang (G2 gram).
2. Pengujian Berat Isi dan Absorbsi
a. Tujuan : Untuk mengetahui berat jenis dan prosentase daya serap agregat
kasar tersebut terhadap air.
b. Syarat : berat jenis agregat kasar > 2,3
c. Alat dan Bahan :
Timbangan
Dunangan test set
Saringan no. 4
Oven
Agregat kasar
d. Cara kerja :
1) Agregat yang tertahan saringan no. 4 disiapkan sekitar 5000 gr.
2) Sampel dicuci dan dimasukkan dalam oven.
3) Agregat kering didinginkan dalam ruangan terbuka selama dua jam lalu
direndam dalam air selama satu jam.
4) Air rendaman dibuang, agregat ditumpahkan di atas kain lap yang
menyerap air. Masing-masing agregat dikeringkan dengan lap.
5) Agregat yang telah kering permukaannya ditimbang.
6) Agregat segera dimasukkan ke dalam keranjang dunangan, kemudian
dicelupkan ke dalam container berisi air.
7) Agregat dalam air ditimbang.
3. Pengujian Kadar Air
a. Tujuan : Untuk mengetahui prosentase kadar air yang terkandung dalam
agregat kasar.
b. Syarat : Kadar air agregat kasar <5%
c. Alat dan Bahan :
Agregat kasar
Timbangan
Oven
Cawan
e. Cara kerja
1) Cawan kosong ditimbang (G1 gram).
2) Agregat dimasukkan dalam cawan kemudian ditimbang (G2 gram)
3) Oven selama 24 jam pada suhu 110º C.
4) Agregat kering dan cawan ditimbang (G3 gram).
4 Pengujian Analisa Saring
a. Tujuan : Untuk mengetahui gradasi kasar dari suatu sampel.
b. Syarat : Kehilangan berat < 1%
c. Alat dan Bahan :
Mesin pengguncangan saringan
Saringan
Pan dan Cover
Agregat kasar
Timbangan
Oven
c. Cara kerja
1) Sampel ditimbang kemudian dioven.
2) Sampel kering dari tiap saringan ditimbang.
3) Saringan disusun dalam mesin pengguncang.
4) Benda uji dimasukkan dalam saringan dan ditutup dengan penjepit.
5) Diguncang selama lima menit.
6) Sampel dalam setiap saringan ditimbang
7) Dihitung berat agregat yang tertahan.
5. Pengujian Kadar Silt dan Clay
a. Tujuan : Untuk mengetahui prosentase kadar silt dan clay dalam agragat
kasar.
b. Syarat : Kadar silt dan clay agregat kasar <1%.
c. Alat dan Bahan :
Saringan no. 4
Timbangan
Aquadest
Oven
d. Cara kerja
1) Sampel agregat dikeringkan dalam oven.
2) Agregat kering diayak dengan saringan no. 4 dan agregat yang tertahan
ditimbang.
3) Agregat dicuci sampai bersih kemudian dikeringkan dalm oven.
6. Pengujian Soundness
a. Tujuan : Untuk mengetahui prosentase kelapukan agregat kasar akibat
pengaruh iklim dan cuaca.
b. Syarat : Kelapukan dengan Na2SO4 < 12%.
c. Alat dan Bahan :
Agregat kasar
Beaker glass
Timbangan
Na2SO4 atau Mg2SO4
Oven
Saringan
Desikator
d. Cara kerja
1) Larutan Na2SO4 disiapkan (cara membuat larutan pelapuk lihat pada
pengujian agregat halus) dengan BJ = 1,151 – 1,174.
2) Sampel agregtat uji dikeringkan dalam oven.
3) Sampel kering dimasukkan dalam beaker glass, dituangkan larutan
Na2SO4 yang telah memenuhi syarat setinggi satu cm di atas permukaan
agregat.
4) Beaker glass dimasukkan dalam desikator dan didiamkan selama enam
belas jam.
5) Agregat disaring dengan saringan no. 5 dan dicuci dengan aquades
40°C.
6) Agregat tertahan di oven kemudian ditimbang.
7 Pengujian Impact
a. Tujuan : Untuk mengetahui prosentase ketahanan agregat kasar terhadap
pengaruh mekanis.
b. Syarat : Impact (ketahanan) agragat kasar < 30%.
c. Alat dan Bahan :
Alat Impact Test
Sieve 1/2” (12,7 mm)
Sieve 3/8” (9,52 mm)
Sieve no. 8 (2,38 mm)
Pan dan Cover
Kuas
Loyang
Timbangan
Oven
d. Cara kerja :
1) Agregat disiapkan dengan ukuran butiran antara ½” samapai 3/8” dan
timbang tabung penakar kosong.
2) Kadar air agregat kasar diatur supaya berada dalam keadaan SSD (kering
permukaan jenuh).
3) Tabung penakar diisi setinggi 1/3 bagian lalu ditumbuk dengan batang
penumbuk secara vertical sebanyak 25 tumbukan dengan tinggi jatuh lima
puluh mm di atas agregat secara merata.
4) Ulangi prosedur di atas untuk lapisan kedua dan ketiga. Pada lapisan
terakhir, agregat yang melebihi tabung penakar dibuang.
5) Berat tabung penakar yang berisi agregat kasar tadi ditimbang lalu
tentukan berat agregatnya.
6) Agregat kasar tadi dimasukkan ke dalam mould penumbuk lalu ditumbuk
dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali pada lapisan atas ( tidak perlu
dibuat tiga lapisan).
7) Tinggi jatuh penumbuk diatur sekitar 380 mm di atas permukaan agregat
dengan cara mengatur posisi mur penjepit yang terdapat pada tiang alat
impact.
8) Counter diputar agar menunjukkan angka 0000.
9) Penumbukan dilakukan sebanyak lima belas kali dengan interval waktu
kurang dari satu detik. Palu penumbuk diangkat bersama-sama. Ketika
menyentuh pelatuk atas maka palu pemadat akan jatuh secara otomatis.
10) Agregat kasar tadi ditumpahkan ke dalam loyang dengan cara mengetuk
mould penumbuk, dan dibersihkan agregat kasar yang tersisa dengan kuas.
11) Agregat kasar tersebut disaring dengan saringan no. 8 (2,38 mm).
12) Agregat yang tertahan pada saringan tersebut ditimbang.
8 Pengujian Abrassion
a. Tujuan : Untuk mengetahui prosentase keausan agregat kasar akibat faktor
mekanis.
b. Syarat : Keausan agregat kasar < 50%
c. Alat dan Bahan :
Agregat kasar
Los Angeles abrasion machine
Bola baja
Talang
Sieve no 16 ( Ø 1,2 mm) Pan
d. Cara kerja :
1) Agregat kasar disiapakan dan dicuci samapai bersih.
2) Dioven selama 24 jam dengan suhu 110º C.
3) Agregat dipisahkan sesuai dengan kelompok (tabel 5) lalu dicampur sesuai
dengan kombinasi yang diinginkan dengan berat total 5000 gr.
4) Power Los Angeles Abrassion Machine dihidupkan.
5) Drum abrasi diputar sehinnga tutupnya mengarah ke atas dengan menekan
tombol “ inching”.
6) Tutup counter dibuka akan dimasukkan agregat beserta bola baja sesuai
ketentuan, drum ditutup kembali.
7) Tutup counter dibuka dan diatur agkanya menjadi 500 kemudian ditutup
kembali.
8) Tombol “start” ditekan sehingga drum berputar sesuai dengan jumlah
yang tertera pada counter.
9) Talang dipasang di bawah drum.
10) Tutup drum dibuka lalu tekan tombol “inching” sehingga tutup drum
menghadap ke bawah dan agregat beserta bola baja tertampung pada
talang.
11) Agregat disaring dengan saringan no. 16 (Ø 1,2 mm) lalu agregat yang
tertahan dicuci sampai bersih.
12) Oven selama 24 jam dengan suhu 110° C.
13) Ditimbang berat keringnya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penggabungan agregat adalah suatu usaha secara pendekatan untuk
memperoleh gradasi sesuai dengan spesifikasi tertentu, itu dapat diperlakukan
terhadap agregat halus saja, agregat kasar saja, ataupun paduannya. Misalnya, untuk
agregat halus diperlakukan menurut gradasi American Society For Testing Material
(ASTM) C.33 – 78 atau menurut gradasi British Standard (BS) 882 – 1973.