REFLEKSI KASUS STROKE ISCHEMIC AKUT Dosen Pembimbing : dr. Farid Niken, M.Sc., Sp.S Disusun oleh : Faiq Hilmi Yoga Ciptadi 17/421232/KU/20223 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF
REFLEKSI KASUS
STROKE ISCHEMIC AKUT
Dosen Pembimbing :
dr. Farid Niken, M.Sc., Sp.S
Disusun oleh :
Faiq Hilmi Yoga Ciptadi
17/421232/KU/20223
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF
RUMAH SAKIT AKADEMIK UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN
KEPERAWATAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
BAB I
DESKRIPSI KASUS
1. Identitas Pasien
a. Nomor RM : 08-82-XX
b. Nama : Bpk. IND
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Usia : 48 tahun
e. Alamat : Tegalreja, Yogyakarta
f. Pekerjaan : Karyawan
g. Tgl Pemeriksaan : 15 Mei 2019
2. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Kelemahan Anggota Gerak Kiri
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan tidak bisa menggerakkan anggota gera bagian kiri sejak 1
jam SMRS. Pasien sedang berada di rumah ketika keluhan muncul, diikuti dengan
kebingungan dan tidak bisa berpikir. Kelemahan anggota gerak bertahan selama
30 menit dan membaik selama perjalanan ke rumah sakit. Nyeri kepala (+) di area
bagian belakang kepala yang bertahan sejak kelemahan anggota gerak dengan
intensitas ringan-sedang, pelo (-) perot (-), pusing berputar (-), penurunan
kesadaran (-), kejang (-), cegukan, gangguan penglihatan (-). BAB & BAK tidak
ada keluhan.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dengan keluhan serupa (-), Hipertensi (+) sejak 3 TSMRS
minum obat rutin Captopril dan tekanan darah selama ini sistol rata-rata 150, DM
(+) sejak 2 TSMRS minum obat rutin Metformin dan gula darah selama ini rata-
rata terkontrol, riwayat stroke (-) dan penyakit jantung (-).
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keluarga dengan keluhan serupa (-). riwayat stroke (-),
hipertensi (+), DM (-), dan penyakit jantung (-).
e. Gaya hidup
Pasien bekerja sebagai karyawan di kantor dan hobi berolahraga futsal. Merokok
(+), alcohol (-), narkoba (-).
3. Review Anamnesis Sistem
Saraf : kelemahan anggota gerak kiri, disertai dengan nyeri kepala
Muskuloskeletal : tidak ada keluhan
Kardiovaskuler : tidak ada keluhan
Gastrointestinal : tidak ada keluhan
Pernapasan : tidak ada keluhan
Integumen : tidak ada keluhan
Endokrin : tidak ada keluhan
Status Psikologis : tidak ada keluhan
4. Resume Anamnesis
Pasien mengeluhkan tidak bisa menggerakkan anggota gera bagian kiri sejak 1
jam SMRS. Pasien sedang berada di rumah ketika keluhan muncul, diikuti dengan
kebingungan dan tidak bisa berpikir. Kelemahan anggota gerak bertahan selama
30 menit dan membaik selama perjalanan ke rumah sakit. Nyeri kepala di area
bagian belakang kepala yang bertahan sejak kelemahan anggota gerak dengan
intensitas ringan-sedang. Riwayat hipertensi sejak 3 TSMRS minum obat rutin
Captopril dan tekanan darah selama ini sistol rata-rata 150. Riwayat DM sejak 2
TSMRS minum obat rutin Metformin dan gula darah selama ini rata-rata
terkontrol. Pasien bekerja di kantor sebagai karyawan, hobi berolahraga futsal,
serta juga merokok.
5. Diagnosis Sementara
Diagnosis Klinis : Hemiparesis Sinistra
Diagnosis Topik : Hemisphere Cerebri Dextra
Diagnosis Etiologi : Vascular dd Neoplasma
Diagnosis Lainya : Hipertensi dan DM
6. Pemeriksaan Fisik (IGD, 15 Mei 2019)
a. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : E4V5M6
Tanda vital
- Tekanan Darah : 180/90 mmHg
- Nadi : 85x/min
- Laju pernapasan : 20x/min
- Suhu : 36,8o C
b. Pemeriksaan kepala – leher
- Konjungtiva anemis (-/-)
- Sklera ikterik (-/-)
- Lnn dbn
c. Pemeriksaan Paru
Dalam batas normal
d. Pemeriksaan Jantung
Dalam batas normal
e. Pemeriksaan Abdomen
Dalam batas normal
f. Pemeriksaan Ekstremitas
- Akral hangat
- WPK <2detik
g. Status Psikiatri
Tingkah Laku : Normoaktif
Perasaan Hati : Normotimik
Orientasi : O/W/T/S baik
Kecerdasan : Baik
Daya Ingat : Baik
h. Status Neurologis
Kesadaran : Compos mentis, E4V5M6
Kepala : Pupil Isokor ∅ 3mm/3mm, Reflek cahaya (+/+), Nystagmus (-/-)
Nervus Kranialis
Saraf Kranialis Kanan Kiri
N. I Olfaktorius
Daya penghidu tdn tdn
N. II Optikus
Daya penglihatan normal normal
Lapang penglihatan normal normal
Melihat Warna normal normal
N. III Okulomotorius
Ptosis tidak ada tidak ada
Gerak mata ke medial normal normal
Gerak mata ke atas normal normal
Gerak mata ke bawah normal normal
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Bentuk pupil bulat bulat
Reflek cahaya langsung normal normal
Reflek cahaya konsensual normal normal
N. IV Trochlearis
Gerak mata ke lateral bawah normal normal
N. V Trigeminus
Mengigit normal normal
Membuka mulut normal normal
Sensibilitas muka atas normal normal
Sensibilitas muka tengah normal normal
Sensibilitas muka bawah normal normal
N. VI Abdusen
Gerak mata ke lateral normal normal
N. VII Fasialis
Kerutan kulit dahi normal normal
Kedipan mata normal normal
Lipatan naso labial normal normal
Sudut mulut normal normal
Mengerutkan dahi normal normal
Mengerutkan alis normal normal
Menutup mata normal normal
Meringis normal normal
Menggembungkan pipi normal normal
N. VIII Akustikus
Mendengar suara berbisik normal normal
N. IX Glosofaringeus
Arkus faring normal normal
N. X Vagus
Denyut nadi / menit 86x/menit 86xmenit
Bersuara normal normal
Menelan normal normal
N. XI Aksesorius
Memalingkan ke depan normal normal
Sikap bahu normal normal
Mengangkat bahu normal normal
N. XII Hipoglossus
Sikap lidah normal normal
Artikulasi Normal
Menjulurkan lidah normal normal
Kekuatan lidah normal normal
Trofi otot lidah normal normal
Ekstremitas
Pemeriksaan Lengan Kanan Lengan Kiri Tungkai Kanan Tungkai Kiri
Gerakan Bebas Bebas Bebas Bebas
Tonus Normal Normal Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Kekuatan 5/5/5 4/4/4 5/5/5 4/4/4
Refleks
Fisiologi
+2 +3 +2 +2
Refleks
Patologis
Negatif Negatif Negatif Negatif
Clonus Negatif Negatif
Sensibilitas : Dalam batas normal
Gerakan Abnormal : Tidak ditemukan
Sirriraj Score
(2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 1) + (90 x 0,1) – (1 x 3) – 12 = -4 Suspek Stroke Non
Hemorrhagik
Kesadaran CM 0
Muntah (-) 0
Nyeri Kepala (+) 1
Diastol = 90 mmHg
Diabetes (+) 1
Algoritma Gadjah Mada
Penurunan Kesadaran (-)
Nyeri Kepala (+)
Refleks Babinski (-)
Interpretasi : Suspek Stroke Hemorrhagik
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium (14 Mei 2019)
HbA1c : 7,7
Darah Rutin
Hb : 14,8 g/dL
Eritrosit : 5,2 x 106/uL
Leukosit : 8,2 x 103/uL
Hematokrit : 43,7
MCV : 92,7 fl
MCH : 28,6 pg
MCHC : 376 g/dl
Trombosit : 376 x 103/uL
Elektrolit
Na : 131 mmol/L, K : 3,9 mmol/L, Cl : 94 mmol/L
Fungsi Ginjal
Ureum : 26 mg/dL, Kreatinin : 1,08 mg/dL
b. MSCT kepala sagital, coronal, axial (14 Mei 2019)
Hasil :
Tak tampak soft swelling extracranial, Sistema tulang normal, Tampak lesi isodens di sinus
maxillaris sinistra, Sulci dan gyri tak prominent, batas cortex dan medulla tegas, Sistema
ventrikel simetris, ukuran normal, tak tampak edema periventrikuler. Struktur mediana di
tengah, tidak terdeviasi, tampak lesi hiperdens di kapsula interna dextra.
Kesan :
Mucocele sinus maxillaris sinistra
Lacunar infarc di kapsula interna dextra
8. Diagnosis
Diagnosis Klinis : Hemiparesis Sinistra Spastik
Diagnosis Topik : Capsula Interna Dextra
Diagnosis Etiologi : Stroke Ischemic Akut
Diagnosis Lainya : Hipertensi, Diabetes Mellitus
9. Penatalaksanaan
o Inf. NaCl 0,9% 16 tpm
o Aspilet 2 x 80 mg
o Inf Mannitol 12,5 ml/6 jam tapering off per 24 jam
o Captopril Stop, ganti Candesartan 1 x 8 mg
o Jika TDS 220 atau lebih/ TDD 130 atau lebih, masuk drip nicardipine dosis titrasi up
dilanjutkan sampai TDS 160-170 mmHg
10. Prognosis
Death : dubia ad bonam
Disease : dubia ad bonam
Disability : dubia ad bonam
Discomfort : dubia ad bonam
Dissatisfaction: dubia ad bonam
Destitution : dubia ad bonam
PEMBAHASAN
Menurut WHO (World Health Organization) stroke didefinisikan suatu gangguan fungsional
otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global
yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena trauma maupun infeksi.
Sebagai dokter umum kompetensinya di Fasyankes adalah Semua pasien dicurigai TIA dan
stroke akut setelah diberikan penanganan awal ABC, segera dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis saraf (PPK PERDOSSI).
Patofisiologi
Stroke iskemik merupakan neurologis akut yang disebabkan oleh kerusakan pada area di
sistem saraf pusat (SSP) sebagai akibat dari penurunan aliran darah. Mayoritas stroke iskemik
berasal dari arteri, yang disebabkan oleh penyumbatan arteri makan oleh proses
tromboemboli. Pengurangan perfusi jaringan di bawah ambang batas tertentu membuat
neuron iskemik dan disfungsional, dan kemudian, jika aliran tidak dipulihkan, jaringan
menjadi rusak secara permanen (infark).
Kebanyakan neuron mengalami kerusakan yang tidak dapat dipulihkan setelah hanya
beberapa menit penghentian aliran darah. Dalam kebanyakan kasus iskemia otak fokus akut,
bagaimanapun, keadaan nol aliran darah hanya ada di inti wilayah iskemik. Area penumbral
yang lebih besar di sekitarnya menerima aliran darah yang berkurang, yang menyebabkan
hilangnya fungsi normal yang dapat menyebabkan kerusakan sel permanen jika cukup parah
atau tidak terkoreksi tetapi memungkinkan pemulihan jika aliran darah dipulihkan.
Frekuensi relatif dari subtipe stroke adalah oklusi pembuluh kecil (20% hingga 30%), arteri
besar intrakranial atau aterosklerosis ekstrakranial (30% hingga 40%), atau sumber emboli
jantung (20% hingga 30%). Koagulopati dan mekanisme yang tidak diketahui berkontribusi,
pada tingkat yang berbeda, hingga total.
Jenis-Jenis Serangan Infarc
Transient Ischemic Attack (TIA) / mini stroke merupakan defisit neurologis fokal akut
yang timbul karena gangguan aliran darah otak sepintas dimana kemudian defisit neurologis
menghilang secara lengkap dalam waktu <24 jam.
Reversible Ischemic Neurological Deficits (RIND) merupakan defisit neurologis fokal yang
timbul karena gangguan aliran darah otak dimana kemudian defisit neurologis menghilang
secara lengkap dalam waktu >24 jam dan <72 jam.
Prolonged Reversible Ischemic Neurological Deficits (PRIND) merupakan defisit
neurologis fokal yang timbul karena gangguan aliran darah otak dimana kemudian defisit
neurologis menghilang secara lengkap dalam waktu >72 jam dan <7hari.
Mendiagnosis Stroke
Kriteria Diagnosis : Terdapat gejala defisit neurologis global atau salah satu/beberapa defisit
neurologis fokal yang terjadi mendadak dengan bukti gambaran neuroimaging (CT-Scan atau
MRI).
Evaluasi gejala dan klinik stroke akut meliputi:
a. Anamnesis, terutama mengenai gejala awal, waktu awitan, aktivitas penderita saat
serangan, gejala seperti nyeri kepala, mual, muntah, rasa berputar, kejang, cegukan (hiccup),
gangguan visual, penurunan kesadaran, serta faktor risiko stroke (hipertensi, diabetes, dan
lain-lain).
b. Pemeriksaan fisik, meliputi penilaian respirasi, sirkulasi, oksimetri, dan suhu tubuh.
Pemeriksaan kepala dan leher (misalnya cedera kepala akibat jatuh saat kejang, bruit karotis,
dan tanda-tanda distensi vena jugular pada gagal jantung kongestif). Pemeriksaan torak
(jantung dan paru), abdomen, kulit dan ekstremitas.
c. Pemeriksaan neurologis dan skala stroke. Pemeriksaan neurologis terutama pemeriksaan
saraf kranialis, rangsang selaput otak, sistem motorik, sikap dan cara jalan refleks,
koordinasi, sensorik dan fungsi kognitif. Skala stroke yang dianjurkan saat ini adalah NIHSS
(National Institutes of Health Stroke Scale). Penilaian stroke homorrhagic atau Ischemic juga
bisa dengan Sirriraj score :
Pemeriksaan penunjang yang direkomendasikan :
Hasil CT-Scan pada Infark : area hipodens fokal, pada kortkal, subkortikaii atau sustantia
alba atau grisea yang dalam, diikuti : teritoral vaskular, atau distribusi watershed, adanya
kontras antara substansia alba dan grisea dan hilangnya sulkus atau pita insular.
Penatalaksanaan Stroke Ischemic
1. Stabilisasi jalan napas dan pernapasan, pemberian oksigen dianjurkan pada keadaan
dengan saturasi oksigen < 95%.
2. Stabilisasi Hemodinamik dengan memberikan cairan kristaloid atau koloid intravena.
3. Pengendalian Peninggian Tekanan Intrakranial (TIK)
Penatalaksanaan penderita dengan peningkatan tekanan intrakranial meliputi :
a. Tinggikan posisi kepala 200 – 300
b. Posisi pasien hendaklah menghindari tekanan vena jugularis
c. Hindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik
d. Hindari hipertermia
e. Jaga normovolernia
f. Osmoterapi dengan Manitol 0.25 - 0.50 gr/kgBB, selama >20 menit, diulangi
setiap 4 - 6 jam dengan target ≤ 310 mOsrn/L.
4. Tangani Hipertensi
Sebagian besar (70-94%) pasien stroke akut mengalami peningkatan tekanan darah sistolik
>140 mmHg. Pada sebagian besar pasien, tekanan darah akan turun dengan sendirinya dalam
24 jam pertama setelah awitan serangan stroke. Rekomendasinya :
Pada pasien stroke iskemik akut, tekanan darah diturunkan sekitar 15% (sistolik
maupun diastolic) dalam 24 jam pertama setelah awitan apabila tekanan darah sistolik
(TDS) >220 mmHg atau tekanan darah diastolic (TDD) >120 mmHg.
Pada pasien stroke iskemik akut yang akan diberi terapi trombolitik (rtPA), tekanan
darah diturunkan hingga TDS <185 mmHg dan TDD <110 mmHg. Selanjutnya,
tekanan darah harus dipantau hingga TDS <180 mmHg dan TDD <105 mmHg selama
24 jam setelah pemberian rtPA. Obat antihipertensi yang digunakan adalah labetalol,
nitropaste, nitroprusid, nikardipin, atau diltiazem intravena.
Apabila TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg, tekanan darah diturunkan secara
hati-hati dengan menggunakan obat antihipertensi intravena kontinu atau intermitten
dengan pemantauan tekanan darah setiap 15 menit hingga MAP 110 mmHg atau
tekanan darah 160/90 mmHg.
5. Bila terjadi Hipotensi
Hipotensi arterial pada stroke akut berhubungan dengan buruknya keluaran neurologis,
terutama bila TDS <100 mmHg atau TDD <70 mmHg. Oleh karena itu, hipotensi pada stroke
akut harus diatasi dan dicari penyebabnya, terutama diseksi aorta, hipovolemia, perdarahan,
dan penurunan cardiac output karena iskemia miokardial atau aritmia. Obat-obat vasopressor
yang dapat digunakan antara lain, fenilephrin, dopamine, dan norepinefrin. Pemberian obat-
obat tersebut diawali dengan dosis kecil dan dipertahankan pada tekanan darah optimal, yaitu
TDS berkisar 140 mmHg pada kondisi akut stroke.
6. Penanganan Hiperglikemi
Hiperglikemia terjadi pada hampir 60% pasien stroke akut nondiabetes. Hiperglikemia
setelah stroke akut berhubungan dengan luasnya volume infark dan gangguan kortikal dan
berhubungan dengan buruknya keluaran. Sasaran kadar gula darahnya adalah 80-180 mg/dL.
7. Pemberian Antiplatelet
Pemberian Aspirin dengan dosis awal 325 mg dlam 24 sampai 48 jam setelah awitan stroke
dianjurkan untuk seiap stroke iskemik akut. Jika direncanakan pemberian trombolitik, aspirin
jangan diberikan. Pemberian klopidrogel, atau kombinasi dengan aspirin, pada stroke iskemik
akut, tidak dianjurkan, kecuali pada pasien dengan indikasi spesifik, misalnya angina pectoris
tidak stabil, non-Q-wave MI, atau recent stenting, pengobatan harus diberikan sampai 9 bulan
setelah kejadian.
Terapi Trombolisis rTPA pada Stroke Iskemik Akut
Rekomendasi pengobatan stroke didasarkan pada perbedaan antara keuntungan dan kerugian
dalam tatalaksana yang diberikan. Fibrinolitik dengan rTPA secara umum memberikan
keungtungan reperfusi dari lisisnya trombus dan perbaikan sel serebral yang bermakna.
Pemberian fibrinolitik merupakan rekomendasi yang kuat diberikan sesegera mungkin setelah
diagnosis stroke iskemik akut ditegakkan (awitan 3 jam pada pemberian intravena dalam 6
jam pemebrian intraarterial). Golden hour untuk rencana pemberian rTPA (< 60 menit)
Kriteria inklusi
1. Usia > 18 tahun
2. Diagnosis klinis stroke dengan defisit neurologis yang jelas
3. Awitan dapat ditentukan secara jelas (<3 jam, AHA guideline 2007 atau <4,5 jam, ESO
2009)
4. Tidak ada bukti perdarahan intrakranial dari CT-Scan
5. Pasien atau keluarga mengerti dan menerima keuntungan dan resiko yang mungkin
timbul dan harus ada persetujuan secara tertulis dari penderita atau keluarga untuk
dilakukan terapi rTPA
Kriteria eksklusi
1. Usia>80 tahun
2. Defisit neurologi yang ringan dan cepat membaik atau perburukan defisit neurologi yang
berat Gambaran perdarahan intrakranial pada CT Scan
3. Riwayat trauma kepala atau stroke dalam 3 bulan terakhir
4. Infark multilobar (gambaran hipodens > 1/3 hemisfer serebri
5. Kejang pada saat onset stroke
6. Kejang dengan gejala sisa kelainan neurologis post iktal
7. Riwayat stroke atau cedera kepala berat dalam 3 bulan sebelumnya
8. Perdarahan aktif atau trauma akut (fraktur) pada pemeriksaan fisik
9. Riwayat pembedahan mayor atau trauma berat dalam 2 minggu sebelumnya
10. Riwayat perdarahan gastrointestinal atau traktus urinarius dalam 3 minggu sebelumnya
11. Tekanan darah sistolik > 185 mmHg, diastolik >110 mmHg
12. Glukosa darah <50 mg/dl atau > 400 mg/dl
13. Gejala perdarahan subarcahnoid
14. Pungsi arteri pada tempat yang tidak dapat dikompresi atau pungsi lumbal dalam 1
minggu sebelumnya
15. Jumlah platelet <100.000/mm3
16. Mendapat terapi heparin dalam 48 jam yang berhubungan dengan peningkatan aPTT
17. Gambaran klinis adanya perikarditis pascainfark miokard
18. Infark miokard dalam 3 bulan sebelumnya
19. Wanita hamil
20. Tidak sedang mengkonsumsi antikoagulan oral atau bila sedang dalam terapi
antikoagulan hendaklah INR < 1,7.
REFERENSI
Grotta, J. C., & Helgason, C. (1999). Ischemic stroke pathophysiology. Journal of Stroke and
Cerebrovascular Diseases, 8(3), 114–116. doi:10.1016/s1052-3057(99)80016-0
POKDI Stroke PERDOSSI. (2011). Guideline Stroke.
Liberato, B., & Krakauer, J. W. (1995). ISCHEMIC STROKE: MECHANISMS,
EVALUATION, AND TREATMENT. Neurology and Clinical Neuroscience, 551–586.
doi:10.1016/b978-0-323-03354-1.50046-8