Filsafat Sains | 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah filsafat Abad Pertengahan dimulai kira-kira pada abad ke-5 sampai awal abad ke-17. Para sejarawan umumnya menentukan tahun 476, yakni masa berakhirnya Kerajaan Romawi Barat yang berpusat di kota Roma dan munculnya Kerajaan Romawi Timur yang kelak berpusat di Konstantinopel (sekarang Istambul), sebagai data awal zaman Abad Pertengahan dan tahun 1492 (penemuan benua Amerika oleh Columbus) sebagai data akhirnya. (Tjahjadi, simon petrus L . 2004:102) Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan, maka filsafat atau pemikiran pada Abad Pertengahan pun dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen. Artinya, pemikiran filsafat Abad Pertengahan didominasi oleh agama. Pemecahan semua persoalan selalu didasarkan atas dogma agama, sehingga corak pemikiran kefilsafatannya bersifat teosentris.Tuhan mencipta alam semesta serta waktu dari keabadian, gagasan penciptaan tidak bertentangan dengan alam abadi. Kitab suci mengajarkan bahwa alam semesta berawal mula, tetapi filsafat tidak membuktikan hal itu, seperti halnya filsafat juga tidak dapat membuktikan bahwa alam semesta tidak berawal mula. (Mustansyir Rizal. 2009:67) Adapun istilah Abad Pertengahan sendiri (yang baru muncul pada abad ke-17) sesungguhnya hanya berfungsi membantu kita untuk memahami zaman ini sebagai zaman peralihan (masa transisi) atau zaman tengah antara dua zaman penting sesudah dan sebelumnya, yakni Zaman Kuno (Yunani dan Romawi) dan Zaman Modern yang diawali dengan masa Renaissans pada abad ke-17. Dengan demikian, bentangan waktu seribu tahun sejarah filsafat Barat Kuno (Yunani dan Romawi) yang sudah kita bahas dilanjutkan dengan masa seribu
42
Embed
BAB I · Web view2020/10/18 · Al-Kindi mengarang buku-buku yang menganut keterangan Ibnu Al-Nadim buku yang ditulisnya berjumlah 241 dalam bidang filsafat, logika, arithmatika,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
F i l s a f a t S a i n s | 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah filsafat Abad Pertengahan dimulai kira-kira pada abad ke-5 sampai awal abad ke-17.
Para sejarawan umumnya menentukan tahun 476, yakni masa berakhirnya Kerajaan Romawi
Barat yang berpusat di kota Roma dan munculnya Kerajaan Romawi Timur yang kelak berpusat di
Konstantinopel (sekarang Istambul), sebagai data awal zaman Abad Pertengahan dan tahun 1492
(penemuan benua Amerika oleh Columbus) sebagai data akhirnya. (Tjahjadi, simon petrus L .
2004:102)
Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan filsafat Yunani
yang dipengaruhi oleh kepercayaan, maka filsafat atau pemikiran pada Abad Pertengahan pun
dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen. Artinya, pemikiran filsafat Abad Pertengahan didominasi
oleh agama. Pemecahan semua persoalan selalu didasarkan atas dogma agama, sehingga corak
pemikiran kefilsafatannya bersifat teosentris.Tuhan mencipta alam semesta serta waktu dari
keabadian, gagasan penciptaan tidak bertentangan dengan alam abadi. Kitab suci mengajarkan
bahwa alam semesta berawal mula, tetapi filsafat tidak membuktikan hal itu, seperti halnya filsafat
juga tidak dapat membuktikan bahwa alam semesta tidak berawal mula. (Mustansyir Rizal.
2009:67)
Adapun istilah Abad Pertengahan sendiri (yang baru muncul pada abad ke-17) sesungguhnya
hanya berfungsi membantu kita untuk memahami zaman ini sebagai zaman peralihan (masa
transisi) atau zaman tengah antara dua zaman penting sesudah dan sebelumnya, yakni Zaman
Kuno (Yunani dan Romawi) dan Zaman Modern yang diawali dengan masa Renaissans pada abad
ke-17. Dengan demikian, bentangan waktu seribu tahun sejarah filsafat Barat Kuno (Yunani dan
Romawi) yang sudah kita bahas dilanjutkan dengan masa seribu tahun sejarah filsafat Abad
Pertengahan yang akan kita bahas dalam makalah kami ini. (Mustansyir Rizal. 2009:68)
Periode abad pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abad sebelumnya.
Perbedaan ini terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama kristen pada permulaan abad
masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan agama. Zaman pertengahan adalah
zaman keemasan bagi kekristenan. Disinalah yang menjadi persoalan nya, karena agama kristen
itu mengajarkan bahwa wahyu tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati. Hal ini berbeda dengan
pandangan yunani kuno mengatakan bahwa kebanaran dapat di capai oleh kemampuan akal.
(Surajiyo:2005:157)
F i l s a f a t S a i n s | 2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang telah diuraikan, maka cakupan rumusan masalahnya
ialah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud zaman partisik, sebutkan makna partisik, tokoh filosof dan karakteristik
filsafat partisik serta sumbangan filsafat partisik terhadap perkembangan ilmu pengetahuan ?
2. Apa yang dimaksud zaman skolastik awal, sebutkan makna skolastik tokoh filosof dan
karakteristik filsafat skolastik awal serta sumbangan filsafat skolastik awal terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan ?
3. Apa yang dimaksud zaman kejayaan skolastik, sebutkan faktor pendorong kejayaan skolastik,
serta sebutkan tokoh filosof dan karakteristik filsafat skolastik awal serta sumbangan filsafat
skolastik awal terhadap perkembangan ilmu pengetahuan ?
4. Apa yang dimaksud zaman akhir skolastik, sebutkan faktor penyebab berakhirnya zaman
skolastik, serta sebutkan tokoh filosof skolastik arab serta zaman peralihan skolastik ?
C. Tujuan
1. Mengetahui zaman partisik, makna partisik, tokoh filosof dan karakteristik filsafat partisik
serta sumbangan filsafat partisik terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
2. Mengetahui zaman skolastik awal, makna skolastik tokoh filosof dan karakteristik filsafat
skolastik awal serta sumbangan filsafat skolastik awal terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan.
3. Mengetahui zaman kejayaan skolastik, faktor pendorong kejayaan skolastik, serta tokoh
filosof dan karakteristik filsafat skolastik awal serta sumbangan filsafat skolastik awal
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
4. Mengetahui zaman akhir skolastik, faktor penyebab berakhirnya zaman skolastik, serta tokoh
filosof skolastik arab serta zaman peralihan skolastik.
F i l s a f a t S a i n s | 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Zaman Partisik
1. Makna Partisik
Istilah Patristik berasal dari kata latin patres yang berarti Bapak dalam lingkungan
gereja. Bapak yang mengacu pada pujangga Kristen, mencari jalan menuju teologi Kristiani,
melalui peletakan dasar intelektual untuk agama kristen. Didunia Barat agama Khatolik mulai
tersebar dengan ajarannya tentang Tuhan, manusia dan dunia, dan etikanya. Untuk
mempertahankan dan menyebarkanya maka mereka menggukanakan falsafat Yunani dan
memperkembangkanya lebih lanjut, khususnya mengenai soal-soal yang berhubungan dengan
manusia, kepribadian, kesusilaan, sifat Tuhan. Yang terkenal Tertulianus (160-222), Origenes
(185-254), Agustinus (354-430), yang sangat besar pengaruhnya (De Civitate Dei)..
Berdasarkan ajaran Neo-Plaonisi da Stoa, ajarannya meliputi pengetahuan, tata dalam alam.
Bukti adanya Tuhan, tentang manusia, jiwa, etika, masyarakat dan sejarah. (Surajiyo.2005 :
157).
Periode ini ditandai dengan oleh Bapak-bapak Gereja (patristik) yang dimulai dengan
tampilnya apologet dan para pengarang Gereja. Para Apologet memiliki tugas utama
menjawabi berbagai persoalan dan keberatan mengenai ajaran-ajaran iman Gereja terhadap
berbagai ajaran atau paham-paham filosofis yang mengancam ajaran keimanan yang benar.
Para pengarang Gereja adalah orang-orang yang menulis buku dan karangan-karangan tentang
berbagai ajaran Gereja secara menyeluruh dan mendalam dibandingkan dengan tulisan-tulisan
sebelumnya. Mereka-mereka itu adalah Clemens dari Alexandria (150-219 M) dan Origenes
(185-254 M).(Ahmad. 2004 : 91).
Kemudian tampil juga para pujangga Gereja (325-500 M) yang membaktikan jasa
mereka bagi Gereja dan ajaran Kristen. Satu Athanasius, Gregorius dan Naziaza, Basilius,
Gregorius dari Nyssa, dan Sirilus dari Alexandria adalah para pujangga Gereja dari tradisi
Yunani dan menggunakan Bahasa Yunani, sedangkan Ambrosius dan Agustinus termasuk
dalam tradisi Latin yang menggunakan bahasa Latin. (Sumarna. 2004 : 101)
Ajaran-ajaran mereka, terutama ajaran Agustinus, berkembang sangat luas dan sangat
berpengaruh dalam diri para filosuf abad pertengahan. Masa Agustinus (354-430 M) sampai
ca. 1000 M dikeal dalam sejarah filsafat sebagai periode transisi, da para filsuf yang
terkelompok dalam periode ini adalah Agustinus sendiri, Boethius (480-525 M) dan John
Scotus Eriugena (lahir ca. 800 M).(Syadali dan Mudzakir. 2004 : 91).
Foto AugustinusSumber: wikipedia.org
F i l s a f a t S a i n s | 4
2. Tokoh Filosof dan Karakteristik Filsafat Partisik
a. Augustinus (354-430)
Augustinus mempunyai tempat tersendiri dalam
sejarah filsafat. Mungkin penamaan Abad Agustinus
(The Age of Agustine) seperti yang telah ditulis oleh
Mayer dalam bukunya disebabkan oleh Augustinus
telah meletakkan dasar-dasar bagi pemikiran Abad
Pertengahan mengadaptasikan Platonisme dengan
idea-idea Kristen. Ia memberikan formulasi yang
sistematis tentang Filsafat Kristen, suatu filsafat yang dominan terhadap Khatolik dan
Protestan. Stuart Hampshire dalam introduksi bukunya, The Age of Reason, menyatakan
bahwa filsafat adalah suatu kegiata pikir manusia yang bersinambung. Pikiran seorang tokoh
pada masa tertentu baru jelas dipahami setelah melihat hubungannya dengan pemikiran-
pemikiran sebelumnya. Kalau demikian, maka beberapa pemikir sebelum Augustinus perlu
dibicarakan terlebih dulu. Mungkin saja pemikir iru merupakan latar belakang pemikiran
Augustinus, (Anonim.2001) .
Augustinus lahir di Tagasta, Numidia (sekarang Algeria). Pada 13 Nopember 354.
Tatkala berumur sebelas tahun ia dikirim kesekolah Madaurus. Lingkungan itu telah
mempengaruhi perkembangan moral dan agamanya. Tahun 369-370 dihabiskannya dirumah
sebagai penganggur, tetapi suatu bacaan tentang Cicero pada bukunya Hortensius, telah
membimbingnya kefilsafat. Pada Tahun 388 ia mengabdikan seluruh dirinya kepada Tuhan
dan melayani pengikut-pengikutnya, kemudian ia menjual seluruh warisan dan uang hasil
penjualannya tersebut dikasihkan kepada fakir-miskin. Pada tahun 395-396 ia ditahbiskan
menjadi seorang Uskup di Hippo. Tahun terakhir hidup-hidupnya adalah tahun-tahun
peperangan bagi imperium Romawi. Pada bulan 28 Agustus 430 ia meninggal dunia dalam
kesucian dan kemiskinan yang memang sudah lama dijalaniny, (Ahmad. 2004: 94).
Filsafat Augustinus merupakan sumber atau reformasi yang dilakukan oleh Protestan,
khususnya kepada Luther, Zwingli, dan Calvin. Kutukannya kepada seks, pujianya kepada
kehidupa pertapa, pandangannya tentang dosa asal, semuanya ini merupakan faktor yang
memberikan kondisi untuk wujud pandangan-pandangan Abad Pertengahan. Filsafatnya
tentang sejarah berpengaruh terhadap gerakan-gerakan agama dan pada pemikiran sekular.
Dalam pertarungan berbagai ideologi politik sekarang, ada kesamaan dalam keabsolutan,
dalam dogmatisme, dan juga dalam fanatisme. Paham toesentris pada Augustinus
menghasilkan suatu revolusi dalam pemikiran orang Barat. Anggapannya yang meremehkan
kepentingan duniawi, kebenciannya terhadap teori-teori kealaman, imannya kepada Tuhan
tetap merupakan bagaian peradaban modern. Sejak zaman Augustinuslah orang Barat lebih
memiliki sifat introspektif, (Salam. 1995: 76)
Foto AnselmusSumber: wikipedia.org
F i l s a f a t S a i n s | 5
Karta Augustinus yang paling berpengaruh adalah The City of God. Karya itu muncul
disebabkan oleh adanya perampasan Roma oelh pasukan Alarik. Kejadian ini memiliki
konsekuensi yang besar. Banyak orang Roma menganggap bahwa perampasan itu terjadi
karena ketidak patuhan orang-orang Roma kepada Dewa-dewa lama dan penerimaan mereka
terhadap agama Kristen. Mereka juga ragu apakah tidak salah pilih dengan agama Kristen.
Karena banyak yang meilih agama Kristen kemudian melakukan praktek kafir, sebagian lain
menjadi orang yang ragu karena merasa Tuhan yang mereka semabah tidak mempunyai
kekuatan atas alam semsta ini. Untuk menjawab masalah itu Augustinus menulis The City of
God. Buku itu berisi tidak hanya penolakan atas keraguan yang tersebar ketika itu, tetapi juga
mengetengahkan suatu sejarah filsafat yang sistematis yang menarik perhatian orang-orang
pada Abad Keduapuluh sekarang, (Tafsir. 2010: 112).
Augustinus tidak mempercayai bahwa sejarah adalah suatu siklus sejarah lebih dari itu;
ia merupakan kejadian yang diatur oleh Tuhan. Jadi sebenarnya sejarah juga mempunyai suatu
permulaan dan suatu akhir. Permualaannya adalah saat kejatuhan manusia, dan akhirnya
adalah kemenangan Tuhan mengatasi kejahatan. Filsafat sejarah seperti ini adalah Dilsafat
Sejarah dibimbing oleh Toelogi. Sejarah tidak dapat dijelaskan dengan memperhitungkan
faktor-faktor ekonomi, sosial, politik, sejarah dapat dipahami melalui hukum-hukum Tuhan..
(Anonim.2001).
b. Anselmus (1033-1109)
Dalam membicarakan Filsafat Abad
Pertengahan St. Anselmus tidak dapat dilewatkan
begitu saja. Tokoh inilah yang mengeluarkan Credo
Ut Intelligam yang dapat dianggap merupakan cirri
utama Filsafat pada Abad Pertengahan. Ia berasal
dari Bangsawan di Aosta, Italia. Seluruh
kehidupannya penuhi oleh kepatuhannya kepada
Gereja. Tahun 1093 ia menjadi Uskup Agung Canterbury. Dalam dirinya mengalir arus
Mistisime, dan iman merupakan masalah utama baginya. Ada tiga karyanya yaitu
Monologium yang membicarakan keadaan Tuhan, Proslogium yang berisi tentang dalil-
dalil adanya Tuhan, dan Cur Deus Homo yang berisi ajarannya tentang tobat dan petunjuk
mengenai penyelamatan melalui Kristus, (Tafsir. 2010: 115).
Credo Ut Intelligam menggambarkan bahwa ia mendahulukan iman daripada akal.
Arti ungkapan itu adalah Percaya baru mengerti; secara lebih sederhana percayalah telebih
dahulu supaya mengerti. Ia mengatakan bahwa wahyu diterima terlebih dahulu sebelum
kita mulai berfikir. Jadi akal hanyalah sebagai pembantu wahyu. Pengaruh Plato besar
terhadap pemikirannya. Ia berpendapat semua makhluk memiliki sejumlah kebaikan itu
menunjukkan adanya kebaikan Mahatinggi yang disana semua makhluk berpartisipasi.
Foto AquinasSumber: wikipedia.org
F i l s a f a t S a i n s | 6
Tuhan itu kebesarannya tidak terpikirkan (kebesarannya Mahabesar). Itu tidak mungkin
hanya ada dalam pikiran. Ia juga ada dalam kenyataan (jadi benar-benar diluar pikiran).
Tuhan Mahabesar ada dalam pikiran dan ada juga diluar pikiran, (Tafsir. 2010: 115).
Secara kasar argument ini mengajarkan bahwa apa yang dipikirkan, berarti objek ini
benar-benar ada tidak mungkin ada sesuatu yang hanya ada didalam pikiran, tetapi diluar
pikiran objek itu tidak ada. Tentang penyelamatan, ajarannya sama dengan Filsuf Abad
Pertengahan lainnya:manusia celaka karena jatuhnya Adam, jatuhnya Adam memang
karena dikehendaki oleh Tuhan, penyelamatan hanya diperoleh melalui Kristus, (Simoan.
2004: 83).
c. Thomas Aquinas (1225-1274 M)
Ia lahir di Roccasecca, Italia, pada tahun 1225
dari keluarga Bangsawan baik Bapakanya maupun
Ibunya. Melalui Gurunya, Albertinus Magnus,
Aquinas belajar tentang alam, ia berfilsafat lebih
empiris daripada orang-orang yang diikutinya.
Dikatakan demikian karena ia lebih banyak
menggunakan observasi terhadap alam dalam
menopang argument-argumennya. Sekalipun
demikian, kita tidak dapat mengatakan bahwa Aquinas menganggap bahwa penjelasan
Naturalis lebih tinggi dari pada atau setingkat dengan penjelasan Metafisika. Dalam hal
Kosmologi ia masih menganut Hipotesis Geosentris, (Suriasumantri. 2009: 159).
Dalam seluruh teorinya mengenai pengetahuan, Aquinas dibimbing oleh
pandangannya bahwa pikir (reson)dan iman adalah tidak bertentangan. Akan tetapi, dimana
batas kedua-duanya? Menurut pendapatnya, semua objek yang tidak dapat diindera tidak
akan dapat diketahui secara pasti oleh akal. Oleh karena itu, kebenaran ajaran Tuhan tidak
mungkin dapat diketahui dan diukur dengan akal. Kebenaran ajaran Tuhan diterima dengan
iman. Sesuatu yang tidak dapat diteliti dengan akal adalah objek iman. Pengetahuan yang
diterima atas dasar iman tidaklah lebih rendah daripada pengetahuan yang diperoleh
dengan akal. Paling tidak, kebenaran yang diterima oleh akal tidak akan bertentangan
dengan ajaran wahyu, (Anonim.2011).
Selanjutnya Aquinas mengajarkan seharusnya kita menyeimbangkan akal dan iman,
akal membantu membangun dasar-dasar filsafat Kristen. Akan tetapi, harus selalu disadari
bahwa hal itu tidak selalu dapat dilakukan karena kanl terbatas. Akal tidak dapat
memberikan penjelasan tentang kehidupan kembali (resurrection) dan penebusan dosa.
Akal juga tidak mampu membuktikan kenyataan esensisal tentang keimanan Kristen. Oleh
karena itu, ia berpendapat bahwa dogma-dogma Kristen itu tepat sebagaimana telah
disebutkan dalam firman-firman Tuhan.(Anonim.2011).
F i l s a f a t S a i n s | 7
Berdasarkan uraian itu kita dapat mengetahui adanya dua jalur pengetahuan dalam
filsafat Aquinas. Jalur itu ialah jalur akal yang dimulai dari manusia dan berakhir pada
Tuhan. Dan yang kedua adalah jalur Tuhan ialah jalur iman yang dimulai dari Tuhan
(wahyu), didukung oleh akal. Aquinas membagi pengetahuan menjadi tiga bagian
pengetahua Fisika, Matematika, dan Metafisika. Dari yang tiga Metafisika inilah yang
mendapat banyak perhatian darinya. Menurut pendapatnya dapat menyajikan abstraksi
tingkat tertinggi. Sehunbungan dengan teorinya diatas maka didalam filsafat Aquinas
filsafat dapat dibedakan dari agama dengan melihat penggunaan akal. Filsafat ditentukan
oelh penjelasan sistematis akliah, sedangkan agama ditentukan oleh keimanan. Sekalipun
demikian, perbedaan itu tidak terlihat begitu jelas karena pengetahuan adalah gabungan
dari kedua-duanya. Agama dapat pula dibagi menjadi dua. Yang pertama adalah agama
natural yang dibentangkan diatas akal, dan yang kedua adalah agama wahyu yang