BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum program kesehatan jiwa yang mencakup dalam tri upaya bina jiwa adalah untuk meningkatkan upaya kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat sehingga memungkinkan perkembangan masyarakat melalui upaya bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional di dasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respon psiko-sosial yang maladaptif yang di sebabkan oleh gangguan bio-psiko-social, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperwatan jiwa (komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa) melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok comunitas), (Suliswati, 2005) Proses keperawatan di rumah sakit jiwa memiliki masalah yang sama, dengan rumah sakit umum. Hasil evaluasi terhadap dokumentasi keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang dari 40
86
Embed
BAB I · Web viewCiri-ciri uatamanya adalah gejala akut saat ini melainkan terjadi di masa lalu Schizofrenia Residu Ciri-ciri utamanya adalah tidak adanya gejala akut saat ini melainkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan umum program kesehatan jiwa yang mencakup dalam tri upaya bina
jiwa adalah untuk meningkatkan upaya kesehatan individu, keluarga, dan
masyarakat sehingga memungkinkan perkembangan masyarakat melalui upaya
bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional di dasarkan pada
ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan
dengan respon psiko-sosial yang maladaptif yang di sebabkan oleh gangguan bio-
psiko-social, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperwatan jiwa
(komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa) melalui
pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah,
mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien (individu,
keluarga, kelompok comunitas), (Suliswati, 2005)
Proses keperawatan di rumah sakit jiwa memiliki masalah yang sama, dengan
rumah sakit umum. Hasil evaluasi terhadap dokumentasi keperawatan pada dua
rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang dari 40 % yang memenuhi
kriteria. Kemampuan dalam melaksanakan proses keperawatan yang Belem
memadai, pelaksanaan proses keperawatan masih dirasakan sebagai beban. (Budi
Anna Keliat, 2006)
Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar
pada kepribadian, distorsi khas proses pikir, kadang-kadang mempunyai
perasaaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya,
(Arief Mansjoer, dkk, 2002)
Menurut data yang diperoleh dari Medikal Record BPRS Dadi Makassar
dinyatakan bahwa dari tahun 2005 klien yang dirawat terdapat 3222 orang
(45,58%) yang mengalami halusinasi. Data pada tahun 2006 dinyatakan bahwa
dari 8710 klien yang dirawat terdapat 4340 orang (52%) yang mengalami
halusinasi. Dilaporkan pula bahwa pada tahun 2007 dinyatakan bahwa dari 9245
klien yang dirawat terdapat 4430 orang (49%) yang mengalami halusinasi.
Melihat kenyataan diatas, maka perlu diadakan upaya dalam mengatasi
gangguan jiwa. Khususnya gangguan jiwa skizofrenia pada klien dengan
perubahan persepsi sensori : halusinasi. Individu atau klien yang mengalami
halusinasi membutuhkan perawatan intensif, karena bila keadaan dibiarkan maka
akan berkembang menjadi lebih berat sehingga membahayakan diri klien, orang
lain dan lingkungan. Untuk itulah peranan perawat Sangat dibutuhkan dalam
melakukan perawatan yang optimal, untuk mengembalikan kepercayaan diri klien
dan klien dapat mandiri sehingga dapat diterimah baik oleh keluarga dan
lingkungannya.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka penulis ingin mengembangkan
dan menetapkan “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny “R”
DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
PENDENGARAN”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam studi kasus ini adalah penulis dapat
memberikan Asuhan Keperawatan secara komprehensif pada klien Ny “R”
dengan masalah Utama Perubahan Persepsi Sensori : halusinasi pendengaran
di Ruang perawatan kenanga Rumah Sakit Dadi Makassar.
2. Tujuan Khusus
Diperoleh pengalaman nyata dalam :
a. Melakukan pengkajian keperawatan dengan benar pada klien Ny “R”
dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.
b. Dapat menegakkan diagnosa keperawatan dengan benar pada klien Ny“R”
dengan Perubahan Persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.
c. Dapat menyusun perencanaan tindakan keperawatan dengan tepat pada
klien Ny“R” dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran.
d. Dapat melakukan implementasi keperawatan dengan benar pada klien Ny
”R” dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.
e. Dapat melakukan evaluasi tindakan keperawatan dengan benar pada klien
Ny “R” dengan Perubahan Persepsi : Halusinasi Pendengaran.
f. Dapat melakukan pendokumentasian Asuhan Keperawatan dengan benar
pada klien Ny “R” dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran.
g. Dapat menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus nyata pada Ny “R”
dengan masalah Utama Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah Sakit/Pelayanan Kesehatan
Hasil Asuhan Keperawatan ini dapat menjadi bahan masukan bagi tenaga
kesehatan, khususnya tenaga keperawatan di BPRS Dadi Makassar untuk
lebih meningkatkan kualitas keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan
klien dengan masalah utama Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
pendengaran
2. Bagi Institusi Pendidikan
a. Sebagai bahan masukan untuk dijadikan bahan bacaan bagi peneliti
IPTEK dibidan keperawatan.
b. Menambah pembendaraan atau pustaka untuk memenuhi jumlah bahan
bacaan diperpustakaan.
c. Sebagai referensi bagi warga kampus dalam melakukan peneliti atau
asuhan keperawatan selanjutanya.
3. Bagi klien dan Keluarganya
a. Sebagai sosial satu wujud pengadaan terhadap masyarakat terutama dalam
memberikan pelayanan keperawatan pada masyarakat yang melayani
perawatan di Rumah Sakit.
b. Memberikan informasi tentang Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran selama pelaksanaan asuhan keperawatan.
4. Bagi Mahasiswa/Penulis
a. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di
Akademi Keperawatan.
b. Menambah pengetahuan penulis dalam melakukan Asuhan Keperawatan
pada klien dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
D. Metode penulisan
1. Tempat dan Waktu
Dilaksanakan di ruangan kenanga RSKD Dadi Makassar pada tanggal 05 Juli
s/d 07 Juli 2012.Penulis menulis dan mengutip dari beberapa buku terutama
yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.
2. Studi Kasus
Studi kasus dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan dari pengkajian
data, perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi melalui teknik :
a. Wawancara
Penulis mendapatkan data-data melalui wawancara kepada klien dan
tenaga kesehatan lainnya untuk memperoleh data-data yang akurat atau
secara langsung dengan klien
b. Observasi
Penulis melakukan pengamatan langsung kepada klien untuk memperoleh
gambaran mengenai situasi pelaksanaan perawatan dengan segala
kegiatannya.
c. Diskusi
Bila ada masalah atau kendala yang didapatkan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan pada klien, penulis menkonsultasikan dengan pembimbing
atau tenaga kesehatan yang terkait.
3. Studi Dokumentasi
Yaitu dengan melihat atau membaca status atau catatan medik klien untuk
mengetahui riwayat pengobatan dan perawatan klien.
E. Sistematika penulisan
Penulisan studi kasus di bagi dalam lima Bab, dimana setiap bab akan diuraikan
kedalam sub dan bab dengan menyusun sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Dalam Bab ini diuraikan tentang latar belakang, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini diuraikan tentang skizofrenia, etiologi, manifestasi
klinik dan konsep keperawatan serta proses keperawatan.
BAB III : Tinjauan kasus
Dalam bab ini dipaparkan mengenai asuhan keperawatan yang
meliputi pengkajian data, rencana tindakan keperawatan, pelaksanaan
tindakan keperawatan, evaluasi tindakan keperawatan, serta catatan
tindakan keperawatan dengan menggunakan soap.
BAB IV : Pembahasan
Dalam bab ini baertujuan menemukan kesenjangan antara teori dan
fakta yang ada.
BAB V : Penutup
Dalam bab ini terdiri dari, kesimpulan dan saran, daftar pustaka,
lampiran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP MEDIS
1. Pengertain skizofrenia
Schizofrenia terdiri atas dua kata yaitu Schizo adalah kepribadian yang
retak, terpecah belah atau bercabang dan frenia yaitu Jiwa. Jadi Schizofrenia
yaitu jiwa yang retak atau terpecah belah ( Maramis, 1999 )
Schizofrenia merupakan suatu bentuk Psikosa yang sering dijumpai dimana-
mana Sejak dahulu. Meskipun demikian pengetahuan kita tentang sebab
musababnya Sangat kurang.
Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan
dasar pada kepribadian, distorsi khas proses pikir, kadang-kadang mempunyai
perasaaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya,
waham yang kadang-kadang anneh, gangguan persepsi efek abnormal yang
terpadu dengan situasi nyata atau sebenarnya. (Arief Mansjoer, dkk, 2002)
Sesuai dengan konsep dasar medis. Schizofrenia paranoid yaitu adanya
kecurigaan yang eksterm terhadap orang lain dengan halusinasi dan waham
kejar atau kebesaran, halusinasi atau waham harus menonjol halusinasi atau
suara yang mengancam atau meminta berupa bunyi peluit mendengung atau
tawa.
Bleuler menganggap bahwa gejala-gejala primer merupakan
manifestasi penyakit badana ( yang Belum diketahui apa sebenarnya ),
sedangkan gejala-gejala sekundernya adalah manifestasi dari usaha penderita
untuk menyesuaikan diri dapat dimengerti (Maramis, 1999).
2. Etiologi
Adapun penyebab munculnya schizofrenia, yaitu :
1) Keturunan
Dapat dipastikan bahwa ada faktor keturunan yang juga menentukan
timbulnya schizofrenia. Hal ini dibuktikan dengan penelitian tentang
keluarga penderita schizofrenia dan terutama anak-anak satu telur.
2) Endokrin
Schizofrenia mungkin disebabkan oleh gangguan endokrin. Berhubung
dengan sering timbulnya schizofrenia pada waktu pubertas, waktu
kehamilan atau puerperenium dan waktu klimakterium.
3) Metabolisme
Schizofrenia disebabkan oleh suatu gangguan metabolisme karena
penderita dengan skizofrenia tampak pucat dan tidak sehat. Ujung
extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan
menurun.
4) Susunan saraf pusat
Ada yang mencari penyebab schizofrenia ke arah kelainan susunan saraf
pusat yaitu pada diensefalon atau korteks otak. Terapi kelaian patologis
yang ditemukan itu mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem atau
merupakan artefark pada waktu membuat sediaan.
3. Pembagian Schizofrenia
a. Schizofrenia Paranoid
1. Ciri-ciri utamanya adalah waham yang sistematis atau halusinasi
pendengaran.
2. Individu ini dapat penuh curiga, argumentatif, kasar dan agresif
3. Perilaku kurang regresif, kerusakan sosial lebih sedikit dan
prognosisnya lebih baik di banding jenis-jenis lain.
b. Schizofrenia hebefrenik
1. Ciri-ciri utamanya adalah percakapan dan perilaku yang kacau,
serta efek yang datar atau tepat, gangguan asosiasi juga banyak terjadi.
2. Individu juga banyak mempunyai sikap yang aneh menunjukkan
perilaku yang menarik diri secara sosial yang ekstrim, mengabaikan
higiene dan penampilan diri.
3. Awitan biasanya terjadi sebelum usia 25 tahun dan bersifat kronis.
4. Perilaku regresif dengan interaksi soaial dan kontak realitas yang
buruk.
c. Schizofrenia Katatonik
1. Ciri-ciri utamanya ditandai dengan gangguan psikomotor, yang
melibatkan immobilisasi atau justru aktivitas yang berlebihan.
2. Stupor Katatonik, Individu dapat menunjukkan ketidakaktifan,
negatifisme, dan kelenturan tubuh yang berlebihan ( Postur yang
abnormal ).
3. Katatonik excitemen melibatkan agitasi yang ekstrim dan dapat
disertai dengan ekolalia dan ekopraksia.
d. Schizofrenia Yang tidak
digolongkan
Ciri-ciri uatamanya adalah gejala akut saat ini melainkan terjadi di masa
lalu
e. Schizofrenia Residu
1. Ciri-ciri utamanya adalah tidak adanya gejala akut saat ini melainkan
terjadi dimasa lalu.
2. Dapat terjadi gejala-gejala negatif, seperti isolasi sosial yang nyata,
menarik diri dan gangguan fungsi peran
4. Gejala-Gejala schizofrenia.
Menurut Bleuler dalam Maramis, ( 2004 ) bahwa gejala-gejala schizofrenia
dibagi menjadi dua yaitu :
a. Gejala Primer
1. Gangguan proses pikir pada schizofrenia inti gangguan memang
terdapat pada proses pikir, yang terganggu terutama asosiasi. Kadang-
kadang suatu idea belum selesai diutarakan sudah timbul idea lain atau
terdapat pemindahan maksud
2. Gangguan Afek atau emosi
Gangguan ini pada schizofrenia mungkin berupa :
- Kedangkalan afek dan emosi misalnya penderita menjadi acuh
tak acuh terhadap hal yang penting untuk dirinya sendiri.
- Parathimi ; apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan
gembira, pada penderita timbul rasa sedih dan marah.
- Paramini : Penderita merasa senang dan gembira akan tetapi ia
menangis.
- Kadang-kadang emosi dan afek serta ekspresinya tidak
mempunyai kesatuan.
- Emosi berlebihan sehingga kelihatan seperti di buat-buat.
3. Gangguan Kemauan.
Mereka tidak bisa mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam
suatu keadaan mereka selalu memberikan alasan meskipun alasan itu
tidak jelas atau tepat.
4. Gejala Psikomotor
Penderita dalam keadaan Katatonik menunjukkan hiperkinesa, ia terus
bergerak dan sangat gelisah.
b. Gejala Sekunder
1. Waham
Waham biasa tidak logis sama sekali tanpa penyebab apa-apa dari luar.
2. Halusinasi
Pada schizofrenia timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini
merupakan suatu gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan lain.
5. Terapi
a. Farmakoterapi.
b. Terapi elektro-Konfulsi (TEK)
c. Terapi koma insulin
d. Psikoterapi dan rehabilitasi.
6. Halusinasi
a. Definisi Halusinasi
Berdasarkan definisi yang dapat dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu :
1. Halusinasi merupakan gangguan persepsi
tanpa rangsangan eksternal (Igrain, 1995).
2. Halusinasi adalah penginderaan tanpa ada
rangsangan apapun pada pancaindera seorang klien yang terjadi dalam
keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional,
psikotik ataupun histeria. (Carpenito, 2001).
3. Halusinasi merupakan pencerapan tanpa
adanya rangsangan apapun pada pancaindera seorang pasien, yang
terjadi dalam keadaan sadar/bangun dasarnya mungkin organik,
fungsional, psikotik ataupun histeria. (Maramis, 2005).
4. Halusinasi merupakan pengalaman
pancaindera tanpa ada rangsangan atau stimulus misalnya penderita
mendengar suara-suara/bisikan-bisikan ditelinga pada hal tidak ada
sumber dari suara/bisikan itu (Hawari, 2006).
b. Macam-Macam Halusinasi
Maramis, 2004 menjelaskan bahwa halusinasi dapat dibagi menjadi lima
macam, yaitu :
1. Halusinasi Pendengaran
Klien mendengar suara atau bunyi yang tidak ada hubungan dengan
stimulus yang nyata atau lingkungan, dengan kata lain orang yang
berada disekitar klien tidak mendengar suara atau bunyi yang didengar
klien.
2. Halusinasi Penglihatan
Klien melihat gambaran yang jelas atau samar-samar atau tanpa
adanya stimulus yang nyata dari lingkungan dengan kata lain orang
yang berada disekitar klien tidak melihat gambaran serta apa yang
dikatakan klien.
3. Halusinasi Penciuman
Klien mencium sutatu bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa
stimulus yang nyata, artinya orang yang berada disekitar klien tidak
mencium sesuatu seperti apa yang dirasakan klien.
4. Halusinasi Perabaan
Klien merasa seperti ada sesuatu yang merayap-rayap ditubuhnya atau
kulitnya tanpa ada stimulus yang nyata.
5. Halusinasi Pengecapan
Biasanya terjadi bersamaan dengan halusinasi bau atau hirup. Individu
itu merasa mengecap sesuatu dimulutnya.
c. Penyebab Halusinasi
Faktor penyebab yang mungkin mengakibatkan perubahan persepsi
sensori : halusinasi adalah aspek biologis, psikologis, dan sosial budaya
(Stuart and Sundeen, 1998 dikutip oleh Hamid, 2005) yaitu :
1. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak susunan saraf pusat dapat
menimbulkan gangguan halusinasi seperti hambatan perkembangan
otak khususnya korteks prontal, temporal, dan limbik. Gejala yang
mungkin terjadi adalah dalam belajar, daya ingat dan mungkin muncul
perilaku menarik diri atau kekerasan
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh, dan lingkungan sangat mempengaruhi respon
psikologis dari klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi terjadinya
halusinasi dimana terjadi konflik sosial budaya (peperangan,
kerusuhan, kerawanan) kemiskinan, kehidupan yang terisolasi disertai
stress yang menumpuk.
d. Tanda dan Gejala Halusinasi
1. Bicara, senyum dan tertawa sendiri
2. Mengatakan mendengar suara-suara, melihat, mengecap, menghirup
dan merasakan sesuatu yang tidak nyata.
3. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan
4. Tidak dapat membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak nyata
5. Tidak memusatkan perhatian dan konsenntrasi
6. Pembicaraan kacau dan tidak masuk akal
7. Sikap curiga dan bermusuhan
8. Menarik diri dan menghindar dari orang lain
9. Sulit membuat keputusan, ketakutan
10. Menolak makan
11. Tidak dapat tidur
e. Proses Terjadinya Halusinasi
Menurut Stuart and Laraia, 2001 bahwa halusinasi dapat berkembang