Top Banner
1 BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan produktivitas pertanian tertinggi di dunia. Tercatat pada tahun 2014, sektor pertanian masih menyumbang 879,23 triliun rupiah, atau sebesar 10,26 % Produk Domestik Bruto (PDB) nasional [1]. Hal tersebut tentunya terjadi mengingat bangsa kita merupakan salah satu negara agraris yang memiliki segudang sumber daya alam (SDA). Sub-sektor perkebunan merupakan penyumbang nilai ekspor terbesar di bangsa ini, dan bahkan lebih besar dibandingkan nilai impornya. Salah satu komoditi terbaik hasil perkebunan Indonesia adalah kelapa sawit (Elaeis Quinensis Jack) yang ditanam di beberapa daerah Pulau Sumatra dan Kalimantan. Sebagai negara dengan pemilik perkebunan kelapa sawit terluas di dunia, Indonesia merupakan pengekspor utama minyak kelapa sawit mentah, atau Crude Palm Oil (CPO). Hasil dari komoditas ini digunakan sebagai bahan dasar minyak goreng, margarine, lilin, sabun, dan bahkan bahan bakar bio-diesel di daerah Uni Eropa [2]. Produksi minyak kelapa sawit dunia itu sendiri saat ini didominasi oleh 2 negara di Asia Tenggara, yaitu Malaysia dan Indonesia dengan jumlah produksi keduanya mencapai angka 85-90% dari total produksi di dunia. Saat ini, Indonesia adalah negara dengan jumlah produksi minyak kelapa sawit dan eksportir terbesar di dunia dengan total produksi pada tahun 2015 sebesar 32,5 juta ton dan 26,4 juta dari angka tersebut digunakan untuk ekspor ke negara lain [3]. Dalam proses budidaya perkebunan kelapa sawit, komoditas jenis ini memerlukan penanganan khusus agar dapat memberikan hasil panen yang optimal. Tingkat produksi yang nantinya akan dicapai oleh suatu perkebunan kelapa sawit merupakan hasil interaksi antara faktor lingkungan, faktor genetic, dan teknik budidaya tanaman. Untuk faktor lingkungan yang mempengaruhi produktivitas hasil panen meliputi faktor abiotik (curah hujan, hari hujan, tanah, tipografi) dan faktor biotik (gulma, hama, jumlah populasi tanaman/ha). Kemudian untuk faktor genetik meliputi varietas bibit yang digunakan dan usia dari kelapa sawit. Pada faktor teknik budidaya emliputi pemupukan, konservasi tanah dan air, pengendalian gulma, hama, dan penyakit tanaman, serta kegiatan pemeliharaan lainnya [4]. Hal tersebut tentunya
6

BAB I. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110769/potongan/S1-2017... · teknik budidaya emliputi pemupukan, konservasi tanah dan air, pengendalian gulma, hama, dan penyakit

Apr 17, 2019

Download

Documents

duongnguyet
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110769/potongan/S1-2017... · teknik budidaya emliputi pemupukan, konservasi tanah dan air, pengendalian gulma, hama, dan penyakit

1

BAB I.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan produktivitas pertanian

tertinggi di dunia. Tercatat pada tahun 2014, sektor pertanian masih menyumbang 879,23

triliun rupiah, atau sebesar 10,26 % Produk Domestik Bruto (PDB) nasional [1]. Hal tersebut

tentunya terjadi mengingat bangsa kita merupakan salah satu negara agraris yang memiliki

segudang sumber daya alam (SDA). Sub-sektor perkebunan merupakan penyumbang nilai

ekspor terbesar di bangsa ini, dan bahkan lebih besar dibandingkan nilai impornya. Salah satu

komoditi terbaik hasil perkebunan Indonesia adalah kelapa sawit (Elaeis Quinensis Jack) yang

ditanam di beberapa daerah Pulau Sumatra dan Kalimantan.

Sebagai negara dengan pemilik perkebunan kelapa sawit terluas di dunia, Indonesia

merupakan pengekspor utama minyak kelapa sawit mentah, atau Crude Palm Oil (CPO). Hasil

dari komoditas ini digunakan sebagai bahan dasar minyak goreng, margarine, lilin, sabun, dan

bahkan bahan bakar bio-diesel di daerah Uni Eropa [2]. Produksi minyak kelapa sawit dunia

itu sendiri saat ini didominasi oleh 2 negara di Asia Tenggara, yaitu Malaysia dan Indonesia

dengan jumlah produksi keduanya mencapai angka 85-90% dari total produksi di dunia. Saat

ini, Indonesia adalah negara dengan jumlah produksi minyak kelapa sawit dan eksportir

terbesar di dunia dengan total produksi pada tahun 2015 sebesar 32,5 juta ton dan 26,4 juta dari

angka tersebut digunakan untuk ekspor ke negara lain [3].

Dalam proses budidaya perkebunan kelapa sawit, komoditas jenis ini memerlukan

penanganan khusus agar dapat memberikan hasil panen yang optimal. Tingkat produksi yang

nantinya akan dicapai oleh suatu perkebunan kelapa sawit merupakan hasil interaksi antara

faktor lingkungan, faktor genetic, dan teknik budidaya tanaman. Untuk faktor lingkungan yang

mempengaruhi produktivitas hasil panen meliputi faktor abiotik (curah hujan, hari hujan, tanah,

tipografi) dan faktor biotik (gulma, hama, jumlah populasi tanaman/ha). Kemudian untuk

faktor genetik meliputi varietas bibit yang digunakan dan usia dari kelapa sawit. Pada faktor

teknik budidaya emliputi pemupukan, konservasi tanah dan air, pengendalian gulma, hama,

dan penyakit tanaman, serta kegiatan pemeliharaan lainnya [4]. Hal tersebut tentunya

Page 2: BAB I. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110769/potongan/S1-2017... · teknik budidaya emliputi pemupukan, konservasi tanah dan air, pengendalian gulma, hama, dan penyakit

2

mengindikasikan bahwa untuk mengoptimalisai hasil panen yang optimal. Faktor-faktor yang

saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain tersebut perlu diperhatikan.

Selain 3 faktor di atas, dalam prakteknya minimal ada 3 unsur iklim yang perlu

diperhatikan [5], yaitu:

1. Curah Hujan. Curah hujan berkaitan dengan hal ketersediaan air yang ada di

dalam tanah nantinya pada masa pertumbuhan tanaman. Hal ini mengingat bahwa

komoditas ini akan berproduksi sepanjang tahun. Curah hujan yang ideal berkisar

di antara 2000 – 3500 mm/th.

2. Suhu. Suhu merupakan komponen penting dalam pertumbuhan kelapa sawit,

yang optimal pada kisaran 24-290C. Suhu yang baik tersebut biasanya dapat

dicapai pada ketinggian 200 m dpl dan tidak disarankan lebih dari 400 m dpl.

3. Intensitas Cahaya Matahari. Untuk intensitas cahaya, hal ini berkaitan dengan

laju fotosintesis pada daun yang akan mempengaruhi hasil produksi. Unsur ini

juga erat kaitannya dengan curah hujan dan ketinggian lokasi. Lama penyinaran

yang baik berkisar antara 5 – 12 jam sehari.

Dengan adanya berbagai faktor dan unsur penting pada pertumbuhan tanaman kelapa sawit

seperti di atas, tentu perlu adanya pemantauan yang baik di lahan perkebunan.

Di Indonesia, cara pemantauan yang telah dilakukan oleh para mandor maupun pegawai

perkebunan masih cenderung tradisional dengan turun langsung ke lahan dan belum

memanfaatkan teknologi. Mengingat pertumbuhan Internet of Things (IoT) yang begitu

berkembang di Indonesia saat ini, tentunya teknologi ini dapat membantu para pegawai tadi

dalam melakukan pemantauan terhadap lahan perkebunan baik secara off site dan on site. Saat

ini, penerapan konsep IoT sudah banyak dikembangkan pada smart home seperti untuk

memonitor kondisi rumah, menyalakan/mematikan beberapa komponen listrik, dan lain-lain.

Konsep ini pun juga mulai diadaptasi di sektor transportasi seperti tracker pada bus,

penjadwalan bus, dan lain-lain. Untuk sektor pertanian - perkebunan, penerapan konsep IoT

masih cenderung pada tahap awal dan berkonsentrasi pada optimalisasi pengelolaan lahan.

Sistem Informasi untuk perkebunan kelapa sawit yang sudah dikembangkan saat ini

masih belum menyentuh ranah IoT, tetapi masih pada basis pemanfaatan Geographic

Information System (GIS). Kecenderungan pada aplikasi berbasis GIS yang ada masih

digunakan untuk melakukan pemantauan panen, pemantauan pegawai perkebunan itu sendiri,

Page 3: BAB I. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110769/potongan/S1-2017... · teknik budidaya emliputi pemupukan, konservasi tanah dan air, pengendalian gulma, hama, dan penyakit

3

dan masih menggunakan input data yang bersifat manual dari sisi admin. Diperlukan adanya

cara pemantauan yang lebih modern agar dapat memperoleh data yang lebih akurat dengan

memanfaatkan sensor-sensor yang diaplikasikan dengan konsep IoT. Kemudian data tersebut

nantinya disajikan dalam wadah Sistem Informasi (SI) pemantauan lahan perkebunan kelapa

sawit. Dengan memanfaatkan sensor-sensor yang dipasang di lokasi-lokasi tertentu pada lahan,

kedepannya mandor dan pegawai perkebunan lain dapat memantau kondisi lahan kelapa sawit

dari mana saja dan kapan saja dengan cukup melihat pada sistem informasi yang ada. Dengan

demikian, pengembangan system informasi pemantauan perkebunan kelapa sawit sangat

diperlukan. Melalui penelitian ini, nantinya dapat dikembangkan sebuah aplikasi berbasis web

yang bersifat multiplatform – dapat diakses melalui perangkat mobile maupun PC / desktop.

Pengembangan aplikasi sistem informasi berbasis web ini merupakan kelanjutan dari

penelitian “Pengembangan RESTful API untuk Sistem Pemantauan Perkebunan Kelapa Sawit”

yang sebelumnya telah dilakukan oleh Anisa Azis pada tahun 2017. Dengan memanfaatkan

API dari penelitian sebelumnya, pada pengembangan SI dari perkebunan kelapa sawit ini

nantinya dapat memanfaatkan API yang telah disediakan dengan arsitektur seperti pada

Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Arsitektur Integrasi API [6]

Page 4: BAB I. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110769/potongan/S1-2017... · teknik budidaya emliputi pemupukan, konservasi tanah dan air, pengendalian gulma, hama, dan penyakit

4

Melalui konsep arsitektur pemanfaatan API seperti di atas, SI yang dikembangkan akan dapat

memberikan informasi yang up to date berdasarkan hasil integrasi antara web yang akan dilihat

oleh sisi client dengan web service dari API tersebut.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas bahwasannya pada penelitian sebelumnya telah

dikembangkan API yang digunakan untuk memberikan data pembacaan sensor, data tersebut

belum dapat dipahami secara langsung oleh end-users atau para pegawai di perkebunan kelapa

sawit seperti pegawai lapangan dan pengawas perkebunan. API yang masih bersifat mentah

tersebut perlu untuk diintegrasikan dan ditampilkan dalam User Interface (UI). Dengan

demikian, dibutuhkan pengembangan Sistem Informasi (SI) yang dapat dipahami bagi para

pegawai perkebunan untuk melakukan pemantauan jarak jauh.

Batasan Penelitian

Batasan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan ini mengambil data dari API yang telah disediakan pada lanjutan

proyek Pengembangan Sistem Informasi Pemantauan Kelapa Sawit pada

penelitian sebelumnya.

2. Integrasi dilakukan antara front-end dan back-end menyesuaikan ketersediaan

API yang ada.

3. Pengembangan Sistem Informasi (SI) ini menggunakan pendekatan Progressive

Web App (PWA).

4. Pengembangan hanya berfokus pada penyampaian informasi dari pembacaan

nilai pada API sensor yang ada ke pengguna.

5. Aspek hardware dari sensor Node dan keamanan pengiriman data tidak menjadi

perhatian dalam pengembangan ini.

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, untuk menyelesaikannya maka penelitian ini

memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:

Page 5: BAB I. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110769/potongan/S1-2017... · teknik budidaya emliputi pemupukan, konservasi tanah dan air, pengendalian gulma, hama, dan penyakit

5

1. Mengembangkan Sistem Informasi (SI) berbasis web dengan menggunakan

pendekatan Progressive Web App sebagai antarmuka untuk pemantauan

perkebunan kelapa sawit.

2. Melakukan integrasi antara user interface (UI) dengan API yang sudah ada dari

penelitian sebelumnya untuk menghasilkan sistem informasi dengan data

realtime.

3. Melakukan pengujian kualitas sistem informasi berbasis web dengan metode

blacbox testing, dan tools seperti Lighthouse, serta PageSpeed Insight.

Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi pegawai lapangan perkebunan kelapa sawit dan pengawas perkebunan,

penelitian ini dapat memudahkan mereka dalam melakukan pemantauan lahan

kelapa sawit dari jarak jauh secara realtime.

2. Bagi peneliti selanjutnya, data dan sistem informasi pada penelitian ini dapat

dimanfaatkan untuk mengembangkan SI secara lebih lanjut dengan adanya sistem

rekomendasi dan manajemen pengguna.

Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan penelitian ini, penulisan dilakukan secara sistematis untuk

dapat mempermudah dalam memahami keseluruhan penelitian. Adapun sistematika

penulisannya sebagai berikut:

1.6.1 Bab I: PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan tentang latar belakang permasalahan yang diambil serta

pentingnya masalah tersebut untuk diberikan solusi melalui penelitian ini. Pada bab ini

juga dilengkapi dengan rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian. Selain itu

juga terdapat batasan penelitian yang bertujuan agar penelitian ini tidak melebar dari

masalah yang dipaparkan.

1.6.2 Bab II: TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Bab ini menjelaskan tentang penelitian-penelitian terkait yang telah dilakukan

sebelumnya. Pada bagian ini akan dipaparkan apa yang telah dicapai pada penelitian

Page 6: BAB I. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110769/potongan/S1-2017... · teknik budidaya emliputi pemupukan, konservasi tanah dan air, pengendalian gulma, hama, dan penyakit

6

sebelumnya, dan apa saja kekurangannya. Selain itu, landasan/dasar teori yang

digunakan untuk memecahkan masalah pada penelitian nantinya juga akan

disampaikan pada bab ini.

1.6.3 Bab III: METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini secara garis besar akan menjelaskan tahapan-tahapan yang dilakukan penulis

dalam melakukan penelitian. Selain itu, dijelaskan pula tentang sarana dan prasarana

yang digunakan untuk mendukung penelitian ini.

1.6.4 Bab IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan tentang hasil pengembangan Sistem Informasi Kelapa Sawit

yang telah dilakukan pada penelitian berikut pembahasannya secara runtut agar dapat

digunakan di kemudian hari.

1.6.5 Bab V: KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pembahasan

pada pengembangan SI Kelapa Sawit yang dikaitkan dengan tujuan penelitian. Selain

itu akan diberikan beberapa saran yang dapat digunakan pada penelitian selanjutnya.