1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasang surut merupakan fenomena kenaikan dan penurunan muka air laut yang terjadi diseluruh permukaan bumi secara periodik karena pengaruh gaya tarik menarik matahari dan bulan, serta gaya sentrifugal sebagai gaya penyeimbangnya yang menyebabkan perpindahan massa air seluruhnya dari atas sampai dasar laut (Dronkers, 1964). Informasi pasang surut diperlukan untuk berbagai pekerjaan laut praktis seperti penentuan muka surutan peta (Chart Datum) sebagai referensi kedalaman pada peta batimetri, rekayasa bangunan pantai, dan keperluan navigasi lainnya (Ali, et.al., 1994). Produk informasi pasang surut tersebut dipengaruhi oleh kualitas data pasang surut. Data pasang surut umumnya selalu mengandung kesalahan, sehingga untuk mendapatkan informasi pasang surut yang baik perlu dilakukan kontrol kualitas. Kesalahan pada data pasang surut umumnya berupa data gap, spike, dan data diskontinyu, seperti ditunjukkan pada Gambar I.1. Kesalahan data mentah pasut tersebut perlu dikoreksi sebelum dilakukan proses pengolahan lebih lanjut. Gambar I.1. Bentuk data mentah pasang surut secara visual Data dengan Trend aneh Data Diskontinyu Data Spike
24
Embed
BAB I PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67319/potongan/S1...2 Selain dipengaruhi oleh kualitas data, informasi pasang surut juga dipengaruhi periode data atau lamanya
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pasang surut merupakan fenomena kenaikan dan penurunan muka air laut yang
terjadi diseluruh permukaan bumi secara periodik karena pengaruh gaya tarik
menarik matahari dan bulan, serta gaya sentrifugal sebagai gaya penyeimbangnya
yang menyebabkan perpindahan massa air seluruhnya dari atas sampai dasar laut
(Dronkers, 1964). Informasi pasang surut diperlukan untuk berbagai pekerjaan laut
praktis seperti penentuan muka surutan peta (Chart Datum) sebagai referensi
kedalaman pada peta batimetri, rekayasa bangunan pantai, dan keperluan navigasi
lainnya (Ali, et.al., 1994).
Produk informasi pasang surut tersebut dipengaruhi oleh kualitas data pasang
surut. Data pasang surut umumnya selalu mengandung kesalahan, sehingga untuk
mendapatkan informasi pasang surut yang baik perlu dilakukan kontrol kualitas.
Kesalahan pada data pasang surut umumnya berupa data gap, spike, dan data
diskontinyu, seperti ditunjukkan pada Gambar I.1. Kesalahan data mentah pasut
tersebut perlu dikoreksi sebelum dilakukan proses pengolahan lebih lanjut.
Gambar I.1. Bentuk data mentah pasang surut secara visual
Data dengan Trend aneh
Data Diskontinyu
Data Spike
2
Selain dipengaruhi oleh kualitas data, informasi pasang surut juga dipengaruhi
periode data atau lamanya pengamatan data pasang surut. Pada pekerjaan laut
praktis, periode pasut yang diperlukan relatif pendek sekitar 15 atau 29 piantan
pengamatan. Namun untuk pekerjaan ilmiah yang membutuhkan ketelitian tinggi
diperlukan periode pengamatan relatif panjang yaitu 18,6 tahun.
Informasi pasang surut mengenai karakteristik dan sifat pasang surut dapat
diperoleh setelah melakukan analisis harmonik pasut. Analisis pasang surut laut
dilakukan terhadap data pasang surut laut dengan periode waktu tertentu. Proses
analisis harmonik pasut menghasilkan gelombang harmonik yang biasa dinyatakan
sebagai konstanta harmonik pasut. Konstanta harmonik yang dihasilkan bergantung
pada periode pengamatan data pasut yang digunakan. Sebagai contoh, pengamatan
data pasut seri pendek, dan data pasut seri panjang, akan menghasilkan beberapa tipe
konstanta harmonik pasut yang berbeda nilainya.
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa informasi pasang surut laut
yang teliti membutuhkan data pasang surut berkualitas baik dan periode pengamatan
panjang. Penelitian ini bertujuan mengkaji bagaimana kualitas data pasut pada
periode yang panjang dan pengaruh periodik pergerakan Bumi, Bulan, dan Matahari
dalam kelompok periode satu bulan, satu tahun dan 8,85 tahun terhadap nilai
amplitudo konstanta pasut dan MSL di stasiun pasut Surabaya, Jawa Timur.
1.2. Pertanyaan Penelitian
Informasi pasang surut laut dibutuhkan untuk berbagai pekerjaan laut baik
yang bersifat praktis maupun ilmiah. Informasi pasang surut didapatkan dari proses
analisis harmonik pasut. Hasil analisis harmonik pasut ditentukan oleh kualitas data
dan panjang periode suatu data pasut. Data pasut yang masih berupa data mentah
umumnya mengandung beberapa kesalahan. Pada penelitian ini dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana kualitas data pasut yang digunakan untuk penelitian?
2. Berapa nilai amplitudo konstanta harmonik pasut dan nilai MSL dari tiga
periode data pasut?
3. Berapa lama periode data pasang surut yang paling optimal berdasarkan
perhitungan analisis harmonik pasut dari tiga periode data pasut?
3
1.3. Cakupan Penelitian
Penelitian ini memiliki cakupan yang menjelaskan aspek spasial, aspek
temporal dan metode yang digunakan, sehingga penelitian bisa terarah dan fokus
sesuai tujuan penelitian. Cakupan penelitan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Lokasi penelitian di stasiun pasut Surabaya, Jawa Timur, pada koordinat
7⁰11’50” LS dan 112⁰43’41” BT.
2. Data yang digunakan adalah data pasang surut selama periode panjang dari
tahun 1984 sampai dengan tahun 2004
3. Data dikelompokkan menjadi tiga kelompok data yaitu, satu bulan berdasar
periode revolusi Bulan, satu tahun berdasar periode revolusi Bumi, dan 8,85
tahun berdasar periode presesi orbit Bulan. Pengelompokan data dengan
mempertimbangkan ketersediaan data dan kualitas data yang baik.
4. Proses analisis harmonik pasut dihitung menggunakan metode Hitung
Kuadrat Terkecil melalui program t_tide versi 1.1 untuk mencari nilai
amplitudo konstanta harmonik dan nilai MSL.
5. Kualitas data pasang surut dinilai dari ketersediaan data mentah secara
keseluruhan dan besar prosentase kesalahan data gap, data spike, data
diskontinyu, serta trend data pasang surut.
6. Kontrol kualitas data dilakukan dengan cara menghilangkan spike, mengisi
data kosong dengan NaN (not-a-number), dan melakukan shifting serta
koreksi scaling pada data error.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kualitas data pasut pada tiga kelompok periode data pasut
stasiun pasut Surabaya.
2. Mendapatkan nilai amplitudo konstanta harmonik dan nilai MSL dari tiga
kelompok periode data.
3. Mengetahui beda hasil nilai amplitudo konstanta harmonik dari tiap
kelompok periode data sehingga dapat ditentukan kelompok periode data
yang paling optimal untuk analisis harmonik pasang surut.
4
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah hasil analisis harmonik
pasang surut dari tiga kelompok periode pengamatan dapat digunakan sebagai
pertimbangan dalam memilih periode data pengamatan yang efektif dan optimal
untuk perhitungan nilai MSL di stasiun pasut Surabaya, Jawa Timur.
1.6. Tinjauan Pustaka
Pangesti (2012) melakukan perbandingan kosntanta harmonik pasang surut
yang dihasilkan dari lama pengamatan yang berbeda untuk menghitung nilai muka
surutan peta di Stasiun pasut Prigi, Jawa Timur. Rentang lama pengamatan data
pasut yang digunakan adalah 15 hari, 29 hari, 6 bulan, 1 tahun dan 3 tahun.
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode hitung kuadrat terkecil melalui
software T-tide. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa nilai Chart Datum terbaik
untuk Stasiun pasut Prigi sebesar 1,3 m diperoleh dari kelompok data yang paling
dominan.
Akbar (2013) melakukan kajian pengaruh periode data pasang surut terhadap
ketelitian hasil prediksi, menggunakan data pasut Stasiun pasut Cilacap dan Prigi
tahun 2010 sampai dengan tahun 2011. Data pasut selanjutnya dikelompokkan
menajdi beberapa periode data, yaitu 15 hari, 29 hari, 6 bulan, 1 tahun, dan 2 tahun.
Periode data tersebut kemudian dianalisis menggunakan program T-tide untuk
menghasilkan konstanta harmonik. Hasil penelitian Akbar (2013) menunjukkan
bahwa periode data yang optimal untuk hasil prediksi pasut adalah periode 1 tahun,
karena meski pun dengan periode data yang lebih pendek namun dapat memberikan
hasil yang tidak jauh berbeda dengan hasil prediksi periode data 2 tahun.
International Council for the Exploration of the Sea (ICES) pada tahun 2006
menerbitkan jurnal Guidelines for Water Level Data yang didalamnya juga
membahas mengenai kontrol kualitas data pasut. ICES menetapkan standar pada data
pasut bahwa beberapa tahapan pengecekan data pasut harus dilakukan sebelum data
pengamatan tersebut di proses lebih lanjut, tahapan pengecekan tersebut antara lain
menandai anomali data seperti data spike atau pun data gap dan mengecek
kontinyuitas data serta pengecekan tinggi referensi stasiun pasut dari waktu ke
waktu.
5
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah lokasi dan
panjang periode data penelitian. Penelitian ini menggunakan data Stasiun pasut
Surabaya, Jawa Timur tahun 1984 sampai dengan tahun 2008. Data pasut tersebut
dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok periode data, yaitu 1 bulan, 1 tahun
dan 8,85 tahun. Setiap kelompok periode data dilakukan analisis harmonik
menggunakan T-tide untuk mendapat nilai konstanta harmonik utama dan nilai MSL,
yang kemudian dibandingkan untuk mencari periode data pengamatan yang optimal.
1.7. Landasan Teori
1.7.1. Pasang Surut
Pasang surut merupakan fenomena kenaikan dan penurunan muka air laut yang
terjadi diseluruh permukaan bumi secara periodik karena pengaruh gaya tarik bumi,
matahari dan bulan, serta gaya sentrifugal sebagai gaya penyeimbangnya yang
menyebabkan perpindahan massa air seluruhnya dari atas sampai dasar laut.
Gravitasi bulan merupakan pembangkit utama pasut. Walaupun massa
matahari jauh lebih besar dibanding massa bulan, namun jarak bulan ke bumi lebih
dekat dari pada jarak matahari ke bumi. Matahari hanya memberikan rasio pengaruh
gaya tarik yang lebih kecil terhadap pembakitan pasut di muka bumi. Oleh karena itu
perbandingan gaya gravitasi bulan dan matahari masing-masing terhadap bumi
adalah sekitar 1 : 0,46 (Poerbandono & Djunarsjah, 2005).
1.7.2. Teori Pasang Surut
Pada awalnya fenomena pasut dijelaskan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727)
melalui teori Equilibrium Tides. Kemudian perkembangan lebih jelas lagi muncul
ketika Laplace (1749-1827) menjelaskan teori pasut melalui matematika murni.
Adapun teori pasang surut yang umumnya digunakan adalah Teori Pasut Setimbang
(Equilibrium Tide)
Pada teori ini keadaan bumi dianggap ideal dengan asumsi bahwa bumi
berbentuk bola sempurna yang diselimuti oleh lapisan air dengan kedalaman
homogen. Selain itu bumi dan lapisan air yang meneyelimutinya dianggap dalam
keadaan diam sampai ada gaya yang bekerja padanya. Dalam kondisi bumi yang
6
ideal seperti ini terjadi pasut setimbang. Teori ini mampu memberikan gambaran
tentang fenomena pasut secara kualitatif nanum belum bisa untuk ramalan pasut
secara kuantitatif.
Pada kondisi sebenarnya bumi jauh dari kondisi ideal karena dipengaruhi
beberapa hal, antara lain sebagai berikut :
1. Bumi tidak sepenuhnya diselimuti oleh air. Bentuk daratan juga
mempengaruhi fenomena pasut yang terjadi.
2. Kedalaman air di bumi tidaklah homogen. Umumnya untuk mendapatkan
kondisi pasut yang setimbang memerlukan nilai kedalaman yang jauh lebih
kecil
3. Adanya gaya gesekan antara massa air dengan dasar laut maupun antar
massa air laut sendiri yang berpengaruh terhadap kondisi pasut setimbang.
1.7.3. Gaya Pembangkit Pasut
Fenomena pasut yang terjadi di bumi dapat dijelaskan dengan melihat gerakan
bulan dan matahari secara periodik terhadap bumi. Gerakan benda astronomis seperti
bulan dan matahari secara periodik tersebut menghasilkan gaya pembangkit pasut
yang memiliki komponen periodik sesuai dengan periode gerakan bulan dan
matahari yang teratur. Gerakan utama bulan dan matahari yang mempengaruhi pasut
adalah :
1. Revolusi bulan terhadap bumi, dengan orbit berbentuk elips dan
memerlukan waktu 29,5 hari untuk menyelesaikan revolusinya.
2. Revolusi bumi terhadap matahari, dengan orbit berbentuk ellips dan
periode yang diperlukan adalah 365,25 hari.
3. Perputaran bumi pada porosnya dengan waktu yang diperlukan adalah 24
jam.
Posisi bulan, matahari dan bumi dalam satu sistem selalu bergerak pada
orbitnya masing – masing yang secara periodik berubah. Posisi tersebut dapat dilihat
pada Gambar I.2 sebagai berikut :
7
Gambar I.2. Posisi dan gerakan lintasan orbit bumi, bulan dan matahari
(Dimodifikasi dari Soeprapto, 2001)
Menurut Newton pembangkit pasut dapat dijelaskan melalui “teori gravitasi
universal”, yang menyatakan bahwa pada dua sistem benda dengan massa dan jarak
tertentu mengalami gaya tarik menarik di antara dua benda tersebut. Gaya ini dapat
dituliskan dengan persamaan (Poerbandono & Djunarsjah, 2005) :