Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Torsio testis merupakan keadaan dimana funikulus spermatikus terpluntir sehingga mengakibatkan peredaran darah pada testis terganggu. Keadaan ini terjadi pada laki-laki berumur kurang dari 25 tahun dengan perbandingan 1: 4000. Kejadian ini banyak diderita pada usia pubertas antara usia 12-20 tahun. Hal yang sering dikeluhkan oleh pasien yaitu karena bengkak dan nyeri pada testis. Keadaan ini terjadi oleh beberapa sebab seperti, aktivitas yang tinggi, suhu, anomali, dan trauma. Penanganan pada torsio testis membutuhkan waktu yang cepat setelah diagnosa ditegakkan. Karena hal ini merupakan suatu kegawatdaruratan, maka sebagai dokter umum perlu pengetahuan mengenai penyakit ini. Ini juga merupakan suatu bekal untuk dokter umum yang bekerja di suatu daerah terpencil. 1.2. Rumusan Masalah Apakah yang dimaksud dengan Torsio Testis ? 1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum Menjelaskan kelainan Torsio Testis 1.3.2. Tujuan Khusus 1
25

BAB I Referat Torsio Testis

Oct 23, 2015

Download

Documents

rismasoehadak

referat
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I Referat Torsio Testis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Torsio testis merupakan keadaan dimana funikulus spermatikus terpluntir

sehingga mengakibatkan peredaran darah pada testis terganggu. Keadaan ini terjadi

pada laki-laki berumur kurang dari 25 tahun dengan perbandingan 1: 4000. Kejadian

ini banyak diderita pada usia pubertas antara usia 12-20 tahun.

Hal yang sering dikeluhkan oleh pasien yaitu karena bengkak dan nyeri pada

testis. Keadaan ini terjadi oleh beberapa sebab seperti, aktivitas yang tinggi, suhu,

anomali, dan trauma. Penanganan pada torsio testis membutuhkan waktu yang cepat

setelah diagnosa ditegakkan.

Karena hal ini merupakan suatu kegawatdaruratan, maka sebagai dokter umum

perlu pengetahuan mengenai penyakit ini. Ini juga merupakan suatu bekal untuk

dokter umum yang bekerja di suatu daerah terpencil.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah yang dimaksud dengan Torsio Testis ?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Menjelaskan kelainan Torsio Testis

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Menjelaskan anatomi Testis

2. Menjelaskan patofisiologi Torsio Testis

3. Menjelaskan gejala klinis Torsio Testis

4. Menjelaskan terapi Torsio Testis

1.4. Manfaat

Meningkatkan pengetahuan dokter mengenai mekanisme penyakit Torsio

Testis

Menambah pengetahuan dokter mengenai terapi penyakit Torsio Testis

1

Page 2: BAB I Referat Torsio Testis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Testis

Testis merupakan sepasang struktur organ yang berbentuk oval dengan ukuran

4x2,5x2,5cm dan berat kurang lebih 20g. Terletak didalam scrotum dengan axis

panjang pada sumbu vertikal dan biasanya testis kiri terletak lebih rendah dibanding

kanan. Testis diliputi oleh tunika albuginea pada 2/3 anterior kecuali pada sisi dorsal

dimana terdapat epididymis dan pedikel vaskuler. Sedangkan epididymis merupakan

organ yang berbentuk kurva yang terletak disekeliling bagian dorsal dari testis. Suplai

darah arteri pada testis dan epididymis berasal dari arteri renalis.

Gambar 2.1. Struktur Testis (http://herrysetyayudha.wordpress.com)

Pada perkembangannya, testis mengalami desensus dari posisi asalnya di dekat

ginjal menuju scrotum. Terdapat beberapa mekanisme yang menjelaskan mengenai

proses ini antara lain adanya tarikan gubernakulum dan tekanan intraabdominal. 2

Page 3: BAB I Referat Torsio Testis

Faktor endokrine dan axis hypothalamus-pituitary-testis juga berperan dalam proses

desensus testis. Antara minggu ke12 dan 17 kehamilan, testis mengalami migrasi

transabdominal menuju lokasi didekat cincin inguinal interna.

Gambar 2.2. Embriologi Testis (http://www.netterimages.com)

Secara histologis, testis terdiri atas ± 250 lobuli dan tiap lobulus terdiri atas

tubuli seminiferi. Di dalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel spermatogonia dan sel

Sertoli, sedang di antara tubuli seminiferi terdapat sel-sel Leydig. Sel-sel

spermatogonium pada proses spermatogenesis menjadi sel-sel spermatozoa. Sel-sel

Sertoli berfungsi memberi makan pada bakal sperma, sedangkan sel-sel Leydig atau

disebut sel-sel interstisial testis berfungsi dalam menghasilkan hormone testosterone.3

Page 4: BAB I Referat Torsio Testis

Gambar 2.3. Histologi Testis (http://instruction.cvhs.okstate.edu)

Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubuli seminiferi testis disimpan dan

mengalami pematangan/maturasi di epididimis. Setelah matur (dewasa) sel-sel

spermatozoa bersama-sama dengan getah dari epididimis dan vas deferens disalurkan

menuju ke ampula vas deferens. Sel-sel itu setelah bercampur dengan cairan-cairan

dari epididimis, vas deferens dan vesikula seminalis, serta cairan prostate, membentuk

cairan semen atau mani.

Testis mendapat darah dari beberapa cabang arteri, yaitu arteri spermatika

interna yang merupakan cabang dari aorta, arteri deferensialis cabang dari arteri

vesikalis inferior, dan arteri kremasterika yang merupakan cabang arteri epigastrika.

Pembuluh vena yang meninggalkan testis berkumpul meninggalkan testis berkumpul

membentuk pleksus Pampiniformis. Pleksus ini pada beberapa orang mengalami

dilatasi dan dikenal sebagai varikokel.

2.2. Definisi

Torsio testis adalah suatu keadaan dimana spermatic cord yang terpeluntir

yang mengakibatkan terjadinya strangulasi dari pembuluh darah. Terjadi pada pria

yang jaringan di sekitar testisnya tidak melekat dengan baik ke scrotum. Testis dapat

infark dan mengalami atrophy jika tidak mendapatkan aliran darah lebih dari enam

jam.

4

Page 5: BAB I Referat Torsio Testis

Gambar 2.4. Torsio Testis (http://herrysetyayudha.wordpress.com)

2.3. Etiologi

Penyebab dari torsio testis masih belum diketahui dengan pasti. Trauma

terhadap scrotum bisa merupakan factor pencetus, sehingga torsio harus

dipertimbangkan pada pasien dengan keluhan nyeri setelah trauma bahkan pada

trauma yang tampak kurang signifikan sekalipun. Dikatakan pula bahwa spasme dan

kontraksi dari otot kremaster dan tunica dartos bisa pula menjadi faktor pencetus.

Torsio testis lebih sering terjadi pada musim dingin, terutama pada temperature

di bawah 2C. Faktor predisposisi lain terjadinya torsio meliputi peningkatan volume

testis (sering dihubungkan dengan pubertas), tumor testis, testis yang terletak

horisontal, riwayat kriptorkismus, dan pada keadaan dimana spermatic cord

intrascrotal yang panjang.

5

Page 6: BAB I Referat Torsio Testis

Torsio testis terjadi bila testis dapat bergerak dengan sangat bebas. Pergerakan

yang bebas tersebut ditemukan pada keadaan-keadaan sebagai berikut :

1. Mesorchium yang panjang.

2. Kecenderungan testis untuk berada pada posisi horizontal.

3. Epididimis yang terletak pada salah satu kutub testis.

Selain gerak yang sangat bebas, pergerakan berlebihan pada testis juga dapat

menyebabkan terjadinya torsio testis. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan

pergerakan berlebihan itu antara lain ; perubahan suhu yang mendadak (seperti saat

berenang), ketakutan, latihan yang berlebihan, batuk, celana yang terlalu ketat,

defekasi atau trauma yang mengenai scrotum.

Pada masa janin dan neonatus, lapisan yang menempel pada muskulus dartos

masih belum banyak jaringan penyangganya sehingga testis, epididimis dan tunika

vaginalis mudah sekali bergerak dan memungkinkan untuk terpeluntir pada sumbu

funikulus spermatikus. Terpeluntirnya testis pada keadaan ini disebut torsio testis

ekstravaginal.

Gambar 2.5. Klasifikasi Torsio Testis (http://herrysetyayudha.wordpress.com)

Terjadinya torsio testis pada masa remaja banyak dikaitkan dengan kelainan

sistem penyangga testis. Tunika vaginalis yang seharusnya mengelilingi sebagian dari

testis pada permukaan anterior dan lateral testis, pada keadaan ini tunika mengelilingi

6

Page 7: BAB I Referat Torsio Testis

seluruh permukaan testis sehingga mencegah insersi epididimis ke dinding skrotum.

Keadaan ini menyebabkan testis dan epididimis dengan mudahnya bergerak di

kantung tunika vaginalis dan menggantung pada funikulus spermatikus. Keadaan ini

dikenal sebagai anomali bell clapper. Keadaan ini menyebabkan testis mudah

mengalami torsio intravaginal.

Gambar 2.6. Klasifikasi Anatomi Torsio Testis(http://herrysetyayudha.wordpress.com)

2.4. Epidemiologi

Keadaan ini diderita oleh I diantara 4000 pria yang berumur kurang dari 25

tahun, paling banyak diderita oleh anak pada masa pubertas (12-20 tahun). Disamping

itu, tak jarang  janin yang masih berada dalam uterus atau bayi baru lahir menderita

torsio testis yang tidak terdiagnosis sehingga mengakibatkan kehilangan testis baik

unilateral maupun bilateral.

Terdapat kecenderungan penurunan insiden sesuai dengan peningkatan usia.

Peningkatan insiden selama usia dewasa muda mungkin disebabkan karena testis yang

membesar sekitar 5-6 kali selama pubertas. Testis kiri lebih sering terjadi dibanding

testis kanan, hal ini mungkin disebabkan oleh karena secara normal spermatic cord kiri

lebih panjang. Pada kasus torsio testis yang terjadi pada periode neonates, 70% terjadi

pada fase prenatal dan 30% terjadi postnatal.

7

Page 8: BAB I Referat Torsio Testis

2.5. Patofisiologi

Terdapat 2 jenis torsio testis berdasarkan patofisiologinya yaitu intravagina dan

ekstravagina torsio.

1. Torsio intravagina terjadi di dalam tunika vaginalis dan disebabkan oleh karena

abnormalitas dari tunika pada spermatic cord di dalam scrotum. Secara normal, fiksasi

posterior dari epididymis dan investment yang tidak komplet dari epididymis dan

testis posterior oleh tunika vaginalis memfiksasi testis pada sisi posterior dari scrotum.

Kegagalan fiksasi yang tepat dari tunika ini menimbulkan gambaran bentuk ‘bell-

clapper’ deformitas, dan keadaan ini menyebabkan testis mengalami rotasi pada cord

sehingga potensial terjadi torsio. Torsio ini lebih sering terjadi pada usia remaja dan

dewasa muda.

2. Ekstravagina torsio terjadi bila seluruh testis dan tunika terpuntir pada axis vertical

sebagai akibat dari fiksasi yang tidak komplet atau non fiksasi dari gubernakulum

terhadap dinding scrotum, sehingga menyebabkan rotasi yang bebas di dalam scrotum.

Kelainan ini sering terjadi pada neonatus dan pada kondisi undesensus testis.

2.6. Gejala Klinis

Gejala pertama dari torsio testis adalah hampir selalu nyeri. Gejala ini bisa

timbul mendadak atau berangsur-angsur, tetapi biasanya meningkat menurut derajat

kelainan. Riwayat trauma didapatkan pada 20% pasien, dan lebih dari sepertiga pasien

mengalami episode nyeri testis yang berulang sebelumnya. Derajat nyeri testis

umumnya bervariasi dan tidak berhubungan dengan luasnya serta lamanya kejadian.

Pembengkakan dan eritema pada scrotum berangsur-angsur muncul. Dapat

pula timbul nausea dan vomiting, kadang-kadang disertai demam ringan. Gejala yang

jarang ditemukan pada torsio testis ialah rasa panas dan terbakar saat berkermih, dan

hal ini yang membedakan dengan orchio-epididymitis.

Adapun gejala lain yang berhubungan dengan keadaan ini antara lain :

• Nyeri perut bawah

8

Page 9: BAB I Referat Torsio Testis

• Pembengkakan testis

Pada awal proses, belum ditemukan pembengkakan pada scrotum. Testis yang

infark dapat menyebabkan perubahan pada scrotum. Scrotum akan sangat nyeri

kemerahan dan bengkak. Pasien sering mengalami kesulitan untuk menemukan posisi

yang nyaman.

Selain  nyeri pada sisi testis yang mengalami torsio, dapat juga ditemukan

nyeri alih di daerah inguinal atau abdominal. Jika testis yang mengalami torsio

merupakan undesendensus testis, maka gejala yang yang timbul menyerupai hernia

strangulata.

Gambar 2.7. Gejala Klinis Torsio Testis (http://herrysetyayudha.wordpress.com)

2.7. Diagnosa

Pemeriksaan Fisik

Testis yang mengalami torsio pada scrotum akan tampak bengkak dan

hiperemis. Eritema dan edema dapat meluas hingga scrotum sisi kontralateral.

Testis yang mengalami torsio juga akan terasa nyeri pada palpasi. Jika pasien

datang pada keadaan dini, dapat dilihat adanya testis yang terletak transversal atau

9

Page 10: BAB I Referat Torsio Testis

horizontal, Kadang-kadang pada torsio testis yang baru terjadi, dapat diraba

adanya lilitan atau penebalan funikulus spermatikus. Keadaan ini biasanya tidak

disertai dengan demam. Seluruh testis akan bengkak dan nyeri serta tampak lebih

besar bila dibandingkan dengan testis kontralateral, oleh karena adanya kongesti

vena. Testis juga tampak lebih tinggi di dalam scotum disebabkan karena

pemendekan dari spermatic cord. Hal tersebut merupakan pemeriksaan yang

spesifik dalam menegakkan dianosis. Biasanya nyeri juga tidak berkurang bila

dilakukan elevasi testis (Prehn sign).

Pemeriksaan fisik yang paling sensitif pada torsio testis ialah hilangnya

refleks cremaster. Dalam satu literatur disebutkan bahwa pemeriksaan ini

memiliki sensitivitas 99% pada torsio testis.

Gambar 2.8. Tipe Torsio Testis (http://herrysetyayudha.wordpress.com)

10

Page 11: BAB I Referat Torsio Testis

Gambar 2.9. Refleks Kremaster (http://www.ebmedicine.net)

Pemeriksaan Penunjang

Pada umumnya pemeriksaan penunjang hanya diperlukan bila diagnosis

torsio testis masih meragukan atau bila pasien tidak menunjukkan bukti klinis yang

nyata. Dalam hal ini diperlukan guna menentukan diagnosa banding pada keadaan

akut scrotum lainnya. Urinalisis biasanya dilakukan untuk menyingkirkan adanya

infeksi pada traktus urinarius. Pemeriksaan darah lengkap dapat menunjukkan

hasil yang normal atau peningkatan leukosit pada 60% pasien. Namun

pemeriksaan ini tidak membantu dan sebaiknya tidak rutin dilakukan. Adanya

peningkatan acute-fase protein (dikenal sebagai CRP) dapat membedakan proses

inflamasi sebagai penyebab akut scrotum.

11

Page 12: BAB I Referat Torsio Testis

Modalitas diagnostik yang paling sering digunakan ialah Doppler

ultrasonografi (USG Doppler) digunakan untuk menilai aliran darah ke testis.

Ultrasonografi Doppler berwarna merupakan pemeriksaan noninvasif yang

keakuratannya kurang lebih sebanding dengan pemeriksaan nuclear scanning.

Ultrasonografi Doppler berwarna dapat menilai aliran darah, dan dapat

membedakan aliran darah intratestikular dan aliran darah dinding scrotum. Alat ini

juga dapat digunakan untuk memeriksa kondisi patologis lain pada scrotum.

Gambar 2.10. USG Doppler (http://herrysetyayudha.wordpress.com)

2.8. Penatalaksaan dan Penanganan

Reduksi Manual

Torsio testis memerlukan diagnose yang cepat agar pemulihan aliran darah

dapat segera dilakukan. Keadaan ini memerlukan eksplorasi pembedahan. Pada waktu

yang sama ada kemungkinan untuk melakukan reposisi testis secara manual (detorsi

manual) sehingga dapat dilakukan operasi elektif selanjutnya. Namun, biasanya

tindakan ini sulit dilakukan oleh karena sering menimbulkan nyeri akut selama

manipulasi.

Pada umumnya terapi dari torsio testis tergantung pada interval dari onset

timbulnya nyeri hingga pasien datang. Jika pasien datang dalam 4 jam timbulnya onset

nyeri, maka dapat diupayakan tindakan detorsi manual dengan anestesi lokal. Prosedur

ini merupakan terapi non invasif yang dilakukan dengan sedasi intravena

menggunakan anestesi lokal (5 ml Lidocain atau Xylocaine 2%). Sebagian besar torsio

testis terjadi ke dalam dan ke arah midline, sehingga detorsi dilakukan keluar dan ke 12

Page 13: BAB I Referat Torsio Testis

arah lateral. Metode tersebut dikenal dengan metode “open book” (untuk testis kanan),

Karena gerakannya seperti membuka buku. Bila berhasil, nyeri yang dirasakan dapat

menghilang. Detorsi manual merupakan cara terbaik untuk memperpanjang waktu

menunggu tindakan pembedahan. Selain itu, biasanya torsio terjadi lebih dari 360o,

sehingga diperlukan lebih dari satu rotasi untuk melakukan detorsi penuh terhadap

testis yang mengalami torsio.

Tindakan non operatif ini tidak menggantikan explorasi pembedahan. Jika

detorsi manual berhasil, maka selanjutnya tetap dilakukan orchidopexy elektif dalam

waktu 48 jam. Dalam literatur disebutkan bahwa tindakan detorsi manual hanya

memberikan angka keberhasilan 26,5%. Sedangkan penelitian lain menyebutkan

angka keberhasilan pada 30-70% pasien.

Pembedahan

Torsio testis merupakan kasus emergensi, harus dilakukan segala upaya untuk

mempercepat proses pembedahan. Hasil pembedahan tergantung dari lamanya

iskemia, oleh karena itu, waktu sangat penting. Biasanya waktu terbuang untuk

pemeriksaan pencitraan, laboratorium, atau prosedur diagnostik lain yang

mengakibatkan testis tak dapat dipertahankan.

Tujuan dilakukannya eksplorasi yaitu :

1. Untuk memastikan diagnosis torsio testis

2. Melakukan detorsi testis yang torsio

3. Memeriksa apakah testis masih viable

4. Membuang (jika testis sudah nonviable) atau memfiksasi jika testis

masih viable

5. Memfiksasi testis kontralateral

Perbedaan pendapat mengenai tindakan eksplorasi antara lain disebabkan

oleh kecilnya kemungkinan testis masih viable jika torsio sudah berlangsung lama (>24-

48 jam). Sebagian ahli masih mempertahankan pendapatnya untuk tetap melakukan

13

Page 14: BAB I Referat Torsio Testis

eksplorasi dengan alasan medikolegal, yaitu eksplorasi dibutuhkan untuk membuktikan

diagnosis, untuk menyelamatkan testis (jika masih mungkin), dan untuk melakukan

orkidopeksi pada testis kontralateral.

Eksplorasi pembedahan dilakukan melalui insisi scrotal midline untuk

melihat testis secara langsung dan guna menghindari trauma yang mungkin ditimbulkan

bila dilakukan insisi inguinal. Tunika vaginalis dibuka hingga tampak testis yang

mengalami torsio. Selanjutnya testis direposisi dan dievaluasi viabilitasnya. Jika testis

masih viabel dilakukan fiksasi orchidopexy, namun jika testis tidak viabel maka

dilakukan orchidectomy guna mencegah timbulnya komplikasi infeksi serta potensial

autoimmune injury pada testis kontralateral. Oleh karena abnormalitas anatomi biasanya

terjadi bilateral, maka orchidopexy pada testis kontralateral sebaiknya juga dilakukan

untuk mencegah terjadinya torsio di kemudian hari.

Gambar 2.11. Eksplorasi (http://herrysetyayudha.wordpress.com)

2.9. Komplikasi

Torsio dari testis dan spermatik cord akan berlanjut sebagai salah satu kegawat

daruratan dalam bidang urologi. Putusnya suplai darah ke testis dalam jangka waktu

yang lama akan menyebabkan atrofi testis. Atrofi dapat terjadi beberapa hari hingga

beberapa bulan setelah torsio dikoreksi. Insiden terjadinya atrofi testis meningkat bila

torsio telah terjadi 8 jam atau lebih. Komplikasi lain yang sering timbul dari torsio

testis meliputi : Infark testis, hilangnya testis, infeksi, serta infertilitas.

14

Page 15: BAB I Referat Torsio Testis

2.10.Prognosa

Jika torsio dapat didiagnosa secara dini dan dilakukan koreksi segera dalam 5-

6 jam, maka akan memberikan prognosis yang baik dengan angka pertolongan

terhadap testis hampir 100%. Setelah 6 jam terjadi torsio dan gangguan aliran darah,

maka kemungkinan untuk dilakukan tindakan pembedahan juga meningkat. Namun,

meskipun terjadi kurang dari 6 jam, torsio sudah dapat menimbulkan kehilangan

fungsi dari testis. Setelah 18-24 jam biasanya sudah terjadi nekrosis dan indikasi untuk

dilakukan orchidectomy. Orchidopexy tidak memberikan jaminan untuk tidak timbul

torsio di kemudian hari, meskipun tindakan ini dapat menurunkan kemungkinan

timbulnya hal tersebut.

Keberhasilan dalam penanganan torsio ditentukan oleh penyelamatan testis

yang segera serta insiden terjadinya atrofi testis, dimana hal tesebut berhubungan

secara langsung dengan durasi dan derajat dari torsio testis. Keterlambatan intervensi

pembedahan akan memperburuk prognosis serta meningkatkan angka kejadian atrofi

testis.

15

Page 16: BAB I Referat Torsio Testis

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Testis merupakan sepasang struktur organ yang berbentuk oval yang terletak

didalam scrotum dan biasanya posisi testis kiri terletak lebih rendah dibandingkan

kanan. Suplai darah arteri pada testis dan epididimis berasal dari arteri renalis.

Torsio testis merupakan keadaan dimana funikulus spermatikus terpluntir yang

mengakibatkan peredaran darah terganggu. Ada dua klasifikasi yang terjadi pada

torsio testis yaitu, intravaginal dan ekstravaginal.

Gejala yang timbul pada pasien torsio testis yaitu, nyeri, bengkak, dan

kemerahan. Diperlukan diagnosa yang cepat untuk menangani torsio testis. Terapi

yang dapat dilakukan adalah reduksi manual lalu dilakukan pembedahan testis.

3.2. Saran

Perlu ditingkatkannya pengetahuan dokter umum mengenai torsio testis,

karena kejadian ini merupakan salah satu kegawatdaruratan yang sering ditemui dan

harus ditangani dengan cepat.

16

Page 17: BAB I Referat Torsio Testis

DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat R, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran – EGC. 2004. 799.

http://emedicine.medscape.com/article/1017689-overview 

http://www.urologyhealth.org/about/

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/1113.htm

http://www.medicineonline.com/articles/s/2/Scrotal-Orchiopexy/Testicular-Torsion-

Repair.html

http://www.surgeryencyclopedia.com/La-Pa/Orchiopexy.html

http://www.ebmedicine.net

17