Top Banner
1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah satu hal yang sangat penting dalam sebuah kehidupan manusia. Sebab dengan bahasa itulah manusia bisa berkomunikasi dan menyampaikan gagasan dan isi pikirannya. 1 Acep Hermawan dalam Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab menjelaskan bahwa semua bahasa itu penting dan baik untuk kita ketahui. Itu berawal dari bahasa ibu, bahasa pertama yang dikenal manusia pada tahap awal perkembangan yaitu bahasa yang terbiasa anak-anak gunakan dalam lingkungan keluarganya. 2 Setelah belajar bahasa pertama atau bahasa ibu, selanjutnya belajar bahasa yang bukan bahasa pertama ini, yang disebut dengan bahasa kedua (second language) dan bahasa asing (foreign language). Bahasa kedua adalah bahasa yang digunakan di masyarakat luas, atau bahasa yang diperoleh anak dalam pergaulannya di masyarakat. Sedangkan bahasa asing adalah bahasa yang digunakan oleh orang “asing” atau di luar lingkungan masyarakat atau bangsa. Bahasa asing (foreign language) adalah bahasa yang digunakan di luar keluarga dan di luar masyarakat secara umum. misalnya bahasa Arab, Inggris, Jerman, Jepang, Mandarin dan sebagainya. Khusus pada bahasa Arab, bahasa Arab adalah kalimat-kalimat yang dipergunakan oleh orang Arab untuk mengungkapkan tujuan-tujuan (pikiran dan perasaan) mereka. Bahasa Arab telah banyak memberi banyak kosa kata kepada bahasa lain dari dunia Islam, sama seperti peranan latin kepada kebanyakan bahasa Eropa. Semasa abad pertengahan, bahasa Arab juga merupakan alat utama budaya, terutama dalam sains, matematika dan filsafat, 1 Ulin Nuha, Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab, Jogyakarta: Diva Press, 2012, 27. 2 Acep Hermawan, Metodologi Bahasa Arab, Bandung: Rosdakarya, 2011, 5.
101

BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

Jan 15, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

1

BAB. I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah satu hal yang sangat penting dalam sebuah kehidupan

manusia. Sebab dengan bahasa itulah manusia bisa berkomunikasi dan

menyampaikan gagasan dan isi pikirannya.1

Acep Hermawan dalam Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab

menjelaskan bahwa semua bahasa itu penting dan baik untuk kita ketahui. Itu

berawal dari bahasa ibu, bahasa pertama yang dikenal manusia pada tahap

awal perkembangan yaitu bahasa yang terbiasa anak-anak gunakan dalam

lingkungan keluarganya.2

Setelah belajar bahasa pertama atau bahasa ibu, selanjutnya belajar

bahasa yang bukan bahasa pertama ini, yang disebut dengan bahasa kedua

(second language) dan bahasa asing (foreign language). Bahasa kedua adalah

bahasa yang digunakan di masyarakat luas, atau bahasa yang diperoleh anak

dalam pergaulannya di masyarakat. Sedangkan bahasa asing adalah bahasa

yang digunakan oleh orang “asing” atau di luar lingkungan masyarakat atau

bangsa.

Bahasa asing (foreign language) adalah bahasa yang digunakan di luar

keluarga dan di luar masyarakat secara umum. misalnya bahasa Arab, Inggris,

Jerman, Jepang, Mandarin dan sebagainya.

Khusus pada bahasa Arab, bahasa Arab adalah kalimat-kalimat yang

dipergunakan oleh orang Arab untuk mengungkapkan tujuan-tujuan (pikiran

dan perasaan) mereka. Bahasa Arab telah banyak memberi banyak kosa kata

kepada bahasa lain dari dunia Islam, sama seperti peranan latin kepada

kebanyakan bahasa Eropa. Semasa abad pertengahan, bahasa Arab juga

merupakan alat utama budaya, terutama dalam sains, matematika dan filsafat,

1 Ulin Nuha, Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab, Jogyakarta: Diva

Press, 2012, 27. 2 Acep Hermawan, Metodologi Bahasa Arab, Bandung: Rosdakarya, 2011, 5.

Page 2: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

2

yang menyebabkan banyak bahasa Eropa turut meminjam banyak kosa kata

dari bahasa Arab. Sampai sekarang ini, bahasa Arab masih merupakan bahasa

yang tetap bertahan keinternasionalannya, sejajar dengan bahasa internasional

modern, yaitu bahasa Inggris dan Perancis.3

Bahasa Arab memiliki kedudukan yang cukup penting di kalangan

kaum muslimin. Hal ini bisa dimaklumi karena bahasa yang digunakan oleh

al-Qur‟andan al-Hadits adalah bahasa Arab. Seseorang yang ingin mendalami

ilmu-ilmu agama Islam baik yang berkaitan dengan fikih, hadits, tafsir

maupun yang lainnya, diharuskan menguasai bahasa Arab terlebih dahulu.

Tidak mungkin seseorang menguasai dengan baik ilmu-ilmu di atas kecuali

dengan menguasai bahasa Arab. Sehingga pada akhirnya, menguasai bahasa

Arab merupakan sebuah keniscayaan bagi siapa saja yang ingin menguasai

ilmu-ilmu dalam agama Islam.

Berbicara tentang ilmu-ilmu dalam agama Islam, maka dalam hal ini

penulis tertarik membahas ilmu-ilmu yang dipelajari dan sudah menjadi

bagian dari ilmu pendidikan agama Islam secara umum, yang mana sumber

buku yang dipelajari banyak yang diambil dari kitab-kitab bertuliskan dan

berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan

menggunakan bahasa Arab.

Materi pelajaran Agama Islam banyak merujuk pada beberapa kitab,

seperti misalnya pada mata pelajaran Fikih yang merujuk pada kitab

Bidayatul Mujtahid. Pelajaran Hadits yang lebih banyak merujuk pada kitab

Bulughul Marram. Dan pelajaran Tafsir yang lebih banyak untuk dapat lebih

memahami bahasa dan makna dalam al-Quran. Semua itu lebih banyak

berkaitan dengan mutu sumber daya guru yang menyampaikan ilmu-ilmu

tersebut. Bagaimana materi dapat diterima dengan baik oleh anak didik jika

disampaikan oleh guru yang kemampuan bahasa Arabnya belum optimal.

Kemampuan guru di sini ialah keahlian secara akademik dan non-

akademik yang mana keahlian tersebut dapat dilakukan dengan baik oleh

3 Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, Jogyakarta: Pustaka Pelajar,

2010, 11.

Page 3: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

3

guru, dan kemampuan ini berkaitan dengan kesadaran yang ada pada setiap

guru. Dalam tulisan ini, penulis memfokuskan pada kesadaran intuitif yang

terdapat pada guru. Kesadaran intuitif tersebut merupakan rasa sadar yang

lahir dari diri guru dan bukan sekedar karena hal disiplin yang harus

dijalankan di sekolah.

Pesantren Modern maupun pesantren tradisional di Indonesia

berlomba-lomba dalam meningkatkan kualitas pendidikan di lingkungan

pesantren, termasuk di dalamnya pesantren modern Darussalam Gontor di

Jawa Timur, Pesantren Darunnajah di Jawa Barat, Pesantren As-Salam di

Jawa Tengah, yang mana hampir di setiap mata pelajaran agama

menggunakan bahasa Arab sebagai pengantar dalam pembelajaran. Dengan

menggunakan bahasa Arab sebagai pengantar pelajaran, maka dalam posisi

ini bahasa Arab bukan lagi sebagai bahasa asing melainkan sebagai bahasa

kedua.

Fenomena yang terjadi adalah banyak ditemukan di beberapa sekolah

berbasis Islam, pendidik atau guru yang mengajar pada pelajaran Fikih,

namun mereka tidak menguasai bahasa Arab dengan baik, sedangkan sumber-

sumber pelajaran Fikih, lebih banyak mengambil dari al-Quran, al-Hadits dan

beberapa kitab-kitab bertuliskan bahasa Arab.

Empat tahun lalu, penulis pernah mendapatkan seorang guru Fikih

yang keliru dalam mengucapkan dalil-dalil yang dinukil dari hadits, dan yang

lebih memprihatinkan adalah kesalahan penafsiran dalam menjelaskan dalil

yang bertuliskan bahasa Arab. Jika itu yang terjadi, bagaimana materi yang

diajarkan dapat diterima dengan baik oleh murid. Maka dari itu peneliti

tertarik mengambil penelitian dengan judul kesadaran intuitif guru dalam

penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran fikih.

Penelitian ini akan dilakukan di dua sekolah, yaitu MA Al-Irsyad

Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga. Penulis memilih

dua sekolah tersebut, dikarenakan kelebihan yang ada. MA Al- Irsyad

Tengaran, sampai sekarang berhasil meluluskan para alumni yang rata- rata

mampu melanjutkan studi mereka di Timur Tengah. Hal ini tentu berkaitan

Page 4: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

4

erat dengan kemampuan bahasa Arab yang mereka miliki. Tidak terkecuali

kemampuan guru dalam menyampaikan pelajaran di kelas, termasuk guru

Mata Pelajaran Fikih. Adapun MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga,

adalah Madrasah Aliyah dengan konsentrasi hafalan al-Qur‟an, yang tetap

berusaha menjadikan bahasa arab sebagai bahasa pengantar dalam pelajaran

ilmu-ilmu agama, sehingga penulis merasa bahwa melakukan penelitian di

dua sekolah ini akan memberikan gambaran hasil yang berbeda dan cukup

menarik.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Agar penelitian ini terarah dan tidak melebar terlalu jauh maka

peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini, yaitu pada kesadaran

intuitif guru Fikih dalam menggunakan bahasa Arab. Adapun penelitian

dilaksanakan pada guru pengajar Fikih jenjang Aliyah sebanyak dua

sekolah yaitu; MA Al-Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As-

Surkati Salatiga.

2. Rumusan Masalah

Untuk memberikan kejelasan dan arah dalam penulisan ini, maka

rumusan permasalahan dalam penulisan ini adalah :

a. Bagaimanakah kesadaran intuitif guru Fikih dalam memahami bahasa

Arab sebagai bahasa pengantar pelajaran Fikih di MA Al-Irsyad

Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As- Surkati Salatiga?

b. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran intuitif guru Fikih

dalam menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar pada

pelajaran Fikih di MA Al- Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an

As- Surkati Salatiga?

Page 5: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka

tujuan penulisan ini adalah:

a. Untuk mengetahui kesadaran intuitif guru Fikih dalam memahami

bahasa Arab sebagai bahasa pengantar pelajaran Fikih di MA Al-

Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran

intuitif guru Fikih dalam menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa

pengantar pada pelajaran Fikih di MA Al-Irsyad Tengaran dan MA

Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penulisan ini berguna sebagai pengembangan

keilmuan dalam bidang pendidikan khususnya pada strategi, desain

atau perencanaan, pengelolaan dan evaluasi pembelajaran pada mata

pelajaran Fikih.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis penulisan ini berguna bagi guru-guru mata

pelajaran Fikih dalam mencari alternatif penggunaan bahasa pengantar

di kelas, sehingga proses pembelajaran lebih efektif dan efisien.

D. Kajian Pustaka

1. Kesadaran Intuitif Guru

Kesadaran menurut bahasa ialah keinsafan; keadaan mengerti.

Menurut istilah, kesadaran berasal dari kata Sadar artinya merasa, tahu

atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat akan dirinya,

ingat kembali (dari pingsannya), siuman, bangun (dari tidur) ingat, tau dan

mengerti.4

Kesadaran sebagai keadaan sadar, bukan merupakan keadaan

4 Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Widya Karya,

2009, 437.

Page 6: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

6

yang pasif melainkan suatu proses aktif yang terdiri dari dua hal hakiki;

diferensiasi dan integrasi. Meskipun secara kronologis perkembangan

kesadaran manusia berlangsung pada tiga tahap; sensansi (pengindraan),

perseptual (pemahaman), dan konseptual (pengertian).

Semua Kegiatan Belajar-Mengajar tidak lepas dari sesuatu yang

disebut profesionalisme guru, seperti yang dijelaskan oleh Siti Hindun

dalam Pengaruh Profesionalisme Guru Terhadap Hasil Belajar Siswa

(Studi Kasus Kelas V di Al-Fath Elementary School Cireundeu), penerbit

Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tahun 2007. Seorang guru profesional harus

mempunyai empat kompetensi guru yang sudah ditetapkan dalam Undang-

undang. Dalam keempat kompetensi guru seperti yang dimaksud dalam

definisi guru profesional seorang guru harus mempunyai kemampuan

dalam menguasai materi pembelajaran secara luas serta. Penguasaan ini

meliputi konsep dan struktur, serta metode keilmuan dan seni mengajar.

Dalam definisi guru profesional, seorang guru harus mempunyai

kompetensi kepribadian di mana hal tersebut adalah kemampuan

kepribadian yang stabil dan dewasa, arif, bijaksana, berakhlak mulia dan

berwibawa. Seorang guru juga harus mempunyai kompetensi profesional

yang merupakan kemampuan dalam menguasai materi pembelajaran yang

luas dan mendalam. Kemampuan menguasai materi antara lain tentang

konsep dan struktur materi ajar, materi ajar yang ada di dalam kurikulum,

hubungan konsep antar mata pelajaran terkait. Guru profesional juga harus

mempunyai kompetensi sosial yang merupakan kemampuan pendidik

sebagai bagian dari masyarakat.

Berkaitan dengan kemampuan yang stabil, dewasa, arif, bijaksana,

berakhlak mulia dan berwibawa tersebut, seorang guru juga dituntut untuk

mampu menghadirkan kesadaran pada diri sendiri agar pembelajaran

berjalan dengan baik. Seperti pada penelitian dengan judul Kesadaran

Intuitif Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Penggunaan Media

Dalam Pembelajaran (Studi Kasus di Empat Sekolah Menengah Pertama

Page 7: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

7

Jakarta Selatan) oleh Rosmalia, penerbit Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, Jakarta pada tahun 2007.5 Jika Rosmalia meneliti mengenai

kesadaran intuitif guru Pendidikan Agama Islam terhadap penggunaan

media, maka dalam penelitian ini, peneliti tertarik melihat Kesadaran guru

secara intuitif dalam penggunaan bahasa pengantar dalam pembelajaran

Fikih yaitu penggunaan bahasa Arab.

2. Bahasa

Bahasa adalah kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk

memperoleh dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, dan

sebuah bahasa adalah contoh spesifik dari sistem tersebut6

. Bahasa

merupakan alat komunikasi yang efektif antar manusia. Karena dalam

berbagai macam situasi bahasa dapat dimanfaatkan. Kemampuan

berbahasa merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Bahasa itu

sendiri adalah alat untuk berkomunikasi melalui lisan (bahasa primer) dan

tulisan (bahasa sekunder).

Ma‟rufatul Hasanah menulis sebuah penelitian yang berjudul

Penggunaan Bilingual dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

Kelas X SMAN 1 Sooko Mojokerto7

. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui:

a. Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan

kemampuan bilingual untuk Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

kelas X RSBI SMAN I Sooko Mojokerto.

b. Kendala-kendala yang menghambat penggunaan bilingual pada

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas X SMAN 1 Sooko

Mojokerto.

5 Rosmalia, Kesadaran Intuitif Guru Dalam Menggunakan Media Dalam Pembelajaran,

Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2007.

6 http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa (15/12/14)

7 http://lib.uin-malang.ac.id (28/03/14)

Page 8: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

8

c. Solusi untuk mengatasi kendala-kendala dalam penggunaan bilingual

pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas X SMAN I

Soko,Mojokerto.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis

penelitian studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan Penggunaan

bilingual dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas X

SMAN 1 Sooko Mojokerto meliputi: upaya guru Pendidikan Agama

Islam dalam meningkatkan kemampuan bilingual untuk pembelajaran

di kelas X SMAN 1 Sooko Mojokerto berupa persiapan, pelaksanaan,

dan evaluasi pembelajaran.

3. Pelajaran Fikih

Fikih adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ yang

bersifat far’iyah (cabang), yang dihasilkan dari dalil-dalil yang tafsil

(khusus, terinci dan jelas). Tegasnya, para ahli usul mengartikan fikih

adalah mengetahui fikih adalah mengetahui hukum dan dalilnya.

Seorang guru selain mempunyai kemahiran serta keahlian dari segi

pemahaman dan keterampilan pada bahasa, mereka juga dituntut untuk

dapat mengamalkan keahlian yang mereka miliki, seperti sebuah penelitian

yang berjudul Efeketifitas Penggunaan Media Gambar Dalam

Pembelajaran Fikih di MTSN 19 oleh Santi Paramitha, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, tahun 2001. Dalam penelitian ini, penulis menjelaskan tentang

kreativitas guru menggunakan media gambar dalam pembelajaran

pelajaran Fikih di kelas.

Moh. Nur Kholis Awwaluddin mengadakan penelitian tentang

penggunaan media pembelajaran dalam meningkatkan motivasi siswa

dalam pembelajaran Fikih8, Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

a. Media visual lebih sering digunakan dalam pembelajaran dengan

melihat materi yang disampaikan, karena lebih dapat membantu guru

8

http://www.academia.edu/1422547/penggunaan media pembelajaran dalam

meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran Fikih /1-01-2010/(03/01/2014)

Page 9: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

9

Fikih dalam memahamkan siswa saat pembelajaran. Sehingga, siswa

tidak perlu membayangkan tentang apa yang dijelaskan oleh guru.

b. Penggunaan media pembelajaran untuk meningkatkan motivasi siswa

dalam pembelajaran Fikih.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu

dengan mengadakan penelitian terhadap obyek yang dituju guna

memperoleh data yang benar dan terpercaya yang berkaitan dengan

kesadaran intuitif guru fikih dalam menggunakan bahasa Arab, ketika

guru yang bersangkutan melaksanakan proses belajar mengajar. Penelitian

ini bersifat kualitatif, dimana penulis akan menggali informasi dari orang-

orang dan perilaku yang diamati. Penelitian akan dilakukan dengan detail

dan obyektif dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang akurat.

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif, di mana penulis akan menggambarkan fakta yang ditemukan di

lapangan secara obyektif.

3. Pengambilan Sampel

a. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini ialah guru pengampu atau guru

yang mengajar pelajaran Fikih di MA Al-Irsyad Tengaran dan MA

Tahfidzul Qur‟an As- Surkati Salatiga.

b. Sampel Penelitian

Data yang diambil dari penelitian ini berasal dari guru yang

mengajar pelajaran Fikih di MA Al-Irsyad Tengaran dan MA

Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga.

Page 10: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

10

4. Metode Pengumpulan Data

a. Observasi

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi atau

pengamatan sebagai alat pengumpul data. Instrumen pengambil data

dengan menggunakan observasi atau pengamatan yang telah dirancang

menuru ukuran yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini peneliti akan

mencatat indikasi yang terlihat dari guru pelajaran Fikih, sebelum jam

pelajaran, saat proses dan pada saat evaluasi. Peneliti akan mencatat

semua yang dapat dilihat dari tingkah laku guru yang berkaitan dengan

indikasi dari kesadaran intuitif sampel. Dan peneliti akan ikut serta di

dalam proses Belajar-Mengajar agar mendapatkan data yang dibutuhkan.

b. Wawancara

Metode pengambilan data dalam penelitian ini, lebih menitik

beratkan ke teknik wawancara, yang mana sebelum mengadakan

wawancara, peneliti merancang terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan

yang akan ditanyakan agar ketika wawancara, peneliti mendapatkan data

yang dibutuhkan dari sampel.

c. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data atau informasi

yang terdapat pada surat-surat, catatan harian, kenang-kenangan,

laporan- laporan kegiatan dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini

dokumentasi yang dimaksud adalah data-data yang berkaitan dengan

proses pembelajaran fikih, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), contoh- contoh pertanyaan dalam Ujian Tengah atau Akhir

Semester.

5. Metode Analisa Data

Setelah informasi terhimpun, maka analisis data dilakukan dengan cara:

a. Reduksi data; dengan mengidentifikasi satuan terkecil yang dikaitkan

dengan fokus pada masalah penulisan. Kegiatan ini dilakukan secara

berkesinambungan sejak awal kegiatan hingga akhir pengumpulan data.

Dalam penelitian ini akan dilakukan reduksi data yang menyangkut

Page 11: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

11

proses kegiatan belajar mengajar guru pada mata pelajaran fikih di dua

Madrasah Aliyah yang diteliti.

b. Kategorisasi atau penyajian data; dengan menyusun kategori,

mensintesiskan kategori dan mengkaitkan kategori satu dengan yang

lainnya.

c. Menyusun hipotesis kerja atau penarikan kesimpulan, dengan cara

merumuskan suatu pernyataan yang proposional, yang sekaligus dapat

menjawab pertanyaan penulisan.

F. Sistematika Penelitian

Peneliti memilih desain penelitian berupa Penelitian lapangan,

bertujuan untuk mendapat ragam informasi di lapangan dengan beragam

metode yang digunakan. Data diambil melalui wawancara yang sudah disusun

menurut indikator variabel penelitian yang sudah ditentukan dan observasi

lapangan yang dilakukan oleh peneliti selama terjun dalam penelitian.

Adapun tulisan yang disajikan mencakup pendahuluan yang meliputi

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan signifikasi penelitian,

kajian pustaka, metode dan sistematika penelitian. Selanjutnya adalah bab

kedua yang lebih banyak memberikan penjelasan pada kajian atau landasan

teori yang berkaitan dengan kesadaran intuitif, bahasa Arab dan pelajaran

fikih, serta indikator- indikator yang berkaian dengannya.

Bab ketiga mengemukakan tentang bentuk gambaran umum MA Al-

Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga, serta bentuk

kegiatan yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Fikih, pada saat

melaksanakan proses belajar mengajar di kelas.

Adapun bab empat berisi pemaparan data beserta analisis kritis tentang

kesadaran intuitif guru pelajaran fikih dalam penggunaan bahasa Arab, pada

saat proses belajar mengajar. Dilanjutkan dengan bab kelima yaitu penutup.

Dalam bab ini, penulis mengambil kesimpulan dari hasil penelitian, yang

disertai dengan rekomendasi sebagai hasil akhir dari sebuah penelitian.

Page 12: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

12

BAB. II

LANDASAN TEORI

A. Kesadaran Intuitif

1. Pengertian kesadaran intuitif

Kesadaran menurut bahasa ialah keinsafan; keadaan mengerti. Dan

menurut istilah kesadaran berasal dari kata sadar artinya merasa, tahu atau

ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat akan dirinya, ingat

kembali (dari pingsannya), siuman, bangun (dari tidur) ingat, tau dan

mengerti.9

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia; Intuitif artinya

adalah bersifat (secara) intuisi, berdasar bisikan (gerak) hati10

.

Menurut JP.Chaplin, dalam Kamus Lengkap Psikologi 11

, Intuisi

adalah :

a. Pengetahuan langsung atau segera tanpa kesadaran terlibat dalam

kegiatan persiapan berpikir (pikiran pendahuluan).

b. Satu pertimbangan yang dibuat tanpa renungan pendahuluan.

Dalam dunia pendidikan, selain penalaran induktif dan deduktif,

ada juga kegiatan berpikir lain yang dinamakan berpikir intuitif.

Pendekatan intuitif adalah suatu bentuk pemecahan masalah dalam

mengajar atau proses belajar mengajar dengan menggunakan bisikan atau

gerakan hati untuk mengerti dan mengetahui sesuatu tanpa berpikir

terlebih dahulu. Pendekatan intuitif merupakan sebuah bentuk lain dari

pendekatan induktif12

.

Intuisi adalah kemampuan jiwa manusia dalam mendapatkan

kesimpulan dari suatu soal tanpa uraian, tanpa ketenangan dan tanpa

9 Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Widya Karya,

2009, 437. 10

Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Widya Karya,

2009, 189. 11

J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: Raja Grafindo, 2004, 260. 12

http://rininoviati-math.blogspot.com/2013/01/artikel-pendidikan (10/03/2014)

Page 13: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

13

analisa apapun.13

Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan.

Intuisi yang dialami oleh seseorang bersifat khas, sulit atau tak bisa

dijelaskan, dan tak bisa dipelajari atau ditiru oleh orang lain. Kebenaran

yang diperoleh dengan pendekatan intuitif disebut sebagai kebenaran

intuitif. Kebenaran intuitif sulit untuk dipertanggung jawabkan, sehingga

ada pihak-pihak yang meragukan kebenaran macam ini.

Dalam sebuah jurnal disebutkan, beberapa fakta mengenai orang-

orang sukses yang berawal dari intuisi mereka14

yaitu :

a. Para astronot menghabiskan waktunya untuk berlatih berkreasi secara

intuitif.

b. Ray Croch membeli frenchise Mc.Donald dengan harga yang kelewat

tinggi, meskipun sebenarnya uangnya tidak cukup untuk membeli

waralaba tersebut. Akan tetapi dia mengatakan: “intuisi saya

mengatakan agar saya terus membelinya dan harus”. Firasat itu

terbukti benar. Mc.Donald pertama kali hanya ada 1 di California, tapi

sekarang sudah menjadi frenchise yang mendunia.

c. George Eastment, pendiri Eastment KODAK, menyatakan bahwa merk

KODAK yang melegenda itu muncul secara intuitif.

d. Sam Walton pendiri Walt Mart menggunakan intuisinya ketika

mendirikan sebuah Toko pada 1962 kini ada lebih dari 1300 Toko di

seluruh dunia.

Pengetahuan ini merupakan hasil dari penghayatan pribadi, sebagai

hasil ekspresi dan individualitas seseorang, sehingga validitas pengetahuan

ini sangat bersifat pribadi. Pengetahuan intuisi berbeda dengan teori

ilmiah. Teori ilmiah yang komplit bukanlah dibentuk dari pengetahuan

intuisi. Teori ilmiah itu harus logis dan dapat diuji dengan observasi atau

eksperimen ataupun melalui keduanya.

13

Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, 189. 14

Arman Pranata, Melatih dan Mengasah Intuisi. http://www.wattpad.com/310502-

melatih-dan-mengasah-intuisi (29/01/2014)

Page 14: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

14

Intuisi dalam pandangan dunia pendidikan dapat juga diartikan

sebagai berpikir, dan beberapa ahli menyebutkan definisi dari intuisi15

,

yaitu :

a. Lynn B Robinson dalam artikelnya “Intuition in Business” yang

muncul di The Harbinger (Nov. 17, 1998) mengatakan, salah satu

definisi intuisi adalah tindakan atau pengetahuan yang tidak melalui

proses rasionalisasi.

b. Gary Zukav, penulis “The Dancing Wu Li Masters, An Overview of the

New Physics dan Seats of Soul”, mendefinisikan intuisi sebagai

pedoman non fisik yang mengarahkan kita untuk mencapai tujuan

hidup kita.

Kata kunci yang bisa kita simpulkan adalah bahwa intuisi itu

merupakan: cara memahami atau menerjemahkan, pengetahuan dan

pengalaman, pedoman, serta mengenali dan bertindak.

Manfaat dari intuisi dalam pembelajaran adalah dengan adanya

intuisi, maka siswa ataupun guru dapat mengenali dan bertindak dengan

baik sesuai kondisi kelas, dikarenakan telah memahami pengalamannya

yang didapat di kelas.

2. Indikasi dari sebuah kesadaran intuitif

Menurut Nancy C. Pohle dan Ellen L. Selover menyatakan

beberapa indikator intuisi pada seseorang16

yaitu:

a. Melihat Jelas

b. Pendengaran Yang Jelas

c. Pengindraan Yang Jelas

Seseorang bisa memiliki intuisi yang baik ketika dia sudah melihat

dan mendengar sebuah permasalahan tertentu, dimana sesuatu yang dia

lihat dan dia dengar itu kemudian diolah oleh pandangan yang baik pula.

15

http://harisnst33.blogspot.com/2013/01/pengertian-motivasi-emosi-intuisi.html

(05/03/2014) 16

http://innerself.com/id/content/self-help/intuition/6031-awareness-a-intuition.html

(1999)/ 04/01/2014

Page 15: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

15

3. Manfaat yang didapatkan dari berkembangnya sebuah kesadaran

intuitif.

Hugh Lynn Cayce menyimpulkan bahwa terdapat tiga tujuan yang

berharga untuk mengembangkan attunement ( proses) intuitif 17

yaitu:

a. Peningkatan komunikasi.

Ketika kita belajar untuk menggunakan intuisi kita dengan

cara yang positif, pemahaman yang lebih motivasi, pikiran, dan

perasaan orang lain dapat terjadi. Hal ini memungkinkan kita untuk

menjadi lebih toleran, menerima, dan mengasihi mereka.

b. Unleashed ( mengembangkan) kreativitas.

Wawasan intuitif memotivasi kita untuk tumbuh lebih dekat

dengan sumber kreatif, sehingga memicu percikan kreatif kita sendiri

dan berekspresi, yang merupakan esensi dari kita yang sebenarnya diri.

c. Penyembuhan orang lain dan diri kita sendiri.

Seperti kita membiasakan ke tertinggi dalam diri kita

sendiri dan merasa termotivasi untuk membantu orang lain, kita

membuka diri untuk orang sekitar dan memungkinkan energy

penyembuhan untuk beroperasi melalui kita.

Fungsi intuitif menurut Jung adalah suatu fungsi

merasakan, suatu fungsi yang muncul dengan sendirinya secara

alamiah dan digerakan dari alam tak sadar manusia. Menurut Jung

(2003) seorang yang intuitif sangat optimis dan mempunyai

antusiasme yang tinggi.18

a. Membantu mengurangi stres dengan mengidentifikasi dan

menangani masalah secara lebih efektif.

b. Mengeluarkan kreativitas dan imajinasi.

17

http://innerself.com/id/content/self-help/intuition/6031-awareness-a-intuition.html

(1999)/ 04/01/2014 18

Ladislaus Naisaban, Psikologi Jung: Tipe Kepribadian Manusia Dan Rahasia Sukses

Dalam Hidup, Jakarta: Grasindo, 2003, 64.

Page 16: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

16

c. Menghubungkan diri dengan bawah sadar, sehingga dapat

mengungkap kebenaran tersembunyi tentang diri sendiri dan situasi

dalam hidup.

d. Karena terhubung dengan intuisi akan menghindari terjadi

penumpukan emosi dan pikiran negatif.

e. Mengintegrasikan fungsi otak kiri dan kanan, memberikan anda

perspektif yang lebih lengkap tentang berbagai isu.

f. Membantu keputusan yang lebih integrative.

4. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi kesadaran intuitif

Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi pendekatan intuitif 19

,

yaitu:

a. Faktor guru

Seorang siswa tidak akan berpikir intuitif bila mereka tidak pernah

melihat bagaimana gurunya berpikir intuitif.

b. Penguasaan bahan

Siswa yang menguasai bidang ilmu tertentu akan lebih sering berpikir

intuitif dibandingkan dengan siswa yang tidak menguasainya.

c. Struktur pengetahuan

Memahami struktur atau seluk-beluk suatu bidang ilmu memberi

kemungkinan yang lebih besar untuk berpikir intuitif.

Menurut Jung terdapat beberapa cara untuk mengembangkan

kemampuan intuisi dan manfaat mengembangkannya20

, yaitu:

1. Menenangkan pikiran dan mendengarkan.

Luangkan waktu setiap hari untuk mengalami keheningan.

Lakukan latihan menenangkan pikiran dengan menggunakan

teknik pernapasan atau meditasi apa pun yang anda inginkan.

19

http://rininoviati-math.blogspot.com/2013/01/artikel-pendidikan.html (23/09/2014)

20 http://www.tipsmu-tipsku.com/2012/01/manfaat-dan-cara-mengembangkan-intuisi (10-

02-2014)

Page 17: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

17

Berikan waktu untuk melepaskan kecenderungan berpikir, atau

menganalisis, dan mencoba tahu segalanya. Buka pikiran dan

dengarkan. Biarkan pikiran anda berkelana dan terbuka terhadap

ide-ide dan solusi yang datang. Intuisi akan menghubungkan anda

dengan pengetahuan yang lebih besar. Ini biasanya berkomunikasi

melalui simbol-simbol, perasaan dan emosi.

2. Perhatikan dan Sadari.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan intuitif anda, anda

harus memperhatikan apa yang terjadi di sekitar anda. Semakin

banyak data dan informasi yang anda serap dari lingkungan anda,

maka pikiran bawah sadar anda akan semakin bekerja saat harus

membuat sebuah keputusan penting. Karena intuisi anda

menggunakan informasi yang dikumpulkan oleh pikiran sadar,

semakin banyak tersedia, maka semakin baik solusinya. Demikian

juga, pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh dari

pengalaman berkontribusi terhadap kualitas pandangan yang

diberikan oleh intuisi anda. Pikiran bawah sadar

mengkomunikasikan informasi kepada pikiran sadar melalui

intuisi.

3. Gunakan pikiran bawah sadar saat anda tidur.

Sebelum beranjak ke tempat tidur, renungkan pertanyaan dan

masalah yang tidak bisa anda temukan solusi pada siang hari.

Pikirkan dan cari kemungkinan yang berbeda. Hal ini akan memicu

imajinasi anda dan menempatkan bawah sadar bekerja mencari

solusi kreatif saat anda tidur. Siapkan pulpen dan kertas sehingga

ketika anda bangun pada malam hari anda dapat menulis ide-ide

baru yang anda peroleh.

4. Tuliskan.

Bila anda meluangkan waktu untuk menulis, anda berada

dalam pikiran, perasaan dan ide-ide yang biasanya tidak disadari.

Ini adalah cara terbaik untuk melepaskan pesan-pesan batin,

Page 18: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

18

pandangan, atau pengetahuan tersembunyi yang berhubungan

dengan situasi atau masalah yang memerlukan pemecahan.

B. Bahasa Arab

1. Pengertian Bahasa secara umum

a. Pengertian Bahasa

Bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki dua

pengertian, yaitu21

:

1) Sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota

suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan

mengidentifikasikan diri.

2) Percakapan (perkataan) yang baik; tingkah laku yg baik; sopan

santun: baik budi -- nya;-- menunjukkan bangsa, budi bahasa atau

perangai serta tutur kata menunjukkan sifat dan tabiat seseorang

(baik buruk kelakuan menunjukkan tinggi rendah asal atau

keturunan)

Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif antar manusia.

Karena dalam berbagai macam situasi bahasa dapat dimanfaatkan.

Kemampuan berbahasa merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha

Esa. Bahasa itu sendiri adalah alat untuk berkomunikasi melalui lisan

(bahasa primer) dan tulisan (bahasa sekunder). Berkomunikasi melalui

lisan (dihasilkan oleh alat ucap manusia), yaitu dalam bentuk simbol

bunyi, dimana setiap simbol bunyi memiliki ciri khas tersendiri. Suatu

simbol bisa terdengar sama di telinga kita tapi memiliki makna yang

sangat jauh berbeda. Misalnya kata „sarang‟ dalam bahasa Korea

artinya cinta, sedangkan dalam bahasa Indonesia artinya kandang atau

tempat. Bahasa sebagai sarana komunikasi mempunyai fungsi utama

untuk penyampaian pesan atau makna oleh seseorang kepada orang

lain.

21 Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Widya

Karya, 2009, 67.

Page 19: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

19

Menurut Syamsuddin, bahasa memiliki dua pengertian.

Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran

dan perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai

untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda

yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang

jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi

kemanusiaan22

.

b. Fungsi bahasa dalam masyarakat 23

:

1) Alat komunikasi ekspresif, menyampaikan perasaan, pikiran,

kehendak atau sikap (simbolik, emotif, efektif).

2) Alat komunikasi argumentatif, menyampaikan suatu pengetahuan

sebagai sebuah pikiran lengkap dengan jalan pikiran yang

melatarbelakanginya.

3) Dengan bahasa maka manusia dapat hidup dalam dunia

pengalaman yang nyata dan dunia pengalaman yang simbolik yang

hanya dapat dinyatakan dengan bahasa.

4) Dengan bahasa manusia dapat memberi arti pada kehidupannya.

Adapun bahasa Indonesia, maka diantara fungsi-fungsinya

adalah:24

1) Lambang kebanggaan nasional.

2) Lambang identitas nasional.

3) Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar

belakang social budaya dan bahasanya.

4) Alat perhubungan antar budaya antar daerah.

22

http://adidesu.wordpress.com/2012/03/02/definisi-bahasa-menurut-para-ahli

(27/01/2014)

23 Kinayati Djojosuroto, Filsafat Bahasa, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007, 75.

24 Masnur Muslich dan I Gusti Ngurah Oka, Perencanaan Bahasa Pada Era Globalisasi,

Jakarta: Bumi Aksara, 2010, 34.

Page 20: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

20

c. Macam dan jenis ragam bahasa :25

1) Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum

bahasa sains, jurnalistik dan sebagainya.

2) Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa

mantan Presiden Soeharto, gaya bahasa Binyamin. S dan

sebagainya.

3) Ragam bahasa pada sekelompok anggota masyarakat suatu

wilayah seperti dialeg bahasa madura, medan, sunda, dan lain-

lain.

4) Ragam bahasa pada masyarakat suatu golongan seperti ragam

bahasa orang akademisi berbeda dengan ragam bahasa orang

jalanan.

5) Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa

tulisan.

6) Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal dan

informal.

Bahasa Pengantar sendiri adalah bahasa yang dipakai untuk

berkomunikasi dalam perundingan, pemberian pelajaran di sekolah dan

sebagainya.

2. Kedudukan bahasa Arab

a. Terdapat kaitan yang erat antara al-Qur’andengan bahasa Arab,

yaitu:

1) Al-Qur‟anditurunkan oleh Allah Ta’ala dengan menggunakan

bahasa arab. Ini telah dijelaskan dalam surat An-Nahl ayat 103:

ه )) إن انزي هحذو ه تشش نسا ا ؼه إ قىنى ؼهى أهى ونقذ

يث ػشت وهزا نسا (( أػج

25

http://tugasmanajemen.blogspot.com/2011/03/pengertian-bahasa-fungsi-bahasa-

ragam.html (28/01/2014)

Page 21: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

21

Artinya: “Dan sesungguhnya kami mengetahui bahwa mereka

berkata: sesungguhnya Al-Qur‟anitu diajarkan oleh seorang

manusia kepadanya (Muhammad). Padahal bahasa orang yang

mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa

‟Ajam, sedang al-Qur‟anadalah dalam bahasa Arab yang terang”.

(QS. An-Nahl : 103).

2) Maksud dari kandungan al-Qur‟ansecara menyeluruh tidak akan

bisa difahami dengan baik, kecuali oleh orang-orang yang

memahami bahasa arab.

3) Syarat penafsir adalah mengusai bahasa Arab. Orang yang ingin

menafsirkan al-Qur‟an, maka dia harus menguasai bahasa Arab

terlebih dahulu, karena al-Qur‟anditurunkan dengan menggunakan

bahasa Arab.26

4) Adanya perintah untuk menguasai ilmu nahwu dan ilmu balaghah,

sehingga seorang mufassir mampu untuk mengetahui i’jaz yang

ada dalam al-Qur‟an.27

b. Bahasa Arab dan al-hadits an-nabawi:

1) Hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallama menggunakan

bahasa Arab. Dalam Jaami’ul Ushul fii Ahaaditsir Rasul, Ibnul

Atsir telah menjelaskan bahwa dasar untuk dapat mengetahui dan

memahami hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallama

adalah dengan menguasai bahasa Arab. Beliau mengatakan:

ث نىسود ؼشفح انحذ ا أصم ن ه " يؼشفح انهغح واإلػشاب انهز

انؼشب". شج تهسا طه ؼح ان انشش

26

Manna‟ Al-Qatthan, Mabahits fii uluum al-qur’an, Muassasah Ar-Risalah, 2009, 331.

27 Manna‟ Al-Qatthan, Mabahits fii uluum al-qur’an, Muassasah Ar-Risalah, 2009, 331.

Page 22: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

22

Artinya: “Mengetahui bahasa Arab dan i’rab adalah dasar untuk

dapat mengerti hadits, karena syariat yang suci ini datang dengan

menggunakan bahasa Arab”.28

2) Menyesalnya seorang ulama hadits karena tidak mendalami bahasa

Arab. Imam Abdurrahman bin Mahdi pernah mengungkapkan

penyesalannya karena tidak mendalami masalah bahasa Arab,

sebagaimana ungkapannya:

ظش ف انؼشتح""يا ذ أ نى أ ئ ذاير يد ػهى ش

Artinya: “Tidaklah aku menyesal atas sesuatu seperti penyesalanku

bahwa aku tidak mendalami bahasa Arab”.29

3) Kejahilan terhadap ilmu nahwu (tata bahasa Arab) dapat

menjadikan orang berdusta atas nama Rasulullah Shallallahu

Alaihi wa Sallamaa. Apabila seseorang tidak memahami nahwu

(ilmu tata bahasa Arab), maka dia akan banyak mengucapkan

hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallamaa dengan salah

ditinjau dari susunan tata bahasa Arab, padahal hadits dari

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallamaa tidak ada yang salah

susunannya.

4) Orang yang lahn (salah) dalam meriwayatkan dari syaikhnya dapat

menyebabkan terjatuh ke dalam kedustaan. Seorang murid yang

mengambil suatu hadits dari syaikhnya secara selamat dari lahn,

kemudian ia meriwayatkannya secara lahn, maka ia telah berdusta

atas syaikhnya itu. Hammad bin Salamah berkata:

" ث، فقط كزب ػه ف حذ نح " ي

“Barangsiapa yang lahn (salah) dalam haditsku maka sungguh ia

telah berdusta atasku”. 30

28 Ibnu Al-Atsir Al-Jazari, Jaami’ul Ushul fii Ahaaditsir Rasul, Maktabah Darul Bayan,

1969, I/37.

29 Ibnu Hibban Al-Busti, Raudhatul Uqola’, As- Syariqah, Darul Fath, 1995, 268.

Page 23: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

23

5) Banyaknya celaan ulama terhadap pelajar ilmu hadits yang tidak

memahami kaidah bahasa Arab. Termasuk kekurangan yang

dimiliki oleh pelajar ilmu hadits adalah apabila dia tidak

mengetahui ilmu nahwu dan kaidah bahasa Arab. Banyak ulama

yang mencela orang tersebut, di antaranya adalah pernyataan

Syu‟bah berikut ini:

ها ث و ل ؼشف انحى يثم انذاتح ػه " يثم انزي طهة انحذ

ئ" ها ش س ف ج ن خل ان

Artinya: “Perumpamaan orang yang belajar ilmu hadits, tetapi dia

tidak mengerti nahwu adalah seperti binatang yang di atasnya

terdapat keranjang akan tetapi tidak ada apa-apanya”. 31

6) Banyaknya anjuran bagi para penuntut ilmu hadits untuk belajar

bahasa Arab. Para ulama ahli hadits telah banyak menganjurkan

para penuntut ilmu hadits agar belajar bahasa Arab.

7) Mengutamakan hadits yang sesuai dengan kaidah bahasa daripada

yang menyimpang darinya. Imam Abu Bakar al-Khathib al-

Baghdadi juga telah membuat bab khusus dalam Al-Jaami’ , yaitu:

“Pembahasan tentang pengembalian hadits kepada kebenaran

apabila orang yang meriwayatkannya telah menyelisihi

kandungan i’rob”.32

30

Abdurrahman Al-Anbari, Nuz-hatul Alibba’ fi Thobaqootil Udaba’, Al-Qahirah: Darul

Fikri Al- Arabi, 1998, 45.

31 Ibnu Hibban Al-Busti, Raudhatul Uqola’, As- Syariqah, Darul Fath, 1995, 175.

32 Al-Khatib Al-Baghdadi, Al-Jaami’ lii Akhalaaqi Ar- Rawi, Beirut: Muassasah Ar-

Risalah, 1996, II/5.

Page 24: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

24

c. Ada hubungan erat antara bahasa Arab dan ilmu fikih, yaitu:

1) Sumber utama fikih Islami adalah dan al-Hadits.

Mengingat bahwa sumber utama fikih adalah al-Qur‟andan

al-Hadits yang memakai bahasa Arab, maka sudah sepantasnya

bagi orang yang belajar fikih untuk menguasai bahasa Arab.

2) Referensi asli masalah fikih dari berbagai madzhab menggunakan

bahasa Arab.

Kitab-kitab induk dalam masalah fikih aslinya adalah

dengan menggunakan bahasa Arab. Sedangkan belajar ilmu fikih

tidak dapat lepas dari kitab-kitab induk tersebut.

3) Memahami kosa kata Arab adalah salah satu kebutuhan penuntut

ilmu fikih.

Seorang penuntut ilmu fikih seharusnya dapat menguasai

dan memahami kosa kata dalam bahasa Arab. Hal itu karena dasar

utama masalah fikih – yaitu al-Qur‟an dan al-Hadits – berbahasa

Arab. Selain itu referensi masalah fikih dari berbagai madzhab juga

dalam bahasa Arab.

4) Pemahamannya lebih mendalam

Orang yang memahami bahasa Arab lebih memahami apa

yang difirmankan Allah dan disabdakan oleh Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa Sallamaa. Imam Syafi‟i berkata:

شهى"" يا ل ثصش غ س، ثصشو اإل أصحاب انؼشتح ج

Artinya: “Para ahli bahasa Arab adalah jinnya manusia, karena

mereka dapat mengetahui apa yang tidak dilihat oleh orang selain

mereka.”33

5) Belajar bahasa Arab bertahun-tahun agar dapat mengetahui fikih

Imam Syafi‟i adalah seorang ahli fikih yang asli keturunan

Arab yaitu dari kabilah Quraisy. Meskipun demikian beliau tetap

33

Al- Baihaqi, Manaaqibusy Syafi’i, Al- Qahirah: Daru At-Turats, II/53, 1970.

Page 25: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

25

belajar bahasa Arab selama dua puluh tahun, dan beliau

mengatakan:

يا أسدخ تهزا إل السرؼاح ػهى انفقه" "

Artinya: “Tidaklah aku menginginkan dalam mempelajari ini,

melainkan agar mudah dalam mempelajari fikih.”34

Bahasa Arab juga memiliki hubungan yang erat dengan

munculnya dan tersebarnya bid‟ah. Hal itu karena di antara sebab

timbulnya bid‟ah adalah al-jahl bil lughotil ’arobiyyah (kejahilan

terhadap bahasa Arab). Artinya bahwa tatkala ada orang yang tidak

memahami bahasa Arab dengan pemahaman yang sebaik-baiknya

kemudian dia membaca nash-nash syar‟i, maka ia dapat

memahaminya dengan pemahaman yang salah, sehingga terjatuhnya

ke dalam bid‟ah, baik dalam masalah aqidah maupun masalah ibadah

amaliyyah.

34

Al-Baihaqi, Manaaqibusy Syafi’i, Al- Qahirah: Daru At-Turats, II/42, 1970.

Page 26: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

26

C. Fikih

1. Pengertian fikih

Menurut bahasa, Fikih berarti faham atau tahu.35

Menurut istilah,

fikih berarti ilmu yang menerangkan tentang hukum-hukum syara‟ yang

berkenaan dengan amal perbuatan manusia yang diperoleh dari dalil-dalil

tafsil (jelas).36

Orang yang mendalami fikih disebut dengan fakih.

Jamaknya adalah fuqaha, yakni orang-orang yang mendalami fikih.

2. Obyek ilmu fikih

Obyek dari ilmu fikih adalah perbuatan para mukallaf, baik yang

berhubungan dengan perintah (seperti shalat), larangan (seperti mencuri)

atau hal- hal yang mubah (seperti makan dan minum).37

Mukallaf secara bahasa adalah orang yang dikenai beban.

Sedangkan secara istilah, adalah orang yang telah baligh dan berakal,

dimana dia terikat dengan hukum- hukum syariat.

3. Landasan pengambilan hukum fikih

Hukum fikih dirumuskan dari beberapa sumber, diantaranya adalah:

a. Al-Qur’an.

Al-Qur‟anadalah Firman Allah Ta’ala yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallama melalui perantara

Malaikat Jibril, dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan

surat an-Naas, orang yang membacanya akan mendapatkan pahala.38

b. As-Sunnah

Yang dimaksud dengan sunah disini adalah semua yang dinisbatkan

kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallamaa, baik

perkataan, perbuatan, ketetapan dan sifat-sifat beliau, baik sifat yang

35

Sulaiman Aba Khail, Muqaddimatun Fii Al- Fikih, Riyadh: Darul Ashimah, 1997, 7. 36

Sulaiman Aba Khail, Muqaddimatun Fii Al- Fikih, Riyadh: Darul Ashimah, 1997, 9. 37

Sulaiman Aba Khail, Muqaddimatun Fii Al- Fikih, Riyadh: Darul Ashimah, 1997, 13. 38

Manna‟ Al- Qatthan, Mabahits fii Ulumil Qur’an, Beirut: Muassasah Ar-Risalah, 2009,

20.

Page 27: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

27

berhubungan dengan akhlak atau sifat yang berhubungan dengan

fisik.39

c. Ijma’

Ijma‟ adalah kesepakatan ulama umat ini, atas hukum dari sebuah

permasalahan agama, setelah wafatnya Nabi Shallallahu Alaihi wa

Sallamaa.40

Kesepakatan ini dilakukan oleh para mujtahid, sehingga

kesepakatan yang dilakukan oleh orang-orang biasa tidak bisa

dianggap sebagai sebuah ijma‟.

d. Qiyas

Qiyas adalah membandingkan hukum sebuah permasalahan yang

tidak ada dalilnya, dengan hukum sebuah permasalahan yang telah

dijelaskan oleh dalil, disebabkan adanya hubungan sifat antara dua hal

yang dibandingkan tersebut.41

Contohnya adalah hukum tuak (jenis

minuman yang memabukkan). Tidak ada satupun ayat dan hadits yang

menyebutkan hukum tuak. Akan tetapi tuak memiliki sifat atau

kesamaan dengan minuman khamr (yang pada saat itu terbuat dari

perasan buah anggur), yaitu sama- sama memabukkan. Banyak sekali

dalil yang menjelaskan hukum khamr, yaitu dianggap haram. Karena

sama- sama memabukkan, maka hukum tuak bisa disamakan dengan

hukum khamr, yaitu diharamkan.

Empat landasan pengambilan hukum fikih di atas adalah sesuatu

yang sudah diakui keabsahannya oleh semua ulama, sehingga menurut

mereka, empat dalil tersebut dinamakan dalil muttafaq alihi.42

Selain empat sumber tersebut, ada juga sumber- lain yang biasa

digunakan, akan tetapi para ulama memperselisihkan keabsahan

penggunaan sumber- sumber tersebut. Sebagian ulama menganggapnya

39

Mahmud At-Thahhan, Taisir Musthalah Hadits, Riyadh: Maktabah Darul Ma‟arif,

1987, 15. 40

Ibnu Quddamah, Raudhatun Nadhir wa Junnatul Munadhir, Riyadh: Daru Zahim, 127. 41

Ibnu Quddamah, Raudhatun Nadhir wa Junnatul Munadhir, Riyadh: Daru Zahim, 288. 42

Ahmad Alimi, Ushulu al-fikih asasiyatun wa mabadi’, Beirut: Daru Ibni Hazm, 2001,

55.

Page 28: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

28

sebagai dalil yang sah, akan tetapi ulama yang lain menganggapnya

sebagai dalil yang tidak sah. Sumber- sumber semacam ini biasa disebut

dengan dalil mukhtalaf fiihi.

Diantara sumber- sumber tersebut adalah:43

a. Istihsan

Istihsan adalah berpaling dari menggunakan dalil umum, dikarenakan

adanya dalil khusus yang menjelaskannya. Contohnya adalah

dibolehkannya jual beli dengan cara as-salam. Bentuk jual beli,

dimana penjual hanya menampilkan contoh barang yang dijual belikan

(sampel), kemudian sang pembeli membeli barang tersebut dengan

harga kontan, akan tetapi barang asli yang telah dibeli itu baru akan

diterima oleh pembeli di waktu yang akan datang (sesuai dengan

kesepakatan).

Sekilas, ini seperti transaksi jual beli tanpa ada barang yang dijual

belikan (hanya sampel saja). Akan tetapi kalau kita teliti, sebenarnya

barang yang diperjualbelikan sudah ada, hanya saja belum bisa

diserahterimakan pada saat akad jual beli terjadi, mengingat sang

penjual hanya membawa sampel barang dagangan.

b. Al-Maslahah Al-Mursalah

Al-Mursalah yaitu sesuatu yang dianggap baik, akan tetapi tidak ada

satu dalilpun yang memerintahkannya. Tidak diperintahkan dan juga

tidak dilarang. Contohnya adalah pencatatan sebuah akad pernikahan

di KUA.

c. Al-‘Urf

Al-„Urf yaitu sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat, baik

perkataan atau perbuatan. Contohnya adalah jual beli di supermarket,

dimana penjual hanya menawarkan barang yang dijual disertai dengan

43

Ahmad Alimi, Ushulu al-fikih asasiyatun wa mabadi’, Beirut: Daru Ibni Hazm, 2001,

108- 132.

Page 29: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

29

harga, dan selanjutnya pembeli bisa mengambil barang yang dia sukai,

lalu membayar di kasir. Dalam jual beli ini tidak ada tawar menawar.

Jika kebiasaan itu tidak bertentangan dengan syariat, maka kebiasaan

itu dianggap sah (legal) dan jika bertentangan dengan syariat, maka

dianggap tidak sah (ilegal).

d. Syar’un man qablana

Syar’un man qablana yaitu syariat yang diturunkan untuk umat-umat

sebelum umatnya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallama.

Jika itu bertentangan dengan syariat yang dibawa oleh beliau, maka

syariat tersebut dianggap tidak sah. Dan jika syariat itu ditegaskan

kembali oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallama, maka

itu menjadi bagian dari syariat beliau. Jika tidak ada penjelasan

tentang syariat tersebut, maka pendapat yang kuat menyebutkan jika

itu tidak masuk ke dalam bagian syariat yang dibawa oleh Nabi

Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallama.

e. Perkataan Shahabat

Perkataan Shahabat adalah fatwa yang disampaikan oleh salah

seorang shahabat, tentang hukum dari sebuah permasalahan tertentu.

Contohnya adalah perkataan Aisyah Radhiyallahu Anha, bahwa usia

maksimal sebuah kandungan adalah dua tahun.

f. Istishhab

Istishhab yaitu dalil terakhir yang digunakan oleh seorang mujtahid

dalam memutuskan hukum dari sebuah permasalahan. Contoh

sederhananya adalah bahwa wudhu‟ seseorang itu dianggap tetap

berlaku, sampai dia yakin ada sesuatu yang membuat wudhunya

batal.

4. Jenis- jenis hukum fikih

Hukum fikih terbagi ke dalam dua jenis. Jenis pertama adalah

hukum taklifi dan jenis kedua adalah hukum wadh’i.44

44

Ahmad Alimi, Ushulu al-fikih asasiyatun wa mabadi’, Beirut: Daru Ibni Hazm, 2001,

21- 22.

Page 30: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

30

Hukum taklifi terbagi menjadi lima jenis:

1) Wajib

Wajib adalah perintah dari Allah Ta’ala yang harus dilaksanakan,

dimana orang yang melaksanakannya akan mendapatkan pahala

dan yang tidak melaksanakannya akan berdosa. Contohnya adalah

puasa ramadhan.

2) Sunah

Sunah adalah perintah dari Allah Ta’ala yang dianjurkan untuk

dilakukan, dimana orang yang melaksanakannya akan

mendapatkan pahala dan yang tidak melaksanakannya tidak

mendapatkan konsekuensi apapun. Contohnya adalah puasa senin

dan kamis.

3) Haram

Haram yaitu perintah untuk tidak melakukan sesuatu. Jika sesuatu

itu ditinggalkan, maka akan mendapatkan pahala dan jika

dilaksanakan akan mendapatkan dosa. Contohnya adalah berzina.

4) Makruh

Makruh adalah perintah anjuran untuk meninggalkan sesuatu. Jika

sesuatu itu ditinggalkan maka akan mendatangkan pahala dan jika

dilaksanakan tidak mendatangkan konsekuensi apapun. Contohnya

adalah makan bawang merah pada saat akan ke masjid.

5) Mubah

Mubah yaitu sesuatu yang boleh dilaksanakan atau ditinggalkan.

Contohnya adalah sarapan pagi dengan nasi goreng.

Sedangkan hukum wadh’i itu diantaranya adalah:45

1) Sebab.

45 Ahmad Alimi, Ushulu al-fikih asasiyatun wa mabadi’, Beirut: Daru Ibni Hazm,

2001, 22.

Page 31: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

31

Sebab yaitu sesuatu yang dijadikan sebagai sebuah tanda dari ada

atau tidaknya hukum, di mana hubungan (korelasi) antara tanda

dan hukum tersebut tidak dapat dicerna oleh akal pikiran.

Contohnya adalah terbenamnya matahari sebagai tanda dari mulai

diwajibkannya shalat maghrib.

2) ‘Illah

‘Illah adalah sesuatu yang dijadikan sebagai sebuah tanda dari ada

atau tidaknya hukum, dimana hubungan (korelasi) antara tanda

dan hukum tersebut dapat dicerna oleh akal pikiran. Contohnya:

‘illah pengharaman khamr adalah karena memabukkan.

3) Syarat

Syarat yaitu sesuatu yang menentukan ada atau tidaknya sebuah

hukum. Contohnya: wudhu adalah syarat sahnya shalat. Jika

seseorang melaksanakan shalat tanpa wudhu, maka shalat yang dia

lakukan dianggap tidak sah.

4) Al-Mani’

Al-Mani’ yaitu sesuatu yang menghalangi terjadinya sebuah

hukum. Contohnya: Jika seorang bapak membunuh anaknya, maka

bapak tersebut tidak dapat diqishash, karena hubungan bapak anak

antara pembunuh dan terbunuh merupakan penghalang

dilaksanakannya sebuah hukum qishash.

5) Shahih

Shahih yaitu terpenuhinya syarat dan rukun dari sebuah amalan

tertentu. Contohnya: shalat yang terpenuhi syarat dan rukunnya

bisa dianggap sebagai sebuah shalat yang sah.

6) Batil

Batil yaitu tidak terpenuhinya syarat dan rukun dari sebuah amalan

tertentu. Contohnya: Shalat yang dilaksanakan tanpa wudhu, maka

dianggap sebagai shalat yang tidak sah.

Page 32: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

32

5. Empat madzhab fikih yang populer

Sebenarnya ada banyak sekali madzhab fikih yang cukup diakui.

Akan tetapi dari madzhab-madzhab yang ada itu, ada empat madzhab yang

cukup populer, yaitu:46

a. Madzhab Hanafi

Dinisbatkan kepada Imam Abu Hanifah, Nukman bin Tsabit,

lahir tahun 80 H dan meninggal tahun 150 H. Landasan madzhab

ini adalah: al-Qur’an, as-Sunnah, al-ijma’, al-qiyas, perkataan

Shahabat, dan istihsan. Madzhab ini cukup populer di Mesir,

Suria, Yordania, Libanon dan lain- lain.

b. Madzhab Maliki

Dinisbatkan kepada Imam Malik bin Anas bin Abi Amir, lahir

tahun 93 H dan meninggal pada tahun 179 H. Landasan madzhab

ini adalah: al-Qur’an, as-Sunah, al-ijma’, al-qiyas, Istihsan, hukum

saddu dzari’ah, istishhab dan mura’atul khilaf. Madzhab ini cukup

populer di Tunisia, Aljazair, Nigeria, Sudan, Kuwait, Bahrain dan

lain- lain.

c. Madzhab Syafi’i.

Dinisbatkan kepada Imam as-Syafi‟i, Muhammad bin Idris as-

Syafi‟i. Lahir pada tahun 150 H dan meninggal pada tahun 204 H.

Landasan madzhab ini adalah: al-Qur’an, as-Sunnah, al-ijma’, al-

qiyas dan kesepakatan para Shahabat. Madzhab ini cukup populer

di Suria, Libanon, Irak, India, Yaman, Indonesia dan lain- lain.

d. Madzhab Hambali

Dinisbatkan kepada Imam Ahmad bin Hanbal as-Syaibani.

Lahir pada tahun 164 H dan meninggal pada tahun 241 H.

46

Sulaiman Aba Khail, Muqaddimatun Fii Al- Fikih, Riyadh: Darul Ashimah, 1997, 93 -

190

Page 33: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

33

Landasan madzhab ini adalah: al-Qur‟an, as-Sunnah, al-ijma‟, al-

qiyas dan pendapat Shahabat. Madzhab ini cukup populer di Syam,

Irak, Saudi Arabia dan lain- lain.

Keempat madzhab ini berkembang cukup pesat karena banyaknya

jumlah pengikut yang menyebarkan pemahaman sang imam, dalam

permasalahan hukum fikih. Jika bukan karena banyaknya jumlah pengikut,

niscaya empat madzhab tersebut akan mengalami kondisi yang sama

seperti madzhab-madzhab fikih lain.

Page 34: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

34

BAB. III

Gambaran Umum

MA Al-Irsyad Tengaran dan

MA Tahfidzul Qur’an As-Surkati Salatiga

A. Madrasah Aliyah (MA) Al- Irsyad Tengaran

1. Sejarah dan letak geografis MA Al- Irsyad Tengaran47

.

Madrasah Aliyah (MA) Al-Irsyad Tengaran yang terletak di Desa

Butuh, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang adalah salah satu

lembaga pendidikan yang dikelola oleh Yayasan Pesantren Islam Al-

Irsyad Semarang. Madrasah Aliyah Al-Irsyad Tengaran berdiri pada tahun

1999, dengan program studi Keagamaan, berdasarkan ijin dari Departemen

Agama Kantor Wilayah Propinsi Jawa Tengah bernomor statistik

312332202370.

Pada mulanya, MA Al-Irsyad ini bernama Madrasah Aliyah

Keagamaan (MAK) Al-Irsyad Tengaran. Dalam perkembangannya, MAK

Al-Irsyad Tengaran telah meluluskan tiga angkatan, yaitu pada Tahun

Pelajaran 2001/2002, 2002/2003 dan 2003/2004 dengan tingkat kelulusan

sebanyak 100%. Pada saat itu dalam penyelenggaraan ujian, MAK Al-

Irsyad Nasional atau Ujian Madrasah masih bergabung dengan

MAK/MAN I Surakarta.

Pada tahun 2005, MAK Al-Irsyad Tengaran diakreditasi oleh Tim

Akreditasi dari Kanwil Depag Propinsi Jawa Tengah dan mendapatkan

nilai Baik (B). Sejak saat itu MAK Al-Irsyad berubah nama menjadi

Madrasah Aliyah (MA) Al-Irsyad dan berhak membuka jurusan IPA, IPS,

Bahasa serta Keagamaan, akan tetapi dalam pelaksanaannya baru

membuka jurusan Keagamaan saja. Sejak saat itu, MA Al-Irsyad berhak

47

Edi Eko Purnomo, Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat MA Al-Irsyad

Tengaran, wawancara, 8 Desember 2014.

Page 35: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

35

menyelenggarakan Ujian Nasional atau Ujian Madrasah dan mengeluarkan

Ijazah secara Mandiri.

Pada Tahun Pelajaran 2004/2005, 2005/2006, 2006/2007,

2007/2008 dan Tahun Pelajaran 2008/2009, dalam pelaksanaan Ujian

Nasional atau Ujian Madrasah masih dikoordinir oleh Kasie Mapenda

Kanwil Depag Propinsi Jawa Tengah, dengan tingkat kelulusan 100%.

Pada tahun 2009 MA Al-Irsyad diakreditasi oleh Badan Akreditasi

Sekolah dan Madrasah Propinsi Jawa Tengah. Sejak Tahun Pelajaran

2009/2010, MA Al- Irsyad dalam pelaksanaan Ujian Nasional dikordinir

oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang dan memakai kurikulum

standar BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan).

2. Identitas Madrasah48

Nama Madrasah : Madrasah Aliyah Al- Irsyad

Nomor Statistik Madrasah : 131233220002

Alamat Madrasah : Jalan Solo Semarang Km 45

Desa : Butuh

Kecamatan : Tengaran

Kabupaten : Semarang

Propinsi : Jawa Tengah

Kode Pos : Po Box 134 Salatiga 50700

No Telp/ Fax. : (0298) 321658 – (0298) 312456

Email : [email protected]

Website : www.pesantrenalirsyad.org

Status Madrasah : Swasta

Nama Yayasan : Yayasan Pesantrena Islam Al- Irsyad

No. Akte Pendirian : wk/5.a/PP.03.2/2565/004/2000

Tahun berdiri Madrasah : 1999

Status Akreditasi/ Tahun : B/2005

48

Data diperoleh dari Edi Eko Purnomo, Waka Humas MA Al-Irsyad Tengaran, 8

Desember 2014.

Page 36: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

36

3. Visi dan Misi49

a. Visi Madrasah Aliyah (MA) Al- Irsyad Tengaran:

“Diakui sebagai salah satu lembaga pendidikan terbaik di

wilayah nusantara dan maupun Mancanegara yang bermanhaj Salaful

Ummah (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah)”.

b. Misi Madrasah Aliyah (MA) Al- Irsyad Tengaran:

1) Terwujudnya madrasah dengan fasilitas yang memadai.

2) Terciptanya lulusan yang menguasai bidang agama dan bahasa

Arab, bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia dengan aktif.

3) Lulusan yang mampu berdakwah dengan aqidah dan manhaj

salafusshalih.

4) Lulusan yang mampu melanjutkan ke jenjang lebih tinggi baik

dalam maupun luar negeri.

5) Terwujudnya warga belajar yang peduli terhadap kebersihan.

6) Terwujudnya warga belajar yang memiliki akhlak mulia.

7) Lulusan dengan nilai hasil UN tinggi, diakui pemerintah.

8) Madrasah memiliki kualitas berstandar ISO.

9) Memperoleh akreditasi A dengan minimal nilai 95.

10) Manajemen madrasah berstandar BSNP.

4. Struktur Organisasi50

Kepala Sekolah : Muhammad Syiarudin, Lc

Waka Kurikulum : Muhammad Thoyyib, Lc

Waka Kesiswaan : Ujang Pramudhiarto, Lc, S.Pd.I

Waka Humas : Edi Eko Purnomo, S.Pd

Waka Sarpras : Widodo Agus Susanto, S.Pd

49

Data diperoleh dari Edi Eko Purnomo, Waka Humas MA Al-Irsyad Tengaran, 8

Desember 2014.

50 Data diperoleh dari Edi Eko Purnomo, Waka Humas MA Al-Irsyad Tengaran, 8

Desember 2014.

Page 37: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

37

Kepala Lab. Komputer : Drs. Agus Aryanta

Kepala Lab. Bahasa : Tarmudi, S.T

Sekretaris MA : Fahroni, S.Pd.I

Sekretaris Kesiswaan : Slamet Widodo, A.Md.E.I

Bendahara MA : Edi Eko Purnomo, S.Pd

Staff Kurikulum : Anwar Ujang, S.Pd.I

Staff Ekstra Kurikuler : Adi Maryono, S.Pd

Staff Ketertiban Siswa : Yundi Haikal

Staff OSIS : Abdul Hakim Parwono, Lc

Staff Bahasa : Agus Pranowo, SH.I

Staff Ibadah : Abdullah Thalib

Staff BK 1 : Amien Wahyudi, S.Pd

Staff BK 2 : Chandra Aditya Ari Irawan, S.Pd

Staff Tahfidz 1 : Sabik Kurianto, S.Hum

Staff Tahfidz 2 : Tukimin

Staff Kemusyrifan : Agus Ahmad Yasin S.Pd.I

Pembina Asrama

Pembina Asrama 1 : Sayyid Ramadhan

Pembina Asrama 2 : Rona Ratna Pribadi, S.Pd.I

Pembina Asrama 3 : Abu Sumarman

Pembina Asrama 4 : Ibnu Al Khawarizmi

Wali Kelas

X A MATRIKULASI (IL A) : Nanang Setyabudhi, Lc

X B MATRIKULASI (IL B) : Syuban Bastotah

X C MATRIKULASI (IL C) : Hammam Humaidi

X A (I A) : Tarmudi, S.T

X B (I B) : Ahmad Mulyawan, Lc

X C (I C) : Sena Bayu Aji, S.H

Page 38: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

38

X D (I D) : Amrullah, S.Pd

X E (I E) : Sabik Kurianto, S.Hum

X F (I F) : Arsyadal Umam, Lc

X G (I G) : Syafrin A. Hi Mahmud, S.Pd

X H (I H) : Ahmad Mushlih

XI A (II A) : Rusman, Lc

XI B (II B) : Akhmad Ikhsanudin, Lc

XI C (II C) : Heri Sutanto, Lc

XI D (II D) : Saifin Nuha, Lc

XI E (II E) : Penang Jihad Asto Bener, S.Pd

XI F (II F) : Hery Prasetyo, Lc

XII A (III A) : Rizal Yuliar, Lc

XII B (III B) : Henry Anwar Faiz, S.S

XII C (III C) : Widodo Agus Susanto, S.Pd

XII D (III D) : Bobby Chandra, S.Si

Staf Pengajar:

1. Nafi' Zaenudin, Lc

2. Muhammad Qosim M, Lc

3. Suharlan, Lc

4. Zuhdi Amin, Lc

5. Wahyudi Bahtiar, S.Pd.I

6. Mahful Safarudin, Lc

7. Soleh Gunawan, Lc

8. Uli Satriawan, S.Pd

9. Doni Tangguh Prakosa, S.Pd.I

10. Iqbal Muammar Rosyad, M.Pd

11. Irfan Faturahman, S.H.I

12. Hanas Soni Aji

Page 39: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

39

5. Target kompetensi lulusan:51

Dimensi : Kualifikasi Kemampuan

Sikap : Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap

orang beriman, berakhlak mulia, berilmu,

percaya diri, dan bertanggung jawab dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan

social dan alam serta dalam menempatkan

diri sebagai cerminan bangsa dalam

pergaulan dunia.

Pengetahuan : Memiliki pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural dan metakognitif dalam ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya

dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan dan peradaban terkait penyebab

serta dampak fenomena dan kejadian.

Keterampilan : Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang

efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan

konkret sebagai pengembangan dari yang

dipelajari di sekolah secara mandiri.

6. Prestasi yang pernah diraih (empat tahun terakhir):52

a. Tahun 2011 :

- Juara 2 (dua) cabang tafsir (wustho) Musabaqah Qira‟ah Kutub

tingkat Propinsi.

- Juara 1 (satu) cabang hadits (wustho) Musabaqah Qira‟ah Kutub

tingkat Propinsi.

- Juara 2 (dua) cabang hadits (wustho) Musabaqah Qira‟ah Kutub

tingkat Nasional.

51

Data diperoleh dari Edi Eko Purnomo, Waka Humas MA Al-Irsyad Tengaran, 8

Desember 2014. 52

Edi Eko Purnomo, Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat MA Al-Irsyad

Tengaran, wawancara berdasarkan data sekolah, 8 Desember 2014.

Page 40: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

40

- Juara 1 (satu) cabang akhlaq (wustho) Musabaqah Qira‟ah Kutub

tingkat Propinsi.

- Juara 3 (tiga) cabang akhlaq (wustho) Musabaqah Qira‟ah Kutub

tingkat Nasional.

- Juara 3 (tiga) cabang ushul fikih (wustho) Musabaqah Qira‟ah

Kutub tingkat Propinsi.

- Juara 3 (tiga) cabang tarikh (wustho) Musabaqah Qira‟ah Kutub

tingkat Propinsi.

- Juara 2 (dua) cabang balaghah (wustho) Musabaqoh Qira‟ah Kutub

tingkat Propinsi.

- Juara 3 (tiga) cabang tafsir (ulyaa) Musabaqah Qira‟ah Kutub

tingkat Propinsi.

- Juara 1 (satu) cabang hadits (ulyaa) Musabaqah Qira‟ah Kutub

tingkat Propinsi.

- Juara Harapan 1 (satu) cabang hadits (ulyaa) Musabaqah Qira‟ah

Kutub tingkat Nasional.

- Juara 2 (dua) cabang akhlaq (ulyaa) Musabaqah Qira‟ah Kutub

tingkat Propinsi.

- Juara 2 (dua) cabang balaghah (ulyaa) Musabaqah Qira‟ah Kutub

tingkat Propinsi.

- Juara 1 (satu) cabang debat bahasa Arab Musabaqah Qira‟ah Kutub

tingkat Propinsi.

- Juara 1 (satu) cabang tartil Musabaqah Tilawatil Qur‟an tingkat

Kabupaten.

- Juara 1 (satu) cabang tilawah 5 juz Musabaqah Tilawatil Qur‟an

tingkat Kabupaten.

- Juara 2 (dua) cabang 500 hadits Musabaqah Hifdzil Qur‟an Wal

Hadits tingkat Nasional.

- Juara 1 (satu) cabang 500 hadits Musabaqah Hifdzil Qur‟an Wal

Hadits tingkat Asean.

Page 41: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

41

- Juara 1 (satu) wushu cabang duillian putra Kejuaraan Wushu tingkat

Propinsi.

- Juara Harapan 1 (satu) wushu Kejuaraan Wushu Nasional Semarang

tingkat Kabupaten.

b. Tahun 2012 :

- Juara 2 (dua) wushu putra nusantara Kejuraan Wushu tingkat

Propinsi Jawa Tengah dan DIY.

- Juara 1 (satu) cabang tahfidz 20 juz Musabaqah Tilawatil Qur‟an

tingkat Kabupaten.

- Juara 1 (satu) cabang tahfidz 30 juz Musabaqah Tilawatil Qur‟an

tingkat Kabupaten.

- Juara 2 (dua) cabang tartil Musabaqah Tilawatil Qur‟an tingkat

Kabupaten.

- Juara 1 (satu) cabang tilawah 5 juz Musabaqah Tilawatil Qur‟an

tingkat Kabupaten.

- Juara 3 (tiga) cabang tafsir bahasa Arab & tahfidz 30 juz Seleksi

Tilawatil Qur‟an tingkat Propinsi.

- Juara 1 (satu) cabang tafsir 30 juz Musabaqah Tilawatil Qur‟an

STAIN Salatiga tingkat Propinsi.

c. Tahun 2013 :

- Juara 2 (dua) cabang taichi Wushu Praporprov Jateng tingkat

Propinsi.

- Juara 1 (satu) cabang pidato bahasa Arab Pospeda tingkat

Kabupaten.

- Juara 3 (tiga) cabang cipta & baca puisi Pospeda tingkat Kabupaten.

- Juara 3 (tiga) cabang kaligrafi Pospeda tingkat Kabupaten.

- Juara 1 (satu) cabang pidato bahasa inggris Aksioma tingkat

Kabupaten.

- Juara 1 (satu) cabang lari 400 meter Aksioma tingkat Kabupaten.

Page 42: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

42

- Juara 1 (satu) cabang lari 100 meter Aksioma tingkat Kabupaten.

- Juara 1 (satu) cabang badminton tunggal putra Aksioma tingkat

Kabupaten.

- Juara 1 (satu) cabang badminton tunggal putra Aksioma tingkat

Kabupaten.

- Juara 1 (satu) cabang badminton ganda putra Aksioma tingkat

Kabupaten.

- Juara 2 (dua) cabang tenis meja Aksioma tingkat Kabupaten.

- Juara 3 (tiga) cabang tenis meja Aksioma tingkat Kabupaten.

- Juara 1 (satu) cabang pidato bahasa Arab Musabaqah Lughah

Arabiyah tingkat Propinsi.

- Juara 1 (satu) cabang tafsir bahasa Arab Musabaqah Tilawatil

Qur‟an tingkat Kabupaten.

- Juara 2 (dua) cabang tafsir bahasa inggris Musabaqah Tilawatil

Qur‟an tingkat Kabupaten.

- Juara 1 (satu) cabang tafsir bahasa indonesia Musabaqah Tilawatil

Qur‟an tingkat Kabupaten.

- Juara 1 (satu) cabang fahmil qur‟an Musabaqah Tilawatil Qur‟an

tingkat Kabupaten.

- Juara 2 (dua) cabang pidato bahasa Arab Aksioma tingkat Propinsi.

- Juara 2 (dua) cabang badminton Aksioma tingkat Propinsi.

- Juara 2 (dua) cabang fahmil qur‟an Musabaqah Tilawatil Qur‟an

tingkat Propinsi.

- Juara 1 (satu) cabang spelling bee Kompetisi Bahasa Inggris tingkat

Kabupaten.

- Juara 2 (dua) cabang spelling bee Kompetisi Bahasa Inggris tingkat

Kabupaten.

- Juara 1 (satu) kompetisi sains matematika HAB Kemenag tingkat

Kabupaten.

- Juara 2 (dua) kompetisi sains fisika HAB Kemenag tingkat

Kabupaten.

Page 43: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

43

d. Tahun 2014 :

1. Juara 4 (empat) cabang 500 hadits Musabaqah Hifdzil Qur‟an Wal

Hadits tingkat Nasional.

2. Juara 1 (satu) cabang 500 hadits Musabaqah Hifdzil Qur‟an Wal

Hadits tingkat Asean.

3. Juara 2 (dua) cabang tafsir Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat

Kabupaten.

4. Juara 3 (tiga) cabang fikih Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat

Kabupaten.

5. Juara 3 (tiga) cabang fikih Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat

Kabupaten.

6. Juara 1 (satu) cabang balaghah Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat

Propinsi.

7. Juara 2 (dua) cabang balaghah Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat

Nasional.

8. Juara 1 (satu) cabang hadits Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat

Propinsi.

9. Juara 1 (satu) cabang hadits Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat

Nasional.

10. Juara 2 (dua) cabang debat bahasa Arab Musabaqah Qira‟ah Kutub

tingkat Propinsi.

11. Juara 3 (tiga) cabang tarikh Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat

Propinsi.

12. Juara 3 (tiga) cabang hadits Musabaqah Qira‟ah Kutunb tingkat

Propinsi.

13. Juara 3 (tiga) cabang tarikh Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat

Propinsi.

14. Juara 1 (satu) cabang khitobah Musabaqah Lughah Arabiyah tingkat

Kabupaten.

15. Juara 1 (satu) cabang Qira‟ah Musabaqah Lughah Arabiyah tingkat

Kabupaten.

Page 44: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

44

16. Juara 2 (dua) cabang insya‟ Musabaqah Lughah Arabiyah tingkat

Kabupaten.

17. Juara 3 (tiga) cabang khitobah Musabaqah Lughah Arabiyah tingkat

Kabupaten.

18. Juara 1 (satu) cabang matematika Kompetisi Sains Madrasah tingkat

Kabupaten.

19. Juara 1 (satu) cabang tartil Musabaqah Tilwatil Qur‟an tingkat

Kabupaten.

20. Juara 1 (satu) cabang tahfidz 20 juz putra Seleksi Tilawatil Qur‟an

tingkat Kabupaten.

21. Juara Harapan 3 (tiga) cabang tahfidz 20 juz putra Seleksi Tilawatil

Qur‟an tingkit Propinsi.

22. Juara 2 (dua) cabang tahfidz 30 juz putra Seleksi Tilawatil Qur‟an

tingkat Kabupaten.

23. Juara 3 (tiga) cabang tahfidz 10 juz putra Seleksi Tilawatil Qur‟an

tingkat Kabupaten.

24. Juara 1 (satu) cabang tafsir bahasa Arab Musabaqah Hifdzil Qur‟an

tingkat Kabupaten.

25. Juara Harapan 3 (tiga) cabang tafsir bahasa Arab Musabaqah

Hifdzil Qur‟an tingkat Propinsi.

7. Gambaran proses kegiatan belajar mengajar pelajaran fikih di kelas53

Dalam melakukan kegiatan pembelajaran di kelas, ada beberapa

hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah: pendahuluan,

pengembangan unsur materi, unsur penilaian, penampilan dan penutup.

Diantara hal-hal yang dilakukan dalam pendahuluan adalah

menertibkan suasana kelas. Guru meminta semua siswa untuk menempati

tempat duduk masing-masing. Setelah itu guru memberikan motivasi

kepada siswa agar bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Selain itu,

53 Berdasarkan pengamatan atas proses kegiatan belajar mengajar fikih yang dilakukan

oleh Suharlan,Lc, di kelas 11F MA Al-Irsyad Tengaran, pada tanggal 16 November 2014.

Page 45: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

45

guru juga memberikan ulasan materi yang telah disampaikan pada

pertemuan sebelumnya dan memberikan gambaran singkat materi yang

akan diajarkan.

Dalam unsur pengembangan materi, sangat nampak jika guru

mapel fikih sangat menguasai materi yang diajarkan. Guru menyampaikan

materi dengan urut dan sistematis. Setiap materi yang disampaikan, selalu

disertai dengan contoh-contoh aplikatif yang sesuai dengan pokok

bahasan. Bahkan tidak jarang, guru berdiri untuk memperagakan contoh.

Terkadang dengan tulisan atau dengan gerakan.

Hampir semua kelas yang ada di MA Al-Irsyad sudah memiliki

fasilitas proyektor, sehingga hal ini lebih memudahkan guru dalam

menjelaskan materi di kelas. Guru menjelaskan materi dalam bentuk

power point. Kemudian dilanjutkan dengan membaca buku panduan yang

digunakan. Tidak semua materi dibahas. Hanya materi penting saja yang

dibaca. Terkadang guru juga memberikan pertanyaan kepada siswa dengan

tujuan untuk memancing terjadinya diskusi diantara siswa. Pertanyaan-

pertanyaan yang diberikan berkaitan dengan permasalahan yang terjadi

dimasyarakat secara umum. Dalam menyampaikan materi pelajaran, guru

menggunakan bahasa Arab. Hampir 99% bahasa pengantar yang

digunakan adalah bahasa Arab. Saat melakukan diskusi, siswa juga

menggunakan bahasa Arab. Bahasa Arab yang digunakan adalah bahasa

Arab fushhah, sesuai dengan kaidah-kaidah resmi bahasa Arab. Bukan

bahasa „aamiyah.

Setelah materi pelajaran disampaikan, maka guru memberikan

beberapa pertanyaan kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui daya

serap yang dimiliki siswa. Pertanyaan-pertanyaan ini juga bertujuan untuk

mengetahui dan menilai pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.

Guru menyampaikan pertanyaan-pertanyaan dengan berdiri dan

berkeliling, sehingga benar-benar mengetahui kondisi siswa di kelas

tersebut.

Page 46: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

46

Dalam memberikan materi pelajaran di kelas, guru berpenampilan

sangat rapi. Menggunakan baju, celana standart dan berpeci, akan tetapi

tidak menggunakan sepatu. Karena memang Madrasah Aliyah Al-Irsyad

tidak mewajibkan penggunaan sepatu untuk guru maupun siswa.

Di akhir kegiatan pembelajaran, guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dan

sesuai dengan materi pelajaran. Setelah itu guru menjawab pertanyaan-

pertanyaan tersebut dengan sangat jelas. Dan selanjutnya, guru membuat

kesimpulan tentang pelajaran tersebut dengan bahasa yang sederhana dan

ringkas.

8. Keunikan- keunikan dan corak khusus Madrasah

Madrasah Aliyah Al-Irsyad Tengaran memiliki keunikan-keunikan

dan corak khusus, yang mana hal ini jarang didapatkan di sekolah-sekolah

lain pada umumnya. Tentu, corak khusus ini tidak diterapkan begitu saja,

akan tetapi semuanya berdasarkan atas sebuah prinsip dan pemahaman

yang ada.

Diantara corak khusus tersebut adalah54

:

a. Pemisahan antara siswa dan siswi.

Sampai sekarang, semua siswa yang ada di MA Al-Irsyad

Tengaran semuanya adalah laki-laki. Tidak ada satupun siswi yang

belajar di sekolah tersebut.

Hal ini berkaitan dengan sebuah pandangan, bahwa pergaulan

atau interaksi antara golongan laki-laki dan wanita itu harus dibatasi.

Tidak seeloknya laki- laki dan wanita itu bergaul atau berhubungan

secara bebas dan berlebihan. Dalam syari‟at islam, telah dijelaskan tata

cara pergaulan yang syar‟i antara laki- laki dan wanita. Diantara tata

cara tersebut adalah:

54 M.Syi‟aruddin, Kepala MA Al-Irsyad Tengaran, wawancara, 06 Desember 2014.

Page 47: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

47

1) Menjaga pandangan.

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur‟an Surat An-Nuur

Ayat 30–31:

)) قم ؤي ه ىا ن غض نهى أصكى رانك فشوجهى حفظىا و أتصاسهى ي إ

خثش للا ات ؤياخ قم و . صؼى ه ن غضض ي و أتصاسه حفظ

ل و فشوجه ثذ ها ظهش يا إل صره ي ونضشت شه ػهى تخ جىته

ول ثذ إل صره أو نثؼىنره ءاتاء أو ءاتائه أتاء أو تؼىنره تؼىنره

أو تى أو إخىاه تى أو إخىاه أو أخىاذه يهكد يا أو سائه اه أ

أو ستح أونى غش انراتؼ اإل ج ي فم أو ال انش انط ػهى ظهشوا نى انز

ول انساء ػىساخ ضشت يا نؼهى تأسجهه خف ي إنى وذىتىا صره

ؼا للا أه ج ؤيى نؼهكى ان (( ذفهحى

Artinya : Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:

"Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara

kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat".

Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka

menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka

menampakkan perhiasannya, kecuali barang yang lahir yang

(biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan

kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan

perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,

atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-

putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau

putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara

perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak

yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak

mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang

belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka

memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka

Page 48: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

48

sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai

orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”.

Ibnu Katsir Rahimahullahu berkata: “Ini adalah perintah

dari Allah Ta’ala untuk para wanita yang beriman, yang mana hal

tersebut merupakan pembeda antara wanita yang beriman dengan

wanita yang tidak beriman. Firman Allah Ta’ala: “Dan hendaklah

mereka menjaga kemaluan”, Sa‟id bin Jubair berkata: “Menjaga

dari keburukan-keburukan”. Qatadah dan Sufyan berkata:

“Menjaga dari apa-apa yang tidak halal untuk mereka”. Muqatil

berkata: “Menjaga mereka dari perzinaan”.55

Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya, dari Jarir

bin Abdullah berkata: “Saya bertanya kepada Rasulullah

Shallalahu Alaihi wa Sallama tentang pandangan yang tidak

sengaja, maka beliau memerintahkanku untuk memalingkan

pandangan tersebut”.56

2) Tidak berduaan dengan wanita yang bukan mahram.

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu, dari Nabi Shallallahu

Alaihi wa Sallama bersabda:

سجم تايشأج إل يغ ري يحشو(( )) ل خهى

Artinya: “Janganlah sekali- kali seorang laki-laki berdua-duaan

dengan seorang wanita, kecuali disertai dengan mahram”.57

Mahram adalah golongan yang tidak boleh untuk dinikahi, baik

secara permanen atau karena sebab- sebab tertentu.

3) Tidak ikhtilath (campur) antara laki- laki dan wanita, kecuali

untuk kebutuhan yang sangat penting dan mendesak.

Terjadinya interaksi langsung antara laki- laki dan wanita

yang bukan mahram, tanpa didasari atas sebuah kebutuhan yang

55 Ibnu Katsir, Tafsir Al- Qur’an Al- Adhim, Muassasah Ar-Rayan: 375.

56 HR. Muslim: 2159.

57 HR. Bukhari: 9/ 330, HR. Muslim: 1341.

Page 49: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

49

mendesak, bisa menyebabkan lahirnya hal-hal yang negatif,

minimalnya adalah gangguan hati. Jika kita mengamati praktek

shalat berjamaah, maka kita bisa melihat bahwa ada pemisahan

antara posisi laki-laki dan wanita. Posisi laki- laki berada di depan

dan wanita berada di belakang. Posisi terbaik untuk laki- laki dalam

shalat berjama‟ah adalah barisan paling depan. Sedangkan posisi

terbaik untuk wanita adalah barisan paling belakang. Ada jarak yang

harus dijaga antara laki- laki dan wanita.

4) Tidak diperbolehkannya bersalaman antara laki-laki dan

wanita yang bukan mahram.

Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah Shallallahu

Alaihi wa Sallama bersabda:

خط سأس أحذكى ت ف طؼ س )) ل أ ش نه ي ذ خ حذ ي

ايشأج ل ذحم نه ((

Artinya: “Jika kepala salah seorang diantara kalian ditusuk

dengan jarum dari besi, maka itu lebih baik untuknya, daripada

harus bersentuhan dengan wanita yang bukan mahram”.58

Teladan kita yaitu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallama

tidak pernah menyentuh tangan (bersalaman) wanita yang bukan

mahram beliau, bahkan ketika beliau membai‟at para Shahabiyat

sekalipun.

Itulah beberapa alasan yang melatarbelakangi sebuah

pilihan, dipisahkannya antara siswa dan siswi di MA Al-Irsyad

Tengaran. Ini lebih mengedepankan prinsip Syaddu Ad-dzaraai’

(kehati-hatian) dalam menjaga pergaulan, sehingga hal-hal negatif

yang sangat mungkin lahir dari hubungan laki- laki dan wanita bisa

dihindari sejak dini.

58 HR. Thabrani, dalam Al- Kabir: 20/211.

Page 50: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

50

b. Kewajiban untuk memanjangkan jenggot bagi yang memilikinya.

Memanjangkan jenggot bagi golongan laki-laki merupakan

sebuah kewajiban yang harus dilakukan. Memanjangkan disini bukan

berarti berusaha menjadikan jenggot agar tumbuh panjang, dengan

obat-obat perangsang rambut. Akan tetapi maksudnya adalah

membiarkan jenggot tumbuh dan panjang secara alami. Tidak

dipendekkan atau dicukur.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallama bersabda:

و أحفىا انشىاسب و أوفىا انهحى ششك (( )) خانفىا ان

Artinya: “Selisihilah orang-orang musyrik, pendekkanlah kumis

dan panjangkanlah jenggot”.59

Memanjangkan jenggot berarti membiarkan jenggot dan tidak

mencukurnya sedikitpun. Ini berlaku bagi orang yang memiliki jenggot.

Bagi orang yang tidak memiliki jenggot, maka tidak perlu memaksakan

diri untuk memanjangkan jenggotnya dengan menggunakan obat-obat

perangsang.

c. Larangan untuk memanjangkan celana atau sarung melebihi mata kaki

(isbal).

Diantara dalil-dalil yang melatarbelakanginya adalah Sabda

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallama:

اإلصاس فهى ف اناس (( ي انكؼث )) يا أسفم ي

Artinya: “Sarung yang berada di bawah mata kaki, mata tempatnya

berada di dalam neraka”.60

Para Ulama menjelaskan bahwa larangan ini tidak hanya berlaku

untuk sarung saja, akan tetapi mencakup semua kain yang dipakai oleh

laki- laki. Termasuk di dalamnya adalah celana.

59 HR. Muslim: 625

60 HR. Bukhari: 5787.

Page 51: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

51

d. Kewajiban untuk menggunakan bahasa Arab dalam komunikasi sehari-

hari, baik di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah. Kewajiban ini

berlaku selama 24 jam, kecuali di hari libur.

e. Kurikulum yang digunakan merupakan perpaduan antara kurikulum

Kementerian Kebudayaan Pendidikan Dasar dan Menengah,

Kementerian Agama RI dan Kementerian Pendidikan Kerajaan Saudi

Arabia.

f. Buku ajar untuk mata pelajaran agama dan bahasa Arab, menggunakan

buku yang berbahasa Arab.

g. Adanya Native Speaker dari Kerajaan Saudi Arabia.

h. Menggunakan sistem Boarding School, dimana semua siswa

diwajibkan untuk tinggal di area sekolah selama 24 jam penuh.

i. Adanya kelas khusus Matrikulasi atau Persiapan Bahasa selama satu

tahun. Kelas ini dikhususkan bagi siswa-siswa sekolah luar yang akan

melanjutkan di MA Al-Irsyad Tengaran.

j. Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di pagi, sore dan malam hari.

k. Siswa yang terbukti mencontek pada saat Ujian Akhir Semester 1, akan

dikeluarkan dari ruang ujian dan mendapatkan nilai 0 (nol) dipelajaran

yang diujikan.

l. Siswa yang terbukti mencontek pada saat Ujian Akhir Semester 2, akan

mendapatkan hukuman tidak naik kelas.

m. Kenaikan kelas siswa ditentukan melalui penggabungan nilai di

semester 1 dan semester 2, dengan persentase: (nilai semester 1 + (2x

nilai semester 2) : 3.

n. Kenaikan kelas siswa ditentukan dengan nilai afektif yang didapatkan

siswa selama 1 Tahun Pelajaran.

Nilai afektif adalah hasil dari pengamatan Bidang Kesiswaan,

terhadap akhlak siswa. Misalnya: peran aktif siswa dalam mengikuti

kegiatan Madrasah, prestasi akademik, prestasi dalam perlombaan-

perlombaan, kerajinan dalam melaksanakan ibadah, kedisiplinan di

kelas dan di lingkungan sekolah, kesopanan dan aspek-aspek yang lain.

Page 52: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

52

B. Madrasah Aliyah Tahfizhul Qur’an As-Surkati Salatiga

1. Sejarah dan letak geografis

Madrasah Aliyah Tahfizhul Al Qur’an As Surkati Salatiga adalah

salah satu unit pendidikan yang berada dibawah naungan Yayasan

Lembaga Penelitian Ilmu-Ilmu Agama Islam dan Dakwah ( YLPIA)

Pusat Surakarta. Madrasah ini berlokasi di jalan Diponegoro 115 Salatiga

(satu lokasi dengan SMP dan SMK Sultan Fattah Salatiga).

Bisa dikatakan Madrasah Aliyah ini merupakan pengembangan

dari Madrasah Aliyah Islamiyyah As Soorkaty Salatiga yang sudah berdiri

sejak tahun 1988. Seiring dengan banyaknya Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) yang didirikan di Kota Salatiga dan sekitarnya, Madrasah Aliyah

Islamiyah As Soorkaty Salatiga, sejak tahun 2008 jumlah siswanya

mengalami penurunan yang sangat drastis, bahkan pada tahun pelajaran

2010 madrasah ini sudah tidak ada lagi siswanya. Maka untuk

melestarikan eksistensi Madrasah Aliyah swasta yang tinggal satu-satunya

di Kota Salatiga ini, Yayasan LPIA Pusat Surakarta kemudian

mengembangkanya menjadi Madrasah Aliyah Tahfizhul Qur‟an As

Surkati dengan program studi Ilmu Pengetahuan Alam.

Madrasah Aliyah Tahfizhul Qur‟an As Surati ini memiliki ciri

khusus:

a. Memadukan kurikulum Departemen Agama dan Kurilulum pesantren

secara proporsional.

b. Menggunakan sistem pendidikan boarding school dengan program

unggulan menghafal Al Qur‟an 30 juz.

c. Beban belajar seperti yang ditetapkan dalam kurikulum ditempuh oleh

siswa selama 4 tahun, kecuali siswa yang yang memenuhi syarat untuk

mengikuti program percepatan atau akselerasi.

d. Khusus mata pelajaran syar`i dan bahasa Arab menggunakan buku

muqorror berbahasa Arab.

e. Peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan semuanya laki-laki.

Page 53: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

53

Ijin pengubahan nama dari Madrasah Aliyah Islamiyyah As

Soorkaty menjadi Madrasah Aliyah Tahfizhul Qur‟an As Surkati,

dikeluarkan oleh Kantor Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah,

dengan Surat Keputusan Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi

Jawa Tengah.

Dengan upaya pengembangan seperti itu, Madrasah Aliyah swasta

yang tinggal satu-satunya di Kota Salatiga ini dapat eksis hingga

sekarang, bahkan dari tahun ke tahun mengalami kemajuan. Hal ini dapat

dilihat dari semakin meningkatnya minat masyarakat menyekolahkan

anak-anaknya di Madrasah Aliyah Tahfizhul Qur‟an As Surkati Salatiga.

2. Identitas Madrasah

Nama Madrasah : Madrasah Aliyah Tahfizhul Qur‟an As Surkati

Penyelenggara Madrasah : YLPIA Pusat Surakarta Jl. Kapten Mulyadi106,

Pasar Kliwon 57113 Surakarta

NSM : 131233730001

NPSN : 20363036

Status Madrasah : Swasta

NPWP : 2105416111526000

Alamat Madrasah

Jalan : Jl. Diponegoro 115 Salatiga

Telepon : (0298)313842

Website dan Email : www.matiq-assurkati.sch.com. /

matiq surkati @gmail.com

Provinsi : Jawa Tengah

Kabupaten/ Kota : Salatiga

Kecamatan : Sidorejo

Kelurahan : Sidorejo Lor

Kode Pos : 50714

Page 54: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

54

Dokumen Pendirian Madrasah

a. Nomor SK Pendirian : Mk.02/5/PP.006/0542/1988

b. Tanggal SK Pendirian : 3/10/1988

c. No. SK Ijin Operasional : WK/5.d/208/Pgm/MA/1990

d. Tgl. SK Ijin Operasional : 7/6/1990

Perubahan Nama Madrasah

a. Nama Madrasah Lama : Madrasah Aliyah Islamiyah As Soorkati

b. Nama Madrasah Baru : Madrasah Aliyah Tahfizhul Qur‟an As Surkati

c. No. SK Perubahan Nama : Kw. 11.2/5/PP.00/005/2014

d. Tanggal SK Perubahan : 2/01/2014

Akreditasi

a. Status Akreditasi : Terkreditasi B

b. Tahun Akreditasi : 2006

c. No. SK Akreditasi : Kw.11.4/4 PP.03.2/625.32

d. Tanggal SK Akreditasi : 11/04/2006

e. Waktu Penyelenggaraan : Pagi

Page 55: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

55

3. Visi, Misi dan Tujuan

a. Visi Madrasah:

“Terbentuknya pribadi unggul, hafizh, beraqidah shohihah,

berilmu, berakhlaqul karimah, berjiwa da‟i serta peduli dan tretampil

dalam menyelesaikan problematika Umat”.

b. Misi Madrasah:

1) Mendirikan lembaga pendidikan yang islami, professional, berbasis

pondok pesantren Tahfizhul Qur‟an.

2) Menyelenggarakan pendidikan formal yang berkualitas dan

bimbingan tahfizhul Qur‟an.

3) Menyelenggarakan tata kelola madrasah yang produktif, efektif,

efisien, transparan dan akuntabel.

4) Menyelenggarakan pendidikan berkarakter Qur‟ani sebagai

penyangga Negara Kesatuan Republik Indonesia, Panacasila dan

UUD 1945.

c. Tujuan Madrasah:

1) Mencetak pribadi hafizh, beraqidah shohihah, berakhlaqul karimah

serta menguasai ilmu pengetahuan agama dan sains.

2) Menyiapkan kader umat dan kader bangsa yang cakap, terampil

dan berdedikasi terhadap agama dan bangsa.

3) Menyiapkan kader umat dan bangsa yang memiliki kepekaan dan

kepedulian terhadap problematika umat.

Page 56: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

56

4. Struktur Organisasi

a. Yayasan LPIA Pusat Surakarta

Ketua Pembina : H. Nukman Achmad Sungkar

Anggota Pembina : H. Ahmad Abdul karim Attamimi

Ketua : H. Adib Ahmad Sungkar

Wakil Ketua : Humam Nukman Sungkar, S.T, M,Sc

Sekretaris : dr. Affan Ahmad Sungkar

Bendahara : dr. Affan Ahmad Sungkar

Pengawas : Ir. Sofwan Ahmad Sungkar

b. Madrasah Aliyah Tahfizhul Qur’an ( MATIQ) As Surkati

Dewan Pengasuh : H. Eman Badru Tamam, Lc

: H. Syihabuddin AM. Al Hafizh

: Dr. H. Badaruddin, M.Ag

Mudir : Diding Fathuddin, S. Pd.I

Kepala Madrasah : Abda Lail Isro, S. Pd

Waka Kurikulum dan TU : Drs. Suratman

Waka Kesiswaan : Ahmad Arifin, S. Pd.I

Waka sarpras dan IT : Dimas Gigih Damarsasi, S. Pd

Mas‟ul Tahfizh : Abdullah Rifqi, al Hafizh

Kesantrian : Abdul Kadir, Lc

c. Komite Madrasah

Ketua : Drs. Muryanto Hadi

Sekretaris : Ilham Basuki

Bendahara : Dr. Sri Suyanto, Sp.OG

Penggalian Sumber daya Madarasah : Selamet Santoso, SE., M.M

Pengembangan Sarana Pesantren : Abdul Wahab

Pengelolaan Dana Masyarakat : Armaidi

Pengendalian Kualitas Pelayanan Pendidikan : Drs. H. Ahmad Darsuki

Sarana dan Prasarana : Suhartono

Usaha Pesantren : Didin Sulistya

Page 57: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

57

d. Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Ulumul Qur‟an : Diding Fathuddin, S. Pd.I, Al- Hafidz

Fisika : Muh. Kholil, S. Pd., M.Sc

Biologi/PKn : Abda Lail Isro, S. Pd

Aqidah/SKI : Abdul Kadir, Lc

Tafsir/Fiqih : Richi Fajar, Lc

Bahasa Arab : Ahmad Shofi Muhyiddin, Lc

Tajwid/Tahfizh : Abdullah Rifqi, Al Hafizh

Kimia : Dimas Gigih Damarsasi, Ss

Bahasa Indonesia/ Hadits : Drs. Suratman

Bahasa Arab : Agus Susanto, Al Hafizh

Bahasa Inggris/Sejarah : Ahmad Arifin, S. Pd.I

Imlak/ Khot : Arif Rahman Hakim, S.Pd.I

Matematika : Wachid Nugroho, S.Si

Geografi : Makmun Ansori, S.Pd

Penjasorkes : Eri Munandar

Tahfizh : Abdurrohman., Al Hafizh

: Pupung Furqon, Al Hafizh

: Fathul Bahri, Al Hafizh

: Gholibul Islami, Al Hafizh

: Amrol Musyrifin, Al Hafizh

Page 58: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

58

5. Target Kompetensi Lulusan:

Dimensi : Kualifikasi Kemampuan

Sikap : Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap

orang beriman, berakhlak mulia, berilmu,

percaya diri, dan bertanggung jawab dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan

social dan alam serta dalam menempatkan

diri sebagai cerminan bangsa dalam

pergaulan dunia.

Pengetahuan : Memiliki pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural dan metakognitif dalam ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya

dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan dan peradaban terkait penyebab

serta dampak fenomena dan kejadian.

Keterampilan : Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang

efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan

konkret sebagai pengembangan dari yang

dipelajari di sekolah secara mandiri.

Page 59: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

59

6. Prestasi yang pernah diraih (empat tahun terakhir):

- Juara umum MHQ Kota Salatiga, 2010

- Juara umum MHQ Kota Salatiga, 2011

- Juara umum MHQ Kota Salatiga, 2012

- Juara umum MHQ Kota Salatiga, 2010

- Juara 3 MHQ cabang 20 juz, Jawa Tengah, 2011

- Juara 1 MHQ cabang 10 juz, Jawa Tengah, 2013

- Juara 1 MTQ cabang fahmil qur`an Jawa Tengah, 2013

- Juara 1 dan 2 KSM mata pelajaran biologi Kota Salatiga, 2014

- Juara 1 dan 2 KSM mata pelajaran kimia Kota Salatiga, 2014

- Juara 1 dan 2 KSM mata pelajaran matematika Kota Salatiga, 2014

- Juara 3 KSM mata pelajaran fisika Kota Salatiga, 2014

- Juara 1 KSM mata pelajaran matematika Kota Salatiga, 2014

- Juara 3 KSM mata pelajaran matematika Jawa Tengah, 2014

- Juara 1, 2, dan 3 Pertandingan Wushu di STAIN Kota Salatiga, 2011

- Juara 1 dan 2 pertandingan wushu cabang sanso Kota Salatiga, 2011

- Juara 1 dan 2 tenis meja Kota Salatiga, 2013

- Juara 1 dan 2 renang Kota Salatiga, 2013

7. Gambaran proses kegiatan belajar mengajar pelajaran fikih di kelas

Secara umum, proses kegiatan belajar mengajar Fikih di MA

Tahfidzul Qur‟an As-Surkati hampir sama dengan proses kegiatan belajar

mengajar Fikih di MA Al-Irsyad Tengaran. Hanya saja, dalam beberapa

kesempatan, guru menggunakan masjid sebagai tempat belajar. Bahkan hal

ini merupakan pilihan utama para guru. Mereka cenderung lebih nyaman

menyampaikan pelajaran di masjid dengan bentuk halaqah.

Kegiatan belajar mengajar dengan bentuk halaqah adalah ketika

guru duduk di kursi atau duduk di lantai, kemudian para siswa duduk

mengelilingi guru tersebut. Ini adalah cara klasikal dalam kegiatan belajar

mengajar. Cara ini sangat efektif jika jumlah siswa yang mengikuti

pembelajaran tidak banyak. Guru dapat memantau dan melihat keadaan

Page 60: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

60

siswa dengan baik. Akan tetapi menjadi sangat tidak efektif jika jumlah

siswa yang mengikuti pembelajaran sangat banyak. Guru tidak akan

mampu untuk mengamati keadaan siswa dengan baik.

Proses kegiatan belajar mengajar fikih di MA Tahfidzul Qur‟an As-

Surkati disesuaikan dengan bab-bab yang ada di buku ajar, yaitu Kitab

Fikih Sunnah yang ditulis oleh Syaikh Sayyid Sabiq.61

8. Keunikan- keunikan dan corak khusus Madrasah

Diantara keunikan-keunikan yang ada di MA Tahfidzul Qur‟an As-

Surkati adalah62

:

a. Banyaknya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di masjid.

b. Tidak ada siswi yang belajar di MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati.

Semua siswa yang belajar adalah laki-laki. Ini tentu berkaitan erat

dengan pandangan atau pendapat bahwa laki-laki dan wanita tidak

diperkenankan untuk ikhtilath, kecuali jika ada kebutuhan yang

mendesak. Sehingga sampai saat ini, MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati

tidak menerima seorang siswipun.

c. Larangan untuk mengenakan sarung atau celana di bawah mata kaki.

d. Muatan pelajaran hafalan al-Qur‟an yang cukup banyak, yaitu 12 jam

pelajaran sepekan.

e. Muatan pelajaran bahasa Arab yang cukup banyak, yaitu 10 jam

pelajaran sepekan.

Muatan pelajaran hafalan al-Qur‟an dan bahasa Arab memiliki porsi

50% dari total pelajaran yang ada. Total jam pelajaran dalam setiap

pekan adalah 44 jam pelajaran.

61 Abdul Qadir, Guru mata pelajaran Fikih di MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga,

wawancara, 14 Desember 2014.

62 Abdul Qadir, Guru mata pelajaran Fikih di MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga,

wawancara, 14 Desember 2014.

Page 61: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

61

BAB. IV

Pembelajaran Fikih

Dengan Menggunakan Bahasa Arab

A. Alasan Dari Pelaksanaan Pembelajaran Fikih Dengan Menggunakan

Bahasa Arab

Seperti telah dijelaskan dalam bab. pertama, bahwa hubungan antara

bahasa Arab dan fikih sangatlah erat. Karena adanya keterkaitan inilah maka

pelaksanakan pembelajaran fikih di MA Al-Irsyad Tengaran dan MA

Tahfizhul Qur‟an As Surkati disampaikan dengan menggunakan bahasa Arab.

Suharlan,Lc63

dan Abdul Qadir,Lc64

mengemukakan, bahwa diantara

beberapa sebab yang melatar belakangi penggunaan bahasa arab dalam

pembelajaran fikih adalah:

1. Referensi asli pelajaran fikih menggunakan bahasa Arab.

Fikih merupakan salah kajian ilmu dari banyak ilmu yang

diajarkan agama islam. Selain fikih, ada pelajaran tauhid, hadits,

musthalah hadits, usul fikh, tafsir, ulumul qur‟an, faraidh dan yang

lainnya. Ilmu-ilmu ini memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam

agama islam. Siapapun yang ingin mendalami ajaran islam, sangat

dianjurkan untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut.

Pada masa Rasulullah masih hidup, para shahabat mempelajari

hukum-hukum islam langsung dari beliau. Mereka bertanya kepada beliau

tentang semua hal yang berkaitan dengan permasalahan agama. Baik

secara langsung atau dengan mengutus seseorang untuk bertanya kepada

beliau. Pada masa ini, istilah fikih belum begitu populer, karena memang

tidak ada kebutuhan untuk itu.

63

Suharlan, Guru mata pelajaran Fikih di MA Al-Irsyad, wawancara, 11 Desember 2014.

64 Abdul Qadir, Guru mata pelajaran Fikih di MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga,

wawancara, 14 Desember 2014.

Page 62: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

62

Begitu juga pada masa Shahabat. Para Thabi‟in yang ingin

mengetahui hukum-hukum islam, mereka akan bertanya kepada para

shahabat secara langsung atau dengan mengutus utusan. Para Shahabat

adalah murid dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallama. Sedangkan

para Thabi‟in adalah murid para Sahabat.

Setelah masa ini berlalu, barulah lahir ulama-ulama yang

menyusun materi-materi fikih ke dalam satu buku. Tujuannya adalah

untuk memudahkan masyarakat dalam memahami permasalahan fikih.

Buku-buku tersebut merupakan hasil pemikiran para ulama yang

menyusunnya.

Banyak sekali buku yang telah ditulis. Akan tetapi dari banyak

ulama yang menyusun atau berpendapat dalam permasalahan fikih, hanya

ada empat aliran atau madzhab yang sangat populer, yaitu madzhab

Hanafi, madzhab Maliki, madzhab Syafi‟i dan madzhab Hambali.

Diantara buku-buku yang populer di masing-masing madzhab

tersebut adalah:

a. Madzhab Hanafi:

1) Badai’ Shana’i’

2) Fathul Qadir

3) Hasyiyah Ibnu Abidin

b. Madzhab Maliki:

1) Ad-Dhakhirah

2) Asy-Syarh As-Shaghir

3) Al-Mudawanah Al-Kubra

c. Madzhab Syafi‟i:

1) Al-Umm

2) Mukhtashar Al-Muzanni

3) Al-Muhadzdzab

d. Madzhab Hanbali:

1) Al-Mughni

2) Asy-Syarh Al-Kabir

Page 63: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

63

3) Kasysyaaful Qana’

Semua buku-buku fikih yang merupakan buku standart di masing-

masing madzhab, ditulis dengan menggunakan bahasa Arab. Sehingga

bagi siapapun yang ingin menguasai permasalahan fikih, maka dia harus

menguasai bahasa Arab. Tidak mungkin seseorang mampu untuk

menguasai permasalahan fikih dengan baik, kecuali dengan menguasai

bahasa Arab terlebih dahulu.

2. Latihan untuk para siswa agar terbiasa berinteraksi langsung dengan

perkataan para ulama.

Para ulama Islam cenderung menyusun buku-buku mereka dengan

menggunakan bahasa Arab. Mengapa demikian? Karena tidak mungkin

seseorang akan mencapai derajat ulama, kecuali jika dia menguasai bahasa

Arab terlebih dahulu. Para ulama dari kalangan Shahabat, Thabi‟in, Tabi‟

Thabi‟in dan ulama-ulama yang datang setelah mereka, menjadikan bahasa

Arab sebagai bahasa yang mereka gunakan dalam menyampaikan materi-

materi agama. Baik ketika sedang berceramah atau dalam buku-buku yang

mereka tulis.

Tentu ada nilai yang berbeda ketika seseorang membaca atau

mendengar perkataan Imam Syafi‟i yang berbunyi:

ا سىاء" د و يانك انذ د را قهة قىع، فأ "فئرا يا ك

Dengan terjemahan dari perkataan tersebut, yaitu: “Jika engkau memiliki

hati yang qana’ah, maka engkau memiliki kedudukan yang sama dengan

penguasa dunia”.

Ketika seseorang membaca atau mengatakan perkataan Imam

Syafi‟i di atas sesuai dengan teks Arab yang asli, maka orang tersebut akan

merasakan nilai yang mendalam dari ungkapan yang ada. Mengapa

demikian? Karena dia akan mengetahui dan merasakan perkataan Imam

Syafi‟i yang asli, sesuai dengan apa yang telah beliau sampaikan.

Ini berbeda jika dia mendapatkan perkataan tersebut dalam kalimat

terjemahan dalam bahasa yang lain. Ada nuansa yang berbeda. Bukan lagi

Page 64: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

64

perkataan asli Imam Syafi‟i yang dia dapatkan. Hanya perkataan yang

diterjemahkan. Belum lagi jika penterjemah yang menterjemahkan kalimat

tersebut ke dalam bahasa lain, tidak mampu untuk memberikan kalimat

terjemahan yang tepat. Sehingga pada akhirnya, nilai yang kita rasakan

tentu akan berbeda.

3. Peningkatan penguasaan bahasa Arab.

Proses pembelajaran Fikih dengan menggunakan bahasa Arab juga

dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan bahasa Arab.

Dalam berbahasa, ada empat kemampuan yang harus dikuasai, yaitu:

a. Kemampuan mendengar

b. Kemampuan menulis

c. Kemampuan membaca

d. Kemampuan berbicara

Ketika guru menjelaskan materi fikih dengan bahasa Arab, maka

para murid akan terbiasa untuk mendengarkan kalimat-kalimat bahasa

Arab dan selanjutnya adalah latihan keterampilan untuk memahami

kalimat Arab yang dia dengarkan tersebut.

Pertanyaan-pertanyaan dan jawaban ujian yang ditulis dengan

menggunakan bahasa Arab, juga merupakan ajang latihan bagi siswa

untuk menulis Arab. Mereka akan terbiasa menulis kalimat dengan

menggunakan bahasa Arab.

Buku-buku referensi dan bahan ajar fikih yang menggunakan

bahasa Arab, akan mendorong para siswa untuk berlatih dalam membaca

dan memahami kalimat-kalimat Arab. Jika hal ini dilakukan secara terus-

menerus, maka kemampuan siswa dalam mentelaah kalimat-kalimat atau

ungkapan-ungkapan dalam bahasa Arab akan meningkat.

Kemampuan membaca yang dimiliki siswa dapat membantu

keterampilan berbicara. Ketika seorang siswa terbiasa membaca

ungkapan-ungkapan dalam bahasa Arab, maka hal itu akan membantunya

dalam berbicara dengan menggunakan bahasa Arab. Apalagi jika siswa

tersebut mampu menghafal ungkapan-ungkapan tersebut.

Page 65: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

65

Kemampuan berbicara ini juga dapat ditingkatkan dengan adanya

diskusi dan kewajiban untuk menyampaikan pertanyaan-pertanyaan di

kelas dengan menggunakan bahasa Arab.

4. Melatih keterampilan dalam menguasai kitab-kitab fikih yang

berbahasa Arab.

Penggunaan bahasa Arab dalam pembelajaran fikih juga dapat

membantu siswa untuk membiasakan diri dalam berinteraksi dengan kitab-

kitab fikih berbahasa Arab. Masing-masing kitab fikih yang disusun oleh

para ulama cenderung memiliki ciri khas tersendiri. Baik ciri khas dalam

penyusunan ungkapan atau ciri khas dalam istilah-istilah khusus. Masing-

masing kitab yang disusun tidaklah sama.

Penguasaan yang mendalam terhadap kitab-kitab tersebut tentu

tidak akan bisa didapatkan, kecuali ketika siswa terbiasa mentelaah buku-

buku atau kitab-kitab berbahasa Arab. Semakin mendalam seseorang

memahami sebuah kitab, maka dia akan semakin mampu untuk

mendapatkan ciri atau corak khas kitab tersebut.

5. Melatih keterampilan menyusun kalimat dalam bahasa Arab.

Pembelajaran fikih dengan menggunakan bahasa Arab juga dapat

membantu siswa untuk menyusun kalimat-kalimat dengan bahasa Arab.

Siswa bisa terdorong untuk mengikuti ungkapan-ungkapan Arab yang ada

di buku ajar atau terdorong untuk mengikuti gaya bicara guru fikih di

kelas. Menyusun kalimat merupakan sebuah keterampilan. Tidak semua

orang mampu menyusun kalimat yang bagus.

6. Memudahkan siswa untuk menghafalkan dalil-dalil hukum.

Kemampuan bahasa Arab yang dimiliki siswa juga bisa membantu

siswa untuk menghafalkan dalil-dalil hukum. Dalil-dalil hukum fikih

berasal dari al-Qur‟an dan as-sunnah. Yang mana kedua dalil tersebut

menggunakan bahasa Arab. Seseorang yang mengetahui bahasa Arab,

cenderung lebih mudah untuk menghafalkan al-Qur‟an dan as-sunnah.

Mengapa? Karena dengan mengetahui bahasa Arab, maka dia akan

Page 66: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

66

mengetahui makna-makna kalimat yang dia hafal, sehingga apa yang dia

hafalkan akan benar-benar melekat di hati atau pikiran.

Penguasaan bahasa Arab juga mempengaruhi kemampuan

membaca al-Qur‟an yang dimiliki seseorang. Orang yang mengetahui

bahasa Arab akan mengetahui makna kata-kata dalam al-Qur‟an yang dia

baca, sehingga dia mampu untuk melafadzkan kata-kata tersebut dengan

jelas dan fasih.

Akan nampak perbedaan yang mencolok antara orang yang

mengetahui bahasa Arab dan orang yang tidak mengetahui bahasa Arab,

ketika keduanya berbicara atau berpidato yang disertai dengan penyebutan

dalil-dalil, baik dalil dari al-Qur‟anatau dalil dari as-Sunnah. Orang yang

mengetahui bahasa Arab akan melafadzkan dalil-dalil tersebut dengan

jelas, karena dia benar-benar mengetahui makna kalimat yang dia ucapkan.

Dan ini berbeda dengan orang yang belum mengetahui bahasa Arab

dengan baik.

7. Memudahkan siswa dalam melaksanakan ritual keagamaan.

Penguasaan bahasa Arab juga mempengaruhi kualitas ibadah yang

dilakukan seorang siswa, terutama ibadah-ibadah mahdhah seperti shalat,

haji dan lain-lain. Seseorang yang melaksanakan shalat tentu dituntut

untuk melafadzkan bacaan-bacaan dalam bahasa Arab. Begitu juga orang

yang melaksanakan ibadah haji. Dia dituntut untuk melafadzkan beberapa

bacaan dalam bahasa Arab.

Orang yang menguasai bahasa Arab, akan mampu untuk

melafadzkan do‟a-do‟a yang dibaca dengan baik dan benar. Apalagi

bacaan-bacaan yang berkaitan dengan keabsahan ibadah yang dilakukan,

seperti bacaan al-Fatihah. Kualitas bacaan al-Qur‟an dapat mempengaruhi

keabsahan ibadah shalat yang dilakukan. Contohnya adalah orang yang

membaca al-Qur‟an dan melakukan kesalahan yang fatal, seperti ketika

merubah huruf atau kata-kata yang ada dalam surat a-Fatihah.

Page 67: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

67

8. Tidak perlu menterjemahkan dalil-dalil atau perkataan para ulama.

Ketika seorang guru menjelaskan materi pelajaran fikih dengan

bahasa Arab, maka guru tersebut tidak perlu menterjemahkan dalil-dalil

atau perkataan ulama yang dia sebutkan. Para siswa langsung bisa

memahami dalil-dalil tersebut dengan baik tanpa perlu diterjemahkan. Hal

ini juga mempengaruhi efisiensi waktu pembelajaran.

9. Persiapan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Proses pembelajaran fikih dengan menggunakan bahasa Arab juga

dapat membantu siswa untuk mempersiapkan diri ke jenjang yang lebih

tinggi, yaitu jenjang universitas. Terutama jika universitas yang dituju

adalah universitas-universitas di Timur Tengah atau universitas di

Indonesia yang berafiliasi dengan universitas yang berasal dari Timur

Tengah. Contohnya adalah seorang siswa yang menginginkan untuk

melanjutkan pendidikan di Timur Tengah, seperti Universitas Al-Azhar di

Mesir, Universitas Islam Madinah di Kerajaan Saudi Arabia atau beberapa

Universitas di Sudan, Libia, Yaman dan lain-lain. Adapun universitas di

Indonesia yang berafiliasi dengan universitas di Timur Tengah adalah

Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta.

Page 68: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

68

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pembelajaran Fikih

Dengan Menggunakan Bahasa Arab.

Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran

fikih dengan menggunakan bahasa Arab adalah:

1. Latar belakang pendidikan guru mata pelajaran fikih.

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, dapat diketahui

bahwa rata-rata guru pengajar mata pelajaran fikih yang menggunakan

bahasa Arab dalam proses kegiatan mengajar adalah para guru lulusan

Universitas di Timur Tengah atau Universitas di Indonesia yang berafiliasi

dengan Universitas di Timur Tengah.

Contohnya adalah guru mata pelajaran fikih di MA Al-Irsyad

Tengaran. Guru yang bernama Suharlan,Lc adalah lulusan dari Lembaga

Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta, sebuah lembaga

pendidikan yang merupakan cabang dari Universitas Imam bin

Muhammad Su‟ud di Riyadh Saudi Arabia. Beliau menempuh pendidikan

S1 jurusan Syari‟ah di lembaga tersebut selama 4 tahun. Kegiatan belajar

mengajar di lembaga tersebut dilakukan dengan menggunakan bahasa

Arab, mengingat hampir 95% dosen pengajar berasal dari Timur Tengah.

Sebagian besar berasal dari Kerajaan Saudi Arabia, ada pula yang berasal

dari Sudan, Mesir dan Yaman. Hanya sekitar 5% dosen yang berasal dari

Indonesia. Dosen-dosen yang berasal dari Indonesia tersebut juga memiliki

kewajiban untuk menyampaikan materi kuliah di kelas dengan

menggunakan bahasa Arab.65

Begitu juga dengan guru mata pelajaran fikih di MA Tahfidzul

Qur‟an As-Surkati Salatiga, yaitu Abdul Qadir,Lc. Beliau adalah lulusan

dari Universitas Internasional Sudan Of Africa. Beliau menempuh

pendidikan di Universitas tersebut selama 5,5 tahun. Semua dosen yang

mengajar di universitas tersebut menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa

pengantar perkuliahan, sehingga secara langsung atau tidak langsung, ini

65

Suharlan, Guru mata pelajaran Fikih di MA Al-Irsyad, wawancara, 11 Desember 2014.

Page 69: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

69

akan mempengaruhi kemampuan berbahasa Arab para mahasiswa. Dengan

mendengar bahasa Arab dalam proses perkuliahan, kemampuan istima’

(mendengar) para mahasiswa akan meningkat. Begitu juga dengan

kemampuan memahami bahasa yang disampaikan. Ini belum ditambah

dengan adanya diskusi di kelas, yang tentu akan melatih kemampuan

berbicara. Begitu juga dengan kewajiban mengisi jawaban pertanyaan-

pertanyaan dalam ujian dengan menggunakan bahasa Arab.

Kemampuan bahasa Arab juga akan semakin meningkat karena

interaksi sehari-hari dengan masyarakat lokal. Dalam kehidupan sehari-

hari, masyarakat Sudan menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa

komunikasi, meskipun bahasa yang digunakan sangat kental dengan lahjah

(dialek) lokal. Akan tetapi, dalam perkuliahan di kelas, bahasa yang

digunakan adalah bahasa Arab fushah, sesuai dengan kaidah-kaidah

bahasa Arab yang ada.66

2. Kemampuan berbahasa Arab yang dimiliki oleh guru mata pelajaran

fikih.

Faktor lain yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran fikih

dengan menggunakan bahasa Arab adalah kemampuan berbahasa Arab

yang dimiliki oleh guru mata pelajaran fikih. Kemampuan ini mencakup

empat kemampuan berbahasa yaitu kemampuan mendengar, membaca,

menulis dan berbicara.

Ketika seorang guru melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas,

guru tersebut dituntut untuk berbicara pada saat menjelaskan materi yang

diajarkan. Berbicara (ceramah) adalah metode yang paling banyak

digunakan para guru pada saat melaksanakan proses kegiatan belajar

mengajar di kelas. Sehingga jika seorang guru ingin melaksanakan

kegiatan belajar mengajar dengan bahasa Arab, maka dia harus memiliki

kemampuan berbicara dengan bahasa Arab.

66 Abdul Qadir, Guru mata pelajaran Fikih di MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga,

wawancara, 14 Desember 2014.

Page 70: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

70

Seorang guru terkadang harus menulis di papan tulis untuk

menjelaskan materi yang dia sampaikan, yang mana hal ini juga

membutuhkan kemampuan menulis dengan bahasa Arab. Begitu juga

dengan kemampuan membaca dan mendengar yang dia miliki.

3. Kemampuan berbahasa Arab yang dimiliki para siswa.

Tujuan utama dari kegiatan belajar mengajar adalah memberikan

pemahaman kepada para siswa tentang materi pelajaran yang diberikan.

Seorang guru dikatakan sukses jika berhasil memberikan pemahaman yang

baik kepada siswa-siswanya. Begitu juga sebaliknya, seorang guru

dikatakan tidak sukses jika tidak mampu memberikan pemahaman yang

baik kepada para siswa-siswanya.

Proses pembelajaran fikih di kelas tidak akan bisa berjalan dengan

baik, kecuali jika para siswa mampu memahami bahasa yang digunakan

oleh para guru pengajar. Bahasa yang digunakan oleh guru sangat

mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Dengan bahasa itulah

guru bisa menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Jika ada seorang

guru yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar dalam

proses kegiatan belajar mengajar, maka harus dipastikan terlebih dahulu

bahwa para siswa bisa berkomunikasi dengan bahasa Arab. Minimalnya

siswa memiliki kemampuan mendengar bahasa Arab dengan baik. Proses

kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik, jika para siswa

tidak memahami bahasa yang digunakan oleh guru.

Kemampuan berbahasa Arab yang dimaksudkan disini adalah

kemampuan standart berbahasa sehari-hari dengan kata-kata atau kalimat

yang sederhana. Kemampuan yang cukup digunakan untuk

berkomunikasi. Adapun kata-kata atau kalimat yang sulit, maka bisa

dijelaskan oleh guru pada saat proses kegiatan belajar mengajar.

4. Peraturan sekolah.

Peraturan sekolah merupakan salah satu faktor yang sangat

menentukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran fikih dengan

menggunakan bahasa Arab. Ketika peraturan ini sudah diterapkan oleh

Page 71: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

71

sekolah, maka semua elemen yang terlibat dalam proses kegiatan belajar

mengajar akan terikat dengan peraturan yang ada.

Guru akan terikat dengan peraturan ini, sehingga dia akan berusaha

untuk menjalankan peraturan yang dijalankan sekolah. Para siswa juga

akan terdorong untuk menguasai bahasa Arab dengan cepat, karena jika

tidak menguasai bahasa Arab, sedangkan para guru menjadikan bahasa

Arab sebagai bahasa komunikasi di sekolah, maka siswa-siswa tersebut

tidak akan mampu untuk memahami pelajaran yang disampaikan di kelas.

Terkadang ada guru-guru fikih yang sudah menguasai bahasa Arab,

akan tetapi dia tidak terdorong untuk menjadikannya sebagai bahasa

pengantar di sekolah, karena tidak ada peraturan yang membatasi.

Peraturan ini bisa berlaku secara utuh. Artinya, guru dituntut untuk

mengajar dengan menggunakan bahasa Arab 100%. Tidak ada kata-kata

selain bahasa Arab yang digunakan. Jika guru ingin menjelaskan makna

kata yang sulit, dia bisa menggunakan sinonim kata atau dengan

memberikan contoh isyarat gerakan, gambar dan barang.

Peraturan juga bisa diterapkan dengan persentase. Artinya, guru

berkewajiban menyampaikan pelajaran dengan bahasa Arab, akan tetapi

dalam batasan tertentu, guru diperbolehkan menggunakan bahasa selain

bahasa Arab. Bisa dengan bahasa inggris, bahasa Indonesia atau bahasa

yang lain. Pembatasan ini bisa dilakukan dengan persentase 80% atau

batas yang lain. 80% bahasa pengantar yang digunakan guru adalah bahasa

Arab.67

67 Suharlan, Guru mata pelajaran Fikih di MA Al-Irsyad, wawancara, 11 Desember

2014.

Page 72: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

72

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Intuitif Guru Dalam

Penggunaan Bahasa Arab di Pelajaran Fikih

1. Kemampuan berbahasa Arab yang dimiliki oleh guru mata pelajaran

fikih.

Di antara faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran intuitif guru

dalam penggunaan bahasa Arab di pelajaran fikih adalah kemampuan

berbahasa Arab yang dimiliki oleh guru mata pelajaran fikih. Ketika

seorang guru mampu berbahasa Arab dengan baik, maka dia cenderung

ingin mengekspresikan kemampuan yang dia miliki dalam proses belajar

mengajar.

2. Rasa malu yang dimiliki guru, ketika tidak menggunakan bahasa

Arab dalam proses pembelajaran.

Ini dimiliki oleh para guru yang sudah memiliki kemampuan

bahasa Arab yang baik dan terikat dengan peraturan resmi yang berlaku di

sekolah. Dia akan merasa malu jika tidak menggunakan bahasa Arab

sebagai bahasa pengantar di kelas. Bagi guru tersebut, praktek penggunaan

bahasa bukan lagi hanya sebagai sebuah peraturan, akan tetapi sudah

menjadi sesuatu yang benar-benar mengikatnya. Dia tidak memerlukan

pengawasan dalam hal ini. Rasa malu yang dia miliki mendorongnya

untuk mengikuti peraturan yang dilaksanakan di sekolah. Dia akan sangat

malu jika tidak berjalan sesuai dengan peraturan yang ada.

3. Kesadaran untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Arab yang

dimiliki guru.

Proses kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan bahasa

Arab juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan

berbahasa yang dimiliki oleh seorang guru. Tidak semua orang memiliki

kemampuan berbahasa yang sama. Bisa jadi ada 2 (dua) orang memiliki

maksud sama, akan tetapi nilai atau makna yang mereka berdua sampaikan

berbeda, jika ungkapan yang disampaikan berbeda.

Begitu juga dengan kemampuan bahasa Arab. Ini juga merupakan

sebuah keterampilan. Keterampilan ini akan meningkat jika dilatih dengan

Page 73: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

73

serius. Salah satu cara melatih kemampuan bahasa Arab adalah dengan

menggunakannya secara terus-menerus dalam kehidupan sehari-hari.

Termasuk di dalamnya adalah dengan menggunakan bahasa Arab dalam

proses kegiatan belajar mengajar di kelas.

4. Kesadaran untuk membantu mengembangkan kemampuan bahasa

Arab yang dimiliki siswa.

Faktor lain yang mempengaruhi kesadaran intuitif guru dalam

menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar pelajaran fikih

adalah usaha guru untuk meningkatkan kualitas bahasa Arab yang dimiliki

para siswa. Guru merasa berkepentingan untuk mengembangkan bahasa

Arab para siswa. Guru benar-benar sadar bahwa bahasa Arab yang

dikuasai siswa akan meningkat jika bahasa tersebut digunakan.

Pengembangan bahasa Arab yang dimiliki siswa ini bertingkat-

tingkat. Ada yang sudah cukup pandai berbahasa Arab, sehingga dia hanya

membutuhkan tambahan kosa kata (mufradat) saja. Ada yang sedang-

sedang saja, sehingga dia membutuhkan banyak latihan mengungkapkan

kalimat dalam bahasa Arab. Ada juga yang penguasaan bahasa Arabnya

masih minim, sehingga dia membutuhkan perhatian penuh dalam

peningkatan kemampuan mendengar, membaca, menulis dan berbicara.

Disini peran guru sangatlah penting. Sebagai contoh, siswa yang

tidak bisa menguasai bahasa Arab sama sekali, maka siswa tersebut bisa

mulai dikenalkan dengan istilah-istilah dalam bahasa Arab, seperti fikih

(fikih), tayamum, istinja‟ dan yang lainnya. Siswa bisa diminta untuk

mendengarkan dan menirukan kata-kata tersebut. Dengan begitu dia akan

terbiasa untuk mengucapkan kata-kata Arab. Adapun siswa yang memiliki

kemampuan sedaang-sedang saja, maka guru bisa memacunya untuk

banyak berbicara dan mengungkapkan ide yang dia miliki dengan

menggunakan bahasa Arab. Adapun siswa yang kemampuan bahasa

Arabnya sudah cukup bagus, maka kemampuan itu bisa dikembangkan

dengan memberikan kosa kata (mufradat) yang sulit, sehingga

perbendaharaan kosa kata yang dia miliki akan bertambah.

Page 74: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

74

5. Kemampuan guru dalam menghafal ayat-ayat dan hadits-hadits

hukum.

Kemampuan guru dalam menghafal ayat-ayat dan hadits-hadits

hukum juga mempengaruhi kesadaran intuitif guru. Guru yang memiliki

hafalan ayat-ayat dan hadits-hadits hukum cenderung lebih mudah

berbicara dengan bahasa Arab, mengingat dalil-dalil tersebut

menggunakan bahasa Arab. Selain itu, hafalan dalil-dalil juga dapat

membantu kelancaran berbicara dengan bahasa Arab.

6. Kemampuan guru untuk mentelaah kitab-kitab referensi fikih.

Faktor lain yang juga berpengaruh adalah kemampuan guru dalam

mentelaah kitab-kitab referensi (maraji’). Guru yang memiliki

kemampuan dalam mentelaah kitab berbahasa Arab, cenderung lebih

mudah berbicara dengan bahasa Arab. Terkadang guru tersebut akan

menggunakan ungkapan-ungkapan yang ada dalam kitab sehingga kalimat

yang dia sampaikan sangat indah dan bagus. Bahkan seorang guru bisa

menghafal kalimat-kalimat yang ada dalam kitab secara utuh dan

kemudian dia tinggal mengungkapkan kalimat-kalimat tersebut

berdasarkan hafalan yang dia miliki.

Page 75: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

75

D. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Proses Pembelajaran Fikih

Dengan Menggunakan Bahasa Arab

1. Beberapa istilah fikih yang cukup sulit difahami.

Terkadang ada kata-kata dalam bahasa Arab yang cukup sulit

untuk difahami oleh siswa. Kata-kata yang sulit untuk dicari sinonim atau

muradifnya. Akan tetapi kata-kata ini ada dalam buku ajar yang

digunakan. Contohnya adalah kata ar-rahn, as-salam dan kata-kata

lainnya. Ketika penulis menyaksikan proses kegiatan belajar mengajar

yang dilakukan oleh Suharlan,Lc di kelas 11 MA Al-Irsyad Tengaran,

nampak sekali jika para siswa kesulitan sekali untuk memahami makna

kata ar-rahn. Setelah guru begitu lama menjelaskan makna istilah tersebut,

baru kemudian guru terpaksa menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan

ar-rahn adalah gadai.

Hal seperti ini menyebabkan proses kegiatan belajar mengajar fikih

dengan bahasa Arab menjadi terkendala. Guru terpaksa mengartikan

makna kata yang sedang dikaji dengan cara menterjemahkan, dikarenakan

sulitnya mendefinisikan atau menjelaskan makna kata yang dimaksud.

2. Kecenderungan sifat pasif dari para siswa penghafal al-qur’an.

Hal lain yang bisa menjadi kendala adalah kecenderungan pasif

dari para siswa penghafal al-Qur‟an. Abdul Qadir menyatakan bahwa para

siswa penghafal al-Qur‟an memiliki kecenderungan untuk menjadi pribadi

yang pendiam dan tidak banyak berbicara.68

Ini sangat dipengaruhi oleh

rutinitas menghafal yang memerlukan konsentrasi tinggi. Para penghafal

al-Qur‟an lebih suka tidak berbicara banyak karena mereka sibuk dengan

murajaah hafalan yang mereka miliki.

Hal ini tentu tidak sejalan dengan metode pembelajaran bahasa

yang memerlukan keaktifan penuh dari para siswa, diantaranya adalah

keaktifan dalam berbicara. Padahal jika hafalan al-Qur‟an bisa berjalan

berbarengan dengan keinginan kuat untuk menguasai bahasa Arab, maka

68 Abdul Qadir, Guru mata pelajaran Fikih di MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga,

wawancara, 14 Desember 2014.

Page 76: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

76

itu adalah sesuatu yang sangat bermanfaat. Siswa bisa terbantu untuk

menghafal al-qur‟an, mengingat al-Qur‟anditurunkan dengan bahasa Arab.

Begitu juga siswa dapat dapat menggunakan uslub kalam (metode

pengungkapan kalimat) yang ada dalam al-qur‟an.

3. Siswa yang kurang bersemangat untuk menggunakan berbahasa

Arab.

Faktor ketiga ini berkaitan erat dengan kesadaran yang dimiliki

oleh para siswa. Siswa masih belum faham dengan manfaat bahasa Arab.

Para siswa belum menyadari bahwa bahasa Arab memiliki hubungan yang

sangat erat dengan pelajaran fikih.

Page 77: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

77

BAB. V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi yang penulis uraikan pada bab sebelumnya dan

pengamatan yang dilakukan di MA Al-Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul

Qur‟an As-Surkati, maka dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya:

1. Pelaksanaan pembelajaran fikih dengan menggunakan bahasa Arab di

MA Al-Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga

berjalan dengan baik. Guru mapel fikih menggunakan bahasa Arab sebagai

bahasa pengantar di kelas, meskipun hal ini belum berjalan 100%. Dalam

beberapa kondisi tertentu, guru tidak menjelaskan materi pelajaran dengan

menggunakan bahasa Arab, tetapi dengan menggunakan bahasa Indonesia,

dikarenakan para siswa kesulitan dalam memahami makna kata yang

dimaksud. Pelaksanaan pembelajaran fikih dengan menggunakan bahasa

Arab di MA Al-Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati

Salatiga sangat dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa Arab yang

dimiliki oleh guru, kemampuan berbahasa Arab yang dimiliki oleh siswa

dan kebijakan keharusan menggunakan bahasa Arab yang diterapkan oleh

sekolah.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran intuitif Guru dalam

penggunaan bahasa Arab di pelajaran ikih adalah: kemampuan berbahasa

Arab yang dimiliki oleh guru mata pelajaran fikih dan rasa malu yang

dimiliki guru ketika tidak menggunakan bahasa Arab dalam proses

pembelajaran. Selain itu kesadaran untuk meningkatkan kemampuan

berbahasa Arab yang dimiliki guru, kesadaran untuk membantu

mengembangkan kemampuan bahasa Arab yang dimiliki siswa,

kemampuan guru dalam menghafal ayat-ayat dan hadits-hadits hukum,

serta kemampuan guru untuk mentelaah kitab-kitab referensi fikih juga

merupakan bagian dari faktor-faktor yang sangat berpengaruh.

Page 78: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

78

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di MA Al-Irsyad Tengaran

dan MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga, maka penulis memberikan

saran yang mungkin dapat meningkatkan mutu dan kualitas pelaksanaan

kegiatan pembelajaran fikih dengan menggunakan bahasa Arab:

1. Perlu adanya dukungan penuh dari sekolah, terutama kepala sekolah dan

wakil kepala sekolah bidang kurikulum, dalam pelaksanaan pembelajaran

fikih dengan menggunakan bahasa Arab.

2. Di setiap kelas perlu disediakan kamus bahasa Arab seperti Mu’jam

Wasith atau Al-Munjid. Atau minimalnya disediakan kamus Arab-

Indonesia seperti kamus Al-Munawir atau kamus M. Yunus. Adanya

kamus di kelas ini akan membantu para guru untuk mengetahui makna

kata sulit yang didapati pada saat proses kegiatan belajar mengajar.

3. Sebaiknya guru menyiapkan alat peraga dalam bentuk gambar atau barang

untuk menjelaskan makna kata-kata sulit yang didapati dalam proses

kegiatan belajar mengajar. Hal ini tentu memancing guru untuk benar-

benar menguasai materi atau bahan ajar yang akan disampaikan di kelas.

4. Perlu adanya pemberian motivasi terus-menerus dari guru kepada siswa

tentang pentingnya bahasa Arab bagi siapa saja yang ingin mendalami

ilmu syariat. Memberikan pemahaman kepada siswa bahwa ada hubungan

yang sangat kuat antara pelajaran fikih dengan bahasa Arab.

Page 79: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

79

Daftar Pustaka

Buku:

Abdullah Hamud Aba Khail, Sulaiman. Muqaddimah Fii Al-Fikih. Riyadh: Darul

Ashimah, 1997.

Ahmadi, Abu. Psikologi Umum, Jakarta, Rineka Cipta, 2003.

Al-Anbari, Abdurrahman. Nuzhatul Alibba’ fi Thobaqootil Udaba’. Al-Qahirah:

Darul Fikri Al- Arabi, 1998.

Al-Baihaqi. Manaaqibusy Syafi’i. Al- Qahirah: Daru At-Turats,1970.

Al-Baghdadi, Al-Khathib. Al-Jaami’ li Akhlaaqir Rowi wa Adaabis Saami’.

Beirut, tanpa tahun.

Al-Busti, Ibnu Hibban. Roudhatul Uqala’. As-Syariqah: Darul Fath, tanpa tahun.

Al-Hanbali, Ibnu Rajab. Fathul Baari Fii Syarhi Shahih Al-Bukhari. Kairo: Daru

Ibni Al- Jauzi, 1425 H.

Alimi, Ahmad. Ushulu al-fikih asasiyatun wa mabadi’. Beirut: Daru Ibni Hazm,

2001.

Al-Jazari, Ibnu Al-Atsir. Jaami’ul Ushul fii Ahaaditsir Rasul. Maktabah Darul

Bayan, 1969.

Al-Qatthan, Manna‟. Mabahits fii Ulumil Qur’an. Beirut: Muassasah Ar-Risalah,

2009.

Arsyad, Azhar. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2010.

At-Thahhan, Mahmud. Taisir Musthalah Hadits. Riyadh: Maktabah Darul

Ma‟arif, 1987.

Djojosuroto, Kinayati. Filsafat Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,

2007.

Hermawan, Acep. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung:

Rosdakarya, 2011.

Ismail bin Katsir Al-Qurasyi Ad-Dimasyqi, Abul Fida‟. Tafsir al-Qur’an al-

Adhim. Beirut: Muassasah Ar-Rayyan, tanpa tahun.

J.P Chaplin. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.

Ladislaus, Naisaban. Psikologi Jung. Jakarta: Grasindo, 2003.

Masnur Muslich, I Gusti Ngurah Oka. Perencanaan Bahasa Pada Era

Globalisasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

Nuha, Ulin. Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab. Jogyakarta:

Diva Press, 2012.

Page 80: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

80

Quddamah, Ibnu. Raudhatun Nadhir wa Junnatul Munadhir. Riyadh: Daru

Zahim, tanpa tahun.

Suharso, Ana Retnoningsih. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya

Karya, 2009.

Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Muhyidin Abu Zakariya. Syarah Shahih Muslim,

Beirut: Darul Qalam,1987.

Penelitian:

Hasanah, Ma‟rufatul. Penggunaan Bilingual dalam Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di Kelas X SMAN 1 Sooko, Mojokerto: 2004

Hindun, Siti. Pengaruh Profesionalisme Guru Terhadap Hasil Belajar Siswa

(Studi Kasus Kelas V di Al-Fath Elementary School Cireundeu), Jakarta: Fakultas

Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2007.

Rosmalia. Kesadaran Intuitif Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap

Penggunaan Media Pembelajaran (Studi Kasus Di Empat Sekolah Menengah

Pertama Jakarta Selatan). Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2003.

Santi, Paramitha. Efektifitas Penggunaan Media Gambar Dalam Pembelajaran

Fikih di MTs.N 19. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2001.

Internet: http://adidesu.wordpress.com/2012/03/02/definisi-bahasa-menurut-para-ahli

(27/01/2014)

http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa (15/12/2013)

http://innerself.com/id/content/self-help/intuition/6031-awareness-a-

intuition.html/1999 (28/01/2014)

http://lib.uin-malang.ac.id (28/03/14)

http://rininoviati-math.blogspot.com/2013/01/artikel-pendidikan.html(28/01/2014)

http://tugasmanajemen.blogspot.com/2011/03/pengertian-bahasa-fungsi-bahasa-

ragam.html (28/01/2014)

http://www.academia.edu/1422547/penggunaan media pembelajaram untuk

meningkatkan motivasi siswa (03/01/2014)

http://www.tipsmu-tipsku.com/2012/01/manfaat-dan-cara-mengembangkan-

intuisi (28/01/2014)

Page 81: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

81

Lampiran 1: Pedoman Wawancara

Daftar Responden

No. Nama Keterangan

1 M. Syi‟aruddin, Lc Kepala MA Al-Irsyad Tengaran

2 Abda Lail Isro, S.Pd Kepala MA As-Surkati Salatiga

3 Suharlan, Lc Guru Mapel Fikih MA Al-Irsyad Tengaran

4 Abdul Qadir, Lc Guru Mapel Fikih MA As-Surkati Salatiga

Indikator Pertanyaan

No. Indikator Pertanyaan

1 Latar belakang

pendidikan bahasa arab

a. Dimanakah bapak/ibu memperoleh

pendidikan bahasa arab?

b. Apakah bapak atau ibu merasa memiliki 4

kemampuan berbahasa dengan baik?

(Berbicara, mendengar, menulis, membaca)

2 Motivasi dalam

menggunakan bahasa

arab di KBM pelajaran

fikih

a. Apakah alasan bapak/ ibu menggunakan

bahasa arab dalam KBM pelajaran fikih?

b. Apakah bahasa arab merupakan bahasa

pengantar yang wajib di sekolah tempat

bapak/ibu mengajar?

c. Apakah bapak/ ibu merasa nyaman dan

lebih mudah menggunakan bahasa arab

sebagai bahasa pengantar dalam pelajaran

fikih? Mengapa?

d. Apakah bapak/ ibu merasa malu jika tidak

dapat menjelaskan materi fikih dengan

menggunakan bahsa arab? Mengapa?

3 Habituasi penggunaan a. Apakah bapak/ ibu menggunakan bahasa

Page 82: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

82

bahasa arab arab dalam proses KBM mata pelajaran fikih?

b. Penggunaan bahasa arab tersebut. Apakah

merupakan sebuah kesadaran ataukah sebuah

tuntutan dari bagian kurikulum?

4 Manfaat penggunaan

bahasa arab di pelajaran

fikih

a. Menurut bapak/ ibu, apakah manfaat dari

penggunaan bahasa arab dalam KBM

pelajaran fikih?

b. Menurut bapak/ ibu, apakah manfaat dari

penggunaan bahasa arab dalam KBM fikih

bisa didapatkan jika bahasa pengantar yang

digunakan adalah bahasa indonesia?

5 Faktor kesulitan a. Apakah bapak/ ibu merasa kesulitan dalam

menyampaikan pelajaran fikih dengan

menggunakan bahasa arab?

b. Apakah kesulitan- kesulitan yang bapak/

ibu dapatkan?

6 Faktor kemudahan a. Apakah bapak/ ibu merasa mudah dalam

menyampaikan pelajaran fikih dengan

menggunakan bahasa arab?

b. Apakah kemudahan- kemudahan yang

bapak/ ibu dapatkan?

7 Efektifitas penggunaan

bahasa arab dalam

pelajaran fikih

a. Menurut bapak/ ibu, apakah penggunaan

bahasa arab sebagai bahasa pengantar di

pelajaran fikih sudah cukup efektif? Dalam

hal apa saja?

b. Menurut bapak/ibu, apakah penggunaan

bahasa arab dalam pelajaran fikih itu harus

dilakukan 100%? Jika tidak, hal- hal apa saja

yang harus dilakukan pembatasan (dengan

bahasa indonesia)? Mengapa?

Page 83: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

83

Daftar Pertanyaan:

A. Pertanyaan untuk Kepala Madrasah :

1. Apakah keunikan-keunikan dan corak Madrasah yang tidak dimiliki

sekolah lain?

2. Apakah penggunaan bahasa arab di kelas bagi guru merupakan sebuah

kesadaran ataukah sebuah tuntutan dari bagian kurikulum?

3. Menurut bapak/ibu, apakah manfaat dari penggunaan bahasa arab dalam

KBM pelajaran fikih?

4. Apakah bahasa arab merupakan bahasa pengantar yang wajib di sekolah

bapak/ibu?

5. Menurut bapak/ibu, apakah penggunaan bahasa Arab dalam pelajaran fikih

itu harus dilakukan 100%? Jika tidak, hal- hal apa saja yang harus

dilakukan pembatasan (dengan bahasa indonesia)? Mengapa?

B. Pertanyaan untuk guru :

1. Dimanakah bapak/ibu memperoleh pendidikan bahasa Arab?

2. Apakah bapak atau ibu merasa memiliki 4 kemampuan berbahasa dengan

baik? (berbicara, mendengar, menulis, membaca)

3. Apakah bahasa Arab merupakan bahasa pengantar yang wajib di sekolah

tempat bapak/ibu mengajar?

4. Apakah bapak/ ibu menggunakan bahasa Arab dalam proses KBM mata

pelajaran fikih?

5. Apakah alasan bapak/ ibu menggunakan bahasa Arab dalam KBM

pelajaran fikih?

6. Apakah bapak/ ibu merasa nyaman dan lebih mudah menggunakan bahasa

Arab sebagai bahasa pengantar dalam pelajaran fikih? Mengapa?

7. Apakah bapak/ ibu merasa malu jika tidak dapat menjelaskan materi fikih

dengan menggunakan bahasa Arab? Mengapa?

8. Penggunaan bahasa Arab tersebut. Apakah merupakan sebuah kesadaran

ataukah sebuah tuntutan dari bagian kurikulum?

Page 84: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

84

9. Menurut bapak/ ibu, apakah manfaat dari penggunaan bahasa Arab dalam

KBM pelajaran fikih?

10. Menurut bapak/ ibu, apakah manfaat dari penggunaan bahasa Arab dalam

KBM fikih bisa didapatkan jika bahasa pengantar yang digunakan adalah

bahasa indonesia?

11. Apakah bapak/ ibu merasa kesulitan dalam menyampaikan pelajaran fikih

dengan menggunakan bahasa Arab?

12. Apakah kesulitan- kesulitan yang bapak/ ibu dapatkan?

13. Apakah bapak/ ibu merasa mudah dalam menyampaikan pelajaran fikih

dengan menggunakan bahasa Arab?

14. Apakah kemudahan- kemudahan yang bapak/ ibu dapatkan?

15. Menurut bapak/ ibu, apakah penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa

pengantar di pelajaran fikih sudah cukup efektif? Dalam hal apa saja?

16. Menurut bapak/ibu, apakah penggunaan bahasa Arab dalam pelajaran fikih

itu harus dilakukan 100%? Jika tidak, hal- hal apa saja yang harus

dilakukan pembatasan (dengan bahasa indonesia)? Mengapa?

Page 85: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

85

Lampiran 2:

Pedoman Dokumentasi

1. Sejarah dan Letak Geografis MA Al-Irsyad Tengaran

2. Identitas Madrasah

3. Visi Dan Misi

4. Struktur Organisasi

5. Target Kompetensi Lulusan

6. Prestasi Yang Pernah Diraih

Page 86: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

86

Lampiran 3:

Pedoman Observasi

1. Mengamati kegiatan belajar mengajar fikih di kelas

Page 87: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

87

Lampiran 4:

Catatan Lapangan I

Metode Pengumpulan Data : Wawancara

Hari/ tanggal : Kamis, 11 Desember 2014

Waktu : 13.00-14.15 WIB

Lokasi : RM Mina Kencana Kembang Sari Tengaran

Sumber Data : Suharlan, Lc

No. Pertanyaan Jawaban

1 Dimanakah bapak/ibu

memperoleh pendidikan bahasa

Arab?

MTS Al-Irsyad Tengaran, MA Al-

Irsyad, LIPIA Jakarta

2 Apakah bapak atau ibu merasa

memiliki 4 kemampuan berbahasa

dengan baik? (Berbicara,

mendengar, menulis, membaca)

Bisa

3 Apakah bahasa Arab merupakan

bahasa pengantar yang wajib di

sekolah tempat bapak/ibu

mengajar?

Benar. Khususnya untuk pelajaran-

pelajaran agama seperti fikih, usul

fikih, hadits dan yang lainnya

4 Apakah bapak/ ibu menggunakan

bahasa Arab dalam proses KBM

mata pelajaran fikih?

Benar

5 Apakah alasan bapak/ ibu

menggunakan bahasa Arab dalam

KBM pelajaran fikih?

Buku-buku fikih yang berbahasa

Arab, adanya kewajiban dari bagian

kurikulum, pembiasaan kepada siswa

agar memahami agama dari bahasa

aslinya (Arab), tidak perlu

menterjemahkan

Page 88: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

88

6 Apakah bapak/ ibu merasa

nyaman dan lebih mudah

menggunakan bahasa Arab

sebagai bahasa pengantar dalam

pelajaran fikih? Mengapa?

Lebih mudah dan nyaman, karena

dalil-dalil fikih bersumber dari Al-

Qur‟andan As-Sunnah yang

menggunakan bahasa Arab. Selain itu

tidak perlu menjelaskan dalil-dalil ke

bahasa Indonesia

7 Apakah bapak/ ibu merasa malu

jika tidak dapat menjelaskan

materi fikih dengan menggunakan

bahsa Arab? Mengapa?

Merasa malu, karena lulusan

pesantren (selama 6 tahun) dan bisa

berbahasa Arab. Kenapa tidak

digunakan?

8 Penggunaan bahasa Arab tersebut,

apakah merupakan sebuah

kesadaran ataukah sebuah

tuntutan dari bagian kurikulum?

Kedua-duanya. Kewajiban dari

sekolah dan juga kesadaran para guru,

mengingat seluruh guru maple agama

adalah lulusan Timur Tengah

(Madinah, Sudan, Mesir dan LIPIA

Jakarta)

9 Menurut bapak/ ibu, apakah

manfaat dari penggunaan bahasa

Arab dalam KBM pelajaran fikih?

Pembiasaan untuk siswa sehingga bisa

menggunakan bahasa Arab dalam sesi

tanya jawab, diskusi dan lain-lain,

lebih mudah dalam memahami materi

fikih mengingat sumber materi

pelajaran menggunakan bahasa Arab,

menghemat waktu yang seharusnya

digunakan untuk menterjemahkan

dalil-dalil, membiasakan diri siswa

untuk menghadapi jenjang belajar

yang lebih tinggi (kuliah di Timur

Tengah), kemampuan guru akan

menular ke siswa.

Page 89: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

89

10 Menurut bapak/ ibu, apakah

manfaat dari penggunaan bahasa

Arab dalam KBM fikih bisa

didapatkan jika bahasa pengantar

yang digunakan adalah bahasa

indonesia?

Tidak bisa

11 Apakah bapak/ ibu merasa

kesulitan dalam menyampaikan

pelajaran fikih dengan

menggunakan bahasa Arab?

Ada, akan tetapi tidak banyak,

meskipun sebagian materi

memerlukan pendalaman khusus dari

kitab atau buku-buku asli di setiap

madzhab

12 Apakah kesulitan- kesulitan yang

bapak/ ibu dapatkan?

Kata-kata sulit (harus merujuk ke

kitab asli), kata-kata atau istilah baru

yang tidak ada dalam kitab-kitab

kuno, kendala dalam memahamkan

makna kata sulit tersebut kepada

siswa

13 Apakah bapak/ ibu merasa mudah

dalam menyampaikan pelajaran

fikih dengan menggunakan bahasa

Arab?

Mudah Alhamdulillah. Minimal 80%

pelajaran fikih harus disampaikan

dalam bahasa Arab, mengingat hak

setiap siswa untuk memahami buku

ajar (yang menggunakan bahasa Arab)

14 Apakah kemudahan- kemudahan

yang bapak/ ibu dapatkan?

Hafalan ayat-ayat hukum, hafalan

hadits-hadits hukum, banyaknya

referensi kitab fikih

15 Menurut bapak/ ibu, apakah

penggunaan bahasa Arab sebagai

bahasa pengantar di pelajaran

fikih sudah cukup efektif? Dalam

Cukup efektif. Pada saat siswa

berpidato dia akan mudah

menyebutkan dalil-dalil, siswa lebih

mudah menjelaskan hukum-hukum

Page 90: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

90

hal apa saja? fikih, karena siswa mampu merujuk

ke dalil-dalil atau kitab-kitab

referensi, memudahkan dalam

melaksanakan beberapa ritual ibadah

(shalat dan lain-lain), menghemat

waktu

16 Menurut bapak/ibu, apakah

penggunaan bahasa Arab dalam

pelajaran fikih itu harus dilakukan

100%? Jika tidak, hal- hal apa saja

yang harus dilakukan pembatasan

(dengan bahasa indonesia)?

Mengapa?

Idealnya iya. Akan tetapi jika tidak

bisa, minimalnya 80%. Kata-kata sulit

dalam bahasa Arab harus

diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia secara langsung

Page 91: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

91

Catatan Lapangan II

Metode Pengumpulan Data : Wawancara

Hari/ tanggal : Ahad, 14 Desember 2014

Waktu : 07.05- 07.40 WIB

Sumber Data : Abdul Qadir, Lc

No. Pertanyaan Jawaban

1 Dimanakah bapak/ibu

memperoleh pendidikan bahasa

Arab?

MI di Bima, MTS Muhammadiyah di

Bima, Mualimin Muhammadiyah

Jogya, Ma‟had Ali Al-Birr Makasar,

Universitas Internasional Sudan Of

Africa

2 Apakah bapak atau ibu merasa

memiliki 4 kemampuan berbahasa

dengan baik? (Berbicara,

mendengar, menulis, membaca)

Alhamdulillah baik

3 Apakah bahasa Arab merupakan

bahasa pengantar yang wajib di

sekolah tempat bapak/ibu

mengajar?

Tidak, hanya dianjurkan

4 Apakah bapak/ ibu menggunakan

bahasa Arab dalam proses KBM

mata pelajaran fikih?

Sering

5 Apakah alasan bapak/ ibu

menggunakan bahasa Arab dalam

KBM pelajaran fikih?

Referensi asli (Al-Qur‟andan As-

Sunnah) menggunakan bahasa Arab,

agar siswa bisa langsung faham dan

mengetahui perkataan asli para ulama,

agar bahasa Arab siswa meningkat,

melatih siswa dalam membaca dan

mentelaah kitab, meningkatkan

kemampuan menyusun kalimat

(ta‟bir), agar bahasa Arab menyebar

6 Apakah bapak/ ibu merasa

nyaman dan lebih mudah

menggunakan bahasa Arab

sebagai bahasa pengantar dalam

Sangat nyaman, karena berbicara

dengan bahasa Arab sudah menjadi

kebiasaan sehari-hari

Page 92: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

92

pelajaran fikih? Mengapa?

7 Apakah bapak/ ibu merasa malu

jika tidak dapat menjelaskan

materi fikih dengan menggunakan

bahsa Arab? Mengapa?

Iya, karena saya bisa berbahasa Arab

8 Penggunaan bahasa Arab tersebut,

apakah merupakan sebuah

kesadaran ataukah sebuah

tuntutan dari bagian kurikulum?

Kesadaran untuk mengembangkan diri

sekaligus niat berdakwah

9 Menurut bapak/ ibu, apakah

manfaat dari penggunaan bahasa

Arab dalam KBM pelajaran fikih?

Banyak sekali, seperti point ke 5

10 Menurut bapak/ ibu, apakah

manfaat dari penggunaan bahasa

Arab dalam KBM fikih bisa

didapatkan jika bahasa pengantar

yang digunakan adalah bahasa

indonesia?

Tergantung dari kesadaran siswa

11 Apakah bapak/ ibu merasa

kesulitan dalam menyampaikan

pelajaran fikih dengan

menggunakan bahasa Arab?

Iya, siswa yang kurang bersemangat

dalam berbahasa Arab, materi-materi

yang sulit seperti bab zakat dan waris

12 Apakah kesulitan- kesulitan yang

bapak/ ibu dapatkan?

Siswa pesantren tahfidz cenderung

pasif

13 Apakah bapak/ ibu merasa mudah

dalam menyampaikan pelajaran

fikih dengan menggunakan bahasa

Arab?

Iya

14 Apakah kemudahan- kemudahan

yang bapak/ ibu dapatkan?

Bahasa Arab semakin meningkat dan

bagus

15 Menurut bapak/ ibu, apakah

penggunaan bahasa Arab sebagai

bahasa pengantar di pelajaran

fikih sudah cukup efektif? Dalam

hal apa saja?

Cukup efektif, karena ini merupakan

sebuah program besar untuk sebuah

tujuan yang sangat besar

16 Menurut bapak/ibu, apakah

penggunaan bahasa Arab dalam

pelajaran fikih itu harus dilakukan

Materi tentang zakat dan waris, karena

sulitnya istilah-istilah yang ada

Page 93: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

93

100%? Jika tidak, hal- hal apa saja

yang harus dilakukan pembatasan

(dengan bahasa indonesia)?

Mengapa?

Page 94: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

94

Catatan Lapangan III

Metode Pengumpulan Data : Wawancara

Hari/ tanggal : Sabtu, 6 Desember 2014

Waktu : 09.00- 09.45 WIB

Sumber Data : M. Syi‟aruddin, Lc

No. Pertanyaan Jawaban

1 Apakah keunikan-keunikan dan

corak Madrasah yang tidak dimiliki

sekolah lain?

Pemisahan antara siswa dan

siswi, larangan isbal, kewajiban

memanjangkan jenggot,

kewajiban menggunakan bahasa

arab dalam komunikasi sehari-

hari, adanya native speaker dari

KSA, adanya kelas matrikulasi,

nilai afektif menentukan kenaikan

kelas siswa, kurikulum perpaduan

antara kurikulum KSA dan

Depag, siswa yang terbukti

menyontek saat UKK akan

mendapatkan sanksi tidak naik

kelas

2 Apakah penggunaan bahasa arab di

kelas bagi guru merupakan sebuah

kesadaran ataukah sebuah tuntutan

dari bagian kurikulum?

Tuntutan dari kurikulum. Akan

tetapi mayoritas guru sudah sadar

dengan sendirinya

3 Menurut bapak/ibu, apakah manfaat

dari penggunaan bahasa arab dalam

KBM pelajaran fikih?

Melatih siswa dalam mengasah

kemampuan berbahasa, lebih

mudah untuk menguasai literatur

kitab-kitab klasik

4 Apakah bahasa arab merupakan

bahasa pengantar yang wajib di

sekolah bapak/ibu?

Wajib untuk pelajaran-pelajaran

agama

5 Menurut bapak/ibu, apakah

penggunaan bahasa Arab dalam

pelajaran fikih itu harus dilakukan

100%? Jika tidak, hal- hal apa saja

yang harus dilakukan pembatasan

(dengan bahasa indonesia)?

Mengapa?

Idealnya harus, akan tetapi ketika

didapati kata-kata yang sulit

untuk dimengerti, maka tidak

mengapa menggunakan bahasa

lain (inggris atau Indonesia)

Page 95: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

95

Lampiran 5: Nota Pembimbing

Page 96: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

96

Lampiran 6: Lembar Konsultasi Pembimbing

Page 97: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

97

Lampiran 7: Surat Ijin Penelitian

Page 98: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

98

Lampiran 8: Foto Kegiatan Pembelajaran di kelas

Page 99: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

99

Page 100: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

100

Lampiran 9: Data Identitas Sekolah

Page 101: BAB. I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/68/1/Ujang Pramudhiarto_M1.11.043.pdf · berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan

101

Lampiran 10: Biografi Penulis

Nama : Ujang Pramudhiarto

NIM : M1. 11. 043

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat dan tanggal lahir : Rembang, 8 September 1981

Alamat : Pancur, RT XI RW 01 Desa Pancur, Kecamatan

Pancur, Kabupaten Rembang, 59262

Email : [email protected].

No. Hp : 085741328706

Program studi : Pendidikan Agama Islam

Konsentrasi : Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 1 Pancur Rembang Lulus tahun 1992

2. SMP Negeri Pancur Rembang Lulus tahun 1995

3. SMU Negeri 1 Rembang Lulus tahun 1998

4. I‟dad Lughawi dan I‟dad Diny Pesantren Islam Al-Irsyad Tengaran Lulus tahun

2001

5. S1 PAI STAI Indonesia Jakarta Lulus tahun 2009

6. S1 Syariah LIPIA Jakarta Lulus tahun 2010

7. S2 PAI IAIN Salatiga Lulus tahun 2015