BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara maju dan berkembang. Penyakit ini dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu gangguan fungsi jantung, gangguan struktur jantung, infeksi dan non inflamasi, serta gangguan system vascular ( Brunner dan Suddarth, 2002 ). Secara umum penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian utama di berbagai penjuru dunia. Pada tahun 2005, di Amerika diperkirakan 12,4 juta orang menderita penyakit ini, dan 1,1 juta diantaranya menjadi serius. Fenomena yang sama juga terjadi di Indonesia. Prevalensi penyakit jantung di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1995 penyakit kardiovaskuler mencapai 24,5%, proporsi penyakit ini meningkat pesat dibandingkan hasil survey tahun 1980, 1986 dan 1992. Bahkan diperkirakan sampai tahun 2006 penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama kematian di Indonesia ( http :// www. Pd.persi. co.id/? show, 19 Januari 2007 ). Peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat membawa dampak terhadap perubahan gaya hidup masyarakat, antara lain (1) jumlah perokok 34
47
Embed
BAB I PENDAHULUANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2007-sarinti... · diketahui. Kardiomiopati mempengaruhi struktur dan fungsi jantung. Kardiomiopati digolongkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan masyarakat di
negara maju dan berkembang. Penyakit ini dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu
gangguan fungsi jantung, gangguan struktur jantung, infeksi dan non inflamasi,
serta gangguan system vascular ( Brunner dan Suddarth, 2002 ). Secara umum
penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian utama di berbagai
penjuru dunia. Pada tahun 2005, di Amerika diperkirakan 12,4 juta orang
menderita penyakit ini, dan 1,1 juta diantaranya menjadi serius. Fenomena yang
sama juga terjadi di Indonesia. Prevalensi penyakit jantung di Indonesia semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah
Tangga Depkes RI tahun 1995 penyakit kardiovaskuler mencapai 24,5%, proporsi
penyakit ini meningkat pesat dibandingkan hasil survey tahun 1980, 1986 dan
1992. Bahkan diperkirakan sampai tahun 2006 penyakit kardiovaskuler
merupakan penyebab utama kematian di Indonesia ( http :// www. Pd.persi.
co.id/? show, 19 Januari 2007 ).
Peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat membawa dampak
terhadap perubahan gaya hidup masyarakat, antara lain (1) jumlah perokok
34
35
meningkat terutama usia remaja dan dewasa, (2) perubahan pola makan kearah
tinggi lemak dan banyak mengandung kolesterol dan alkohol. Hal ini berpengaruh
terhadap perubahan pola demografi dan perubahan ekologi di negara-negara
tropik sedang berkembang. Merokok dapat mengakibatkan penyempitan
pembuluh darah koroner, gangguan irama jantung dan hipertensi. Sedangkan
kolesterol dalam darah akan menimbulkan timbunan lemak yang disebut “plak”
pada dinding pembuluh darah koroner, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
serangan jantung ( Ulfah R, dkk, 2001 ). Di sisi lain, dalam era industrialisasi
manusia dituntut untuk bekerja 24 jam sehingga dapat menimbulkan stress yang
berkepanjangan. Semua itu dapat memicu terjadinya penyakit kardiovaskuler.
Faktor risiko penyakit kardiovaskuler dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. Faktor risiko yang dapat
diubah adalah kadar lemak dalam darah, tekanan darah tinggi, merokok, kencing
manis, obesitas, kurang aktifitas jasmani, stress, dan asam urat yang tinggi.
Faktor risiko yang tidak dapat diubah mencakup jenis kelamin, umur, dan riwayat
keluarga ( Ulfah R, 2000 ).
Penyakit kardiovaskuler yang paling sering terjadi di Rumah Sakit Umum
(RSU) Tugurejo adalah gangguan fungsi jantung. Kejadian penyakit gangguan
fungsi jantung di ruang perawatan intensif RSU Tugurejo Semarang cukup tinggi.
Sejak bulan Januari hingga September 2006 tercatat 90 orang penderita, atau
rerata per bulan mencapai 10 orang (20,74%) dengan angka kematian mencapai
24 orang, atau rerata per bulan 2,67 orang (29,47%). Angka ini tidak menyimpang
36
jauh dari angka kematian di seluruh Indonesia (Catatan Rekam Medis ICCU RSU
Tugurejo, 2006).
Perawatan pasien dengan gangguan fungsi jantung disesuaikan dengan
jenis penyakitnya. Secara umum, perawatan pasien gangguan fungsi jantung
bertujuan untuk memperbaiki hemodinamik, mengurangi kecemasan,
meningkatkan konsep diri, menghilangkan rasa nyeri, mencukupi kebutuhan
oksigen, menjaga kenormalan pola eliminasi dan mencegah kematian (Faqih R,
2006; Brunner & Suddarth, 2002). Tercapainya tujuan ini akan memperpendek
waktu (hari) perawatan di ruang intensif, untuk selanjutnya pasien dirawat di
ruang HND ( high nursing dependent ).
Lama rawat merupakan rentang waktu sejak pasien masuk hingga keluar
dari rumah sakit. Rerata lama rawat merupakan akumulasi hari perawatan masing-
masing pasien (hidup dan mati) dibagi jumlah pasien keluar (hidup dan mati).
Rerata lama rawat merupakan indikator untuk mengukur efisiensi pelayanan
rumah sakit (Depkes RI, 1995). Disamping itu, lama rawat berdampak terhadap
biaya perawatan. Pengendalian terhadap factor-faktor yang mempengaruhi lama
rawat dapat membantu meringankan biaya yang harus dikeluarkan oleh keluarga
pasien. Lama rawat pasien dengan gangguan fungsi jantung di RSU Tugurejo
berkisar antara 1 hingga 5 hari dengan rerata 3 hari ( Catatan Rekam Medis ICCU
RSU Tugurejo, 2006 ). Variasi lama rawat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain keparahan penyakit, mekanisme koping, jenis penyakit, mutu
pelayanan dan status akhir pasien.
37
Kecemasan merupakan rasa tidak nyaman sebagai bentuk manifestasi rasa
ketakutan akan kehilangan sesuatu yang penting atau terjadinya peristiwa buruk
dari kondisi yang ada sekarang (Stuart & Sundeen, 1995). Bila kondisi ini
berlangsung lama dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan, antara lain
lemas, pingsan, atau dapat memperburuk keadaan. Kecemasan yang berlarut-larut
dan tidak terkendali dapat mendorong terjadinya respon defensif sehingga
menghambat mekanisme koping yang adaptif (Stuart dan Sundeen, 1995).
Sebaliknya, dengan kecemasan yang terkendali, pasien dapat mengembangkan
konsep diri dengan baik, sehingga pasien kooperatif terhadap tindakan
keperawatan. Mekanisme koping adalah kemampuan seseorang beradaptasi
terhadap suatu interaksi atau perubahan tertentu (Brunner & Suddarth, 2002).
Dalam upaya memberikan asuhan keperawatan yang tepat, perlu diteliti
hubungan jenis penyakit dan tingkat kecemasan terhadap lama rawat pasien
gangguan fungsi jantung di ruang ICCU RSU Tugurejo Semarang.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat disusun rumusan masalah sebagai
berikut “Adakah hubungan jenis penyakit dan tingkat kecemasan dengan lama
rawat pasien gangguan fungsi jantung di ruang ICCU RSU Tugurejo Semarang?”
38
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
jenis penyakit dan tingkat kecemasan dengan lama rawat pasien gangguan
fungsi jantung di ruang ICCU RSU Tugurejo Semarang.
2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik jenis gangguan fungsi jantung di ruang
ICCU RSU Tugurejo Semarang.
b. Mendeskripsikan tingkat kecemasan pasien gangguan fungsi jantung di
ruang ICCU RSU Tugurejo Semarang.
c. Mendeskripsikan lama rawat pasien gangguan fungsi jantung di ruang
ICCU RSU Tugurejo Semarang
d. Menganalisis hubungan antara jenis gangguan fungsi jantung dengan lama
rawat pasien gangguan fungsi jantung di ruang ICCU RSU Tugurejo
Semarang
e. Menganalisis hubungan tingkat kecemasan dengan lama rawat pasien
gangguan fungsi jantung di ruang ICCU RSU Tugurejo Semarang.
D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan informasi tentang
karakteristik pasien, jenis penyakit, tingkat kecemasan dan lama rawat pasien
39
gangguan fungsi jantung di ruang ICCU RSU Tugurejo Semarang. Informasi ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Profesi
Manfaat penelitian ini bagi perawat ICCU dalam memberikan asuhan
keperawatan pasien dengan gangguan fungsi jantung, berupa pendekatan dini
terhadap individu dan keluarga dengan komunikasi terapeutik untuk
menurunkan tingkat kecemasan, sehingga penderita kooperatif.
2. Instansi rumah sakit
Manfaat penelitian ini bagi manajemen ICCU, sebagai bahan pertimbangan
dalam menyediakan sarana dan fasilitas untuk perawatan pasien dengan
gangguan fungsi jantung.
3. Institusi Pendidikan
Penelitian ini sebagai wacana ilmiah dan bahan pertimbangan dalam
penelitian selanjutnya.
4. Peneliti
Manfaat penelitian ini akan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
E. Bidang Ilmu
Penelitian ini termasuk dalam lingkup ilmu keperawatan, khususnya
keperawatan psikiatri dan keperawatan medikal bedah.
40
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lama Rawat
1. Pengertian
Lama rawat inap (length of stay disingkat LOS) adalah rentang atau
periode waktu sejak pasien diterima masuk ke rumah sakit hingga berakhirnya
proses pengobatan secara administratif oleh suatu sebab tertentu. Berakhirnya
proses perawatan pasien dapat terjadi karena dinyatakan sembuh, meninggal,
rujuk / alih rawat ke rumah sakit lain, atau pulang paksa. Lama rawat dihitung
dalam satuan hari. Rerata lama rawat dihitung dari jumlah hari rawat dari
masing-masing pasien dibagi dengan jumlah pasien keluar baik hidup atau
mati. Rerata lama rawat merupakan indikator untuk mengukur efisiensi mutu
pelayanan rumah sakit (Depkes RI, 1995).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi lama rawat di ruang ICU/CCU
Meliputi faktor internal dan ekternal, antara lain :
a. Faktor internal
1) Standar mutu pelayanan Intensive Care Unit
41
Tingkat pelayanan ICU/ICCU disesuaikan dengan type rumah sakit.
Kualitas pelayanan ini ditentukan oleh jumlah staff, kompetensi SDM,
dan skor 42 - 56 kecemasan berat sekali ( panik ).
54
D. Tindakan Perawatan di ICCU sebagai Stresor
Masalah kecemasan, ketakutan dan agitasi seringkali dijumpai di ruang
ICCU. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya stress
pada pasien. ICCU tampak sangat menakutkan bagi pasien karena dikelilingi
oleh alat-alat monitor dan alat-alat penunjang yang terasa asing bagi pasien yang
dirawat. Pasien merasa akan menjadi obyek dari semua tindakan invasif yang
menyakitkan. Ruangan yang tertutup, AC yng dingin, system pencahayaan di
ruang ICCU juga meningkatkan masalah psikis bagi pasien ( Borgeat and Suter,
1992 ).
Menurut Borgeat dan Suter, faktor-faktor yang mendorong kearah
terjadinya stress pada pasien yang dirawat di ICCU adalah :
1. Physicall Stress meliputi lingkungan, prosedur tindakan invasive, pemasangan
ventilator mekanik dan disorientasi / kelelhan.
2. Psycological Stress meliputi kecemasan, ketakutan, depresi, nyeri /
ketidaknyamanan dan pola tidur yang terganggu.
ICCU membutuhkan tempat yang tenang dan bersahabat. Kombinasi dari
faktor-faktor yang meliputi sistem monitor, tindakan kateterisasi, aktivitas staff
dan bunyi yang terus menerus dari peralatan monitor, akan menyebabkan
peningkatan secara ekstrem terhadap tingkat kecemasan pasien. Tetapi fakta
menunjukkan bahwa kemampuan koping pasien terhadap lingkungan ini
55
menurun sejalan dengan waktu. Munculnya efek kecemasan pada pasien akan
meningkatkan respon terhadap stress dan akan meningkatkan konsumsi oksigen.
Sikap & perilaku perawat juga berpengaruh besar pada pasien di ICCU.
Sebagai satu ukuran, penjelasan dan jaminan dari staff ICCU akan memberikan
sesuatu yang sangat berguna bagi pasien untuk berinteraksi terhadap perawatan
medis yang berteknologi tinggi dan hal ini akan menurunkan kecemasan pasien,
stess psikis dan konsekuensi penggunaan obat sedatif bagi pasien (Borgeat and
Suter, 1992).
E. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka teori Hubungan Jenis Penyakit dan Tingkat Kecemasan
terhadap Lama Rawat
Keparahan penyakit
Lama rawat
Mekanisme koping
Jenis penyakit
Sumber: Kompilasi Brunner da
Depkes RI, 1995; Borg
Status akhirpasien
Mutu pelayanan Kualitas SDM Standar prosedur tindakan
Tindakan perawatan ICCU
Kecemasan
n Suddarth, 2002; Stuart dan Sundeen, 1998;
eat & Suter, 1992.
56
F. Kerangka Konsep
Bagan 2.2 Keranngka konsep Hubungan Jenis Penyakit dan Tingkat Kecemasan
terhadap Lama Rawat
Variabel bebas : Variabel terikat :
Lama rawat
Tingkat kecemasan
Jenis Penyakit
G. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel
terikat, yaitu :
1. Variabel Terikat ( Dependent )
Variabel terikat adalah variabel yang dihipotesiskan dapat dipengaruhi
(dependent) oleh variable lain ( Bhisma Murti, 2003 ). Dalam penelitian ini
variabel terikat adalah lama rawat.
2. Variabel Bebas ( Independent )
Variabel bebas adalah variabel yang di hipotesiskan dapat mempengaruhi
(independent) variabel lainnya. ( Bhisma Murti, 2003 ). Dalam penelitian ini
57
terdapat 2 (dua) variabel bebas, yaitu jenis penyakit kardiovaskuler dan
tingkat kecemasan pasien.
H. Hipotesis
1. Ada hubungan antara jenis penyakit dengan lama rawat pasien gangguan
fungsi jantung
2. Ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan lama rawat pasien gangguan
fungsi jantung.
58
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini diteliti hubungan antara jenis penyakit dan tingkat
kecemasan dengan lama rawat pasien gangguan fungsi jantung. Penelitian ini
bertujuan menjelaskan hubungan kausal antara 2 variabel atau lebih, sehingga
penelitian ini termasuk jenis penelitian analitik (Notoatmodjo, 2005). Penelitian
ini dilaksanakan dengan metode pendekatan belah lintang ( cross sectional ),
yaitu penelitian yang mengambil data pada variabel bebas dan variabel terikat
hanya satu kali ( sesaat ) saja tanpa mengikuti ke depan (prospesktif) atau ke
belakang / retrospektif ( Bhisma Murti, 2003 ).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan variabel yang menyangkut masalah yang diteliti
(Nursalam, 2003). Populasi penelitian ini adalah semua pasien gangguan
fungsi jantung yang dirawat di ruang ICCU RSU Tugurejo Semarang.
Berdasarkan catatan pelaporan dari bulan Januari – September 2006, dalam 1
bulan jumlah pasien gangguan fungsi jantung kurang lebih 10 orang, sehingga
dalam 2 bulan jumlah populasi diperkirakan mencapai 20 orang (Catatan
Rekam Medis ICCU Tugurejo, 2006).
59
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap
mewakili populasinya (Notoatmodjo,2005). Rata-rata pasien gangguan fungsi
jantung per bulan adalah 10 orang sehingga dalam waktu 2 bulan diperkirakan
terdapat 20 orang penderita. Seluruh populasi dalam 2 bulan dilakukan
penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh yaitu seluruh
anggota populasi digunakan sebagai sample penelitian (Sugiyono, 2005).
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 7 Februari - 8 April 2007.
C. Definisi Operasional, Variabel Penelitian, dan Skala Pengukuran
Variabel bebas adalah jenis penyakit dan tingkat kecemasan pasien,
sedangkan variabel terikat adalah lama rawat pasien. Variabel tersebut
didefinisikan berikut:
60
Tabel 3.1 Definisi Operasional, Variabel Penelitian, dan Skala Pengukuran
No Variabel Definisi operasional Cara ukur Hasil ukur Skala
1 Jenis penyakit
Variasi penyakit yang diderita pasien (subyek penelitian), merupakan diagnosa dokter, dibedakan berdasarkan kode penyakit internasional
Pengukuran menggunakan lembar observasi, yang terdiri dari 5 pilihan, denganKode 1 - 5
Untuk men-jelaskan secara deskriptif, maka dikategorikan: AMI; 1 CHF; 2 IHD; 3 Angina pectoris;4 Kardiomiopati;5
Nominal
2 Tingkat kecemasan
Keadaan yang menggambarkan ketidaknyamanan pasien terhadap kondisinya
Menggunakan lembar observasi, skalalikert terdiri dar14 pernyataan: Tidak cemas; 0 Cemas ringan;1Cemas sedang;2Cemas berat;3 Panik ; 4
Skor tertinggi;56Skor terendah;14Untuk menjelaskan secara deskriptif maka Dikategorikan: < 14 ; tidak cemas 14-20 ; ringan 21-27 ; sedang 28-41; berat 42-56 ; panik
Interval
3 Lama rawat Waktu yang dibutuhkan pasien untuk menjalani perawatan diruang ICCU RS Tugurejo
Menggunakan lembar obser-vasi, caranya mengurangi tanggal keluar dengan tanggalmasuk. Diberi kode 1-2.
Untuk menjelaskan secara deskriptif maka ; 1. Dikategorikan;
< 5 hari ; 1 ≥ 5 hari ; 2
2. Jumlah hari rawat
1.Nominal
2. Ratio
61
D. Metode Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini melalui wawancara dengan instrument
lembar observasi dan pencatatan data sekunder. Data sekunder mencakup
jumlah pasien, jenis penyakit dan umur pasien diperoleh dari catatan rekam
medis ruang ICCU RSU Tugurejo. Sedangkan data primer meliputi tingkat
kecemasan dan lama rawat pasien. Lama rawat dihitung dari tanggal keluar
pasien dikurangi tanggal masuknya, dengan alat bantu lembar observasi. Data
tingkat kecemasan diperoleh melalui observasi, denan alat bantu lembar
observasi (Hawari, 2001). Meliputi :
a. Penilaian (skor) :
1 : Gejala ringan ( Satu gejala dari pilihan yang ada )
2 : Gejala sedang ( Separuh dari gejala yang ada )
3 : Gejala berat ( Lebih dari separuh gejala yang ada )
4 : Gejala sangat berat ( Semua gejala ada )
b. Penilaian Derajat Kecemasan :
Skor < 14 Tidak ada kecemasan
Skor 14 – 20 Kecemasan ringan
Skor 21 – 27 Kecemasan sedang
Skor 28 – 41 Kecemasan berat
Skor 42 – 56 Kecemasan berat sekali
62
2. Alat Penelitian
Dalam penelitian ini, menggunakan instrumen penelitian berupa lembar
observasi yang diisi oleh peneliti.
E. Metode Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan data
Pengolahan data mencakup editing, koding, dan tabulating. Tahap-tahap
tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Editing
Tahap editing dilakukan dengan mengecek kembali kebenaran isian data
dasar, agar benar-benar siap diproses.
b. Coding
Tahap koding adalah pemberian kode-kode angka untuk membedakan
kategori data pada masing-masing variabel penelitian. Jenis penyakit