SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan merupakan Kabupaten urutan ke-13 dari 14 Kabupaten/ Kota di Provinsi Kalimantan Timur. Dalam melaksanakan pembangunan, Pemerintah Kabupaten membuat perencanaan yang didukung oleh data dan informasi yang akurat untuk mewujudkan Visi Kabupaten Penajam Paser Utara ”Terwujudnya Kabupaten Penajam Paser Utara Sebagai Pusat Agribisnis (Pertanian, Perkebunan, Perikanan) dan Agroindustri yang Berbasis pada Ekonomi Kerakyatan”. Untuk membangun Kabupaten Penajam Paser Utara yang jumlah penduduknya 142.922 jiwa, Pemerintah Kabupaten dihadapkan pada masalah yang sangat kompleks. Oleh karena itu, suatu langkah strategis diperlukan agar dapat melaksanakan pembangunan
64
Embed
BAB I PENDAHULUAN · PDF filekondisi sosial ekonomi penduduk, yang akan dipakai ... Bab 1 Pendahuluan, memuat latar belakang, metodologi, ... migrasi. Dalam pembahasan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan
Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan
merupakan Kabupaten urutan ke-13 dari 14 Kabupaten/
Kota di Provinsi Kalimantan Timur. Dalam melaksanakan
pembangunan, Pemerintah Kabupaten membuat
perencanaan yang didukung oleh data dan informasi
yang akurat untuk mewujudkan Visi Kabupaten Penajam
Paser Utara ”Terwujudnya Kabupaten Penajam Paser
Utara Sebagai Pusat Agribisnis (Pertanian, Perkebunan,
Perikanan) dan Agroindustri yang Berbasis pada Ekonomi
Kerakyatan”.
Untuk membangun Kabupaten Penajam Paser
Utara yang jumlah penduduknya 142.922 jiwa, Pemerintah
Kabupaten dihadapkan pada masalah yang sangat
kompleks. Oleh karena itu, suatu langkah strategis
diperlukan agar dapat melaksanakan pembangunan
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 2
secara optimal, yaitu dengan tetap menjaga stabilitas
kesatuan dan persatuan bangsa.
Sejalan dengan pembangunan nasional,
pembangunan di daerah perlu direncanakan berdasarkan
informasi yang lengkap, dapat dipercaya dan tepat
waktu. Bertolak dari kepentingan di atas, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten
Penajam Paser Utara bekerjasama dengan Badan Pusat
Statistik (BPS) Kabupaten Penajam Paser Utara
melakukan survei khusus yang ditujukan untuk melihat
kondisi sosial ekonomi penduduk, yang akan dipakai
sebagai pendekatan utama dalam melihat keberhasilan
pembangunan daerah yang berorientasi pada
peningkatan kesejahteraan penduduknya. Survei ini
disebut dengan Survei Sosial Ekonomi Daerah (Suseda)
Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2010. Diharapkan
hasil survei ini dapat dimanfaatkan untuk memperkuat
data dasar bagi perencanaan pembangunan daerah di
masa yang akan datang.
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 3
1.2 Metodologi
1.2.1 Sumber Data
Sebagian besar data sosial ekonomi penduduk
yang disajikan pada publikasi ini berdasarkan data hasil
Susenas Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2010.
Selain itu, data juga diperoleh dari survei-survei lain yang
diadakan BPS. Sebagai pelengkap dan pembanding
digunakan pula data sekunder yang berasal dari intansi-
instansi yang berkaitan dengan topik yang dikaji dalam
publikasi ini.
1.2.2 Metode Penarikan Sampel
Metode penarikan sampel Suseda berdasarkan
Kerangka Contoh Induk (KCI) BPS yang disusun dalam
rangka pelaksanaan kegiatan survei-survei BPS yang
dilaksanakan dalam kurun waktu 2000-2010. KCI ini
pertama kali digunakan dalam SP1990 dan terus
disempurnakan untuk dapat menunjang setiap jenis
survei yang dilaksanakan.
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 4
Pemilihan Blok Sensus (BS) Suseda dilakukan
secara acak dengan jumlah yang telah ditetapkan sesuai
dengan kemampuan biaya. Alokasi BS terpilih masing-
masing kecamatan dilakukan sedemikian rupa sehingga
penyebarannya merata sebanding dengan size jumlah BS
di tiap kecamatan.
Selanjutnya dari setiap BS terpilih dipilih kelompok
segmen untuk memudahkan operasi lapangan dengan
pertimbangan bahwa kelompok segmen tersebut telah
mewakili BS yang ada. Dari masing-masing BS atau
dengan kelompok segmen selanjutnya dipilih 16 rumah
tangga dengan mempergunakan metode “systematic
sampling”.
1.2.3 Pendugaan Nilai Populasi
Pendugaan nilai karakteristik populasi dilakukan
dalam 2 (dua) tahap. Tahap pertama adalah
memproyeksikan total penduduk dan rumah tangga
keadaan tahun 2010 berdasarkan proyeksi BPS. Tahap
berikutnya adalah dengan menghitung nilai relatif
karakteristik sampel. Formula yang digunakan adalah :
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 5
Yi = NRSi x Y
i = 1,2,3,.............n.
Y = Nilai proyeksi total, yang diperoleh berdasarkan
proyeksi BPS dan trend antar sensus
NRSi = Nilai relatif dari sampel untuk karakteristik ke-i
Yi = Nilai proyeksi karakteristik ke-i
1.2.4 Metode Analisis
Metode analisis yang dipakai adalah Analisis
Deskriptif (sederhana) dan agregasi. Peralatan statistik
yang dipakai adalah angka relatif (%) dan absolut, rasio,
dan lain sebagainya. Mengingat data sosial ekonomi yang
disajikan hanya data agregasi, maka karakteristik tabel
yang ditampilkan lebih beragam.
1.2.5 Sistematika Penyajian
Mengingat luasnya cakupan yang dianalisis,
penulisan diarahkan pada tujuh bab sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan, memuat latar belakang, metodologi,
konsep dan definisi;
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 6
Bab 2 Kependudukan, memuat data dan ulasan tentang
penduduk dan karakteristiknya, keluarga
berencana, dan berbagai aspek lain yang
berkaitan dengan kependudukan;
Bab 3 Kesehatan, memuat data dan ulasan tentang
gambaran kesehatan masyarakat.
Bab 4 Pendidikan, memuat data dan ulasan yang
berkaitan dengan pendidikan, seperti tingkat
partisipasi sekolah, tingkat melek huruf, dan
berbagai kondisi sosial ekonomi yang
dipengaruhi oleh kondisi pendidikan di
masyarakat;
Bab 5 Perumahan, memuat data dan ulasan tentang
kondisi perumahan dan keadaan lingkungan
perumahan;
Bab 6 Konsumsi, memuat data dan ulasan mengenai
pengeluaran dan kondisi masyarakat.
Bab 7 Penutup, memuat ikhtisar dan kesimpulan uraian
dari bab sebelumnya.
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 7
1.3 Konsep dan Definisi
Konsep dan definisi yang dipakai dalam Suseda
Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2010 adalah
konsep dan definisi yang telah dibakukan oleh BPS.
Pembakuan ini dianggap penting agar data sosial
ekonomi yang dihasilkan dapat dibandingkan dengan
daerah lain di Indonesia. Konsep dan definisi yang
digunakan adalah:
Penduduk atau Anggota Rumah Tangga (ART), adalah
semua orang yang biasanya bertempat tinggal di
suatu rumah tangga. ART yang telah bepergian 6
bulan dan ART yang bepergian kurang dari 6 bulan
tetapi dengan tujuan pindah/akan meninggalkan
rumah 6 bulan atau lebih, tidak dianggap sebagai
ART.
Rumah tangga, adalah seseorang atau sekelompok
orang yang mendiami sebagian atau seluruh
bangunan fisik dan biasanya tinggal bersama
serta makan dari satu dapur.
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 8
Rasio jenis kelamin (Sex Ratio) adalah perbandingan
antara jumlah penduduk pria terhadap 100
penduduk wanita.
Keluhan Kesehatan, adalah keadaan seseorang
yang mengalami gangguan kesehatan atau
kejiwaan, baik penyakit ringan, kronis, kecelakaan
atau penyebab lainnya.
Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan rasio
antara penduduk yang mengikuti jenjang suatu
pendidikan terhadap penduduk dalam suatu
kelompok umur yang bersesuaian dengan jenjang
pendidikan tersebut.
Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan rasio
penduduk suatu kelompok umur yang sedang
mengikuti suatu jenjang pendidikan terhadap
seluruh penduduk pada kelompok umur tersebut.
Angka Beban Tanggungan (dependency ratio), adalah
rasio antara penduduk usia tidak produktif (0-14
dan 65 tahun keatas) terhadap penduduk usia
produktif (15-64 tahun).
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 9
Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan, adalah rata-rata
biaya yang dikeluarkan rumah tangga sebulan
untuk konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah
tangga dibedakan menjadi dua yaitu konsumsi
makanan dan bukan makanan tanpa
memperhatikan asal barang dan terbatas pada
pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga saja,
tidak termasuk konsumsi/pengeluaran untuk
keperluan usaha rumah tangga atau yang
diberikan kepada pihak lain.
Pengeluaran Per-Kapita Sebulan, adalah rata-rata
biaya yang dikeluarkan rumah tangga sebulan
dibagi dengan banyaknya anggota rumah tangga.
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 10
BAB II
KEPENDUDUKAN
Dalam demografi dikenal tiga fenomena yang
saling berkaitan dan merupakan bagian penting dari
kependudukan. Ketiga fenomena tersebut adalah besar
dan persebaran penduduk (size and population distribution),
komposisi penduduk (population composition), dan
dinamika penduduk (change in population). Dalam bab ini,
ketiga fenomena akan dikemukakan disertai faktor-
faktor yang memungkinkan menjadi penyebab dan
akibat dari terjadinya fenomena tersebut.
2.1 Persebaran Penduduk
Penduduk Kabupaten Penajam Paser Utara yang
berjumlah 142.922 orang tersebar dalam 4 kecamatan
dengan persebaran yang kurang seimbang. Kecamatan
Penajam yang paling banyak penduduknya yaitu
mencapai 46,87 persen dari seluruh penduduk Kabupaten
Penajam Paser Utara. Hal ini dikarenakan Kecamatan
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 11
Penajam merupakan Ibukota Kabupaten dan pusat
Pemerintahan. Di samping itu, pembukaan wilayah oleh
pengembang secara intensif untuk pemukiman semakin
mengukuhkan Kecamatan Penajam sebagai kecamatan
dengan jumlah penduduk terbanyak.
Sedangkan Kecamatan yang paling sedikit jumlah
penduduknya adalah Kecamatan Waru yang
distribusinya hanya sekitar 10,94 persen dari seluruh
penduduk Kabupaten Penajam Paser Utara.
Gambar 1. Persebaran Penduduk Menurut Kecamatan
di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010
Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 12
2.2 Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk merupakan fenomena
demografi yang mengelompokkan penduduk
berdasarkan aspek tertentu. Secara umum,
pengelompokan penduduk dilakukan berdasarkan aspek
biologis, sosial, ekonomi, dan geografis. Komponen dalam
aspek biologis adalah umur dan jenis kelamin. Komponen
sosial terdiri atas tingkat pendidikan, status perkawinan,
dan sebagainya. Dalam sub-bab ini akan dikemukakan
pengelompokan berdasarkan aspek biologis dan aspek
sosial.
Komposisi penduduk menurut aspek biologis,
sebagaimana dikemukakan sebelumnya, terdiri atas
komposisi berdasarkan jenis kelamin dan komposisi
berdasarkan umur. Secara keseluruhan rasio jenis
kelamin tahun 2010 adalah 110,27 yang berarti dari 100
orang wanita terdapat 110 orang pria. Dengan perkataan
lain, jumlah penduduk pria lebih banyak 10,27 persen
dibandingkan jumlah penduduk wanita.
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 13
Komposisi penduduk berdasarkan umur
mencatat bahwa kelompok usia produktif mencapai
65,50 persen dari seluruh penduduk dan merupakan
kelompok terbesar. Proporsi penduduk usia lanjut secara
keseluruhan hanya 3,04 persen. Sementara itu, proporsi
penduduk usia muda mencapai 31,46 persen. Struktur
umur penduduk seperti itu memang merupakan struktur
umur yang umum terjadi di Indonesia. Dengan struktur
umur seperti itu penduduk Kabupaten Penajam Paser
Utara digolongkan pada peralihan penduduk muda ke
penduduk tua (Intermediate).
Suatu populasi digolongkan penduduk tua (old
population) bila proporsi penduduk usia muda <30 persen,
penduduk usia dewasa > 60 persen, dan penduduk usia
lanjut >10 persen. Sedangkan penduduk muda (young
population) adalah bila penduduk usia muda > 40 persen,
penduduk usia dewasa < 55 persen, penduduk usia lanjut
<5 persen. Penduduk yang berada diantara kedua
klasifikasi tersebut disebut penduduk peralihan.
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 14
Ketergantungan (dependency ratio) secara
keseluruhan mencapai 52,68. Ini berarti, bahwa setiap 1
orang yang tidak/belum produktif ditanggung oleh 2
orang produktif. Rasio ketergantungan ini merupakan
perbandingan antara penduduk yang tergolong
belum/tidak produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 65
tahun) dan penduduk produktif (15-64 tahun). Rasio
ketergantungan anak mencapai 48,03, sedangkan rasio
ketergantungan lansia mencapai 4,64.
Dilihat dari aspek sosial, dikemukakan status
perkawinan penduduk usia 10 tahun ke atas.
Penduduk yang berstatus belum kawin sekitar 36
ribu atau 32,61 persen dari total penduduk usia 10 tahun
ke atas. Dirinci menurut jenis kelamin, pria yang
berstatus belum kawin mencapai 22 ribu atau sekitar
38,69 persen dari seluruh penduduk pria berusia 10 tahun
ke atas. Sedangkan wanita yang berstatus belum kawin
mencapai 14 ribu atau sekitar 26,14 persen dari seluruh
penduduk wanita berusia 10 tahun ke atas.
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 15
Proporsi penduduk pria yang berstatus kawin
mencapai 58,59 persen, lebih rendah dibandingkan
kategori yang sama pada penduduk wanita yang
mencapai 62,60 persen. Sementara itu, penduduk
berstatus cerai, baik cerai hidup maupun cerai mati
relatif kecil. Penduduk berstatus cerai hidup secara
keseluruhan kurang dari tiga persen atau sekitar 2,42
persen. Penduduk pria berstatus cerai hidup sebesar 1,61
persen dan penduduk wanita berstatus sama sebesar
3,29 persen. Angka penduduk berstatus cerai hidup ini
menunjukkan angka yang cukup jauh berbeda antara pria
dan wanita.
Begitu pula halnya dengan angka penduduk
berstatus cerai mati, angka yang ditunjukkan oleh
penduduk berstatus cerai mati jauh berbeda antara pria
dan wanita. Proporsi penduduk berstatus cerai mati
pada pria hanya sekitar 1,11 persen, sedangkan proporsi
wanita berstatus cerai mati sebesar 7,97 persen.
Tampak bahwa proporsi pada wanita sekitar tujuh kali
dari proporsi pria. Sementara secara keseluruhan
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 16
proporsi penduduk berstatus cerai mati sebesar 4,44
persen dari seluruh penduduk usia 10 tahun ke atas.
Dengan angka di atas dapat diketahui bahwa
orang tua tunggal (single parent) pada wanita lebih banyak
daripada pria. Hal demikian terjadi diasumsikan karena
daya tahan wanita untuk hidup sendiri membesarkan
anak-anaknya lebih tinggi daripada daya tahan pria.
Selain itu, secara sosio-psikologis kemungkinan seorang
wanita untuk menikah setelah ditinggalkan suaminya
relatif lebih sulit.
2.3 Dinamika Penduduk
Dinamika penduduk adalah perubahan penduduk,
baik pengurangan maupun penambahannya. Faktor yang
mempengaruhi dinamika penduduk adalah kelahiran
(fertilitas), kematian (mortalitas), dan kepindahan atau
migrasi. Dalam pembahasan ini, titik berat pembahasan
diutamakan pada indikator fertilitas. Selain itu, dibahas
juga tentang keluarga berencana yang merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi fertilitas.
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 17
Salah satu indikator fertilitas adalah umur
perkawinan pertama. Semakin muda seseorang
melakukan perkawinan semakin panjang masa
reproduksinya sehingga peluang melahirkan semakin
besar. Karena resiko melahirkan hanya terjadi pada
wanita, maka umur yang diperhitungkan adalah umur
wanita pada saat perkawinan pertamanya.
Perkawinan pertama lebih banyak dilakukan pada
kelompok umur diatas 19-24 tahun. Hal ini sesuai dengan
program penurunan fertilitas yang dicanangkan
pemerintah dengan menentukan umur (20-25) tahun
sesuai umur ideal untuk melaksanakan perkawinan. Bila
dilihat polanya tampak bahwa proposi penduduk yang
melangsungkan perkawinan pertamanya pada umur 16
tahun atau kurang masih sekitar 18,33 persen dari
seluruh penduduk wanita usia 10 tahun ke atas yang
pernah kawin.
Proporsi terbesar perkawinan pertama adalah
pada kelompok umur diatas 19 tahun yang mencapai
53,71 persen. Sedangkan proporsi penduduk yang
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 18
melangsungkan perkawinan pertamanya antara umur
17-18 tahun mencapai 27,96 persen, lebih tinggi
dibandingkan proporsi yang melangsungkan perkawinan
pertamanya pada umur 16 tahun atau kurang.
Penurunan fertilitas juga banyak dipengaruhi oleh
adanya program keluarga Berencana (KB). Usaha yang
dilakukan pemerintah dengan membentuk badan khusus
yang menangani KB tampaknya cukup berhasil. Fertilitas
semakin menurun sehingga laju pertumbuhan penduduk
pun bisa ditekan. Hal ini sejalan dengan salah satu konsep
beyond family planning yang menyatakan bahwa apabila
program KB dikelola dengan baik, fertilitas akan dapat
diturunkan.
Tingkat keberhasilan KB biasanya tidak hanya
diukur dari penurunan fertilitas yang dicapai tetapi juga
dari pencapaian target akseptor. Seseorang dikatakan
sebagai akseptor KB adalah apabila ia menggunakan
salah satu alat/cara KB dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya kehamilan dan bukan karena alasan lain
seperti alasan kesehatan, serta harus mengacu pada
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 19
masa berlaku atau ke-efektif-an dari masing-masing
alat/cara KB tersebut.
Tingkat penggunaan alat KB cukup tinggi.
Tercatat dari 30.620 wanita usia subur, wanita pernah
kawin berumur 15-49 tahun yang sedang menggunakan
dan pernah menggunakan alat KB sebanyak 86,72
persen. Sedangkan dari 26.554 wanita usia subur yang
pernah memakai alat KB tersebut, yang sedang
memakai alat KB mencapai 60,52 persen.
Berdasarkan alat atau cara yang digunakan
peserta KB aktif, suntikan KB dan Pil KB merupakan alat
kontrasepsi yang paling banyak digunakan, yang
keduanya mencapai 83,84 persen dari seluruh akseptor
KB. Walaupun termasuk alat kontrasepsi modern,
sebenarnya pil mempunyai risiko kegagalan cukup tinggi
dibandingkan alat kontrasepsi modern lainnya. Untuk itu,
perlu ada upaya untuk mengubah pandangan
masyarakat yang lebih menyukai pil sebagai cara ber-KB
dan diarahkan untuk menggunakan alat kontrasepsi
yang lebih efektif.
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 20
Metode KB selain pil dan suntik yang
penggunanya cukup banyak adalah IUD/AKDR/Spiral dan
Susuk KB. Proporsi pengguna metode ini adalah lebih dari
5 persen. Sedangkan metode KB selain ketiga metode
tersebut tampaknya kurang diminati oleh para akseptor
dan kurang dari 4 persen.
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 21
BAB III
KESEHATAN
3.1 Kesehatan Penduduk
Dalam usaha pendayagunaan Sumber Daya
Manusia (SDM) secara lebih efektif, peran kesehatan
yang mempengaruhi kinerja produktifitas sangat
menentukan. Apabila seseorang sedang menderita
sesuatu penyakit, maka dapat dipastikan bahawa
produktifitas dari orang tersebut akan
berkurang/menurun secara signifikan. Dari hasil survei,
tercatat beberapa jenis penyakit yang umum diderita
oleh penduduk.
Dari beberapa jenis penyakit tersebut, yang
banyak dikeluhkan adalah penyakit batuk dan pilek yang
masing-masing diderita lebih dari 45 ribu penduduk atau
lebih dari 30 persen penduduk, penyakit lainnya sekitar 15
ribu atau 11,02 persen dan penyakit kepala berulang lebih
dari 13 ribu orang atau 9,52 persen dari seluruh penduduk
Kabupaten Penajam Paser Utara.
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 22
Selain jenis penyakit yang biasa diderita oleh
penduduk, ada beberapa jenis keluhan kesehatan yang
walaupun menurut persentase cukup kecil, tetapi
dampaknya dapat mempengaruhi tingkat kualitas
sumber daya manusia pada akhirnya. Diantara jenis
penyakit yang perlu diperhatikan tersebut antara lain
asma, sakit gigi, dan diare. Penyakit asma/sesak napas,
yang diderita oleh 2,23 persen penduduk, selain
merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh masalah
kelembaban udara, juga dapat mencerminkan kualitas
tempat tinggal penduduk yang mungkin masih jauh dari
tempat tinggal yang layak huni. Sedangkan sakit gigi
yang mencapai 3,18 persen, sangat dipengaruhi oleh
budaya hidup sehat manusia yang juga berkaitan erat
dengan faktor penggunaan air bersih untuk kebutuhan
hidup sehari-hari. Sedangkan penyakit diare/buang air
terus menerus merupakan cerminan lingkungan/sanitasi
yang tidak memenuhi standar kesehatan dan
penggunaan fasilitas MCK yang tidak memadai.
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 23
3.2 Kesehatan Balita
Keadaan kesehatan ibu dan anak merupakan
salah satu gambaran tingkat kesejahteraan sosial
masyarakat. Dalam beberapa hal, indikator yang
berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak merupakan
indikator sangat mendasar. Angka kematian bayi
maupun kematian ibu sering sekali menjadi ukuran
kesejahteraan secara keseluruhan. Terlebih lagi angka
kematian bayi merupakan salah satu komponen dalam
perhitungan Indek Mutu Hidup (Physical Quality of Life Index).
Salah satu yang berkaitan erat dengan angka
kematian bayi dan angka kematian ibu adalah penolong
persalinan. Penolong persalinan ini secara garis besar
dibagi menjadi tenaga medis dan tenaga non medis.
Semakin tinggi proporsi persalinan yang ditolong oleh
tenaga medis maka kesehatan bayi dan ibu akan
semakin baik.
Menurut penolong persalinan, dari jumlah sekitar
15 ribu balita, 80,96 persen diantaranya lahir dengan
pertolongan tenaga medis. Angka ini cukup tinggi untuk
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 24
ukuran Indonesia karena secara nasional kurang dari 50
persen persalinan yang ditolong oleh tenaga medis
terdidik. Dengan angka ini dapat dikatakan bahwa
pelayanan kesehatan terutama pada saat persalinan di
Kabupaten Penajam Paser Utara cukup baik.
Secara rinci dapat dikemukakan bahwa lebih dari
separuh persalinan ditolong oleh bidan yaitu lebih dari 10
ribu kelahiran balita atau 67,10 persen. Sedangkan dokter
membantu persalinan kurang dari dua ribu kelahiran
balita atau 12,72 persen dari seluruh balita. Sementara
itu, jumlah persalinan oleh tenaga non medis juga cukup
besar, yaitu hampir 3 ribu persalinan atau 19,05 persen
dari jumlah balita. Dirinci menurut jenis kelamin, penolong
kelahiran bayi laki-laki dan perempuan untuk dua kategori
tersebut di atas tidak jauh berbeda.
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 25
Gambar 2. Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010
Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam kelanjutan
pertumbuhan balita, adalah pemberian air susu ibu (ASI).
Pemberian ASI terutama ASI Eksklusif akan
mempengaruhi kualitas dan kelangsungan hidup balita.
Sesuai dengan anjuran Departemen Kesehatan bahwa
bayi sebaiknya diberi ASI hingga berusia 2 tahun.
Sementara bayi hingga minimal berusia 6 bulan hanya
diberi ASI saja tanpa makanan tambahan (ASI Eksklusif).
Tercatat sebanyak hampir seribu balita atau 6,33
persen tidak pernah diberi ASI. Balita yang disusui selama
6 bulan saja sekitar 17,30 persen dari seluruh balita yang
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 26
ada di Kabupaten Penajam Paser Utara, dan balita yang
disusui selama 7 – 24 bulan sebanyak lebih dari 10 ribu
balita atau 68,43 persen. Sedangkan balita yang disusui
selama lebih dari 24 bulan sebanyak 7,94 persen. Dirinci
menurut jenis kelamin relatif tidak ada perbedaan yang
mencolok antara lamanya pemberian ASI pada balita laki-
laki maupun balita perempuan.
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 27
BAB IV
PENDIDIKAN
4.1 Kemampuan Baca Tulis
Kemampuan baca tulis merupakan kemampuan
mendasar bagi seseorang untuk mengembangkan
wawasannya. Dalam kaitan dengan pendidikan formal,
kemampuan baca tulis ini merupakan syarat mutlak
untuk mengikuti setiap jenjang pendidikan. Kemampuan
baca tulis yang dimaksud adalah kemampuan membaca
dan menulis suatu kalimat sederhana dengan suatu
huruf.
Dampak pembangunan bidang pendidikan yang
ingin dicapai adalah semakin meningkatnya persentase
penduduk yang melek huruf. Hal ini menggambarkan
mutu manusia yang diukur dalam aspek semakin tinggi
tingkat melek huruf maka semakin tinggi mutu sumber
daya manusia.
Persentase penduduk yang dapat membaca dan
menulis huruf latin sekitar 92,92 persen dari seluruh
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 28
penduduk berumur 5 tahun ke atas. Hal ini berarti
persentase penduduk yang tidak dapat membaca dan
menulis huruf latin yaitu sekitar 7,08 persen. Sedangkan
persentase penduduk yang dapat membaca dan menulis
huruf arab adalah sekitar 70,66 persen dan untuk huruf
lainnya sekitar 2,58 persen.
Indikator kemajuan lainnya adalah jenjang
pendidikan formal tertinggi yang ditamatkan oleh
penduduk. Proporsi tertinggi penduduk 10 tahun ke atas
berdasarkan pendidikan tertinggi yang berhasil
ditamatkan adalah tamat SD yang mencapai sekitar 31,30
persen, sedangkan proporsi penduduk yang
menamatkan Perguruan Tinggi sekitar 4,97 persen.
Proporsi yang berpendidikan rendah (memiliki ijazah SLTP
ke bawah) 76,69 persen. Artinya lebih dari separuh
penduduk berpendidikan SLTP ke bawah.
4.2 Partisipasi Sekolah
Indikator kemajuan bidang pendidikan lainnya
adalah kepedulian penduduk terhadap pentingnya
SUSEDA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2010
Page 29
mengikuti pendidikan sebagai upaya memperbaiki
kualitas dirinya. Hal ini dapat dilihat dari angka partisipasi
sekolah. Angka partisipasi sekolah ini secara umum dibagi
menjadi dua, yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK) dan