BAB I PENDAHULUAN Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan negara dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur dan merata berdasarkan Pancasila dan UUD RI Tahun 1945. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Negara Kesatuan RI dibagi atas daerah-daerah provinsi, dan daerah provinsi terdiri atas kabupaten dan kota. Tiap-tiap daerah tersebut mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya, termasuk pengelolaan keuangannya. Sesuai dengan amanat UU No. 17 Tahun 2003 dan UU No. 33 Tahun 2004 dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan, serta PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, yang kemudian dijabarkan dengan Peraturan Walikota Nomor 1a/PERT/2007 Tahun 2007 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Mataram, yang diubah dengan Peraturan Walikota Nomor 48/PERT/2008 Tahun 2008 tentang perubahan atas Peraturan Walikota Nomor 1a/PERT/2007 Tahun 2007 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Mataram. Berdasarkan ketentuan tersebut, Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas dana yang berada dalam tanggungjawabnya serta menyiapkan Laporan Keuangan sehubungan dengan pelaksanaan anggaran dan barang yang dikelolanya. Laporan Keuangan yang dimaksud terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan ekuitas (LPE) dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) yang disampaikan kepada Kepala Daerah melalui PPKD selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah tahun anggaran berakhir. 1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Laporan Keuangan Pemerintah Kota Mataram Tahun Anggaran 2015 disusun dengan maksud untuk memenuhi tanggung jawab konstitusi sesuai dengan ketentuan UU No. 17/2003, UU No. 33/2004, PP No 58/2005, PP No. 08/2006, PP No. 71/2010, dan Peraturan Walikota Nomor 1a/PERT/2007 Tahun 2007 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Mataram, yang diubah dengan Peraturan Walikota Nomor 48/PERT/2008 Tahun 2008 tentang perubahan atas Peraturan Walikota Nomor 1a/PERT/2007 Tahun 2007 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Mataram. Tujuan pelaporan keuangan ini adalah untuk menyajikan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas publik dengan: a) menyediakan informasi keuangan secara komprehensif yang berguna bagi perencanaan dan pengelolaan keuangan pemerintah daerah serta meningkatkan efektifitas pengendalian atas seluruh aset, kewajiban dan ekuitas dana; b) menyediakan informasi keuangan yang transparan kepada masyarakat dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik; c) menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya; d) menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan Pemerintah Kota Mataram dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai pendapatan, belanja, aset, kewajiban, dan ekuitas dana Pemerintah Kota Mataram selaku entitas akuntansi.
40
Embed
BAB I PENDAHULUAN - sip-ppid.mataramkota.go.idsip-ppid.mataramkota.go.id/file/calk-2017.pdf · Sesuai dengan amanat UU No. 17 Tahun 2003 dan UU No. 33 Tahun 2004 dalam ... serta PP
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan negara dan
pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur dan merata berdasarkan
Pancasila dan UUD RI Tahun 1945. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Negara
Kesatuan RI dibagi atas daerah-daerah provinsi, dan daerah provinsi terdiri atas kabupaten dan
kota. Tiap-tiap daerah tersebut mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahannya, termasuk pengelolaan keuangannya.
Sesuai dengan amanat UU No. 17 Tahun 2003 dan UU No. 33 Tahun 2004 dalam
rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan, serta PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, yang kemudian dijabarkan dengan Peraturan Walikota Nomor 1a/PERT/2007
Tahun 2007 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Mataram, yang
diubah dengan Peraturan Walikota Nomor 48/PERT/2008 Tahun 2008 tentang perubahan atas
Peraturan Walikota Nomor 1a/PERT/2007 Tahun 2007 tentang Sistem dan Prosedur
Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Mataram. Berdasarkan ketentuan tersebut, Kepala SKPD
selaku Pengguna Anggaran menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang
dan ekuitas dana yang berada dalam tanggungjawabnya serta menyiapkan Laporan Keuangan
sehubungan dengan pelaksanaan anggaran dan barang yang dikelolanya. Laporan Keuangan
yang dimaksud terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Operasional
(LO), Laporan Perubahan ekuitas (LPE) dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) yang
disampaikan kepada Kepala Daerah melalui PPKD selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah
tahun anggaran berakhir.
1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Pemerintah Kota Mataram Tahun Anggaran 2015 disusun
dengan maksud untuk memenuhi tanggung jawab konstitusi sesuai dengan ketentuan UU
No. 17/2003, UU No. 33/2004, PP No 58/2005, PP No. 08/2006, PP No. 71/2010, dan
Peraturan Walikota Nomor 1a/PERT/2007 Tahun 2007 tentang Sistem dan Prosedur
Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Mataram, yang diubah dengan Peraturan Walikota
Nomor 48/PERT/2008 Tahun 2008 tentang perubahan atas Peraturan Walikota Nomor
1a/PERT/2007 Tahun 2007 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah
Kota Mataram. Tujuan pelaporan keuangan ini adalah untuk menyajikan informasi yang
berguna bagi pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas publik
dengan:
a) menyediakan informasi keuangan secara komprehensif yang berguna bagi
perencanaan dan pengelolaan keuangan pemerintah daerah serta meningkatkan
efektifitas pengendalian atas seluruh aset, kewajiban dan ekuitas dana;
b) menyediakan informasi keuangan yang transparan kepada masyarakat dalam rangka
mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik;
c) menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya;
d) menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan Pemerintah
Kota Mataram dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan informasi
mengenai pendapatan, belanja, aset, kewajiban, dan ekuitas dana Pemerintah Kota
Mataram selaku entitas akuntansi.
1.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
Pelaporan keuangan Pemerintah Kota Mataram diselenggarakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang mengatur keuangan pemerintah, antara lain:
1) Undang - Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 5 ayat (2);
2) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286), mengamanatkan bahwa pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD berupa Laporan Keuangan yang terdiri dari Laporan Realisasi
APBD, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan yang
disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP);
3) Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4355);
4) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4400);
5) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4438);
6) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara RI Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5587);
7) Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara RI Tahun 2005 Nomor 4578);
8) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.;
9) Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;
10) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri No 21 Tahun 2011 tentang Perubahan pertama dan kedua atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;
11) Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 5 Tahun 2008 tentang pembentukan
Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Mataram (Lembaran Daerah Kota
Mataram Tahun 2008 No.3 Seri D) sebagaimana telah diubah beberapa kali terkahir
dengan Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 8 Tahun 2013 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 5 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Mataram (Lembaran
Daerah Kota Mataram Tahun 2013 Nomor 1 Seri D);
12) Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pokok-pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Mataram Tahun 2009
Nomor 1 Seri E) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota
Mataram Nomor 6 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota
Mataram Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Daerah Kota Mataram Tahun 2014 Nomor 6 Seri E).
13) Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 10 tahun 2014 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015.
14) Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 15 tahun 2015 tentang Perubahan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015.
15) Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Lain Sebagai Bagian Dari Perangkat
Daerah Kota Mataram (Lembaran Daerah Kota Mataram Tahun 2011, Nomor 2, Seri
D) Sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 9
Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 19
Tahun 2011 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Lain Sebagai Bagian Dari Perangkat Daerah Kota Mataram (Lembaran Daerah Kota
Mataram Tahun 2013, Nomor 2, Seri D).
16) Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 10 Tahun 2013 tentang Pembentukan
Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum Kelas B Kota Mataram (Lembaran Daerah
Kota Mataram Tahun 2013 Nomor 3 Seri D);
17) Peraturan Walikota Nomor 48/PERT/2008 Tahun 2008 tentang perubahan atas
Peraturan Walikota Nomor 1a/PERT/2007 Tahun 2007 tentang Sistem dan
Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Mataram.
18) Peraturan Walikota Nomor 48/PERT/2008 Tahun 2008 tentang perubahan atas
Peraturan Walikota Nomor 1a/PERT/2007 Tahun 2007 tentang Sistem dan
Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Mataram.
19) Peraturan Walikota Mataram Nomor 13/2014 tentang Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Kota Mataram;
1.3. Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis
atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca.
Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang
diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta
pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas
laporan keuangan.
Adapun sistematika isi catatan atas laporan keuangan adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
1.1. Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan
1.2. Landasan hukum penyusunan laporan keuangan
1.3. Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan
Bab II Kebijakan keuangan dan pencapaian target kinerja keuangan
Capaian bagian belanja sebesar 96,29 % terinci untuk masing-masing komponen
belanja sebagai berikut:
- Belanja pegawai, target anggaran setelah perubahan sebesar Rp.5.988.334.866,15
terealisasi sebesar Rp .5.722.549.924,00 atau 95,56%.
- Belanja barang, target anggaran setelah perubahan sebesar Rp.1.780.580.500,00
terealisasi sebesar Rp .1.699.559.728,00 atau 95,45%.
- Belanja Bantuan Sosial, target anggaran setelah perubahan sebesar Rp.197.050.000,00
terealisasi sebesar Rp. 196.550.500,00 atau 99,75 %.
- Belanja Modal, target anggaran setelah perubahan sebesar Rp.1.712.860.000,00
terealisasi sebesar Rp.1.701.324.000,00 atau 99,33 %.
Dibandingkan dengan realisasi tahun 2016, realisasi belanja 2017 mengalami
kenaikan/penurunan 96,29%, yaitu dari Rp. 7.211.463.458,00 pada tahun 2016 menjadi Rp.
9.319.984.152,00 pada tahun 2017.
3.2. Hambatan dan Kendala Pencapaian Target
Dalam pelaksanaan kegiatan Kantor Camat Sandubaya Kota Mataram terdapat
hambatan dan kendala dalam pelaksanaan pencapaian tersebut, yaitu:
a. Kendala terkait dengan target efisiensi belanja adalah kenaikan harga barang dan
jasa,hal tersebut disebabkan adanya perubahan harga akibat krisis global dan
mengikuti nilai rupiah sehingga barang menjadi sulit dan mahal .
b. Revisi perubahan anggaran yang terlalu lama.
Solusi yang dilakukan dalam mengatasi kendala dan hambatan, antara lain:
a. Perencanaan dan Penggunaan anggaran yang matang.
b. Pelatihan dan pembinan Aparatur sesuai kebutuhan dan mengutamakan kegiatan
skala prioritas.
BAB IV
KEBIJAKAN AKUNTANSI
Kebijakan akuntansi disusun untuk mengatur atau sebagai pedoman dalam penyusunan
dan penyajian pelaporan keuangan daerah. Laporan keuangan daerah adalah laporan
pertanggungjawaban pemerintah daerah atas kegiatan keuangan dan sumber daya eknomis
yang dipercayakan serta menunjukkan posisi keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi
keuangan pemerintahan. Sehubungan dengan berlakunya PP 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP), yang dijabarkan dengan Peraturan Walikota Nomor 13 Tahun
2014 tentang Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Kota Mataram maka
kebijakan akuntansi juga mengalami perubahan.
4.1. Asumsi Dasar Penyusunan Laporan Keuangan
Beberapa hal yang dipertimbangkan dalam penyusunan laporan keuangan SKPD di
lingkungan Pemerintah Kota Mataram adalah sebagai berikut:
Asumsi kemandirian entitas;
berarti bahwa unit Pemerintah Daerah sebagai entitas pelaporan dan entitas akuntansi
dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan
laporan keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antar unit pemerintahan dalam
pelaporan keuangan
Asumsi kesinambungan entitas;
berarti bahwa laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas tersebut akan
berlanjut keberadaannya dan tidak dimaksudkan untuk melakukan likuidansi.
Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).
Berarti bahwa Laporan keuangan Pemerintah Daerah harus menyajikan setiap kegiatan
yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang.
4.2. Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
Basis akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan yang diberlakukan untuk setiap
SKPD Pemerintah Kota Mataram adalah sebagai berikut:
basis akrual, baik dalam pengakuan pendapatan LO dan beban, atau pengakuan aset,
kewajiban, dan ekuitas.
Basis akrual untuk Pendapatan LO berarti bahwa pendapatan diakui pada saat hak untuk
memperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum diterima di Rekening Kas
Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan beban diakui pada saat kewajiban
yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum
dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Pendapatan
seperti bantuan pihak luar/asing dalam bentuk jasa disajikan pula pada LO.
Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas diakui dan dicatat
pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan
berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara
kas diterima atau dibayar.
Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas, maka LRA disusun
berdasarkan basis kas, artinya bahwa pendapatan dan penerimaan pembiayaan
diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas
pelaporan; serta belanja, transfer dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas
dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Namun demikian, bilamana
anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis akrual, maka LRA disusun
berdasarkanbasis akrual.
4.3. Basis Pengukuran yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan
setiap pos dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan
menggunakan nilai perolehan historis dan dalam mata uang rupiah. Transaksi yang
menggunakan mata uang asing dikonversikan terlebih dahulu dengan kurs Bank
Indonesia pada tanggal transaksi dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
4.4. Penerapan Kebijakan Akuntansi Berkaitan dengan Ketentuan yang Ada dalam
Standar Akuntansi Pemerintahan
Berdasarkan PP 64 Tahun 2013 tentang SAP, penerapan SAP Berbasis akrual dalam
Laporan keuangan pemerintah diberlakukan efektif untuk pelaporan keuangan tahun
anggaran 2017. Dalam rangka penerapan SAP tersebut, maka beberapa penyesuaian
telah dilakukan antara lain: pengklasifikasian dan pengelompokan penyajian pos-pos pada
Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional dan Laporan Perubahan
Ekuitas.
Secara rinci, kebijakan akuntansi yang diterapkan terkait dengan penyusunan Laporan
Keuangan tahun 2016 adalah sebagai berikut:
a. laporan realisasi anggaran
1. Pendapatan
Beberapa hal yang terkait dengan kebijakan akuntasi pendapatan antara lain:
a. Pendapatan adalah semua penerimaan kas daerah dalam periode tahun
anggaran yang menjadi hak daerah.
b. Pendapatan diakui atas dasar kas, yaitu pada saat diterima pada kas daerah.
c. Pencatatan pendapatan berdasarkan azas bruto yaitu mencatat penerimaan
bruto dan tidak diperbolehkan mencatat jumlah neto (setelah dikompensasikan
dengan pengeluaran).
d. Pengukuran pendapatan menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai
nominal yang diterima. Apabila pendapatan diukur dengan mata uang asing
dikonversi ke mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank
Indonesia) pada saat terjadinya pendapatan.
e. Pengembalian / koreksi atas penerimaan pendapatan yang terjadi pada periode
akuntansi dicatat sebagai pengurang pendapatan. Apabila
pengembalian/koreksi pendapatan terjadi setelah periode akuntansi berikutnya
dicatat sebagai pengurang ekuitas dana lancar (SiLPA).
f. Pendapatan diklasifikasikan menurut kelompoknya antara lain : Pendapatan Asli
Daerah, Pendapatan Transfer, dan Lain-lain Pendapatan yang Sah.
2. Belanja
Kebijakan akuntansi berkaitan dengan belanja daerah yaitu:
a. Belanja adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran
yang menjadi beban daerah. Belanja diakui atas dasar kas, yaitu pada saat
terjadinya pengeluaran dari kas daerah.
b. Pengukuran belanja menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai nominal
yang dikeluarkan. Apabila belanja diukur dengan mata uang asing dikonversi ke
mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada
saat pengakuan belanja.
c. Koreksi atas pengeluaran belanja yang terjadi pada periode akuntansi dicatat
sebagai pengurang belanja. Apabila diterima pada periode akuntansi berikutnya
dicatat sebagai Lain – lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah;
d. Belanja diklasifikasikan sesuai SAP yaitu : belanja operasi, belanja modal,
belanja tak terduga dan belanja bagi hasil – transfer. Belanja Operasi
diklasifikasikan atas : belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja
subsidi, belanja hibah dan belanja bantuan sosial. Belanja modal diklasifikasikan
atas : belanja tanah, belanja peralatan & mesin, belanja gedung & bangunan,
belanja jalan, irigasi & jaringan, belanja aset tetap lainnya dan belanja aset
lainnya.
b. Neraca
1. Aset Lancar
Aset lancar adalah kas dan sumber daya lainnya yang diharapkan dapat
dicairkan menjadi kas, dijual atau dipakai habis dalam 1 (satu) periode akuntansi.
Aset lancar antara lain: Kas di Bendahara Pengeluaran, Kas di Bendahara
Penerimaan, Piutang Pajak, Piutang Retribusi, Bagian Lancar Tagihan Penjualan
Angsuran, Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi (TGR), Piutang Lainnya, dan
Persediaan.
a) Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan kas yang menjadi tanggung jawab/
dikelola oleh Bendahara Pengeluaran yang berasal dari sisa uang persediaan
(UP) yang belum disetor ke kas daerah per tanggal neraca dan mencakup
seluruh saldo rekening Bendahara Pengeluaran, uang logam, uang kertas dan
lain-lain kas. Kas di Bendahara Pengeluaran dicatat sebesar nilai nominal
artinya disajikan sebesar nilai rupiahnya. Apabila terdapat kas dalam valuta
asing, maka dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs tengah Bank
Indonesia pada tanggal neraca.
b) Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Penerimaan mencakup seluruh kas, baik itu saldo rekening
di bank maupun saldo uang tunai, yang berada di bawah tanggung jawab
bendahara penerimaan yang sumbernya berasal dari pelaksanaan tugas
pemerintahan dari bendahara penerimaan yang bersangkutan. Saldo kas ini
mencerminkan saldo yang berasal dari pungutan yang sudah diterima oleh
bendahara penerimaan dari setoran para wajib pajak/retribusi yang belum
disetorkan ke kas daerah. Kas di Bendahara Penerimaan dicatat sebesar nilai
nominal artinya disajikan sebesar nilai rupiahnya.
Apabila terdapat kas dalam valuta asing, maka dikonversi menjadi rupiah
menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca.
c) Piutang Pajak
Piutang pajak adalah merupakan piutang atas pajak-pajak daerah yang dicatat
berdasarkan surat ketetapan pajak yang pembayarannya belum diterima.
Piutang pajak disajikan dengan nilai yang dapat direalisasikan (net realizable
value). Nilai bersih didapatkan dengan melakukan penyisihan piutang.
d) Piutang Retribusi
Piutang Retribusi merupakan piutang yang diakui atas jumlah yang belum
terbayar sebesar nilai rupiah dari ketetapan retribusi yang belum dilunasi
berdasarkan bukti penetapan retribusi. Piutang retribusi disajikan dengan nilai
yang dapat direalisasikan (net realizable value). Nilai bersih didapatkan dengan
melakukan penyisihan piutang.
e) Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran merupakan reklasifikasi tagihan
penjualan angsuran jangka panjang ke dalam piutang jangka pendek yang
disebabkan karena adanya tagihan angsuran jangka panjang yang jatuh tempo
pada tahun berjalan. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran disajikan
dengan nilai yang dapat direalisasikan (net realizable value). Nilai bersih
didapatkan dengan melakukan penyisihan piutang.
f) Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi (TGR)
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi merupakan reklasifikasi lain-lain aset yang
berupa TGR ke dalam aset lancar disebabkan adanya TGR jangka panjang
yang jatuh tempo tahun berikutnya. Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi
disajikan dengan nilai yang dapat direalisasikan (net realizable value). Nilai
bersih didapatkan dengan melakukan penyisihan piutang. Dokumen sumber
TGR adalah Surat Keputusan yang dikeluarkan Mejelis Pembebanan TP/TGR.
Dalam hal Surat Keputusan tersebut terlambat atau tidak diterbitkan, dokumen
sumber untuk Piutang TGR diperoleh dari hasil pemeriksaan APIP.
g) Piutang Lainnya
Akun Piutang Lainnya digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan
dengan pengakuan piutang di luar Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran,
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi dan Piutang Pajak. Piutang Lainnya
disajikan dengan nilai yang dapat direalisasikan (net realizable value). Nilai
bersih didapatkan dengan melakukan penyisihan piutang.
h) Penyisihan Piutang Tidak Tertagih
Penyisihan piutang tidak tertagih adalah alat yang digunakan untuk
menyesuaikan nilai piutang sehingga didapatkan nilai bersih yang dapat
direalisasikan (net realizable value). Metode penyisihan terhadap piutang yang
tidak tertagih terdiri atas taksiran kemungkinan tidak tertagih pada setiap akhir
periode dan disisihkan berdasarkan umur piutang.
Persentase penyisihan piutang berbeda-beda untuk masing-masing jenis
piutang:
(1) Piutang Pajak
Untuk piutang Pajak, daftar umur piutang dan penyisihan dikelompokkan
menjadi 5 (lima) kelompok umur piutang, yaitu:
- 1 (satu) tahun sampai dengan 2 (dua) tahun, penyisihan piutang tidak
tertagih sebesar 10%;
- 2 (dua) tahun sampai dengan 3 (tiga) tahun, penyisihan piutang tidak
tertagih sebesar 25%;
- 3 (tiga) tahun sampai dengan 4 (empat) tahun, penyisihan piutang
tidak tertagih sebesar 50%;
- 4 (empat) tahun sampai dengan 5 (lima) tahun, penyisihan piutang
tidak tertagih sebesar 75%;
- Diatas 5 (lima) tahun, penyisihan piutang tidak tertagih sebesar 100%.
(2) Piutang Retribusi
Untuk Piutang Retribusi, daftar umur piutang dan penyisihan
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok umur piutang, yaitu:
- 1 (satu) tahun sampai dengan 2 (dua) tahun, penyisihan piutang tidak
tertagih sebesar 10%;
- 2 (dua) tahun sampai dengan 3 (tiga) tahun, penyisihan piutang tidak
tertagih sebesar 50%;
- diatas 3 (tiga) tahun, penyisihan piutang tidak tertagih sebesar 100%;
i) Persediaan
Persediaan adalah aset dalam bentuk barang atau perlengkapan (supplies)
yang diperoleh dengan maksud untuk mendukung kegiatan operasional
pemerintah dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau
diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dalam waktu 12 (dua
belas) bulan dari tanggal pelaporan. Saldo persediaan adalah jumlah
persediaan yang masih ada pada tanggal neraca. Persediaan dicatat sebesar
biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian, biaya standar apabila
diperoleh dengan memproduksi sendiri dan nilai wajar apabila diperoleh
dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.
Metode Pencatatan Persediaan selain obat-obatan dicatat menggunakan
metode Fisik/periodik sedangkan untuk persediaan obat-obatan dengan
metode perpetual.Pencatatan perpetual yaitu “pencatatan atas persediaan
yang dilaksanakan setiap waktu, baik terhadap persediaan yang masuk
maupun persdiaan yang keluar.” Dalam metode ini, pencatatan persediaan
dilakukan dalam kartu persediaan yang menggambarkan persediaan
sebenarnya. Sedangkan Metode Pencatatan Periodik adalah pencatatan atas
persediaan dilakukan dengan menghitung jumlah persediaan di akhir suatu
periode untuk dilakukan pembukuan.
2. Investasi Permanen
Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk
dimiliki secara berkelanjutan. Bentuk investasi permanen antara lain Penyertaan
Modal Pemerintah Daerah dan Investasi Permanen Lainnya.
a) Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah menggambarkan jumlah yang dibayar
oleh Pemerintah Kota Mataram untuk penyertaan modal dalam perusahaan
negara/daerah dan perolehan deviden dari Penyertaan Modal Pemerintah
Daerah yang dikapitalisir kembali. Penyertaan modal pemerintah dicatat sebesar
harga perolehan jika kepemilikan kurang dari 20% dan tidak memiliki kendali
yang signifikan. Kepemilikan kurang dari 20% tetapi memiliki kendali yang
signifikan dan kepemilikan 51% atau lebih dicatat secara proporsional dari nilai
ekuitas yang tercantum dalam laporan keuangan perusahaan/lembaga yang
dimaksud. Untuk pencatatan dengan metode ekuitas, nilai penyertaan modal
pemerintah daerah dihitung dari nilai ekuitas yang ada di laporan keuangan
perusahaan yang bersangkutan dikalikan dengan persentase kepemilikan.
b) Investasi Permanen Lainnya – Dana Bergulir
Investasi Permanen Lainnya adalah investasi permanen yang tidak dapat
dimasukkan ke dalam kategori Penyertaan Modal Pemerintah Daerah. Investasi
Dana Bergulir merupakan dana yang dipinjamkan kepada kelompok masyarakat
untuk ditarik kembali setelah jangka waktu tertentu dan kemudian disalurkan
kembali. Investasi permanen lainnya dicatat sebesar harga perolehan termasuk
biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperolehnya. Investasi Dana
Bergulir dinilai sebesar jumlah nilai bersih yang dapat direalisasikan (Net
Realizable Value).
3. Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua
belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum. Perkiraan aset tetap terdiri dari Tanah, Peralatan dan Mesin,
Gedung dan Bangunan, Jalan, Irigasi, dan Jaringan, Aset Tetap Lainnya, Konstruksi
Dalam Pengerjaan, dan Akumulasi Penyusutan. Biaya pemeliharaan untuk
mempertahankan kondisi aset agar tetap dapat digunakan tidak dikapitalisir ke dalam
nilai aktiva yang bersangkutan, sedangkan biaya rehabilitasi yang menambah umur
dan manfaat dikapitalisir ke dalam nilai aktiva yang bersangkutan. Aset tetap selain
tanah dan konstruksi dalam pengerjaan dicatat sebesar nilai perolehan setelah
dikurangi dengan penyusutan.
a) Tanah
Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang dimiliki
atau diperoleh dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Dalam akun tanah termasuk
tanah yang digunakan untuk bangunan, jalan, irigasi dan jaringan. Tanah diakui
sebagai aset pada saat diterima dan terjadi perpindahan hak kepemilikan
dengan nilai historis, yaitu harga perolehan.
Harga perolehan ini meliputi harga pembelian serta biaya untuk
memperoleh hak, biaya yang berhubungan dengan pengukuran dan
penimbunan. Jika tidak tersedia data secara memadai, maka tanah dicatat
dengan estimasi harga perolehan.
b) Peralatan dan Mesin
Peralatan dan mesin mencakup antara lain: alat berat; alat angkutan; alat
bengkel dan alat ukur; alat pertanian; alat kantor dan rumah tangga; alat studio,
komunikasi dan pemancar; alat kedokteran dan kesehatan; alat laboratorium;
alat persenjataan; komputer; alat eksplorasi; alat pemboran; alat produksi,
pengolahan dan pemurnian; alat bantu eksplorasi; alat keselamatan kerja; alat
peraga; dan unit peralatan proses produksi yang masa manfaatnya lebih dari 12
(dua belas) bulan dan dalam kondisi siap digunakan. Peralatan dan mesin
dicatat sebagai aset pemerintah pada saat diterima dan terjadi perpindahan hak
kepemilikan. Peralatan dan mesin dicatat dengan nilai historis, yaitu harga
perolehan. Harga perolehan peralatan dan mesin yang dibangun dengan cara
swakelola meliputi biaya langsung (tenaga kerja, bahan baku) dan biaya tidak
langsung (perencanaan, pengawasan,perlengkapan, sewa peralatan dan biaya
lain) yang dikeluarkan hingga aset tersebut siap digunakan. Apabila tidak
terdapat data tentang nilai historisnya, maka nilai peralatan dan mesin dicatat
berdasarkan atas harga perolehan yang diestimasikan oleh instansi teknis
terkait. Peralatan dan mesin yang berasal dari hibah dinilai berdasarkan nilai
wajar dari harga pasar atau harga gantinya.
c) Gedung dan Bangunan
Gedung dan Bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang dibeli
atau dibangun dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Gedung dan Bangunan di neraca
meliputi antara lain bangunan gedung; monumen; bangunan menara; dan
rambu-rambu. Gedung dan bangunan dicatat sebagai aset pemerintah pada saat
diterima dan terjadi peralihan hak kepemilikan. Gedung dan bangunan dicatat
dengan nilai historis, harga perolehan. Harga perolehan gedung dan bangunan
yang dibangun secara swakelola meliputi biaya langsung (tenaga kerja, bahan
baku) dan biaya tidak langsung (perencanaan, pengawasan, perlengkapan,
sewa peralatan, dan biaya lain) yang dikeluarkan hingga aset tersebut siap
digunakan. Apabila tidak terdapat data tentang nilai historisnya, maka nilai
gedung dan bangunan dicatat berdasarkan atas harga perolehan yang
diestimasikan.
d) Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Jalan, irigasi dan jaringan mencakup jalan, irigasi dan jaringan yang dibangun
oleh pemerintah serta dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap
digunakan. Jalan, irigasi dan jaringan di neraca antara lain meliputi jalan dan
jembatan; bangunan air; instalasi; dan jaringan. Akun ini tidak mencakup tanah
yang diperoleh untuk pembangunan jalan, irigasi dan jaringan.Jalan, irigasi dan
jaringan dicatat sebagai aset pemerintah saat diterima dan terjadi perpindahan
hak kepemilikan dengan nilai historis/perolehan,
yaitu harga perolehan Harga perolehan jalan, irigasi, jaringan yang dibangun
dengan cara swakelola meliputi biaya langsung (Tenaga kerja, bahan baku) dan
biaya tidak langsung (perencanaan, pengawasan, perlengkapan, sewa
peralatan, dan biaya lain) yang dikeluarkan hingga aset tersebut siap digunakan.
Apabila tidak terdapat data tentang nilai historisnya, maka nilai jalan, irigasi dan
jaringan dicatat berdasarkan atas harga perolehan yang diestimasikan.
e) Aset Tetap Lainnya
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke
dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk
kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Aset tetap
lainnya di neraca antara lain meliputi koleksi perpustakaan/buku, barang
bercorak seni/budaya/olah raga dan hewan/tanaman. Aset tetap lainnya dicatat
sebagai aset pemerintah pada saat diterima dan terjadi perpindahan hak
kepemilikan. Aset tetap lainnya dicatat dengan nilai historis/harga perolehan.
Harga perolehan aset tetap lainnya yang diperoleh dengan cara swakelola
meliputi biaya langsung (Tenaga kerja, bahan baku) dan biaya tidak langsung
(perencanaan, pengawasan, perlengkapan, sewa peralatan, dan biaya lain) yang
dikeluarkan hingga aset tersebut siap digunakan. Apabila tidak terdapat data
tentang nilai historisnya, maka nilai aset tetap lainnya dicatat berdasarkan atas
harga perolehan yang diestimasikan.
f) Konstruksi Dalam Pengerjaan
Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses
pembangunan, yang pada tanggal neraca belum selesai dibangun seluruhnya.
Konstruksi dalam pengerjaan dicatat senilai seluruh biaya yang diakumulasikan
sampai dengan tanggal neraca dari semua jenis aset tetap dalam pengerjaan
yang belum selesai dibangun.
g) Akumulasi Penyusutan
Akumulasi Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset
tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset
yang bersangkutan. Nilai Penyusutan untuk masing-masing periode diakui
sebagai penguramg nilai tercatat aset tetap dalam neraca dan beban
penyusutan dalam Laporan Operasional.
Penyusutan nilai aset tetap dilakukan dengan metode garis lurus (straight line
method) sesuai dengan Masa manfaat dan penambahan masa manfaat atau
umur ekonomis aset tetap karena adanya perbaikan terhadap aset tetap baik
berupa overhaul dan renovasi. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan,
seluruh aset tetap disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut.
4. Aset Lainnya
Aset lainnya adalah aset pemerintah yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai aset
lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan. Aset lainnya
antara lain terdiri dari Tagihan Penjualan Angsuran dan Aset Lain-lain.
a) Tagihan Penjualan Angsuran
Tagihan penjualan angsuran menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari
penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah.
Contoh tagihan penjualan angsuran antara lain adalah penjualan rumah dinas
dan penjualan kendaraan dinas. Tagihan penjualan angsuran dinilai sebesar nilai
nominal dari kontrak/berita acara penjualan aset yang bersangkutan setelah
dikurangi dengan angsuran yang telah dibayarkan oleh pegawai ke kas daerah
atau daftar saldo tagihan penjualan angsuran.
b) Aset Lain-lain
Aset Lain-lain adalah aset-aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam Aset
Tak Berwujud, Tagihan Penjualan Angsuran, Tuntutan Ganti Rugi dan Kemitraan
dengan Pihak Ketiga. Contoh dari aset lain-lain adalah aset tetap yang
dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah (aset tetap yang kondisinya rusak
berat). Aset Lain-lain dicatat dengan nilai nominal dari aset yang bersangkutan.
Untuk aset tetap yang diklasifikasikan ke dalam Aset Lain-lain, dicantumkan
sebesar nilai perolehannya setelah dikurangi dengan penyusutan.
5. Kewajiban Jangka Pendek
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan
dibayar dalam waktu12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
Kewajiban jangka pendek meliputi bunga pinjaman, utang jangka pendek kepada
pihak ketiga, utang perhitungan fihak ketiga(PFK), utang beban dan bagian lancar
utang jangka panjang.
6. Kewajiban Jangka Panjang
Semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria kewajiban jangka pendek
diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Suatu kewajiban tetap
diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang, meskipun memenuhi kriteria
kewajiban jangka pendek, jika:
a. jangka waktu kewajiban adalah periode lebih dari 12 (dua belas) bulan;
b. entitas pelaporan bermaksud mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut
atas dasar jangka panjang yang didukung dengan adanya suatu perjanjian
tentang pendanaan kembali (refinancing), atau penjadwalan kembali terhadap
pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan diterbitkan, dimana
dalam laporan keuangan subtansi kewajiban dimaksud pada tanggal pelaporan
adalah kewajiban jangka panjang.
7. Ekuitas
Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan
selisih antara aset pemerintah daerah dan kewajiban pemerintah daerah pada
tanggal pelaporan. Ekuitas pada entitas akuntansi adalah kekayaan bersih entitas
akuntansi yang merupakan selisih antara aset entitas akuntansi dan kewajiban
entitas akuntansi pada tanggal pelaporan. Saldo ekuitas pada neraca berasal dari
saldo akhir ekuitas pada laporan perubahan ekuitas.
c. laporan Operasional
1. Pendapatan-LO
Beberapa hal yang terkait dengan kebijakan akuntasi pendapatan-LO antara lain:
a. Pendapatan-LO adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah
ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu
dibayar kembali.
b. Pendapatan-LO diakui atas dasar akrual, yaitu :
pada saat timbulnya hak atas pendapatan yang diperoleh berdasarkan
peraturan perundang-undangan atau timbulnya hak untuk menagih
imbalan atas suatu pelayanan yang telah selesai diberikan berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
Direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi atas
pendapatan atau adanya hak yang telah diterima oleh pemerintah tanpa
terlebih dahulu adanya penagihan.
c. Pencatatan pendapatan-LO berdasarkan azas bruto yaitu mencatat penerimaan
bruto dan tidak diperbolehkan mencatat jumlah neto (setelah dikompensasikan
dengan pengeluaran).
d. Pengukuran pendapatan dengan azas bruto dapat dikecualikan apabila besaran
pengurang terhadap pendapatan-Lo bruto (biaya) bersifat variabel terhadap
pendapatan dimaksud dan tidak dapat diestimasi terlebih dahulu dikarenakan
proses belum selesai.
e. Pengukuran pendapatan-LO menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai
nominal yang diterima. Apabila pendapatan diukur dengan mata uang asing
dikonversi ke mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank
Indonesia) pada saat terjadinya pendapatan.
f. Pengembalian / koreksi atas penerimaan pendapatan-LO yang terjadi pada
periode akuntansi ataupun periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang
pendapatan-LO.
g. pengembalian/koreksi pendapatan-LO yang sifatnya tidak berulang (non
recurring) pada periode akuntansi dibukukan sebagi pengurang pendapatan
pada periode yang sama. Apabila pengembalian/koreksi pendapatan-LO yang
sifatnya tidak berulang (non recurring) pada periode sebelumnya dibukukan
sebagi pengurang ekuitas pada periode ditemukannya koreksi dan
pengembalian tersebut.
h. Pendapatan-LO diklasifikasikan menurut sumber pendapatannya antara lain :
Pendapatan Asli Daerah-LO, Pendapatan Transfer-LO, dan Lain-lain
Pendapatan yang Sah-LO, Surplus Non Operasional–LO dan Pendapatan Luar
Biasa-LO dan diklasifikasikan lagi menurut jenis pendapatannya.
i. Untuk Badan Layanan Umum Daerah sebagai entitas akuntansi, pendapatan-LO
diakui dengan mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai
badan layanan umum daerah tersebut.
2. Beban-LO
Kebijakan akuntansi berkaitan dengan beban-LO yaitu:
a. Beban-LO adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun
anggaran yang menjadi beban daerah.
b. Beban diakui atas dasar akrual, pada saat timbulnya kewajiban, yaitu pada saat
terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke Entitas Akuntansi atau Entitas
Pelaporan tanpa diikuti keluarnya kas umum daerah. Contohnya tagihan
rekening telepon dan rekening listrik yang belum dibayar entitas akuntansi.
c. Terjadinya konsumsi aset, yaitu pada saat pengeluaran kas kepada pihak lain
yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset non kas dalam
kegiatan operasional pemerintah.
d. Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa, yaitu pada saat
penurunan nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset bersangkutan atau
berlalunya waktu. Contoh penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa adalah
penyusutan atau amortisasi.
e. Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi, yaitu dikelompokkan dalam
beban Operasional, Beban transfer, defisit non operasional dan beban luar
biasa. Berdasarkan jenisnya beban Operasi terdiri dari Beban Pegawai, Beban
barang dan Jasa, Beban Bunga, Beban Subsidi, Beban Hibah, Beban Bantuan
Sosial, Beban penyusustan dan amortisasi, beban penyisihan piutang dan beban
lain-lain.
f. Koreksi atas beban, termasuk penerimaan kembali (contra post) beban, yang
terjadi pada periode beban dibukukan sebagai pengurang beban pada periode
yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas beban
dibukukan dalam pendapatan lain-lain. Dalam hal mengakibatkan penambahan
beban dilakukan dengan pembetulan pada akun ekuitas.
g. Dalam hal Badan Layanan Umum Daerah, beban diakui dengan mengacu pada
peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum daerah.
d. laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan pos-pos : antara lain:
a. Ekuitas Awal
b. Surplus/defisit-LO
c. Koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas yang erasal dari dampak
kumulatis yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntasi atau koreksi atas
kesalahan pencatatan, misalnya koreksi kesalahan mendasar dari persediaan
yang terjadi pada periode-periode sebelumnya, perubahan nilai aset tetap
karena revaluasi aset tetap.
d. Ekuitas Akhir.
BAB V
PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN
5.1 Rincian dan Penjelasan Masing-Masing Pos-Pos Pelaporan Keuangan
NERACA KOMPARATIF per 31 Desember 2017 dan 2016
5.1.1. ASET
U r a i a n Tahun 2017 Tahun 2016
ASET LANCAR
1. Kas di Bendaharawan Pengeluaran 0,00 0,00
Saldo Kas di Bendaharawan Pengeluaran sebesar Rp.0,- dan Rp.0,- merupakan saldo kas per tanggal 31 Desember 2017 dan 2016, dengan rincian:
a. Sisa UUDP 0,00 0,00 b. Jasa bank belum di setor ke kasda 0,00 0,00 c. Uang PFK yang belum disetor 0,00 0,00
Jumlah 0,00 0,00
2. Kas di Bendaharawan Penerimaan 0,00 0,00
Saldo Kas di Bendaharawan Penerimaan sebesar Rp.0,- dan Rp.0,- merupakan saldo kas per tanggal 31 Desember 2017 dan 2016, atas uang penerimaan dari wajib pajak/wajib restibusi yang belum disetor ke kasda
3. Piutang Pajak 0,00 0,00
Saldo Piutang Pajak sebesar Rp.0,- dan Rp.0,- merupakan saldo per tanggal 31 Desember 2017 dan 2016 dengan rincian sebagai berikut:
a. Pajak Hotel 0,00 0,00 b. Pajak Restoran 0,00 0,00 Jumlah 0,00 0,00
Daftar rincian disajikan pada lampiran...
4. Piutang Restribusi 0,00 0,00
Saldo Piutang Restribusi sebesar Rp.0,- dan Rp.0,- merupakan saldo per tanggal 31 Desember 2017 dan 2016, dengan rincian sebagai berikut:
a. Restribusi..... 0,00 0,00 b. Restribusi...... 0,00 0,00 c. dst 0,00 0,00 Jumlah 0,00 0,00
Daftar rincian disajikan pada lampiran...
5. Bagian Lancar dari Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TGR)
0,00 0,00
Saldo Bagian Lancar dari Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi sebesar Rp.0,- dan Rp.0,- merupakan saldo per tanggal 31 Desember 2017 dan 2016, yang berasal dari temuan kerugian kas daerah hasil audit dari aparat pengawasan yang belum disetor ke kas daerah per tanggal neraca,
U r a i a n Tahun 2017 Tahun 2016
dengan rincian sebagai berikut:
a. Temuan BPK 0,00 0,00 b. Temuan BPKP 0,00 0,00 c. Temuan dari Itjen Depdagri 0,00 0,00 d. Temuan dari Bawasda Provinsi 0,00 0,00
e. Temuan dari Bawasda Kabupaten ................,00 0,00
Jumlah 0,00 0,00
Daftar rincian disajikan pada lampiran...
6. Persediaan 1.881.500,00 1.186.650,00
Saldo Persediaan sebesar Rp. 1.881.500 dan Rp. 1.18.650 merupakan saldo per tanggal 31 Desember 2017 dan 2016, dengan rincian sebagai berikut:
a. ATK. 1.881.500,00 1.186.650,00 b. ................ 0,00 0,00 c. ............... 0,00 0,00
Jumlah 1.881.500,00 1.186.650,00
ASET TETAP
7. Tanah 28.071.479.000,00 28.071.479.000,00
Saldo Aset Tetap - Tanah sebesar Rp. 28.071.479.000,- dan Rp. 28.071.479.000,- merupakan saldo per tanggal 31 Desember 2017 dan 2016, dengan rincian sebagai berikut:
a. Tanah untuk bangunan Perumahan 618.320.000,00 618.320.000,00 b. Tanah untuk Bangunan Tempat Kerja 18.381.377.000,00 18.381.377.000,00 c. Tanah untuk Bangunan Bukan Gedung 9.071.782.000,00 9.071.782.000,00
Jumlah 28.071.479.000,00 28.071.479.000,00
Adapun mutasi aset tetap – tanah selama tahun anggaran 2017 adalah sebagai berikut:
Mutasi – Tambah: a. Tanah untuk bangunan Perumahan 0,00 0,00 b. Tanah untuk Bangunan Tempat Kerja 0,00 0,00 c. Tanah untuk Bangunan Bukan Gedung 0,00 0,00
Jumlah Penambahan ,00 0,00
Mutasi – Kurang: a. Tanah untuk bangunan Perumahan 0,00 0,00 b. Tanah untuk Bangunan Tempat Kerja 0,00 0,00 c. Tanah untuk Bangunan Bukan Gedung 0,00 0,00 d. dst 0,00 0,00
Jumlah Pengurangan 0,00 0,00
Jumlah 0,00 0,00
Catatan atas akun aset tetap – tanah adalah sebagai berikut: Mutasi tambah dengan bagian Umum Sekda Kota Mataram atas nilai appraisal KPKNL tahun
2012 berupa tanah bangunan musholla senilai 273.809.000,- dan bangunan Kantor Camat Sandubaya senilai Rp. 7.954.373.000,- jumlah total Rp. 8.846.502.000,-.
Mutasi tambah dari Kantor Kecamatan Cakraengara dengan keterangan digunakan untuk kantor upt/kpt ( mutasi dari kecamatan yang lama) senilai Rp. 618.320.000,-.
Daftar rincian aset tetap – tanah disajikan pada lampiran:.....
U r a i a n Tahun 2017 Tahun 2016
8. Peralatan dan Mesin 3.191.980.579,00 1.780.697.439,00 Saldo Aset tetap – Peralatan dan Mesin
sebesar Rp.3.191.980.579,00 dan Rp. 1.780.697.439,00 merupakan saldo per tanggal 31 Desember 2017 dan 2016, dengan rincian sebagai berikut:
a. Alat-alat besar/berat 0,00 0,00 b. Alat Angkutan/Transportasi 1.939.357.650,00 695.987.650,00 c. Alat Bengkel dan Alat Ukur 12.000.000,00 12.000.000,00 d. Alat Pertanian 56.537.000,00 56.537.000,00 e. Alat Kantor dan Rumah Tangga 1.088.580.629,00 920.667.789,00 f. Alat Studio dan Komunikasi 32.505.000,00 32.505.000,00 g. Alat Kedokteran 3.000.000,00 3.000.000,00 h. Alat Laboratorium 60.000.000,00 60.000.000,00 i. Alat Keamanan/Persenjataan 0,00 0,00
Jumlah 3.191.980.579,00 1.780.697.439,00
Adapun mutasi aset tetap – Peralatan dan Mesin selama tahun anggaran 2017 adalah sebagai berikut:
Mutasi – Tambah: a. Alat-alat besar/berat 0,00 0,00 b. Alat Angkutan/Transportasi 1.243.370.000,00 0,00 c. Alat Bengkel dan Alat Ukur 0,00 0,00 d. Alat Pertanian 0,00 0,00 e. Alat Kantor dan Rumah Tangga 167.912.840,00 0,00 f. Alat Studio dan Komunikasi 0,00 0,00 g. Alat Kedokteran 0,00 0,00 h. Alat Laboratorium 0,00 0,00 i. Alat Keamanan/Persenjataan 0,00 0,00 Jumlah Penambahan 1.411.282.840,00 0,00
Mutasi – Kurang: a. Alat-alat besar/berat 0,00 0,00 b. Alat Angkutan/Transportasi 0,00 0,00 c. Alat Bengkel dan Alat Ukur 0,00 0,00 d. Alat Pertanian 0,00 0,00 e. Alat Kantor dan Rumah Tangga 0,00 0,00 f. Alat Studio dan Komunikasi 0,00 0,00 g. Alat Kedokteran 0,00 0,00 h. Alat Laboratorium 0,00 0,00 i. Alat Keamanan/Persenjataan 0,00 0,00 Jumlah Pengurangan 0,00 0,00
Jumlah 1.411.282.840,00 0,00
Catatan atas akun aset tetap – Peralatan dan Mesin adalah sebagai berikut:
Mutasi ke Exstra Kompoatabel : Pada KIB B golongan peralatan dan mesin kode 12 kondisi 1 ( baik ) dan 2 ( kurang Baik ) nilai total Rp. 716.067.689,- dengan rincian sebagai berikut
- Mutasi ke Ekstra Kompatabel kode 12 kondisi 3 ( Rusak Berat ) Rp. 90.589.000,- sebanyak 92 ( dua item ).
Daftar rincian aset tetap – Peralatan dan Mesin beserta perhitungan penyusutannya disajikan pada lampiran:.....
9. Bangunan Gedung 6.549.121.326,00 6.158.647.326,00
Saldo Aset Tetap – Bangunan Gedung sebesar Rp.6.549.121.326,00 dan Rp. 6.158.637.326,00 merupakan saldo per tanggal 31 Desember 2017 dan 2016, dengan rincian sebagai berikut:
a. Bangunan Gedung 6.549.921.326,00 6.180.447.326,00 b. Monumen 14.200.000,00 14.200.000,00
Jumlah 6.549.121.326,00 6.158.647.326,00
U r a i a n Tahun 2017 Tahun 2016
Adapun mutasi aset tetap – Bangunan Gedung selama tahun anggaran 2017 adalah sebagai berikut:
Mutasi – Tambah: a. Bangunan Gedung 0,00 0,00 b. Monumen 369.474.000,00 0,00
Jumlah Penambahan 369.474.000,00 0,00 Mutasi – Kurang: a. Bangunan Gedung 0,00 0,00 b. Monumen 0,00 0,00
Jumlah Pengurangan 0,00 0,00
Jumlah 369.474.000,00 0.,00
Catatan atas akun aset tetap – bangunan gedung adalah sebagai berikut: Mutasi tambah dari bagian umum Sekda Kota Mataram atas nilai appraisal KPKNL tahun 2013
berupa :
- Bangunan Gedung Kantor Camat Sandubaya (Apraisal KPKNL) senilai Rp. 175.440.000,-
- Bangunan Gedung Aula Kantor Camat Sandubaya (Apraisal KPKNL) senilai Rp. 131.090.000,-
- Bangunan Rumah jaga Kantor Camat Sandubaya (Apraisal KPKNL) senilai Rp. 18.280.000,- Jumlah Total; Rp. 324.810.000,-
Mutasi tambah dari Kantor Camat Kantor Camat Cakranegara ( Kecamatan yang lama) berupa:
- Paping block ( Mutasi dari Kecamatan yang lama ) Rp.190.760.000,-
- ( Mutasi dari Kecamatan yang lama ) (1) Rp. 213.150.000,-
- Bangunan gedung Pertemuan Permanen(Mutasi dari Kecamatan yang lama ) ( 2) Rp. 97.755.000,-
- Penataan Halaman Parkir (Mutasi dari Kecamatan yang lama) Rp. 36.622.262,- Jumlah Total Rp. 538.287.262,-
Mutasi Kurang
- Mutasi Kurang Berdasarkan penelusuran bahwa gedung Kantor Camat Sandubaya berdasarkan neraca 2014 senilai 487.357.834,- sebelum aprasial nilai setelah aprasial menjadi Rp. 1.256.642.596,-.
Daftar rincian aset tetap – bangunan gedung beserta perhitungan penyusutannya disajikan pada lampiran:.....
10. Jalan, Irigasi dan Jaringan 707.162.000,00 705.402.000,00
Saldo Aset Tetap – Jalan, Irigasi dan Jaringan sebesar Rp.707.162.000,- dan Rp. 705.402.000,- merupakan saldo per tanggal 31 Desember 2017 dan 2016, dengan rincian sebagai berikut:
a. Jalan 299.040.000,00 299.040.000,00 b. Jembatan 15.200.000,00 15.200.000,00 c. Bangunan Air 387.212.000,00 387.212.000,00 d. Jaringan Irigasi 3.760.000,00 1.950.000,00 e. Instalasi 2.000.000,00 2.000.000,00
Jumlah 707.162.000,00 705.402.000,00
Adapun mutasi aset tetap – Jalan, Irigasi dan Jaringan selama tahun anggaran 2017 adalah sebagai berikut:
Mutasi – Tambah: a. Jalan 0,00 0,00 b. Jembatan 0,00 0,00 c. Bangunan Air 0,00 0,00 d. Jaringan Irigasi 0,00 0,00 e. Instalasi 1.810.000,00 0,00 Jumlah Penambahan 1.810.000,00 0,00
U r a i a n Tahun 2017 Tahun 2016
Mutasi – Kurang: a. Jalan 0,00 0,00 b. Jembatan 0,00 0,00 c. Bangunan Air 0,00 0,00 d. Jaringan Irigasi 0,00 0,00 e. Instalasi 0,00 0,00 Jumlah Pengurangan 0,00 0,00
Jumlah 0,00 0,00
Catatan atas akun aset tetap – Jalan, Irigasi dan Jaringan adalah sebagai berikut: Terdapat mutasi tambah dengan rincian penjelasan sebagai berikut :
- Pengadaan Kontruksi Jaringan Irigasi (Mutasi dari Kecamatan yang lama ) tahun 2007 senilai Rp. 116.100.000,-
- Mutasi antar akun berupa paving Block senilai Rp. 14.950.000,- jumlah total Rp. 131.050.000,-
- Mutasi Kurang dengan rincian sebagai berikut : Mutasi kurang dari Kantor Camat Sandubaya ke Kelurahan dan Lingkungan Se-
Kecamatan Sandubaya berupa pengadaan Paping Block, Jaringan Irigasi dan lampu Penerangan Jalan Senilai Rp. 115.670.000,-
Daftar rincian aset tetap – Jalan, Irigasi dan Jaringan beserta perhitungan penyusutannya disajikan pada lampiran:.....
11. Aset Tetap Lainnya 24.014.000,00 24.014.000,00
Saldo Aset Tetap – Aset Tetap Lainnya sebesar Rp. 24.014.000,- dan Rp. 24.014.000,- merupakan saldo per tanggal 31 Desember 2017 dan 2016, dengan rincian sebagai berikut:
a. Buku Perpustakaan 2.514.000,00 2.514.000,00 b. Barang Bercorak Seni/Olah raga 18.500.000,00 18.500.000,00 c. Hewan/Tanaman 3.000.000,00 3.000.000,00
Jumlah 24.014.000,00 24.014.000,00
Adapun mutasi aset tetap – Aset Tetap Lainnya selama tahun anggaran 2015 adalah sebagai berikut:
Mutasi – Tambah: a. Buku Perpustakaan 0,00 0,00 b. Barang Bercorak Seni/Olah raga 0,00 0,00 c. Hewan/Tanaman 0,00 0,00
Jumlah Penambahan 0,00 0,00
Mutasi – Kurang: a. Buku Perpustakaan 0,00 0,00 b. Barang Bercorak Seni/Olah raga 0,00 0,00 c. Hewan/Tanaman 0,00 0,00
Jumlah Pengurangan 0,00 0,00
Jumlah 0,00 0,00
Catatan atas akun aset tetap – Aset Tetap Lainnya adalah sebagai berikut:
Terdapat mutasi dengan rincian penjelasan sebagai berikut :
- Mutasi tambah dari Kantor Camat Cakranegara berupa buku bacaan tahun 2001 dan 2009 senilai Rp. 4. 114.000,-
- Mutasi anatr akun tahun 2014 berupa pengadaan umbul-umbul, bendera dan meja rampel senilai Rp. 2.400.000,-
- Mutasi kurang dari Kantor Camat Sandubaya ke Kelurahan Se-Kecamatan Sandubaya tahun 2009 berupa umbul-umbul, Rampel dan Bendera dengan rincian sebagai berikut :
Kelurahan Selagalas senilai Rp. 4.000.000,-
Kelurahan Bertais senilai Rp. 4.000.000,-
Kelurahan Mandalika senila Rp. 3.000.000,-
Kelurahan Babakan senilai Rp. 2.500.000,-
Kelurahan Turida senilai Rp. 3.500.000,-
Kelurahan Abiantubuh Baru senilai Rp. 2.500.000,-
Kelurahan Dasan Cermen senilai Rp. 4.000.000,-
U r a i a n Tahun 2017 Tahun 2016
Daftar rincian aset tetap – Aset Tetap Lainnya beserta perhitungan penyusutannya disajikan pada lampiran:....
12. Konstruksi Dalam Pengerjaan 0,00 0,00
Saldo Aset Tetap – Konstruksi Dalam Pengerjaan per tanggal 31 Desember 2017 dan 2016 sebesar Rp. 0,- dan Rp.0,- merupakan aset tetap yang dalam proses pengerjaan, dengan rincian sebagai berikut:
a. Pengadaan ................. 0,00 0,00 b. Pembangunan ......... 0,00 0,00 c. dst 0,00 0,00
Jumlah 0,00 0,00 Catatan atas akun aset tetap – Konstruksi Dalam Pengerjaan adalah sebagai berikut: .....................
................... dst
Daftar rincian aset tetap – Konstruksi Dalam Pengerjaan disajikan pada lampiran:..... ASET LAINNYA
13. Aset Lain-Lain 94.089.000,00 94.089.000,00 Saldo Aset Lain-lain merupakan Aset tetap
yang dalam kondisi rusak berat yang tidak dapat digunakan lagi untuk kegiatan operasional sebesar Rp.94.089.000,- dan Rp. 94.089.000,- merupakan saldo per tanggal 31 Desember 2017 dan 2016, dengan rincian sebagai berikut:
a. Peralatan dan Mesin 0,00 0,00 b. Bangunan Gedung 0,00 0,00 c. Jalan, Irigasi dan Jaringan 0,00 0,00 d. Aset Tetap Lainnya 94.089.000,00 94.089.000,00 Jumlah 94.089.000,00 94.089.000,00
Catatan atas akun aset lainnya adalah sebagai berikut: Mutasi ke Ekstra Kompatabel kode 12 kondisi 3 ( rusak Berat ) Rp. 90.589.000,-
sebanyak 92 ( Sembilan puluh dua item).
5.1.2. KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 14. Utang Perhitungan Fihak Ketiga 0,00 0,00
Saldo Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) per tanggal 31 Desember 2017 dan 2016 sebesar Rp.0,- dan Rp.0,-, merupakan kewajiban Bendaharawan Pengeluaran untuk menyetorkan kepada pihak ketiga atas pemungutan pajak/non pajak.
Adapun jenis Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) yang belum disetorkan adalah sebagai berikut: ................
................ ..............dst
15. Pendapatan yang ditangguhkan 0,00 0,00
Saldo Pendapatan Yang Ditangguhkan per tanggal 31 Desember 2017 dan 2016 sebesar Rp.0,- dan Rp.0,00 merupakan pendapatan daerah yang belum disetorkan ke kas daerah, tetapi masih berada di kas bendaharawan.
Adapun jenis pendapatan tersebut yang belum disetorkan ke kas daerah adalah sebagai berikut: ................
................ ..............dst
U r a i a n Tahun 2017 Tahun 2016
16. Utang Jangka Pendek lainnya 136.424.350,00 3.591.275,00 Saldo Uatang jangka pendek lainnya Yang
Ditangguhkan per tanggal 31 Desember 2017 dan 2016 sebesar Rp.136.424.350,- dan Rp.3.591.275,00 merupakan pendapatan daerah yang belum disetorkan ke kas daerah, tetapi masih berada di kas bendaharawan.
Adapun jenis Utang jangka pendek lainnya tersebut yang belum disetorkan ke kas daerah adalah sebagai berikut: ................
5.1.3. EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR 17. Ekuitas Dana Lancar (2.404.625,00) (2.078.966,00)
Saldo Ekuitas Dana Lancar – Cadangan Piutang per tanggal 31 Desember 2017 dan 2016 sebesar Rp.(2.404.625,00) dan Rp.(2.078.966,00) merupakan pos lawan dari adanya pengakuan aset lancar – piutang, berupa:
a. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) b. Cadangan untuk Piutang c. Cadangan untuk Persediaan
e. Pendapatan yang ditangguhkan 0,00 0,00 Jumlah (2.404.625,00) (2.078.966,00)
18. Cadangan Persediaan 1.881.500,00 1.186.650,00
Saldo Ekuitas Dana Lancar – Cadangan Persediaan per tanggal 31 Desember 2017 dan 2016 sebesar Rp. 1.881.500,00 dan Rp.1.186.650,00 merupakan pos lawan dari adanya pengakuan aset lancar – Persediaan.
EKUITAS DANA INVESTASI
19. Ekuitas Dana Investasi 35.275.324.226,00 34.760.625.788,32
Saldo Ekuitas Dana Investasi per tanggal 31 Desember 2017 dan 2016 sebesar Rp. 35.275.324.226,00 dan Rp. 34.760.625.788,32 yang terdiri dari:
a. Diinvestasikan dalam Investasi jangka panjang
0,00 0,00
b. Diinvestasikan dalam Aset Tetap 34.671.991.413,00 34.760.625.788,32 c. Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
( Tidak termasuk Dana Cadangan) d. Dana yang harus disediakan untuk
pembayaran hutang Jangka Panjang
94.089.000,00
0,00
94.089.000,00
0,00
Jumlah 35.671.991.413,00 34.760.625.788,32
EKUITAS DANA CADANGAN 20. Ekuitas Dana cadangan 0,00 0,00
Saldo Ekuitas Dana cadangan per tanggal 31 Desember 2017 dan 2016 sebesar Rp. 0,- dan Rp. 0,-, yang terdiri dari:
a. Diinvestasikan dalam Dana Cadangan 0,00 0,00
Jumlah 0,00 0,00 KOREKSI EKUITAS
21. Ekuitas Dana cadangan 0,00 0,00 Saldo Koreksi Ekuitas per tanggal 31
Desember 2017 dan 2016 sebesar Rp. 0,00 dan Rp. 0,00, yang terdiri dari:
a. Koreksi Ekuitas (0,00) 0,00 Jumlah 0,00 0,00
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
5.1.5 BELANJA
Belanja daerah dikelompokkan ke dalam 4 (empat) bagian yaitu Belanja Operasi, Belanja Modal,
Belanja Tak Terduga dan Belanja Bagi Hasil - Transfer.
Belanja Operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah daerah
yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi antara lain meliputi belanja pegawai dari
kelompok belanja langsung dan belanja tidak langsung, dan belanja barang/jasa dari kelompok
belanja langsung.
Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang
memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi antara lain belanja
modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan aset tidak berwujud.
Jumlah Belanja dalam Tahun Anggaran 2017 dengan target anggaran setelah perubahan
sebesar Rp 9.678.825.366,15, realisasinya sebesar Rp 9.319.984.152 atau 96,29%. Rincian atas
jumlah belanja tersebut sebagai berikut:
Rp %
1 Belanja Pegawai 5,988,334,866.15 5,722,549,924.00 95.56
2 Belanja Barang dan Jasa 1,780,580,500.00 1,699,559,728.00 95.45