Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jenis kanker tertinggi yang paling banyak menyerang perempuan di dunia adalah kanker payudara, hal ini dibuktikan dari data Global Burden Of Cancer (Globocan/IARC) tahun 2012, terdapat 38 kasus per 100.000 perempuan kemudian diikuti kanker leher rahim 16 kasus per 100.000 perempuan (Wahidin, 2015). Kanker payudara (Carcinoma Mammae ) adalah tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara, kelenjar susu, maupun pada jaringan lemak (Suryaningsih&Sukaca, 2009). Berdasarkan estimasi International Agency for Researh on Cancer, tahun 2020 diperkirakan ada 1,15 juta kasus baru dan 411.000 kematian akibat kanker payudara dan ditambah lagi 70% kasus baru dan 55% kematian diprediksi terjadi di Negara berkembang (Rasjidi, 2010). Setiap tahun Negara berkembang yang terjadi kanker payudara yaitu lebih dari 580.000 kasus baru dan kurang lebih 372.000 pasien meninggal (Suryaningsih&Sukaca, 2009). Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang juga tidak luput dari serangan penyakit ini. Hasil dari Pusat data dan informasi kementerian kesehatan tahun 2015 estimasi jumlah kasus baru dan
89

BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

Oct 15, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jenis kanker tertinggi yang paling banyak menyerang perempuan

di dunia adalah kanker payudara, hal ini dibuktikan dari data Global

Burden Of Cancer (Globocan/IARC) tahun 2012, terdapat 38 kasus per

100.000 perempuan kemudian diikuti kanker leher rahim 16 kasus per

100.000 perempuan (Wahidin, 2015). Kanker payudara (Carcinoma

Mammae ) adalah tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara,

kelenjar susu, maupun pada jaringan lemak (Suryaningsih&Sukaca,

2009).

Berdasarkan estimasi International Agency for Researh on

Cancer, tahun 2020 diperkirakan ada 1,15 juta kasus baru dan 411.000

kematian akibat kanker payudara dan ditambah lagi 70% kasus baru dan

55% kematian diprediksi terjadi di Negara berkembang (Rasjidi, 2010).

Setiap tahun Negara berkembang yang terjadi kanker payudara yaitu

lebih dari 580.000 kasus baru dan kurang lebih 372.000 pasien

meninggal (Suryaningsih&Sukaca, 2009).

Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang juga tidak luput

dari serangan penyakit ini. Hasil dari Pusat data dan informasi

kementerian kesehatan tahun 2015 estimasi jumlah kasus baru dan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

2

jumlah kematian akibat kanker payudara di Rumah Sakit (RS)

Kanker Dharmais tahun 2010-2013 terus mengalami peningkatan yang

signifikan setiap tahunnya, dimana pada tahun 2010 terdapat 711 kasus

baru dengan 93 kematian, pada tahun 2011 meningkat menjadi 769

kasus baru dengan 120 kematian, dan pada tahun 2012 meningkat

menjadi 809 kasus baru dengan 150 kematian, sedangkan pada tahun

2013 meningkat menjadi 819 kasus baru dengan kematian 217. Data ini

menjadikan kanker payudara menjadi kanker dengan penderita paling

banyak dan penyebab kematian paling bayak di Indonesia.

Provinsi Jawa Tengah tahun 2015, melakukan deteksi dini kanker

leher rahim yaitu metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dan kanker

payudara yaitu metode CBE (Pemeriksaan Payudara secara Klinis),

terdapat 18.954 wanita usia subur dengan sasaran perempuan usia 30-50

tahun. Hasil dari pemeriksaan CBE pada keseluruhan wanita usia subur

adalah yang ditemukan benjolan payudara pada wanita usia subur yaitu

wilayah Kabupaten Pemalang dengan presentasi 20,97% dan Kabupaten

Temanggung dengan presentasi7,64%,

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung tahun 2015

penderita kanker payudara sebanyak 378 kasus yaitu di rumah sakit

sebanyak 270 kasus dan puskesmas sebanyak 108 kasus, paling banyak

di temukan rumah sakit RSUD Temanggung sebesar 139 kasus dan di

Puskesmas Kranggan yaitu 14 kasus.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

3

Studi pendahuluan tanggal 19 Oktober 2016, menunjukkan bahwa

terdapat data sebanyak 146 kasus kanker payudara terhitung dari

tanggal 1 Januari 2016 sampai tanggal 13 Agustus 2016 di RSUD

Temanggung. Adapun usia yang terkena kanker payudara pada wanita

usia subur (15-49 tahun) yaitu 57 kasus. Berdasarkan wawancara dari

petugas rumah sakit tentang pasien yang dirujuk dari puskesmas di Kab.

Temanggung bahwa kebanyakan pasien datang ke rumah sakit sudah

dalam kondisi stadium lanjut yaitu stadium 3 dan 4, ini berarti banyak

wanita untuk memeriksakan kesehatan yang dideritanya sudah parah

dan bisa dikatakan terlambat untuk memeriksakannya sehingga tingkat

kesembuhannya makin kecil dan paling banyak dilakukan rumah sakit

yaitu harus menjalani program pembedahan dan kemoterapi, dengan hal

ini biaya penanganan kanker payudara mulai dari diagnosa sampai

pengobatan cukup mahal, sehingga banyak wanita ikut jaminan

kesehatan untuk meringankan biaya pengobatannya yang dilakukan.

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko kanker payudara

antara lain usia, riwayat kesehatan, faktor keturunan, faktor hormonal

seperti menarche (sebelum usia 12 tahun),menopause (lebih dari usia 50

tahun) dan pengguna alat kontrasepsi yang mengandung hormon. Selain

itu upaya menunda kehamilan atau kehamilan pertama diatas usia 30

tahun juga bisa meningkatkan resiko. Gaya hidup yang tidak sehat,

misalnya sering mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak jahat

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

4

atau kurang berolah raga, juga dapat memperbesar resiko terserang

kanker payudara (Lee,2008).

Kanker payudara ditemukan dalam stadium lanjut (III dan IV)

sebanyak 70% kasus dikarenakan masih rendahnya kesadaran,

pengertian, dan pengetahuan masyarakat tentang kanker payudara

(Rasjidi, 2010). Kurangnya kewaspadaan masyarakat terhadap kanker

berhubungan kurangnya pendidikan tentang kanker sehingga turut

menyumbang terhadap meningkatnya angka kesakitan (morbiditas) dan

angka kematian (mortalitas akibat kanker, terutama di negara

berkembang yang secara ekonomi yang mengalami masalah

(Gondhowiardjo,2010) dan ditambah Mubarak (2012) menyatakan

tingkat pendidikan suatu bangsa akan memengaruhi perilaku rakyatnya.

Makin tinggi pendidikan masyarakat makin tinggi kesadaran

kesehatannya dan seseorang makin mudah untuk menerima informasi.

Kanker payudara pada dasarnya dapat di deteksi sendiri oleh

penderita melalui pemeriksaan rutin pada payudara. Salah satu cara

untuk mendeteksi kelainan serta kemungkinan timbulnya kanker

payudara adalah SADARI yaitu cara memeriksa payudara sendiri atau

disebut dengan breast self-exam (BSE) yang dimulai dari usia subur,

sebab 85% kelainan di payudara justru pertama kali dikenali oleh

penderita (Suryaningsih&Sukaca,2009). SADARI direkomendasikan

dari American Cancer Society yaitu dilakukan setiap bulan, 7 hari

setelah menstruasi (Manuaba, 2010).

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

5

Pemerintah telah mencanangkan SADARI sebagai program

nasional pada tanggal 21 April 2008. Program SADARI adalah salah

satu upaya penanganan terhadap penyakit kanker payudara secara dini.

Melakukan SADARI dengan angka kematian akibat kanker payudara

dapat diturunkan hingga 20%. Namun dibalik keberhasilan program

tersebut, nyatanya masih banyak perempuan yang belum memahami apa

sebenarnya SADARI dan bagaimana prakteknya untuk dapat

mendeteksi kelainan pada payudara. Hanya sekitar 25-30% perempuan

yang melakukan SADARI, hal tersebut menjadi salah satu faktor

penyebab masih tingginya angka kesakitan dan kematian akibat kanker

payudara bukan hanya di Indonesia tetapi juga dunia (Saptaputra

et.al, 2012). Menurut Bustan (2007) menyatakan bahwa umur penderita

kanker di Indonesia lebih mudah yaitu kurang dari 45 tahun.

Puskesmas Kranggan merupakan salah satu puskesmas sebagai

tempat pelayanan, pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim yaitu

metode IVA dan kanker payudara yaitu metode CBE yang dilakukan

tenaga kesehatan. Program ini sudah disosialisasikan disemua desa

wilayah puskesmas kranggan. Hasil data dari bulan Januari-bulan

Oktober 2016 terdapat 2 orang meninggal dunia di antara usia 45-60

tahun akibat menderita kanker payudara dan terdapat jumlah kanker

payudara yaitu Desa Kranggan yaitu 1 kasus, Desa Pendowo yaitu 1

kasus, Desa Klepu yaitu 1 kasus, Desa Kramat yaitu 3 kasus, Desa

Kemloko yaitu 2 kasus. Kelima desa yang paling tinggi adalah Desa

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

6

Kramat dan terdapat 452 wanita usia subur. Dilakukan wawancara di

Desa Kramat bahwa sosialisasi tentang kanker payudara sudah

dilakukan dengan cara membagikan leaflet dan penyuluhan, namun

tingkat kehadiran masyarakat masih rendah, yaitu menunjukkan dari 7

orang ada 4 orang yang hadir, sehingga yang melakukan

SADARI dari 7 orang tersebut ada yang melakukan secara rutin dan

ada yang tidak melakukan secara rutin dalam sebulan, dikarenakan

mereka mengatakan malas, kalau lagi ingat dilakukan kalau tidak ingat

tidak dilakukan pemeriksaan payudara sendiri sehingga tindakan

SADARI masih mimimnya dilakukan.

Dari fenomena di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan deteksi

dini kanker payudara (SADARI) pada wanita usia subur”.

B. Rumusan Masalah

Indonesia termasuk Negara berkembang yang tidak luput dari

serangan penyakit kanker payudara. Hal ini dibuktikan di Rumah Sakit

(RS) Kanker Dharmais tahun 2010-2013 terus mengalami peningkatan

yang signifikan setiap tahunnya. Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 juga

ditemukan benjolan payudara tertinggi di Kab.Temanggung setelah

Kab.Pemalang dengan presentase 7,64% dan terdapat 378 kasus kanker

payudara di kab.Temanggung. Adapun hasil studi pendahuluan yang

dilakukan tanggal 19 oktober 2016 wawancara di Desa Kramat bahwa

sosialisasi tentang kanker payudara sudah dilakukan dengan cara

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

7

membagikan leaflet dan penyuluhan, namun tingkat kehadiran masyarakat

masih rendah, yaitu menunjukkan dari 7 orang ada 4 orang yang hadir,

sehingga yang melakukan SADARI dari 7 orang tersebut ada

yang melakukan secara rutin dan ada yang tidak melakukan secara rutin

dalam sebulan, dikarenakan mereka mengatakan malas, kalau lagi ingat

dilakukan dan kalau tidak ingat tidak dilakukan pemeriksaan payudara

sendiri, sehingga tindakan SADARI masih mimimnya dilakukan

disebabkan semakin rendah pendidikan semakin sulit untuk menerima

informasi.

Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan diatas, maka

rumusan masalah dari penelitian ini adalah “faktor-faktor apa saja yang

berhubungan dengan tindakan deteksi dini kanker payudara (SADARI)

pada wanita usia subur ?”.

C. TujuanPenelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa

yang berhubungan dengan deteksi dini kanker payudara pada wanita

usia subur (SADARI)

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisa hubungan pengetahuan dengan tindakan SADARI

p a d a responden di Desa Kramat Kecematan Kranggan

Kabupaten Temanggung tahun 2017

b. Menganalisa hubungan tingkat pendidikan dengan tindakan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

8

SADARI p a d a responden di Desa Kramat Kecematan

Kranggan Kabupaten Temanggung tahun 2017

c. Menganalisa hubungan umur dengan tindakan SADARI p a d a

responden di Desa Kramat Kecematan Kranggan Kabupaten

Temanggung tahun 2017

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Laporan ini dapat memotivasi masyarakat khususnya wanita usia

subur untuk melakukan deteksi dini kanker payudara yang lebih

efektif.

2. Bagi Mahasiswa Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan deteksi dini(SADARI)

kanker payudara pada wanita usia subur,serta dapat berpartisipasi

aktif dalam mencegah terjadinya kanker payudara dan dapat

meningkatkan motivasi untuk melakukan SADARI

E. Ruang lingkup

1. Variabel yang diteliti

Variabel dari penelitian ini adalah :

a. Variabel independent: Faktor pendidikan, pengetahuan, dan umur

b. Variabel dependent: Tindakan deteksi dini kanker payudara

(SADARI) pada wanita usia subur

2. Subjek penelitian

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

9

Subjek dalam penelitian ini adalah wanita usia subur 15-49 tahun.

3. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Kramat Kecamatan Kranggan

Kabupaten Temanggung tahun 2017

4. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai pada bulan Maret 2017 sampai bulan

April 2017.

F. KEASLIAN PENELITIAN

Table 1.1 Keaslian penelitian

N

o

Judul Penelitian/

Tahun Penelitian

Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

1. Faktor yang

berhubungan dengan

perilaku SADARI

pada mahasiswa

fakultas non-

kesehatan di UN

Hasanuddin tahun

2016

Analitik

korelasi

dengan

total

sampel

Hasil penelitian

tersebut

didapatkan ada

hubungan

pengetahuan,sika

p, dukungan

teman sebaya,

dan dukungan

orang tua dengan

perilaku SADARI

pada mahasiswi

fakultas non-

kesehatan di

Universitas

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

10

Hasanuddin.

2. Faktor yang

berhubungan dengan

tindakan SADARI

pada wanita usia subur

di Kelurahan

Lahendong

Kec.Tomohon Selatan

tahun 2016

Analitik

dengan

Proposion

al To Size

Hasil penelitian

dapat disimpulkan

bahwa terdapat

hubungan antara

pengetahuan, sikap

dan peran petugas

kesehatan dengan

tindakan

pemeriksaan

payudara sendiri

(Sadari), serta

tidak terdapat

hubungan antara

pendidikan dan

pekerjaan dengan

tindakan

pemeriksaan

payudara sendiri

(Sadari)

3. Hubungan pengetahuan dan

deteksi dini (SADARI)

dengan keterlambatan

penderita kanker payudara

melakukan pemeriksaan di

RSUD Kraton Kab.

Pekalongan tahun 2012.

studi deskriptf

korelasi dengan

accidental

sampling

Hasil penelitian

tersebut

menunjukkan

adanya hubungan

pengetahuan dan

deteksi dini

(SADARI)

terhadap

keterlambatan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

11

penderita kanker

payudara

melakukan

pemeriksaan di

RSUD Kraton

Kabupaten

Pekalongan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dengan

judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Deteksi Dini

Kanker Payudara (SADARI) pada Wanita Usia Subur tahun 2017” dengan

survey analitik dan menggunakan stratified proposional random

sampling. Variabel bebasnya yaitu pengetahuan, pendidikan, dan umur,

sedangkan variabel terikatnya adalah perilaku wanita usia subur melakukan

tindakan deteksi dini kanker payudara (SADARI). Tempat penelitian adalah

Desa Kramat, Kec. Kranggan, Kab. Temanggung.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. Kanker Payudara

a. Definisi

Maharani (2012) menyatakan Kanker payudara adalah penyakit

yang ditandai dengan terjadinya pertumbuhan berlebihan atau

perkembangan tidak terkontrol dari sel-sel atau jaringan

payudara.

b. Etiologi

Kanker sendiri bukanlah penyakit tunggal, dan sampai saat ini

belum ada satu penyebab tunggal yang dapat di tunjuk menjadi

etiologi kanker itu sendiri. Secara umum faktor-faktor yang

dianggap sebagai penyebab kanker adalah:

1) Riwayat keluarga atau genetic

Rasjidi (2009) menyatakan pada masyarakat umum yang

tidak dapat memeriksa gen dan faktor proliferasinya, maka

riwayat kanker pada keluarga merupakan salah satu faktor

resiko terjadinya kanker payudara, adalah:

a) Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga yang sama

terkena kanker payudara atau ovarium.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

13

b) Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker

payudara atau ovarium usia dibawah 40 tahun.

c) Adanya keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara dan

ovarium.

d) Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.

e) Adanya riwayat kanker payudara pada pria dalam keluarga

2) Faktor reproduksi

Rasjidi (2009) menyatakan faktor reproduksi yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan sel kanker payudara antara lain

adalah:

a) Usia menarche dan siklus menstruasi

Menarche dini pada usia yang lebih muda (12 tahun) terdapat

peningkatan resiko terjadinya kanker payudara, dan kejadian ini

semakin kuat apabila terjadi pada wanita dengan berat badan

yang rendah (BMI = <22kg/m2). Menopause yang terlambat turut

meningkatkan kanker payudara.

b) Usia kehamilan

Resiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan

peningkatan usia mereka pada saat kehamilan pertama. Ini

diperkirakan karena adanya rangsangan pematangan dari sel-sel

pada payudara yang diinduksi oleh kehamilan sehingga membuat

sel-sel ini lebih peka terhadap transformasi yang bersifat

karsinogenik.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

14

c) Paritas

Dalam suatu studi metaanalisis, dilaporkan bahwa wanita nulipara

mempunyai resiko 30% untuk berkembang menjadi kanker

dibanding denga wanita yang multipara. Level hormone dalam

siklus yang tinggi selama kehamilan menyebabkan diferensiasi

dari the terminal duct-lobular unit (TDLU), yang merupakan

tempat utama dalam proses transformasi kanker payudara.

d) Menyusui

Selama proses menyusui menimbulkan efek protektif terhadap

kanker payudara, hal ini dikarenakan adanya penurunan level

estrogen dan sekresi bahan-bahan karsinogenik selama menyusui.

3) Faktor endokrin

Rasjidi (2009) menyatakan faktor endokrin yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan sel kanker adalah:

a) Faktor endogen

Telah diketahui bahwa salah satu faktor yang penting dalam

pertumbuhan kanker payudara pada wanita adalah paparan

hormon endogen selama hidupnya. Faktor-faktor seperti

menstruasi dini (sebelum usia 12 tahun) dan menopause pada

usia lanjut (setelah usia 55 tahun) merupakan faktor resiko yang

berperan dalam pertumbuhan kanker payudara.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

15

b) Faktor eksogen

(1) Kontrasepsi oral

Beberapa studi menunjukkan bahwa kontrasepsi oral

berperan dalam meningkatkan resiko kanker payudara pada

wanita paramenopause, tetapi tidak pada wanita dalam masa

pascamenopause.

(2) Terapi sulih hormon

Dari studi metaanalisis ditunjukkan bahwa terapi sulih

hormon (TSH) dapat meningkatkan resiko kanker payudara.

TSH pada wanita pasca menopause dapat meningkatkan resiko

kanker payudara sebesar 30-40%.

(3) Densitas payudara

Densitas dipengaruhi oleh jumlah jaringan lemak, jaringan

ikat dan epitel pada payudara. Payudara dengan proporsi

jaringan lemak yang tinggi mempunyai densitas yang lebih

rendah. Kanker akan lebih mudah di deteksi pada

payudara yang mempunyai densitas lebih tinggi.

(4) Intake alkohol

Hubungan antara peningkatan resiko kanker payudara

dengan intake alkohol lebih kuat didapat pada wanita post

menopause, hal ini dikarenakan alkohol dapat menyebabkan

hiperinsulinemia yang akan merangsang faktor pertumbuhan

pada jaringan payudara (insuline-like growth factor).

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

16

(5) Obesitas

Peningkatan berat badan wanita pasca menopause

meningkatkan resiko terkena kanker payudara. Setelah

menopause, ketika ovarium berhenti memproduksi hormon

esterogen, jaringan lemak merupakan tempat utama dalam

memproduksi esterogen endogen. Oleh karena itu, wanita

dengan berat badan berlebih dan BMI yang tinggi mempunyai

level esterogen yang tinggi.

c. Klasifikasi

Rasjidi (2009) menyatakan staging kanker sesuai dengan

Sistem Tumor Nodus Metastasia (TNM) AJCC Cancer Staging

Manual adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Klasifikasi TNM Kanker Payudara

berdasarkan AJCC Cancer Staging Manual.

Klasifikasi Definisi

Tumor primer

Tx Tumor primer tidak didapat

To Tidak ada bukti adanya tumor primer

Tis

Tis (DCIS)

Tis (LCIS)

Tis (paget)

Karsinoma in situ

Duktal karsinoma in situ

Lobular karsinoma in situ

Paget’s Disease tanpa adanya tumor

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

17

T1

T1 mic

T1a

T1b

T1c

Ukuran tumor < 2 cm

Mikroinvasif > 0,1 cm

Tumor > 0.1 – 0,5 cm

Tumor > 0,5 - < 1 cm

Tumor > 1 cm - < 2 cm

T2 Tumor > 2 cm - < 5 cm

T3 Tumor > 5 cm

T4 Tumor dengan segala ukuran disertai dengan

adanya perlekatan pada dinding thoraks atau kulit.

T4a Melekat pada dinding dada, tidak merusak M.

Pectoralis major.

T4b Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi pada

kulit, atau adanya nodul satelit pada payudara.

T4c Gabungan antara T4a dan T4b

T4d Inflamatory carcinoma

Kelenjar Limfe Region (N)

Nx Kelenjar limfe region tidak didapatkan

No Tidak ada metastasis pada kelenjar limfe

N1 Metastasis pada kelenjar aksila ipsilateral, bersifat

mobile.

N2 Metastasis pada kelenjar limfe aksila ipsilateral,

tidak dapat digerakkan (fixed).

N3

Metastasis pada kelenjar limfe infraclavikular, atau

mengenai kelenjar mammae interna, atau kelenjar

limfe supraclavicular.

Metastasis (M)

Mx Metastasis jauh tidak ditemukan

M0 Tidak ada bukti adanya metastasis

M1 Didapatkan metastasis yang telah mencapai organ

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

18

Tabel 2.2

Stadium klinis berdasarkan klasifikasi TNM kanker payudara

berdasarkan AJCC Cancer Staging Manual.

Stadium

Ukuran tumor Metastasis

kelenjar limfe

Metastasis jauh

0 Tis N0 M0

I T1 N0 Mo

IIa

T0

T1

T2

N1

N1

N0

M0

M0

M0

IIb T2

T3

N1

N0

M0

M0

IIIa

T0

T1

T2

T3

N2

N2

N2

N1, N3

M0

M0

M0

M0

IIIb T4

T apapun

N apapun

N3

M0

M0

IV T apapun N apapun M1

Keterangan:

a. Stage 0

Tahap sel kanker payudara tetap didalam kelenjar

payudara, tanpa invasi ke dalam jaringan payudara normal

yang berdekatan.

b. Stage I

Tumor 2 cm atau kurang dan batas yang jelas (kelenjar

getah bening normal).

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

19

c. Stage IIa

Tumor tidak ditemukan pada payudara tetapi sel-sel

kanker di temukan di kelenjar getah bening ketiak, atau tumor

dengan ukuran 2 cm atau kurang dan telah menyebar ke

kelenjar getah bening ketiak (aksiler), atau tumor yang lebih

besar dari 2 cm tapi tidak lebih dari

5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening

ketiak.

d. Stage IIb

Tumor yang lebih besar dari 2 cm, tetapi tidak ada yang

lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke kelenjar getah

bening yang berhubungan dengan ketiak, atau tumor yang

lebih besar dari 5 cm tetapi belum menyebar ke kelenjar getah

bening ketiak.

e. Stage IIIa

Tidak di temukan tumor di payudara. Kanker ditemukan di

kelenjar getah bening ketiak yang melekat bersama atau

dengan struktur lainnya, atau kanker ditemukan di kelenjar

getah bening didekat tulang dada, atau tumor dengan ukuran

berapapun dimana kanker telah menyebar ke kelenjar getah

bening ketiak, terjadi pelekatan dengan struktur lainnya, atau

kanker ditemukan di kelenjar getah bening dekat tulang dada.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

20

f. Stage IIIb

Tumor denga ukuran tertentu dan telah menyebar ke

dinding dada dan atau kulit payudara dan mungkin telah

menyebar ke kelenjar getah bening ketiak yang melekat

dengan struktur lainnya, atau mungkin kanker telah menyebar

ke kelenjar getah bening di tulang dada. Kanker payudara

inflamatori (berinflamasi) dipertimbangkan paling tidak pada

tahap IIIb.

g. Stage IIIc

Ada atau tidak adanya kanker dipayudara atau mungkin

telah menyebar ke dinding dada dan atau kulit payudara dan

kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening baik di atas

atau di bawah tulang belakang dan kanker mungkin telah

menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau ke kelenjar

geteah bening di dekat tulang dada.

h. Stage IV

Kanker telah menyebar atau metastase ke bagian lain

dari tubuh.

d. Patofisiologi kanker payudara

Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing

etiologi antara lain, obesitas, radiasi, hiperplasia, optik, riwayat

keluarga dengan mengkonsumsi zat-zat karsinogen sehingga

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

21

merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat

menyebabkan kanker payudara. Kanker payudara berasal dari

jaringan epithelial, dan paling sering terjadi pada sistem duktal.

Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-

sel atopik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ

dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun

untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa

yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1

cm). Pada ukuran itu, kira- kira seperempat dari kanker payudara

telah bermetastase. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika

sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua

yang paling sering terjadi adalah cairan yang keluar dari muara

duktus satu payudara, dan mungkin berdarah. Jika penyakit telah

berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolan-benjolan pada kulit

ulserasi (Price, 2006).

e. Anatomi kelainan payudara

Menurut Suryaning&Sukaca (2009) menunjukkan terdapat

kelainan pada payudara, seperti gambar dibawah ini:

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

22

Gambar 2.4

Kelainan pada payudara

f. Pencegahan, penapisan dan deteksi dini

Mendapatkan secara dini kelainan payudara perlu pemeriksaan yang

tepat baik waktu maupun teknik pemeriksaanya (Rasjidi, 2009).

Sebagai pedoman dapat dipakai berikut ini:

1) Ketika wanita telah mencapai masa pubertas dan mulai mengalami

perkembangan pada payudaranya, pemeriksaan payudara sendiri

(BSE) atau yang dikenal SADARI perlu diperlukan dan setiap wanita

usia lebih 20 tahun disarankan untuk melakukan SADARI tiap

bulannya.

2) Perempuan berumur 20-40 tahun CBE dianjurkan untuk dilakukan

tiga tahun sekali dan usia di atas 40 tahun dilakukam setiap tahun.

3) Pemeriksaan CBE apabila terdapat benjolan dibutuhkan pemeriksaan

lanjutan dengan USG ataupun mamografi.

4) USG dilakukan terutama untuk membutikkan adanya massa kristik

dan solid/padat yang mengarah pada keganasan dan dilakukan pada

perempuan berumur di bawah usia 40 tahun.

5) Mammografi dianjurkan pada perempuan diatas 40 tahun untuk

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

23

melakukan pemeriksaan secara berkala setiap tahun.

2. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

a. Pengertian SADARI

SADARI adalah upaya untuk mendeteksi atau mengidentifikasi

secara dini kanker payudara, sehingga diharapkan dapat diobati

dengan tekhnik yang dampak fisiknya kecil dan punya peluang lebih

besar untuk sembuh (Rasjidi, 2009). Pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) atau disebut dengan breast self-exam (BSE) yang dimulai

dari usia subur, sebab 85% kelainan di payudara justru pertama kali

dikenali oleh penderita (Suryaningsih&Sukaca, 2009).

b. Tujuan dan Waktu Pelaksanaan SADARI

Tujuan deteksi dini kanker payudara yaitu untuk merasakan dan

mengenal lekuk-lekuk payudara sehingga jika terjadi perubahan dapat

segera diketahui. Waktu terbaik adalah hari 7-10 hari setelah

menstruasi selesai, pada saat itu payudara terasa lunak. Pemeriksaan

tidak tepat dilakukan pada menjelang dan sewaktu menstruasi.

Hendaknya dilakukan sendiri dengan penuh disiplin tiap bulan. Jika

sudah menopouse maka pilihlah satu hari tertentu, misalnya hari

pertama untuk mengingatkan melakukan SADARI setiap bulan.

Pemeriksaan payudara sendiri dibutuhkan waktu 5 menit

(Bustan,2007). Semua wanita di atas usia 20 tahun sebaiknya

melakukan SADARI setiap bulan dan sangat penting dianjurkan

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

24

kepada masyarakat karena hamper 86% benjolan ditemukan oleh

penderita sendiri (Aniek, 2016).

c. Gejala- Gejala Umum

Menurut Suryaningsih & Sukaca (2009) gejala- gejala umum yang

dapat dirasakan para penderita adalah:

1) Timbul benjolan

Benjolan pada payudara dapat diraba dengan tangan, semakin lama

benjolan ini semakin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.

Gejala awalnya dapat dirasakan berbeda dari payudara sekitarnya

serta terkadang menimbulkan nyeri sehingga memiliki pinggiran

yang tidak teratur.

2) Salah satu payudara menggantung lebih rendah dari biasanya

3) Lekukan seperti lesung pipit pada kulit payudara

4) Cekungan atau lipatan pada putting atau areola

5) Pembengkakan pada lengan bagian atas

6) Perubahan penampilan putting payudara

7) Keluarnya cairan seperti nanah atau darah dari salah satu putting.

d. Manfaat SADARI

Manfaat pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah untuk

mendeteksi sedini mungkin adanya kelainan pada payudara karena

payudara pada hakikatnya dapat diketahui secara dini oleh para wanita

usia subur. Setiap wanita mempunyai bentuk dan ukuran payudara yang

berbeda, bila wanita memeriksa payudara sendiri secara teratur, setiap

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

25

bulan setelah haid, wanita dapat merasakan bagaimana payudara wanita

yang normal. Bila ada perubahan tentu wanita dapat mengetahuinya

dengan mudah (Manuaba, 2010).

e. Teknik melakukan SADARI

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia didalam

panduan puskesmas Kranggan dengan cara memeriksa payudara sendiri

(SADARI) yaitu:

1) Berdiri di depan cermin dengan tangan di sisi tubuh dan lihat apakah

ada perubahan pada payudara. Lihat perubahan dalam hal ukuran,

bentuk, warna kulit, dan jika ada kerutan atau lesung pada kulit

(seperti lesung pipit). Perhatikan kembali kedua payudara, pertama

dengan kedua tangan diangkat ke atas kepala, perhatikan perubahan

pada payudara, adanya perubahan dari keadaan tegak biasa atau

adanya perubahan dari keadaan normal sebelumnya. Secara khusus

perhatikan adanya kemungkinan tanda-tanda penarikan atau

ketegangan kulit. Kemudian dengan kedua tangan menekan pinggang

agar otot dada berkontraksi. Bungkukkan badan untuk melihat apakah

kedua payudara menggantung seimbang.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

26

Gambar 2.1

Inspeksi pada payudara dengan berdiri

2) Periksa pada putting payudara dan area sekitarnya dan perlu ditekan

secara lembut untuk melihat apakah ada discharge. Cairan dari puting

yang tampak seperti darah atau nanah, khususnya jika ibu tidak

sedang menyusui. Harus dibedakan dengan ASI pada perempuan yang

menyusui.

Gambar 2.2

Menekan putting payudara

3) Memeriksa payudara dapat sambil berdiri atau berbaring. Memeriksa

payudara sambil berbaring, akan lebih membantu bila ibu meletakkan

sebuah bantal di bawah pundak sisi payudara yang akan diperiksa.

Periksa daerah antara payudara dan ketiak serta payudara dan tulang

dada. Ulangi semua langkah tersebut untuk payudara sebelah kanan.

Lakukan pemeriksaan fisik payudara dengan memakai tangan, yaitu

dengan perabaan memakai ujung-ujung jari tangan, dari batas luar

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

27

payudara hingga kearah putting. Periksa secara saksama terhadap

segala kemungkinan adanya benjolan kecil. Gunakan permukaan jari

yang rata untuk menekan payudara. Pastikan untuk menyentuh seluruh

bagian payudara dan gerakan memutar ke dalam sampai menyentuh

putting. Gunakan pola yang sama setiap bulan.

Gambar 2.3

Palpasi dengan berdiri atau berbaring

2. Perilaku

a. Definisi perilaku manusia

Perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang

dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari (Notoatmodjo, 2014).

b. Faktor perilaku

Menurut Budiman (2015) menyatakan faktor perilaku paling

besar pengaruhnya terhadap munculnya gangguan kesehatan atau

masalah kesehatan masyarakat. Tersedianya jasa pelayanan

kesehatan tanpa disertai perubahan tingkah laku (peran serta)

akan mengakibatkan masalah kesehatan yang berkembang di

masyarakat. Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya

derajat kesehatan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya penyakit

berbasis perilaku dan gaya hidup.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

28

c. Pengertian Tindakan

Menurut Notoatmodjo (2014) Suatu sikap belum

otamatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk mewujudkan sikap

menjadi suatu perbuatan yang nyata, antara lain adalah fasilitas

dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa

tingkatan:

1) Respons terpimpin (guidedrespons)

Subjek atau seseorang apabila telah melakukan sesuatu tetapi

masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.

2) Mekanisme (mechanism)

Seseorang yang telah melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis.

3) Adaptasi (adaptation) Suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya

sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut.

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

1) Teori Lawrence Green

Menurut teori Lawrence Green (1980) dikutip dari

Notoatmodjo (2010) dalam perilaku kesehatan, kesehatan

seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok,

yakni faktor perilaku (behavior cause) dan faktor diluar perilaku

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

29

(non behavior cause). Selanjutnya perilaku itu sendiri

ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor yaitu :

a) Faktor-faktor predisposisi

Faktor- faktor yang mempermudah atau mempredisposisi

terjadinya perilaku seseorang, antara lain :

(1) Pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai

intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya

dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu:

(a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai memanggil memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Mengetahui atau

mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan

pertanyaan-pertanyaan.

(b) Memahami (comprehension)

Memahami suatu obyek bukan sekedar tahu terhadap objek

tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang

tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar

tentang objek yang diketahui tersebut.

(c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek

yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan

prinsip yang diketahui tersebut.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

30

(d) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih

ada kaitannya satu sama lain

(e) Sistensis

Sistensis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru

(f) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu

pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang

diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara pemeliharaan

kesehatan.

Pengetahuan tentang kesehatan dapat diukur dengan cara

(Notoatmodjo, 2014) :

(a) Wawancara tertutup atau wawancara terbuka, dengan

menggunakan instrument (alat pengukur/pengumpulan data)

kuesioner. Wawancar tertutup adalah jawaban responden atas

pertanyaan yang diajukan telah tersedia dalam opsi jawaban,

responden tinggal memilih jawaban mana yang mereka

anggap paling benar atau paling tepat. Wawancara terbuka,

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

31

dimana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat

terbuka, dan responden boleh menjawab apa saja sesuai

dengan pendapat atau pengetahuan responden sendiri.

(b) Angket tertutup atau terbuka. Instrument atau alat ukurnya

seperti wawancara, hanya responden disampaikan lewat

tulisan.

Menurut Arikunto (2006) dalam (Wawan&Dewi,2011),

pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan

dengan skala pengukuran, yaitu:

1. Baik : hasil presentase 76%-100%

2. Cukup : hasil presentase 56%-75%

3. Kurang : hasil presentase < 56%

(2) Pendidikan

Konsep dasar pendidikan adalah proses belajar berarti dalam

pendidikan terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau

perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang

dari individu, kelompok atau masyarakat. Konsep ini sebagai

makhluk sosial dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai

hidup dalam masyarakat, dengan adanya pendidikaan tersebut dapat

membawa terhadap perubahan perilaku (Notoatmojo (2007) dan

ditambah Mubarak (2012) menyatakan tingkat pendidikan suatu

bangsa akan memengaruhi perilaku rakyatnya. Makin tinggi

pendidikan masyarakat makin tinggi kesadaran kesehatannya.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

32

Kurangnya kewaspadaan masyarakat terhadap kanker akibat

kurangnya pendidikan turut menyumbang meningkatnya angka

kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas akibat

kanker, terutama di Negara berkembang yang secara ekonomi yang

mengalami masalah) (Gondhowiardjo,2010).

Menurut Undang- undang RI No 20 tahun 2003, tingkat

pendidikan sekolah yaitu pendidikan dasar berbentuk sekolah

dasar (SD) dan madrasah ibtida’iyyaah (MI), serta sekolah

menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTS) atau

bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah berbentuk

Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Keagamaan

(MAK) atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi dapat

berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institusi atau

universitas yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,

magister, spesialis, dan doktor (Priyoto, 2014).

(3) Umur

Umur merupakan salah satu faktor manusia yang sangat

penting dalam sebaran suatu penyakit, termasuk penyakit

keganasan. Hal ini berkaitan dengan pengaruh umur terhadap

kerentanan, tingkat paparan, masa inkubasi, maupun respons

fisiologis (Gondhowiardjo,2010). Menurut Hunclok (1998) dikutip

dari Wawan dan Dewi (2010), semakin cukup umur, tingkat

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

33

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir dan bekerja. Menurut Priyatno (2008), usia adalah umur

individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang

tahun. Menurut bustan (2007) menyatakan bahwa umur penderita

kanker payudara di Indonesia kurang dari 45 tahun dan Menurut

Suryaningsih & Sukaca (2009) menyatakan bahwa konsumsi

lemak dan serat ada hubungannya dengan risiko kanker payudara

pada wanita usia 34 - 59 tahun. Menurut Aniek (2016) menyatakan

pada usia 20 - 30 tahun payudara didominasi kelenjar susu, jadi

bentuknya padat, dan di atas usia 30 tahun kelenjar susu berubah

menjadi jaringan lemak.

(4) Sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik dan

kesehatan. Perempuan yang berasal dari golongan ekonomi

brendah cenderung pasrah dan mampu beradaptasi dengan baik

saat mengalami menopause. Orang yang memiliki status sosial

yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur

masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosialnya

rendah (Priyoto, 2014).

(5) Agama

Ketentuan atau ajaran –ajaran yang berlaku dalam berbagai

agama memengaruhi perilaku masyarakat. Agama dapat

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

34

merupakan jembatan atau hambatan bagi terwujudnya perilaku

positif masyarakat dalam kesehatan (Mubarak,2012).

(6) Kepercayaan

Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau

nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan

keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu

(Notoatmojo,2007).

b) Faktor-faktor pendukung ( enabling factors)

Faktor lanjutan dari faktor predisposisi, dimana motivasi untuk

terjadinya perubahan perilaku tersebut dapat terwujud. Hal ini

disebabkan karena seseorang akan mendapat dan mencari informasi

kesehatan mengenai pencegahan dan pengobatan apabila adanya

akses ke informasi dan pelayanan kesehatan.

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana

atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih,

ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya.Termasuk juga

fasilitas pelayanan kesehatan seperti: puskesmas, rumah sakit,

poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan

praktek swasta, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

c) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors)

Faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya

perilaku. Terwujudnya dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan,

atau dari orang terdekat dan adanya dukungan sosial yang diberikan

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

35

ke individu tersebut seperti keluarga, teman, yang dapat

memperkuat perilaku.

Kelompok sebaya atau sekelompok masyarakat memberi

pengaruh kepada individu. Ada kecenderungan bahwa seorang

individu berusaha untuk sama dengan teman sekelompoknya

(Wawan&Dewi,2011).

3. Wanita Usia Subur

Masa subur seorang wanita berlangsung sejak usia pubertas

sampai tidak haid lagi (menopause), karena usia wanita berbeda-beda

saat dirinya mengalami menopause, maka kesuburan si wanita juga

berbeda-beda pula. Daya reproduktif seorang wanita biasanya

berhenti pada usia 40 tahun (70%), meskipun kadang-kadang masih

ada wanita yang tetap fertile pada usia 50 tahun (30%). Lazimnya

periode fertilitas seorang wanita yaitu dari 15-45 tahun (Margatan,

1997). Menurut Kemenkes RI, tahun 2013 wanita usia subur adalah

wanita usia 20-45 tahun dengan keadaan organ reproduksi berfungsi

dengan baik, tetapi tahun 2015 wanita subur usia 15-49 tahun.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

36

B. Kerangka Teori

Teori Lawrence Green

Teori Lawrence green

Keterangan : di teliti

: tidak di teliti

Sumber : Notoatmodjo (2010) , Notoatmodjo (2014) dan Kemenkes RI

(2015)

FAKTOR

PREDISPOSISI

4. Agama

5. Sosial ekonomi

6. Kepercayaan

1. Pengetahuan

2. Pendidikan

3. Umur

Tindakan

deteksi dini

kanker payudara

(SADARI) pada

WUS

FAKTOR PENDUKUNG

1. Sarana atau fasilitas

kesehatan

FAKTOR

PENDORONG

1. Sikap dan perilaku

petugas kesehatan

2. Dukungan teman

3. Dukungan keluarga

Page 37: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN

A. KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Kerangka konsep merupakan formulasi dari kerangka teori atau teori- teori

yang mendukung penelitian tersebut. Kerangka konsep terdiri dari variabel-

variabel serta hubungan variabel yang satu dengan yang lain dan mengarahkan

kita untuk menganalisis hasil penelitian (Notoatmodjo,2012). Kerangka

konsep dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

Variabel Bebas Variabel Terikat

B. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesa adalah jawaban sementara penelitian, patokan dugaan, atau dalil

sementara, yang kebenarannya akan dibutikkan dalam penelitian. Hipotesis

dibedakan menjadi dua yaitu Hipotesis nol (Ho) atau hipotesis statistik

biasanya dibuat untuk menyatakan suatu kesamaan atau tidak adanya suatu

perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok atau lebih mengenai suatu

hal yang dipermasalahkan dan Hipotesa kerja (Ha) adalah suatu rumusan

hipotesis dengan tujuan untuk membuat ramalan tentang peristiwa yang terjadi

apabila suatu gejala muncul (Notoatmodjo,2012). Ha pada penelitian ini

adalah

1. Pengetahuan

2. Pendidikan

3. Umur

Tindakan deteksi dini

kanker payudara

(SADARI) pada Wanita

usia subur.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

38

1. Ada hubungan tingkat pendidikan dengan tindakan SADARI pada wanita

usia subur

2. Ada hubungan pengetahuan dengan tindakan SADARI pada wanita usia

subur

3. Ada hubungan umur dengan tindakan SADARI pada wanita usia subur

C. Jenis dan desain penelitian Analitik

Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik yaitu penelitian

diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi (Sujarweni, 2015).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross

sectional. Survey cross sectional ialah penelitian yang dilakukan dengan

mengambil waktu tertentu yang relative pendek dan tempat tertentu.

Dilakukan pada beberapa objek yang berbeda taraf. Cara pengambilan data

variabel bebas dan variabel tergantung dilakukan sekali waktu pada saat yang

bersamaan (Sujarweni, 2015).

D. VARIABEL PENELITIAN

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep

pengertian tertentu. Variabel juga diartikan konsep yang memiliki bermacam-

macam nilai (Notoatmodjo,2012).

1. Variabel bebas/ independen :

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebeb timbulnya atau berubahnya variabel dependent (variabel terikat)

(Sugiyono,2016). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pengetahuan,

Pendidikan dan Umur.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

39

2. Variabel terikat/ dependent

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2016). Variabel

terikat dalam penelitan ini adalah Tindakan deteksi dini kanker payudara

(SADARI) pada wanita usia subur.

E. Definisi Operasional Variabel penelitian dan Skala Pengukuran

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Cara ukur Hasil ukur Skala

pengukuran

1

.

Tindakan

deteksi

dini

SADARI

pada

wanita usia

subur

Tindakan responden

dalam melakukaan

deteksi dini kanker

payudara

(SADARI) dengan

panduan puskesmas

Kranggan dan

sesuai lembar

observasi yaitu:

1. Inspeksi

di depan cermin:

berdiri

2. Palpasi:

berdiri/berbaring

Lembar

observasi, sesuai

buku panduan

puskesmas

Kranggan dalam

pemeriksaan

payudara sendiri

dengan benar

1. Benar, jika

responden

melakukan

langkah-

langkah

SADARI

yang sesuai

dengan

lembar

observasi

2. Kurang benar,

jika responden

tidak melakukan

salah satu dari

langkah-

langkah

SADARI yang

sesuai dengan

lembar

observasi

Nominal

2

.

Pengetahuan Hal-hal yang

diketahui responden

tentang pengertian

dan pemahaman

dalam pemeriksaan

SADARI secara

benar.

Kuesioner yang

terdiri dari 15

pertanyaan, jika

jawaban benar

sesuai kunci skor 1

dan jika jawaban

salah sesuai kunci

skor 0.

1. Baik, jika76-

100% jawaban

benar,

2. Cukup, jika 56-

75% jawaban

benar

3. Kurang jika

< 56% jawaban

benar

Ordinal

3

.

Pendidikan Jenjang pendidikan

yang ditempuh

responden sampai

lulus.

Kuesioner a. Pendidikan dasar

(tamat SD,SMP)

b. Pendidikan

menengah (tamat

Ordinal

Page 40: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

40

SMA)

c. Pendidikan

tinggi (tamat PT)

4

.

Umur Umur wanita usia

subur yang terhitung

mulai saat dilahirkan

sampai berulang

tahun. Pada usia

lebih tua cenderung

merasa lebih rentan

penyakit, sehingga

melakukan tindakan

SADARI

Kuesioner 1. Umur < 30tahun

2. Umur ≥ 30tahun

Ordinal

F. Waktu dan tempat penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2017 sampai bulan April 2017.

Pengumpulan dan pengelolahan data dilaksanakan dalam satu bulan sesuai

alokasi waktu yang ditetapkan institusi.

2. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Kramat, Kec.Kranggan Kab.Temanggung

G. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kuanitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono,2016) Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan wanita

usia subur usia 15-49 tahun di Desa Kramat, Kec.Kranggan yaitu berjumlah

452 orang pada bulan Januari 2017.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

41

b. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010)

jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-15% atau

lebih (Arikunto, 2013).

Cara perhitungan ukuran sampel dengan rumus dan tingkat ketepatan,

kepercayaan dan keanekaragaman yang berbeda-beda (Sunyoto, 2013).

𝑛 =N. Z². 𝑃. 𝑄

d²(N − 1) + Z². 𝑃. 𝑄

Keterangan:

n= jumlah sampel

N= Populasi

Z= tingkat kemaknaan (1,96)

P=Q = proporsi variabel 0,5

d=tingkat kesalahan 10% = 0,10

n = 452𝑥1,96²𝑥0,5𝑥0,5

0,10²(452−1)+1,96²𝑥0,5𝑥0,5 =

433,92

5,48 =79,18 dibulatkan79 orang

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara stratified

proposional random sampling yaitu tekhnik sampling digunakan bila

suatu populasi terdiri dari unit yang mempunyai anggota/unsur dan

berstrata secara proposional dari setiap elemen populasi yang dijadikan

sempel. Cara penarikan sampel dilakukan dengan menyeleksi setiap unit

sampling yang sesuai dengan ukuran unit sampling

(Munandar&Narimawati, 2008). Selanjutnya dilakukan penarikan

sampel kecil untuk setiap dusun pengambilan sampel dengan cara

random sampling. Dengan rumus:

Page 42: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

42

nˡ= 𝑁1

𝑁n

a) Dusun Kramat = 59

452 x 79= 10,31 = 10

b) Dusun Sumberjo = 53

452 x 79= 09,26 = 9

c) Dusun Kerengan = 118

452 x 79= 20,62 = 21

d) Dusun Kalipucung = 35

452 x 79= 6,11 = 6

e) Dusun Begulon = 80

452 x 79= 13,9 =14

f) Dusun Malang Sari = 57

452 x 79= 09,96 = 10

g) Dusun Weru = 50

452 x 79= 8,7 = 9

Penelitian ini terdapat kriteria sampel dimana kriteria tersebut meliputi

kriteria inklusi dan kriteria eksklusi :

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sample

(Notoatmodjo,2012). Kriteria inklusinya yaitu:

1) Bersedia jadi responden

2) Responden bisa baca tulis

3) Responden yang sudah terpapar tentang SADARI

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah kriteria anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Dalam kriteria eksklusi

yaitu:

1) Responden yang tidak kooperatif

2) Responden yang tidak ada ditempat saat penelitian

Page 43: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

43

H. Tekhnik Pengumpulan Data dan Jenis Data

1. Tekhnik Pengumpulan data

a. Peneliti mengajukan izin kepada KESBANGPOL syarat pengambilan

data di puskesmas kranggan dan RSUD Temanggung

b. Peneliti mengirim surat perizinan dari KESBANGPOL dan meminta izin

kepada Kepala Puskesmas Kranggan dan Kepala RSUD Temanggung

c. Peneliti meminta data per dusun dari keseluruhan wanita usia subur di

Desa Kramat kec. Kranggan

d. Peneliti meminta waktu untuk melakukan pendekatan pada kader dalam

melakukan persamaan persepsi lembar observasi dalam pemeriksaan

SADARI pada 15 enumerator dan warga di Desa Kramat dengan

memberi penjelasan maksut dan tujuan penelitian

e. Peneliti meminta pada wanita usia subur yang bersedia menjadi

responden untuk menandatangani lembar inform concent responden

penelitian

f. Responden dikumpulkan untuk mendapat sosialisasi penelitian

g. Responden akan membagi kelompok tiap dusun

h. Responden akan diberi kuesioner dan melakukan tindakan SADARI yang

sesuai dalam lembar observasi.

i. Setelah proses penelitian selesai, peneliti mengucapkan terima kasih pada

responden

j. Setelah semua data terkumpul kemudian peneliti melakukan tabulasi data

2. Jenis Data

Data adalah himpunan angka yang menunjukkan nilai individu atau

obyek, di peroleh dengan menghitung atau mengukur kemudian diolah dan

Page 44: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

44

dianalisa menjadi informasi (Notoatmodjo, 2012). Jenis data dibagai

menjadi 2 yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data

yang diperoleh langsung oleh peneliti dari sumbernya. Data sekunder

adalah data yang tidak diperoleh langsung dari obyeknya, tetapi

melalui sumber lain, baik lisan maupun tulisan.Jenis data yang digunakan

dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder :

a. Data Primer

Data Primer diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh responden

tentang variabel yang diteliti (faktor pengetahuan, faktor pendidikan,

dan umur). Mengisi kuesioner peneliti dan 15 enumerator dengan

mendatangi responden saat ada pertemuan warga di Desa Kramat.

b. Data Sekunder

Data Sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu Dinas Kesehatan

Kabupaten Temanggung, telaah dokumen mengenai kasus kanker

payudara yang terjadi satu tahun terakhir di RSUD Temanggung dan

puskesmas Kranggan kab. Temanggung.

I. Instrument penelitian

Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan

data (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini, telah ditetapkan sebagai

sampel (responden) dengan menggunakan kuesioner yang disusun oleh

peneliti. Kuesioner langsung dibagikan kepada responden yang berupa

lembaran-lembaran yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan

SADARI, pendidikan, dan umur.

Page 45: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

45

Table 3.2 kisi-kisi kuesioner pengetahuan SADARI

No Pokok materi No. item

Favorable unfavourable

Jumlah

soal

1. Pengertian kanker

payudara

1 1

2. Faktor resiko kanker

payudara

2 1

3. Gejala Gejala kanker

payudara

3,4,5 3

4. Pengertian SADARI 6 1

5. Tujuan pemeriksaan

SADARI

7 1

6. Waktu pelaksanaan

SADARI

10,11

8,9,12

5

7. Tekhnik SADARI 14,15,16.17 13,18,19,20 8

J. Uji Vasiliditas Dan Reliablitas

1. Uji Validitas

Uji Validitas digunakan untuk menguji data yang menggunakan daftar

pertanyaan atau kuisioner untuk melihat pertanyaan dalam kuisioner yang

diisi oleh responden tersebut layak atau belum pertanyaan-pertanyaan

digunakan untuk mengambil data (Sujarweni, 2015). Kuesioner yang

dilakukan uji validitas terlebih dahulu oleh orang yang dianggap ahli

dibidangnya. Hal ini peneliti meminta bantuan dosen dari program studi

kebidanan yang memiliki latar belakang sarjana pendidikan yaitu 2 orang

untuk melihat dan mengoreksi cakupan isi dari kuesioner yang dibuat

peneliti. Tenik penilaian dilakukan dengan cara memilih sampel dari suatu

populasi didasarkan pada informasi yang tersedia serta sesuai dengan

penelitian yang sedang berjalan, sehingga perwakilannya terhadap populasi

dapat dipertanggung jawabkan yang disebut judgment expertise

(Munandar&Narimawati,2008)

Page 46: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

46

2. Uji Reliablitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau diandalkan (Notoatmodjo,2012). Hal ini

berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau

tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap

gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama

(Notoatmodjo,2012). Uji reabilitas tidak semua peneliti melakukannya

dengan pertimbangan antara lain karena keterbatasan waktu.

K. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

a. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

formulir atau kuesioner tersebut (Notoatmodjo, 2010).

b. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data

yang terdiri atas beberapa kategori(Hidayat, 2010). Penelitian ini

misalnya: variabel pendidikan dikategorikan pendidikan tinggi kode 3,

pendidikan menengah kode 2, pendidikan dasar kode 1; variabel

pengetahuan dikategorikan baik kode 3, cukup kode 2, kurang kode 1;

variabel umur dikategorikan umur ≥ 30 tahun kode 2, umur < 30 tahun

kode 1

c. Skor (scoring)

Menghitung presentase jawaban skor tertinggi dengan rumus:

1) Skor untuk mengetahui data tingkat pengetahuan pada wanita usia

subur tentang SADARI:

Page 47: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

47

Skor = nilai yang diperoleh

skor maksimalx 100%

Menentukan kedudukan presentase jawaban dengan kategori

diinterpretasikan dengan skala pengukuran, yaitu:

Baik : hasil presentase 76%-100%

Cukup : hasil presentase 56%-75%

Kurang : hasil presentase < 56%

a) Kuesioner tingkat pengetahuan pada pertanyaan yang positif

(favourable) jika responden memilih jawaban benar diberi skor “1”

dan jawaban yang salah diberi skor “0”.

b) Kuesioner tingkat pengetahuan pada pertanyaan yang negatif

(unfavourable) jika responden memilih jawaban benar diberi skor

“0” dan jawaban yang salah diberi skor “1”.

2) Kategori untuk mengetahui tindakan deteksi dini kanker payudara

(SADARI) pada wanita usia subur

Benar : apabila responden melakukan SADARI sesuai dengan

lembar observasi

Kurang benar : apabila responden tidak melakukan salah satu

langkah-langkah SADARI yang sesuai dengan

lembar observasi

d. Entry data

Entry data adalah kegiatan atau langkah memasukkan data-data

yang telah di kode ke dalam program pengolah data. Penelitian ini

menggunakan program aplikasi Komputerisasi untuk pengujian

statistik.

Page 48: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

48

e. Data Cleaning

Memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan ke dalam

program pengolah data sudah sesuai dan benar.

f. Tabulating

Menyusun data agar dengan mudah dapat di jumlah, disusun, ditata,

untuk disajikan dan analisis.

2. Analisa Data

Hasil pengumpulan data diolah dengan analisa statistic

univariat dan bivariat :

a. Analisa univariat

Menjelaskan karakteristik setiap varibel penelitian. Analisis ini

hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap varibel

(Notoatmodjo, 2010). Analisa yang dilakukan untuk melihat distribusi

frekuensi dan persentase dari masing-masing variabel yang diteliti yaitu

pengetahuan, pendidikan, dan umur.

b. Analisis bivariate

Data yang sudah ditabulasi diolah dengan analisa bivariate. Analisa

bivariate dilakukan dengan menggunakan uji kai kuadrat (chi square

test) digunakan untuk mengetahui hubungan antara baris dan kolom.

Variabel antara baris dan kolom adalah variabel independen dan data

yang digunakan berskala nominal dan ordinal (Priyatno, 2008).

Pengujian hipotesis menggunakan uji chi square dengan tingkat

kemaknaan alfa=0,05 yang berarti p ≤ 0,05 atau Ha diterima yang

artinya ada hubungan tingkat pengetahuan, pendidikan, dan umur

Page 49: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

49

dengan tindakan deteksi dini kanker payudara (SADARI) pada wanita

usia subur.

L. ETIKA PENELITIAN

Menurut Hidayat (2014), dalam melakukan penelitian ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan yang disebut dengan etika penelitian yaitu:

1. Informed Consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.Informed consent

diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar

subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian.

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Memberikan jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan.

3. Confidentiality(Kerahasiaan)

Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian baik

informasi maupun masalah lain yang menyangkut privasi klien, hanya

kolompok tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

50

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 Februari – 29

Maret 2017 di Desa Kramat Kecematan Kranggan Kabupaten

Temanggung tahun 2017. Pengumpulan data melalui kuesioner mengenai

pengetahuan, pendidikan dan umur dengan tindakan SADARI. Sampel

dalam penelitian ini sebanyak 79 dari 452 wanita usia subur.

Hasil penelitian ini akan diuraikan tentang analisis univariat dan

bivariat. Berdasarkan pengolahan data, maka diperoleh hasil sebagai

berikut:

1. Analisis Univariat

Distribusi frekuensi responden berdasarkan mengetahui faktor-

faktor apa yang berhubungan dengan tindakan deteksi dini kanker

payudara (SADARI) pada wanita usia subur di Desa Kramat

Kecematan Kranggan Kabupaten Temanggung tahun 2017, dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Page 51: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

51

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Tingkat

Pengetahuan terhadap deteksi dini kanker payudara (SADARI)

NO

SOAL

BENAR SALAH

∑ % ∑ %

1 Kanker payudara adalah benjolan keras

pada payudara yang bila dibiarkan bisa

menyebar ke bagian ketiak dan sekitarnya

77 97.46 3 3.79

2 Salah satu faktor risiko yang

menyebabkan seorang wanita menjadi

lebih mungkin menderita kanker

payudara adalah faktor keturunan dan

hormonal

73 92.40 6 7.59

3 Timbul benjolan yang mengeras dan

bentuknya tidak beraturan di payudara

merupakan tanda gejala kanker

payudara.

76 96.20 4 5.06

4 Putting payudara yang ketarik ke

dalam merupakan tanda tanda gejala

kanker payudara.

70 88.60 9 11.39

5 Keluarnya cairan saat tidak menyusui

pada putting payudara seperti susu

merupakan tanda gejala kanker

payudara.

69 87.34 10 12.65

6 SADARI adalah cara pemeriksaan

payudara sendiri 75 94.93 4 5.05

7 Tujuan SADARI adalah untuk

merasakan atau mengenal lekuk-lekuk

payudara sehingga jika terjadi

perubahan dapat segera diketahui

79 100 0 0

8 SADARI dilakukan 7–10hari sebelum

haid

57 72.15 22 27.84

9 SADARI tidak boleh dilakukan pada

menoupause(haid mati)

45 56.96 34 43.03

10 SADARI tidak memerlukan waktu

lama.Cukup sekitar 5 menit 76 96.20 4 5.05

11 SADARI sebaiknya dilakukan mulai

umur20 tahun setiap bulan

67 84.81 12 15.18

12 SADARI hanya dilakukan perempuan

yang sudah menikah. 68 86.07 11 13.92

13 Bagian payudara yang paling beresiko

mengalami kanker payudara adalah

permukaan atas payudara

54 68.35 25 31.64

Page 52: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

52

14 Posisi tubuh yang tepat untuk melakukan

teknik pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) pada tahap melihat adalah

posisi duduk bila posisi berdiri tidak

nyaman

65 82.27 14 17.72

15 Posisi berdiri atau berbaring

dapat dilakukan saat perabaan

pemeriksaan SADARI

52 65.82 27 34.17

16 Pemeriksaanpayudara(SADARI)

dapat menemukan keluarnya

cairan dari salah satu putting

seperti darah atau nanah

63 83.32 16 20.25

17 Salah satu payudara

menggantung lebih rendah dari

biasanya merupakan tanda yang

harus diwaspadai dalam

pemeriksaan payudara

59 74.68 20 25.31

18 Posisi yang tepat saat perabaan

SADARI adalah duduk 32 40.50 47 59.49

19 Kanker payudara menyebar di

seluruh permukaan

bagianpayudara kecuali bagian

ketiak

42 53.16 37 46.83

20 Teknik pemeriksaan SADARI

saat perabaan yang tepat adalah

meraba bagian tengah payudara

46

50.63 33 41.77

Tabel 4.1 diatas data yang diperoleh dari tingkat pengetahuan

tentang deteksi dini kanker payudara (SADARI) menunjukkan rata-rata

menjawab dengar benar di pengertian kanker payudara adalah 77 responden

(97.46%) dan tujuan SADARI adalah 79 responden (100%) dari 79 wanita

usia subur. Terdapat 32 responden (40.50%) yang menjawab benar d an

47 responden (59.49%) menjawab salah dipernyataan tentang tekhnik

SADARI. Rata-rata wanita usia subur di Desa Kramat mengerti tentang

pengertian, gejala dan faktor penyebab kanker payudara tetapi para wanita

usia subur belum paham sepenuhnya dengan tekhnik SADARI dengan baik

Page 53: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

53

dan benar.

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan

pengetahuan responden

Variabel

Penelitian

Frekuensi (f)

Presentase(%)

Pengetahuan

Kurang

Cukup

Baik

0

38

41

0

48.1

51.9

Jumlah 79 100

Tabel 4.2 diatas data yang diperoleh dari 79 wanita usia subur

tidak ada yang memiliki pengetahuan yang kurang sehingga terdapat 41

wanita usia subur (51.9%) yang mempunyai pengetahuan baik tentang

SADARI dan pengetahuan cukup ada 38 wanita usia subur (48.1%).

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan

pendidikan responden

Variabel Penelitian Frekuensi (f) Presentase(%)

Pendidikan

Dasar

Menengah

Tinggi

57

10

3

72.2

24.0

3.8

Jumlah 79 100

Tabel 4.3 diatas data yang diperoleh dari 79 wanita usia

subur, sebagian besar memiliki pendidikan dasar yaitu sebanyak 57

wanita usia subur (72.2%), pendidikan menengah 10 wanita usia subur

(24.0%) dan pendidikan tinggi 3 wanita usia subur (3.8%).

Page 54: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

54

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur

responden

Variabel Penelitian Frekuensi (f) Presentase(%) Umur

Umur < 30tahun

Umur ≥ 30tahun

30

49

38.0

62.0

Jumlah 79 100

Tabel 4.4 diatas data yang diperoleh dari 79 wanita usia

subur, sebagian besar sebagian besar memiliki umur ≥ 30 tahun sebanyak

49 wanita usia subur (62.0%) dan memilki umur < 30 tahun sebanyak 30

wanita usia subur (38.0.0%).

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tindakan

SADARI

Variabel Penelitian Frekuensi (f) Presentase(%) Tindakan SADARI

Kurang Benar

Benar

59

20

74.7

25.3

Jumlah 79 100

Tabel 4.5 diatas data yang diperoleh dari 79 wanita usia subur,

sebagian besar sebagian besar melakukan tindakan SADARI kurang benar

sebanyak 59 wanita usia subur (74.7%) dan melakukan tindakan SADARI

dengan benar sebanyak 20 wanita usia subur (25.3%).

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan pengetahuan tentang SADARI dengan tindakan SADARI

Adapun hubungan pengetahuan tentang SADARI dengan pelaksanaan

SADARI dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Page 55: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

55

Tabel 4.6

Crostabulasi Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan SADARI

pada wanita usia subur di Desa Kramat Kecematan Kranggan

Kabupaten Temanggung tahun 2017

Pengeta

huan

Tindakan

Total

Uji

Statistik

Kurang

benar

benar

n % N % n %

Kurang 0 0 0 0 0 0

Cukup 34 43.0 4 5.1 3

8

4

8

.

1

p = 0,004

φ =0,327 Baik 25 31.6 16 20.3 41

51.9

Total 59 74.6 20 25.3 79

100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa dari 59 wanita usia

subur yang sudah melakukan tindakan SADARI kurang benar sebagian

besar mempunyai pengetahuan cukup yaitu 34 (43.0%) dan 20 wanita

usia subur yang sudah melakukan tindakan SADARI dengan benar

sebagian besar mempunyai pengetahuan baik yaitu 16 (20.3%) dari

jumlah 79 wanita usia subur(100%) tersebut tidak ada wanita usia subur

yang berpengetahuan kurang. Hasil uji statistik dengan menggunakan

uji chi-square, didapat nilai p=0,004 (p< 0,05) maka hipotesis kerja

(Ha) diterima yang berarti secara statistik ada hubungan signifikan

antara pengetahuan dan tindakan SADARI pada wanita usia subur.

Page 56: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

56

b. Hubungan pendidikan dengan tindakan SADARI

Tabel 4.7

Crostabulasi Hubungan Pendidikan dengan Tindakan SADARI pada

wanita usia subur di Desa Kramat Kecematan Kranggan Kabupaten

Temanggung tahun 2017

Pendidikan

Tindakan SADARI

Total

Uji

Statistik

Kurang benar benar

n % N % N %

Dasar 40 50.6 4 5.1 4

4

5

5

.

7

p = 0,000

φ =0,514 Menengah 19 24.1 12 15.2 31

39.2

Tinggi 0 0 4 5.1 4 5.1

Total 59 74.7 20 25.3 79

100

Berdasarkan tabel 4.7 diatas, menunjukkan bahwa terdapat 59

wanita usia subur yang sudah melakukan tindakan SADARI kurang

benar sebagian besar berpendidikan dasar yaitu 40 (50.6%) dan 20

wanita usia subur yang sudah melakukan tindakan SADARI dengan

benar sebagian besar mempunyai berpendidikan menengah yaitu 12

(15.2%). Seluruh responden yang berpendidikan tinggi melakukan

SADARI dengan benar sejumlah 3 responden. Hasil uji statistik dengan

menggunakan uji chi-square, didapat nilai p = 0,000 (p< 0,05) maka

hipotesis kerja (Ha) diterima yang berarti secara statistik ada hubungan

signifikan antara pendidikan dan tindakan SADARI pada wanita usia

subur.

Page 57: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

57

c. Hubungan umur dengan tindakan SADARI

Tabel 4.8

Crostabulasi Hubungan Umur dengan Tindakan SADARI pada wanita

usia subur di Desa Kramat Kecematan Kranggan Kabupaten

Temanggung tahun 2017

Umur

Tindakan SADARI Total

Uji

Statistik

Kurang benar benar

n % n % n %

Lebih dari 30

40 50.6 9 11.4 4

9

6

2

.

0

p = 0,069

φ =0,204 Kurang 30 19 24.1 11 13.9 30 38.0

Total 59 74.7 20 25.3 79 100

Berdasarkan table 4.8 diatas, ada 59 wanita usia subur yang sudah

melakukan tindakan SADARI kurang benar sebagian besar m em p u n ya i

umur yang lebih dari 30 tahun yaitu 40 responden (50.6%) dan 20 wanita

usia subur yang sudah melakukan tindakan SADARI dengan benar

sebagian besar b e r umur kurang 30 tahun yaitu 11 (13.9%). Hasil uji

statistik dengan menggunakan uji chi-square, didapat nilai p = 0, 069

(p>0,05) maka hipotesis kerja (Ha) ditolak yang berarti secara statistik

tidak ada hubungan signifikan antara umur dan tindakan SADARI pada

wanita usia subur.

B. Pembahasan

Peneliti meneliti faktor yang berhubungan dengan deteksi dini kanker

payudara (SADARI) pada wanita usia subur meliputi pengetahuan,

pendidikan dan umur.

Page 58: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

58

1. Analisa Univariat

a. Pengetahuan tentang SADARI

Pengetahuan umumnya dikelompokkan berdasarkan berbagai

kategori yaitu baik, cukup, kurang dan tahu, tidak tahu.tingkat

pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu latar

belakang pendidikan, social budaya dan usia (Hanifah, 2010).

Mengetahui tingkat pengetahuan eanita usia subur tentang

SADARI dapat dilihat dari hasil kemampuan menjawab pertanyaan

yang telah diberikan melalui kuesioner tentang SADARI. Hasil

penelitian tingkat pengetahuan tentang SADARI yang telah dilakukan

di Desa Kramat Kecematan Kranggan Kabupaten Temanggung bahwa

dari 79 wanita usia subur yang telah diberikan pertanyaan tentang

pengertian kanker payudara yang menjawab benar 77 orang (97.46%)

dan yang menjawab salah 3 orang (3.79%) diikuti dengan pertanyaan

tentang faktor penyebab kanker payudara dan gejala kanker payudara

rata-rata menjawab dengan benar sedamgkan dalam waktu

pemeriksaan wanita usia subur belum paham sepenuhnya dengan baik

dan benar yaitu yang mampu menjawab dengan benar ada 56 wanita

usia subur dari 79 wanita usia subur (100%).

Hasil penelitian ini jika dijumlahkan dari jawaban seluruh

pertanyaan ternyata sebagian besar wanita usia subur mempunyai

pengetahuan yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum

Page 59: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

59

sebagian besar wanita uisa subur di Desa Kramat Kecematan Kranggan

Kabupaten Temanggung sudah mengetahui tentang pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI) walaupun pengetahuan masih dinilai

kurang dari segi waktu pemeriksaan dan tekhnik SADARI. Hal ini

kemungkinan disebabkan oleh kurangnya tersampainya informasi

secara benar dan lengkap tentang SADARI terutama waktu

pemeriksaan dan tekhnik SADARI akibatnya wanita usia subur

jarang atau tidak pernah melakukan tindakan SADARI.

b. Pendidikan Wanita Usia Subur

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dari

79 wanita usia subur di Desa Kramat Kecamatan Kranggan Kabupaten

Temanggung sebagian besar responden berpendidikan rendah

(SD,SMP).

Wanita usia subur yang berpendidikan dasar menunjukkan sebagian

besar kesadaran wanita usia subur dalam pendidikan belum begitu

baik. Menurut Wawan dan Dewi (2010), pendidikan dapat

mempengaruhi perilaku seseorang untuk membentuk pola hidup

terutama dalam memotivasi sikap untuk berperan serta dalam

pembangunan kesehatan. Makin tinggi pendidikan seseorang

umumnya makin mudah untuk menerima informasi

c. Umur Wanita Usia Subur

Hasil penelitian yang telah dilakuakna dapat diketahui bahwa dari

79 wanita usia subur di Desa Kramat Kecamatan Kranggan Kabupaten

Page 60: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

60

Temanggung sebagian besar berusia lebih dari 30 tahun menunjukkan

sifat yang lebih matang dan memiliki mental yang diperlukan untuk

memepelajari dan menyesuaikan diri pada situasi- situasi yang baru,

misalnya mengingat hal-hal yang pernah dipelajari dulu, penalarana

analogi dan berfikir kreatif.

Umur merupakan salah satu faktor manusia yang sangat penting

dalam sebaran suatu penyakit, termasuk penyakit keganasan. Hal ini

berkaitan dengan pengaruh umur terhadap kerentanan, tingkat paparan,

masa inkubasi, maupun respons fisiologis (Gondhowiardjo,2010).

Menurut Hunclok (1998) dikutip dari Wawan dan Dewi (2010),

semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

4. Tindakan SADARI pada Wanita Usia Subur

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dari 79

wanita usia subur di Desa Kramat Kecamatan Kranggan Kabupaten

Temanggung sebagian besar melakukan tindakan SADARI kurang

benar sebanyak 59 wanita usia subur (74.7%) dan melakukan tindakan

SADARI dengan benar sebanyak 20 wanita usia subur (25.3%).

Dalam bukunya Reeder (2011) mengungkapkan bahwa ada

beberapa faktor yang menyebabkan wanita tidak rutin melakukan

SADARI atau bahkan menghindarinya adalah rasa malas, takut,

beranggapan bahwa dirinya tidak berisiko, bingung cara/tekniknya.

Penelitian ini tindakan SADARI masih sulit diterapkan untuk

Page 61: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

61

seseorang melakukan tindakan SADARI secara rutin dan tepat waktu.

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan Pengetahuan Tentang SADARI dengan Tindakan SADARI

Tingkat pengetahuan dapat dilihat dari hasil kemampuan menjawab

pertanyaan yang telah diberikan melalui kuesioner tentang SADARI di

Desa Kramat Kecematan Kranggan Kabupaten Temanggung ditemukan

bahwa dari 79 wanita usia subur yang telah diberikan pertanyaan

tentang pengertian kanker payudara, gejala kanker payudara, dan faktor

penyebab kanker payudara, pengertian SADARI, waktu pemeriksaan

SADARI, tekhnik pemeriksaan SADARI.

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 79 wanita usia subur rata-rata

memiliki pengetahuan yang baik tidak ada yang memiliki pengetahuan

yang kurang sehingga dari 59 wanita usia subur yang mempunyai

pengetahuan cukup namun kurang benar melakukan SADARI hanya

34 wanita usia subur (43.0%) dan 20 wanita usia subur yang

mempunyai pengetahuan baik namun melakukan SADARI dengan

benar ada 16 wanita usia subur (20.3%). Hasil ini diperoleh dari uji

Chi-Square (alfa=0,05) dengan nilai p=0,004 maka dengan demikian

terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tindakan

SADARI pada wanita usia subur.

Wanita usia subur yang mempunyai pengetahuan cukup namun

kurang benar melakukan SADARI dalam hal ini disebabkan karena

wanita usia subur tersebut merasa malas dan kurang memperhatikan

Page 62: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

62

cara melakukan SADARI sewaktu diberi penyuluhan sehingga mereka

tidak tahu benar cara melakukannya.

Menurut Notoatmodjo (2010) Pengetahuan tentang kesehatan

adalah mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-

cara memelihara kesehatan. Adopsi perilaku yang didasari pengetahuan,

kesadaran dan sikap yang positif terhadap stimulus akan membentuk

perilaku baru yang mampu bertahan lama. Pengetahuan responden akan

bertambah melalui ringkasan peristiwa yang pernah dihadapi, bisa saja

langsung bertanya pada tenaga kesehatan, bertanya kepada seseorang

yang dianggap lebih tau dari pada dirinya sendiri sehingga untuk

sekarang ini informasi-informasi mudah di dapat. Sesuatu tindakan yang

ada di masyarakat akan lebih bertahan lama jika didasari pada

pengetahuan.

Hal ini sejalan dengan penelitian Setiawan (2012) mendapatkan

hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan

responden dengan tindakan pemeriksaan kanker payudara dini. Sejalan

dengan hasil study yang dilakukan WHO dan para ahli pendidikan

kesehatan, terungkap memang benar bahwa pengetahuan masyarakat

tentang kesehatan sudah tinggi, tetapi praktik mereka masih rendah.

Hal ini berarti bahwa perubahan atau peningkatan pengetahuan

masyarakat tentang kesehatan tidak diimbangi dengan peningkatan

atau perubahan perilakunya (Notoatmodjo,2005).

Jadi, bisa disimpulkan bahwa pengetahuan yang tinggi tidak selalu

Page 63: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

63

berhubungan dengan perilaku seseorang. Demikian pengetahuan yang

lebih baik akan mendorong orang untuk melaksanakan SADARI,

walaupun ada responden yang benar melakukan SADARI meskipun

dengan tingkat rendah, Hal ini karena ada dorongan hati nurani

responden yang mempengaruhi responden paham dengan tindakan

SADARI, sehingga besarnya rasa kemalasan seseorang masih

mengalahkan pengetahuannya yang tinggi.

b. Hubungan Pendidikan dengan Tindakan SADARI

Dapat dilihat pada tabel 4.7 ada 59 wanita usia subur yang sudah

melakukan tindakan SADARI kurang benar sebagian besar

berpendidikan dasar yaitu 40 (50.6%) dan 20 wanita usia subur yang

sudah melakukan tindakan SADARI dengan benar sebagian besar

mempunyai berpendidikan menengah yaitu 12 (15.2%). Hasil uji

statistik dengan menggunakan uji chi-square, didapat nilai x² = 20,8 6

dengan p = 0,000 (p< 0,05) maka dengan demikian secara statistik ada

hubungan signifikan antara pendidikan dan tindakan SADARI pada

wanita usia subur.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pendidikan wanita

usia subur adalah pendidikan dasar (tamat SD,SMP) dan hanya sebagaian

kecil saja dengan pendidikan tinggi (tamat PT), dimungkinkan kesadaran

wanita usia subur dalam pendidikan belum begitu baik. Hasil analisis

bivariat menunjukkan bahwa 59 wanita usia subur yang melakukan

tindakan SADARI kurang benar sebagian besar berpendidikan dasar,

Page 64: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

64

sedangkan 12 wanita usia subur yang melakukan tindakan SADARI

dengan benar sebagian besar mempunyai berpendidikan menengah dan

yang mempunyai berpendidikan tinggi semua melakukan tindakan

SADARI dengan benar yaitu 4 wanita usia subur. Melihat data tersebut

ada kecenderung semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan

melakukan tindakan SADARI dengan benar dan menunujukkan bahwa

perilaku sadar akan kesehatan tidak mutlaknya sepenuhnya di pengaruhi

oleh pendidikan tapi bisa juga karena pola kebiasaan, kepercayaan dan

pengaruh dari seseorang. Pendidikan yang kurang akan menghambat

pengetahuan perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang

baru di perkenalkan.

Menurut Wawan dan Dewi (2010), pendidikan dapat

mempengaruhi perilaku seseorang untuk membentuk pola hidup terutama

dalam memotivasi sikap untuk berperan serta dalam pembangunan

kesehatan. Makin tinggi pendidikan seseorang umumnya makin mudah

untuk menerima informasi. Hal ini sejalan dengan penelitian Fahriza

(2010) mendapatkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara

tingkat pendidikan dengan pengetahuan wanita tentang penanganan

kanker payudara.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa tingkat pendidikan suatu bangsa akan

memengaruhi perilaku rakyatnya. Makin tinggi pendidikan masyarakat

makin tinggi kesadaran kesehatannya dan seseorang makin mudah untuk

melakukan tindakan dengan baik dan benar.

Page 65: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

65

c. Hubungan umur dengan Tindakan SADARI

Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan antara umur

dengan tindakan SADARI pada wanita usia subur yang menunjukkan

dari 59 wanita usia subur yang sudah melakukan tindakan SADARI

kurang benar sebagian besar umur yang lebih dari 30 tahun yaitu 40

(50.6%) wanita usia subur dan yang umur yang kurang dari 30 tahun

hanya 19 (24.1%) wanita usia subur. Hasil penelitian ini tidak sesuai

dengan teori Hunclok (1998) dikutip dari Wawan dan Dewi (2010),

semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan

lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Hal ini juga bisa kemungkinan

karena terkait dengan pengetahuan, dimana secara psikologis seharusnya

usia dewasa yang lebih tua lebih banyak melakukan tindakan

pencegahan karena merasa lebih rentan terhadap masalah kesehatan

tertentu.

Pada usia dewasa jika tidak mempunyai pengetahuan yang baik

tentang tindakan SADARI, maka tindakan SADARI cenderung lebih

rendah. Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk memberikan pendidikan

kesehatan atau pengetahuan (dalam hal ini ini tentang kesehatan

reproduksi wanita) pada kelompok usia muda agar ketika mereka

memasuki usia dewasa dapat mempraktekkan pengetahuan yang

diperoleh dalam bentuk perilaku yang nyata (Sakanti,2007). Hal ini

sejalan dengan penelitian Sari dan Mahyar (2012) mendapatkan hasil

bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan

Page 66: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

66

perilaku SADARI pada siswa SMAN 62 Jakarta tahun 2012.

Menurut data WHO menunjukkan bahwa 78% kanker payudara

terjadi pada wanita usia 50 tahun ke atas. Hanya 6 % terjadi pada wanita

yang berusia kurang dari 40 tahun. Hari makin banyak penderita kanker

payudara yang berusia 30 tahun, oleh karena itu jika wanita usia subur

termasuk golongan yang beresiko tinggi , meski baru berusia 30 tahun

tak ada salahnya untuk lebih bersikap waspada terhadap perubahan yang

terjadi pada payudara.

Teori Lewin (1954) dikutip dari Sari dan Mahyar (2012) bahwa

umur dianggap faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap

penyakit, baik gejala dan keseriusannya, sedangkan dalam penelitian

kesehatan umur selalu dihubungkan dengan angka kesakitan dan

kematian terutama pada penelitian epidemiologi (Notoatmodjo,1997).

Jadi, bisa disimpulkan wanita usia subur yang umur ≥ 30 tahun

dimana kejadian kanker payudara paling sering terjadi, berperilaku

melakukan tindakan SADARI lebih baik dari pada yang muda < 30

tahun. Penelitian ini umur tidak bisa menjadi patokan untuk seseorang

melakukan tindakan SADARI secara rutin dan tepat waktu.

Page 67: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

67

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan mengenai hubungan

antara pengetahuan, pendidikan, umur dengan tindakan SADARI pada

wanita usia subur di Desa Kramat Kecematan Kranggan Kabupaten

Temanggung tahun 2017, maka disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebagian besar wanita usia subur memiliki tingkat pengetahuan

yang baik sebanyak 41 responden(51.9%), bepengetahuan cukup

sebanyak 38 responden (48.1%), serta tidak ada(0%) yang tingkat

pengetahuannya kurang

2. Sebagian besar wanita usia subur berpendidikan dasar sebanyak

57 responden(72.2%).

3. Sebagian besar wanita usia subur berusia ≥ 30 tahun sebanyak 49

responden (38.0%).

4. Ada hubungan antara pengetahuan tentang SADARI dengan

tindakan SADARI dan nilai p = 0,004 (p< 0,05)

5. Ada hubungan antara pendidikan dengan tindakan SADARI

dengan dan nilai p = 0,000 (p< 0,05)

6. Tidak ada hubungan antara umur dengan tindakan SADARI

dengan nilai p = 0,069 (p>0,05).

Page 68: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

68

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, adapun saran yang

dapat diberikan yakni sebagai berikut :

1. Bagi Desa

a. Masyarakat khususnya wanita usia subur baik yang belum

menikah maupun sudah menikah untuk melakukan tindakan

SADARI sacara rutin dan tepat sebagai langkah awal mendeteksi

kanker payudara.

b. Masyarakat yang usia ≥ 30 tahun disarankan untuk melakukan

tindakan SADARI secara rutin dan tepat dimana kejadian kanker

payudara paling sering terjadi

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlu adanya penelitian lanjutan yang menyoroti tentang faktor-

faktor penghambat dalam pelaksanaan SADARI, bagi wanita usia

subur yang belum pernah mendengar mengenai SADARI.

Page 69: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

69

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K. (2012) Aplikasi Praktik Asuhan Keperawatan Keluarga.

Jakarta: Sagung Seto

Ali. Z. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC

Arikunto. S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Analitik. Jakarta:

Rineka Cipta

Azwar. S. (2015). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka

Belajar

Budiman (2015). Buku Ajar Isu Tataran Kesehatan Masyarakat. Bandung:

PT. Refika Aditama

Bustan, M. N. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta:

PT.Rineka Cipta.

Dahlan. M. Sopiyudin, (2012). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan:

deskriptif, bivariat, dan multivariate, dilengkapi aplikasi dengan

menggunakan SPP Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika

Diananda. R. (2008). Mengenal Seluk Beluk Kanker. Jogjakarta: Katahati

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2015). Profil Kesehatan Provinsi

Jawa Tengah. Semarang: Jawa Tengah

Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung. 2015. Profil Kesehatan.

Temanggung: Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung.

Fahriza, M. (2010). Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan

Wanita Usia 20-45 Tahun Tentang Penanganan Kanker Payudara

Kelurahan Rempoa Rt.07/02 Pada Bulan September Tahun 2010

Gondhowiardjo. S. et al. (2010). Ilmu Onkologi Dasar. Jakarta: Badan

Penerbit FKUI

Hanifah, M. (2010). Hubungan Usia Dan Tingkat Pendidikan Dengan

Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun Tentang Periksa Payudara

Sendiri (Sadari)

Hernilawati (2013). Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi selatan:

Pustaka As Salam

Hidayat, Aziz Alimul, 2007, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik

Analisa Data, Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, Aziz Alimul, 2014, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik

Analisa Data, Jakarta: Salemba Medika

Kementerian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara.

Jakarta

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Penanggulan Kanker Payudara dan

Kanker Leher Rahim. Jakarta

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Profil kesehatan Indonesia tahun 2013.

Jakarta

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Pusat Data dan Informasi. Jakarta

Page 70: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

70

Lee, J. R. (2008). Kanker payudara. Jakarta: Daras Books

Manuaba, Wibawa Tjakra 2010, Panduan Penatalaksanaan Kanker

Solid PERABOI 2010, , Jakarta: Sagung Seto

Mubarak, W. (2012). Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsep dan

Aplikasi dalam Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Munandar&narimawati.(2008). Teknik Sampling. Yogyakarta: Gava Media

Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni.

Jakarta:Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilkau.

Jakarta:Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi.

Jakarta:Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan Jakarta:Rineka Cipta.

Priyatno, Duwi (2008). Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: Mediakom

Priyoto. (2014). Teori Sikap dan Perilaku Dalam Kesehatan. Yogyakarta:

Nuha Medika

Puspita , S. (2016). Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Sadari

Pada Mahasiswi Fakultas Non Kesehatan Di Universitas

Hasanuddin. Fakultas Kesehatan Masyarakat Makassar

Rasjidi.I. (2009). Deteksi Dini, dan Pencegahan Kanker Pada Wanita.

Jakarta: Sagung Seto

Rasjidi.I. (2010). Epidemiologi Kanker Pada Wanita. Jakarta: Sagung Seto

Reeder, S. J. et al. Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Riwidikdo, H. (2013). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Rohima Press

Saptaputra. et al.(2016). Studi Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri

(SADARI) Pada Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Halu Oleo. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Halu Oleo

Setiawan, F. S. (2012). Hubungan Pengetahuan Dan Deteksi Dini

(SADARI) Dengan Keterlambatan Penderita Kanker Payudara

Melakukan Pemeriksaan Di RSUD Kraton Kabupaten

Pekalongan. (S1), Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah

Pekajangan.

Setyorini, A.(2014). Kesehatan Reproduksi & Pelayanan Keluarga

Berencana. Bogor: IN Media

Sugiyono (2016). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sujarweni. W. (2015). Statistik Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Gava Media

Sunyoto, D. (2013). Statistik untuk Paramedis.Bandung: Alfabeta

Suryaningsih, E. K., & Sukaca, B. E. (2009). Gejala-Gejala Kanker

Payudara.Yogyakarta: Paradigma Indonesia.

Wawan, A., & Dewi, M. (2011). Teori &pengukuran Pengetahuan,

Sikap, Dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Page 71: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

71

LAMPIRAN

Page 72: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

72

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

TINDAKAN DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA

(SADARI)PADA WANITA USIA SUBUR

Petunjuk pengisian kuasioner

1. Bacalah dengan seksama pertanyaan sebelum menjawab

2. Berilah tanda silang (√) pada salah satu jawaban yang sesuai dan dianggap

paling benar.

A. UMUR : tahun

B. PENDIDIKAN

SD SMA

SMP Perguruan Tinggi

C. PENGETAHUAN D.

No.

PERNYATAN JAWABAN

BENAR SALA

H PENGERTIAN KANKER PAYUDARA

1. Kanker payudara adalah benjolan keras pada payudara

yang bila dibiarkan bisa menyebar ke bagian ketiak dan

sekitarnya

FAKTOR RISIKO KANKER

PAYUDARA

2. Salah satu faktor risiko yang menyebabkan

seorang wanita menjadi lebih mungkin menderita

kanker payudara adalah faktor keturunan dan

hormonal

GEJALA - GEJALA KANKER

PAYUDARA

3. Timbul benjolan yang mengeras dan bentuknya

tidak beraturan di payudara merupakan tanda

gejala kanker payudara.

4. Putting payudara yang ketarik ke dalam

merupakan tanda tanda gejala kanker

payudara.

Page 73: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

73

5. Keluarnya cairan saat tidak menyusui pada

putting payudara seperti susu merupakan

tanda gejala kanker payudara.

PENGERTIAN SADARI 6. SADARI adalah cara pemeriksaan payudara

sendiri

TUJUAN SADARI

7. Tujuan SADARI adalah untuk merasakan atau

mengenal lekuk-lekuk payudara sehingga jika

terjadi perubahan dapat segera diketahui

WAKTU PELAKSANAAN SADARI 8. SADARI dilakukan 7 – 10 hari sebelum haid 9. SADARI tidak boleh dilakukan pada

menoupause(haid mati)

10. SADARI tidak memerlukan waktu lama.

Cukup sekitar 5 menit

11. SADARI sebaiknya dilakukan mulai umur 20

tahun setiap bulan

12. SADARI hanya dilakukan perempuan yang sudah

menikah.

TEKHNIK SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)

13. Bagian payudara yang paling beresiko mengalami

kanker payudara adalah permukaan atas payudara

14. Posisi tubuh yang tepat untuk melakukan teknik

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada tahap melihat

adalah posisi duduk bila posisi berdiri tidak nyaman

15. Posisi berdiri atau berbaring dapat dilakukan saat

perabaan pemeriksaan SADARI

16. Pemeriksaan payudara (SADARI) dapat

menemukan keluarnya cairan dari salah satu

putting seperti darah atau nanah

17. Salah satu payudara menggantung lebih rendah

dari biasanya merupakan tanda yang harus

diwaspadai dalam pemeriksaan payudara

18. Posisi yang tepat saat perabaan SADARI adalah duduk

19. Kanker payudara menyebar di seluruh permukaan

bagian payudara kecuali bagian ketiak

20. Teknik pemeriksaan SADARI saat perabaan yang

tepat adalah meraba bagian tengah payudara

Page 74: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

74

D. Tindakan SADARI

lembar observasi tekhnik pemeriksaan payudara sendiri( SADARI)

No Tekhnik pemeriksaan SADARI Benar Salah

Tahap I. Inspeksi di Hadapan Cermin

1. Berdiri tegak dengan kedua tangan lurus

ke bawah dan memperhatikan apakah ada

kelainan lekukan, kerutan, atau

pembengkakan pada kedua payudara atau

puting.

2. Kedua tangan diangkat ke atas kepala

periksa payudara dari berbagai sudut.

3. Tegangkan otot-otot bagian dada dengan

meletakkan kedua tangan di pinggang.

Perhatikan apakah ada kelainan pada

kedua payudara atau puting.

4. Melakukan dengan lembut menekan

masing-masing putting untuk melihat

adanya cairan yang keluar

Tahap II. Palpasi dengan Cara

Berbaring

1. Letakkan bantal di bahu kanan dan letakkan

tangan kanan di atas kepala. Gunakan tangan

kiri untuk memeriksa payudara kanan untuk

memeriksa adanya benjolan.

2. Raba payudara dengan gerakan melingkar

dari sisi luar payudara (sampai dibawah

lengan) ke arah puting sampai ke puting

payudara (memutar seluruh permukaan

Page 75: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

75

payudara).

3. Raba payudara dengan gerakan lurus dari

sisi luar ke sisi dalam payudara. Gunakan

jari telunjuk,tengah, dan jari manis untuk

merasakan perubahan

Frequensi

1. TINDAKAN SADARI

Statistics

TINDAKAN

N Valid 79

Missing 0

Percentiles 25 1.0000

50 1.0000

75 2.0000

TINDAKAN SADARI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid KURANG BENAR 59 74.7 74.7 74.7

BENAR 20 25.3 25.3 100.0

Total 79 100.0 100.0

2. Pengetahuan

Statistics

pengetahuan

N Valid 79

Missing 0

Percentiles 25 2.0000

50 3.0000

Page 76: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

76

Statistics

pengetahuan

N Valid 79

Missing 0

Percentiles 25 2.0000

50 3.0000

75 3.0000

pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid cukup 38 48.1 48.1 48.1

baik 41 51.9 51.9 100.0

Total 79 100.0 100.0

3. Pendidikan

Statistics

pendidikan

N Valid 79

Missing 0

Percentiles 25 1.00

50 1.00

75 2.00

pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid pendidikan dasar 44 55.7 55.7 55.7

pendidikan

menengah

31 39.2 39.2 94.9

pendidikan tinggi 4 5.1 5.1 100.0

Total 79 100.0 100.0

Page 77: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

77

4. umur

Statistics

Umur

N Valid 79

Missing 0

Percentiles 25 1.0000

50 1.0000

75 2.0000

umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid lebih dari 30 49 62.0 62.0 62.0

kurang dari 30 30 38.0 38.0 100.0

Total 79 100.0 100.0

TABULASI SILANG

1. tingkat pengetahuan * TINDAKAN SADARI

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

tingkat pengetahuan *

TINDAKAN SADARI

79 100.0% 0 .0% 79 100.0%

Page 78: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

78

tingkat pengetahuan * TINDAKAN SADARI Crosstabulation

TINDAKAN SADARI

Total KURANG BENAR BENAR

tingkat pengetahuan CUKUP Count 34 4 38

Expected Count 28.4 9.6 38.0

% within TINDAKAN

SADARI

57.6% 20.0% 48.1%

% of Total 43.0% 5.1% 48.1%

BAIK Count 25 16 41

Expected Count 30.6 10.4 41.0

% within TINDAKAN

SADARI

42.4% 80.0% 51.9%

% of Total 31.6% 20.3% 51.9%

Total Count 59 20 79

Expected Count 59.0 20.0 79.0

% within TINDAKAN

SADARI

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 74.7% 25.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 8.471a 1 .004

Continuity Correctionb 7.031 1 .008

Likelihood Ratio 8.974 1 .003

Fisher's Exact Test .004 .003

Linear-by-Linear Association 8.364 1 .004

N of Valid Cases 79

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.62.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 79: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

79

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Phi .327 .004

Cramer's V .327 .004

Contingency Coefficient .311 .004

N of Valid Cases 79

2. pendidikan * tindakan SADARI

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pendidikan * tindakan 79 100.0% 0 .0% 79 100.0%

Page 80: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

80

pendidikan * tindakan Crosstabulation

tindakan

Total kurang benar benar

pendidikan pendidikan dasar Count 40 4 44

Expected Count 32.9 11.1 44.0

% within tindakan 67.8% 20.0% 55.7%

% of Total 50.6% 5.1% 55.7%

pendidikan

menengah

Count 19 12 31

Expected Count 23.2 7.8 31.0

% within tindakan 32.2% 60.0% 39.2%

% of Total 24.1% 15.2% 39.2%

pendidikan tinggi Count 0 4 4

Expected Count 3.0 1.0 4.0

% within tindakan .0% 20.0% 5.1%

% of Total .0% 5.1% 5.1%

Total Count 59 20 79

Expected Count 59.0 20.0 79.0

% within tindakan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 74.7% 25.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 20.868a 2 .000

Likelihood Ratio 21.205 .000

Linear-by-Linear Association 19.300 1 .000

N of Valid Cases 79

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.01.

Page 81: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

81

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Phi .514 .000

Cramer's V .514 .000

Contingency Coefficient .457 .000

N of Valid Cases 79

3. umur * tindakan SADARI

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

umur * tindakan 79 100.0% 0 .0% 79 100.0%

Page 82: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

82

umur * tindakan Crosstabulation

tindakan

Total kurang benar Benar

umur lebih dari 30 Count 40 9 49

Expected

Count

36.6 12.4 49.0

% within

tindakan

67.8% 45.0% 62.0%

% of Total 50.6% 11.4% 62.0%

kurang 30 Count 19 11 30

Expected

Count

22.4 7.6 30.0

% within

tindakan

32.2% 55.0% 38.0%

% of Total 24.1% 13.9% 38.0%

Total Count 59 20 79

Expected

Count

59.0 20.0 79.0

% within

tindakan

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 74.7% 25.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 3.296a 1 .069

Continuity Correctionb 2.399 1 .121

Likelihood Ratio 3.227 1 .072

Fisher's Exact Test .108 .062

Linear-by-Linear Association 3.254 1 .071

N of Valid Cases 79

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.59.

Page 83: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

83

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 3.296a 1 .069

Continuity Correctionb 2.399 1 .121

Likelihood Ratio 3.227 1 .072

Fisher's Exact Test .108 .062

Linear-by-Linear Association 3.254 1 .071

N of Valid Cases 79

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.59.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Phi .204 .069

Cramer's V .204 .069

Contingency Coefficient .200 .069

N of Valid Cases 79

Page 84: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

84

Page 85: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

85

Page 86: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

86

Page 87: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

87

Page 88: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

88

Page 89: BAB I PENDAHULUAN - poltekkes-smg.ac.id

89