BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Taman Nasional Karimunjawa merupakan gugusan kepulauan berjumlah 22 pulau yang terletak di Laut Jawa, mempunyai luas 111.625 Ha (SK Menhut No. 78/Kpts-II/1999 tanggal 22 Februari 1999). Sebagai kawasan yang dilindungi tentu memiliki kelebihan potensi dibandingkan dengan daerah lain. Potensi yang paling menonjol adalah sumberdaya alam laut terutama sektor perikanan di mana kelimpahan ikannya masih banyak. Kawasan perairan laut yang terjaga menjadikan lingkungan laut di kawasan Taman Nasional Karimunjawa memiliki kelebihan di banding kawasan perairan laut di lokasi lain, khususnya di perairan laut Pantai Utara Jawa. Kondisi terumbu karang yang masih baik menyebabkan ikan bisa berkembang biak dengan baik karena habitatnya masih terjaga. Kapal- kapal yang berasal dari luar Karimunjawa dapat melakukan aktifitas penangkapan ikan di sekitar perairan kepulauan Karimunjawa. Hal tersebut disebabkan mudahnya mendapatkan hasil yang melimpah di bandingakan melakukan aktivitas penangkapan ikan di lokasi yang lain. Apalagi bila kegiatan penangkapan ikan dilakukan zona terlarang yaitu zona inti dan zona perlindungan Taman Nasional Karimunjawa.
28
Embed
BAB I PENDAHULUAN Kawasan Taman Nasional …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/80704/potongan/S2-2015... · kelebihan di banding kawasan perairan laut di lokasi lain, ... Kondisi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kawasan Taman Nasional Karimunjawa merupakan gugusan
kepulauan berjumlah 22 pulau yang terletak di Laut Jawa, mempunyai luas
111.625 Ha (SK Menhut No. 78/Kpts-II/1999 tanggal 22 Februari 1999).
Sebagai kawasan yang dilindungi tentu memiliki kelebihan potensi
dibandingkan dengan daerah lain. Potensi yang paling menonjol adalah
sumberdaya alam laut terutama sektor perikanan di mana kelimpahan
ikannya masih banyak. Kawasan perairan laut yang terjaga menjadikan
lingkungan laut di kawasan Taman Nasional Karimunjawa memiliki
kelebihan di banding kawasan perairan laut di lokasi lain, khususnya di
perairan laut Pantai Utara Jawa.
Kondisi terumbu karang yang masih baik menyebabkan ikan bisa
berkembang biak dengan baik karena habitatnya masih terjaga. Kapal-
kapal yang berasal dari luar Karimunjawa dapat melakukan aktifitas
penangkapan ikan di sekitar perairan kepulauan Karimunjawa. Hal
tersebut disebabkan mudahnya mendapatkan hasil yang melimpah di
bandingakan melakukan aktivitas penangkapan ikan di lokasi yang lain.
Apalagi bila kegiatan penangkapan ikan dilakukan zona terlarang yaitu
zona inti dan zona perlindungan Taman Nasional Karimunjawa.
2
Penduduk Kepulauan Karimunjawa yang mayoritas bermata
pencaharian sebagai nelayan, sangat menggantungkan hidupnya dari
sumberdaya alam laut terutama perikanan yang ada di sekitar perairan
kepulauan Karimunjawa. Hal ini terkadang membuat nelayan
Karimunjawa melanggar fungsi zonasi apabila terdesak oleh kebutuhan
hidup atau kondisi cuaca yang membatasi mereka dalam mencari ikan.
Pelanggaran zonasi dapat terjadi ketika masyarakat yang memiliki
berbagai sudut pandang berbeda, kemudian memetakan situasi mereka
secara bersama berdasarkan hasil pembelajaran dari pengalaman dan
pandangan masing-masing. Di sini akan terjadi cara pandang yang beda
antar pihak karena sudut pandang nelayan akan berbeda dengan Balai
Taman Nasional Karimunjawa yang lebih memprioritaskan konservasi
dari pada eksploitasi sumberdaya alam. Tapi keberadaan masyarakat yang
lebih dulu ada di banding Taman Nasional Karimunjawa di wilayah
kepulauan Karimunjawa harus diakui dan diperhatikan dalam membuat
suatu kebijakan pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa.
Inti persoalan dari konflik yang terjadi adalah masalah kesejahteraan
(ekonomi) dan konservasi. Di satu pihak ada yang ingin mengeksploitasi
sumberdaya alam perairan laut Karimunjawa sedangkan di pihak lain ada
yang ingin menjaga kelestariaannya agar dapat mendatangkan manfaat
dalam jangka panjang bagi masyarakat meskipun tidak disadari atau
kadang tidak dirasakan secara langsung. Konflik antara nelayan dengan
Balai Taman Nasional Karimunjawa sudah lama terjadi dan tidak ada
3
solusi jelas atau inkonsistensi dalam penegakan aturan. Balai Taman
Nasional Karimunjawa telah melakukan beberapa intervensi guna
menyelesaikan konflik yang terjadi, diantaranya revisi zonasi yang
melibatkan masyarakat, meningkatkan peran serta masyarakat dalam
mengamankan kawasan, dan kolaborasi pemanfaatan sumberdaya alam
laut untuk kegiatan ekowisata. Namun konflik antara nelayan dengan Balai
Taman Nasional Karimunjawa masih tetap terjadi.
Penelitian tentang konflik nelayan di Taman Nasional Karimunjawa
selama ini telah dilakukan tapi yang lebih banyak dibahas adalah aspek
dari segi hukumnya dan konsep pengelolaan Taman Nasional
Karimunjawa. Namun belum ada perhatian terhadap apa yang menjadi
masalah dari konflik itu sendiri serta bagaimana resolusi konfliknya untuk
mencari solusi dari konflik yang terjadi di Taman Nasional Karimunjawa.
1.2. Rumusan Masalah
Semakin tingginya kebutuhan hidup masyarakat Karimunjawa akan
berdampak pada eksploitasi sumberdaya lautnya semakin tinggi. Situasi
seperti ini sulit dihindari karena ketergantungan masyarakat kepada
sumberdaya laut masih sangat besar dan selama ini belum ada alternatif lain
sebagai penganti mata pencaharian selain mengandalkan sumberdaya laut
yang dimiliki Karimunjawa. Padahal sebagai kawasan yang telah ditetapkan
sebagai daerah konservasi alam oleh Menteri Kehutanan,sumber daya alam
Karimunjawa harus dijaga dan dilestarikan.
4
Melihat adanya dua kepentingan yang berbeda antara kesejahteraan
dengan konservasi maka konflik kepentingan akan selalu terjadi di kawasan
Taman Nasional Karimunjawa. Nelayan dengan sudut pandangnya tentu
berpikir bahwa mereka dapat hidup dengan layak dengan mengandalkan
sumberdaya alam laut yang dimiliki oleh perairan kepulauan Karimunjawa
yang selama ini menjadi sumber nafkah hidup mereka. Di pihak lain, Balai
Taman Nasional Karimunjawa selaku pemangku kawasan berkewajiban untuk
menjaga sumberdaya alam yang dimiliki Taman Nasional Karimunjawa agar
tetap lestari.
Dari uraian singkat di atas, bisa kita tarik pertanyaan penelitian sebagai
berikut :
1. Mengapa terjadi konflik antara nelayan dan Balai Taman Nasional
Karimunjawa dalam pengelolaan sumberdaya alam laut di Taman
Nasional Karimunjawa?
2. Bagaimana proses resolusi konflik yang bisa diterima oleh kedua pihak
secara menyeluruh?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui akar konflik antara nelayan dengan Balai Taman
Nasional Karimunjawa.
2. Untuk mengetahui efektivitas intervensi yang telah dilakukan guna
penyelesaian konflik dan merumuskan resolusi konflik guna membantu
5
memecahkan persoalan konflik yang terjadi di Taman Nasional
Karimunjawa.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat positif bagi
berbagai pihak, dan secara garis besar bisa dikategorikan dalam dua hal:
1. Manfaat Teoritis
Dapat menjadi suatu sumber informasi untuk pengembangan
ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang pengelolaan konflik
sumberdaya alam laut yang sering terjadi di berbagai kawasan
konservasi di Indonesia sebagai negara marirtim.
2. Manfaat Praktis
Bagi Kementerian Kehutanan khususnya Balai Taman Nasional
Karimunjawa, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Pemerintah
Propinsi Jawa Tengah, Pemkab Jepara, Dinas Kelautan dan Perikanan,
LSM, Masyarakat dan Swasta, bisa digunakan sebagai bahan
pertimbangan atau acuan dalam menyusun rancangan dan kebijakan
guna menemukan solusi yang bisa diterima semua pihak atas konflik
yang sedang dihadapi saat ini maupun di masa mendatang.
1.5 Kajian Pustaka
1.5.1. Penelitian Terdahulu
6
Ada beberapa kajian/penelitian terdahulu menyangkut tentang
pengelolaan kawasan dan konflikdi kawasan Taman Nasional
Karimunjawa, yang sedikit-banyak terkait dengan topik penelitian yang
akan dilakukan.
Rofian Dedi Susanto pada penelitian dengan judul Partisipasi
Masyarakat dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut di Taman
Nasional Karimunjawa berbicara mengenai partisipasi, kompatibilitas
aturan dan menganalisa konflik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
potensi keanekaragaman hayati semakin menurun dan tingkat pemanfaatan
sumberdaya TNKJ yang kurang terkontrol sehingga dapat mengancam
status TNKJ. Dari sisi kajian kebijakan dan kelembagaan menunjukkan
bahwa peraturan pengelolaan kawasan konservasi lebih
mengkonsentrasikan pada kewenangan pemerintah.Selain itu terdapat
disharmonisasi peraturan dalam hal kewenangan pengelolaan antara
Kementerian Kehutanan, Kementerian kelautan dan Perikanan, dan
Pemerintah Daerah sehingga cenderung menimbulkan konflik institusional
karena peraturan sulit diterapkan lintas sektor. Sementara pengaturan
kolaborasi dalam Permenhut juga sulit dilaksanakan karena belum ada
kesepakatan dan kesepahaman tertulis antar stakeholders. Untuk itu perlu
ada kemauan politik atau komitmen dari BTNKJ dan Pemda untuk
pengaturan kewenangan dalam pengelolaan dan pemanfaatan SDAHE
TNKJ. Pengelolaan TNKJ masih belum efektif karena keterbatasan sarana
dan prasarana. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pelanggaran yang
7
terjadi karena lemahnya penegakan hukum. Selain itu alokasi penggunaan
anggaran juga kurang mendukung kegiatan perlindungan dan pengamanan
kawasan.Dari tulisan ini penulis menyimpulkan bahwa untuk mencegah
terjadinya konflik yang berkelanjutan perlu adanya tindakan riil dalam
pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa berupa pengelolaan yang
berbasis pengelolaan bersama.
Prasetia, R., T. Kartawijaya, Ripanto dalam penelitian berjudul
Monitoring. Kajian Tingkat Kepatuhan (Compliance) Nelayan Terhadap
Zonasi di Taman Nasional Karimunjawa penelitian ini bertujuan untuk
mengukur ketaatan nelayan terhadap zonasi yang ada di Karimunjawa.
Studi inimembahas tingkatkepatuhannelayanyangberoperasi di kawasan
Taman Nasional Karimun jawa selama tiga tahun pengamatan (2009-
2011). Sistem zonasi yang digunakan dalam menentukan tingkat
kepatuhan nelayan adalah berdasarkan Surat Keputusan Dirjen PHKA
No.SK79/IV/Set-3/2005 Tentang Mintakat/Zonasi di Taman Nasional
Karimunjawa. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepatuhan
nelayan di Karimunjawa masih rendah terhadap larangan beraktifitas di
zona inti dan perlindungan, yang merupakan daerah terlarang bagi
kegiatan penangkapan ikan. Dari tulisan yang ada saya menyimpulkan
bahwa masih sering terjadi konflik antara Balai Taman Nasional
Karimunjawa dengan nelayan di kepulauan Karimunjawa. Hal ini bisa
dilihat dari tingkat pelanggaran yang masih di jumpai di kawasan Taman
Nasional Karimunjawa. Akibat yang timbul dari pelanggaran terhadap
8
zonasi tentu akan memicu terjadinya konflik antara nelayan dengan Balai
Taman Nasional Karimunjawa.
Marnane, M., R.L. Ardiwijaya, J.T. Wibowo, S.TS.T. Pardede A.
Mukminin,Y. Herdiana pada akhir tahun 2002, melakukan penelitian studi
kegiatan perikanan Muro-ami di Kepulauan Karimunjawa adanya surat
edaran Pemerintah Kabupaten Jepara No. 523/2813 tanggal 28 Juni 2002
tentang hal yang mengindikasikan diperbolehkannya Muro-ami beroperasi
di wilayah Kepulauan Karimunjawa. Tujuan dari studi ini adalah untuk
mendapatkan gambaran dan informasi yang lebih jelas mengenai aktivitas
penangkapan jaring Muro-ami dari aspek sosial ekonomi dan ekologi.Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa Perikanan Muro-ami diidentifikasi
merupakan salah satu ancaman bagi ekosistem terumbu karang di kawasan
Taman Nasional Karimunjawa. Kondisi alam yang berbeda-beda dan
terintegrasi dalam studi ini membuat kita dapat mengukur ancaman-
ancaman dari alat tangkap ini pada tipe habitat yang berbeda-beda, serta
dampak yang dihasilkan perikanan Muro-ami dibandingkan metode
penangkapan lainnya terhadap terumbu karang.Menurut penulis surat
edaran ini menjadi akar pemicu koflik antar nelayan lokal di di
Karimunjawa karena terjadi perebutan sumberdaya laut antar nelayan.
Bahkan memicu terjadinya konflik antara nelayan jaring Muro-ami dengan
pihak Taman Nasional karimunjawa. Konflik antara Balai Taman Nasional
Karimunjawa dengan Nelayan Muro-ami disebabkan oleh alat tangkapyang
9
digunakan nelayan tidak ramah lingkungan dan bisa merusak ekosistem
terumbu karang.
1.5.2 Keaslian Penelitian
Penelitian ini merupakan kajian terhadap situasi konflik dalam
pemafaatan potensi sumberdaya alam yang dimiliki oleh perairan laut
Taman Nasional Karimunjawa, yang saat ini tengah berlangsung. Dalam
persoalan konflik ini yang paling sering terjadi adalah persoalan antara
nelayan dengan Balai Taman Nasional Karimunjawa yang menyangkut
kesejahteraan dengan konservasi. Penelitian ini dititik beratkan pada
faktor-faktor penyebab terjadinya konflik, pihak-pihak yang terlibat
konflik, dan teknik resolusi konflik seperti apa yang bisa dijalankan.
Sampai saat ini, sepengetahuan penulis, belum ada kajian terhadap konflik
yang terjadi di tempat tersebut.
1.5.3 Kebaharuan Penelitian
Penelitian terhadap berbagai situasi konflik di kawasan konservasi, di
berbagai tempat telah banyak dilakukan dan menghasilkan banyak resolusi
konflik. Tetapi belum banyak penelitian yang terkait wilayah konservasi
perairan yang melibatkan antara nelayan dengan pengelola kawasan
konservasi. Persoalan benturan kepentingan antara cara pandang
konservasi berhadapan dengan cara pandang ekonomi dan kesejahteraan
dengan mengambil setting pada kawasan konservasi. Dan mengingat
10
bahwa setiap situasi konflik memiliki kekhasannya sendiri, faktor-faktor
penyebab konflik di suatu tempat belum tentu menjadi penyebab konflik
yang sama di tempat lain, maka penelitian ini menghasilkan sesuatu yang
baru dalam studi konflik.
Dengan penelitian ini kita akan mengetahui kesuaian berbagai konsep
di atas dengan konteks konflik di Taman Nasional Karimunjawa. Dengan
kata lain kita akan mengetahui sejauh mana konsep-konsep di atas bisa
diterapkan di dalam pengelolaan konflik ini. Setiap konflik memiliki
konteks dan faktor-faktornya sendiri, yang tidak sama satu-sama lain.
Suatu faktor penyebab konflik di tempat yang satu belum tentu menjadi