Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdirinya Pabrik Metanol Di era globalisasi pasar bebas saat ini, perkembangan industri di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan kualitas maupun kuantitasnya baik industri yang menghasilkan bahan jadi maupun bahan setengah jadi untuk bahan baku industri lain, sehingga kebutuhan bahan baku maupun bahan pembantu mengalami peningkatan. Kebutuhan bahan baku atau bahan pembantu yang terus mengalami peningkatan yang tidak disertai dengan peningkatan produksi dalam negeri menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tingginya nilai impor untuk bahan tersebut. Salah satu bahan yang mengalami peningkatan kebutuhan dan impor adalah metanol. Metanol dikenal sebagai metil alkohol adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH 3 OH. Metanol merupakan bentuk alkohol paling sederhana, berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, beracun dan memiliki bau yang khas. Metanol merupakan salah satu bahan yang dapat dijadikan sebagai bahan jadi maupun bahan baku untuk industri lain. Sebagai bahan jadi metanol adalah produk dari industri hulu petrokimia yang merupakan turunan dari gas alam. Metanol dapat digunakan sebagai pelarut, bahan pendingan dan lainnya. Sedangkan sebagai bahan baku untuk industri lain, metanol Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114101001) Meita Utari (114102007) I-1
24

BAB I Pendahuluan FIX

Dec 22, 2015

Download

Documents

FebrianFA

bab
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I Pendahuluan FIX

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Berdirinya Pabrik Metanol

Di era globalisasi pasar bebas saat ini, perkembangan industri di Indonesia dari tahun

ke tahun mengalami peningkatan kualitas maupun kuantitasnya baik industri yang

menghasilkan bahan jadi maupun bahan setengah jadi untuk bahan baku industri lain,

sehingga kebutuhan bahan baku maupun bahan pembantu mengalami peningkatan.

Kebutuhan bahan baku atau bahan pembantu yang terus mengalami peningkatan yang

tidak disertai dengan peningkatan produksi dalam negeri menjadi salah satu faktor yang

menyebabkan tingginya nilai impor untuk bahan tersebut. Salah satu bahan yang

mengalami peningkatan kebutuhan dan impor adalah metanol.

Metanol dikenal sebagai metil alkohol adalah senyawa kimia dengan rumus kimia

CH3OH. Metanol merupakan bentuk alkohol paling sederhana, berbentuk cairan yang

ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, beracun dan memiliki bau yang

khas. Metanol merupakan salah satu bahan yang dapat dijadikan sebagai bahan jadi

maupun bahan baku untuk industri lain. Sebagai bahan jadi metanol adalah produk dari

industri hulu petrokimia yang merupakan turunan dari gas alam. Metanol dapat digunakan

sebagai pelarut, bahan pendingan dan lainnya. Sedangkan sebagai bahan baku untuk

industri lain, metanol banyak digunakan dalam berbagai industri seperti industri tekstil,

resin sintetis, farmasi, insektisida, dan lainnya. Pada industri Migas, metanol digunakan

sebagai anti freeze dan sebagai gas hydrate inhibitor pada sumur gas alam dan pipa gas.

Industri formaldehid merupakan pengkonsumsi metanol terbesar di Indonesia.

Di Indonesia saat ini terdapat dua kilang metanol, yaitu kilang PT Kaltim Methanol

Industri dengan kapasitas produksi 660.000 ton/tahun dan kilang PT Medco Methanol

Bunyu dengan kapasitas produksi 330.000 ton/tahun. Namun, kilang PT Medco Methanol

Bunyu telah dihentikan pengoperasian maupun produksinya. Hal ini dikarenakan semakin

rendahnya pasokan gas alam sebagai bahan baku utama yang diperoleh dari PT Badak

LNG.

Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114101001)Meita Utari (114102007)

I-1

Page 2: BAB I Pendahuluan FIX

I-2

PT Kaltim Methanol Industri memproduksi metanol dengan kualitas pure metanol

(99.85 %). Teknologi yang digunakan adalah teknologi proses sintesa metanol tekanan

rendah lisensi dari Lurgi - Jerman. Saat ini produksi metanol dari PT Kaltim Methanol

Industri belum memenuhi kebutuhan metanol dalam negeri, sehingga masih dilakukan

impor metanol dari negara lain. Dengan melihat kondisi ini maka direncanakan pabrik

metanol di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan mengurangi

impor.

1.2. Analisa Pasar dan Penentuan Kapasitas Pabrik

1.2.1.Analisa Pasar terhadap Produk Metanol di Indonesia

A. Perkembangan Ekspor Metanol

Metanol merupakan salah satu komoditi bahan kimia yang diekspor ke luar

negeri. Pada tahun 2013 ekspor metanol ke luar negeri mencapai 510.000 ton/tahun.

Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat seiring perkembangan waktu. Data

perkembangan ekspor metanol selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Perkembangan ekspor metanol tahun 2009 - 2013

TahunEkspor Metanol

(103ton/tahun)

Perkembangan (%)

2009 496,00 -2010 461,00 -7,062011 542,00 17,572012 465,00 -14,212013 510,00 9,68

Rata-rata 494,80 13,62

Sumber: Badan Pusat Statistik tahun 2013

Rata-rata persentase perkembangan ekspor metanol dari Tabel 1.1. yaitu

sebesar 13,62%. Apabila hingga lima tahun mendatang tidak dibangun pabrik metanol

lain, maka dapat diperkirakan pada tahun 2018 ekspor metanol sebesar 540.500

ton/tahun. Data proyeksi ekspor metanol hingga lima tahun ke depan dapat dilihat

pada Tabel 1.2.

Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)

Page 3: BAB I Pendahuluan FIX

I-3

Tabel 1.2. Proyeksi ekspor metanol tahun 2014 - 2018

TahunEkspor Metanol

(103ton/tahun)

Perkembangan (%)

2014 526,50 3,242015 530,00 0,662016 533,50 0,662017 537,00 0,662018 540,50 0,65

B. Perkembangan Impor Metanol

Metanol juga merupakan salah satu komoditi yang diimpor dari luar negeri.

Impor metanol dilakukan untuk memenuhi konsumsi industri dalam negeri yang tidak

bisa terpenuhi hanya dengan produksi dalam negeri saja. Impor metanol pada tahun

2013 mencapai angka 355.000 ton/tahun. Jika dilihat dari perkembangan impor

metanol selama lima tahun terakhir, jumlah impor metanol terus mengalami

peningkatan. Data perkembangan impor metanol selama lima tahun terakhir dapat

dilihat pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3. Perkembangan impor metanol tahun 2009 – 2013

TahunImpor Metanol (103ton/tahun)

Perkembangan (%)

2009 84,00 -2010 208,00 147,622011 303,00 45,672012 279,00 -7,922013 355,00 27,24

Rata-rata 245,80 36,46

Sumber: Badan Pusat Statistik tahun 2013

Pada Tabel 1.3. rata-rata persentase perkembangan impor metanol ke Indonesia

yaitu sebesar 36,46%. Apabila hingga lima tahun mendatang tidak dibangun pabrik

metanol lain, maka dapat diperkirakan pada tahun 2018 impor metanol ke Indonesia

Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)

Page 4: BAB I Pendahuluan FIX

I-4

akan mencapai angka 593.430 ton/tahun. Data proyeksi impor metanol ke Indonesia

dapat dilihat pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4. Proyeksi impor metanol tahun 2014 – 2018

TahunImpor Metanol (103ton/tahun)

Perkembangan (%)

2014 410,57 15,652015 456,29 11,132016 502,00 10,022017 547,71 9,112018 593,43 8,35

C. Produksi Metanol Dalam Negeri

Metanol hasil produksi dalam negeri pada saat ini dihasilkan oleh PT Kaltim

Methanol Industri dengan kapasitas 660.000 ton/tahun. Kapasitas terpasang produksi

metanol PT Kaltim Methanol Industri adalah sebesar 660.000 ton/tahun. Sehingga

pada saat ini PT Kaltim Methanol Industri telah memproduksi secara optimal metanol

dan tidak bisa menambah kapasitas produksi pada pabrik yang sama. Penambahan

kapasitas produksi dapat dilakukan dengan pembangunan pabrik baru pada lahan

perluasan.

Jumlah produksi metanol oleh PT Kaltim Methanol Industri pada periode lima

tahun terakhir (2009 – 2013) tidak mengalami perubahan secara signifikan dari

kapasitas yang dilaporkan ke Badan Pusat Statistik, sehingga dianggap jumlah

produksi methanol PT Kaltim Methanol Industri adalah tetap. Hasil produksi metanol

dari PT Kaltim Methanol Industri sebesar 30.00% atau sebesar 180.000 ton/tahun

dikonsumsi oleh industri dalam negeri, sedangkan sisanya yaitu 70.00% atau sebesar

420.000 ton/tahun diekspor ke negara lain.

Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)

Page 5: BAB I Pendahuluan FIX

I-5

D. Konsumsi Metanol Dalam Negeri

Konsumsi terbesar metanol adalah industri formaldehyde, acetic acid, MTBE

dan industri lain yang menggunakan metanol sebagai bahan baku. Untuk Indonesia,

80% pembeli metanol adalah industri formaldehyde yang menghasilkan adhesives

untuk playwood dan industri wood processing lainnya. Pabrik Formaldehid di

Indonesia dapat dilihat di pad Tabel 1.5

Tabel 1.5. Kapasitas terpasang Pabrik Formaldehid di Indonesia

No Pabrik FormaldehidKapasitas Terpasang (ton/tahun)

1PT Arjuna Utama Kimia, Rungkut Industrial Estate, Surabaya 23.000

2PT Batu Penggal Chemical Industry, Samarinda 28.000

3 PT Benua Multi Lestari, Pontianak 68.0004 PT Binajaya Rodakarya, Barito Kuala 45.000

5PT Dover Chemical, Pulo Merak, Serang 60.000

6PT Dyno Mugi Indonesia, Timbanglangsa, Aceh 29.400

7PT Intan Wijaya Chemical Industri, Banjarmasin 61.500

8PT Kayu Lapis Indonesia, Kaliwunqu, Kendal 20.000

9 PT Kayu Lapis Indonesia, Papua 40.000

10PT Kurnia Kapuas Utama Glue Industry, Pontianak 38.000

11PT Pamolite Adhesive Industry, Probolinggo 36.000

12 PT Sabak Indah, Jambi 72.000

13PT Sumatera Perekat Industri (SUPERIN), Medan 36.000

14 PT Uforin Prajen Industry, Palembang 30.000Total 586.900

Penggunaan metanol sebagai bahan baku maupun bahan pembantu di

Indonesia pada tahun 2013 mencapai 445.000 ton/tahun. Jumlah ini meliputi konsumsi

industri skala kecil hingga skala besar. Data konsumsi metanol dalam negeri selama

lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.6.

Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)

Page 6: BAB I Pendahuluan FIX

I-6

Tabel 1.6. Perkembangan konsumsi metanol dalam negeri tahun 2009 – 2013

TahunKonsumsi Metanol

(103ton/tahun)

Perkembangan (%)

2009 188 - 2010 347 84,572011 361 4,032012 414 14,682013 445 7,49

Rata-rata 351 8,73

Sumber: Badan Pusat Statistik tahun 2013

Pada Tabel 1.6. rata-rata persentase perkembangan konsumsi metanol dalam

negeri yaitu sebesar 8,73%. Apabila hingga lima tahun mendatang tidak dibangun

industri lain pengguna metanol, maka dapat diperkirakan pada tahun 2018 konsumsi

metanol di Indonesia akan mencapai angka 757.700 ton/tahun. Data proyeksi

konsumsi metanol dalam negeri dapat dilihat pada Tabel 1.7.

Tabel 1.7. Proyeksi konsumsi metanol dalam negeri tahun 2014 – 2018

TahunKonsumsi Metanol

(103ton/tahun)

Perkembangan (%)

2014 525,30 18,042015 583,40 11,062016 641,50 9,962017 699,60 9,062018 757,70 8,30

Data real dari Badan Pusat Statistik pada periode tahun 2009-2013 dan data

prediksi tahun 2014-2018 ditampilkan dalam gambar 1.1.

Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)

Page 7: BAB I Pendahuluan FIX

I-7

Gambar 1.1 Data Kapasitas Produksi, Konsumsi, Ekspor, dan Impor untuk

periode tahun 2009-2018 berdasarkan proyeksi data real tahun 2009-2013

1.2.2.Peluang Pasar

Pertumbuhan produksi metanol dalam negeri tidak mengalami perkembangan,

sehingga proyeksi terhadap produksi dianggap tetap dan diambil nilai tertinggi dari

produksi yang telah ada. Dari analisa nilai ekspor, impor dan konsumsi metanol dalam

negeri, selanjutnya dapat diketahui prospek metanol pada tahun-tahun mendatang,

baik untuk pasaran dalam negeri maupun pasaran luar negeri. Peranan aspek pasar

adalah untuk mengetahui keadaan pasar sampai sejauh mana hasil produksi itu

dibutuhkan. Besar kecilnya pasar yang dikuasai oleh perusahaan akan berpengaruh

terhadap penjualan produksinya dan berarti pula akan mempengaruhi tingkat

keuntungan yang nantinya akan diperoleh.

Metanol memang telah diproduksi di dalam negeri, namun karena tingkat

konsumsi metanol yang tinggi, dimana pada saat ini masih tergantung dari impor.

Impor metanol di Indonesia dari tahun 2009-2013 rata-rata perkembangannya 36.46 %

per tahun sedangkan konsumsinya 15.03% per tahun. Dengan adanya peningkatan

produksi metanol di Indonesia diharapkan akan mengurangi jumlah impor metanol.

Melihat dari data proyeksi pada Tabel 1.2, 1.4 dan 1.7 sampai tahun 2018,

dapat dilihat jumlah ekspor, impor dan konsumsi metanol di dalam negeri yang

semakin meningkat, maka dapat diproyeksikan supply dan demand dari tahun 2014-

2018 dengan data acuan dari tahun 2009-2013 sebagai berikut :

Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)

Page 8: BAB I Pendahuluan FIX

I-8

Tabel 1.8 Proyeksi analisa supply dan demand metanol

Tahun

Jumlah Metanol (103 ton/tahun)Supply Total

Supply

Demand Total DemandProduks

iImpor Konsumsi Ekspor

2014 600.00 410.57 1010.57 525.30 526.50 1051.802015 600.00 456.29 1056.29 583.40 530.00 1113.402016 600.00 502.00 1102.00 641.50 533.50 1175.002017 600.00 547.71 1147.71 699.60 537.00 1236.602018 600.00 593.43 1193.43 757.70 540.50 1298.20

Berdasarkan Tabel 1.8, total demand pada tahun 2018 sebesar 1.298.200

ton/tahun lebih besar dibanding total supply sebesar 1.193.430 ton/tahun. selisih total

demand dan supply sebesar 104.770 ton/tahun. Selain itu, kebutuhan konsumsi pada

tahun 2018 sebesar 757.700 ton/tahun. Apabila diasumsikan bahwa selama tahun 2014

- 2018 tidak ada pendirian pabrik yang memproduksi maupun yang menggunakan

metanol di Indonesia, maka ada peluang untuk mendirikan pabrik metanol pada tahun

2018 untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Besarnya kelebihan demand

dan jumlah konsumsi tersebut merupakan peluang pasar yang bisa ditargetkan untuk

menentukan kapasitas pabrik metanol yang akan dibuat untuk mencukupi kebutuhan

metanol tersebut.

1.2.3.Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku produksi metanol adalah gas H2, gas CO dan gas CO2 yang berasal

dari gas alam. Cadangan gas alam di Indonesia pada tahun 2012 ditampilkan pada

Gambar 1.2.

Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)

Page 9: BAB I Pendahuluan FIX

I-9

Sumber : Ditjen Migas, Januari 2012

TSCF = Trillion Square Cubic Feet

Gambar 1.2. Cadangan Gas Bumi di Indonesia.

Ketersediaan cadangan gas bumi di Kalimantan dan Sumatera termasuk yang

paling besar selain Papua. Dari jumlah cadangan gas bumi sebesar itu, sekitar 40,7%

digunakan untuk kebutuhan domestik dimana sebagian disalurkan untuk produksi pupuk.

PT Pupuk Kaltim merupakan salah satu pabrik pupuk besar yang memiliki kapasitas

terpasang pupuk urea sebesar 4.130.000 ton/tahun dan amonia sebesar 3.300.000 ton/tahun

menggunakan gas alam sebagai bahan baku produksi pupuknya. Bahan baku tersebut

berupa gas H2 dan gas CO2 yang merupakan bahan baku untuk produksi urea dan amonia.

Dengan melihat besarnya bahan baku yang digunakan oleh PT Pupuk Kaltim, dapat dilihat

peluang untuk bekerja sama dengan PT Pupuk Kaltim untuk memenuhi bahan baku

produksi metanol berupa gas H2 dan gas CO2 yang akan diambil dari unit bahan baku PT

Pupuk Kaltim.

1.2.4.Penentuan Kapasitas Produksi

Pabrik metanol ini direncanakan dibangun pada tahun 2016 dan beroperasi pada

tahun 2018. Jika dilihat pada Tabel 1.8, selisih demand dan kebutuhan konsumsi pada

tahun 2018 sebesar 104.770 ton/tahun dan 757.700 ton/tahun. Pendirian pabrik metanol

dimaksudkan untuk memenuhi selisih demand dan kebutuhan konsumsi metanol dalam

Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)

Page 10: BAB I Pendahuluan FIX

I-10

negeri sehingga kebutuhan bahan baku metanol untuk pabrik formaldehid dan lainnya di

Indonesia dapat tercukupi.

Dalam penentuan kapasitas produksi pabrik yang akan dibangun selain ditentukan

berdasarkan prediksi peluang pasar yang akan ada, perlu juga mempertimbangkan

kapasitas ekonomis di dunia industri metanol yang sudah ada saat ini terutama di

Indonesia. Sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya produsen metanol di Indonesia

adalah PT Kaltim Methanol Industri dengan kapasitas 660.000 ton/tahun. Untuk itu, dalam

pendirian pabrik metanol yang akan di bangun kapasitas produksi tidak merupakan nilai

100% dari peluang pasar namun hanya mengambil nilai 40% dari kebutuhan konsumsi.

Kapasitas produksi = 40/100 x 757.700 ton/tahun

= 303.080 ton/tahun

Dengan melihat peluang pasar tersebut, maka diputuskan untuk produksi metanol

sebesar 300.000 ton/tahun. Dengan besar kapasitas produksi tersebut, selisih demand akan

terpenuhi, dengan besar prosentasi pemenuhan kebutuhan konsumsi sebesar 25,77%.

Jumlah kapasitas pemenuhan kebutuhan konsumsi :

Kapasitas produksi - selisih demand = 300.000 ton/tahun - 104.770 ton/tahun

= 195.230 ton/tahun

Persentasi Kapasitas produksi = x 100%

= 25.77 %

Rendahnya kapasitas pabrik yang ditetapkan selain dipengaruhi oleh ketersediaan

bahan baku, juga dipengaruhi oleh jenis teknologi yang digunakan. Dimana pada pra

rancangan pabrik metanol ini akan digunakan teknologi Mitsui yang cocok digunakan

untuk kapasitas pabrik yang kecil. Untuk memenuhi kekurangan metanol, dapat dilakukan

pembangunan beberapa pabrik metanol berbahan baku gas sintetik dengan teknologi yang

sama dari beberapa pabrik pupuk lainnya yang ada di Indonesia seperti Pupuk Sriwidjaya,

Pupuk Kujang dan Pupuk Iskandar Muda.

Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)

Page 11: BAB I Pendahuluan FIX

I-11

1.3. Proses Komersial yang Telah Ada

Dewasa ini metanol diproduksi dalam skala industri terutama berdasarkan

perubahan katalitik dari gas sintesa (catalityc conversion of synthesis gas). Berdasarkan

tekanan yang digunakan proses pembuatannya dibagi menjadi:

1. Proses tekanan tinggi.

Pada proses ini pembuatan metanol dioperasikan pada tekanan 300 bar, menggunakan

katalis krom oksida–sengoksida untuk perubahankatalitik dari CO dan CO2 dengan

H2 menjadi metanol pada suhu 320 sampai 400 oC. Kekurangan proses ini adalah

mahalnya komponen yang diperlukan untuk tekanan tinggi, biaya energi yang lebih

tinggi, serta biaya peralatan yang relatif cukup tinggi.

2. Proses tekanan rendah.

Pada proses ini tekanan yang digunakan ialah 50-150 bar dan suhu 200– 500 oC. Jenis

katalis yang digunakan ialah dasar tembaga (copper based catalyst). Keunggulan dari

proses ini adalah biaya investasi yang lebih rendah,biaya produksi yang lebih rendah,

kemampuan operasi yang lebih baik dan lebih fleksibel dalam penentuan ukuran

pabrik.

Berdasarkan perbandingan dua proses di atas maka proses tekanan rendah dengan

pertimbangan sebagai berikut:

Biaya investasi yang relatif rendah.

Biaya produksi yang lebih rendah.

Kemampuan operasi yang lebih baik.

Lebih fleksibel dalam penentuan ukuran pabrik.

 Proses-proses yang menggunakan tekanan rendah antara lain adalah sebagai berikut:

1. Proses Lurgi

Proses ini patennya dimiliki oleh Lurgi Oel Gas Chemie GmbH dengan contoh

nomor patent US 8,471,076 B2 . Gambaran prosesnya secara garis besar adalah

sebagai berikut. Gas sintetik yang mengandung hydrogen dan karbon monoksida

hasil recycle dialirkan ke dalam reaktor berpendingin dimana sebagian karbon

monoksida akan dikonversikan menjadi methanol uap yang kemudian dimasukkan ke

Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)

Page 12: BAB I Pendahuluan FIX

I-12

dalam raktor kedua. Reaktor kedua ini juga merupakan reaktor berpendingin. Katalis

yang digunakan dalam kedua reaktor tersebut merupakan katalis campuran tembaga

dengan kondisi di reaktor pertama memiliki temperatur diatas 220 °C – 280 °C

dengan tekanan 30 – 100 bar. Pada reaktor pertama sekitar 40 - 80 % karbon

monoksida dikonversi menjadi methanol uap dengan reaksi eksotermal. Dari reaktor

pertama kemudian dialirkan ke reaktor kedua campuran gas sintetik dengan methanol

uap yang telah didapatkan. Pada reaktor kedua ini dialirkan pula gas sintetik murni

dengan perbandingan tertentu. Hasil dari reaktor kedua ini kemudian dialirkan

kedalam ondenser untuk kemudian dipisahkan antara gas sintetik yang tidak

terkonversi dengan methanol yang dihasilkan. Methanol yang dihasilkan ini

kemudian di lakukan purifikasi dengan proses destilasi sehingga dihasilkan methanol

dengan kemurnian yang tinggi. Gas sintetik yang tidak dikonversi dialirkan ke

reaktor pertama.

2. Proses Mitsui

Proses ini patennya dimiliki oleh mitsui chemicals, inc, Jepang. Salah satu contoh

nomor paten yang menggunakan proses ini adalah US 0237618 A1. Adapun

gambaran prosesnya yaitu gas karbondioksida dan gas hydrogen yang digunakan

sebagai bahan baku di lakukan pirifikasi pada masing-masing gas. Kemudian gas-gas

tersebut dialirkan menuju kompresor untuk menaikkan tekanan campuran gas

tersebut. Setelah itu dialirkan ke dalam heater (pemanas) sehingga temperature

campuran gas mencapai 250 °C sesuai dengan temperature reaktor. Setelah itu

campuran gas direaksikan didalam sebuah reaktor multitube dengan kondisi operasi

pada temperatur 250 °C dengan tekanan 5.0 Mpa-G (50 Bar). Hasil keluaran reaktor

tersebut mengandung methanol uapdan sisa gas yang belum bereaksi, kemudian

dialirkan kedalam kondenser setelah itu dialirkan kedalam pemisah gas-cairan (gas-

liquid separator). Sisa gas yang telah dipisahkan kemudian dialirkan kembali ke

dalam reaktor. Methanol yang dihasilkan kemudian dikondisikan sesuai kondisi

penyimpanan produk.

Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)

Page 13: BAB I Pendahuluan FIX

I-13

1.4. Pemilihan Proses

Dari proses komersil pembuatan metanol yang telah ada, secara garis besar dapat

dibandingkan kedua proses pada Tabel 1.9.

Tabel 1.9. Perbandingan proses pembuatan metanol

Parameter Proses Lurgi Proses Mitsui

Bahan Baku CO dan H2 CO2 dan H2

Suhu Operasi Reaktor

220 °C – 280 °C 250 °C

Tekanan Operasi Reaktor

30-100 Bar 50 Bar

Konversi CO2 80 88

Katalis Campuran tembaga Cu/ZnO/Al2O3/Cr2O3

Sifat reaksi Reaksi eksotermis Reaksi eksotermis

Jenis Reaktor Reaktor Fixed bed Multitube

Sedangkan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan setiap proses dapat dilihat

pada Tabel 1.10.

Tabel 1.10. Kelebihan dan kekurangan setiap proses

Proses Lurgi Proses MitsuiKelebihan :

 Cocok untuk kapasitas pabrik yang besar

Cocok untuk kapasitas pabrik yang kecil

 Sumber bahan baku berasal dari gas alam yang dapat menghasilkan produk dengan jumlah yang lebih banyak

Sumber bahan baku berasal dari emisi gas buang industri, sehingga dapat mengurangi pencemaran udara

   Digunakan bahan baku CO2 yang tidak bersifat beracun seperti CO

Konversi CO menjadi metanol tinggi (80%)

 Konversi CO2 menjadi metanol tinggi (88%)

   Proses lebih sederhana

Kekurangan : CO yang merupakan bahan baku bersifat toxic

Proses pembuatan belum teruji untuk kapasitas pabrik yang

Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)

Page 14: BAB I Pendahuluan FIX

I-14

tinggi  Dapat terjadi stop produksi apabila tidak ada pasokan bahan baku akibat cadangan gas alam yang sudah habis

Jumlah produk yang dihasilkan tidak stabil, akibat pasokan bahan baku yang tidak stabil

 Digunakan bahan baku H2 yang bersifat flammable

Digunakan bahan baku H2 yang bersifat flammable

 Proses lebih rumit karena terdapat heat exchanger

 -

Dari seleksi proses yang dilakukan, proses yang digunakan/dipilih adalah proses

Mitsui. Pemilihan proses ini didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu :

• Konversi bahan baku gas sintetik menjadi produk metanol lebih besar

• Teknologi Mitsui lebih cocok untuk kapasitas produksi yang kecil.

• Bahan baku gas karbon dioksida lebih aman disbanding gas karbon monoksida. Gas

karbon monoksida dapat berpotensi bahaya bagi pekerja apabila terjadi kebocoran

bahan baku yang hingga menyebabkan kematian .

Teknologi pembuatan metanol dari gas sintetik yang dipakai mengacu pada paten

dengan nomor US 0237618 A1 12 September 2013 dimana keseluruhan prosesnya dari

Mitsui Chemical Inc. yang menggunakan katalis berbasis tembaga. dengan produk utama

metanol dan produk samping berupa air

1.5. Pemilihan Lokasi

Penentuan Lokasi pabrik sangat penting dalam menunjang keberhasilan dari

pabrik tersebut, karena lokasi pabrik dapat mempengaruhi kedudukan pabrik maupun

penentuan kelangsungan hidupnya. Penentuan lokasi pabrik yang tepat, ekonomis dan

menguntungkan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sebaiknya lokasi yang dipilih harus

dapat memberikan kemungkinan perluasan atau memperbesar pabrik dan memberikan

keuntungan jangka panjang.

Banyak faktor yang menjadi pertimbangan dalam menentukan lokasi pabrik.

Faktor ini dapat dibagi menjadi faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer

terdiri dari sumber bahan baku, transportasi dan daerah pemasaran. Faktor sekunder

terdiri dari unit pendukung, tenaga kerja, komunitas masyarakat, lahan dan sarana dan

Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)

Page 15: BAB I Pendahuluan FIX

I-15

prasarana. Berdasarkan faktor-faktor tersebut maka pabrik yang akan didirikan

berlokasi di Bontang - Kalimantan Timur yaitu daerah yang dekat dengan sumber

bahan baku metanol.

Faktor primer yang menyebabkan Bontang dipilih menjadi lokasi pabrik

metanol dari gas sintetik ini karena :

a. Dekat dengan sumber bahan baku

Pabrik memerlukan bahan baku untuk diolah menjadi suatu produk dan

perlu diangkut dari sumbernya ke lokasi pabrik. Berorientasi pada daerah sumber

bahan baku dalam rangka menghindari biaya bahan baku yang lebih mahal dari

pada pengangkutan produk. Lokasi pabrik dekat dengan pabrik penghasil gas CO2

dan H2 di Indonesia yaitu PT. Pupuk Kaltim daerah Bontang Kalimantan Timur.

Gambar 1.3 Peta lokasi Pabrik Metanol dari gas sintetik di Bontang, Kalimantan

Timur

b. Dekat dengan konsumen

Semua pabrik atau industri yang didirikan berdasarkan atas adanya

permintaan akan barang yang dihasilkan atau diharapkan dapat diciptakan

Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)

Page 16: BAB I Pendahuluan FIX

I-16

permintaan akan barang yang dihasilkan, sehingga apabila pabrik tersebut sudah

didirikan dekat dengan pemasaran hasil produksinya maka akan dengan cepat dapat

melayani konsumen, atau barang hasilnya dapat cepat sampai ke pasar. Beberapa

pabrik formaldehid sebagai konsumen produk methanol, berada di pulau

Kalimantan yaitu Samarinda, Banjarmasin, dan Pontianak. Berorientasi pada daerah

pemasaran dalam rangka menghindari biaya angkutan produk lebih mahal dari

biaya angkutan bahan baku.

c. Transportasi

Transportasi biasanya meliputi pengangkutan dan pemindahan sampai

ditempat tujuan baik untuk bahan baku maupun produk, dan di usahakan dengan

biaya seminim mungkin. Dekat dengan lokasi bahan baku dan dekat dengan

pelabuhan yang strategis, sehingga memudahkan transportasi dalam hal distribusi

produk sampai ke tempat tujuan tepat waktu.

Sedangkan faktor sekunder yang menyebabkan terpilihnya Bontang menjadi

lokasi pendirian pabrik metanol dari gas sintetik adalah :

a. Unit Pendukung (Utilitas)

Perlu diperhatikan sarana-sarana pendukung seperti ketersediaan air, listrik,

bahan bakar dan sarana-sarana lain untuk menujang proses produksi agar berjalan

dengan baik.

b. Lahan

Faktor ini berkaitan dengan rencana pengembangan pabrik lebih lanjut dan

wilayah sekitar Bontang masih terdapat wilayah kosong, sehingga lahan didaerah

tersebut dapat disiapkan untuk pendirian atau pengembangan pabrik lebih lanjut.

c. Komunitas Masyarakat

Suatu pabrik dapat berjalan tidak lepas dari faktor penerimaan lingkungan

masyarakat terhadap pendirian dan pengembangan pabrik. Masyarakat disekitar

akan menyambut industri metanol dengan antusias pasalnya industri tersebut

menciptakan lapangan kerja baru.

Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)

Page 17: BAB I Pendahuluan FIX

I-17

d. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang terampil mutlak dibutuhkan dalam proses suatu pabrik.

Untuk kebutuhan tenaga kerja dapat dipenuhi karena terdapat sumber daya manusia

yang berkualitas yang sebagian besar diambil dari penduduk yang tinggal di sekitar

lokasi pabrik.

e. Sarana dan Prasarana

Pendirian pabrik juga perlu mempertimbangkan sarana dan prasarana

seperti jaringan telekomunikasi dan fasilitas lainnya. Fasilitas-fasilitas penunjang

sudah tersedia di kawasan tersebut. Fasilitas tersebut dapat meningkatkan kinerja

karyawan, fasilitas-fasilitas tersebut diantaranya adalah rumah sakit/poliklinik,

rumah ibadah, sekolah, sarana olah raga dan lain-lain.

Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)