Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Berdirinya Pabrik Metanol
Di era globalisasi pasar bebas saat ini, perkembangan industri di Indonesia dari tahun
ke tahun mengalami peningkatan kualitas maupun kuantitasnya baik industri yang
menghasilkan bahan jadi maupun bahan setengah jadi untuk bahan baku industri lain,
sehingga kebutuhan bahan baku maupun bahan pembantu mengalami peningkatan.
Kebutuhan bahan baku atau bahan pembantu yang terus mengalami peningkatan yang
tidak disertai dengan peningkatan produksi dalam negeri menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan tingginya nilai impor untuk bahan tersebut. Salah satu bahan yang
mengalami peningkatan kebutuhan dan impor adalah metanol.
Metanol dikenal sebagai metil alkohol adalah senyawa kimia dengan rumus kimia
CH3OH. Metanol merupakan bentuk alkohol paling sederhana, berbentuk cairan yang
ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, beracun dan memiliki bau yang
khas. Metanol merupakan salah satu bahan yang dapat dijadikan sebagai bahan jadi
maupun bahan baku untuk industri lain. Sebagai bahan jadi metanol adalah produk dari
industri hulu petrokimia yang merupakan turunan dari gas alam. Metanol dapat digunakan
sebagai pelarut, bahan pendingan dan lainnya. Sedangkan sebagai bahan baku untuk
industri lain, metanol banyak digunakan dalam berbagai industri seperti industri tekstil,
resin sintetis, farmasi, insektisida, dan lainnya. Pada industri Migas, metanol digunakan
sebagai anti freeze dan sebagai gas hydrate inhibitor pada sumur gas alam dan pipa gas.
Industri formaldehid merupakan pengkonsumsi metanol terbesar di Indonesia.
Di Indonesia saat ini terdapat dua kilang metanol, yaitu kilang PT Kaltim Methanol
Industri dengan kapasitas produksi 660.000 ton/tahun dan kilang PT Medco Methanol
Bunyu dengan kapasitas produksi 330.000 ton/tahun. Namun, kilang PT Medco Methanol
Bunyu telah dihentikan pengoperasian maupun produksinya. Hal ini dikarenakan semakin
rendahnya pasokan gas alam sebagai bahan baku utama yang diperoleh dari PT Badak
LNG.
Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114101001)Meita Utari (114102007)
I-1
Page 2
I-2
PT Kaltim Methanol Industri memproduksi metanol dengan kualitas pure metanol
(99.85 %). Teknologi yang digunakan adalah teknologi proses sintesa metanol tekanan
rendah lisensi dari Lurgi - Jerman. Saat ini produksi metanol dari PT Kaltim Methanol
Industri belum memenuhi kebutuhan metanol dalam negeri, sehingga masih dilakukan
impor metanol dari negara lain. Dengan melihat kondisi ini maka direncanakan pabrik
metanol di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan mengurangi
impor.
1.2. Analisa Pasar dan Penentuan Kapasitas Pabrik
1.2.1.Analisa Pasar terhadap Produk Metanol di Indonesia
A. Perkembangan Ekspor Metanol
Metanol merupakan salah satu komoditi bahan kimia yang diekspor ke luar
negeri. Pada tahun 2013 ekspor metanol ke luar negeri mencapai 510.000 ton/tahun.
Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat seiring perkembangan waktu. Data
perkembangan ekspor metanol selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Perkembangan ekspor metanol tahun 2009 - 2013
TahunEkspor Metanol
(103ton/tahun)
Perkembangan (%)
2009 496,00 -2010 461,00 -7,062011 542,00 17,572012 465,00 -14,212013 510,00 9,68
Rata-rata 494,80 13,62
Sumber: Badan Pusat Statistik tahun 2013
Rata-rata persentase perkembangan ekspor metanol dari Tabel 1.1. yaitu
sebesar 13,62%. Apabila hingga lima tahun mendatang tidak dibangun pabrik metanol
lain, maka dapat diperkirakan pada tahun 2018 ekspor metanol sebesar 540.500
ton/tahun. Data proyeksi ekspor metanol hingga lima tahun ke depan dapat dilihat
pada Tabel 1.2.
Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)
Page 3
I-3
Tabel 1.2. Proyeksi ekspor metanol tahun 2014 - 2018
TahunEkspor Metanol
(103ton/tahun)
Perkembangan (%)
2014 526,50 3,242015 530,00 0,662016 533,50 0,662017 537,00 0,662018 540,50 0,65
B. Perkembangan Impor Metanol
Metanol juga merupakan salah satu komoditi yang diimpor dari luar negeri.
Impor metanol dilakukan untuk memenuhi konsumsi industri dalam negeri yang tidak
bisa terpenuhi hanya dengan produksi dalam negeri saja. Impor metanol pada tahun
2013 mencapai angka 355.000 ton/tahun. Jika dilihat dari perkembangan impor
metanol selama lima tahun terakhir, jumlah impor metanol terus mengalami
peningkatan. Data perkembangan impor metanol selama lima tahun terakhir dapat
dilihat pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3. Perkembangan impor metanol tahun 2009 – 2013
TahunImpor Metanol (103ton/tahun)
Perkembangan (%)
2009 84,00 -2010 208,00 147,622011 303,00 45,672012 279,00 -7,922013 355,00 27,24
Rata-rata 245,80 36,46
Sumber: Badan Pusat Statistik tahun 2013
Pada Tabel 1.3. rata-rata persentase perkembangan impor metanol ke Indonesia
yaitu sebesar 36,46%. Apabila hingga lima tahun mendatang tidak dibangun pabrik
metanol lain, maka dapat diperkirakan pada tahun 2018 impor metanol ke Indonesia
Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)
Page 4
I-4
akan mencapai angka 593.430 ton/tahun. Data proyeksi impor metanol ke Indonesia
dapat dilihat pada Tabel 1.4.
Tabel 1.4. Proyeksi impor metanol tahun 2014 – 2018
TahunImpor Metanol (103ton/tahun)
Perkembangan (%)
2014 410,57 15,652015 456,29 11,132016 502,00 10,022017 547,71 9,112018 593,43 8,35
C. Produksi Metanol Dalam Negeri
Metanol hasil produksi dalam negeri pada saat ini dihasilkan oleh PT Kaltim
Methanol Industri dengan kapasitas 660.000 ton/tahun. Kapasitas terpasang produksi
metanol PT Kaltim Methanol Industri adalah sebesar 660.000 ton/tahun. Sehingga
pada saat ini PT Kaltim Methanol Industri telah memproduksi secara optimal metanol
dan tidak bisa menambah kapasitas produksi pada pabrik yang sama. Penambahan
kapasitas produksi dapat dilakukan dengan pembangunan pabrik baru pada lahan
perluasan.
Jumlah produksi metanol oleh PT Kaltim Methanol Industri pada periode lima
tahun terakhir (2009 – 2013) tidak mengalami perubahan secara signifikan dari
kapasitas yang dilaporkan ke Badan Pusat Statistik, sehingga dianggap jumlah
produksi methanol PT Kaltim Methanol Industri adalah tetap. Hasil produksi metanol
dari PT Kaltim Methanol Industri sebesar 30.00% atau sebesar 180.000 ton/tahun
dikonsumsi oleh industri dalam negeri, sedangkan sisanya yaitu 70.00% atau sebesar
420.000 ton/tahun diekspor ke negara lain.
Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)
Page 5
I-5
D. Konsumsi Metanol Dalam Negeri
Konsumsi terbesar metanol adalah industri formaldehyde, acetic acid, MTBE
dan industri lain yang menggunakan metanol sebagai bahan baku. Untuk Indonesia,
80% pembeli metanol adalah industri formaldehyde yang menghasilkan adhesives
untuk playwood dan industri wood processing lainnya. Pabrik Formaldehid di
Indonesia dapat dilihat di pad Tabel 1.5
Tabel 1.5. Kapasitas terpasang Pabrik Formaldehid di Indonesia
No Pabrik FormaldehidKapasitas Terpasang (ton/tahun)
1PT Arjuna Utama Kimia, Rungkut Industrial Estate, Surabaya 23.000
2PT Batu Penggal Chemical Industry, Samarinda 28.000
3 PT Benua Multi Lestari, Pontianak 68.0004 PT Binajaya Rodakarya, Barito Kuala 45.000
5PT Dover Chemical, Pulo Merak, Serang 60.000
6PT Dyno Mugi Indonesia, Timbanglangsa, Aceh 29.400
7PT Intan Wijaya Chemical Industri, Banjarmasin 61.500
8PT Kayu Lapis Indonesia, Kaliwunqu, Kendal 20.000
9 PT Kayu Lapis Indonesia, Papua 40.000
10PT Kurnia Kapuas Utama Glue Industry, Pontianak 38.000
11PT Pamolite Adhesive Industry, Probolinggo 36.000
12 PT Sabak Indah, Jambi 72.000
13PT Sumatera Perekat Industri (SUPERIN), Medan 36.000
14 PT Uforin Prajen Industry, Palembang 30.000Total 586.900
Penggunaan metanol sebagai bahan baku maupun bahan pembantu di
Indonesia pada tahun 2013 mencapai 445.000 ton/tahun. Jumlah ini meliputi konsumsi
industri skala kecil hingga skala besar. Data konsumsi metanol dalam negeri selama
lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.6.
Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)
Page 6
I-6
Tabel 1.6. Perkembangan konsumsi metanol dalam negeri tahun 2009 – 2013
TahunKonsumsi Metanol
(103ton/tahun)
Perkembangan (%)
2009 188 - 2010 347 84,572011 361 4,032012 414 14,682013 445 7,49
Rata-rata 351 8,73
Sumber: Badan Pusat Statistik tahun 2013
Pada Tabel 1.6. rata-rata persentase perkembangan konsumsi metanol dalam
negeri yaitu sebesar 8,73%. Apabila hingga lima tahun mendatang tidak dibangun
industri lain pengguna metanol, maka dapat diperkirakan pada tahun 2018 konsumsi
metanol di Indonesia akan mencapai angka 757.700 ton/tahun. Data proyeksi
konsumsi metanol dalam negeri dapat dilihat pada Tabel 1.7.
Tabel 1.7. Proyeksi konsumsi metanol dalam negeri tahun 2014 – 2018
TahunKonsumsi Metanol
(103ton/tahun)
Perkembangan (%)
2014 525,30 18,042015 583,40 11,062016 641,50 9,962017 699,60 9,062018 757,70 8,30
Data real dari Badan Pusat Statistik pada periode tahun 2009-2013 dan data
prediksi tahun 2014-2018 ditampilkan dalam gambar 1.1.
Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)
Page 7
I-7
Gambar 1.1 Data Kapasitas Produksi, Konsumsi, Ekspor, dan Impor untuk
periode tahun 2009-2018 berdasarkan proyeksi data real tahun 2009-2013
1.2.2.Peluang Pasar
Pertumbuhan produksi metanol dalam negeri tidak mengalami perkembangan,
sehingga proyeksi terhadap produksi dianggap tetap dan diambil nilai tertinggi dari
produksi yang telah ada. Dari analisa nilai ekspor, impor dan konsumsi metanol dalam
negeri, selanjutnya dapat diketahui prospek metanol pada tahun-tahun mendatang,
baik untuk pasaran dalam negeri maupun pasaran luar negeri. Peranan aspek pasar
adalah untuk mengetahui keadaan pasar sampai sejauh mana hasil produksi itu
dibutuhkan. Besar kecilnya pasar yang dikuasai oleh perusahaan akan berpengaruh
terhadap penjualan produksinya dan berarti pula akan mempengaruhi tingkat
keuntungan yang nantinya akan diperoleh.
Metanol memang telah diproduksi di dalam negeri, namun karena tingkat
konsumsi metanol yang tinggi, dimana pada saat ini masih tergantung dari impor.
Impor metanol di Indonesia dari tahun 2009-2013 rata-rata perkembangannya 36.46 %
per tahun sedangkan konsumsinya 15.03% per tahun. Dengan adanya peningkatan
produksi metanol di Indonesia diharapkan akan mengurangi jumlah impor metanol.
Melihat dari data proyeksi pada Tabel 1.2, 1.4 dan 1.7 sampai tahun 2018,
dapat dilihat jumlah ekspor, impor dan konsumsi metanol di dalam negeri yang
semakin meningkat, maka dapat diproyeksikan supply dan demand dari tahun 2014-
2018 dengan data acuan dari tahun 2009-2013 sebagai berikut :
Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)
Page 8
I-8
Tabel 1.8 Proyeksi analisa supply dan demand metanol
Tahun
Jumlah Metanol (103 ton/tahun)Supply Total
Supply
Demand Total DemandProduks
iImpor Konsumsi Ekspor
2014 600.00 410.57 1010.57 525.30 526.50 1051.802015 600.00 456.29 1056.29 583.40 530.00 1113.402016 600.00 502.00 1102.00 641.50 533.50 1175.002017 600.00 547.71 1147.71 699.60 537.00 1236.602018 600.00 593.43 1193.43 757.70 540.50 1298.20
Berdasarkan Tabel 1.8, total demand pada tahun 2018 sebesar 1.298.200
ton/tahun lebih besar dibanding total supply sebesar 1.193.430 ton/tahun. selisih total
demand dan supply sebesar 104.770 ton/tahun. Selain itu, kebutuhan konsumsi pada
tahun 2018 sebesar 757.700 ton/tahun. Apabila diasumsikan bahwa selama tahun 2014
- 2018 tidak ada pendirian pabrik yang memproduksi maupun yang menggunakan
metanol di Indonesia, maka ada peluang untuk mendirikan pabrik metanol pada tahun
2018 untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Besarnya kelebihan demand
dan jumlah konsumsi tersebut merupakan peluang pasar yang bisa ditargetkan untuk
menentukan kapasitas pabrik metanol yang akan dibuat untuk mencukupi kebutuhan
metanol tersebut.
1.2.3.Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku produksi metanol adalah gas H2, gas CO dan gas CO2 yang berasal
dari gas alam. Cadangan gas alam di Indonesia pada tahun 2012 ditampilkan pada
Gambar 1.2.
Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)
Page 9
I-9
Sumber : Ditjen Migas, Januari 2012
TSCF = Trillion Square Cubic Feet
Gambar 1.2. Cadangan Gas Bumi di Indonesia.
Ketersediaan cadangan gas bumi di Kalimantan dan Sumatera termasuk yang
paling besar selain Papua. Dari jumlah cadangan gas bumi sebesar itu, sekitar 40,7%
digunakan untuk kebutuhan domestik dimana sebagian disalurkan untuk produksi pupuk.
PT Pupuk Kaltim merupakan salah satu pabrik pupuk besar yang memiliki kapasitas
terpasang pupuk urea sebesar 4.130.000 ton/tahun dan amonia sebesar 3.300.000 ton/tahun
menggunakan gas alam sebagai bahan baku produksi pupuknya. Bahan baku tersebut
berupa gas H2 dan gas CO2 yang merupakan bahan baku untuk produksi urea dan amonia.
Dengan melihat besarnya bahan baku yang digunakan oleh PT Pupuk Kaltim, dapat dilihat
peluang untuk bekerja sama dengan PT Pupuk Kaltim untuk memenuhi bahan baku
produksi metanol berupa gas H2 dan gas CO2 yang akan diambil dari unit bahan baku PT
Pupuk Kaltim.
1.2.4.Penentuan Kapasitas Produksi
Pabrik metanol ini direncanakan dibangun pada tahun 2016 dan beroperasi pada
tahun 2018. Jika dilihat pada Tabel 1.8, selisih demand dan kebutuhan konsumsi pada
tahun 2018 sebesar 104.770 ton/tahun dan 757.700 ton/tahun. Pendirian pabrik metanol
dimaksudkan untuk memenuhi selisih demand dan kebutuhan konsumsi metanol dalam
Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)
Page 10
I-10
negeri sehingga kebutuhan bahan baku metanol untuk pabrik formaldehid dan lainnya di
Indonesia dapat tercukupi.
Dalam penentuan kapasitas produksi pabrik yang akan dibangun selain ditentukan
berdasarkan prediksi peluang pasar yang akan ada, perlu juga mempertimbangkan
kapasitas ekonomis di dunia industri metanol yang sudah ada saat ini terutama di
Indonesia. Sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya produsen metanol di Indonesia
adalah PT Kaltim Methanol Industri dengan kapasitas 660.000 ton/tahun. Untuk itu, dalam
pendirian pabrik metanol yang akan di bangun kapasitas produksi tidak merupakan nilai
100% dari peluang pasar namun hanya mengambil nilai 40% dari kebutuhan konsumsi.
Kapasitas produksi = 40/100 x 757.700 ton/tahun
= 303.080 ton/tahun
Dengan melihat peluang pasar tersebut, maka diputuskan untuk produksi metanol
sebesar 300.000 ton/tahun. Dengan besar kapasitas produksi tersebut, selisih demand akan
terpenuhi, dengan besar prosentasi pemenuhan kebutuhan konsumsi sebesar 25,77%.
Jumlah kapasitas pemenuhan kebutuhan konsumsi :
Kapasitas produksi - selisih demand = 300.000 ton/tahun - 104.770 ton/tahun
= 195.230 ton/tahun
Persentasi Kapasitas produksi = x 100%
= 25.77 %
Rendahnya kapasitas pabrik yang ditetapkan selain dipengaruhi oleh ketersediaan
bahan baku, juga dipengaruhi oleh jenis teknologi yang digunakan. Dimana pada pra
rancangan pabrik metanol ini akan digunakan teknologi Mitsui yang cocok digunakan
untuk kapasitas pabrik yang kecil. Untuk memenuhi kekurangan metanol, dapat dilakukan
pembangunan beberapa pabrik metanol berbahan baku gas sintetik dengan teknologi yang
sama dari beberapa pabrik pupuk lainnya yang ada di Indonesia seperti Pupuk Sriwidjaya,
Pupuk Kujang dan Pupuk Iskandar Muda.
Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)
Page 11
I-11
1.3. Proses Komersial yang Telah Ada
Dewasa ini metanol diproduksi dalam skala industri terutama berdasarkan
perubahan katalitik dari gas sintesa (catalityc conversion of synthesis gas). Berdasarkan
tekanan yang digunakan proses pembuatannya dibagi menjadi:
1. Proses tekanan tinggi.
Pada proses ini pembuatan metanol dioperasikan pada tekanan 300 bar, menggunakan
katalis krom oksida–sengoksida untuk perubahankatalitik dari CO dan CO2 dengan
H2 menjadi metanol pada suhu 320 sampai 400 oC. Kekurangan proses ini adalah
mahalnya komponen yang diperlukan untuk tekanan tinggi, biaya energi yang lebih
tinggi, serta biaya peralatan yang relatif cukup tinggi.
2. Proses tekanan rendah.
Pada proses ini tekanan yang digunakan ialah 50-150 bar dan suhu 200– 500 oC. Jenis
katalis yang digunakan ialah dasar tembaga (copper based catalyst). Keunggulan dari
proses ini adalah biaya investasi yang lebih rendah,biaya produksi yang lebih rendah,
kemampuan operasi yang lebih baik dan lebih fleksibel dalam penentuan ukuran
pabrik.
Berdasarkan perbandingan dua proses di atas maka proses tekanan rendah dengan
pertimbangan sebagai berikut:
Biaya investasi yang relatif rendah.
Biaya produksi yang lebih rendah.
Kemampuan operasi yang lebih baik.
Lebih fleksibel dalam penentuan ukuran pabrik.
Proses-proses yang menggunakan tekanan rendah antara lain adalah sebagai berikut:
1. Proses Lurgi
Proses ini patennya dimiliki oleh Lurgi Oel Gas Chemie GmbH dengan contoh
nomor patent US 8,471,076 B2 . Gambaran prosesnya secara garis besar adalah
sebagai berikut. Gas sintetik yang mengandung hydrogen dan karbon monoksida
hasil recycle dialirkan ke dalam reaktor berpendingin dimana sebagian karbon
monoksida akan dikonversikan menjadi methanol uap yang kemudian dimasukkan ke
Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)
Page 12
I-12
dalam raktor kedua. Reaktor kedua ini juga merupakan reaktor berpendingin. Katalis
yang digunakan dalam kedua reaktor tersebut merupakan katalis campuran tembaga
dengan kondisi di reaktor pertama memiliki temperatur diatas 220 °C – 280 °C
dengan tekanan 30 – 100 bar. Pada reaktor pertama sekitar 40 - 80 % karbon
monoksida dikonversi menjadi methanol uap dengan reaksi eksotermal. Dari reaktor
pertama kemudian dialirkan ke reaktor kedua campuran gas sintetik dengan methanol
uap yang telah didapatkan. Pada reaktor kedua ini dialirkan pula gas sintetik murni
dengan perbandingan tertentu. Hasil dari reaktor kedua ini kemudian dialirkan
kedalam ondenser untuk kemudian dipisahkan antara gas sintetik yang tidak
terkonversi dengan methanol yang dihasilkan. Methanol yang dihasilkan ini
kemudian di lakukan purifikasi dengan proses destilasi sehingga dihasilkan methanol
dengan kemurnian yang tinggi. Gas sintetik yang tidak dikonversi dialirkan ke
reaktor pertama.
2. Proses Mitsui
Proses ini patennya dimiliki oleh mitsui chemicals, inc, Jepang. Salah satu contoh
nomor paten yang menggunakan proses ini adalah US 0237618 A1. Adapun
gambaran prosesnya yaitu gas karbondioksida dan gas hydrogen yang digunakan
sebagai bahan baku di lakukan pirifikasi pada masing-masing gas. Kemudian gas-gas
tersebut dialirkan menuju kompresor untuk menaikkan tekanan campuran gas
tersebut. Setelah itu dialirkan ke dalam heater (pemanas) sehingga temperature
campuran gas mencapai 250 °C sesuai dengan temperature reaktor. Setelah itu
campuran gas direaksikan didalam sebuah reaktor multitube dengan kondisi operasi
pada temperatur 250 °C dengan tekanan 5.0 Mpa-G (50 Bar). Hasil keluaran reaktor
tersebut mengandung methanol uapdan sisa gas yang belum bereaksi, kemudian
dialirkan kedalam kondenser setelah itu dialirkan kedalam pemisah gas-cairan (gas-
liquid separator). Sisa gas yang telah dipisahkan kemudian dialirkan kembali ke
dalam reaktor. Methanol yang dihasilkan kemudian dikondisikan sesuai kondisi
penyimpanan produk.
Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)
Page 13
I-13
1.4. Pemilihan Proses
Dari proses komersil pembuatan metanol yang telah ada, secara garis besar dapat
dibandingkan kedua proses pada Tabel 1.9.
Tabel 1.9. Perbandingan proses pembuatan metanol
Parameter Proses Lurgi Proses Mitsui
Bahan Baku CO dan H2 CO2 dan H2
Suhu Operasi Reaktor
220 °C – 280 °C 250 °C
Tekanan Operasi Reaktor
30-100 Bar 50 Bar
Konversi CO2 80 88
Katalis Campuran tembaga Cu/ZnO/Al2O3/Cr2O3
Sifat reaksi Reaksi eksotermis Reaksi eksotermis
Jenis Reaktor Reaktor Fixed bed Multitube
Sedangkan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan setiap proses dapat dilihat
pada Tabel 1.10.
Tabel 1.10. Kelebihan dan kekurangan setiap proses
Proses Lurgi Proses MitsuiKelebihan :
Cocok untuk kapasitas pabrik yang besar
Cocok untuk kapasitas pabrik yang kecil
Sumber bahan baku berasal dari gas alam yang dapat menghasilkan produk dengan jumlah yang lebih banyak
Sumber bahan baku berasal dari emisi gas buang industri, sehingga dapat mengurangi pencemaran udara
Digunakan bahan baku CO2 yang tidak bersifat beracun seperti CO
Konversi CO menjadi metanol tinggi (80%)
Konversi CO2 menjadi metanol tinggi (88%)
Proses lebih sederhana
Kekurangan : CO yang merupakan bahan baku bersifat toxic
Proses pembuatan belum teruji untuk kapasitas pabrik yang
Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)
Page 14
I-14
tinggi Dapat terjadi stop produksi apabila tidak ada pasokan bahan baku akibat cadangan gas alam yang sudah habis
Jumlah produk yang dihasilkan tidak stabil, akibat pasokan bahan baku yang tidak stabil
Digunakan bahan baku H2 yang bersifat flammable
Digunakan bahan baku H2 yang bersifat flammable
Proses lebih rumit karena terdapat heat exchanger
-
Dari seleksi proses yang dilakukan, proses yang digunakan/dipilih adalah proses
Mitsui. Pemilihan proses ini didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu :
• Konversi bahan baku gas sintetik menjadi produk metanol lebih besar
• Teknologi Mitsui lebih cocok untuk kapasitas produksi yang kecil.
• Bahan baku gas karbon dioksida lebih aman disbanding gas karbon monoksida. Gas
karbon monoksida dapat berpotensi bahaya bagi pekerja apabila terjadi kebocoran
bahan baku yang hingga menyebabkan kematian .
Teknologi pembuatan metanol dari gas sintetik yang dipakai mengacu pada paten
dengan nomor US 0237618 A1 12 September 2013 dimana keseluruhan prosesnya dari
Mitsui Chemical Inc. yang menggunakan katalis berbasis tembaga. dengan produk utama
metanol dan produk samping berupa air
1.5. Pemilihan Lokasi
Penentuan Lokasi pabrik sangat penting dalam menunjang keberhasilan dari
pabrik tersebut, karena lokasi pabrik dapat mempengaruhi kedudukan pabrik maupun
penentuan kelangsungan hidupnya. Penentuan lokasi pabrik yang tepat, ekonomis dan
menguntungkan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sebaiknya lokasi yang dipilih harus
dapat memberikan kemungkinan perluasan atau memperbesar pabrik dan memberikan
keuntungan jangka panjang.
Banyak faktor yang menjadi pertimbangan dalam menentukan lokasi pabrik.
Faktor ini dapat dibagi menjadi faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer
terdiri dari sumber bahan baku, transportasi dan daerah pemasaran. Faktor sekunder
terdiri dari unit pendukung, tenaga kerja, komunitas masyarakat, lahan dan sarana dan
Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)
Page 15
I-15
prasarana. Berdasarkan faktor-faktor tersebut maka pabrik yang akan didirikan
berlokasi di Bontang - Kalimantan Timur yaitu daerah yang dekat dengan sumber
bahan baku metanol.
Faktor primer yang menyebabkan Bontang dipilih menjadi lokasi pabrik
metanol dari gas sintetik ini karena :
a. Dekat dengan sumber bahan baku
Pabrik memerlukan bahan baku untuk diolah menjadi suatu produk dan
perlu diangkut dari sumbernya ke lokasi pabrik. Berorientasi pada daerah sumber
bahan baku dalam rangka menghindari biaya bahan baku yang lebih mahal dari
pada pengangkutan produk. Lokasi pabrik dekat dengan pabrik penghasil gas CO2
dan H2 di Indonesia yaitu PT. Pupuk Kaltim daerah Bontang Kalimantan Timur.
Gambar 1.3 Peta lokasi Pabrik Metanol dari gas sintetik di Bontang, Kalimantan
Timur
b. Dekat dengan konsumen
Semua pabrik atau industri yang didirikan berdasarkan atas adanya
permintaan akan barang yang dihasilkan atau diharapkan dapat diciptakan
Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)
Page 16
I-16
permintaan akan barang yang dihasilkan, sehingga apabila pabrik tersebut sudah
didirikan dekat dengan pemasaran hasil produksinya maka akan dengan cepat dapat
melayani konsumen, atau barang hasilnya dapat cepat sampai ke pasar. Beberapa
pabrik formaldehid sebagai konsumen produk methanol, berada di pulau
Kalimantan yaitu Samarinda, Banjarmasin, dan Pontianak. Berorientasi pada daerah
pemasaran dalam rangka menghindari biaya angkutan produk lebih mahal dari
biaya angkutan bahan baku.
c. Transportasi
Transportasi biasanya meliputi pengangkutan dan pemindahan sampai
ditempat tujuan baik untuk bahan baku maupun produk, dan di usahakan dengan
biaya seminim mungkin. Dekat dengan lokasi bahan baku dan dekat dengan
pelabuhan yang strategis, sehingga memudahkan transportasi dalam hal distribusi
produk sampai ke tempat tujuan tepat waktu.
Sedangkan faktor sekunder yang menyebabkan terpilihnya Bontang menjadi
lokasi pendirian pabrik metanol dari gas sintetik adalah :
a. Unit Pendukung (Utilitas)
Perlu diperhatikan sarana-sarana pendukung seperti ketersediaan air, listrik,
bahan bakar dan sarana-sarana lain untuk menujang proses produksi agar berjalan
dengan baik.
b. Lahan
Faktor ini berkaitan dengan rencana pengembangan pabrik lebih lanjut dan
wilayah sekitar Bontang masih terdapat wilayah kosong, sehingga lahan didaerah
tersebut dapat disiapkan untuk pendirian atau pengembangan pabrik lebih lanjut.
c. Komunitas Masyarakat
Suatu pabrik dapat berjalan tidak lepas dari faktor penerimaan lingkungan
masyarakat terhadap pendirian dan pengembangan pabrik. Masyarakat disekitar
akan menyambut industri metanol dengan antusias pasalnya industri tersebut
menciptakan lapangan kerja baru.
Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)
Page 17
I-17
d. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang terampil mutlak dibutuhkan dalam proses suatu pabrik.
Untuk kebutuhan tenaga kerja dapat dipenuhi karena terdapat sumber daya manusia
yang berkualitas yang sebagian besar diambil dari penduduk yang tinggal di sekitar
lokasi pabrik.
e. Sarana dan Prasarana
Pendirian pabrik juga perlu mempertimbangkan sarana dan prasarana
seperti jaringan telekomunikasi dan fasilitas lainnya. Fasilitas-fasilitas penunjang
sudah tersedia di kawasan tersebut. Fasilitas tersebut dapat meningkatkan kinerja
karyawan, fasilitas-fasilitas tersebut diantaranya adalah rumah sakit/poliklinik,
rumah ibadah, sekolah, sarana olah raga dan lain-lain.
Prodi Teknik Kimia – ITI Ade Juniardi (114102001)Meita Utari (114102007)