1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pisang ambon (Musa paradisiaca L.) dapat dengan mudah ditemukan di Indonesia. Pisang merupakan buah yang banyak disenangi oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Hal ini dikarenakan selain harganya yang terjangkau, pisang memiliki rasa yang enak dan memiliki kandungan gizi yang diperlukan oleh tubuh. Selain kandungan gizinya yang tinggi, bagian daun, akar, bunga, dan getah memiliki manfaat untuk pengobatan (Onyenekwe, 2013). Masyarakat Banjar menggunakan daun pisang yang belum mekar (masih kuncup) untuk mengobati luka teriris (Melayu Online, 2007). Penggunaan kulit pisang untuk mempercepat proses penyembuhan luka masih belum banyak didokumentasikan. Kulit pisang masih dianggap sebagai limbah, padahal kulit pisang memiliki salah satu khasiat dalam pengobatan luka (Supriadi, 2012). Cara penggunaan kulit pisang ambon untuk mempercepat proses penyembuhan luka, yaitu dengan menempelkan kulit pisang pada bagian kulit yang menggalami luka. Dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi, cara tersebut dianggap tidak fleksibel. Untuk itu perlu adanya pengembangan bentuk sediaan dari kulit pisang ambon ini sehingga lebih memudahkan dan memberikan kenyamanan dalam penggunaannya.
19
Embed
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85149/potongan/S1-2015... · Span 80 merupakan surfaktan nonionik yang berfungsi sebagai emulgator agar fase
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman pisang ambon (Musa paradisiaca L.) dapat dengan mudah
ditemukan di Indonesia. Pisang merupakan buah yang banyak disenangi oleh
masyarakat dari berbagai kalangan. Hal ini dikarenakan selain harganya yang
terjangkau, pisang memiliki rasa yang enak dan memiliki kandungan gizi yang
diperlukan oleh tubuh. Selain kandungan gizinya yang tinggi, bagian daun, akar,
bunga, dan getah memiliki manfaat untuk pengobatan (Onyenekwe, 2013).
Masyarakat Banjar menggunakan daun pisang yang belum mekar (masih kuncup)
untuk mengobati luka teriris (Melayu Online, 2007). Penggunaan kulit pisang
untuk mempercepat proses penyembuhan luka masih belum banyak
didokumentasikan. Kulit pisang masih dianggap sebagai limbah, padahal kulit
pisang memiliki salah satu khasiat dalam pengobatan luka (Supriadi, 2012).
Cara penggunaan kulit pisang ambon untuk mempercepat proses
penyembuhan luka, yaitu dengan menempelkan kulit pisang pada bagian kulit
yang menggalami luka. Dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi, cara
tersebut dianggap tidak fleksibel. Untuk itu perlu adanya pengembangan bentuk
sediaan dari kulit pisang ambon ini sehingga lebih memudahkan dan memberikan
kenyamanan dalam penggunaannya.
2
Penelitian yang telah dilakukan oleh Supriadi (2012) menyebutkan bahwa
ekstrak etanolik kulit pisang ambon dapat mempercepat durasi penyembuhan luka
insisi dengan kadar optimum 10%. Kulit pisang mengandung flavonoid, saponin,
steroid, glikosida dan tanin (Akpuaka & Ezem, 2011). Flavonoid dan tanin
bertanggung jawab dalam proses wound contraction (James and Friday, 2010).
Flavonoid memiliki peranan penting dalam proses penyembuhan luka, yaitu
menginhibisi pertumbuhan fibroblast. Flavonoid dapat memperpendek waktu
peradangan (inflamasi) yang dapat menghambat proses penyembuhan luka
(Kompas, 2010). Tanin dapat bereaksi dengan protein yang terdapat dalam luka
sehingga membantu pembentukan jaringan baru untuk menutup luka (James,
1996).
Krim merupakan salah satu sediaan topikal yang ditujukan untuk pemakaian
luar yang dioleskan pada bagian kulit yang sakit dan mengandung tidak kurang
60% air. Span 80 merupakan surfaktan nonionik yang berfungsi sebagai
emulgator agar fase minyak dan fase air dapat bercampur dengan stabil.
Sedangkan cera alba merupakan basis krim yang berfungsi meningkatkan
konsistensi krim dan dapat membuat krim melekat lama dikulit. Kombinasi antara
span 80 dan cera alba diharapkan dapat menghasilkan krim ekstrak etanolik kulit
pisang yang memiliki sifat fisik yang baik sehingga menghasilkan sediaan yang
efektif, aman dan nyaman ketika digunakan.
Untuk mendapatkan sifat fisik yang baik dari pembuatan sediaan kirm dari
kombinasi span 80 dan cera alba maka perlu mendapatkan formula optimum dari
3
kombinasi bahan tersebut. Metode yang digunakan untuk formulasi pada berbagai
jumlah komposisi bahan yang berbeda adalah Simplex Lattice Design (Bolton,
1997). Keuntungan dari metode ini adalah praktis cepat karena bukan merupakan
formula dengan coba-coba (trial and error) (Amstrong dan James, 1996).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengaruh cera alba dan span 80 serta berapakah komposisi
keduanya untuk menghasilkan sifat fisik formula optimum sediaan krim
ekstrak etanolik kulit pisang?
2. Apakah respon prediksi sifat fisik formula optimum sediaan krim ekstrak
etanolik kulit pisang ambon menunjukkan hasil yang tidak berbeda signifikan
terhadap sifat fisik hasil percobaan?
C. Pentingnya Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pemanfaatan
ekstrak etanolik kulit pisang ambon sebagai penyembuh luka. Selain itu, hasil
formula optimum sediaan krim dari ekstrak etanolik kulit pisang ambon dengan
kombinasi span 80 dan cera alba diharapkan nantinya dapat dijadikan sebagai
pengobatan alternatif sebagai penyembuh luka yang bisa digunakan untuk
masyarakat luas.
4
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh kombinasi antara cera alba dan span 80 serta komposisi
keduanya yang dapat menghasilkan sifat fisik formula optimum sediaan krim
ekstrak etanolik kulit pisang ambon.
2. Mengetahui respon hasil prediksi sifat fisik formula optimum sediaan krim
ekstrak etanolik kulit pisang ambon berbeda signifikan atau tidak berbeda
signifikan dengan sifat fisik dari hasil percobaan.
E. Tinjauan Pustaka
1. Pisang ambon (Musa paradisiaca L.)
Gambar 1. Pisang Ambon (Musa paradisiaca L.)
Pisang merupakan adalah tanaman buah herba yang berasal dari Asia
Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke
Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan. Pisang adalah buah yang sangat
5
bergizi, mengandung sumber vitamin, mineral dan karbohidrat. Hampir
disetiap tempat dapat dengan mudah ditemukan tanaman pisang. Di
Indonesia tanaman pisang dapat tumbuh di dataran rendah sampai
pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Iklim tropis basah, lembab dan panas
mendukung pertumbuhan pisang. Namun di daerah subtropis pisang
masih tetap dapat tumbuh. Pada kondisi tanpa air, pisang masih dapt
tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi produksinya
tidak dapat diharapkan (Warintek, 2011).
a. Klasifikasi tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Scitamineae
Suku : Musaceae
Marga : Musa
Jenis : Musa paradisiaca L.
(Tjitrosoepomo, 1997)
b. Kulit pisang
Kulit pisang banyak mengandung pati (3%), protein (6-9%), lemak
(3,8-11%), serat makanan (43,2-49,7%), dan asam lemak poliunsaturasi,
terutama asam linoleat dan α-asam linoleat, pektin, asam amino esensial
6
(leucine, valine, phenylalanine and threonine) serta mengandung
mikronutrien (K, P, Ca, Mg). Buah pisang yang matang mengakibatkan
kenaikan kandungan gula, menurunkan kandungan pati dan hemiselulosa
serta sedikit menurunkan protein dan kandungan lemak. Degradasi pati
dan hemiselulosa oleh enzim endogenus menggambarkan peningkatan
kandungan gula pada kulit pisang yang sudah matang. Kulit pisang juga
menghasilkan lignin (6-12%), pektin (10-21%), selulosa (7,6-9,6%),
hemiselulosa (6,4-9,4%) dan galacturonic acid (Mohapatra dkk., 2010).
Kulit pisang mengandung flavonoid, saponin, steroid, alkaloid dan
tanin (Akpuaka & Ezem, 2011). Flavonoid dapat memperpendek waktu
peradangan (inflamasi) yang dapat menghambat proses penyembuhan
luka (Kompas, 2010). Flavonoid yang terdapat dalam buah pisang adalah
leucocyanidin. Tanin memiliki kemampuan sebagai antimikroba serta
dapat meningkatkan epitelialisasi. Flavonoid dan tanin bertanggungjawab
dalam proses wound contraction (James and Friday, 2010)
2. Kulit
Kulit merupakan suatu organ besar yang berlapis-lapis, dimana pada
orang dewasa beratnya kira-kira delapan pon, tidak termasuk lemak. Kulit
menutupi permukaan lebih dari 20.000 cm2 dan mempunyai bermacam-
macam fungsi dan kegunaan (Lachman, 1994). Kulit merupakan organ yang
esensial dan vital serta merupakan cermin kesehataan dan kehidupan. Kulit
7
juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim,
umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh (Djuanda, 1993).
Kulit berfungsi untuk mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh yang
esensial, melindungi dari masuknya zat-zat kimia beracun dari lingkungan
dan mikroorganisme, fungsi-fungsi imunologis, melindungi dari kerusakan
akibat radiasi sinar UV, mengatur suhu tubuh, sintesis vitamin D (Brown and
Tony, 2005).
Menurut Djuanda (1999) secara garis besar pembagian kulit dibagi
tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu :
a. Lapisan epidermis
Lapisan dermis terdiri dari beberapa lapisan, yaitu stratum korneum