Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus yang merupakan salah satu dari lima kondisi kronis paling utama yang mempengaruhi lansia, tidak dapat di sembuhkan. Alih-alih, lansia dengan diabetes Mellitus harus belajar untuk menguasai program pemantauan dan perawatan yang melibatkan banyak partisipasi klien. Banyak perubahan terkait usia membuat lansia sulit untuk mematuhi rencana keperawatan. ( Beare, 2007). Penyakit Diabetes mellitus atau sakit gula masih menjadi persoalan bersama. Bahkan di Indonesia, Penyakit ini masih berada di posisi keempat sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar yang menderita penyakit Diabetes setelah Amerika Serikat, China, dan India (WHO, 2011). Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang di tandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah/hiperglikemi, glukosa secara normalbersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa di bentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi (Brunner & Suddarth, 2002). Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang
68

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/135/jtptunimus-gdl...lansia sulit untuk mematuhi rencana keperawatan. ( Beare, 2007). Penyakit Diabetes mellitus

Feb 18, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Diabetes Mellitus yang merupakan salah satu dari lima kondisi

    kronis paling utama yang mempengaruhi lansia, tidak dapat di

    sembuhkan. Alih-alih, lansia dengan diabetes Mellitus harus belajar

    untuk menguasai program pemantauan dan perawatan yang melibatkan

    banyak partisipasi klien. Banyak perubahan terkait usia membuat

    lansia sulit untuk mematuhi rencana keperawatan. ( Beare, 2007).

    Penyakit Diabetes mellitus atau sakit gula masih menjadi

    persoalan bersama. Bahkan di Indonesia, Penyakit ini masih berada di

    posisi keempat sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar yang

    menderita penyakit Diabetes setelah Amerika Serikat, China, dan India

    (WHO, 2011).

    Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen

    yang di tandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah/hiperglikemi,

    glukosa secara normalbersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.

    Glukosa di bentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi (Brunner &

    Suddarth, 2002).

    Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik

    disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang

  • 2

    menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan

    pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan

    dengan mikroskop electron (Mansjoer, 2001).

    Beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa diabetes

    mellitus adalah penyakit kronik yang ditandai dengan peningkatan

    kadar gula darah yang dapat menimbulkan komplikasi mata, ginjal,

    saraf dan pembuluh darah.

    Ada beberapa jenis diabetes. Dulu ada yang disebut diabetes

    pada anak, atau diabetes juvenilis dan diabetes dewasa atau maturity-

    onset diabetes. Karena istilah ini kurang tepat, sekarang yang pertama

    disebut IDDM (Insulin-Dependent Diabetes Mellitus) atau DMTI

    (Diabetes Mellites Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan yang kedua

    disebut NIDDM (Non Insulin-Dependent Diabetes Mellitus) atau

    DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2.

    Ada jenis lain yaitu Diabetes pada kehamilan (gestasional diabetes),

    yang yimbul hanya pada saat hamil. Ada juga jenis diabetes yang

    disebabkan oleh karena kerusakan pancreas akibat kurang gizi disebut

    MRDM (Malnutrition related DM) atau (DMTM) Diabetes Mellitus

    Terkait Malnutrisi (FKUI, 2000).

    Perkembangan kasus Diabetes di Indonesia mengalami

    kenaikan jumlahnya. Berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO,

    2011) memprediksi kenaikan jumlah penyandang Diabetes Mellitus di

  • 3

    Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada

    tahun 2030. Demikian juga halnya dengan Badan Federasi Diabetes

    Internasional (IDF) pada tahun 2009, memperkirakan kenaikan jumlah

    penyandang diabetes mellitus dari 7,0 juta di tahun 2009 menjadi 12,0

    juta tahun 2030. “Meskipun terdapat perbedaan angka prevelensi,

    laporan keduanya menunjukan adanya peningkatan jumlah

    penyandang diabetes sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030.

    Kasus Diabetes Mellitus (DM) sebanyak 28.858 kasus diderita

    usia 45-64 tahun, yang terdiri 4.438 DMTI (Diabetes Mellitus

    Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan 24.420 DMTTI (Diabetes

    Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2. Sedangkan usia

    >65 tahun terdapat 11.212 kasus DM, yang terdiri 3.820 DMTI

    (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan 7.392

    DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2

    ( Profil Kesehatan Kota Semarang, 2010 )

    Penyakit Diabetes Mellitus adalah penyakit yang dapat

    menurun, jika dalam sebuah keluarga terdapat anggota keluarga yang

    menderita Diabetes Mellitus maka kemungkinan besar akan menurun,

    kurangnya pengetahuan keluarga tentang kesehatan dapat menjadi

    masalah serius karena keluarga tidak dapat menjalankan 5 tugas

    keluarga, misalnya keluarga tidak mengerti bagaimana cara melakukan

    perawatan pada anggota keluarga yang sakit, tidak mampu

  • 4

    memanfaatkan fasilitas kesehatan, tidak membuat keputusan dan

    mengambil keputusan yang tepat, tidak mampu memberikan

    lingkungan yang tepat, sehingga pada keluarga yang mempunyai

    anggota keluarga yang memiliki penyakit Diabetes Mellitus harus

    mendapatkan perhatian yang cukup agar Keluarga memahami konsep

    dasar Diabetes Mellitus serta mencegah komplikasi dari Diabetes

    Mellitus.

    Masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, dalam

    mengambil keputusan dan memecahkan masalah tersebut adalah

    kepala keluarga dan anggota yang dituakan. Dalam mengatasi masalah

    ini peran perawat kesehatan adalah memberikan keperawatan keluarga

    untuk mencegah komplikasi lebih lanjut (Friedman, 1998 ).

    Keluarga memiliki tugas dalam pemeliharaan kesehatan

    anggotanya, termasuk mengenal masalah tentang Diabetes Mellitus,

    mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat,

    memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit,

    mempertahankan suasana rumah yang kondusif bagi kesehatan

    (Friedman, 1998 )

  • 5

    Berkaitan dengan data tersebut di atas penulis tertarik untuk

    mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan

    memberikan asuhan keperawatan untuk ” Asuhan Keperawatan

    Keluarga Ny. M Tahap Perkembangan Remaja Dengan Lansia

    Diabetes Mellitus Khususnya Ny. J Di Desa Batursari Kecamatan

    Mranggen Kabupaten Demak “dengan pendekatan proses

    keperawatan.

    B. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Memaparkan Asuhan Keperawatan Keluarga Ny. M Tahap

    Perkembangan Remaja Dengan Lansia Diabetes Mellitus

    Khususnya Ny. J Di Desa Batursari, Kecamatan Mranggen,

    Kabupaten Demak.

    2. Tujuan Khusus

    a. Mengidentifikasi pengkajian Keluarga Ny. M Tahap

    Perkembangan Remaja Dengan Lansia Diabetes Mellitus

    Khususnya Ny. J Di Desa Batursari, Kecamatan Mranggen,

    Kabupaten Demak.

    b. Mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada

    Keluarga Ny. M Tahap Perkembangan Remaja Dengan Lansia

    Diabetes Mellitus Khususnya Ny. J Di Desa Batursari,

    Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak.

  • 6

    c. Mengidentifikasi rencana keperawatan secara langsung Keluarga

    Ny. M Tahap Perkembangan Remaja Dengan Lansia Diabetes

    Mellitus Khususnya Ny. J Di Desa Batursari, Kecamatan

    Mranggen, Kabupaten Demak.

    d. Mengidentifikasi tindakan keperawatan dalam rangka

    memandirikan keluarga dalam melaksanakan tugas Keluarga Ny.

    M Tahap Perkembangan Remaja Dengan Lansia Diabetes

    Mellitus Khususnya Ny. J Di Desa Batursari, Kecamatan

    Mranggen, Kabupaten Demak.

    e. Mengidentifikasi evaluasi keperawatan pada Keluarga Ny. M

    Tahap Perkembangan Remaja Dengan Lansia Diabetes Mellitus

    Khususnya Ny. J Di Desa Batursari, Kecamatan Mranggen,

    Kabupaten Demak.

    C. Metode Penulisan

    Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode diskriptif

    dengan pendekatan studi kasus yaitu pendekatan proses keperawatan

    yang meliputi : pengkajian, analisa data, intervensi, implementasi dan

    evaluasi.

    Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan beberapa teknik penulisan,

    adalah sebagai berikut :

  • 7

    1. Wawancara

    Dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada beberapa

    anggota keluarga untuk memperoleh data subyektif.

    2. Observasi

    Mengadakan pengawasan langsung terhadap keadaan umum pasien

    serta pengembangan sambil melaksanakan asuhan keperawatan

    keluarga lansia selama observasi.

    3. Studi Kepustakaan

    Cara pengumpulan data yang digunakan sebagai konsep dasar

    dalam asuhan keperawatan dan menyelesaikan masalah dalam

    pembahasan.

    4. Studi kasus di keluarga

    Pengumpulan data dengan cara melakukan pengkajian pada

    keluarga, biasa dilakukan dengan observasi,pemeriksaan fisik

    ataupun wawancara sesuai kasus yang ada di dalam keluarga.

    D. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan laporan asuhan keperawatan keluarga ini di bagi

    dalam 5 bab, yaitu:

    BAB I : Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, tujuan

    penulisan, dan sistematika penulisan.

  • 8

    BAB II : Tinjauan pustaka berisi konsep dasar keluarga, Tumbuh

    kembang tahap VIII, konsep dasar Diabetes Mellitus,dan

    proses keperawatan keluarga.

    BAB III : Tinjauan kasus berisi tentang asuhan keperawatn keluarga

    Ny.M khususnya pada Ny.J dengan DM yang dimulai dari

    pengkajian, analisa data, diagnose keperawatan,

    perencanaan/intervensi, pelaksanaan/ implementasi dan

    evaluasi.

    BAB IV : Pembahasan berisi tentang tinjauan kasus berdasarkan teori

    keperawatan dan penyakit, justifikasi di setiap tahapan

    proses asuhan keperawatan.

    BAB V : penutup berisi kesimpulan dan saran.

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Konsep Keluarga

    1. Pengertian Keluarga

    Keluarga merupakan sekumpulan orang yang di hubungkan oleh

    perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

    mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,

    mental, emosional dan social dari individu-individu yang ada di dalamnya

    terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai

    tujuan bersama (Friedman, 1998).

    Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

    kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu

    tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Dep Kes

    R.I, 1998).

    2. Struktur Keluarga.

    Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas :

    a. Pola dan proses komunikasi

    Pola interaksi keluarga yang berfungsi :

    1) Bersifat terbuka dan jujur

    2) Selalu menyelesaikan konflik keluarga

    3) Berpikiran positif

  • 10

    4) Tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.

    Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :

    1) Karakteristik pengirim : yakin dalam mengemukakan sesuatu atau

    pendapat, apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu

    meminta dan menerima umpan balik.

    2) Karakteristik penerima : siap mendengarkan, memberi umpan balik,

    melakukan validasi.

    b. Struktur peran

    Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai

    dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau

    status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai

    suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat

    dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik.

    Beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi

    kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka

    entah kemana atau malah berdiam diri di rumah.

    c. Struktur kekuatan.

    Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari

    individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah

    perilaku orang lain ke arah positif.

  • 11

    d. Nilai-nilai keluarga.

    Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang

    secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu

    budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi

    perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang

    baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.

    3. Tipe Keluarga

    Tipe keluarga menurut Friedman(1998) :

    a. Tipe Keluarga Tradisional

    1) Keluarga inti

    Keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang hidup

    dalam rumah tangga yang sama.

    a) Keluarga yang melakukan perkawinan yang pertama.

    b) Keluarga-keluarga dengan orang tua campuran atau orang tua

    tiri.

    2) Pasangan inti

    Terdiri dari suami istri tanpa anak atau tidak ada anak yang tinggal

    bersama mereka.

    a) Karier tunggal.

    b) Keduanya berkarier dibedakan menjadi karier istri terus

    berlangsung dan karier istri terganggu.

  • 12

    3) Keluarga dengan orang tua tunggal

    Adalah satu yang mengepalai sebagai konsekuensi dari perceraian,

    ditinggal atau pisah.

    a) Bekerja atau berkarier.

    b) Tidak bekerja

    4) Bujangan dewasa yang tinggal sendirian

    5) Keluarga besar 3 generasi

    6) Pasangan usia pertengahan atau lansia

    suami sebagai pencari nafkah, istri tinggal diruamah (anak sudah

    kuliah, bekerja, atau kawin).

    7) Jaringan keluarga besar

    Dua keluarga inti atau lebih dari kerabat primer atau anggota

    keluarga yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah

    geografis dan dalam sistem presiprokal atau tukar menukar barang

    dan jasa.

    b. Tipe keluarga non tradisional

    1) Keluarga dengan orang tua beranak tanpa menikah (biasanya

    terdiri dari ibu dan anak saja)

    2) Pasangan yang memiliki anak tapi tidak menikah

    3) Pasangan kumpul kebo

    4) Keluarga Gay atau lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin

    sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.

  • 13

    5) Keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih dari

    satu pasangan monogami dengan anak-anak, secara bersama

    menggunakan fasilitas, sumber dan memiliki pengalaman yang

    sama.

    4. Tahap dan Tugas perkembangan keluarga menurut Friedman (1998).

    a. Tahap I (Keluarga pemula)

    1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan.

    2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.

    3) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang

    tua).

    b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak)

    1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

    (mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga).

    2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan

    kebutuhan anggota keluarga.

    3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

    4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan

    menambahkan peran-peran orang tua dan kakek nenek.

    c. Tahap III (Keluarga dengan anak usia prasekolah)

    1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang

    bermain, privasi, keamanan.

    2) Mensosialisasikan anak.

  • 14

    3) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi

    kebutuhan anak-anak yang lain.

    4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (Hubungan

    perkawinan dan hubungan orang tua dad anak) dan di luar keluarga

    (keluarga besar dan komunitas).

    d. Tahap IV (Keluarga dengan anak usia sekolah)

    1) Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi

    sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya

    yang sehat.

    2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

    3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

    e. Tahap V ( Keluarga dengan anak remaja)

    1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika

    remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri.

    2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.

    3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.

    f. Tahap VI (Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda)

    1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga

    baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.

    2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali

    hubungan perkawinan.

  • 15

    3) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami

    maupun istri.

    g. Tahap VII (Orang tua usia pertengahan)

    1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.

    2) Mempertahankan hubungan-hubungan yang saling memuaskan

    dan penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak.

    3) Memperkokoh hubungan perkawinan.

    h. Tahap VIII (Keluarga dalam masa pensiun dan lansia)

    1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.

    2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.

    3) Mempertahankan hubungan perkawinan.

    4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.

    5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.

    6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka ( Penelaahan dan

    integrasi hidup).

    5. Fungsi keluarga

    Friedman (1998) membedakan fungsi keluarga menjadi lima yaitu :

    a. Fungsi Afektif (The affective function) : Fungsi keluarga yang utama

    untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota

    keluarga berhubungan dengan orang lain, fungsi ini dibutuhkan untuk

    perkembangan individu dan psikososial keluarga.

  • 16

    b. Fungsi Sosialisasi dan penempatan sosial (sosialisation and social

    placement fungtion) : Fungsi pengembangan dan tempat melatih anak

    untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk

    berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

    c. Fungsi Reproduksi (reproductive function) : Fungsi untuk

    mempertahankan generasi menjadi kelangsungan keluarga.

    d. Fungsi Ekonomi (the economic function) : Keluarga berfungsi untuk

    memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk

    mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan

    untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

    e. Fungsi Perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healty care

    function) : Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota

    keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini

    dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.

    6. Tugas Kesehatan Keluarga

    Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut : (Friedman, 1998)

    a. Mengenal masalah kesehatan.

    b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

    c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

    d. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas

    kesehatan masyarakat.

  • 17

    B. Tumbuh Kembang Keluarga Tahap VIII

    1. Pengertian

    Tahap terkhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu

    atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga

    salah satupasangan meninggal, dan berkhir dengan pasangan lain

    meninggal (Friedman, 1998).

    2. Kehilangan- kehilangan yang lazim bagi lansia dan keluarga

    Proses penuaan berlangsung dan masa pensiun menjadi suatu

    kenyataan, maka ada berbagai stressor atau kehilangan- kehilangan yang

    dialami oleh mayoritas lansia dan pasangan- pasangan yang mengacaukan

    transisi peran mereka. Hal ini meliputi :

    a. Ekonomi

    Menyesuaikan terhadap pendapatan yang turun secara substansial,

    mungkin kemudian menyesuaikan terhadap ketergantungan ekonomi

    (ketergantungan pada keluarga atau subsidi pemerintah )

    b. Perumahan

    Sering pindah ketempat tinggal yang lebih kecil dan kemudian di paksa

    pindah ke tatanan institusi.

    c. Sosial

    Kehilangan (kematian) saudara teman- teman dan pasangan.

  • 18

    d. Pekerjaan

    Keharusan pensiun dan hilangnya peran dalam pekerjaan dan perasaan

    dalam produktivitas.

    e. Kesehatan

    Menurunnya fungsi fisik mental dan kognitif, memberikan perawatan

    bagi pasangan yang kurang sehat.

    3. Tugas- tugas perkembangan keluarga tahap VIII

    a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.

    b. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.

    c. Mempertahankan hubungan perkawinan.

    d. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.

    e. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.

    f. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka ( Penelaahan dan

    integrasi hidup).

    4. Konsep Lansia

    Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik

    perkembangan yang maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut karena

    berkurangnya jumlah sel-sel yang ada didalam tubuh .sebagai akibatnya

  • 19

    tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan –lahan.

    Itulah yang dinamakan proses penuaan.

    Orang yang lebih tua mengalami masalah dengan berbagai

    aktifitas hidup sehari- hari yang termasuk mandi, berpakaian, makan, toilet,

    penahanan dan mentrasfer. Masalah-masalah ini kemampuan orang yang

    lebih tua sering berdampak terhadap hidup mandiri, karena penurunan

    fungsional dimana semua mempengaruhi kualitas hidup individu.

    Penuaan adalah suatu proses menghilangnya perlahan-lahan

    kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

    mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahap terhadap

    infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Maryam, 2008).

    Menjadi tua adalah suatu proses natural dan kadang-kadang tidak

    tampak mencolok penuaan akan terjadi pada semua sistem tubuh manusia

    dan tidak pada semua tubuh mengalami kemunduran pada waktu yang

    sama.meskipun proses menjadi tua merupakan gambaran yang universal,

    tidak seorang mengetahui secara pasti penyebab penuaan atau mengapa

    manusia menjadi tua pada usia yang berbeda-beda (Pujiastuti, 2003).

    a. Pengertian Lansia

    Menurut UU NO. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan

    usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60

    tahun.

  • 20

    Menua adalah suatu proses menghilangnya perlahan-lahan

    kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

    mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahap

    terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita.

    b. Teori Menua :

    1) Teori Biologis ( Maryam, 2008 ) :

    a) Teori Genetik

    (1) Teori Genetik Clock

    Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah

    terprogram secara genetik untuk spesies tertentu.teori ini

    didasarkan pada kenyataan kenyataan bahwa spesies-sepesies

    tertentu memiliki harapan hidup yang berbeda-beda yang

    telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini

    berhenti berputar ia akan mati.

    (2) Teori Interaksi Seluler

    Teori ini menyatakan bahwa sel-sel satu sama lain

    saling berinteraksi dan memengaruhi.keafdaan tubuh akan

    baik-baik saja selama sel-sel masih berfungsi dalam suatu

    hormon,tetapi bila tidak maka akan terjadi kegagalan

    mekanisme dimana lama kelamaan sel-sel akan mengalami

    degenerasi.

  • 21

    (3) Teori Mutagenesis Somotik

    Teori ini menyatakan bahwa penuaan terjadi karena

    adanya mutasi somotik akibat pengaruh lingkungan yang

    buruk.begitu terjadi pembelahan sel akan terjadi mutasi

    spontan yang terus menerus berlangsung dan ahirnya

    mengarah pada kematian sel.

    b) Teori Non Genetik (Pujiastuti, 2003)

    (1) Teori Autoimun

    Teori ini menyatakan bahwa penuaan diakibatkan

    oleh antibodi yang bereaksi terhadap sel normal dan

    merusaknya.reaksi ini terjadi karena tubuh gagal

    mengenal sel yang normal ,dan memproduksi sel yang

    salah.

    Hal ini yang mendasari peningkatan penyakit auto

    imun pada usia lanjut.ada jaringan tertentu yng tidak tahu

    terhadap sel tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi

    lemah dan sakit.

    (2) Teori Radikal Bebas

    Redikal bebas merupakan suatu atom atau

    molekul yang tidak stabil karena mempunyaielektron

    yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat

  • 22

    atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagai

    kerusakan atau perubahan pada tubuh.

    Teori radikal bebas pada penuaan ditunjukkan

    oleh hormon.perubahan hormon pada penuaan

    disebabkan oleh radikal bebas dan akan menimbulkan

    efek patologis seperti kanker.

    (3) Teori Pembatasan Energi

    Program pembatasan energi ditujukan untuk

    mengurangi berat badan secara bertahap dalam beberapa

    tahun sampai efesiensi metabolisme tercapai untuk hidup

    sehat dan panjang umur.tinggi rendahnya diet

    mempengaruhi perkembangan umur dan adanya

    penyakit.termasuk dalam program diet adalah pantangan

    merokok, minum alkohol, dan mengendalikan

    penyebabstres seperti kecemasan, frustrasi,atau stres yang

    diakibatkan oleh kerja keras.

    c. Perubahan sistem endokrin pada lansia

    Penyakit metabolik pada lanjut usia terutama disebabkan oleh

    karena menurunnya produksi hormon dari kelenjar-kelenjar hormon.

    Pria dan wanita pada akhir masa dewasa mengalami perubahan-perubahan

    dalam keseimbangan hormonal yang menyebabkan berkurangnya kekurangan

    hormon seks. Menurunnya produksi hormon ini antara lain terlihat pada

  • 23

    wanita mendekati usia 50 tahun, yang ditandai mulainya menstruasi

    yang tidak teratur sampai berhenti sama sekali (menopouse), prosesnya

    merupakan prosesilmiah. Pada pria proses tersebut biasanya terjadi

    secara lambat laun dan tidak disertai gejala-gejala psikologis yang luar

    biasa, kecuali sedikit kemurungan dan rasa lesu serta berkurangnya

    kemampuan seksualitasnya.Terdapat pula penurunan kadar hormon

    testosteronnya ( Beare, 2007 ).

    Perubahan pada sistem endokrin yang disebabkan oleh proses

    penuaan, yaitu:

    1) Produksi hormon hampir semuanya menurun.

    2) Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di

    pembuluh darah.

    3) Menurunnya aktivitas tiroid

    4) Menurunnya produksi aldosteron

    5) Menurunnya sekresi hormon : progesteron, estrogen, testosteron.

    6) Defisiensi hormonal dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari

    sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan

    jiwa (stress ).

  • 24

    Penyakit pada sistem endokrin yang disebabkan oleh proses

    penuaan, yaitu:

    1) Menopouse

    Menopouse adalah berhentinya haid. Menopouse menurut

    pengertian awam adalah perubahan masa muda ke masa

    tua.Berhentinya haid sebagai akibat tidak berfungsinya ovarium

    merupakan peristiwa dan bukan satu periode waktu. Periode

    mendahului menopouse ditandai oleh perubahan somatif dan

    psikologik. Hal tersebut mencerminkan perubahan normal yang

    terjadi di ovarium. Meskipun ada gejala atau keluhan, periode ini

    sering dilupakan oleh pasien maupun dokter. Gejala yang paling

    sering terjadi pada masa transisi pra-menopouse ini adalah haid

    yang tidak teratur.Meskipun menopouse atau tidak lagi datang

    haid, terjadi setelah terhentinya fungsi ovarium merupakan

    keadaan yang paling dapat diidentifikasi, namun periode

    sebelum dan 10 tahun setelah menopause mempunyai arti klinis

    yang lebih penting. Periode transisi ini biasanya berlangsung sampai

    periode pasca menopouse. Periode pascamenopouse biasanya disertai

    dengan insidensi kondisi kelainan yang erathubungannya dengan

    usia lanjut. Karena hal tersebut, pelayanan kesehatanginekologik

    pada wanita pasca menopouse perlu mengetahui tentang

    seluk beluk pengobatan pengganti hormon.

  • 25

    2) Andropouse

    Pada laki-laki tua, testis masih berfungsi memproduksi

    sperma dan hormon testosteron meskipun jumlahnya

    tidak sebanyak usia muda. Pada wanita produksi estrogen

    berhenti mendadak, sedangkan pada laki-laki dengan

    meningkatnya usia, produksi testosterone turun perlahan-lahan,

    sehingga membuat definisi andropouse pada laki-lakisedikit

    sulit. Kadar hormon testosteron sampai dengan usia 55-60 tahun

    relatif stabil dan baru setelah usia 60 tahun terjadi penurunan

    yang berarti.Meskipun kadar testosteron darah turun, keluhan

    tidak segera muncul.Keluhan dapat muncul setelah beberapa

    tahun kemudian. Meskipun sudah lanjut usia, orang laki-laki

    masih saja, aktif baik secara fisik maupun seksual, bahakan tidak

    jarang masih dapat mendapatkan keturunan.

    3) Diabetes Mellitus.

    Diabetes Mellitus yang merupakan salah satu dari lima

    kondisi kronis paling utama yang mempengaruhi lansia, tidak

    dapat di sembuhkan. Alih-alih, lansia dengan diabetes Mellitus

    harus belajar untuk menguasai program pemantauan dan

    perawatan yang melibatkan banyak partisipasi klien. Banyak

    perubahan terkait usia membuat lansia sulit untuk mematuhi

    rencana keperawatan. ( Beare, 2007).

  • 26

    C. Konsep Diabetes Mellitus

    1. Pengertian Diabetes Mellitus

    Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada

    seseorang yang di sebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula

    (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relative

    (Suyono, 1999).

    Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik

    disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang

    menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan

    pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan

    dengan mikroskop electron (Mansjoer, 2001).

    Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen

    yang di tandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah/hiperglikemi,

    glukosa secara normalbersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.

    Glukosa di bentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi (Brunner &

    Suddarth, 2002).

    Diabetes mellitus adalah penyakit seumur hidup dimana badan

    seseorang tidak memproduksi cukup insulin atau tidak dapat

    menggunakan insulin yang di produksi dengan baik (Johnson, 2005).

  • 27

    2. Ada 4 tipe DM (FKUI, 2000)

    a. DM tipe 1 atau IDDM (Insulin-Dependent Diabetes Mellitus) atau

    DMTI (Diabetes Mellites Tergantung Insulin) yaitu keadaan defisiensi

    insulin karena tidak adanya sel-sel langerhans.

    b. DM tipe 2 atau NIDDM (Non Insulin-Dependent Diabetes Mellitus)

    atau DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) dimana

    tidak terjadi defisiensi insulin secara absolute melainkan relative

    karena gangguan resistensi insulin.

    c. Diabetes pada kehamilan (gestasional diabetes), yang timbul hanya

    pada saat hamil.

    d. Diabetes Mellitus Terkait Malnutrisi (DMTM) atau MRDM

    (Malnutrition related DM) adalah diabetes yang disebabkan oleh

    karena kerusakan pancreas akibat kurang gizi.

  • 28

    3. Anatomi dan Fisiologi

    Anatomi Pankreas

    Gambar 1.1 Anatomi Pankreas

    Sumber : http://upload.wikimedia.org

    Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan

    panjang dan 12,5 cm dan tebal ± 2,5 cm. Pankreas terbentang dari

    atas sampai kelengkungan besar dari perut dan biasanya dihubungkan

    oleh dua saluran ke duodenum (usus 12 jari) organ ini dapat

    diklasifikasikan ke dalam dua bagian yaitu kelenjar endokrin dan

    eksokrin (price, 2006).

  • 29

    a. Struktur Pankreas terdiri dari :

    1) Kepala pankreas

    Merupakan bagian yang paling lebar, terletak disebelah

    kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan duodenum dan yang

    praktis melingkarinya.

    2) Badan pankreas

    Merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di

    belakang lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama.

    3) Ekor pankreas

    Merupakan bagian yang runcing di sebelah kiri dan yang

    sebenarnya menyentuh limfa.

    b. Saluran Pankreas

    Pada pankreas terdapat dua saluran yang mengalirkan hasil

    sekresi pankreas ke dalam duodenum :

    1) Ductus Wirsung, yang bersatu dengan ductus chole dukus,

    kemudian masuk ke dalam duodenum melalui sphincter oddi.

    2) Ductus Sartonni, yang lebih kecil langsung masuk ke dalam

    duodenum di sebelah atas sphincter oddi.

    c. Jaringan pankreas

    Ada 2 jaringan utama yang menyusun pankreas :

    1) Asim berfungsi untuk mensekresi getah pencernaan dalam

    duodenum

  • 30

    2) Pulau langerhans

    d. Pulau-pulau langerhans

    1) Hormon-hormon yang dihasilkan :

    a) Insulin

    Adalah suatu poliptida mengandung dua rantai asam amino yang

    dihubungkan oleh gambaran disulfide.

    b) Enzim

    Enzim utama yang berperan adalah insulin protease, suatu enzim

    dimembran sel yang mengalami internalisasi bersama insulin.

    c) Efek faali insulin yang bersifat luas dan kompleks.

    2) Efek-efek tersebut biasanya dibagi:

    a) Efek cepat (detik)

    Peningkatan transport glukosa, asam amino dan k+ ke dalam sel

    peka insulin.

    b) Efek menengah (menit)

    Stimulasi sintesis protein, penghambatan pemecahan protein,

    pengaktifan glikogen sintesa dan enzim-enzim glikolitik.

    c) Efek lambat (jam) .

    3) Peningkatan Massenger Ribonucleic Acid (MRNA) enzim

    lipogenik dan enzim lain.

    Pengaturan fisiologi kadar glukosa darah sebagian besar

    tergantung dari:

  • 31

    a) Ekstraksi glukosa

    b) Sintesis glikogen

    c) Glikogenesis

    4) Glukogen

    Molekul glukogen adalah polipeptida rantai lurus yang

    mengandung 29 n residu asam amino dan memiliki 3485 glukogen

    merupakan hasil dari sel-sel alfa, yang mempunyai prinsip aktivitas

    fisiologi meningkatkan kadar glukosa darah.

    a) Somatostatin

    Somatostatin menghambat sekresi insulin, glukogen dan

    polipeptida pankreas dan mungkin bekerja di dalam pulau-pulau

    pankreas.

    b) Polipeptida pankreas

    Polipeptida pankreas manusia merupakan suatu polipeptida

    linear yang dibentuk oleh sel pulau langerhans.

    e. Fisiologi

    1) Fungsi eksokrin pankreas:

    Getah pankreas mengandung enzim-enzim untuk pencernaan

    ketiga jenis makanan utama, protein, karbohidrat dan lemak. la juga

    mengandung ion bikarbonat dalam jumlah besar, yang memegang

    peranan penting dalam menetralkan timus asam yang dikeluarkan

    oleh lambung ke dalam duodenum.

  • 32

    Enzim-enzim proteolitik adalah tripsin, kamotripsin,

    karboksi, peptidase, ribonuklease, deoksiribonuklease. Tiga enzim

    pertama memecahkan keseluruhan dan secara parsial protein yang

    dicernakan, sedangkan nuclease memecahkan kedua jenis asam

    nukleat, asam ribonukleat dan deoksinukleat.

    Enzim pencernaan untuk karbohidrat adalah amylase

    pankreas, yang menghidrolisis pati, glikogen dan sebagian besar

    karbohidrat lain kecuali selulosa untuk membentuk karbohidrat,

    sedangkan enzim-enzim untuk pencernaan lemak adalah lipase

    pankreas yang menghidrolisis lemak netral menjadi gliserol, asam

    lemak dan kolesterol esterase yang menyebabkan hidrolisis ester-

    ester kolesterol.

    2) Pancreatic juice

    Sodium bicarboinat memberikan sedikit pH alkalin (7,1 -

    8,2) pada pancreatic juice sehingga menghentikan gerak pepsin dari

    lambung dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan enzim-

    enzim dalam usus halus.

    3) Pengaturan sekresi pankreas ada 2 yaitu :

    a) Pengaturan saraf

    b) Pengaturan hormonal

  • 33

    4) Fungsi endokrin pankreas

    Tersebar diantara alveoli pankreas, terdapat kelompok-

    kelompok sel epithelium yang jelas, terpisah dan nyata. Kelompok

    ini adalah pulau-pulau kecil / kepulauan langerhans yang bersama-

    sama membentuk organ endokrin. (Price, 2006).

    4. Etiologi

    Klasifikasi etiologis diabetes mellitus:

    a. Diabetes mellitus tipe I

    IDDM (insulin dependent diabetes mellitus)atau diabetes

    melitus tergantung insulin disebabkan oleh destruksi sel B pulau

    langerhans akibat proses auto imunne ( Smeltzer & Bare, 2001 ).

    b. Diabetes mellitus tipe II

    NIDDM (non insulin dependent diabetes melitus)atau diabetes

    melitus tidak tergantung insulin disebabkan kegagalan relatif sel B

    resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunya kemampuan

    insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer

    dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel B tidak mampu

    mengimbangi resisteni insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi

    defesiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurang

    sekresi insulin pada ransangan glukosa bersama bahan perangsang

  • 34

    sekresi insulin lain. Berarti sel B pankreas mengalami distensitisasi

    terhadap glukosa ( Mansjoer, 2001 ).

    Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi DM tipe II:

    1) Faktor Genetik (Keturunan)

    karena adanya kelainan fungsi atau jumlah sel-sel betha

    pancreas yang bersifat genetic dan diturunkan secara autosom

    dominan sehingga mampengaruhi mempengaruhi sel betha

    mengubah kemampuannya dalam mengenali dan menyebarkan

    rangsang yang merupakan bagian dari sintesis insulin ( Smeltzer

    & Bare, 2001 ).

    2) Usia

    Usia menjadi pencetus penyakit diabetes mellitus, hal ini

    terjadi karena proses menua berjalan setelah berusia 30 tahun,

    secara fisik memberikan akibat terhadap susunan komposisi tubuh.

    Perubahan fisik karena perubahan komposisi tubuh yang

    menyertai pertambahan umur umumnya bersifat fisiologis seperti

    kulit yang keriput, turunnya tinggi badan, berat badan, kekuatan

    otot, daya lihat, daya dengar, kemampuan berbagai rasa, dan

    penurunan fungsi berbagai organ termasuk fungsi homeostatis

    glukosa. Proses menua yang berlangsung setelah umur 30 tahun

    akan mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis dan

    biokimiawi, salah satu contoh adalah kerusakan homeostatis

  • 35

    glukosa. Timbulnya gangguan toleransi glukosa pada usia lanjut

    diduga karena menurunnya sekresi insulin oleh sel beta pankreas,

    ahli lain menemukan kenaikan glukosa darah disebabkan karena

    resistensi insulin yang disebabkan oleh perubahan komposisi

    tubuh, turunnya aktivitas fisik, perubahan pola makan, dan

    perubahan neuro-hormonal ( Smeltzer & Bare, 2001 ).

    3) Pola Makan Yang Salah

    Makan secara berlebihan dalam jangka waktu lama dapat

    memicu diabetes. Terutama jika asupan kalori berlebihan, karena

    dapat mengganggu stimulasi sel-sel beta pankreas dalam

    mengeluarkan insulin. Asupan lemak trans dan lemak jenuh juga

    berperan. Beberapa sumber lemak trans antara lain margarin,

    makanan cepat saji, cake, pie dan lain sebagainya( Smeltzer &

    Bare, 2001 ).

    4) Stress

    Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari

    makanan yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk

    meningkatkan kadar seretonin otak. Seretonin ini memiliki efek

    penenang sementara untuk meredakan stressnya. Tetapi gula dan

    lemak itulah yang berbahaya sehingga beresiko terkena diabetes

    mellitus.

  • 36

    5) Obesitas

    Disebabkan jumlah konsumsi yang terlalu banyak, sedangkan

    cadangan gula darah yang disimpan dalam tubuh sangat berlebihan (

    Smeltzer & Bare, 2001 ).

    5. Manifestasi Klinik

    Banyak tanda dan gejala awal NIDDM yang memungkinkan

    samar-samar dan tidak spesifik, sehingga lansia mungkin menganggapnya

    sebagai hal yang tidak penting dan mengabaikan untuk mencari

    perawatan. Oleh karena itu, pada lansia diagnosis aktual diabetes sering

    dibuat ketika penyakit telah mencapai tahap lanjut atau telah di picu oleh

    masalah kesehatan lain. Retinopati (perubahan patologis pada bagian

    dalam mata) dapat dideteksi selama pemeriksaan mata rutin, sebagai awal

    untuk pemeriksaan diagnostik lebih lanjut. Peninggian nilai-nilai

    laboratoriumyang ditemukan selama hospitalisasi dapat juga menjadi

    awal untuk evaluasi lebih detail dalam mengungkapkannya adanya

    NIDDM.

    Adanya perubahan status kesehatan yang persisten harus

    diselidiki. Peningkatan berkemih (poliuria), rasa haus yang berlebihan

    (polidipsia), rasa lapar yang jelas (polifagia), dan kerentanan terhadap

    infeksi (khususnya jamur) adalah indikator-indikator yang sering muncul

    dari penyakit ini pada semua usia dan mungkin terdapat dalam derajat

    yang bervariasi pada lansia. Penglihatan kabur, yang yang di akibatkan

  • 37

    dariefek hiperglikemia pada lensa okuler, mungkin tidak dapat di kenali

    sebagai gejala Diabetes Mellitus pada lansia ( Beare, 2007).

    6. Komplikasi

    Komplikasi Diabetes Mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi

    akut dan komplikasi kronik (FKUI, 2000) :

    a. Komplikasi Akut

    1) Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHN)

    Koma hiperosmolar non ketotik merupakan keadaan yang

    didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai

    perubahan tingkat kesadaran. Salah satu perubahan utamanya

    dengan DKA adalah tidak tepatnya ketosik dan asidosis pada KHN.

    2) Diabetes Ketoasidosis (DKA)

    Ketoasidosis diabetik merupakan defisiensi insulin berat dan

    akut dari suatu pengalaman penyakit DM. Diabetik katoasidosis

    disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah

    insulin yang nyata.

    3) Hipoglikemia

    Hipoglikemia( kadar glukosa plasma < 60 mg/dl) terjadi

    pada pasien yang mendapatkan insulin atau agen hipoglikemik oral,

    dimana terdapat kelebihan insulin yang relatif banyak daripada

    intake makanan atau pemakaian energi.

  • 38

    b. Komplikasi kronik

    Penyulit kronik Diabetes Mellitus pada dasarnya terjadi pada

    semua pembuluh darah di seluruh tubuh (angiopati diabetik). Untuk

    kemudahan, angiopati diabetik dibagi 2: makro-angiopati

    (makrovaskular) dan mikroangiopati (mikrovaskular).

    1) Mikrovaskular

    a) Penyakit ginjal

    Penderita Diabetes Mellitus mempunyai kecenderungan

    tujuh belas kali lebih mudah mengalami gangguan fungsi ginjal.

    Semuanya ini disebabkan oleh factor infeksi yang berulang-

    ulang yang sering timbul pada Diabetes Mellitus, dan adanya

    penyempitan pembuluh darah kapiler yang disebut

    mikroangiopati diabetik di dalam ginjal.

    b) Penyakit mata (katarak)

    Penyakit Diabetes Mellitus dapat menyebabkan lensa

    mata menjadi keruh (tampak putih), lensa yang keruh ini

    dinamakan katarak. Komplikasi menahun pada mata yang lain

    adalah meningkatnya tekanan bola mata yang disebut

    glaukoma. Keadaan yang akhirnya akan timbul, biasanya

    sesudah 10-15 tahun mengidap Diabetes Mellitus adalah

  • 39

    terganggu nya alat penerima sinar atau retina yang disebut

    retinopati diabetik. Pada retinopati diabetik, penyempitan

    pembuluh darah kapiler yang disetai eksudasi dan perdarahan

    pada retina penderita Diabetes Mellitus, terdapat kebocoran

    pada pembuluh darah kapiler ( pembuluh darah halus ). Karena

    kebocoran ini, timbulah perdarahan serta keluarnya cairan dari

    pembuluh darah yang disebut eksudat (melalui proses eksudasi

    ). Darah dan eksudat inilah yang akan menutup sinar yang

    menuju ke retina, sehingga mata penderita menjadi kabur, yang

    tidak bias sembuh dengan kaca mata, bahkan menjadi buta.

    c) Neuropati

    Diabetes Mellitus dapat mempengaruhi saraf-saraf

    perifer, system saraf otonom, Medulla spinalis, atau system

    saraf pusat. Akumulasi sorbital danperubahan perubahan

    metabolic lain dalam sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan

    dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi

    saraf .

    2) Makrovaskular

    b) Penyakit jantung koroner

    Penderita Diabetes Mellitus lebih mudah menderita

    penyakit jantung koroner, yaitu penyakit jantung yang

    disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah koroner.

  • 40

    Pembuluh darah koroner adalah pembuluh darah yang

    memberikan makanan otot ke jantung. Jika pembuluh darah

    koroner ini menyempit, otot jantung akan kekurangan oksigen

    dari makanan. Otot jantung menjadi lemah, atau sebagian otot

    jantung mati, keadaan inilah yang di sebut infark jantung atau

    infark miokard akut.

    c) Pembuluh darah kaki

    Jika sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang atau besar

    di tungkai (makroangiopati diabetik), tungkai akan lebih mudah

    mengalami ganggren diabetik, yaitu luka pada kaki yang merah

    kehitam-hitaman dan berbau busuk. Bila sumbatan terjadi pada

    pembuluh darah yang lebih besar, penderita Diabetes Mellitus

    akan merasa tungkai nya sakit sesudah ia berjalan pada jarak

    tertentu, karena aliran darah ke tungkai tersebut berkurang dan

    disebut claudicatio intermitten.

    d) Pembuluh darah otak

    Sumbatan (thrombosis) di pembuluh darah otak dapat

    meberi gejala:

    (1) Lumpuh atau lemah separo.

    (2) Bila yang lumpuh sebelah kanan, sering kali disertai dengan

    gangguan bicara bahkan dapat bisu (pelo = pelat ).

  • 41

    (3) Bila sumbatan timbul di daerah yang penting, penderita

    dapat meninggal dunia secara mendadak.

    7. Pathofisiologi

    Insulin dan glucagon dalam pancreas, yang merupakan kelenjar

    eksokrin dan endokrin yang lebih dari sejuta kumpulan pulau-pulau sel

    yang terletak menyebar dalam organ ini. Terdapat 3 jenis sel-sel endokrin,

    yaitu sel alpha yang memproduksi glucagon, sel beta yang mensekresi

    insulin, sel delta yang mensekresi gastrin dan somatostatin pancreas.

    Mekanisme kerja insulin adalah hipoglikemik dan anabolotik.

    Dalam keadaan normal jam terdapat insulin, asupan glukosa yang

    melebihi kebutuhan kalori akan di simpan sebagai glikogen dalam sel-sel

    hati dan otot yang disebut proses glokogenesis. Proses ini mencegah

    terjadinya hiperglikemi (kadar glukosa darah >110 mg/dl). Jika terjadi

    kekurangan insulin maka menyebabkan perubahan metabolism yang

    menyebabkan hiperglikemi, antara lain :

    a. Transpor gula yang melewati membran sel berkurang

    b. Glukogenesis berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam

    darah

    c. Glikogenesis meningkat sehingga cadangan glikogen berkurang dan

    glukosa hati akan dicurahkan secara terus-menerus

    d. Glukogenesis meningkat sehingga glukosa dalam darah meningkat dan

    basil pemecahan asam amino dan lemak

  • 42

    Pada pasien Diabetes Mellitus, kadar glukosa dalam darah

    meningkat/tidak terkontrol, akibat rendahnya produk insulin/tubuh tidak

    dapat menggunakannya, sebagai sel-sel akan starvasi. Bila kadar

    meningkat akan dibuang melalui ginjal yang akan menimbulkan diuresi

    sehingga pasien banyak minum (polidipsi). Glukosa terbuang melalui urin

    yang berlebihan ( poliuri) maka tubuh kehilangan banyak kalori sehingga

    nafsu makan meningkat (poliphagi).. Akibat sel-sel starvasi karena

    glukosa tidak dapat melewati membrane sel, maka pasien akan cepat

    lemah ( Smeltzer & Bare, 2001 ).

    8. Pemeriksaan Diagnostik

    Pemeriksaan yang dilakukan sebagai penunjang diagnostik medis

    antara lain, ( Beare, 2007 ) :

    a. Pemeriksaan gula darah

    Kadar glukosa darah berubah ketika seseorang menjadi tua.

    Penyesuaian batas normal untuk kadar glukosa darah 2 jam setelah

    makan yang telah diajukan adalah 140-200 mg/dl. Kadar gula darah

    puasa yang dapatditerima untuk lansi adalah kurang dari 140 mg/dl.

    b. Pemeriksaan dengan Hb

    Dilakukan untuk pengobatan DM jangka lama yang merupakan

    fib minor sebagai hasil dari glikolisis normal.

  • 43

    c. Pemeriksaan urine

    Pemeriksaan urine dikombinasikan dengan pemeriksaan

    glukosa darah untuk memantau kadar glukosa darah pada periode

    waktu diantara pemeriksaan darah, tapi biasa nya fungsi ginjal dan

    kandung kemih berubah membuat tes urine untuk glukosa menjadi

    kurang dapat diandalkan pada lansia yang berusia diatas 65 tahun.

    9. Penatalaksanaan

    a. Farmakologi

    1) Obat Hipoglikemik oral

    a) Golongan sulfonylurea/ sulfonyl ureas

    Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan

    obat golongan lain, yaitu bigunaid, inhibitor alfa glukosidase

    atau insulin. Obat golongan ini mempunyai efek utama

    meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel betapankreas,

    karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe 2.

    b) Golongan biguanet/Metformin

    Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati

    memperbaiki ambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer ).

    Dianjurkan pada pasien dengan kelebihan berat badan.

    c) Golongan inhibitor Alfa Glukosidase

    Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di

    saluran pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula

  • 44

    sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien kadar gula puasa yang

    masih normal.

    2) Insulin

    Tujuan terapi insulin adalah untuk mempertahankan kadar

    glukosa darah dalam parameter yang telah ditentukan untuk

    membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan. ( Beare,

    2007).

    a) Indikasi insulin

    Injeksi insulin juga diberikan pada penderita DM tipe II yang

    kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil

    dengan penggunaan obat- obatan anti DM dengan dosis

    maksimal, atau mengalami kontra indikasi dengan obat- obatan

    tersebut, bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar, dana sidosis

    laktet, stress berat karena infeksi sistemik, pasien operasi berat,

    wanita hamil dengan gejala DM gestasional yang tidak dapat di

    control dengan pengendalian Diet.

    b) Jenis insulin

    i) Insulin kerja cepat

    Jenis- jenisnya adalah regular insulin, critalin zink, dan

    semilente

    ii) Insulin kerja sedang

    Jenis- jenisnya adalah NPH (Netral Protamin Hagerdon).

  • 45

    iii)Insulin kerja lambat

    Jenis- jenis nya adalah PZI (Protamin Zink Insulin).

    b. Non farmakologi

    1) Diet

    Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah

    perencanaan makan. Walaupun telah mendapat tentang

    penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50% pasien tidak

    melaksanakannya.

    Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu diet dan

    pengendalian berat badan yang merupakan dasar dari

    penatalaksanaan nutrisi pada penderita DM diarahkan untuk

    mencapai tujuan berikut ini:

    a) Memberikan semua unsur makanan esensial ( missal : vitamin

    dan mineral ).

    b) Mencapai dan mempertahanan berat badan yang sesuai

    c) Memenuhi kebutuhan energi

    d) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan

    mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui

    cara- cara yang aman dan praktis.

    e) Menurunkan makan pada penderita DM.

  • 46

    2) Pencernaan makan pada penderita DM

    a) Kebutuhan kalori

    Tujuan yang paling penting adalah pengendalian asupan kalori

    total untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang

    sesuai dan pengendalian kadar glukosa darah.

    b) Karbohidrat

    Tujuan diet ini adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat

    kompleks ( khususnya yang berserat tinggi ) seperti roti,

    gandum utuh, nasi beras tumbuk, sereal dan pasta/ mie yang

    berasal dari gandum bekatul.

    Karbohidrat sederhana tetap harus dikonsumsi dalam jumlah

    yang tidak berlebihan dan lebih baik jika dicampur ke dalam

    sayuran atau makanan lain dari pada dikonsumsi secara

    terpisah.

    c) Lemak

    Pembatasan asupan total kolestrol dari makanan hingga kurang

    dari 300 mg/ hr untuk membantu mengurangi factor resiko,

    seperti kenaikan kadar kolestrol serum yang berhubungan

    dengan proses terjadinya penyakit koroner yang menyebabkan

    kematian pada penderita DM.

  • 47

    d) Protein

    Makanan sumber protein nabati (missal : kacang- kacangan dan

    biji- bijian yang utuh) dapat membantu mengurangi asupan

    kolestrol serta lemak jenuh (Brunner & Suddarth).

    3) Olahraga

    Lansia dengan Diabetes Mellitus, olahraga dapat secara

    langsung meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi

    kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan

    emosional, dan meningkatkan sirkulasi.

  • 48

    10. PATHWAYS

  • 49

    D. Proses keperawatan keluarga

    1. Pengkajian Keluarga

    proses pengkajian keperawatan keluarga terbagi kedalam tahap-

    tahap meliputi identifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan, data

    lingkungan, struktur lingkungan, fungsi keluarga dan koping keluarga. (

    Friedman, 1998 )

    a. Mengidentifikasi Data

    Data-data dasar yang digunakan oleh perawat untuk mengukur

    keadaan pasien dengan memakai norma kesehatan keluraga maupum

    sosial yang merupakan sistem integritas dan kesanggupan untuk

    mengatasinya ( Friedman, 1998 ).

    Pengumpulan data difokuskan dalam komponen-komponen yang

    berhubungan dengan Diabetes Mellitus.

    b. Data Identifikasi

    1) Umur

    Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang

    secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40tahun. Diabetes

    sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut,

    terutama mereka yang berat badanya berlebih karena tubuh tidak

    peka dengan insulin, semakin bertambah usia semakin tinggi resiko

    diabetes.

  • 50

    2) Jenis kelamin

    Wanita pada umumnya cenderung mudah terserang diabetes

    mellitus bila dibandingkan dengan pria, hal ini dikarenakan wanita

    lebih banyak mempunyai faktor yang mendorong terjadinya diabetes

    seperti obesitas saat kehamilan, stress, kelelahan, serta makanan yang

    tidak terkontrol.

    3) Pekerjaan

    Penghasilan yang tidak seimbang mempengaruhi keluarga

    dalam melakukan perawatan dan pengobatan pada anggota keluarga

    yang menderita diabetes. Salah satu penyebab ketidakmampuan

    keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan dan perawatan adalah

    tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada dalam keluarga,

    misalnya keuangan.

    4) Pendidikan

    Tingkat pendidikan mempengaruhi fungsi kognitif karena

    dengan pendidikan yang rendah, daya ingat klien, afektif dan

    psikomotorik pada penggolaan penderita diabetes mellitus dan

    akibatnya serta pentignya fasilitas pelayanan kesehatan.

    5) Hubungan ( genogram )

    Resiko terkena diabetes meningkat apabila ada anggota

    keluarga yang menderita diabetes. Resiko juga meningkat pada

    keadaan kembar monozigot dan autosomal dominan.

  • 51

    6) Tipe atau bentuk keluarga

    Keluarga dengan bentuk extendedfamily yang mempunyai

    riwayat penyakit diabetes lebih cenderung menderita diabetes dari

    pada keluarga yang ukuranya lebih kecil dan tidak mempunyai

    riwayat diabetes mellitus.

    7) Latar belakang atau kebiasaan keluarga

    a) Kebiasan makan

    Pola makan keluarga telah tergeser dari pola makan

    tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan serat dari

    sayuran ke pola makan dengan komposisi makan yang terlalu

    banyak mengandung protein, gula, lemak, garam dan mengandung

    sedikit serat. Pola makan seperti inilah yang beresiko terjadinya

    penyakit diabetes mellitus.

    b) Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan

    Pemanfaatan fasilitas kesehatan merupakan faktor penting

    dalam pengelolaan pasien dengan diabetes mellitus. fasilitas

    kesehatan yang terjangkau memberikan pengaruh yang besar

    terhadap perawatan dan pengobatan pada keluarga yang anggota

    keluarga menderita diabetes mellitus. Bila keluarga mampu

    memanfaatkan fasilitas kesehatan, maka dengan rajin mereka akan

    melakukan kontrol dan memeriksakan dirinya secara teratur

    apabila ada keluhan lemas-lemas ke tempat pelayanan kesehatan

  • 52

    terdekat. pada keluarga yang kurang mampu memanfaatkan

    fasilitas kesehatan, maka keluarga hanya akan memeriksakan

    kesehatan apabila sakit saja, termasuk ketika merasakan adanya

    gejala-gejala yang terkait dengan diabetes mellitus.

    c) Pengobatan tradisional

    Cara-cara yang lazim digunakan adalah meminum jamu

    tradisional. Namun perlu diperhatikan dalam melakukan

    pengobatan tersebut harus kontrol teratur agar pengobatanya

    berhasil, namun maoritas penderita diabetes mellitus telah

    memanfaatkan pengobatan modern untuk mengatasi gejala dan

    keluhan DM. Pengobatan tradisional dapat dilakukan dengan

    menggunakan: buah mengkudu yang telah masak 2 buah, dicuci

    dan diparut, lalu diberi air garam 1 sendok makan. Campuran ini

    diperas dan disaring. Minumlah sesudah makan 2-3 kali sehari 2

    sendok makan. Cara yang kedua daun lidah buaya 2 pelepah

    dibuang durinya, dicuci bersih dan di potong-potong lalu di rebus

    dalam air 3 gelas. Setelah dingin, air rebusan disaring lalu

    diminum sesudah makan 2-3 kali sehari setengah gelas.

    8) Status sosial ekonomi

    Diabetes Mellitus sering terjadi pada keluarga yang

    mempunyai status ekonomi menengah keatas. Karena faktor

    lingkungan gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan berlebihan,

  • 53

    berlemak, kurang aktivitas fisik, dan stress berperan penting sebagai

    pemicu diabetes mellitus.

    c. Riwayat dan Tahapan Perkembangan Keluarga

    1) Tahap perkembangan keluarga

    Tahap perkembangan keluarga yang beresiko mengalami

    masalah diabetes mellitus adalah tahap perkembangan keluarga

    dengan usia pertengahan dan lansia. Karena pada tahap ini terjadi

    proses degenerative yaitu suatu keadaan dimana fungsi system organ

    tubuh menurun, termasuk penurunan fungsi sel beta pankreas.

    2) Riwayat Kesehatan Keluarga

    Diabetes Mellitus berkaitan erat dengan penyakit yang lain,

    misalnya riwayat keluarga dengan diabetes mellitus, hipertensi,

    penyakit ginjal,stroke dan lain-lain.

    d. Data Lingkup

    1) Karateristik Rumah

    Penataan perabot rumah yang tidak teratur, penerangan atau

    pencahayaan yang kurang, keadaan lantai yang licin, merupakan

    faktor resiko injuri karena pada penderita DM lanjut akan mengalami

    gangguan pada system presepsi sensori terutama visual seperti

    pandangan kabur.

  • 54

    2) Kareteristik tetangga dan komunitas setempat

    a) Perkumpulan keluarga dengan interaksi dengan masyarakat

    menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

    berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana

    keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitar.

    b) Fasilitas pelayanan kesehatan

    Adanya pelayanan kesehatan sangat menentukan pemulihan

    kesehatan, pencegahan penyakit serta pengobatan. Tapi jalan yang

    rusak ,tempat pelayanan yang jauh dan sulit dijangkau akan

    menghambat keluarga menuju tempat fasilitas kesehatan.

    c) Fasilitas transportasi

    Transportasi yang memadai sangat berpengaruh terhadap

    kemampun keluarga untuk menjangkau fasilitas pelayanan

    kesehatan.

    d) System pendukung

    Pengelolaan pasien yang menderita diabetes mellitus di keluarga

    sangat membutuhkan peran aktif seluruh anggota keluarga,

    petugas dari pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat.

    Semuanya berperan dalam pemberian edukasi, motivasi dan

    monitor atau mengontrol perkembangan kesehatan anggota

    keluarga yang mederita Diabetes Mellitus.

  • 55

    e) Struktur keluarga

    (1) Pola komunikasi

    Interaksi antar anggota keluarga yang positif akan

    menimbulkan saling pengertian satu sama lain dalam

    menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga dan merupakan

    tugas anggota keluarga yang dapat menurunkan tingkat stress

    yang menjadi pemicu terjadinya suatau masalah kesehatan.

    (2) Struktur kekuatan keluarga

    Pola masyarkat Indonesia kebanyakan pemegang

    kekuasaan yang lebih dominan adalah partikal yaitu

    pemegang kekuasaan yang tertinggi di pihak ayah.

    (3) Struktur peran

    Peran dan status seseorang dalam keluarga dan

    masyarakat mempengaruhi gaya hidupnya, peran dalam

    keluarga terbagi dalam peran sebagai

    suami,ayah,istri,ibu,anak,kakak,adik,cucu,dan lain-lain.

    (4) Nilai-nilai dalam keluarga

    Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga

    adalah yang bertentangan dengan masalah DM seperti halnya

    pergi ke dukun dan bukan pada petugas fasilitas kesehatan.

  • 56

    e. Fungsi Keluarga

    1) Fungsi afektif

    Bagaimana keluarga merasakan hal-hal yang dibutuhkan oleh

    individu lain dalam keluarga tersebut. Keluarga yang kurang

    memperhatikan keluarga yang menderita diabetes mellitus akan

    menimbulkan komplikasi lebih lanjut.

    2) Fungsi sosialisasi

    Keluarga yang memberikan kebebasan kepada anggota

    keluarga yang menderita diabetes mellitus untuk berinteraksi dengan

    lingkungan akan mengurangi tingkat stress keluarga. Biasanya

    penderita diabetes mellitus akan kehilangan semangat oleh karena

    masa jenuh dengan pengobatan yang berlaku seumur hidup.

    3) Fungsi perawatan kesehatan

    Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penannganan

    masalah Diabetes Mellitus :

    a) Mengenal masalah kesehatan keluarga

    Ketidaksanggupan keluarga untuk mengenal masalah paa

    diabetes mellitus. Apabila keluarga tidak mampu mengenal

    masalah diabetes mellitus, penyakit ini akan menyebabkan

    komplikasi.

  • 57

    b) Mengambil keputusan bagi anggota keluarga yang sakit

    Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan

    yang tepat dalam melakukan tindakan disebabkan karena tidak

    memahami tentang sifat,berat,dan luasnya masalah yang dihadapi

    dan masalah yang tidak begitu menonjol. Penyalit diabetes

    mellitus yang tanpa penanganan akan mengakibatkan komplikasi.

    c) Merawat anggota keluarga yang sakit.

    Ketidakmampuan ini disebabkan karena tidak amengetahui

    keadaan penyakit, tanda dan gejala, penyebab dan penggelolaan

    pada diabetes mellitus.

    d) Ketidak sanggupan keluarga dalam memelihara lingkungan.

    Ini dapat menjadi pengaruh pada kesehatan. Ketidak

    mampuan ini disebabkan karena sumber-sumber dalam keluarga

    tidak mencukupi, diantaranya adalah masalah biaya.

    e) Ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas

    kesehatan.

    Hal ini sangat penting sekali untuk keluarga yang

    mempunyai masalah DM. Agar penderita dapat memeriksakan

    kesehatannya secara rutin dan sebagai tempat jika ada keluhan.

    4) Fungsi Reproduksi

    Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga

    adalah: Berapa jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan

  • 58

    jumlah anggota keluarga, metode apa yang digunakan keluarga dalam

    upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga.

    5) Fungsi Ekonomi

    Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga

    adalah: Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan,

    dan papan, sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di

    masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.

    f. Koping Keluarga

    Pengkajian koping keluarga meliputi :

    1) Stressor-stressor jangka panjang dan jangka pendek yang dialami

    oleh keluarga, serta lamanya dan kekuatan strssor yang dialami oleh

    keluarga.

    2) Tindakan obyektif dan realistis keluarga terhadap stressor yang

    dihadapi.

    3) Sejauhmana keluarga bereaksi terhadap stressor, strategi koping apa

    yang digunakan untuk menghadapi tipe-tipe masalah, serta strategi

    koping internal dan eksternal yang digunakan oleh keluarga.

    4) Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan oleh keluarga.

    Identifikasi bentuk yang digunakan secara ekstensif : kekerasan,

    perlakukan kejam terhadap anak, mengkambinghitamkan, ancaman,

    mengabaikan anak, mitos keluarga yang merusak, pseudomutualitas,

    triangling dan otoritarisme.

  • 59

    b. Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan fisik dilakukan seluruh anggota keluarga.

    c. Harapan keluarga

    Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga

    terhadap petugas kesehatan yang ada.

    2. Diagnosa adalah yang mungkin timbul pada keluarga dengan diabetes

    mellitus antara lain ( Doengoes, 2000) :

    a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kemungkinan

    dibutuhkan oleh masukan makanan yang tidak adekuat, kurang minat

    pada makanan, penurunan berat badan 10-20 % atau lebih dari yang

    diharapkan, kelemahan, diare. Yang berhubungan dengan :

    1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

    2) Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat.

    3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

    4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang

    menunjang kesehatan

    5) Ketidakmampuan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

    b. Intoleransi aktivitas

    1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

    2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan

    3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

  • 60

    4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang

    menunjang kesehatan

    5) ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatn yang ada.

    c. Kekurangan volume cairan, kemungkinan dibuktikan oleh peningkatan

    pengeluaran urine, kelemahan, mudah haus, penurunan BB, kulit dan

    membran mukosa kering, turgor kulit jelek, hipotensi, takhikardia,

    pelambatan pengisian kapiler. Berhubungan dengan :

    1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan mengenai

    kekurangan volume cairan.

    2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat.

    3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

    4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang

    menunjang kesehatan.

    5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang

    ada.

    d. Resikio tinggi terhadap peresepsi perubahan presepsi sensori, dapat

    diterapkan adanya tanda dan gejala untuk membuat diagnosa aktual

    berhubungan dengan:

    1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

    2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat

    3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

  • 61

    4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang

    menunjang kesehatan

    5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang

    ada

    e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan :

    1) Ketidakmampuan keluarga mengenal maslah kesehatan

    2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat

    3) Ketidakmampuan merawat keluarga yang sakit

    4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang

    menunujang kesehatan

    5) Ketidakmampuan menggunakan fasilitas keluarga yang ada.

    3. Rencana Keperawatan

    a. Menyusun prioritas

    Setelah menentukan diagnosa keperawatan selanjutnya

    melakukan prioritas masalah keperawatan. Hal – hal yang peru

    diperhatikan.

    Masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan

    dalam keluarga tidak dapat diatasi sekaligus.

    1) Mempertimbangkan masalah yang dapat mengancam kesehatan

    2) Respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan keluarga yang

    diberikan

  • 62

    3) Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka

    hadapi

    4) Sumber daya keluarga yang menunjang masalah kesehatan keluarga

    atau keperawatan keluarga

    5) Pengetahuan dan kebudayaan keluarga

    b. Penyusunan tujuan

    Perencanaan meliputi perumusan tujuan yang berorientasi pada

    klien, penyusunan tujuan bersama tersebut terdiri atas kemungkinan

    sumber-sumber, menggambarkan pendekatan alternative untuk

    memenuhi tujuan, menyeleksi intervensi keperawatan yang spesifik

    dan mengoprasionalkan perencanaan 9 menyusun prioritas dan

    menulis bagaimana rencana tersebut dilaksanakan dalam mengenal

    masalah ).

    1) Tujuan umum

    Setelah diberikan informasi kepada keluarga mengenai

    diabetes mellitus, maka keluarga mampu mengenal masalah DM,

    mampu mengambil tindakan yang tepat bagi anggota keluarga yang

    mengalami diabetes mellitus.

    2) Tujuan khusus

    Masalah tentang diabetes mellitus dalam keluarga dapat

    teratasi atau tidak tambah buruk keadaanya.

    a) Menentukan kriteria evaluasi

  • 63

    Respon verbal kognitif, keluarga dapat menyebutkan

    tentang masalah kesehatan DM, yaitu pengertian penyebab, tipe,

    tanda dan gejala, dan perawatan diabetes mellitus.

    Respon afektif dari keluarga, mampu mengungkapkan

    secara verbal akan mengambil tindakan yang tepat bagi anggota

    keluarga yang menderita diabetes mellitus.

    Respon motorik keluarga dan evaluasi perilaku yaitu

    keluarga mampu melakukan perawatan diabetes mellitus dan

    mencegah terjadinya komplikasi diabetes mellitus.

    b) Menentukan standart evaluasi

    Penegrtian tipe-tipe, penyebab, tanda dan gejala,

    perawatan diabetes mellitus.

    c. Fokus Intervensi

    1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

    a) Afektif / pengetahuan

    Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga

    tentang pengertian, penyebab dan tanda/gejala, perubahan

    nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada penderita DM.

    Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara diit

    yang benar bagi penderita DM.

  • 64

    Berikan informasi pada klien dan keluarga tentang akibat

    perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada penderita

    DM.

    b) Kognitif / sikap

    Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan terkait

    perubahan nutrisi.

    c) Psikomotorik / ketrampilan

    Demonstrasikan cara diit yang benar pagi penderita DM .

    Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara diit

    yang benar pagi penderita DM .

    Motivasi klien untuk melakukan cara diit yang benar bagi

    penderita DM.

    2) Intoleransi aktivitas

    a) Afektif / pengetahuan

    Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga klien tentang

    pengertian, penyebab, tanda gejala intoleransi aktivitas.

    Berikan informasi kepada keluarga tentang akibat intoleransi

    aktivitas.

    b) Kognitif / sikap

    Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan terkait

    intoleransi aktivitas.

    c) Psikomotorik / ketrampilan

  • 65

    Demontrasikan teknik ROM

    Motivasi keluarga untuk mengikuti gerakan ROM yang

    dilakukan dan mempraktekannya di saat ada waktu luang.

    3) Kekurangan volume cairan

    a) Afektif / pengetahuan

    Berikan informasi kepada keluarga dan klien tentang manifestasi

    klinik kekurangan cairan sebagai tanda memberatnya penyakit

    diabetes mellitus.

    Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang

    cara mengatasi kekurangan volume cairan.

    b) Kognitif / sikap

    Anjurkan kepada klien untuk selalu memonitoring keluaran

    urine.

    Motivasi klien untuk menimbang berat badannya ke pelayanan

    kesehatan terdekat.

    c) Psikomotorik / ketrampilan.

    Anjurkan kepada keluarga klien untuk membawa klien ke

    pelayanan kesehatan.

    Motivasi klien untuk patuh atau kooperatif dalam

    mengkonsumsi dan melakukan pengobatan.

  • 66

    4) Resiko gangguan presepsi sensori

    a) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga

    tentang gangguan presepsi sensori visual ( pandangan kabur )

    sebagai manifestasi penyakit diabetes mellitus.

    Anjurkan pasien untuk memeriksakan kesehatan matanya ke

    pelayanan kesehatan terdekat.

    b) Kognitif / sikap

    Berikan informasi kepada klien dan keluarga tentang adanya

    penurunan ketajaman penglihatan sebagai manifestasi dari

    terjadinya komplikasi DM yang lebih lanjut.

    Anjurkan kepada klien untuk menggunakan alat bantu

    penglihatan, jika terjadi gangguan pengelihatan.

    c) Psikomotor / ketrampilan

    Anjurkan keluarga untuk membawa klien ke pelayanan

    kesehatan untuk pemeriksaan lebih lanjut, penggunaan

    kacamata, dan penggunaan obat.

    Motivasi klien untuk patuh dalam pengobatan.

    5) Resiko infeksi

    a) Afektif / pengetahuan

    Berikan pendidikan kesehatan pada klien dengan keluarga

    tentang adanya resiko tinggi infeksi pada luka penderita DM .

  • 67

    Ajarkan pada klien cara mencegah infeksi pada luka penderita

    DM.

    b) Kognitif / sikap

    Ajarkan cara perawatan luka yang benar pada klien dan

    keluarga agar terhindar dari infeksi.

    Motivasi klien dan keluarga untuk mendemonstraikan cara

    perawatan luka yang benar.

    c) Psikomotorik / ketrampilan

    Anjurkan keluarga untuk membawa klien ke pelayanan

    kesehatan agar mendapatkan perawatan luka yang benar.

    Rujuk ke pelayanan kesehatan.

  • 68