Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Televisi adalah salah satu media yang banyak diakses oleh masyarakat Indonesia. Penonton televisi terdiri dari berbagai variasi profesi, gender, dan usia. Salah satu program acara televisi yang biasanya ditayangkan pada prime time adalah sinetron. Sinetron yang dapat dikategorikan sebagai acara hiburan terbukti mampu menarik hati pemirsa televisi dan beberapa diantaranya mendapat rating yang tinggi. Anak jalanan adalah sinetron yang mulai ditayangkan pada 12 Oktober 2015 oleh stasiun televisi RCTI, ditayangkan setiap hari pada pukul 18.30 - 21.00 WIB. Sinetron tersebut sedang berada di puncak rating televisi Indonesia pada saat ini. Pada tanggal 2 April 2016 lalu, sinetron Anak Jalanan memiliki rating 9.4 dengan share 38.4 persen (diakses dari @InfoRatingTV 1 ). Jumlah ini mampu mengalahkan dua acara program acara lainnya yaitu Uttaran yang ditayangkan di stasiun televisi ANTV dan Tukang Ojek Pengkolan yang ditayangkan di stasiun televisi RCTI. Setting sinetron Anak Jalanan adalah tentang kehidupan sehari-hari sekumpulan anak SMA yang membentuk geng motor bernama Anak Jalanan. Geng motor Anak Jalanan sendiri dikisahkan tidak bertindak anarkis, sebaliknya justru banyak melakukan kegiatan sosial dan amal. Tokoh utama dalam serial ini adalah Boy (Stefan William), seorang anak SMA yang dikisahkan jatuh cinta pada Reva (Natasha Wilona), teman satu sekolahnya. Selain karakter utama protagonis, sinetron Anak Jalanan juga memiliki beberapa karakter antagonis yang menonjol. Adanya geng Black Cobra menjadi yang menjadi musuh dari geng Anak Jalanan turut meramaikan sinetron ini. 1 @InfoRatingTV merupakan akun twitter yang secara rutin mengabarkan tentang rating acara televisi Indonesia. Data yang diambil berasal dari kicauan akun tersebut pada tanggal 2 April 2016.
30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

Mar 06, 2019

Download

Documents

trinhxuyen
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Televisi adalah salah satu media yang banyak diakses oleh masyarakat

Indonesia. Penonton televisi terdiri dari berbagai variasi profesi, gender, dan usia.

Salah satu program acara televisi yang biasanya ditayangkan pada prime time

adalah sinetron. Sinetron yang dapat dikategorikan sebagai acara hiburan terbukti

mampu menarik hati pemirsa televisi dan beberapa diantaranya mendapat rating

yang tinggi.

Anak jalanan adalah sinetron yang mulai ditayangkan pada 12 Oktober

2015 oleh stasiun televisi RCTI, ditayangkan setiap hari pada pukul 18.30 - 21.00

WIB. Sinetron tersebut sedang berada di puncak rating televisi Indonesia pada

saat ini. Pada tanggal 2 April 2016 lalu, sinetron Anak Jalanan memiliki rating 9.4

dengan share 38.4 persen (diakses dari @InfoRatingTV1). Jumlah ini mampu

mengalahkan dua acara program acara lainnya yaitu Uttaran yang ditayangkan di

stasiun televisi ANTV dan Tukang Ojek Pengkolan yang ditayangkan di stasiun

televisi RCTI.

Setting sinetron Anak Jalanan adalah tentang kehidupan sehari-hari

sekumpulan anak SMA yang membentuk geng motor bernama Anak Jalanan.

Geng motor Anak Jalanan sendiri dikisahkan tidak bertindak anarkis, sebaliknya

justru banyak melakukan kegiatan sosial dan amal. Tokoh utama dalam serial ini

adalah Boy (Stefan William), seorang anak SMA yang dikisahkan jatuh cinta pada

Reva (Natasha Wilona), teman satu sekolahnya.

Selain karakter utama protagonis, sinetron Anak Jalanan juga memiliki

beberapa karakter antagonis yang menonjol. Adanya geng Black Cobra menjadi

yang menjadi musuh dari geng Anak Jalanan turut meramaikan sinetron ini.

1 @InfoRatingTV merupakan akun twitter yang secara rutin mengabarkan tentang rating acara

televisi Indonesia. Data yang diambil berasal dari kicauan akun tersebut pada tanggal 2 April 2016.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

2

Berkebalikan dari geng Anak Jalanan, geng Black Cobra gemar bersenang-senang

dan membuat onar. Geng Black Cobra diketuai oleh Alex (Cemal Faruk) yang

merupakan musuh bebuyutan Boy.

Disamping cerita permusuhan antar geng terdapat juga kisah yang

mengangkat peliknya rumah tangga Reva. Reva memiliki ibu tiri bernama

Adriana (Cut Meyriska) yang ternyata merupakan mantan dari Boy. Adriana

sendiri selalu berusaha untuk kembali mendapatkan hati Boy dengan cara-cara

yang licik. Karakter Adriana memiliki umur yang tidak jauh berbeda dari Reva

dan Boy.

Cerita tentang kehidupan anak SMA yang ditawarkan oleh sinetron Anak

Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens

remaja tentunya berbeda dengan audiens dewasa. Perbedaan tersebut dapat dilihat

dari segi kedewasaan pemikiran, gaya hidup, pergaulan, dan kondisi finansial.

Hal-hal tersebut yang nantinya dapat mempengaruhi proses pemaknaan audiens

remaja terhadap sinetron Anak Jalanan.

Usia remaja adalah saat dimana seseorang melakukan pencarian jatidiri.

Dalam pencarian jatidiri, remaja membutuhkan seorang role model yang

kemudian mampu menjadi panutan mereka. Menurut Donald E. Gibson, role

model memberikan pengaruh pada perilaku, kebiasaan, dan cita-cita (Gibson,

2006:702). Role model bisa didapat dari lingkungan terkecil seperti keluarga,

namun bisa juga melalui tokoh yang mereka sukai dari media tertentu.

Dati pemaparan Gibson tersebut bisa saja kemudian audiens remaja

mengambil karakter-karakter dalam sinetron Anak Jalanan sebagai role model

mereka. Sedangkan faktanya sinetron Anak Jalanan sudah 2 kali mendapat

teguran oleh KPI (diakses dari www.kapanlagi.com) dikarenakan adegan kebut-

kebutan dan atraksi sepeda motor oleh remaja. Hal tersebut tentu saja berbahaya

apabila kemudian ditirukan oleh audiens remaja sinetron Anak Jalanan.

2 Berdasarkan observasi awal peneliti secara langsung maupun melalui media cetak dan internet.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

3

Audiens remaja juga ditakutkan dapat terpengaruh oleh gaya hidup mewah

yang dipertontonkan dalam sinetron Anak Jalanan. Gaya hidup mewah dapat

dengan mudah diidentifikasi dari sepeda motor yang dimiliki oleh masing-masing

anggota geng Anak Jalanan dan geng Black Cobra. Jenis sepeda motor yang

digunakan oleh kedua geng tersebut tergolong high-end dengan rata-rata harga

Rp60.000.000,- (diakses dari product.kawasaki-motor.co.id).

Jelas kemudian kehadiran sinetron Anak Jalanan dan audiens remaja yang

menikmatinya menjadi fenomena yang layak untuk diteliti. Bagaimana kemudian

audiens remaja yang masih dalam proses pencarian jati diri mendapatkan paparan

terus menerus gaya hidup karakter yang dihadirkan dalam sinetron ini. Bisa saja

terjadi proses imitasi akan karakter yang disukai dalam sinetron Anak Jalanan,

atau bahkan audiens remaja kemudian menjadikan karakter tersebut sebagai role

model dalam membentuk gaya hidup mereka.

Sebelum memasuki tahap imitasi dan menetapkan role model, proses dari

audiens remaja menonton sinetron Anak Jalanan kemudian mendapatkan suatu

makna merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Apa saja yang mempengaruhi

produksi makna tersebut dan bagaimana hasilnya akan dikupas lebih lanjut dalam

penelitian ini. Metode analisis represi dirasa cocok untuk meneliti proses tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang disampaikan sebelumnya, maka rumusan

masalah dari penelitian ini adalah: “Bagaimana resepsi audiens remaja terhadap

gaya hidup karakter dalam sinetron Anak Jalanan?”

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui resepsi audiens remaja terhadap gaya hidup karakter

dalam sinetron Anak Jalanan sebagai role model mereka.

2. Mengetahui faktor-faktor yang membangun pemaknaan audiens

terhadap sinetron Anak Jalanan.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

4

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi studi komunikasi, penelitian ini akan memberikan sumbangan

referensi mengenai pemaknaan audiens remaja terhadap suatu sinetron.

2. Bagi audiens, penelitian ini dapat menjadi referensi tersendiri untuk

lebih kritis terhadap pesan dalam sinetron atau produk media lainnya.

E. Kerangka Pemikiran

1. Audiens Televisi dalam Ilmu Komunikasi

Proses komunikasi secara mudah dapat dipahami sebagai proses

pengiriman pesan dari komunikator kapada komunikan melalui suatu media

tertentu. Dalam media massa komunikan tersebut disebut sebagai audiens.

Menurut McQuail (1987) audiens dapat diartikan sebagai kumpulan

penonton, pembaca, pendengar, pemirsa. Konsep audiens diartikan sebagai

penerima pesan-pesan dalam komunikasi massa, yang keberadaannya

tersebar, heterogen, dan berjumlah banyak.

McQuail kemudian menambahkan bahwa terdapat perbedaan antara

audiens televisi dengan media yang lain seperti surat kabar. Hal tersebut

terjadi karena media yang berbeda menyasar segmentasi kelompok sosial

yang berbeda juga. Surat kabar (harian terutama) dikembangkan untuk

audiens dengan karakteristik pria kelas menengah yang hidup di daerah

perkotaan, yang bekerja di bidang politik dan bisnis. Sebaliknya, televisi

menciptakan identitas diri sebagai media keluarga dan hiburan yang menarik

bagi orang-orang yang paling sering berada di rumah yaitu kaum wanita,

anak-anak, dan mereka yang berpenghasilan lebih kecil.

Selanjutnya terdapat tiga macam karakteristik televisi (Ardianto,

2007:137-139) yang kemudian menjadi acuan untuk membedakan audiens

televisi dengan audiens media lain, yaitu:

a. Audiovisual

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

5

Televisi memiliki kelebihan dibandingkan dengan media penyiaran

lainnya, yakni dapat didengar sekaligus dilihat. Jadi apabila

khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik dan efek

suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak.

Maka dari itu televisi disebut sebagai media massa elektronik

audiovisual. Namun demikian, tidak berarti gambar lebih penting

dari kata-kata, keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis.

b. Berpikir dalam gambar

Ada dua tahap yang dilakukan proses berpikir dalam gambar.

Pertama adalah visualisasi (visualization) yakni menerjemahkan

kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara

individual. Kedua, penggambaran (picturization) yakni kegiatan

merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga

kontinuitasnya mengandung makna tertentu.

c. Pengoperasian lebih kompleks

Dibaningkan dengan radio siaran, pengoprasian televisi siaran jauh

lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang

digunakan pun lebih banyak dan untuk mengoprasikannya lebih

rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan

terlatih

Dari karakteristik tersebut dapat dilihat bahwa audiens televisi

menikmati konten media dalam bentuk audio dan visual, tidak seperti audiens

radio yang hanya dapat menikmati konten media secara audio saja atau

audiens media cetak yang hanya dapat menikmati dalam bentuk visual saja.

Tentu saja kemudian proses pemaknaan dan proses pengoperasian media

yang dilakukan oleh audiens televisi menjadi berbeda dengan audiens

lainnya.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

6

Sebelumnya audiens dalam sebuah media massa dianggap pasif

terhadap pesan yang mereka terima melalui media. Hal tersebut diungkapkan

oleh Wilbur Schramm pada tahun 1950-an dan disebut sebagai teori peluru.

Namun teori peluru kemudian dicabut oleh Schramm pada tahun 1970-an,

menyadari bahwa audiens ternyata tidak pasif melainkan aktif (diakses dari

www.academia.edu).

Levy dan Windahl (dalam Miller, 2003: 2) menyusun tipologi aktifitas

audiens yang dibentuk melalui dua dimensi. Dua dimensi itu adalah sebagai

berikut:

a. Dimensi orientasi kulitatif audiens terhadap proses komunikasi.

Terdapat 3 nilai didalamnya yaitu: selektifitas audiens, keterlibatan

audiens, dan audiens “menggunakannya untuk”.

b. Dimensi temporal, dapat dibagi menjadi 3 waktu: sebelum terpapar,

saat terpapar, dan setelah terpapar.

Saat disajikan dalam bentuk tabel, persilangan antara kedua dimensi

tersebut akan menghasilkan sebagai berikut:

Tabel 1.1 Tipologi Aktivitas Audiens menurut Levy dan Windahl

Tahapan Komunikasi

Sebelum Terpapar Saat Terpapar Setelah Terpapar

Selektifitas

Audiens

Mencari Paparan

Selekif

Keterlibatan Proses decoding

dan pemaknaan

“Menggunakan

Untuk” Kebutuhan Sosial

Dari tabel tersebut Levy dan Windahl mengungkapkan bagaimana

proses audiens dalam mengakses media massa. Pada awalnya audiens

memilih konten media yang ingin diakses sesuai dengan kebutuhan dan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

7

keinginan mereka. Setelah itu audiens akan “terpapar” dengan konten media

tersebut dan terjadi proses pemaknaan akan konten media itu sendiri.

Selanjutnya hasil dari proses pemaknaan tersebut digunakan oleh audiens

untuk memenuhi kebutuhan sosial mereka.

Dari segi gender audiens televisi dapat dibagi menjadi dua yaitu

audiens perempuan dan audiens laki-laki. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Nielsen pada tahun 2010, penonton televisi Indonesia 52%

adalah perempuan dan 48 % adalah laki-laki. Minat audiens perempuan dan

laki-laki dalam mengakses televisi secara umum dapat dikatakan berbeda.

Perempuan biasanya mengakses tayangan gosip, fashion,dan drama.

Sedangkan laki-laki biasanya mengakses tayangan olahraga, berita, dan film

laga.

George Gerbner, seorang profesor komunikasi yang berasal dari

Hungaria, mengemukakan sebuah gagasan tentang teori kultivasi. Teori

tersebut muncul tahun 1969, dalam sebuah artikel yang berjudul “The

Television of Violence” yang berisikan bagaimana media massa khususnya

televisi menampilkan adegan-adegan kekerasan di dalamnya. Teori kultivasi

ini muncul dalam situasi pada saat terjadi perdebatan antara kelompok

ilmuwan komunikasi yang meyakini bahwa efek sangat kuat dari media

massa.

Pada tahun 1968, Gerbner melakukan survey untuk mendemonstrasikan

teori tersebut. Berdasarkan survey tersebut Gerbner membagi audiens televisi

menjadi 3 kategori: "light viewers" (kurang dari 2 jam per hari), "medium

viewers" (2–4 jam per hari) and "heavy viewers" (lebih dari 4 jam per hari).

Gerbner menemukan bahwa heavy viewers lebih mempercayai apa yang

mereka lihat di televisi daripada apa yang terjadi di dunia nyata yang

kemudian memperlihatkan pengaruh media pada audiensnya (Potter, 2014).

Secara singkat teori kultivasi menganalisis tayangan televisi yang telah

menjadi teman keseharian oleh kebanyakan orang, karena Teori ini

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

8

memprediksikan dan menjelaskan pembentukan persepsi, pemahaman, dan

keyakinan jangka panjang tentang dunia ini sebagai hasil dari mengkonsumsi

isi media. Teori kultivasi mempunya 3 asumsi teori yaitu:

1. Televisi merupakan media yang unik.

2. Semakin banyak seseorang menghabiskan waktu untuk menonton

televisi, semakin kuat kecenderungan orang menyamakan realitas

televisi dengan realitas sosial.

3. Light viewers cenderung menggunakan jenis media dan sumber

informasi yang lebih bervariasi. Sementara heavy viewers

cenderung mengandalkan televisi sebagai sumber informasi

mereka.

Sedangkan menurut Santi Indra Astuti dalam Riset Audiens terhadap

Penonton Sinetron Remaja, menemukan hasil bahwa remaja Indonesia

menonton televisi selama 4 sampai 5 jam dalam sehari. Dengan waktu

menonton televisi tersebut, remaja Indonesia dapat dikategorikan sebagai

heavy viewers menurut teori kultivasi Gerbner. Bisa kemudian klasifikasi ini

diturunkan menjadi heavy viewers sinetron dan light viewers sinetron dengan

variabel penentu yang berbeda, mengingat 4-5 jam yang dihabiskan untuk

menonton televisi belum tentu dialokasikan untuk satu sinetron saja.

2. Remaja

Remaja atau dalam bahasa inggris adolescence, berasal dari bahasa latin

adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah remaja

mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental,

emosional sosial dan fisik (Hurlock, 2004). Pasa masa ini remaja sebenarnya

tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak

tetapi tidak juga golongan dewasa.

Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2001) usia remaja berada pada

rentang 12-23 tahun. Terdapat model-model yang diberikan oleh para ahli

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

9

lain, namun model Stanley Hall memiliki rentang yang paling luas.

Selanjutnya Konopka dan Ingersoll (dalam Hurlock, 2004) mengatakan

bahwa secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian yaitu sebagai

berikut:

a. Masa remaja awal (12-15 tahun)

Pada masa ini mulai meninggalkan perannya sebagai anak-

anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik

dan tidak tergantung pada orang tua.

b. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)

Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan

berfikir yang baru. Teman sebaya memiliki peran yang penting.

Pada masa ini remaja juga mengembangkan kematangan tingkah

laku, belajar membuat keputusan sendiri dan selain itu penerimaan

dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.

c. Masa remaja akhir (19-21 tahun)

Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki

peran-peran orang dewasa. Keinginan yang kuat untuk menjadi

matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan diterima

orang dewasa.

Rentang usia yang telah dijabarkan diatas dapat digunakan untuk

mengidentifikasi seorang remaja. Masa remaja juga mempunyai beberapa

ciri-ciri khusus yang membedakannya dari masa anak-anak dan dewasa.

Hurlock menjabarkan ciri-ciri remaja sebagai berikut:

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan

dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan

mempengaruhi perkembangan selanjutnya.

b. Masa remaja sebagai periode pelatihan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

10

Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum

dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas,

keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup

yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang

paling sesuai dengan dirinya.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi

dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta

keinginan akan kebebasan.

d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri

Remaja berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa

peranannya dalam masyarakat.

e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan

Dikatakan demikian karena remaja sulit diatur, cenderung

berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang

tua menjadi takut.

f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik

Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna

merah jambu, melihat dirinya sendiridan orang lain sebagaimana

yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-

cita.

g. Masa remaja sebagai masa jelang dewasa

Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha

meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam

memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

11

dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-

obatan dan terlibat dalam perilaku seks.

3. Role Model

Kata “role model” pertama kali diungkapkan oleh Robert K. Merton

pada penelitiannya tentang sosialisasi mahasiswa kedokteran. Merton

memiliki hipotesis bahwa individu membandingkan dirinya sendiri terhadap

“kelompok referensi” dari orang-orang yang memiliki peran tertentu dan

menginspirasi orang lain. Secara singkat, role model dapat didefinisikan

sebagai seseorang yang perilakunya, teladannya, dn kesuksesannya dapat

menstimulus orang lain, khususnya kaum muda (Calhoun, 2010).

Albert Bandura, pakar psikologi, mengemukakan teori yang

kemudiannya lebih dikenali sebagai teori pembelajaran sosial. Teori Bandura

mengatakan sikap, tabiat dan tingkah laku individu itu ditiru dan dipelajari

melalui interaksinya orang lain. Apabila orang itu menganggap suatu sikap

ataupun tabiatnya tidak disukai, yang menyebabkan dia mungkin dihukum

oleh orang di sekelilingnya, maka dia bisa memilih antara meneruskan

ataupun mengubah sikap dan tabiatnya itu (Bandura, 1977).

Melalui orang disekitarnya, individu itu belajar apa yang disebut role-

playing atau main-peranan. Setiap hari, seseorang itu melakukan main

peranan kerana dia selalu membayangkan dirinya berpikir, berbuat dan

merasa seperti orang lain. Individu itu membayangkan apa yang akan

dilakukan dan apa yang akan dikatakan oleh orang lain kepada dirinya. Dia

juga membayangkan apabila dia sendiri yang berada dalam keadaan mereka,

apa yang akan dilakukannya ataupun apa yang akan dikatakan.

Orang lain juga menjadi sumber sikap, tabiat dan perilaku individu.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pemikiran dan perilaku seseorang

adalah individu-individu lain. Individu yang dapat menyebabkan orang lain

terpengaruh olehnya di sebut model.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

12

Menurut Bandura, kebanyakan daripada perilaku seseorang adalah

kesan daripada pengaruh model. Ini terjadi melalui apa yang disebut role-

modeling atau bermain model peranan. Individu itu mempelajari dan

mengamalkan suatu sikap, tabiat dan tingkah laku dengan memerhatikan

sikap, tabiat dan tingkah laku model di sekelilingnya.

Semasa individu itu masih kecil, model utamanya adalah ayah dan

ibunya. Semasa remaja, model utama adalah remaja-remaja lain, terutama

mereka yang berada dalam lingkaran yang sama. Namun, model bagi remaja

juga bisa didapatkan dari seseorang yang mereka idolakan. Model tersebut

banyak mempengaruhi seseorang untuk mengikuti kebiasaan-kebiasaan

didalam masyarakat ataupun melawan kebiasaan-kebiasaan itu sendiri.

4. Sinetron sebagai Konten Media Massa

Sinetron merupakan singkatan dari sinema elektronik. Kata sinema

kemudian mengarah pada pemutaran film layar lebar. Sedangkan kata

elektronik dalam sinetron itu lebih mengacu pada mediumnya, yaitu televisi

atau visual, yang merupakan medium elektronik selain siaran radio (Wardana,

1997: 1). Sedangkan sinetron di Indonesia sinetron biasanya memiliki

beberapa episode yang berkelanjutan. Maka dari itu sinetron dapat

didefinisikan secara singkat sebagai film televisi berseri.

Dalam Bahasa Inggris kata “soap opera” (opera sabun) dirasa cocok

untuk mewakili sinetron. Soap opera awalnya muncul dari siaran drama

berseri di radio Amerika pada tahun 1930-an. Mayoritas pendengar soap

opera adalah ibu rumah tangga. Disebut soap opera karena terdapat iklan

deterjen dan produk-produk kebersihan lainnya disela-sela acara tersebut.

Kemudian muncul di televisi dalam format audio visual pada tahun 1940-an.

Fenomena serupa terjadi di Spanyol dengan istilah telenovela (Tabloid

Alhikmah ed. 34).

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

13

Istilah sinetron pertama kali dikenalkan oleh Soemardjono, seorang

mantan pengajar dan salah satu pendiri Institut Kesenian Jakarta (diakses dari

www.muvila.com). Sinetron muncul di Indonesia pada tahun 1980-an dengan

judul “Losmen” dan ditayangkan sebulan sekali oleh TVRI. Setting dalam

sinetron Losmen adalah tentang kehidupan sehari-hari sebuah keluarga.

Selanjutnya mulai muncul beberapa televisi swasta di Indonesia. RCTI

berhasil menghadirkan sinetron Si Doel Anak Sekolahan yang pada tahun

1990-an digemari oleh masyarakat Indonesia sehingga digarap sampai

beberapa sekuel dan bahkan pada tahun 2011 lalu dibuat dalam versi FTV

melanjutkan cerita sinetron yang terdahulu (diakses dari

www.tribunnews.com). Setelah itu mulai bermunculan judul-judul sinetron

lainnya dan ditayangkan oleh berbagai stasiun televisi di Indonesia.

Sinetron adalah konten siaran televisi yang paling diminati oleh

masyarakat Indonesia. Hal ini dibuktikan lewat rating siaran televisi di

Indonesia (diakses dari @InfoRatingTV):

Tabel 1.2 Rating Siaran Televisi Indonesia 12 April 2016

Peringkat Judul Stasiun

Televisi Rating Share

1 Anak Jalanan RCTI 7.9 33.2%

2 Uttaran ANTV 4.2 23.7%

3 Tukang Bubur Naik Haji RCTI 4 18.4%

4 D’Academy Celebrity Indosiar 3.3 17.7%

5 Tukang Ojek Pengkolan RCTI 2.7 16%

Dari data tersebut peringkat nomor 1, 3, dan 5 merupakan sinetron

Indonesia. Sedangkan peringkat 2 merupakan drama seri India dan peringkat

4 adalah ajang pencarian bakat. Selanjutnya dilihat dari tingkat rating dan

share dapat dikatakan bahwa sinetron merupakan acara yang digemari oleh

sebagian besar masyarakat Indonesia.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

14

5. Gaya Hidup

Menurut Plummer gaya hidup adalah cara hidup individu yang di

identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka , apa yang

mereka anggap penting dalam hidupnya dan apa yang mereka pikirkan

tentang dunia sekitarnya (Plummer, 1983). Plummer menekankan 2 poin

penting dalam definisi tersebut yaitu “aktivitas” dan “ketertarikan” yang

berbeda pada masing-masing individu.

Sedangkan Adler (dalam Hall & Lindzey, 1993) menyatakan bahwa

gaya hidup adalah hal yang paling berpengaruh pada sikap dan perilaku

seseorang dalam hubungannya dengan 3 hal utama dalam kehidupan yaitu

pekerjaan, persahabatan, dan cinta. Dari definisi tersebut bisa dikatakan

bahwa gaya hidup adalah sebuah esensi yang penting dalam kehidupan

manusia. Tidak bisa dipungkiri bahwa gaya hidup adalah salah satu unsur

yang membentuk identitas diri.

Menurut Chaney (dalam Idi Subandy,1997) ada beberapa bentuk gaya

hidup, antara lain:

a. Gaya Hidup Industrial

Menganggap individu merupakan sebuah proyek penyemaian gaya

hidup oleh industri. Maka seseorang akan mengikuti penampilan

yang ditawarkan oleh industri. “Kamu bergaya maka kamu ada!”

adalah ungkapan yang diyakini para penganut gaya hidup

industrial.

b. Gaya Hidup Iklan

Gaya hidup ini dianut oleh individu yang terobsesi dengan citra

yang ditampakkan dalam iklan. Pesona iklan kemudian

mempengaruhi citra diri untuk tampil di muka publik. Iklan juga

perlahan tapi pasti mempengaruhi pilihan cita rasa yang kita buat.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

15

c. Gaya Hidup Public Relations dan Jurnalisme

Bagai kemudian praktik jurnalisme membentuk citra selebritis yang

kemudian dianut oleh orang yang menontonnya. Para selebritis

tersebut menginspirasi penggemarnya untuk membentuk identitas

dirinya agar menyerupai selebritis yang disukainya.

d. Gaya Hidup Mandiri

Mandiri dapat diartikan mampu hidup tanpa bergantung kepada

orang lain. Mampu untuk menggunakan logika untuk mengenali

kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Bertanggung jawab terhadap

resiko-resiko atas pilihan yang diambil serta disiplin. Penganut

gaya hidup ini bebas dan merdeka dalam menentukan pilihannya

dan mampu melakukan inovasi.

e. Gaya Hidup Hedonis

Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya

diutamakan untuk mencari kesenangan , seperti lebih banyak

menghabiskan waktu diluar rumah, lebih banyak bermain, senang

pada keramaian kota, senang membeli barang mahal yang

disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian.

Tentu saja dalam pembentukan gaya hidup seseorang ada beberapa

faktor yang mempengaruhinya. Amstrong (dalam Nugraheni, 2003)

menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang

dapat dibagi menjadi 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri

individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal).

Faktor internal yang mempengaruhi gaya hidup seseorang adalah:

a. Sikap

Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang

dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

16

yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara

langsung pada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi

oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya.

b. Pengalaman dan pengamatan

Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah

laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa

lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat

memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan dapat

membentuk pandangan terhadap suatu objek.

c. Kepribadian.

Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara

berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap

individu.

d. Konsep diri.

Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep

diri. Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas

untuk menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen

dengan image merek. Bagaimana individu memandang dirinya

akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri

sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku

individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep

diri merupakan frame of reference yang menjadi awal perilaku.

e. Motif

Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk

merasa aman dan kebutuhan terhadap prestis merupakan beberapa

contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

17

akan prestis itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang

cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.

f. Persepsi

Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan

menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar

yang berarti mengenai dunia.

Sedangkan faktor eksternalnya adalah sebagai berikut :

a. Kelompok referensi

Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh

langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku

seseorang. Kelompok yang memberikan pengaruh langsung adalah

kelompok dimana individu tersebut menjadi anggotanya dan saling

berinteraksi, sedangkan kelompok yang memberi pengaruh tidak

langsung adalah kelompok dimana individu tidak menjadi anggota

didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan

menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu.

b. Keluarga

Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam

pembentukan sikap dan perilaku individu.Hal ini karena pola asuh

orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak

langsung mempengaruhi pola hidupnya.

c. Kelas sosial

Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan

bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam

sebuah urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu

memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Ada dua unsur

pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam masyarakat,

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

18

yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya

tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestis hak-haknya

serta kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh

seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh karena

kelahiran. Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan.

Apabila individu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai

dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan.

d. Kebudayaan

Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian,

moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang

diperoleh individu sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri

dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang

normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak.

Pada dasarnya gaya hidup merupakan pola perilaku, di mana pola

perilaku tersebut tercermin dari consumers’ AIOs yaitu Activities, Interest,

dan Opinion. Pengukuran mengenai varibel gaya hidup dapat diukur melalui

ketiga dimensi yang terdapat pada gaya hidup, yaitu aktivitas, minat, dan

opini (Assael, 1984) dengan menanyakan beberapa pernyataan kepada

seseorang berdasarkan tingkat kesetujuan mereka atas pernyataan tersebut.

Wells dan Tigert (dalam Assael, 1984) mendefinisikan activities

sebagai perilaku yang dapat diamati secara nyata. Interests adalah perhatian

secara terus menerus pada objek tertentu, sementara opinions merupakan

respon atau tanggapan terhadap kejadian-kejadian tertentu. Aktivitas dari

konsumen dapat diukur melalui indikator pekerjaan, hobi, kegiatan sosial,

liburan, hiburan, keanggotaan klub, komunitas, belanja, dan olahraga.

Sementara itu, minat dapat diukur melalui indikator yang

berhubungan dengan keluarga, rumah, pekerjaan, komunitas, rekreasi,

fashion, makanan, media, dan achievement. Dimensi terakhir, yaitu opini

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

19

dapat diukur melalui indikator seperti opini terhadap diri sendiri, isu sosial,

politik, bisnis, ekonomi, pendidikan, produk, masa depan, dan budaya.

Berikut ini tabel yang menjelaskan dimensi gaya hidup yang terdiri dari

Activities (aktivitas), Interest (Minat), dan Opinion (Opini).

Tabel 1.3. Dimensi Gaya Hidup

Aktivitas (Activities) Minat (Interest) Opini (Opinion)

Kerja (Work) Keluarga (Family) Diri Sendiri

(Themselves)

Hobi (Hobbies) Rumah (Home) Isu Sosial

(Social Issues)

Kegiatan Sosial

(Social Events) Pekerjaan (Job) Politik (Politics)

Liburan (Vacation) Komunitas

(Community) Bisnis (Business)

Hiburan

(Entertaintment) Rekreasi (Recreation) Ekonomi (Economics)

Keanggotaan Klub

(Club Membership) Mode (Fashion) Pendidikan (Education)

Komunitas

(Community) Makanan (Food) Produk (Products)

Belanja (Shopping) Media (Media) Masa Depan (Future)

Olahraga (Sport) Penghargaan

(Achievements) Budaya (Culture)

Sumber: Assael (1984)

a. Activities (Aktivitas)

Aktivitas mewakili salah satu bagian perilaku dari gaya hidup,

dimana berkaitan dengan penggunaan waktu yang dimiliki oleh setiap

individu. Aktivitas mengacu pada bagaimana setiap individu

menghabiskan waktu dan uang yang mereka miliki (Ahmad, Omar, &

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

20

Ramayah, 2011). Aktivitas juga terkait dengan tindakan nyata seperti

pekerjaan atau tindakan yang wajib dilakukan sehari-hari dalam

kehidupan individu, bekerja di rumah, rekreasi, menonton suatu

medium, berbelanja di toko, atau menceritakan kepada orang lain

mengenai suatu pelayanan yang baru (Engel, Blackwell, & Miniard,

1994). Pernyataan mengenai aktivitas dari konsumen dapat diukur

melalui indikator-indikator yang berhubungan dengan pekerjaan, hobi,

kegiatan sosial, liburan, hiburan, keanggotaan klub, komunitas,

belanja, dan olahraga.

b. Interest (Minat)

Minat mengacu pada tingkat kegairahan yang disertai perhatian

khusus maupun terus menerus terhadap suatu objek, peristiwa,

ataupun topik tertentu (Engel, Blackwell, & Miniard, 1994). Minat

merupakan faktor pribadi yang terdapat pada diri individu dalam

mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Pengukuran mengenai

minat bisa didapatkan melalui minat individu terhadap keluarga,

rumah, pekerjaan, komunitas, rekreasi, fashion, makanan, media, dan

achievement.

c. Opinions (Opini)

Opini terkait dengan pendapat dari setiap individu yang berasal

dari pribadi mereka. Opini adalah jawaban lisan ataupun tertulis yang

diberikan seseorang sebagai respon terhadap situasi stimulus, di mana

terdapat semacam pertanyaan untuk diajukan. Opini digunakan untuk

mendeskripsikan penafsiran, harapan, dan evaluasi, seperti

kepercayaan mengenai maksud orang lain, antisipasi sehubungan

dengan peristiwa di masa yang akan datang, dan pertimbangan

konsekuensi yang memberi ganjaran atau menghukum dari jalannya

tindakan alternatif (Engel, Blackwell, & Miniard, 1994). Misalnya,

mengungkapkan kepercayaan mengenai maksud orang lain, antisipasi

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

21

terhadap peristiwa di masa yang akan datang. Opini sendiri dapat

diukur melalui opini mengenai diri sendiri, isu-isu sosial, politik,

bisnis, ekonomi, pendidikan, produk, masa depan, serta budaya.

F. Kerangka Konsep

1. Audiens Televisi dengan Rentang Umur Remaja dan Role Model

Remaja dikatakan sebagai rentang umur yang rawan karena sedang

mengalami masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa. Masa remaja

adalah saat dimana manusia mencari jati diri. Dalam pencarian jati diri

dibutuhkan suatu role model yang mampu menjadi acuan untuk membentuk

pribadi mereka kedepannya.

Role model dapat diperoleh dari keluarga, teman sepermainan, atau

karakter yang mereka sukai dalam sebuah cerita. Televisi melalui progam

siarannya menghadirkan bermacam-macam cerita dengan berbagai karakter.

Karakter yang disukai kemudian dapat dipilih untuk menjadi role model oleh

remaja.

Salah satu tayangan televisi adalah sinetron. Didalam sinetron karakter

yang dihadirkan biasanya dibagi menjadi 2 yaitu protagonis dan antagonis.

Karakter antagonis tentu saja akan melakukan hal-hal yang bertentangan

dengan nilai dan norma, akan menjadi pilihan yang buruk apabila menjadi

role model. Sedangkan peran protagonis dalam sinetron belum tentu

sepenuhnya baik dan terkadang melakukan hal-hal yang tidak patut ditiru

juga. Alasan tersebut yang menyebabkan audiens perlu berhati-hati dalam

memilih role model mereka berdasarkan karakter fiksi yang dihadirkan

melalui televisi.

Audiens remaja menurut gendernya dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

audiens remaja perempuan dan audiens remaja laki-laki. Karena perbedaan

konsumsi media dan pengaruh pergaulan tentu berbeda dalam memaknai

suatu konten media. Hal ini tentu menarik untuk ditelisik bagaimana

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

22

kemudian gender mempengaruhi bagaimana proses pemaknaan audiens dan

pengaruhnya dalam pemilihan role model.

Sedangkan menurut Santi Indra Astuti dalam Riset Audiens terhadap

Penonton Sinetron Remaja, menemukan hasil bahwa remaja Indonesia

menonton televisi selama 4 sampai 5 jam dalam sehari. Dengan waktu

menonton televisi tersebut, remaja Indonesia dapat dikategorikan sebagai

heavy viewer menurut Teori Kultivasi Gerbner. Bisa kemudian klasifikasi ini

diturunkan menjadi heavy viewer sinetron dan light viewer sinetron dengan

variabel penentu yang berbeda, karena waktu 4 – 5 jam yang dihabiskan oleh

penonton remaja Indonesia belum tentu dihabiskan untuk satu sinetron saja.

2. Sinetron Anak Jalanan dan Wacana Gaya Hidup dalam Sinetron

Pada tanggal 12 Oktober 2015 RCTI menayangkan episode pertama

sinetron Anak Jalanan. Sinetron bergenre drama aksi3 ini menceritakan

tentang kehidupan anak-anak SMA yang tergabung dalam geng motor Anak

Jalanan. Geng motor tersebut diceritakan memiliki misi yang baik seperti

menorong orang lain dan tetap berprestasi dalam bidang akademis.

Kenyataannya sinetron Anak Jalanan telah mendapatkan dua kali

teguran (diakses dari www.kpi.go.id) oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)

karena beberapa kontennya melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan

Standar Program Siaran (P3 dan SPS) KPI tahun 2012. Teguran pertama

dilayangkan oleh KPI karena sinetron ini menayangkan adegan perkelahian

antar geng motor, penggunaan kata-kata kasar, dan adegan ciuman di pipi.

Teguran yang kedua dilayangkan karena adegan freestyle motor, kebut-

kebutan, dan perkelahian. Ditambahkan banyak keluhan oleh pihak

organisasi, instansi, dan orang tua penonton sinetron Anak Jalanan. Jenis

pelanggaran dalam kedua teguran tersebut dikategorikan sebagai pelanggaran

atas perlindungan remaja dan penggolongan program siaran.

3 Menurut beberapa situs online seperti www.pusatsinopsis.com, www.portalsinopsis.com,

sinopsis-film-keren.blogspot.co.id, dan beberapa situs lain serupa.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

23

Adegan-adegan yang menyebabkan sinetron Anak Jalanan mendapat

teguran oleh KPI mencerminkan gaya hidup Hedonis. Terlihat dari beberapa

karakter di sinetron ini yang suka bersenang-senang, menghabiskan waktu di

jalanan, membeli sepeda motor high-end dengan harga yang mahal, dan ingin

menonjol.

Hal tersebut dapat dilakukan oleh karakter dalam sinetron Anak Jalanan

karena faktor eksternal yang mempengaruhi gaya hidup mereka. Kelompok

referensi mereka adalah kelompok yang memiliki hobi serupa yaitu

mengendarai motor high-end dan kebut-kebutan. Kedua, karena keluarga

mereka kurang memperhatikan karena sibuk bekerja dan mereka berada

dalam kelas sosial yang tinggi.

Di sisi lain ada juga beberapa karakter yang mencerminkan gaya hidup

mandiri, dimana mereka mampu mengandalkan diri sendiri, menggunakan

logika dengan baik, dan disiplin. Seperti beberapa anggota geng Anak Jalanan

yang diperlihatkan pada beberapa episode sinetron. Ini dipengaruhi juga oleh

lingkungan bergaul karakter tersebut dan pendidikan didalam keluarga

ataupun sekolah.

Meskipun menyebabkan kontroversi, sinetron ini terbukti masih dicintai

oleh sejumlah besar masyarakat Indonesia, terutama kalangan remaja.

Buktinya sinetron Anak Jalanan memuncaki rating siaran pada beberapa

periode. Ditakutkan gaya hidup hedonis yang ditampilkan pada sinetron ini

menjadi role model bagi audiens remaja Indonesia.

Untuk lebih fokus dalam penelitian, maka peneliti akan membatasi 4

karakter saja yang akan menjadi fokus dalam menggali data pada audiens.

Empat karakter tersebut adalah Boy, Reva, Alex, dan Adriana. Keempat

karakter tersebut dipilih karena merupakan karakter utama yang terdiri dari 2

karakter perempuan (Reva dan Adriana) serta 2 karakter laki-laki (Boy dan

Alex). Selajutnya peneliti juga akan melihat bagaimana pemaknaan audiens

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

24

terhadap unsur-unsur aktivitas, minat, dan opini yang terlihat dari keempat

karakter tersebut.

3. Proses Resepsi Sinetron Anak Jalanan oleh Audiens

Resepsi sinetron Anak Jalanan oleh audiens adalah cara audiens

memaknai pesan-pesan yang terdapat dalam sinetron Anak Jalanan yang

ditontonnya. Resepsi sinetron Anak Jalanan oleh audiens dapat diteliti dari

tiga tahapan, yakni:

1. Proses decoding pesan dalam sinetron. Dalam penelitian ini, proses

decoding akan menentukan bagaimana cara informan memahami pesan

yang disampaikan dalam sinetron Anak Jalanan.

2. Penilaian atas sinetron Anak Jalanan. Dalam penelitian ini, tanggapan

informan atas sinetron yang ditonton juga akan berkaitan dengan

bagaimana tanggapan audiens akan wacana gaya hidup yang

ditampilkan oleh karakter dalam sinetron Anak Jalanan.

3. Makna yang diterima oleh informan dalam penelitian ini berkaitan

dengan penilaian atas sinetron yang ditonton. Data dalam bagian ini

kemudian akan dikategorikan sesuai dengan teori resepsi pesan yang

dikemukakan oleh Stuart Hall, yaitu preferred/dominant reading,

negotiated meaning, dan oppositional decoding.

G. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif.

Metode penelitian kualitatif menggunakan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan

dan Taylor, 1975:5). Berdasarkan definisi tersebut, metode penelitian

kualitatif dapat digunakan untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan,

perasaan dan perilaku individu atau sekelompok orang.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

25

Dalam penelitian ini penulis akan meneliti bagaimana proses paparan

media yang kemudian menimbulkan penciptaan makna pada audiens.

Analisis tersebut bisa dikategorikan sebagai analisis resepsi. Analisis Resepsi

bisa dikatakan sebagai perspektif baru dalam aspek wacana dan sosial dari

teori komunikasi (Jensen, 1999:135).

Selanjutnya Stanley J. Baran mengungkapkan bahwa analisis resepsi

memfokuskan pada proses pemaknaan dan pemahaman yang mendalam atas

teks media, dan bagaimana individu menginterpretasikan isi media (Baran,

2003). Analisis resepsi kemudian menjadi pendekatan tersendiri yang

mencoba mengkaji secara mendalam bagaimana proses-proses aktual melalui

mana wacana media diasimilasikan dengan berbagai wacana dan praktik

kultural audiensnya (Jensen, 1999:137).

Dapat dikatakan bahwa analisis resepsi memandang audiens sebagai

subjek yang aktif. Audiens dipandang sebagai agen kultural (cultural agent)

yang memiliki kuasa tersendiri dalam hal menghasilkan makna dari berbagai

wacana yang ditawarkan media. Makna yang diusung media lalu bisa bersifat

terbuka atau polisemik dan bahkan bisa ditanggapi secara oposisif oleh

khalayak (Fiske, 1987).

Jelas kemudian dalam analisis resepsi melihat audiens dan media

mempunyai keterikatan yang kuat. Stuart Hall (dalam Marris 1996: 474-475)

mengemukakan tiga posisi hipotetis mengenai audiens (yang disebut

“pembaca” oleh Hall) dan kemungkinannya mengadopsi konten media:

a. Dominant / hegemonic reading: pembaca sejalan dengan kode-

kode program (yang didalamnya terkandung nilai-nilai, sikap,

keyakinan dan asumsi) dan secara penuh menerima makna yang

disodorkan dan dikehendaki oleh si pembuat program.

b. Negotiated reading : pembaca dalam batas-batas tertentu sejalan

dengan kode-kode program dan pada dasarnya menerima makna

yang disodorkan oleh si pembuat program namun

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

26

memodifikasikannya sedemikian rupa sehingga mencerminkan

posisi dan minat-minat pribadinya.

c. Oppositional / counter hegemonic reading: pembaca tidak sejalan

dengan kode-kode program dan menolak makna atau pembacaan

yang disodorkan, dan kemudian menentukan frame alternatif

sendiri di dalam menginterpretasikan pesan atau program.

Peneliti yang menggunakan analisis resepsi diharapkan dapat

mengungkap sesuatu yang tersembunyi di balik penuturan para informan.

Dengan menggunakan analisis resepsi, selain mendapatkan makna atas

pemahaman dan interprestasi teks media, peneliti juga akan mendapatkan

penjelasan-penjelasan mengenai:

a. Alasan mengapa terjadi perbedaan interpretasi dalam diri pembaca.

b. Alasan mengapa para pembaca dapat membaca teks yang sama

secara berbeda.

c. Faktor-faktor kontekstual yang memungkinkan perbedaan

pembacaan.

d. Cara teks-teks kebudayaan dimaknai oleh audiens, dan

pengaruhnya dalam keseharian mereka.

Selanjutnya ada tiga elemen pokok dalam metodologi resepsi yang secara

eksplisit bisa disebut sebagai “the collection, analysis, and interpretation of

reception data“ ( Jensen, 1999: 139) . Ketiga elemen tersebut kemudian dijabarkan

sebagai berikut:

a. Pengumpulkan data dari khalayak.

Data bisa diperoleh melalui wawancara mendalam (baik individual

maupun kelompok). Dalam uraian ini lebih ditekankan perolehan

data melalui wawancara kelompok yang akrab disebut focus group

interview, sebagaimana pernah dilakukan oleh Jensen (1999). Perlu

ditekankan bahwa dalam analisis resepsi, perhatian utama dalam

wawancara mendalam secara kelompok tetap harus berpegang pada

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

27

“wacana yang berkembang setelah diantarai media di kalangan

pemirsa”, artinya, wawancara berlangsug untuk menggali

bagaimana sebuah isi pesan media tertentu menstimulasi wacana

yang berkembang dalam diri khalayaknya.

b. Analisis hasil atau temuan dari wawancara atau rekaman

proses jalannya focus group discussions (FGD).

Setelah wawancara dan FGD sebagaimana langkah pertama di atas

dilakukan maka, tahap berikutnya peneliti akan mengkaji catatan

wawancara tersebut yang berupa ratusan transkrip wawancara yang

di dalamnya kemudian bisa disarikan berbagai kategori pernyaatan,

pertanyaan, komentar dsb. dari peserta diskusi. Dalam tahap ini

peneliti bisa memanfaatkan metode analisis wacana sebagaimana

lazimnya dipakai dalam studi literer untuk menelaah makna-makna

intersubjektif dan menginterpretasikan makna yang tersirat dibalik

pola ketidaksepakatan pendapat di antara peserta dan sebagainya

yang mungkin muncul dalam diskusi. Dalam tahap ini, peneliti

kemudian tidak sekedar melakukan kodifikasi dari seberapa

pendapat yang sejalan atau yang tidak sejalan melainkan lebih

merekonstruksi proses terjadinya wacana dominan dan sebaliknya,

dilihat dari berbagai latar belakang sosio kultural peserta diskusi.

c. Interpretasi terhadap pengalaman bermedia

Perlu dicatat bahwa dalam tahap ini sebenarnya seorang peneliti

tidak sekedar mencocokkan model pembacaan sebagaimana yang

telah dirumuskan dalam acuan teoritis melainkan justru

mengelaborasikan dengan temuan yang sesungguhnya terjadi di

lapangan sehingga memunculkan model atau pola penerimaan yang

riil dan lahir dari konteks penelitian sesungguhnya.

Hasil dari paparan media, yang dalam penelitian ini melalui media

televisi, dapat diartikan secara berbeda-beda oleh audiens. Hal tersebut terjadi

dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kondisi psikologis, tingkat

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

28

intelektualitas, dan lingkungan sekitar audiens. Penulis berharap mampu

mengupas fenomena tersebut dalam penelitian ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan teknik pengumpulan

data wawancara mendalam (depth interview). Menurut (Moleong, 2005 : 186)

wawancara mendalam merupakan proses menggali informasi secara

mendalam, terbuka, dan bebas dengan masalah dan fokus penelitian dan

diarahkan pada pusat penelitian. Dalam hal ini metode wawancara mendalam

yang dilakukan dengan adanya daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan

sebelumnya.

Richard West dan Lynn H. Turner (dalam West 2011:83)

mengungkapkan bahwa metode wawancara mendalam memungkinkan

pewawancara untuk bertanya kepada responden dengan harapan untuk

memperoleh informasi mengenai fenomena yang ingin diteliti. Wawancara

mendalam dibuat semiterstruktur oleh pewawancara. Peneliti yang memilih

wawancara mendalam tertarik terhadap arah yang ingin ditentukan oleh

responden dalam wawancara.

3. Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman (dalam Silalahi 2006:311), terdapat tiga

teknik analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan. Proses tersebut kemudian dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data

kualitatif. Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

29

dapat diambil. Reduksi tidak perlu diartikan sebagai kuantifikasi

data.

b. Penyajian Data

Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data

kualitatif. Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan

informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya

penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks

naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan

bagan.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis

data kualitatif. Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang

dapat digunakan untuk mengambil tindakan.

Setelah pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam, penulis

kemudian membuat catatan tertulis (transkrip) berdasarkan hasil wawancara

tersebut. Transkrip wawancara tersebut akan digunakan untuk menganalisis

bagaimana penciptaan makna yang dilakukan para informan. Setelah

transkrip dikumpulkan, penulis akan melakukan organisir terhadap transkrip

wawancara tersebut agar lebih mudah untuk mendapatkan data yang dicari.

Kemudian penulis akan melakukan analisis pokok dan menarik kesimpulan.

4. Informan Penelitian

Informan penelitian ini adalah penonton sinetron Anak Jalanan yang

berada di golongan usia remaja model Konopka dan Ingersoll (dalam Hurlock

2004). Remaja dalam model ini adalah mereka yang berusia 12-21 tahun.

Selanjutnya Konopka dan Ingersoll membagi masa remaja menjadi 3 kategori

yaitu: masa remaja awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja qakhir.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/110763/potongan/S1-2017... · Jalanan tentu kemudian memikat audiens dari kalangan umur remaja.2 Audiens ...

30

Informan akan diambil dari masa remaja pertengahan (15-18 tahun) dan

masa remaja akhir (19-21 tahun). Rentang usia remaja awal tidak dimasukkan

disini karena sasaran pemirsa sinetron Anak Jalanan berasal dari usia SMA

(16-18 tahun) dan sesudahnya, sedangkan usia remaja awal tidak termasuk

didalamnya.

Kemudian Kedua kategori tersebut akan disilangkan dengan variabel

gender remaja yaitu perempuan dan laki-laki, dan kebiasaan menonton

sinetron Anak Jalanan. Kebiasaan menonton sinetron bisa dibagi menjadi 2

yaitu: heavy viewer sinetron dan light viewer sinetron. Heavy viewer sinetron

adalah mereka yang menonton sinetron secara berkelanjutan dan menonton

setidaknya 80% dari keseluruhan episode. Sedangkan light viewer sinetron

adalah mereka yang menonton sinetron hanya ketika mereka sempat saja.

Maka dari itu akan ada 8 informan dengan spesifikasi sebagai berikut:

Remaja pertengahan, perempuan, heavy viewer sinetron.

Remaja pertengahan, laki-laki, heavy viewer sinetron.

Remaja pertengahan, perempuan, light viewer sinetron.

Remaja pertengahan, laki-laki, light viewer sinetron.

Remaja akhir, perempuan, heavy viewer sinetron.

Remaja akhir, laki-laki, heavy viewer sinetron.

Remaja akhir, perempuan, light viewer sinetron.

Remaja akhir, laki-laki, light viewer sinetron.

5. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan penulis pada bulan Oktober 2016. Waktu

penelitian menyesuaikan kesibukan para informan dalam proses mendapatkan

data penelitian.