1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara etimologi kemampuan di artikan sebagai kesanggupan kecakapan dan kekuatan. Sedangkan secara istilah kemampuan adalah sesuatu yang benar-benar dapat dilakukan karena latihan-latihan dan usaha-usaha juga belajar. Membaca adalah proses berfikir disertai dengan efektifitas yang komplek yang melibatkan berbagai factor baik dari luar maupun dari dalam diri pembaca dengan maksud menerima informasi dari sumber tertulis. Sedangkan pengertian Al-Qur‟an menurut bahasa berarti bacaan yang dibaca kata Al-Qur‟an diambil dari kata masdar مصدرdiartikan menurut kata isim maf’ul سم مفعىyakni maqru مقرؤ. Adapun pengertian Al-Qur‟an secara istilah adalah kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan bahasa Arab disampaikan dengan mutawatir dan yang membacanya adalah ibadah.
118
Embed
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinbanten.ac.id/3978/4/SKRIPSI GABUNGAN MAY 1... · 2019. 5. 27. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara etimologi kemampuan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara etimologi kemampuan di artikan sebagai
kesanggupan kecakapan dan kekuatan. Sedangkan secara istilah
kemampuan adalah sesuatu yang benar-benar dapat dilakukan
karena latihan-latihan dan usaha-usaha juga belajar.
Membaca adalah proses berfikir disertai dengan efektifitas
yang komplek yang melibatkan berbagai factor baik dari luar
maupun dari dalam diri pembaca dengan maksud menerima
informasi dari sumber tertulis.
Sedangkan pengertian Al-Qur‟an menurut bahasa berarti
bacaan yang dibaca kata Al-Qur‟an diambil dari kata masdar مصد
مفعى لاسم diartikan menurut kata isim maf’ulر yakni maqru مقرؤ.
Adapun pengertian Al-Qur‟an secara istilah adalah kalam Allah
SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW dengan bahasa Arab disampaikan dengan
mutawatir dan yang membacanya adalah ibadah.
2
Metode Everyone is teacher here adalah setiap orang bisa
menjadi guru, metode pembelajaran everyone is teacher here adalah
salah satu metode dalam pembelajaran aktif (Active Learning).
“Metode Everyone is teacher here” metode pembelajaran yang
digunakan oleh pendidik dengan maksud meminta peserta didik
untuk semuanya berperan menjadi narasumber terhadap semua
temanya di kelas belajar.
Kondisi Pendidikan di MTs Al-Khaeriyah Kalodran ini
begitu sangat kurang dalam pembelajaran Al-Qur‟an terutama dalam
mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits, terdapat beberapa faktor yang
membuat penulis tertarik untuk meneliti kekurangan yang ada, salah
satunya adalah:
Kurangnya kemapuan siswa dalam membaca ayat Al-
Qur‟an baik dari mahrojul huruf dan dari hukum
bacaannya.
Rendahnya nilai dalam peningkatan kemampuan belajar
siswa.
Pembelajaran yang digunakan masih menggunakan
metode yang terkesan membosankan dan tidak
menyenagkan, sehingga membuat siswa menjadi jenuh
3
dan tidak semanagat dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Pada dasarnya pendidikan bertujuan untuk membekali
peserta didik dengan sebuah ilmu pengetahuan dan keterampilan
agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat. Ilmu pengetahuan
yang dimiliki tidak banyak sekedar untuk kepentingan diri sendiri
tetapi juga harus bermanfaat bagi masyarakat, tidak merugikan
orang lain. Seseorang yang memiliki kecerdasan tinggi, menguasai
sebagai ilmu pengetahuan dan keterampilan-keterampilan tanpa
diikuti dengan kepribadian atau akhlak baik akan cenderung menjadi
seseorang perusak dan merugikan masyarakat. Oleh karena itu
pendidikan tidak hanya sekedar penguasaan ilmu pengetahuan tetapi
juga menekankan pada pembentukan kepribadian atau aklhak.
Pendidikan tidak semata menjadikan manusia menjadi cerdas
memiliki pengetahuan yang luas serta menguasai keterampilan-
keterampilan kepribadian yang baik dan mulia.
Manusia adalah ciptaan Allah yang di dalam dirinya diberi
kelengkapan-kelengkapan psikologis dan fisik yang memiliki
kecenderungan kearah yang baik dan yang buruk. Tanpa melalui
proses pendidikan, manusia dapat menjadui makhluk yang serba di
4
liputi oleh dorongan-dorongan nafsu jahat, ingkar, dan kafir
terhadap tuahnnya. Hanya dengan melalui proses pendidikan
manusia akan dapat dimanusiakan sebagai hamba tuhan yang
mampu menaati ajaran agamanya.1
Oleh karena manusia di anjurkan untuk belajar, supaya
manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak
baik bagi dirinya dan bagi orang-orang di sekitarnya dan juga
mamou memaham ajaran Allah sebagai hamba yang hidup di dunia.
Menurut Fadli Al-Djamaly, pendidikan Islam proses yang
mengarahkan manusia kepada kehidupannya yang baik dan yang
mengangkat drajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan
dasar (fitrah) dan kemampuan ajarannya/ pengaruh dari luar.2
Dengan demikian peranan guru dalam merancang atau
memanfaatkan media sebagai media pembelajaran sangatlah penting
karena ketepatan dan kesesuaian guru dalam memilih dan
menggunakan media akan sangat berdampak positif terhadap
keberhasilan proses pembelajaran yang tidak hanya domain kognitif
1 H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),
15. 2 H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam.
5
saja yang hendak di hasilkan melainkan kedua domain lainnya yaitu
efektif dan psikomotorik.
Pembelajaran yang digunakan di MTs Al-Khaeriyah
Kalodran masih menggunakan metode yang terkesan membosankan
dan tidak menyenagkan, sehingga membuat siswa menjadi jenuh dan
tidak semanagat dalam mengikuti proses pembelajaran, padahal
mata pembelajaran AL-Qur‟an merupakan salah satu mata pelajarn
yang mampu mengubah karakter siswa menjadi lebih baik.
Dengan demikian guru harus memiliki kecakapan dan
wawasan yang memadai, khususnya tentang ilmu yang di
ajarkannya, memiliki keterampilan yang tinggi mampu mengunakan
metode dengan tepat, mampu menyesuaikan diri dengan kemauan
anak didik yang di hadapi dalam arti guru harus professional. Inti
proses pembelajarn tidak lain adalh kegiatan belajar peserta didik
dalam mencapai tujuan akhir.3
Dalam hal ini penulis menerapkan metode pembelajarn
metode Everyone Is Teacher Here dimana setiap orang bias menjadi
guru, metode ini merupakan cara tepat untuk mendapatkan
3 Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta Didik Aktif, (Bandung: Sinar Baru
Algensind, 1996), 3.
6
partisipasi kelas secara keseluruhan maupun individual. Metode ini
member kesempatan kepada setiap siswa untuk berperan sebagai
guru bagi kawan-kawannya.
Langkah-langkah pembelajarn sebagai berikut: Bagikan
secarik kertas/kartu indeks kepada seluruh peserta didik. Setaip
peserta didik diminta menuliskan satu pertanyaan mengenai materi
pembelajaran yang sering di pelajari di kelas (misalnya tugas
membaca) atau sebuah topik khusus yang akan didiskusikan didalam
kelas. Kumpulkan kertas atau kartu indeks kepada seluruh peserta
kemudian bagikan kepada setiap peserta didik. Pastiakn bahwa tidak
ada peserta didik yang menerima soal yang di tulis sendiri. Mintalah
kepada peserta didik untuk membaca dalam hati pertanyaan pada
kertas resebut kemudian mintalah kepada mereka memikirkan
jawabannya.
Mintalah kepada peserat didik secara sukarela membacakan
pertanyaan tersebut dan menjawabnya. Setelah jawaban diberikan,
mintalah kepada peserta didik lainnya untuk menambahkan.
Lanjutkan dengan sukarelawan berikutnya.4
4 Agus Supardi, Coomparative Learning, (Pustaka Belajar, 2015),129-
130.
7
Berdasarkan pemaparan tersebut, berarti diperlukan adanya
suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur‟an
siswa yang salah satunya melalui metode Everyone Is Teacher Here
dengan mengkolaborasikan berbgai metode pembelajarn yang
kreatif dan nyata, sangat efektif untuk meningkatkan pemahaman
siswa dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur‟an.
Penggandaan buku-buku relevan seyogyanya seorang guru mampu
meberikan stimulus terhadap siswa dengan cara memposisikan diri
sebagai teaman ketika diluar pembelajarn. Dengan sikap seperti itu
kedekatan emosionalpun akan tumbuh antara siswa dengan gurunya.
Namun pada kenyataannya dari data yang ada, ternyata
masih ada siswa yang tidak dapat membaca Al-Qur‟an tetapi punya
nilai baik dalam mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits, ini membuktikan
bahwa masih kurangnya kemampuan siswa dalam membaca Al-
Qur‟an. Adapun pertimbangan menggunakan metode Everyone Is
Teacher Here sebagai meningkatkan kemampuan membaca Al-
Qur‟an siswa pada mata pelajaran Al-Qur‟an hadits. Siswa memilih
metode ini di karenakan siswa biasanya malu bahkan ada sampai
siswa yang takut untuk langsung bertanya pada guru. Dikarenakan
8
kurangnya pendekatan emosional guru terhadap anak didiknya
tersebut.
Berasarkan pemikiran di atas, penulis tertarik untuk
membahasnya dalam penelitian dengan judul “UPaya
Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Dengan
Menggunakan Metode Everyone Is Teacher Here Pada Mata
Pelajaran Al-Qur’an Hadits (Studi Di Mts.Al-Khaeriyah
Kalodran)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat di
identifkasikan permasalahn penelitian sebagai berikut:
Dari segi siswa
1. Siswa masih kurang dalam menyerap materi yang di
sampaikan
2. Siswa kurang mendapat pelajaran dengan maksimal
3. Kurangnya kemapuan siswa dalam membaca ayat Al-
Qur‟an baik dari mahrojul huruf dan dari hukum
bacaannya.
9
4. Rendahnya nilai dalam peningkatan kemampuan belajar
siswa.
Bagi Guru
1. Keterbatasan dalam menggunakan model pembelajaran
2. Kurangnya berupaya untuk memperbaiki proses
pembelajaran
3. Kurangnya antusias dalam menggunakan model
pembelajaran
4. Pembelajaran yang digunakan masih menggunakan
metode yang terkesan membosankan dan tidak
menyenagkan, sehingga membuat siswa menjadi
jenuh dan tidak semanagat dalam mengikuti proses
pembelajaran.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat di uraikan Rumusan
Masalah sebagai berikut:
1. Seberapa besar peningkatan kemampuan membaca Al-
Qur‟an sebelum menggunakan metode Everyone Is Teacher
10
Here pada pembelajaran Al-Qur‟an Hadits di kelas IX MTs
Al-Khaeriyah Kalodran
2. Seberapa besar peningkatan kemampuan membaca Al-
Qur‟an sesudah menggunakan metode Everyone Is Teacher
Here pada pembelajaran Al-Qur‟an Hadits di kelas IX MTs
Al-Khaeriyah Kalodran
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk menerapkan penggunaan metode Everyone Is Teacher
Here pada pembelajaran Al-Qur‟an Hadits di kelas IX MTs
Al-Khaeriyah Kalodran.
2. Untuk mengetahui kemampuan siswa membaca Al-Qur‟an
dalam pembelajaran Al-Qur‟an Hadits sebelum
menggunakan metode Everyone Is Teacher di kelas IX MTs
Al-Khaeriyah Kalodran.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat penelitian kegiatan belajar mengajar dalam
menggunakan metode Everyone Is Teacher Here salah satu
metode pembelajarn yang dapat digunakan dalam usaha
11
meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur‟an
pada mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits.
2. Meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur‟an
pada mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits.
3. Hasil penelitian di harapkan sebagai bahan informasi
mengenai pentingnya penerapan metode Everyone Is
Teacher Here salah satu usaha meningkatkan kemampuan
siswa dalam membaca Al-Qur‟an pada mata pelajaran Al-
Qur‟an Hadits.
4. Meode Everyone Is Teacher Here sebagai salah satu metode
pembelajaran yang dapat di gunakan dalam usaha
meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur‟an
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terbagi
kedalam lima bab yang di uraikan sebagai berikut:
Bab kesatu Pendahuluan : latar belakang masalah,
identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka
pemikiran, dan sistematika pembahasan
Bab kedua kajian teoritis : landasan teori tentang pengaruh
metode Everyone Is Teacher Here terhadap peningktan kemampuan
12
membaca Al-Qur‟an yang terdiri dari: Pengertian Metode Everyone
Is Teacher Here, prosedur penggunaan metode Everyone Is Teacher
Here, kelebihan dan kekurangan metode Everyone Is Teacher Here,
manfaat dari kegiatan metode Everyone Is Teacher Here,
kemampuan baca Al-Qur‟an yang terdiri dari pengertian
kemampuan baca Al-Qur‟an, kaidah membaca Al-Qur‟an, aspek-
aspek kemampuan membaca Al-Qur‟an. Dan hipotesis penelitian.
Bab tiga penelitian : pendekatan penelitian, subjek penelitian,
Bab empat hasil penelitian pembelajaran : deskripsi hasil
penelitian, pembahasan hasil penelitian, hambatan penelitian.
Bab lima penutup : terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
13
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Pengertian Metode Secara Umum
Metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos” yang
berarti “cara atau jalan” dalam bahasa inggris kata ini di tulis
“method” bahasa Arab menterjemahkannya dengan “Tharika”
dan “Manahak” di dalam pemakaian.
Bahasa Indonesia kata tersebut mengandung arti “cara-
cara yang teratur dan terpikirkan baik-baik untuk mencapai
maksud (dalam ilmu pengetahuan atau sebagainya)”. System ini
bertujuan untuk memudahkan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang di tentukan. Pengertian ini juga dapat di jumpai
dalam kamus Webster.
Pengetian metode yang umum itu dapat di gunakan pada
bagian objek baik berhubungan dengan pemikiran dan penalaran
akal atau menyangkut kerja fisik.
Metde adalah salah satu sarana yang sangat penting untuk
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu
pembelajaran tidak terlepas dari metode sebagai suatu cara yang
14
teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai pemahaman yang
benar tentang apa yang dimaksud.
Oleh karena itu metode dapat diartikan sebagai salah satu
cara pembelajaran yang paling cepat dan tepat untuk mencapai
atau melalui suatu tujuan yang telah ditetapkan. Jadi definisi
metode mengajar ini merupakan cara dan usaha guru yang
dilakukan dengan sengaja dan secara sadar agar siswa dapat
membaca, untuk kemudian dapat digunakan dan diterapkan
dalam kehidupan nyata.
1. Metode Everyone Is Teacher Here
a) Pengertian Metode Everyone Is Teacher Here
Keberhasilan belajar siswa salah satunya dapat
dipengaruhi oleh penggunaan model atau metode
pembelajaran yang tepat, karena model pembelajaran yang
tepat dapat memudahkan siswa menerima pembelajaran dan
dapat mengurangi kesulitan belajar. Sealin itu model
pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan para guru dalam merancang maupun
melaksanakan pembelajaran.
15
Metode pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur sistematika, mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu.5
Dapat pula dikatakan bahwa model pembelajaran adalah
suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
Istilah everyone is teacher here berasal dari bhasa
Inggris yang berarti setiap orang pada setiap peserta didik
untuk bertindak sebagai “pengajar” terhadap peserta didik
lain.6 Dalam proses belajar tidak harus berasal dari guru,
siswa bias saling mengajar dengan siswa lainnya. Metode ini
merupakan metode yang mudah guna memperoleh
paertisipasi kelas dan tanggung jawab individu dan metode
sesuai dengan Firman Allah (Qs, Ar-Rum :30).
Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan
5 Kardi dan Nur, Pengntar Pembelajaran Dan Pengelolaan Kelas,
(Surabaya: Uni Press, 2003.9 6 Ramayulis, Methodologis Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam
Mulia, 2005.112
16
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
2. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran Model
Everyone Is Teacher Here
Strategi pembelajaran model Everyone Is teacher
Here ini mempunyai beberapa kelebihan diantaranya:
a. Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian
siswa, sekalipun ketika itu siswa swdang rebut, dan yang
mengantuk kembali segar.
b. Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan
daya fikir, termasuk daya ingat.
c. Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa
dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.
Sedangkan kekurangannya strategi pembelajaran
model Everyone is teacher here antara lain:
a. Memerlukan banyak waktu
b. Siswa merasa takut apabila guru kurang dapat mendorong
siswa untuk berani, dengan menciptakan suasana yang
tidak tegang.
17
c. Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan
tingkat berfikir dan mudah dipahami oleh siswa.
3. Kemampuan Membaca Al-Qur’an
a. Pengertian kemampuan membaca Al-Qur‟an
Secara etimologi kata kemampuan berasal dari
kata “mampu” yang berarti kuasa atau sanggup untuk
melakukan sesuatu, kemampuan berarti kesanggupan,
kecakapan, dan kekuatan untuk melakukan sesuatau
perbuatan. Lahir dimana seorang anak memiliki bakat
atau kemampuan dari orang tuanya, atau merupakan hasil
latihan atau praktek. Kemampuan dibedakan dengan
„apatitude‟ (kecerdasan), karena menunjukan perlunya
latihan atau pendidikan sebelum suatu perbuatan dapat
dilakukan pada waktu-waktu mendatang.
Sementara ini secara istilah, James drever
menyatakan kemapuan dengan „ability‟ yaitu kemampuan
untuk melakukan tindakan tertentu., baik fisik maupun
mental, baik sebelum maupun sesudah mendapatkan
18
latihan.7 Dengan demikian kemampuan merupakan
kesanggupan atau kecakapan yang dimiliki seseorang
untuk melakukan suatu perbuatan sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya baik sebelum mendapat
latihan atau sesudah mendapat latihan.
Membaca merupakan proses melihat tulisan serta
dapat melisankan apa yang tertulis itu untuk memperoleh
pesan yang hendak disampaikan oleh penulis. Membaca
juga dapat diartikan sebagai melihat serta memahami isi
dari apa yang tertulis atau dengan melisankan atau hanya
dalam hati.
Dengan membaca, manusia diharuskan
memanfaatkan sarana akal. Pada gilirannya mempelajari
Al-Qur‟an itu tidak hanya sampai pada membaca saja
akan tetapi memahami si kandungan yang ada didalamnya
serta bias mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kalau tidak, dikhawatirkan hanya akan menjadi kelompok
7 James Draver, Kamus Psikologi, (Jakarta: Bina Aksara, 1989).21
19
manusia seperti yang digambarkan dalam firman Allah
SWT
(QS.Yunus ayat 100):
Artinya: Dan tidak ada seorangpun akan beriman
kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan
kemurkaan kepada orang-orang yang mempergunakan
akalnya.8
Bacaan yang sudah ditentukan seperti tajwid,
membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar, maka
pembaca harus mengetahui dan mempelajari ilmu tajwid,
membaca Al-Qur‟an adalah wajib. Dengan demikian
mampu membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benara
adalah wajib, maka mempelajari ilmu tajwid adalah wajib.
Pengertian membaca sebagai suatu istilah sangat
beraneka ragam. Di dalam konteks belajar mengajar,
membaca dipandang sebagai proses menuju pemahaman
sebagai produk yang dapat di ukur. Disepanjang prose situ
terjadi peralihan informasi yang dikandung oleh lambing
8 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT
Syaamil, 2009)
20
grafis yang mewakili kata-kata bahasa Indonesia atau
lainnya.9
Menurut E.P. Hutabarat membaca adalah dimana
proses pikiran kita menterjemahkan lambing-lambang
yang tertulis atau tercetak menjadi gagasan yang ingin
disampaikan penulis, dan upaya memahami gagasan itu,
dikatakan berhasil membaca. Jika kita dapat menangkap
dan memahami pesan yang disampaikan oleh tulisan
E.P.Hutabarat.10
Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang di turunkan
kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat
jibril yang menjadi petunjuk dan pedoman hidup bagi
setiap muslim yang membacanya merupakan suatu
ibadah.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapt disimpulkan
bahwa keamampuan membaca Al-Qur‟an adalah
kesanggupan atau kecakapn seseorang dalam membaca
Al-Qur‟an terutama kemampuan dalam menerapkan
9 Muhsin Ahmad, Strategi Belajar Mengajar, (Malang: YA3, 1990),
22 10
E.P. Hutabarat, Cara Belajar, (Jakarta: PT Bpk Gunung Mulia,
1995), 41
21
kaidah-kaidah ilmu tajwid, sehingga bacaan itu baik dan
benar.
b. Macam-macam Membaca Al-Qur‟an
Qiroaat adalah suatu aliran bacaan Al-Qur‟an
mempunyai sanad yang mutawatir dari Nabi Muhammad
Saw. Sehingga sampai pada murid-murid dan tidak
diragukan kebenarannya. Di namai qiroaat tuuh karena
wajah-wajah bacaan Al-Qur‟an itu disandarkan kepada
imam tujuh, dan tujuh imam inilah yang betul-betul
menekuni imam itu adalah:
1) Naf‟bin Abdu Rahman (lahir tahun 70 H di Asfaham
dan wafat tahun 169 H) dengan 70 orang qiroaat dan
dia orang perawi Qalun dan Warasy
2) Ibnu Katsir (45-125 H) di Mekkah dengan perawi Al-
Bazzy dan Qubul.
3) Abu‟Amr (69=165 H) di Kuffah dengan perawi AD-
Dury dan As Suny
22
4) Abdillah bin Amir Al Yashsbaby (lahir dua tahun
sebelum wafat Nabi dan wafat 10 Muharam 118 H)
Damaskus dengan perawi Hisyam dan Ibnu Dzakwan.
5) Ashim abi Nazwad (wafat tahun 127 H) dengan
perawi Hafsah dan Syu‟bah.
6) Hamzah bin Habib At Taimy (80-158 H) di Halwa
dengan perawi Khallad dan Khalaf.
7) Al Kisai (Abdul Hasan Ali bin Hamzah) wafat 189 H
dengan perawi Abdul Harits dan Dury.
Ketujuh imam tersebut nampaknya ada satu
keistimewaan pada qiraat Ashim dengan riwayat Hafsah
sehingga paling banyak dipakai qiraatnnya termasuk di
Indonesia, karena Ashim orang Quraisy sama-sama
seperti Nabi Muhammad Saw. Bersabda Nabi “Aku
adalah orang yang paling fasih mengucapkan dlaad (ض).
ditinjau dari segi sanadnya Imam Jazari membagi qiraat
sebagai berikut:
a. Mutawatir, yaitu qiraat yang diriwayatkan oleh
golongan banyak dari golongan banyak pula yang
23
tidak ada kemungkinan untuk bersepakat berbohong,
senagaimana qiraat diriwayatkan oleh Imam tujuh
yang terkenal itu, yaitu:
1) Di Madinah; Imam Nafi; Ibnu Abfur Rahman
Ibnu Nushaim, wafat 169 H. yang menerima qiraat
daro 70orang tab‟in yang telah mempelajari qiraat
dari Ubay bin Kaab, Abdullah bin Abbas dan
dengan Abu Hanifa.
2) Di Mekkah; Ibnu Katsir, nama lengkapnya
Abdullah ibnu Katsir Ad Dury, wafat tahun 120 H,
beliau sempat ketemu dengan sahabat antara lain
Anas bin Malik bin Zubair dan Zubair dan Abu
Ayyub Anashary.
3) Du Kuffah; Al Kisai, nama aslinyabAbu Hasan Ali
bin Jamazah Al Kisai An Nahwaiyyi, dipanggil
dengan sebutan Al Kisai yaitu alas untuk naik
onta, wafat tahun 189 H.
4) Di Kuffah; „Ashim, nama lengkapnya Abu bakar
„Ashim Abi An Najudi Al Asadi. Dia terkenal
sebaga seorang qari‟ yang bagus suaranya dan
24
fasih bacaannya, belajar dari Zairr bin Hasy dari
Abdullah bin Mas‟ud dari Rosul Saw. Beliau
wafat di Kuffah pada tahun 193 H.
5) Di Kuffah; Hamzah, nama lengkapnya Abu
Imarah Hamzah bin Habib Az Zayyat Al Kufy.
Dia belajar qiraat kepada Abi Abu Muhammad
Sulaiman bin Mihran Al A‟masyi dari darni Yahya
bin Qatasaq dari Zirr bin Zaisi dari Utsman, Ali
dan Ibnu Mas‟ud dari Rosulullah Saw, dia terkenal
dari seseorang alim dalam bidang Al-Qur‟an, ilmu
tajwid, ilmu faraidh dan bahasa Arab, juga hafal
hadits,-hadits Nabi, beliau wafat pada tahun156 H.
di Hlwan.
6) Di Basharah; Abu Amr, nama lengkapnya Abu
Amr Zabban bin Ulaa bi Ammr Al-Ashriyyi.
Beliau terkenal dengan ilmu pengetahuannya
tentang ilmu Qiraat, juga seorang yang jujur dan
dapat dipercaya di dalam masalah agama
(keagamaan), wafat pada tahun 154 H.
25
7) Di Syam; Ibnu Amir, nama engkapnya Abdullah
Al-Yahsyuby dan diberi kinayah Aba Nu‟aim dan
Aba Imran. Beliau belajar qiraat kepada Mughirah
bin Abi Syihab Al-Mahzumi dari Utsman bin Affa
dari Rosull Saw, beliau wafat pada tahun 118.
b. Masyhur, yaitu qiraat yang sahib siriwayatkan oleh
orang yang adil dan kuat hafalannya serta dapat
dipercaya sesuai dengan mushaf Utsmani dan sesuai
pula dengan kaidah-kaidah bahasa Arab. Sama halnya
qiraat yang diriwayatkan Imam Tujuh yang Mutawatir
tersebut atau dari Imam sepuluh ataupun juga dari
imam-imam lain yang dapat diterima sanadnya.
c. Syadz, yaitu suatu qiraat yang shaihsanadnya, seperti
qiraat Ibnu Syammayaf‟a dalam ayat ( الدوم نندك ببادنل )
dia baca denagn ha ( ح) yang semestinya menurut
qiraat mutawatir atau masyhur di baca dengan jim )ج)
yaitu ) )الدوم نندك ببادنل)
d. Maudlu, yaitu tanpa dasar, seperti qiraat yang
dikumpulkan mengucapkan tanpa dasar, seperti qiraat
26
yang dikumpulkan ileh Muhabat bin Ja‟far Al Khaza‟I
yang dibangsakan kepada Abu Hanafiah.
Mudraj, yaitu suatu bacaan yang ditambahkan
dengan bentuk tafsir seperti qiraat Sa‟is bin Abi Waqash
dalam ayat : اخ اواخت وله( ) Di tambah dengan (من امم) .
Dan masih satu macam lagi yang disebut Qiraat
Ahad yaitu suatu qiraat yang shaahih sanadnya tetapi
menyimpang dari Rasan Utsmani. Seperti qiraat yang
dikeluarkan Hakin riwayat Ashim Al Jahadri dari Abi
Basarah. Yang semestinya menurut qiraat mutawatir.
Macam qiraat yang terakhir ini tidak boleh dibaca dan di
yakini.11
4. Perkembangan Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Membaca Al-Qur‟an adalah salah satu cara untuk
memahami ajaran agama Islam, karena di dalam Islam Al-
Qur‟an merupakan dasar utama dalam beragama. Dengan
dapat membaca Al-Qur‟an berarti telah ikut melestarikan dan
menjaga Al-Qur‟an sebagai landasan agama Al-Qur‟an
11
Khadijatus Shalihah, Perkembangan Senu Budaya Al-Qur’an dan
Qiraat Tujuh di Indonesia, (Jakarta: Al-Husna, 1983), 66-70.
27
merupakan hal yang sanagat penting bagi umat Islam karena
didalam proses beribadah kepada Allah SWT, tidak lepas dari
ayat-ayat suci Al-Qur‟an. Tanpa mengetahui membaca Al-
Qur‟an, seseorang akan merasakan kesulitan karena mesti
menghafal dari ucapan orang yang telah tahu membaca Al-
Qur‟an12
. pada dasarnya tingkat kemampuan membaca Al-
Qur‟an siswa secara garis besar mengalami perkembanagn
secara Fluktuatif, baik dinamika positif maupun degradasi
negatifnya. Oleh karena itu, dinamika tingkat kemampuan
membaca Al-Qur‟an siswa dapat digolongkan, yaitu:
a. Dinamika tentang pengetahuan membaca Al-Qur‟an yang
meliputi kemampuan mengenal, memahami, dan
membaca huruf.
b. Dinamika tentang sikap membaca Al-Qur‟an yang
meliputi sikap membaca Al-Qur‟an apakah dilakukan
dengan serius atau tidak.
c. Dinamika tentang keterampilan membaca Al-Qur‟an,
yang meliputi keterampilan membaca huruf, membaca
12
Wa Ode Saleha, Pengaruh Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Terhadap Minat Belajar Al-Qur’an Hadits Di MTS Negeri I Kendari,
(Kendari: Skripsi Stain Sultan Qaimuddin, 2012), 14.
28
penggabungan huruf, kalimat dan kelancaran membaca
Al-Qur‟an.
5. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Al-
Qur’an
Seseorang yang belajar membaca Al-Qur‟an memiliki
kemampuan berbeda-beda antara satu anak dengan anak didik
yang lainnya. Kemampuan belajar membaca Al-qur‟an setiap
anak didik tersebut dipengaruhi oleh beberapa factor baik
yang bersifat internal maupun eksternal. Adapun factor-faktor
tersebut yaitu:
a. Faktor-faktor yang berasal dari luar (eksternal) anak didik,
diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu:
1) Faktor-faktor non social
Faktor non social adalah factor-faktor yang
dapat mempengaruhi kemampuan dan keberhasilan
belajar yang bukan berasal dari pengaruuh manusia.
Faktor diantaranya adalah keadaan udara, cuaca,
waktu dan (pagi hari, siang hari atau malam hari) letak
gedung, alat-alat yanga dipakai sebagainya. Semua
29
factor yang telah di sebutkan di atas dan factor lain
yang belum disebutkan, harus diatur sedemikian rupa
sihingga dapt membantu dalam proses belajar.13
2) Faktor-faktor social
Faktor social disini adalah factor manusia atau
semua manusia baik manusia itu ada atau hadir secara
langsung maupun tidak langsung kehadiran orang lain
pada waktu sedang belajar sering kali maengganggu
aktifitas belajar. Misalnya, seseorang sedang belajar
dikamar belajar, tapi ada yang hilir mudik keluar
masuk kamar belajar itu, maka akan mengganggu
belajarnya. Kecuali kehadiran yang langsung seperti
dikemukakan diatas, mungkin juga orang itu hadir
melalui radio, televise, tiprecorder, dan sebagainya.
Factor-faktor yang telah di kemukakan diatas, dan
pada umumnya bersifat mengganggu proses belajar
dari prestasi belajar yang dicapainya.14
13
Moh Zaini, Dan Moh Rais Hat, Belajar Mudah Membaca Al-
Qur’an Dan Tempat Keluarnya Huruf, (Jakarta: Darul Ulum Press,2003), 32. 14
Moh Zaini, dan Moh Rais Hat, 23.
30
b. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri (internal) anak
didik yang dapat diklasifikasikan lagi menjadi dua 2(dua)
yaitu:
1) Faktor-faktor psikologis
Keadaan jasmani akan mengganggu proses
belajar seseorang karena keadaan jasmani yang
optimal akan berbeda pengaruhnya bila dibandingkan
dengan keadaan jasmani yang lemah dan lelah.
Kekurangan kadar makanan atau kekurangan gizi
makanan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh
fisik. Akan mengakibatkan menurun, merosotnya
kondisi jasmani. Hal ini menyebabkan seseorang
dalam kegiatan belajarnya akan cepat mengantuk,
lesu, lekas lelah dan secara keseluruhan tidak adanya
kegairahan untuk belajar.15
15
Moh Zaini, Dan Moh Rais Hat, Belajar Mudah Membaca Al-
Qur’an Dan Tempat Keluarnya Huruf, (Jakarta: Darul Ulum Press,2003), 34.
31
2) Faktor-faktor psikologis
Faktor psikologis adalah factor-faktor yang
berhubungan dengan kejiwan atau (psikis) seseorang.
Termasuk factor-faktor ini adalah:
Intelegensi, bakat, minat, perhatian, dan
sebagainya. Factor-faktor tersebut harus diperhatikan
agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan
baik, karena intensip tidaknya factor-faktor psikologis
tertentu akan mempengaruhi prestasi kemampuan
siswa dan prestasi hasil belajarnya.
Masih ada factor lainnya yang penting dan
mendasar yang ikut member kontribusi bagi
keberhasilan siswa mencapai hasil belajar uang baik.
Factor tersebut menurut Merso Sangalam terdiri dari
kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, motip, cara
belajar, lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan,
lingkungan sekolah dan sarana pendukung belajar.16
16
Moh Zaini, Dan Moh Rais Hat, Belajar Mudah Membaca Al-
Qur’an Dan Tempat Keluarnya Huruf, (Jakarta: Darul Ulum Press,2003), 35.
32
6. Indikator Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Seseorang yang mempunyai kemampuan terhadap
sesuatu, pasti ada indikatornya. Seseorang yang mempunyai
kemampuan yang tinggi pula, sesuai dengan apa yang ia
pelajariny atau diusahakan. Di bawah ini akan di uraikan
mengenai indicator apa saja yang dimiliki seseorang untuk
membaca Al-Qur‟an, di antaranya adalah:
a. Adanya perhatian terus menerus
Apabila mencurahkan perhatian terhadap bacaan
Al-Qur‟an, maka kita menyadari hal itu sepenuhnya.
Artinya pada saat itu hanya bacaan Al-Qur‟an lah yang
paling kita sadari, meskipun tidak sederajat dengan hal
yang kita curahi sepenunhnya perhatian kita.
Agar perhatian kita mencapai hasil, ada tiga hal
yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Segala rangsang-rangsang yang tidak ada
hubungannya denganobjek ynag kita perhatikan harus
kita kesampingkan: yaitu membatasi atau melingkungi
aktifitas kita.
33
2. Objek yang kita perhatikan itu tidak ada hubungannya
atau di hubungkan dengan sesuatu yang pernah kita
kenali, maka perhatian kita akan berkangsung lebih
baik, apresiasi yaitu penyempurnaan dan penyesuaian
kesan yang baru dengan bantuan kesan-kesan yang
sudah ada17
.
b. Adanya kemauan untuk membaca Al-Qur‟an
Kemauan adalah kekuatan yang sudaha ada sadar
dan hidup pada diri seseorang untuk berbuat atau
menciptakan sesuatu berdasarkan perasaan dan pikiran.
Kemauan ini jelsanya adalah merupakan dorongan atau
gejala kehendak yang diharapkan untuk mencapai tujuan-
tujuan hidup tertentu yang di kendalikan oleh
pertimbangan akal budi. Anak yang mempunyai
kemamapuan selalu membaca ayat-ayat Al-Qur‟an
dengan jumlah yang lebih banyak di bandingkan dengan
anak yang tidak mempunyai kemampuan, begitu pula
jumlah prekuensinya.
17
Hm Alisuf Sobri, Pengantar Psikologi Umim dan Perkembangan,
(Pedoman Ilmu Jaya), 44.
34
c. Selalu ingin membaca dan mempelajari Al-Qur‟an
Keinginan itu datangnya dari dorongan atau nafsu.
Apabila yang di tuju itu sesuatu yang nyata atau kongkrit,
maka nafsu itu disebut keinginan. Dari nafsu kepada
makanan timbul karena keinginan mau makan. Dari nafsu
aktif timbul keinginan untuk mengerjakan sesuatu
pekerjaan. Dengan demikian keinginan dapat di artikan
sebagai dorongan atau nafsu yang tertuju kepada sesuatu
yang kongkrit. Lawan dari keinginan adalah keseganan
atau kebencian
Anak yang berkemauan untuk membaca Al-
Qur‟an, terbukti dari keingin tahuan yang besar terhadap
bacaan Al-Qur'an dengan kebiasaan untuk membaca Al-
Qur‟an. Seseorang dikatakan memiliki kemampaun
membaca Al-Qur‟an dengan baik bila di ikuti penerapan
kaidah-kaidah dengan benar dan tartil.
Ali bin Abi thalib member syarah kata “tartilah”
di atas adalah tajwid. Ilmu tajwid yaitu ilmu yang
dipergunakan untuk mengetahui tempat keluarnya
35
hurufaw (mkaharoj) dan sifat-sifatnya serta bacaan-
bacaannya.
Sementara itu menurut Ismail Tekan tajwid ialah
membutuhkan dan membaguskan bunyi bacaan Al-Qur‟an
menurut aturan-aturan hukumnya yang tertentu.
Pengertian tersebut menunjukan betapa pentingnya
menguasai tajwid akan berakibat sangat fatal. Aturan-
aturan dalam membaca Al-Qur‟an.
7. Hakikat Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
a. Pengertian Al-Qur’an Hadits
Al-Qur‟an dan Hadits merupakan peninggalan
terbesar Nabi Muhammad SAW bagi umat Islam. Jika
mau berpegang pada keduanya, kita tidak akan tersesat
selama-lamanya. Kata Al-Qur‟an berasal dari bahasa Arab
,I, yang berarti Bacaan.dalam kaidah bahasa Arab– (يقرا)-1
tanda Isim(kata benda) ada dua, yaitu Tanwin dan Al.
apabila sudah memakai tanwin, Al menjadi (اد) kata ini
36
mau tidak mau Al-Qur‟an harus mampu menjawab
berbagai problematika yang terjadi dalam masyarakat.18
Selanjutnya istilah Hadits telah digunakan secara
luas dalam studi keislaman untuk merujuk kepada teladan
otoritas Nabi Muhammad SAW atau sumber keda hokum
Islam setelah Al-Qur‟an. Meskipun begitu, pengertian
kedau istilah tersebut tidaklah serta merta sudah jelas dan
dapat dipahami dengan mudah. Para ulama dari masing-
masing disiplin ilmu menggunakan istilah tersebut
didasarkan pada sudut pandang yang berbeda sehingga
mengkonsekuensikan munculnya rumusan pengertian
keduanya secara berbeda pula.
Kata hadits berasal dari bahasa Arab (الهديش) yang
berarti baru, muda, cerita, berita dan riwayat dari Nabi
Muhammad SAW. Menurut istilah, hadits didefinisikan
sebagai berikut:
18
Tim Badan Litbang dan Diklat Lajnah Pentasihan Mushaf Al-
Qur‟an, Tafsir Al-Qur’an Tematik: Al-Qur’an Dan Pemberdayaan Kaum
Duafa, (Jakarta: Departemen Agama RI,2008), Xii.
37
1) Segala ucapan perbuatan, dan keadaan Nabi
Muhammad SAW
2) Segala berita yang bersumber dari Nabi Muhammad
SAW, baik berupa ucapan, takrir (ketetapan), maupun
deskripsi sifat-sifat beliau.
3) Segala perkataan, perbuatan, dan takrir Nabi
Muhammad SAW berkaitan dengan hukum.
Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa Hadits adalah segala ucapan, perbuatan, dan takrir
Nabi Muhammad SAW takrir berarti ketetapan atau sikap
diam Nabi terhadap permasalahan yang terjadi dan beliau
mengetahuinya.19
Bentuk jamak dari hadits yabf lebih popular di
kalangan ulama muhadditsin adalah Alhadits,
dibandingkan bentuk lainnya yaitu hutsdan atau
hitsdan.20
Masyarakat di zaman jahiliyah telah
menggunakan kata hadits ini dengan makna
“pembicaraan”, hal itu bias di lihat dari kebiasaan mereka
19
B.Uno, Hamzah, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta; Bumi
Aksara,2009) 35. 20
Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu Hadits (Trj), (Jakarta; Pustaka
Firdaus, 2009),35.
38
untuk menyatakan “hari-hari mereka yang terkenal”
dengan sebutan Alhadits.21
Jadi Al-Qur‟an hadits dimaksudkan dalam
pembahasan ini adalah bagian mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam yang dimaksudkan untuk memberikan
motivasi, bimbingan, pemahaman, kemampuan dan
penghayatan terhadap isi yang terkandung dalam Al-
Qur‟an dan hadits sehingga dapat diwujudkan dalam
prilaku sehari-hari sebagai perwujudan iman dan taqwa
kepada Allah SWT.
b. Tujuan Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan
yang spesifik yang dinyatakan dalam prilaku atau
penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.22
Martins
Yamin, memandang bahwa tujuan pembelajaran
merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir
21
Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu Hadits (Trj), (Jakarta; Pustaka
Firdaus, 2009). 22
B.Uno, Hamzah, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta; Bumi
Aksara,2009) 35.
39
pembelajaran, dan kemampuan yang harus dimiliki
siswa.23
Tujuan pembelajaran Al-Qur‟an hadits pada
dasarnya merupakan rumusan bentuk-bentuk tingkah laku
akan dimiliki siswa setelah melakukan proses
pembelajaran. Rumusan tujuan tersebut dirumuskan
berdasarkan analisa terhadap berbagai tuntutan,
kebutuhan, dan harapan oleh karena itu, tujuan dibuat
berdasarkan pertimbangan facktor-faktor masyarakat,
siswa itu sendiri, serta ilmu pengetahuan (budaya).
Dengan demikian, perumusan tujuan pembelajaran Al-
Qur‟an hadits harus didasarkan pada harapan tentang
sesuatu yang diharapkan dari hasil proses kegiatan
pembelajaran.
Perumusan tujuan pembelajaran Al-Qur‟an hadits
merupakan panduan dalam memilih alat-alat
pembelajaran, yang akan digunakan sebagai media
pembelajaran, dan sebagai dasar bagi guru untuk
23
Martins Yamin, Profesionalisasi Guru Dan Implementasi, (Jakarta;
Gaung Persada, 2007) 113.
40
mengantarkan siswa mencapai standar kompetensi yang
telah di tetapkan. Selain itu, perumusan tujuan juga dapat
dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan alat-alat
penilaian hasil belajar.
Untuk merumuskan tujuan pembelajaran Al-
Qur‟an hadits dengan baik, maka tujuan tersebut harus:
a. Berorientasi pada kepentingan siswa, bukan pada
guru, titik tolaknya adalah perubahan tingkah laku
setelah proses pembelajaran.
b. Dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, yaitu
menunjuk pada hasil perbuatan yang dapat di amati
dan di ukur hasilnya dengan alat ukur tertentu.24
c. Ruanglingkup Pembelajaran Al-Qur’an Hadit
Ruang lingkup mata pelajaran Al-Qur‟an hadits
a. Pengatahuan dasar membaca dan menulis Al-Qura‟an
yang benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
b. Hafalan surat-surat pendek dalam Al-Qur‟an dan
pemahaman sederhana tentang arti dan makna
24
Asnawir dan M. Basyirudin Usman, Media Pembelajaram,
(Jakarta; Ciputra Pres,2002) 138.
41
kandungannya serta pengalamannya melalui
keteladanan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-
hari.
c. Pemahaman dan pengalaman melalui keteladanan dan
pembiasaan mengenai hadits-hadits sesuai dengan
materi pelajaran.
Materi Al-Qur‟an hadits semula terdiri dari dua
bidang mata pelajaran yaitu bidang Al-Qur‟an dan bidang
hadits, kemudian di integrasikan menjadi satu bidang mata
pelajaran Al-Qur‟an hadits. Sekalipun demikian didalamnya
tidak bias dilepaskan dari dua bidang tersebut. Materi
pendukung bagi guru untuk memperkaya wawasan adalah:
ilmu Al-Qur‟an dan ilmu hadits. Dengan demikian materi Al-
Qur‟an terdiri dari dua materi yakni: pokok atau esensial dan
materi pendukung. Materi pokok adalah materi Al-Qur‟an dan
hadits sedangkan materi pendukung adalah materi pengantar
dari segi pengenalan membaca huruf Al-Qur‟an hadits serta
latar belakang masing-masing materi.
42
Sebagai materi pendukung adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan membaca huruf hijah iyah dengan benar
(Makharaj).
2. Kaidah tajwid.
B. Kerangka Berfikir
Pembelajaran ini sangat berpusat pada siswa, guru
menggunakan metode Everyone Is Teacehere here ini
melibatkan siswa bertujuan untuk setiap siswa aktif dalam
proses pembelajaran, guru disini sangat mengutamakan hasil
peningkatan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini siswa
di haruskan untuk berperan aktif dalam proses belajar
mengajar apabila guru menggunakan metode pembelajaran
yang sesuai maka siswa akan mudah menerima materi yang
disampaikan oleh guru, dalam hal ini metode Everyone Is
Teacehere here merupakan metode yang diharapkan mampu
mengubah hasil pembelajaran.
Strategi Everyone Is Teacehere here adalah salah satu
strategi pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara
43
lebih. Siswa diajak untuk menjadi guru bagi teman sekelasnya
dengan harapan jika yang menjelaskan teman sendiri akan
menambah pemahaman siswa.
Membaca pemahaman merupakan suatu proses yang
aktif, artinya untuk dapat memahami isi bacaan seseorang
pembaca perlu melakukan usaha aktif. Lebih lanjut, ia
menjelaskan membaca tidak selamanya identik dengan proses
mengingat. Dengan demikian, membaca bukanlah kegiatan
menghafal kata demi kata atau kalimat demi kalimat yang
terdapat dalam bacaan. Hal pokok yang paling penting dalam
proses membaca pemahaman Al-Qur‟an adalah kemampuan
untuk menangkap pesan, informasi, fakta, atau ide pokok
bacaan dengan baik.
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis berasal dari dua kata “hypo” yang artinya di
bawah dan “thesa” yang artinya kemenangan25
. Jadi, hipotesis
adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
25
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, Edisi revisi 5, (Jakarta: PT. Rhineka Cipta, 2002), 64.
44
secara teoritis di anggap paling mungkin atau paling tinggi
tingkat kebenarannya. Hipotesis dikatakan sementara karena
kebenarannya masih perlu di uji atau di tes kebenarannya
denagn data yang asalnya dari lapangan.
Hipotesis juga penting peranannya karena dapat
menunjukan harapan dari penelitian yang direflleksikan
dalam hubungan perubahan atau variable dalam masalah
penelitain.26
Hipotesis dalam penelitian adalah model
pembelajaran Everyone Is Teacher Here lebih efektip
disbanding model pembelajaran konpensional dalam
meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Al-Qur‟an
Hadits. Everyone Is Teacehere here
26
Sukardi, Metode Penelitian Pendidiakn, Kompetensi dan
Prakteknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), 41.
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
1. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di MTs Al-Khaeriyah
Kalodran kec.Walantaka Kabupaten Serang Provinsi Banten.
Alasan penulis melakukan penelitian di MTs Al-khaeriyah
Kalodran Kabupaten Kota Serang dengan alasan:
a. Mendapat izin dari kepala sekolah yang bersangkutan.
b. Terdapat masalah yang menarik untuk diteliti.
c. Lokasi tersebut dekat dengan tempat tinggal penulis.
d. Lokasi MTs Al-khaeriyah Kalodran Kota Serang
sangat strategis, sehingga mempermudah penulis
untuk melaksanakan penelitian.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dimulai sejak keluarnya surat
rekomendasi penelitian yang dikeluarkan oleh dewan
fFakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Maulana
46
Hasanuddin Banten terhitung dimulai tanggal 08 Februari-12
september 2018.
B. Metode Penelitia
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh
peneliti untuk mendapatkan data dan informasi sebagai hal
yang berkaitan dengan masalah yang di teliti. Penelitian ini
menggunakan penelitian Tindakan Kelas. Istilah dalam
bahasa inggris adalah (classroom action Reseach), yaitu
sebuah kegiatan penelitian yang di alkukan di kelas terhadap
proses belajar mengajar Al-Qur‟an hadits dengan
menggunakan metode Everyone Is Teacher Here melalui dua
siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu
perencanaan tindakan (peaninng), penerapan tindakan
(action), mengobserpasi dan mengevaluasai proses hasil
tindakan (observasing), dan melakukan refleksi (reflection),
dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang
diharapkan. Didalam penelitian tindakan kelas memiliki tiga
pengertian yaitu:
1. Penelitian menunjukan pada suatu kegiatan mencermati
suatau objek dengan menggunakan cara dan aturan
47
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu
suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan menunjukan pada suatu gerak kegiatan yang
sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam
penelitian terbentuk rangkaian siklus kegiatan siswa.
3. Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang
kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti
yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan
pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah
kesekelompok siswa dalam waktu yang sama, menerima
pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.27
Ada beberapa ahli yang mengemukakan model
penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun
secara garis besar terdapat empat tahap yang lazim di lalui