1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belakangan ini sedang marak isu pergerakan serikat pekerja yang mengakibatkan kemunduran angka produktivitas sektor industri. Hal ini disebabkan aksi mogok buruh yang tergabung dalam berbagai serikat pekerja. Pada tahun 2012, sudah terjadi beberapa demo buruh yang memprotes berbagai kebijakan yang dikeluarkan perusahaan. Demo buruh terbesar terjadi pada bulan Januari, Mei, dan Oktober 2012. Aksi demo tersebut mampu menghentikan aktivitas produksi perusahaan. Dampaknya tidak hanya terjadi mogok kerja, buruh juga menutup akses jalan tol di beberapa wilayah. Mereka menuntut upah minimum yang tidak layak, praktik penggunaan tenaga outsourcing yang tidak sesuai dengan undang- undang, dan jaminan kelayakan sosial. Gerakan yang melibatkan puluhan ribu buruh dalam lingkup nasional ini, menjadi sebuah isu yang menarik untuk digali lebih dalam dari sudut pandang akademis. Isu upah minimum dan penggunaan tenaga outsourcing di sebagian besar perusahaan industri di Indonesia menjadi tema demo besar-besaran kaum buruh di tahun 2012 yang dikenal dengan istilah Hapus Outsourcing Tolak Upah Murah (HOSTUM). Praktik kerja kontrak dan outsourcing mulai diberlakukan sejak adanya UU No 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Pada pasal 64, 65, dan 66 dijelaskan mengenai dasar hukum kerja outsourcing di Indonesia. Dalam UU tersebut, istilah outsourcing dikenal dengan dua kategori istilah, yakni penyerahan sebagian pekerjaan/pemborongan pekerjaan (outsourcing pekerjaan) dan penyedia jasa tenaga kerja (outsourcing tenaga kerja atau agen penyalur tenaga kerja/pekerja outsourcing). 1 Outsourcing (Alih Daya) diartikan sebagai 1 Artikel Mengenal Arti Outsourcing. PT Jasa Mandiri Techgraha (Perusahaan di Bidang Outsourcing). Terarsip dalam
31
Embed
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64414/potongan/S1-2013... · Pada pasal 64, 65, ... pekerjaan/pemborongan pekerjaan ... pemindahan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belakangan ini sedang marak isu pergerakan serikat pekerja yang
mengakibatkan kemunduran angka produktivitas sektor industri. Hal ini
disebabkan aksi mogok buruh yang tergabung dalam berbagai serikat
pekerja. Pada tahun 2012, sudah terjadi beberapa demo buruh yang
memprotes berbagai kebijakan yang dikeluarkan perusahaan. Demo buruh
terbesar terjadi pada bulan Januari, Mei, dan Oktober 2012. Aksi demo
tersebut mampu menghentikan aktivitas produksi perusahaan. Dampaknya
tidak hanya terjadi mogok kerja, buruh juga menutup akses jalan tol di
beberapa wilayah. Mereka menuntut upah minimum yang tidak layak,
praktik penggunaan tenaga outsourcing yang tidak sesuai dengan undang-
undang, dan jaminan kelayakan sosial. Gerakan yang melibatkan puluhan
ribu buruh dalam lingkup nasional ini, menjadi sebuah isu yang menarik
untuk digali lebih dalam dari sudut pandang akademis.
Isu upah minimum dan penggunaan tenaga outsourcing di sebagian
besar perusahaan industri di Indonesia menjadi tema demo besar-besaran
kaum buruh di tahun 2012 yang dikenal dengan istilah Hapus Outsourcing
Tolak Upah Murah (HOSTUM). Praktik kerja kontrak dan outsourcing
mulai diberlakukan sejak adanya UU No 13 tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan. Pada pasal 64, 65, dan 66 dijelaskan mengenai dasar
hukum kerja outsourcing di Indonesia. Dalam UU tersebut, istilah
outsourcing dikenal dengan dua kategori istilah, yakni penyerahan sebagian
pekerjaan/pemborongan pekerjaan (outsourcing pekerjaan) dan penyedia
jasa tenaga kerja (outsourcing tenaga kerja atau agen penyalur tenaga
kerja/pekerja outsourcing).1 Outsourcing (Alih Daya) diartikan sebagai
1 Artikel Mengenal Arti Outsourcing. PT Jasa Mandiri Techgraha (Perusahaan di Bidang Outsourcing).
Terarsip dalam
2
pemindahan atau pendelegasian beberapa proses bisnis kepada suatu badan
penyedia jasa. Badan penyedia jasa tersebut melakukan proses administrasi
dan manajemen berdasarkan definisi serta kriteria yang telah disepakati oleh
para pihak.2
Dasar hukum tersebut menunjukkan bahwa praktik kerja outsourcing
memiliki legalitas yang kuat. Namun dalam prosesnya, terjadi permasalahan
yang akhirnya menimbulkan gugatan terutama dari pihak buruh. Hal yang
ramai dipersoalkan, digugat, dan selalu ditolak oleh seluruh buruh dan
serikat pekerja adalah tentang outsourcing tenaga kerja. Persoalannya
adalah para pekerja outsourcing dieksploitasi dengan bentuk upah rendah.
Menurut Said Iqbal3, mayoritas pekerja outsourcing menerima upah
dibawah nilai upah minimum dan adanya pemotongan upah oleh agen
outsourcing. Selain itu, mereka tidak mendapatkan pesangon dan jaminan
pensiun serta tidak ada jaminan kesehatan yang memadai. Mereka juga
mudah di-PHK tanpa melalui proses peradilan perburuhan dan usia
produktif yang hilang karena pekerja outsourcing pada umumnya
disyaratkan berusia dibawah 25 tahun. Gugatan ini semakin diperkuat
dengan asumsi bahwa pihak pemerintah kurang mengawal implementasi
kebijakan outsourcing di level perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh lembaga penelitian AKATIGA4 tentang
praktik kerja outsourcing di industri metal pada tahun 2010 menunjukkan
beberapa temuan.5 Pertama, upah pekerja outsourcing lebih rendah 26%
dari pekerja tetap untuk jenis pekerjaan dan masa kerja yang sama. Kedua,
pekerja outsourcing tidak bisa 0% menjadi anggota serikat pekerja sehingga
http://www.jmt.co.id/outsourcing/index.php?option=com_content&view=article&id=44&Itemid=7. Tanggal 30 Maret 2013. 2 Imam Sjahputra Tunggal. 2009. Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan. Jakarta: Harvarindo. hal. 308.
3 Indrasari Tjandraningsih, dkk. 2010. Diskriminatif dan Eksploitatif: Praktek Kerja Kontrak dan Outsourcing
Buruh di Sektor Industri Metal di Indonesia. Bandung: AKATIGA. hal. v. 4 AKATIGA, Pusat Analisis Sosial merupakan organisasi non pemerintah yang memfokuskan kegiatannya
pada penelitian sosial tentang berbagai perkembangan kondisi dan isu pedesaan dan perkotaan dari sisi agraria, buruh, usaha kecil dan mikro, serta inisiatif-inisiatif pengaturan dan gerakan sosial. (lihat http://www.akatiga.org/) 5 Ibid. hal. vii.
Organisasi terbentuk atas interaksi-interaksi sosial sehingga ia juga
dapat dikatakan sebagai bentuk sistem sosial. Barnard mengemukakan
pendapatnya bahwa organisasi adalah suatu sistem sosial yang dinamis.
Individu, organisasi, dan pelanggan organisasi terikat dalam suatu
kondisi yang disebut lingkungan.18
Wiener (1948),19
menyumbangkan
gagasannya berupa konsep sibernetika20
. Ia memperkenalkan
mekanisme umpan balik sebagai faktor yang mampu menjaga
keseimbangan organisasi. Dalam sudut pandangnya, organisasi
merupakan suatu sistem yang mencakup unsur-unsur: input, proses,
output, arus balik, dan lingkungan. Dengan kata lain, interaksi
organisasi tidak hanya berlangsung dalam proses internal, melainkan
juga interaksi dengan eksternal organisasi yang berupa lingkungan.
Untuk mencapai tujuan bersama dalam organisasi, tiap elemen di
dalamnya harus mengoordinasikan hubungan dengan baik melalui
komunikasi. Proses komunikasi tidak dapat dipisahkan dari organisasi
karena komunikasi merupakan sistem aliran yang menghubungkan dan
membangkitkan kinerja antarbagian dalam organisasi sehingga
sinergis.21
Komunikasi mengoordinasikan kegiatan orang untuk
mencapai tujuan bersama melalui transfer informasi dan makna yang
terjadi di sekitar mereka.22
Tanpa komunikasi, sebuah organisasi tidak
akan berjalan. Keberhasilan organisasi untuk mencapai tujuan bersama
bergantung pada kemampuan dan proses komunikasi yang terjadi dalam
organisasi tersebut.
18
Ibid. hal. 43. 19
Ibid. 20
Sibernetika adalah salah satu tradisi pemikiran dalam teori komunikasi. Sibernetika memahami komunikasi sebagai pemrosesan informasi, dan persoalan-persoalan yang dihadapi dikaitkan dengan noise, overloaded, dan malfunction dalam suatu sistem komunikasi. (lihat Miller, 2005: 13) 21
Redi Panuju. 2001. Komunikasi Organisasi: Dari Konseptual-Teoritis ke Empirik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal. 1-2. 22
Abdullah Masmuh. 2008. Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek. Malang: UMM. hal. 7.
10
Pada proses komunikasi, terjadi dua proses, yakni penciptaan
(pertunjukan) pesan dan penafsiran pesan.23
Dalam penciptaan pesan,
komunikator bertindak untuk menunjukkan pesan yang harus
diperhatikan oleh komunikan. Kemudian, tugas komunikan adalah
menafsirkan pesan tersebut dengan cara tertentu. Komunikasi dikatakan
sudah terjadi jika komunikan sudah mampu menafsirkan pesan dengan
caranya sendiri. Dengan penangkapan makna pesan, pesan tersebut
sudah menjadi sebuah informasi. Dalam organisasi, proses komunikasi
sebagai pemaknaan pesan diantara elemen-elemen organisasi menjadi
penting mengingat organisasi terbentuk atas kumpulan individu untuk
mencapai tujuan bersama.
Pace dan Faules mengklasifikasikan definisi komunikasi organisasi
menjadi dua, yakni:24
Definisi fungsional komunikasi organisasi, komunikasi organisasi
didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara
unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari organisasi
tertentu. Fokusnya terletak pada penanganan pesan yang terjadi
pada unit struktur dan tujuan, serta komunikasi menjadi alat yang
memungkinkan orang beradaptasi dengan lingkungan mereka.
Definisi interpretatif komunikasi organisasi, komunikasi organisasi
sebagai “perilaku pengorganisasian” yang terjadi dan bagaimana
mereka yang terlibat dalam proses itu bertransaksi dan memberi
makna atas apa yang terjadi. Dengan kata lain, komunikasi
organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang
menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi. Komunikasi
lebih dari sekadar alat, ia juga cara berpikir.
Sifat terpenting dalam komunikasi organisasi adalah proses
penciptaan pesan, penafsiran, dan tindak lanjutnya pada kegiatan
23
Pace & Faules, Op. Cit., hal. 26-28. 24
Ibid. hal. 31-34.
11
anggota organisasi, serta bagaimana akhirnya komunikasi tersebut
berlangsung di dalam organisasi dan cara seseorang untuk
memaknainya. Apabila dilihat dari sudut pandang fungsional dan
objektif, komunikasi organisasi dapat menjadi proses yang menunjang
tercapainya tujuan organisasi. Komunikasi organisasi juga digunakan
sebagai alat untuk beradaptasi dengan lingkungan. Apabila komunikasi
organisasi dipandang dari sudut pandang interpretatif dan subjektif,
komunikasi dianggap sebagai fungsi pembentuk organisasi.
2. Teori Organisasi Modern
Penggunaan teori organisasi dalam kajian ini dimaksudkan untuk
melihat organisasi dari perspektif dan karakteristik tertentu. Secara
garis besar, teori mengenai organisasi dikategorikan dalam tiga
kelompok besar, sekaligus sesuai dengan urutan perkembangannya,
yaitu:25
Teori organisasi yang tergolong klasik (classical theory). Titik
berat dalam teori ini terletak pada penekanan struktur formal dan
melihat organisasi secara fungsional melalui pembagian kerja.
Teori hubungan kemanusiaan atau teori klasik baru (neo-classical
theory). Konsepnya bersumber pada tingkah laku individu dan
pengaruh kelompok informal dalam sebuah organisasi. Konsep
hubungan kemanusiaan dalam kelompok kerja sama dan struktur
organisasi informal dalam struktur formal juga menjadi fokus
dalam teori ini.
Teori organisasi modern atau teori organisasi sistem (system theory
of organization). Teori ini memiliki asumsi bahwa cara paling tepat
untuk mempelajari organisasi ialah dengan memandangnya sebagai
sebuah kesatuan yang utuh (wholism). Organisasi dipandang
25
Muhyadi, Op. Cit., hal. 17.
12
sebagai sebuah sistem utuh yang memiliki banyak komponen yang
saling berinteraksi, berpengaruh, dan berhubungan untuk mencapai
tujuan tertentu.
Organisasi serikat pekerja merupakan organisasi yang terbentuk
atas kesamaan tujuan untuk memperjuangkan kesejahteraan kaum
buruh. Dalam serikat pekerja, sifat keanggotaan tergolong pada level
sukarela sehingga tidak ada aturan yang mengikat dalam kinerja
anggota. Meskipun demikian, sifat sukarela yang menjadi asas
organisasi serikat pekerja tetap didasarkan pada adanya kepentingan
yang dibawa oleh masing-masing anggota organisasi, baik itu
kepentingan untuk organisasi, maupun kepentingan pribadi. Asumsi
tersebut menerangkan bahwa untuk mempelajari organisasi serikat
pekerja, pendekatan yang cocok untuk digunakan adalah pendekatan
melalui sudut pandang teori organisasi modern yang melihatnya sebagai
keutuhan entitas sistem.
Sebagai sebuah sistem, komponen-komponen dalam organisasi
akan berproses secara bersamaan untuk mencapai tujuan bersama.
Konsep sistem menurut Pace dan Faules berfokus pada pengaturan
bagian-bagian, hubungan antarbagian dan dinamika hubungan tersebut
secara keseluruhan.26
Dalam perspektif organisasi sebagai sistem,
Masmuh (2008) menekankan komunikasi sebagai suatu proses esensial
yang memungkinkan saling ketergantungan di antara bagian-bagian dari
suatu sistem. Sistem tersebut juga akan dipengaruhi sekaligus
mempengaruhi lingkungan.
Richard Scott,27
mengemukakan bagian-bagian penting dalam
organisasi jika dilihat sebagai sebuah sistem, yakni:
Individu dan kepribadian setiap orang dalam organisasi
26
Pace & Faules. Op. Cit., hal. 63. 27
Dikutip dalam Abdullah Masmuh. 2008. Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek. Malang. UMM Press. Hal 162.
13
Struktur formal
Pola interaksi yang informal
Pola status dan peranan yang menimbulkan pengharapan-
pengharapan
Lingkungan fisik pekerjaan
Sejalan dengan Scott, Muhyadi28
menegaskan sejumlah isu penting
yang menjadi fokus analisis teori organisasi modern adalah: 1)
komponen-komponen yang merupakan bagian dari sebuah organisasi,
2) sifat-sifat atau karakteristik berbagai komponen tersebut, 3) proses
saling interaksi antar komponen pada sebuah organisasi, 4) visi, misi,
dan tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi sebagai suatu sistem,
dan 5) faktor lingkungan terhadap efektivitas organisasi.
Gambar I.1
Bagian-bagian suatu sistem organisasi29
28
Muhyadi, Op. Cit., hal. 42.
29 Pace & Faules, Op. Cit., hal. 64.
14
Penggunaan konsep sistem dalam organisasi menunjukkan bahwa
terdapat suatu kesaling-bergantungan antarkomponen dalam organisasi
tersebut. Perubahan dalam satu komponen tertentu akan berdampak
pada komponen lainnya. Fisher (1978), menyebutkan beberapa prinsip
terkait dengan pendefinisian sistem dari teori sistem, yakni:30
a. Nonsumativitas. Nonsumativitas menunjukkan bahwa suatu sistem
tidak sekadar jumlah dari bagian-bagiannya. Ketika komponen-
komponen tersebut saling berhubungan satu sama lain dalam
interdependensi, sistem tersebut memperoleh suatu identitas yang
terpisah dari masing-masing komponen.
b. Unsur-unsur struktur, fungsi dan evolusi. Struktur merujuk kepada
hubungan antarkomponen suatu sistem. Fungsi atau tindakan dan
perilaku merupakan sarana mendasar untuk mengidentifikasi
orang-orang dalam suatu sistem sosial. Evolusi merujuk pada
perubahan dalam suatu sistem yang dapat mempengaruhi, baik
unsur fungsional maupun unsur struktural organisasi.
c. Keterbukaan. Organisasi merupakan sistem sosial yang batas-
batasnya dapat ditembus sehingga memungkinkan organisasi untuk
berinteraksi dengan lingkungan dan memperoleh energi dan
informasi.
d. Hierarki. Sistem merupakan suatu suprasistem bagi sistem-sistem
lain di dalamnya, juga merupakan subsistem bagi sistem yang lebih
besar. Arus informasi yang melintasi batas-batas suatu sistem dapat
mempengaruhi perilaku struktural-fungsional. Hierarki melihat
bagaimana tingkat-tingkat ini berkaitan dan bagaimana suatu
tingkat berinteraksi dengan tingkat lainnya.
30
Ibid. hal. 65.
15
Muhyadi mengemukakan bahwa teori organisasi modern memiliki
sejumlah karakteristik yang membedakannya dengan teori sebelumnya,
yakni:31
Organisasi dipandang sebagai suatu sistem yang dinamis, bergerak
ke arah tujuan tertentu. Pengertian organisasi sebagai suatu sistem
meliputi: input, proses, output, umpan balik, dan lingkungan.
Aspek kedinamisan mendapat penekanan dalam pembahasan
organisasi. Kedinamisan dilihat dari organisasi merupakan
kesatuan yang bergerak ke arah tujuan tertentu dan kedinamisan
dalam interaksi antaranggota yang bersifat intern.
Hubungan interaksi antarbagian dalam sebuah organisasi, baik
yang bersifat vertikal maupun horisontal dapat mempengaruhi
proses yang berlangsung dalam organisasi.
Tujuan pribadi dan motivasi yang berbeda-beda dari para anggota
mendapatkan peluang untuk dicapai dalam organisasi. Teori
organisasi modern berusaha untuk secara simultan mencapai tujuan
organisasi sekaligus memuaskan kepentingan anggota.
Teori organisasi modern memandang organisasi sebagai sistem
yeng memiliki kemampuan adaptif, menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Output harus disesuaikan dengan kebutuhan
lingkungan dan input diambil dari apa yang tersedia di lingkungan.
3. Komunikasi Internal Organisasi
Komunikasi organisasi merujuk pada proses komunikasi dan
interaksi yang terjadi diantara anggota internal organisasi.32
Robbins
menyebutkan, fungsi utama komunikasi internal dalam organisasi
31
Muhyadi, Op. Cit., hal. 44-46. 32
Bruce K. Berger. 2008. Employee/Organizational Communication. Terarsip dalam http://www.instituteforpr.org/topics/employee-organizational-communications/. Tanggal 10 April 2013.