BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perubahan kondisi politik dan adanya krisis ekonomi dunia menuntut perusahaan untuk lebih efektif dalam mengelola manajemen struktur modal mereka. Sehingga mereka dapat lebih mudah menjaga kestabilan return perusahaan. Salah satu bagian manajemen struktur modal yang harus disusun secara efektif dan efisien yaitu keputusan investasi pada utang privat dan utang publik terutama mengenai bagaimana menggunakan dan komposisi keduanya akan mempengaruhi resiko. Modal diperlukan perusahaan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan dan pengembangan perusahaan. Manajemen struktur modal yang efektif sangat penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Apabila perusahaan kekurangan modal untuk memperluas penjualan dan meningkatkan produksinya, maka besar kemungkinannya akan mengalami kehilangan pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki modal yang cukup, tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek pada waktunya dan akan menghadapi masalah likuiditas. Investasi modal merupakan proses terus-menerus selama perusahaan beroperasi, yang dipengaruhi oleh :
90
Embed
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Analisis... · Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pemilihan utang, literature menawarkan tiga kemungkinan penjelasan.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dengan adanya perubahan kondisi politik dan adanya krisis ekonomi
dunia menuntut perusahaan untuk lebih efektif dalam mengelola manajemen
struktur modal mereka. Sehingga mereka dapat lebih mudah menjaga
kestabilan return perusahaan. Salah satu bagian manajemen struktur modal
yang harus disusun secara efektif dan efisien yaitu keputusan investasi pada
utang privat dan utang publik terutama mengenai bagaimana menggunakan
dan komposisi keduanya akan mempengaruhi resiko. Modal diperlukan
perusahaan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan dan
pengembangan perusahaan.
Manajemen struktur modal yang efektif sangat penting untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang.
Apabila perusahaan kekurangan modal untuk memperluas penjualan dan
meningkatkan produksinya, maka besar kemungkinannya akan mengalami
kehilangan pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki
modal yang cukup, tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek pada
waktunya dan akan menghadapi masalah likuiditas. Investasi modal
merupakan proses terus-menerus selama perusahaan beroperasi, yang
dipengaruhi oleh :
· Tingkat investasi aktiva perusahaan
· Proporsi utang lancar dan utang tidak lancar yang digunakan
· Tingkat investasi pada setiap jenis aktiva
· Sumber dana yang spesifik dan komposisi utang yang harus
dipertahankan.
Karena setiap perusahaan baik yang sedang mengalami kesulitan
finansial maupun yang sedang dalam kondisi baik dan berkembang
membutuhkan tambahan biaya modal, maka salah satu cara untuk
mendapatkan tambahan pembiayaan yaitu melalui utang. Bagi perusahaan
yang sedang mengalami kesulitan finansial, tambahan modal melalui utang
dapat membantu mengatasi masalah keuangan perusahaan, sedangkan bagi
perusahaan yang sedang tumbuh utang dapat digunakan untuk membiayai
pengembangan perusahaan.
Dalam penggunakan utang sebagai alat untuk membiayai operasional
atau pengembangan perusahaan, perusahaan diharuskan untuk memilih dua
jenis utang yaitu utang publik, dan utang bank. Kedua utang tersebut
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Perusahaan dapat
memilih salah satu bentuk utang sesuai dengan kondisi perusahaan. Beberapa
faktor dapat digunakan untuk menganalisis bentuk utang yang paling cocok
dengan kondisi perusahaan. Dengan menggunakan faktor tersebut maka
perusahaan dapat memilih menggunakan utang publik atau utang pribadi.
Namun walaupun di lapangan banyak perusahaan yang meningkatkan
utang publik dan utang pribadi, fakta yang menunjukkan faktor-faktor apa
yang menentukan kombinasi sangat jarang. James (1996) menunjukkan
bahwa suatu kombinasi utang publik dan utang pribadi memperbolehkan
perusahaan yang mempunyai kesulitan untuk mengubah struktur modal
mereka diluar non-court restructurings dan oleh karena itu pilihan dari
kombinasinya adalah suatu fenomena yang kompleks.
Hasil penelitian Yener Altunbas (2005) menunjukkan bahwa
penggunaan obligasi berhubungan positif dengan ukuran perusahaan,
financial leverage, profitabilitas, dan rasio fixed asset dengan total modal.
Jadi perusahaan yang memiliki kemungkinan bertumbuh akan lebih memilih
obligasi. Namun penelitian tersebut dilakukan dengan studi kasus pada
perusahaan-perusahaan manukfaktur di Eropa yang tentu memiliki
karakteristik yang berbeda dengan manajemen perusahaan di Indonesia.
Sedangkan menurut Pablo de Andr´es Alonso, F´elix J. L´opez
Iturriaga, Juan A. Rodr´ıguez Sanz dan Eleuterio Vallelado Gonz´alez (2005)
perusahaan dengan proyek-proyek investasi yang menguntungkan enggan
untuk menggunakan utang bank, karena mereka ingin mempertahankan
fleksibilitas peluang pertumbuhan yang dapat hilang jika ada pengawasan
bank yang lebih rinci. Hukum sipil-negara Spanyol mendorong perusahaan-
perusahaan terbesar untuk mempertahankan hubungan dekat dengan bank.
Sehingga perusahaan yang lebih dekat dengan kebangkrutan terbukti lebih
sering menggunakan proporsi yang lebih tinggi pada utang bank sehingga
menghindari likuidasi yang tidak efisien di pasar keuangan .
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
pemilihan utang, literature menawarkan tiga kemungkinan penjelasan.
Pertama, hipotesis “liquidation and renegotiation” (likuidasi dan renegosiasi)
menjelaskan bahwa renegosiasi utang publik adalah sulit, memerlukan biaya
dan memungkinkan untuk mengarah pada likuidasi dari perusahaan yang
sedang mempunyai kesulitan keuangan (Chemmanur and Fulghieri, 1994).
Jadi, perusahaan dengan risiko seperti itu lebih memilih untuk menghindari
utang publik. Kedua, hipotesis “moral hazard and adverse selection”
menyatakan bahwa pinjaman bank berbeda dari utang publik karena bank
mendapatkan keuntungan biaya dalam meminjamkan dan menyediakan
informasi yang lebih tentang kemungkinan dari pinjaman perusahaan
(Diamond, 1984). Fama (1985) berpendapat bahwa utang bank sebagai
bagian dari utang yang mungkin mengurangi masalah kekurangan investasi.
Oleh karena itu, perusahaan dengan agency conflicts potensial ditantang
untuk memanfaatkan penggunaan utang pribadi (misal, bank) daripada utang
publik. Terakhir, hipotesis “flotation cost” menyatakan bahwa skala
ekonomis dalam mengeluarkan utang publik dalam jumlah banyak dan karena
itu hanya perusahaan yang lebih besar yang lebih memilih memanfaatkan
keuntungan utang publik (Blackwell and Kidwell, 1988). Ini, menyatakan
secara tidak langsung bahwa memilih antara mengeluarkan utang publik atau
utang bank hanya terbatas pada perusahaan yang lebih besar.
Sedangkan hasil dari penelitian Antonios Antoniou, Yilmaz Guney,
Krishna Paudyal (2008) yaitu menyatakan umur utang, likuiditas, dan rasio
utang memiliki pengaruh terbalik dengan penggunaan utang. Namun hasil
tersebut bergantung pada negaranya. Utang memiliki pengaruh positif pada
penggunaan utang bank di UK tapi ini berpengaruh terbalik di German saat
likuiditas dan rasio utang bank secara negatif diasosiasikan di UK tapi tidak
demikian dengan di German. Kualitas perusahaan dan penggunaan utang
bank adalah kuat dan berhubungan positif di UK saat derajat dari asosiasi ini
tidak berlaku di German. Untuk itu, fokus mengenai informasi pinjaman yang
lebih baik untuk mengurangi masalah kesalahan seleksi adalah tidak
signifikan di perusahaan German tapi sangat penting untuk perusahaan UK.
Ditambahkan, tidak ada pembayaran deviden di UK atau perusahaan
memotong deviden mereka untuk menghindari masalah utang bank, tapi
berkebalikan di German. Sama halnya, perubahan pendapatan tidak
berpengaruh pada keputusan utang dari perusahaan German tapi secara
positif berpengaruh pada rasio utang bank pada perusahaan UK. Kemudian
menegaskan prediksi dari hipotesis biaya flotation, kenyataannya menyatakan
bahwa perusahaan yang lebih kecil menyukai pinjaman bank daripada utang
publik di kedua negara. Pada akhirnya, estimasi memiliki kepentingan bagi
beberapa pasar sebagai faktor kontrol pada model. Perubahan pengembalian
saham dan performa yang positif pada harga sahamnya mengurangi jumlah
penggunaan utang bank oleh perusahaan UK. Secara relatif tinggi rendahnya
tingkat bunga jangka panjang menginspirasi manajer German (British) untuk
meminjam dari bank.
Berdasarkan hasil tersebut maka menurut pendapat Antonios Antoniou,
Yilmaz Guney, Krishna Paudyal (2008) menegaskan bahwa keputusan
kepemilikan utang dari list perusahaan tidak hanya hasil dari karakteristik
mereka tetapi juga hasil dari lingkungan keuangan dan hubungan tradisi
perusahaan dimana mereka beroperasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor- faktor yang menentukan
pemilihan penggunaan utang bank (utang privat), apabila digunakan beberapa
variabel–variabel yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Penyesuaian
dilakukan karena penelitian sebelumnya dilakukan di luar Indonesia dengan
kondisi dan kebijakan ekonomi yang berbeda dan adanya beberapa hasil yang
tidak konsisten karena adanya pengaruh sistem ekonomi. Selain itu peneliti
ingin menguji Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan dalam
Memilih antara menggunakan Utang bank pada perusahaan-perusahaan
manufaktur di Indonesia yang terdaftar di BEI pada periode pengamatan
2001-2008.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Antonios Antoniou,
Yilmaz Guney, Krishna Paudyal (2008). Perbedaannya terletak dalam hal
variabel, obyek, dan waktu yang digunakan. Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan, peneliti tertarik untuk meneliti Faktor-Faktor yang
menentukan Penggunaan Utang Bank Bagi Perusahaan dengan judul :
ANALISIS PENGARUH ANTARA LEVERAGE, MARKET-TO-
BOOK, DEVIDEN, SIZE, CHANGE-IN STOCK PRICE DAN FIXED-
ASSETS RATIO DENGAN PENGGUNAAN UTANG BANK BAGI
PERUSAHAAN
(Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJ
Periode 2001-2008).
B. Perumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh antara Leverage dengan penggunaan utang bank
bagi perusahaan?
2. Apakah ada pengaruh antara Market-to-book dengan penggunaan utang
bank bagi perusahaan?
3. Apakah ada pengaruh antara Deviden dengan penggunaan utang bank
bagi perusahaan?
4. Apakah ada pengaruh antara Size perusahaan dengan penggunaan utang
bank bagi perusahaan ?
5. Apakah ada pengaruh antara Change-in Stock Price perusahaan dengan
penggunaan utang bank bagi perusahaan?
6. Apakah ada pengaruh antara Fixed Assets Ratio perusahaan dengan
penggunaan utang bank bagi perusahaan?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
· Untuk mengetahui adanya pengaruh antara Leverage terhadap
penggunaan utang bank bagi perusahaan.
· Untuk mengetahui adanya pengaruh antara Market-to-book terhadap
penggunaan utang bank bagi perusahaan.
· Untuk mengetahui adanya pengaruh antara Deviden terhadap
penggunaan utang bank bagi perusahaan.
· Untuk mengetahui adanya pengaruh antara Size perusahaan terhadap
penggunaan utang bank bagi perusahaan.
· Untuk mengetahui adanya pengaruh antara Change-in Stock Price
perusahaan terhadap penggunaan utang bank bagi perusahaan.
· Untuk mengetahui adanya pengaruh antara Fixed Assets Ratio
perusahaan terhadap penggunaan utang bank bagi perusahaan.
.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini bagi pihak – pihak yang terkait adalah sebagai berikut :
· Bagi perusahaan, penelitian bermanfaat bagi perusahaan sebagai bahan
pertimbangan dalam penggunaan utang bank bagi perusahaan sehingga
dapat sesuai dengan kondisi perusahaan
· Bagi peneliti akan memperoleh ilmu pengetahuan yang lebih banyak
mengenai pengaruh leverage, market-to-book, size, dividen, change-in
stock price dan fixed assets ratio terhadap penggunaan utang bank bagi
perusahaan yang digunakan untuk memenuhi tugas akhir S1 yang
merupakan salah satu syarat kelulusan.
· Bagi pembaca akan mendapat tambahan ilmu dan referensi mengenai
pengaruh leverage, market-to-book, dividen, size, change-in stock
price dan fixed assets ratio terhadap penggunaan utang bank bagi
perusahaan yang diharap dapat bermanfaat untuk digunakan sebagai
referensi atau untuk melanjutkan penelitian ini.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal merupakan tempat atau sarana bertemunya antara
penawaran dan permintaan atas instrumen keuangan jangka panjang,
umumnya lebih dari satu tahun (Mohamad Samsul, 2006). Dalam Undang-
Undang RI No. 8 Tahun 1995 Tertanggal 10 November 1995 yang
dimaksud dengan pasar modal adalah segala kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkan, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.
Sehingga pasar modal secara umum adalah pasar abstrak dan
sekaligus pasar konkrit dengan barang yang diperjualbelikan adalah dana
yang bersifat abstrak dan bentuk konkritnya adalah lembar surat-surat
berharga di bursa efek.
2. Struktur Modal
Dalam menjalankan kegiatan operasinya, setiap perusahaan
menghadapi masalah dari mana dana diperoleh dan untuk apa dana
tersebut digunakan. Sumber dana suatu perusahaan dapat di lihat di sisi
pasiva dari neraca perusahaan, sedangkan penggunaan dana dapat di lihat
pada sisi aktiva dari neraca perusahaan. Untuk setiap penggunaan dana,
haruslah ada sumbernya. Dalam arti yang lebih luas, aktiva-aktiva yang
dimiliki perusahaan menunjukkan penggunaan bersih dari dana, sedangkan
utang dan modal sendiri mencerminkan sumber dananya (Husnan:2001).
Setiap perusahaan membutuhkan dana untuk membiayai operasi
perusahaan, yang bisa dipenuhi dari pemilik modal sendiri maupun dari
pihak lain berupa utang. Dana tersebut mempunyai biaya modal yang
harus ditanggung oleh perusahaan.
Struktur modal akan menentukan biaya modal. Biaya modal adalah
balas jasa yang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada masing–masing
pihak yang menanamkan dananya di dalam perusahaan.
Dalam kaitannya dengan biaya modal, baik modal sendiri maupun
utang perlu diperinci lebih lanjut, karena tiap–tiap jenis sumber modal
mempunyai konsekuensi tersendiri, baik jenis, cara perhitungan maupun
ada atau tidaknya keharusan untuk dibayarkan. Sumber modal
dimaksudkan di sini terbatas pada modal tetapnya saja, yaitu utang jangka
panjang, modal saham preferen dan modal saham biasa. Keputusan untuk
menggunakan tiap–tiap jenis sumber modal tersebut atau
mengkombinasikannya, senantiasa dihadapkan pada berbagai
pertimbangan baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang
mencakup tiga unsur penting, yaitu :
a. Sifat keharusan untuk membayarkan balas jasa atas penggunaan
modal kepada pihak yang menyediakan dana tersebut, atau sifat
keharusan untuk pembayaran biaya modal.
b. Sampai seberapa jauh kewenangan dan campur tangan pihak
penyedia dana itu dalam pengelolaan perusahaan.
c. Risiko yang dihadapi perusahaan.
Agar dapat dipahami perbedaan karakteristik antara tiga macam
sumber modal itu dapat dilihat dan disajikan pada kolom berikut :
Tabel II.1
Perbedaan Karakteristik Antara Utang Jangka Panjang, Saham
Preferen dan Saham Biasa
Perbedaan Utang Jangka Panjang
Saham Preferen Saham Biasa
1.Keharusan untuk membayarkan balas jasa (biaya modal)
Perusahaan menjadi terikat / mengikatkan dirinya untuk membayar bunga yang bersifat tetap menurut kontrak
Perusahaan terikat / mengikatkan dirinya untuk membayar deviden yang bersifat tetap sebelum perusahaan membayarkan deviden kepada pemegang saham biasa.
Perusahaan hanya terikat untuk membayar deviden dari sisa laba setelah bunga atas utang dan deviden atas saham preferen yang menunggak itu harus dibayar. Tetapi deviden atas saham biasa tidak harus dibayarkan dan dapat dilakukannya berdasar tindakan formal / resmi dari manajemen.
2.Kewenangan untuk ikut campur di dalam manajemen perusahaan
Terbuka kemungkinan bagi para kreditur mengambil alih kendali manajemen di dalam perusahan apabila perusahaan
Terbuka kemungkinan untuk mendapatkan hak memilih direksi / pimpinan dalam perusahaan
Merupakan pemilik perusahaan yang berhak untuk menentukan kebijaksanan-kebijaksanan penting perusahaan.
gagal memenuhi kewajiban-kewajibannya.
3.Risiko yang dihadapi perusahaan
Gambaran atau bayangan akan ketidakmampuan untuk membayar kembali utang kepada kreditur merupakan risiko yang mengancam kelangsungan hidup perusahaan.
Perusahaan dihadapkan pada kemungkinan adanya deviden yang menunggak yang biasanya diatasi dengan cara membagikan saham atau bonus.
Pada akhirnya pemegang saham biasa sebagai pemilik perusahaan merupakan pihak yang menanggung risiko.
3. Utang
Utang merupakan sejumlah atau sesuatu yang dapat dinilai dengan
uang yang diterima dari pihak lain berdasarkan persetujuan dengan
kewajiban mengembalikan atau melunasi (Sujaya Ismana, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan struktur utang
perusahaan ada 5 faktor (Suad Husnan, 2000), yaitu :
· Lokasi distribusi keuntungan, yang berarti seberapa besar nilai
yang diharapkan (expected value) dari keuntungan operasi
perusahaan. Semakin besar expected value keuntungan, semakin
kecil perusahaan menderita kerugian.
· Stabilitas penjualan dan keuntungan. Stabilitas penjualan akan
mempengaruhi kestabilan keuntungan dan pada akhirnya akan
mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban finansialnya. Sehingga semakin stabil keuntungan
perusahaan maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan
mampu memenuhi kewajiban finansialnya.
· Kebijakan deviden. Apabila perusahaan cenderung membagikan
deviden yang besarnya tetap, maka pembayaran deviden tersebut
akan merupakan beban tetap bagi perusahaan. Dengan demikian
perusahaan dengan utang yang besar akan sulit untuk
mempertahankan deviden yang tetap tersebut. Hal ini disebabkan
karena utang yang tinggi akan menimbulkan beban tetap yang
tinggi pula.
· Pengendalian. Perusahaan mungkin menggunakan utang karena
tidak ingin kehilangan kendali atas perusahaan. Jika perusahaan
menerbitkan saham baru, maka proporsi kepemilikan saham lama
akan berkurang, kecuali jika ia juga dapat membeli saham yang
baru tersebut dengan proporsi yang sama. Namun ada
kemungkinan pemegang saham lama tidak memiliki cukup dana,
padahal perusahaan membutuhkan tambahan dana segera. Dengan
demikian dalam kondisi tersebut mungkin pemilik lebih memilih
untuk menerbitkan obligasi agar tidak kehilangan kendali atas
perusahaan.
· Risiko kebangkrutan. Apabila ada peningkatan bunga pinjaman
saat perusahaan ingin meningkatkan utangnya, maka pembeli
obligasi akan mulai menganalisa adanya risiko kebangkrutan.
Sehingga perusahaan memilih untuk tidak menaikkan utang bank.
Sedangkan manfaat penggunaan utang yaitu :
· Bunga yang dibayarkan memperkecil pajak (penghematan pajak),
sehingga menurunkan biaya modal (WACC)
· Pemegang utang (debtholder) memperoleh pendapatan/
penghasilan tetap, sehingga pemegang saham (stockholder) tidak
perlu mengambil bagian laba ketika perusahaan dalam konsidi
prima.
Utang berdasarkan jatuh temponya dibedakan menjadi 2 (Agus
Sartono, 2001), yaitu:
a. Utang Jangka Panjang
Utang jangka panjang merupakan utang yang jatuh temponya lebih
dari 1 tahun.
Terdapat tiga karakteristik utang jangka panjang, yaitu: cepat,
fleksibel dan berbiaya rendah. Hal ini disebabkan karena pinjaman
ini dinegoisasikan langsung antara peminjam dengan kreditur.
Biaya administrasi menjadi relatif kecil, dan tidak diperlukan
persetujuan dengan pengawas pasar modal.
Contoh sumber utang jangka panjang yaitu: utang bank jangka
panjang, obligasi, dan utang dengan atau tanpa jaminan. Utang
bank jangka panjang jarang digunakan oleh perusahaan karena
adanya flotation cost yang tinggi, penalti akibat pelunasan yang
lebih awal sangat tinggi, dan mengurangi keleluasaan manajer
dalam memanuver dana.
Sedangkan obligasi menurut Agus Sartono (324, 2001) merupakan
surat tanda utang yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan jumlah
tertentu dan akan jatuh tempo pada waktu tertentu dan memberikan
pendapatan dengan bunga tetap.
b. Utang Jangka Pendek
Utang jangka pendek merupakan utang yang jatuh temponya
kurang dari 1 tahun.
Penggunaan utang jangka pendek yang tidak hati-hati akan
memberatkan perusahaan karena ada kemungkinan pada saat utang
tersebut jatuh tempo perusahaan tidak mampu membayar kembali.
Dengan demikian utang jangka pendek dalam jumlah besar akan
memperburuk kondisi perusahaan.
Contoh utang jangka pendek yaitu utang dagang dan utang bank
jangka pendek. Utang dagang terjadi karena perusahaan membeli
bahan baku dari supplier dengan kredit. Utang bank jangka pendek
memiliki biaya yang sangat bervariasi untuk berbagai jenis
peminjam dalam satu waktu. Secara teoritis tingkat bunga akan
cenderung tinggi bagi peminjam yang berisiko tinggi dan
sebaliknya rendah bagi peminjam yang bonafide.
4. Utang Privat (Utang Bank)
Utang bank yaitu pinjaman dari bank dalam waktu tertentu, biasanya
digunakan untuk tujuan komersil. Jaminan pinjaman Utang bank dapat
dikenal sebagai collateral security. Pembayaran pinjaman dapat
diangsur sesuai dengan suku bunga yang diterapkan masing-masing
bank (Sujana Ismaya; 2006)
Suku bunga yaitu sejumlah imbalan yang diberikan oleh bank kepada
nasabah atas dana yang disimpan di bank yang dihitung sebesar
presentase tertentu dari pokok simpanan dan jangka waktu simpanan;
tingkat bunga yang dikenakan terhadap pinjaman yang diberikan bank
kepada debiturnya (Sujana Ismaya; 2006)
Dengan adanya utang bank maka biaya keagenan perusahaan akan
berkurang, karena adanya pengawasan dari bank. Namun perlu diingat
bahwa tingkat suku bunga bank lebih besar pada perusahaan yang
berisiko tinggi.
5. Utang Publik (Obligasi)
Obligasi adalah utang jangka panjang dimana peminjam setuju
melakukan pembayaran bunga dan pokok pinjaman, pada tanggal tertentu
kepada pemegang obligasi (Brigham and Houston; 2001).
Investor memiliki banyak pilihan apabila ingin melakukan investasi
dalam obligasi, yang dapat diklasifikasi menjadi empat jenis utama, yaitu:
a. Obligasi Treasuri (treasury bond) yang terkadang disebut dengan
obligasi pemerintah karena diterbitkan oleh pemerintah federal.
Orang biasanya mengasumsikan bahwa pemerintah federal pasti
akan melakukan pembayaran, sehingga obligasi ini dianggap tidak
memiliki risiko kegagalan. Namun, harga obligasi treasuri menurun
apabila suku bunga naik, sehingga obligasi ini tidak bebas dari
semua risiko.
b. Obligasi perusahaan (corporate bond), sesuai dengan namanya
diterbitkan oleh perusahaan. Tidak seperti obligasi treasuri, obligasi
ini memiliki risiko kegagalan, apabila penerbit obligasi memiliki
masalah maka mungkin ia tidak dapat membayar bunga dan pokok
pinjaman. Obligasi perusahaan yang berbeda akan memiliki tingkat
risiko kegagalan yang juga berbeda, tergantung pada karakteristik
perusahaan penerbit dan jangka waktu obligasi itu. Risiko
kegagalan sering disebut “risiko kredit”, dan semakin besar risiko
kegagalan atau kredit maka semakin tinggi suku bunga yang harus
dibayar oleh penerbit.
c. Obligasi Municipal (municipal bond) yang diterbitkan pemerintah
bagian dan lokal. Seperti halnya dengan obligasi perusahaan,
obgasi ini memiliki risiko kegagalan. Akan tetapi obligasi ini
memiliki keunggulan dibandingkan obligasi lainya yaitu bunga
yang diperoleh dari sebagian besar obligasi municipal dikecualikan
dari pajak federal, dan juga dari pajak negara bagian jika
pemegangnya adalah penduduk negara bagian tersebut. Akibatnya,
obligasi municipal memiliki suku bunga yang lebih rendah jika
dibandingkan obligasi perusahaan dengan risiko kegagalan yang
sama.
d. Obligasi asing (foreign bond) diterbitkan oleh pemerintah asing
atau perusahaan asing. Obligasi ini juga memiliki risiko kegagalan.
Risiko tambahan muncul jika obligasi itu dinyatakan dalam mata
uang asing, karena nilai tukar mata uang asing selalu berfluktuasi.
Beberapa obligasi memasukkan provisi dana pelunasan (sinking fund
provision) yang digunakan untuk melunasi penerbitan obligasi. Biasanya
dana pelunasan mengharuskan perusahaan untuk menarik sebagian obligsi
setiap tahun. Kadang-kadang perusahaan diharuskan untuk
mendepotasikan uang kepada trustee, yang menginvestasikan dana ini dan
kemudian menggunakan dana yang terkumpul untuk menarik obligasi
ketika jatuh tempo. Akan tetapi, biasanya dana pelunasan digunakan
untuk membeli kembali sejumlah presentase tertentu dari penerbitan setiap
tahun. Kegagalan unuk memenuhi persyaratan dana pelunasan dapat
menyebabkan penerbitan obligasi menjadi sia-sia, yang dapat memaksa
perusahaan menghadapi kebangkrutan. Dana pelunasan ini dapat
menghabiskan kas perusahaan.
Dalam sebagian besar kasus, perusahaan diberikan hak untuk
menangani dana pelunasan dalam 2 cara, yaitu:
a. Perusahaan dapat menarik sebagai penebusan (pada nilai nominal)
suatu presentase tertentu dari obligasi setiap tahun; misalnya,
perusahaan dapat menarik 5% dari jumlah awal penerbitan pada
harga $1.000 per obligasi. Obligasi itu kemudian diberi nomor urut,
dan obigasi yang ditarik sebagai penebusan ditentukan dengan cara
diundi yang dilakukan dengan trustee.
b. Perusahaan dapat membeli sejumlah obligasi yang dibutuhkan di
pasar terbuka.
Perusahaan akan memilih metode yang paling rendah biayanya (least-
cost method). Jika suku bunga naik, yang menyebabkan harga obligasi
turun, maka perusahaan akan menarik obligasi.
6. Leverage
Secara harviah kata leverage adalah kekuatan pengungkit, yaitu dari
kata dasar lever yang berarti pengungkit (Suad Husnan, 1998). Ada dua
tipe leverage, yaitu operating dan financial leverage. Operating leverage
terjadi ketika perusahaan menggunakan aktiva yang menimbulkan beban
tetap yang harus ditutup dari hasil operasinya. Sedangkan financial
leverage terjadi saat perusahaan menggunakan utang dan menimbulkan
beban tetap (yaitu bunga) yang harus dibayarkan dari hasil operasi.
Menurut Agus Sartono (2001) perusahaan menggunakan operating
dan financial leverage dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh
lebih besar daripada biaya aset dan sumber dananya, sehingga
meningkatkan keuntungan para pemegang saham. Sebaliknya leverage
juga meningkatkan risiko perusahaan, karena jika perusahaan
mendapatkan keuntungan lebih rendah daripada biaya tetapnya maka
penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham.
7. Market-to-Book
Rasio market-to-book memberikan indikasi berbeda mengenai
bagaimana investor melindungi perusahaannya. Karena market-to-book
merupakan perbandingan antara harga saham perlembar dengan book
value perlembar saham (Brigham dan Houston, 2008). Perusahaan dengan
tingkat return yang relatif tinggi biasanya memiliki book value yang lebih
tinggi daripada perusahaan dengan return rendah.
8. Deviden.
Deviden merupakan pembagian laba perusahaan setelah pajak yang
diberikan kepada para pemegang saham. Terdapat 3 teori mengenai
deviden (Suad Husnan, 2000), yaitu :
· Devidend irrelevance Theory (MM). Teori ini menyatakan bahwa
kebijakan deviden perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap
nilai perusahaan maupun biaya modal. Modigliani dan Miller
(MM) berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan ditentukan oleh
kemampuan menghasilkan laba dan risiko bisnisnya.
· Bird–in-the-hand theory. Gorgo Linther berpendapat bahwa nilai
perusahaan akan dimaksimumkan oleh rasio pembayaran deviden
(devien payout ratio) yang tinggi karena investor menganggap
bahwa deviden tunai lebih kecil risikonya dibandingkan
keuntungan modal potensial (jika laba ditahan untuk diinvestasikan
kembali).
· Tax preference theory. Investor menyukai pembagian deviden yang
rendah daripada deviden yang tinggi, karena : tarif pajak
keuntungan lebih rendah dari pada tarif pajak deviden, adanya
pajak keuntungan (capital gain) yang dibayarkan jika saham dijual,
dan saham yang dimiliki oleh investor sampai meninggal ahli
warisnya tidak membayar pajak.
9. Size
Salah satu cara untuk menganalisis prospek perusahaan di masa yang
akan datang yaitu dengan analisis common size. Analisis common size
menyajikan persentase setiap elemen terhadap total aktiva, dan untuk
laporan laba rugi persentase setiap elemen terhadap penjualan (Agus
Sartono, 2001).
10. Change-in Stock Price
Change-in Stock Price merupakan perubahan harga saham rata-rata
dalam setahun. Harga saham cenderung akan naik apabila perusahaan
mengumumkan adanya pemecahan saham dan pembagian deviden. Namun
apabila jika selama beberapa bulan ke depan perusahaan belum
mengumumkan adanya kenaikan laba dan deviden, maka harga akan
kembali jatuh ke tingkat sebelumnya (Brigham dan Houston, 2006).
11. Fixed Asset
Fixed Asset merupakan aktiva yang sulit untuk diubah dalam bentuk
kas oleh perusahaan. Aktiva tetap meliputi benda bergerak seperti alat-alat
berat dan tidak bergerak, seperti tanah dan bangunan.
12. Penelitian Terdahulu
Telah ada beberapa penelitian yang berkaitan tentang pengaruh
Leverage, Market-to-Book, Deviden, Size, Change-in Stock Price dan
Fixed Assets Ratio dengan penggunaan utang bank bagi perusahaan, antara
dan fixed asset ratio) hanya mempengaruhi sebesar 23,00% terhadap
rata-rata Utang Bank. Sedangkan 77,00% adalah dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak ikut dalam penelitian ini.
b. Pengujian Koefisien Parsial (Uji t)
Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh leverage ratio,
market-to-book, dividen, size, change –in stock price, dan fixed asset
ratio terhadap rata-rata Utang Bank perusahaan secara parsial. Hasil
pengujian koefisien determinasi data dapat dilihat dalam Tabel IV.11
Tabel IV. 11
Hasil Uji Koefisien Parsial (Uji t)
Variabel t -hitung Signifikansi Hasil Leverage Ratio 3,220 0,002 H0 ditolak Market-to-Book -0,110 0,913 H0 diterima Dividen PayOut Ratio 0,416 0,679 H0 diterima Ln Size - 1,926 0,060 H0 diterima Change-in Stock Price 0,264 0,793 H0 diterima Fixed-Assets Ratio 1,670 0,102 H0 diterima
Sumber : Olah data sekunder
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS untuk pengujian hipotesis
pertama diketahui bahwa hanya variabel leverage ratio mempunyai
pengaruh terhadap rata-rata Utang Bank secara parsial karena variabel
leverage ratio memiliki nilai probabilitas signifikansi t sebesar 0,002
(lebih kecil dari 0,05) yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima.
Sedangkan variabel lainya (market-to-book, dividen payout ratio, ln
size, change-in stock price dan Fixed-Assets Ratio) tidak berpengaruh
secara parsial terhadap rata-rata Utang Bank perusahaan karena
memiliki nilai probabilitas signifikansi lebih besar dari 0,05.
F. Interprestasi dan Pembahasan Hasil Penelitian
1. Model 1 (Menggunakan 4 Variabel Independen)
Model 1 mengunakan sebagian variabel independen pokok yang
terdapat pada jurnal utama (Antonios Antoniou, Yilmaz Guney, dan
Krishna Paudyal, 2008. Pengujian melalui Uji F pada model 1
membuktikan bahwa variabel independen (leverage ratio, market-to-book,
dividen, dan size) mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen
(Utang Bank) secara simultan atau bersama-sama. Hal ini membuktikan
bahwa model cukup baik dalam menjelaskan data yang data. Hasil
penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya Pablo de Andr´es
Alonso, F´elix J. L´opez Iturriaga, Juan A. Rodr´ıguez Sanz dan Eleuterio
Vallelado Gonz´alez (2005) memberikan hasil bahwa leverage ratio,
market-to-book, dividen, size, change in stock price, dan fixed asset ratio
mempunyai pengaruh terhadap Utang Bank secara simultan atau bersama-
sama pada perusahaan nonfinansial tahun 1991-1996 di Spanyol. Hasil ini
didukung dengan penelitian Shane A. Johnson (1997), David J. Denis,
Vassil T. Mihov (2002), dan Aditya Wikanaji (2005),
Hasil pengujian regresi yang dilakukan pada variabel leverage ratio
menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh positif terhadap rata-rata
Utang Bank (H1 ditolak). Hasil ini konsisten dengan penelitian event study
yang dilakukan Pablo de Andr´es Alonso, F´elix J. L´opez Iturriaga, Juan
A. Rodr´ıguez Sanz dan Eleuterio Vallelado Gonz´alez (2005) mengenai
utang bank pada sistem keuangan continental perusahaan nonfinancial
pada tahun 1991-1996 di Spanyol. Hal ini mungkin disebabkan karena
adanya fleksibilitas yang lebih besar dari utang bank karena dapat
membantu perusahaan menghindari likuidasi terutama perusahaan-
perusahaan dengan leverage tinggi atau dekat dengan kebangkrutan (Pablo
de Andr´es Alonso, F´elix J. L´opez Iturriaga, Juan A. Rodr´ıguez Sanz
dan Eleuterio Vallelado Gonz´alez, 2005). Selain itu karena utang bank
menyediakan perhatian lebih pada monitoring daripada utang publik
sehingga mengurangi biaya (Berlin dan Loeys, 1988).
Namun tidak konsisten dengan penelitian Antonios Antoniou,
Yilmaz Guney, Krishna Paudyal (2008) pada perusahaan nonfinansial di
Inggris dan Jerman pada tahun 1969 sampai dengan 2000, dan didukung
penelitian Shiddiq N Rahardjo dan Berty Hartantiningrum (2006) yang
memberikan hasil bahwa perusahaan dengan rasio Utang tinggi lebih
membatasi pinjaman bank mereka untuk menghindari likuidasi dan
negoisasi kembali.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa market-to-book berpengaruh
positif terhadap rata-rata Utang Bank (H2 ditolak). Hal ini konsisten
dengan penelitian Krishnaswarni (1999) karena perusahaan dengan
pertumbuhan potensial tinggi harus menghindari utang publik
(MacKiewell dan Kidwell, 1988). Kontradiksi dengan penelitian Pablo de
Andr´es Alonso, F´elix J. L´opez Iturriaga, Juan A. Rodr´ıguez Sanz dan
Eleuterio Vallelado Gonz´alez (2005) dan penelitian Aditya Wikanaji
(2005) menyatakan perusahaan dengan market-to-book tinggi cenderung
memiliki return tinggi sehingga terdapat kesempatan bertumbuh yang
memungkinkan perusahaan untuk menerbitkan utang publik. Sedangkan
fleksibilitas peluang pertumbuhan tersebut dapat hilang jika ada
pengawasan bank yang terlalu ketat.
Dividen payout ratio menunjukkan pengaruh positif terhadap rata-
rata Utang Bank (H3 ditolak) konsisten dengan penelitian sebelumnya
Aditya Wikanaji (2005) menyatakan adanya simultanitas kebijakan Utang
dan dividen dengan arah hubungan positif. Hasil ini juga didukung hasil
Hal ini tidak konsisten dengan penelitian Hartono (1998) dan
Antonios Antoniou, Yilmaz Guney, Krishna Paudyal (2008) pada
perusahaan-perusahaan di Inggris menyatakan perusahaan yang tidak
membayar deviden cenderung untuk menghindari penerbitan utang publik.
Hasil pengujian regresi Ln size menunjukkan bahwa Ln size
berpengaruh negatif terhadap rata-rata Utang Bank (H4 diterima). Hal ini
konsisten dengan penemuan Antonios Antoniou, Yilmaz Guney, Krishna
Paudyal (2008) dan Sunarsih (2004) menyatakan perusahaan dengan
ukuran lebih kecil lebih memilih menggunakan Utang privat karena
adanya biaya flotation yang tinggi pada Utang publik. Hasil ini didukung
penemuan Shane A. Johnson (1997) memberikan hasil bahwa perusahaan
yang lebih kecil akan lebih mengandalkan Utang bank karena perusahaan
kecil lebih sensitif terhadap fluktuasi penyediaan kredit.
Hasil ini tidak konsisten dengan penemuan Pablo de Andr´es
Alonso, F´elix J. L´opez Iturriaga, Juan A. Rodr´ıguez Sanz dan Eleuterio
Vallelado Gonz´alez (2005) menyatakan perusahaan-perusahaan besar di
Spayol lebih memilih tetap menggunakan Utang bank walaupun memiliki
kesempatan untuk beralih ke Utang publik karena bank merupakan sumber
kredit utama di Spanyol.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa change-in stock price
berpengaruh positif terhadap rata-rata Utang Bank (H5 ditolak). Hal ini
tidak konsisten dengan penelitian Mackie Manson (1990) dan Antonios
Antoniou, Yilmaz Guney, dan Krishna Paudyal (2008) yang memberikan
hasil peningkatan utang publik perusahaan mengimplikasikan bahwa
investor meyakini prospek perkembangan perusahaan.
Hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa Fixed-Assets Ratio
berpengaruh positif terhadap rata-rata Utang Bank (H6 diterima). Hal ini
konsisten dengan penelitian terdahulu yang menyatakan tingginya Fixed-
Assets Ratio dapat dijadikan jaminan untuk memperoleh utang bank. Bank
cenderung lebih mempercayai perusahaan yang memiliki nilai fixed assets
yang tinggi dinyatakan oleh Antonios Antoniou, Yilmaz Guney, dan
Krishna Paudyal (2008)
Analisis regresi ini menghasilkan koefisien determinasi Adj R2 sebesar
23,00%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel-variabel di atas
(leverage ratio, market-to-book, dividen, size, change stock price, dan fixed
asset ratio) dalam menjelaskan Utang Bank mempunyai pengaruh lemah.
Sedangkan 77,00% merupakan faktor lain yang tidak dijelaskan dalam
penelitian ini. Model 3 menunjukkan bahwa faktor paling dominan yang
mempengaruhi Utang Bank adalah Leverage Ratio ditunjukkan dengan
koefisien regresi sebesar 0,435 dan nilai t sebesar 3,220.
Selanjutnya untuk pengujian parsial melalui uji t membuktikan bahwa
hanya variabel Leverage Ratio yang mempunyai pengaruh terhadap rata-rata
Utang Bank (Utang Bank) secara parsial pada α 5% dan 10%. Sedangkan
variabel lain seperti market-to-book, dividen payout ratio, ln size dan change
stock price tidak berpengaruh terhadap Utang Bank baik pada α 5% maupun
pada α 10%.
Hal penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya Shiddiq N.
Rahardjo dan Berty Hartantiningrum (2006) yang memberikan hasil bahwa
hanya firm size berpengaruh signifikan terhadap proporsi kepemilikan utang.
Sedangkan untuk variabel growth opportunities, devidend payout ratio (DPR),
dan leverage tidak memiliki pengaruh terhadap rasio struktur utang
perusahaan pada perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta tahun 1999 sampai
dengan 2004.
G. Ringkasan Hasil Perhitungan Output Regresi
Tabel IV. 12 Summary Hasil Regresi
MODEL I Y = 0,722 + 0,493 LV + 0,014 MB + 0,008 Dev – 0,391 Size
t = 2,723 3,765 0,108 0,064 - 2,967
Sig = 0,009 0,000 0,914 0,949 0,005
Adj. R2 = 0,217
F = 4,670 Sig = 0,003
MODEL II Y = 0,036 + 0,058 CSP + 0,390 FA
t = 0,737 0,17 2,975
Sig = 0,674 0,658 0,004
Adj. R2 = 0, 119
F = 4,589 Sig = 0,015
MODEL III Y= 0,406 + 0,435LV - 0,014MB + 0,052Dev - 0,283Size + 0,033CSP + 0,237FA
t = 1,258 3,220 - 0,110 0,416 - 1,926 0,264 1,670
Sig = 0,215 0,002 0,913 0,679 0,060 0,793 0,102
Adj. R2 = 0,230
F = 3,634 Sig = 0,005
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji analisis yang didukung dengan telaah pustaka
maka diperoleh hasil penelitian, yaitu :
1. Hasil pengujian Model 3 (menggunakan 6 variabel independen)
menunjukkan nilai F- hitung sebesar 3,634 dengan tingkat Signifikansi
sebesar 0,005 berarti probabilitas < α 5 %. Dengan hasil ini maka
leverage ratio, market-to-book, dividen, size, change -in stock price, dan
fixed asset ratio berpengaruh secara simultan terhadap rata-rata
penggunaan Utang Bank Hasil pengujian
2. Hipotesis 1 menunjukkan bahwa leverage ratio memiliki pengaruh
positif terhadap rasio Utang Bank yaitu bernilai 0,435 pada alpha 5%.
Dengan hasil ini maka Hipotesis 1 ditolak sehingga setiap kenaikan
kenaikan leverage sebesar 1 akan meningkatkan penggunaan Utang bank
oleh perusahaan sebesar 0,435. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan
dengan rasio utang lebih besar terutama dekat dengan kebangkrutan lebih
memilih menggunakan Utang bank karena lebih fleksibel dan dapat
mengurangi agency cost.
3. Hasil pengujian Hipotesis 2 menunjukkan bahwa market-to-book ratio
memiliki pengaruh negatif sebesar 0,014. Dengan hasil ini maka
Hipotesis 2 diterima sehingga mempunyai arti bahwa setiap kenaikan
ratio Market-to-Book sebesar 1 akan menurunkan rata-rata penggunaan
Utang Bank sebesar 0,014. Hasil ini menunjukkan bahwa jika
perusahaaan memiliki kesempatan bertumbuh, maka akan cenderung
menerbitkan obigasi (Utang Publik).
4. Hasil pengujian Hipotesis 3 menunjukkan bahwa Dividen memiliki
pengaruh positif sebesar 0,052. Hasil ini berarti Hipotesis 3 ditolak, Hal
ini menunjukkan perusahaan yang mengeluarkan deviden cenderung
menggunakan Utang Bank karena pengeluaran dividen dianggap sebagai
sinyal positif untuk mempermudah negoisasi kembali karena adanya
kepercayaan dari para bankir.
5. Hasil pengujian Hipotesis 4 menunjukkan bahwa Ln Size berpengaruh
negatif sebesar 0,283 terhadap rata-rata penggunaan Utang Bank. Hasil
ini berarti Hipotesis 4 diterima sehingga setiap kenaikan Ln size sebesar
1 menurunkan rata-rata penggunaan Utang Bank sebesar 0,283. Hasil ini
menunjukkan perusahaan dengan total penjualan yang lebih kecil
memilih untuk menggunakan Utang Bank karena adanya biaya flotation
yang tinggi pada Utang Publik. Selain itu perusahaan dengan total
penjualan yang kurang stabil akan cenderung memilih Utang bank.
6. Hasil pengujian Hipotesis 5 menunjukkan bahwa change-in stock price
berpengaruh positif sebesar 0,033. Dengan hasil ini maka Hipostesis 5
ditolak sehingga setiap kenaikan change-in stock price sebesar 1 akan
menaikkan rata-rata penggunan Utang Bank sebesar 0,033. Namun hasil
ini menunjukkan bahwa kenaikan harga saham dianggap sebagai sinyal
positif untuk lebih mudah dalam memperoleh Utang Bank, karena akan
lebih mudah mendapat kepercayaan dari bank.
7. Hasil pengujian Hipotesis 6 menunjukkan bahwa Fixed-Assets Ratio
berpengaruh positif sebesar 0,237. Dengan hasil ini maka Hipotesis 6
juga dapat dibuktikan sehingga setiap kenaikan Fixed-Assets Ratio
sebesar 1 akan menaikkan rata-rata penggunaan Utang Bank sebesar
0,237. Hasil ini menunjukkan bahwa tingginya Fixed-Assets Ratio dapat
dijadikan jaminan untuk memperoleh Utang Bank.
8. Hasil uji koefisien determinasi menunjukkan menunjukkan bahwa nilai
koefisien determinasi yang disesuaikan adalah sebesar 0,230 yang
mempunyai arti bahwa variabel independen (leverage ratio, market-to-
book, dividen, size, change –in stock price, dan fixed asset ratio) hanya
mempengaruhi sebesar 23,00% terhadap Bank-Total. Sedangkan 77,00%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak ikut dalam penelitian ini.
Namun dari ketiga model yang disajikan dalam penelitian ini, model
ketiga merupakan model yang terbaik karena penggunaan model ketiga
menunjukkan Adjusted Square yang lebih tinggi dibandingkan dengan
model 1 dan model 2.
9. Selanjutnya untuk pengujian parsial melalui uji t membuktikan bahwa
hanya variabel Leverage Ratio yang mempunyai pengaruh terhadap rata-
rata Utang Bank (Bank-Total) secara parsial pada α 5% dan 10%, karena
memiliki nilai signifikan t sebesar 0,002. Sedangkan variabel lain seperti
market-to-book, dividen payout ratio, ln size, change stock price dan
fixed asset ratio tidak berpengaruh terhadap pengunaan Utang Bank baik
pada α 5% maupun pada α 10%.
B. Keterbatasan Penelitian
Hasil penelitian di atas tidak menutup kemungkinan akan adanya
kekurangan. Oleh karena itu, penelitian berikutnya dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan penelitian ini.
1. Penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI
tanpa mengelompokkan berdasarkan pemiliknya (swasta dan pemerintah).
Cara seperti ini kurang akurat, karena setiap kepemilikan manajerial
memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena karakteristik yang
berbeda tersebut maka memungkinkan adanya perbedaan dalam
mengambil kebijakan Penggunaan Utang Bank.
2. Variasi variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
rendah, sehingga kemampuannya dalam menjelaskan variabel dependen
terbatas (ditunjukkan dengan koefisien determinasi disesuaikan kurang
dari 50%).
3. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pooling,
sehingga kurang dapat menunjukkan perbedaan pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen pada setiap tahunnya.
4. Penelitian ini hanya membagi utang ke dalam dua jenis Utang (Utang
privat dan Utang publik) serta tidak membedakan antara Utang privat pada
bank dan utang privat non-bank
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan diatas, hasil penelitian ini
dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang terkait dengan informasi
penggunaan utang bank bagi perusahaan.
Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan
memperhatikan keterbatasan penelitian yang telah disebutkan di atas.
Misalnya dengan membedakan karakteristik kepemilikan perusahaan yang
terdaftar di BEI, menambah variasi variabel independen, menggunakan
metode time series dan pembagian utang secara lebih spesifik, yaitu membagi
utang menjadi utang privat bank dan utang privat non-bank.
Perusahaan sebaiknya memilih menggunakan utang privat didasarkan
pada kondisi nyata perusahaan. Hal ini didasarkan hasil penelitian bahwa
kondisi perusahaan mempengaruhi penggunaan Utang bank. Hal ini
dikarenakan adanya cost of debt yang lebih tinggi pada utang publik, dan
adanya penggunaan jaminan dalam bentuk fixed assets pada penggunaan
Utang bank. Oleh karena itu perusahaan perlu memperhatikan karakteristik
mereka termasuk bagaimana likuiditas perusahaan mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, C.W. dan Makhija, A.K. 1999. Deregulation, Disintermediation and Agency Costsc of Debt: Evidence from Japan. Journal of Financial Economics, Vol. 51, pp.309-339.
Andr´es, Pablo de Alonso; F´elix J. L´opez Iturriaga dan Juan A. Rodr´ıguez
Sanz. 2005. Determinants of Bank Debt in a Continental Financial System: Evidence from Spanish Companies. The Financial Review. Vol. 40, pp. 305-333.
Antoniou, Antonious. Guney. Yilmaz. Paudal, Khrisna. 2008. The Determinants
of Corporate Debt Ownership Structure. Manajerial Finance, Vol. 34 No. 12, pp. 821-847.
Blackwell, D.W. dan Kidwell, D.S .1988. An Investigation of Cost Differences
Between Public Sales and Private Placements of Debt. Journal of Financial Economics, Vol. 22, pp. 253-278.
Brigham, Eugene.F. dan Houston, Joel.F. 2008. Fundamentals of Financial
Management 10th Edition. Florida. Thomson. Budi, Purbayu dan Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan
SPSS. Yogyakarta. Andi Offset. Datta, S. Iskandar-Datta, M. dan Patel, A. 1999. Bank Monitoring and The Pricing
of Corporate Public Debt. Journal of Financial Economics, Vol. 51. pp. 435-439.
Dennis, D.D dan V.T Mihoy. 2002. The Choice among Bank Debt, Non-Bank
Private Debt and Public Debt: Evidence from New Caoporate Borrowing. Easterwood, J.C. dan Kadapakkam, P.R. 1991. The Role of Private and Public
Debt in Corporate Capital Structures. Financial Manajement. Vol. 20, pp. 49-57.
Gujarati, Damodar. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta. Erlangga.
Hartono, Jogiyanto. 2008. Teori Portopolio dan Analisis Investasi Edisi 5.
Yogyakarta. BPFE. Houston, J.F. dan James, C.M. 1996. Bank Information Monopolies and The Mix
of Private and Public Claims. Journal of Finance. Vol. 51, pp.1863-1889. Husnan, Suad. 1998. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan
Jangka Pendek) Edisi 4. Yogyakarta. BPFE. Husnan, Suad. 2000. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan
Jangka Panjang) Edisi 4. Yogyakarta. BPFE. Johnson, A.Shane. 1997. An Emperical Analysis of the Determinants of Corporate
Debt Ownership Structure. Journal of Financial and Quantitative Analysis. Vol. 32, pp. 47-69.
Krisnaswarmi, Sudha; Paul A. Spindt dan Venkat Subramaniam. 1999.
Informating Asymetric, Monitoring, and Placement Structure of Corporate Debt. Journal of Financial Economics. Vol. 51, pp. 403 – 434
Ismaya, Sujana. 2004. Kamus Perbankan. Bandung. Pustaka Grafika. Modigliani, Franco. 1998. Security versus Bank Finance: the Importance of a
Proper Enforcement of Legal Rules. International Review of Finance, Vol. 1, pp. 81-96.
Moh’d, Mahmoud A; Larry G. Perry dan James N Rimbey. 1998. The Impact
Structure On Corporate Debt Policy : a Time-Series Cross-Sectional Analysis. The Financial Review. Vol. 33, pp. 85-98.
Nur, Shiddiq dan Berty Hartantiningrum. 2006. Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Utang Perusahaan Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akutansi dan Bisnis, Vol. 6 No.1, pp. 1-12.
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portopolio. Surabaya.
Gelora Aksara Pratama. Sartono, Agus. 2001.Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi Edisi 4.
Yogyakarta. BPFE. Stohs, M.H. dan Mauer, D.C. 1996. The Determinants of Corporate Debt Maturity
Structure. Journal of Business, Vol. 69, pp. 279-312. Subagyo,Pangestu. 2000. Statistik Induktif Edisi 4. Yogyakarta. BEFE. Sunarsih. 2004. Analisis Simultanitas Kebijakan Hutang dan Kebijakan Maturitas
Utang serta Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Siasat Bisnis. Vol. 9, pp. 65 – 84.
Wijaya, Tony. 2009. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta.
Universitas Atmajaya Yogyakarta. Wikanaji, Aditya. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi terhadap Kebijakan
Utang dan Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur. Skripsi-S1. FE UII. Yogyakarta.