Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Pati, merupakan salah satu daerah pengahasil batik. Meski bukan daerah penghasil yang terkenal, Kabupaten Pati adalah salah satu daerah yang memiliki batik dengan ciri khas. Salah satu batik yang telah lama ada di Kabupaten Pati adalah batik tulis desa Bakaran. Nama batik ini diambil dari daerah penghasilnya, yaitu desa Bakaran. Bakaran adalah sebuah desa yang ada di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati. Batik Bakaran tergolong batik pesisiran mengingat Kabupaten Pati berbatasan dengan Laut Jawa di Utara. Selanjutnya produk batik tulis desa Bakaran dituliskan dengan istilah Batik Bakaran. Batik Bakaran sangat khas dan unik yang motifnya sangat berbeda dengan batik-batik lain walaupun asal mulanya dari budaya batik yang sama yaitu budaya Keraton. Hal ini disebabkan karena sudah terjadi perpaduan kebudayaan pedalaman dan pesisir yang akhirnya karya masyarakat ini sangat unik. Batik Bakaran dilihat dari segi warna pada motif mempunyai ciri tersendiri, yaitu warna yang mendominasi Batik Bakaran adalah warna hitam,biru tua,cokelat dan putih selain itu juga pada unsur visual terdapat latar yang bercorak retak atau remek. Keunikan yang lain dari Batik Bakaran, memiliki motif yang kaku. Selain itu dari segi komposisi desain masih menggunakan repeat 1 langkah. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Yahyu dijelaskan bahwa saat ini motif yang berkembang menurut konsumen yaitu motif gelombang cinta ,anggrek hutan,
23

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · Kabupaten Pati adalah batik tulis desa Bakaran. Nama batik ini diambil dari daerah penghasilnya, yaitu desa Bakaran. Bakaran adalah sebuah desa

Mar 21, 2019

Download

Documents

lycong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · Kabupaten Pati adalah batik tulis desa Bakaran. Nama batik ini diambil dari daerah penghasilnya, yaitu desa Bakaran. Bakaran adalah sebuah desa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kabupaten Pati, merupakan salah satu daerah pengahasil batik. Meski bukan

daerah penghasil yang terkenal, Kabupaten Pati adalah salah satu daerah yang

memiliki batik dengan ciri khas. Salah satu batik yang telah lama ada di

Kabupaten Pati adalah batik tulis desa Bakaran. Nama batik ini diambil dari

daerah penghasilnya, yaitu desa Bakaran. Bakaran adalah sebuah desa yang ada di

Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati. Batik Bakaran tergolong batik pesisiran

mengingat Kabupaten Pati berbatasan dengan Laut Jawa di Utara. Selanjutnya

produk batik tulis desa Bakaran dituliskan dengan istilah Batik Bakaran.

Batik Bakaran sangat khas dan unik yang motifnya sangat berbeda dengan

batik-batik lain walaupun asal mulanya dari budaya batik yang sama yaitu budaya

Keraton. Hal ini disebabkan karena sudah terjadi perpaduan kebudayaan

pedalaman dan pesisir yang akhirnya karya masyarakat ini sangat unik. Batik

Bakaran dilihat dari segi warna pada motif mempunyai ciri tersendiri, yaitu warna

yang mendominasi Batik Bakaran adalah warna hitam,biru tua,cokelat dan putih

selain itu juga pada unsur visual terdapat latar yang bercorak retak atau remek.

Keunikan yang lain dari Batik Bakaran, memiliki motif yang kaku. Selain itu dari

segi komposisi desain masih menggunakan repeat 1 langkah.

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Yahyu dijelaskan bahwa saat ini motif

yang berkembang menurut konsumen yaitu motif gelombang cinta ,anggrek hutan,

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · Kabupaten Pati adalah batik tulis desa Bakaran. Nama batik ini diambil dari daerah penghasilnya, yaitu desa Bakaran. Bakaran adalah sebuah desa

2

kembang druju, hujan emas, anggrek pohon, kupu kasmaran, pari jotho, lung

kupu, kembang cengkeh, tlogo sunyi.

Batik Bakaran mempunyai potensi yang bisa dikembangkan dengan

pengolahan visual dengan Sumber Daya Alam yang ada di desa Bakaran. Dalam

observasi yang dilakukan kelemahan dari Batik Bakaran adalah pengolahan visual

yang kurang menarik, dan sebagaian pembatik masih membuat warna batik

mempertahankan warna klasik. Selama ini motif Batik Bakaran lebih banyak

menggunakan motif batik flora. Tantangan untuk pengolahan visual ini

menggunakan visual bandeng, udang, padi, jagung untuk mencapai keinginan.

Perancangan Tugas Akhir ini menjadi penting mengingat pengolahan visual

berdasarkan mata pencaharian penduduk kabupaten Pati, secara umum banyak

menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian, sektor kelautan dan perikanan

sesuai dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani. Dengan demikian, perancangan ini

akan menghasilkan produk tekstil berupa kain batik yang mempunyai nilai

kebaruan (inovatif), mempunyai orisinalitas, unik, dan tidak meniru karya orang

lain.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · Kabupaten Pati adalah batik tulis desa Bakaran. Nama batik ini diambil dari daerah penghasilnya, yaitu desa Bakaran. Bakaran adalah sebuah desa

3

B. Study Pustaka

1. Gambaran Umum Desa Bakaran, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati

a. Kondisi Geografis

Kabupaten Pati merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah

terletak pada 110˚ 50 sampai 111˚ 15˚ Bujur Timur dan 6˚ 25‟ sampai 7˚00‟

Lintang Selatan. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di Utara, Kabupaten

Rembang di Timur, Kabupaten Blora dan Kabupaten Grobogan di selatan, serta

Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara di barat (Slamet Supriyadi,2008:16).

Desa Bakaran termasuk wilayah kecematan Juwana, kabupaten Pati. Desa

Bakaran, secara administratif, terbagi menjadi desa Bakaran Wetan dan desa

Bakaran Kulon. Batas wilayah desa Bakaran Wetan adalah Laut Jawa di utara,

desa Margomulyo di selatan, desa Bakaran Kulon dibarat, dan desa Dukutalit di

timur, sedangkan batas wilayah desa Bakaran Kulon adalah Laut Jawa di Utara,

desa Margomulyo di selatan,desa Langenharjo dibarat, dan desa Bakaran Kulon di

timur. Kondisi geografis desa Bakaran terletak di ketinggian 5,8 M dari

permukaan laut, curah hujan 3,68 mm/tahun, termasuk dataran rendah bila dilihat

dari topografi. Jarak dari pusat Kota Kabupaten sebagai pusat pemerintahan

kurang lebih 14,5 km, dan dari Kecamatan jaraknya lebih 2,5 km (Slamet

Supriyadi,2008:47).

b. Mata pencaharian penduduk

Penduduk kabupaten Pati, secara umum, banyak menggantungkan hidupnya

dari sektor pertanian serta kelautan dan perikanan sesuai dengan semboyan Pati

Bumi Mina Tani, sehingga salah satu prioritas pembangunan daerah Kabupaten

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · Kabupaten Pati adalah batik tulis desa Bakaran. Nama batik ini diambil dari daerah penghasilnya, yaitu desa Bakaran. Bakaran adalah sebuah desa

4

Pati adalah perekonomian yang berbasis pada sektor pertanian dan sektor kelautan

dan perikanan, hal tersebut dapat dijelaskan dari wilayah Kabupaten Pati seluas

150.368 hektar, dimanfaatkan sebagai lahan sawah seluas 56.739 hektar (39,06%)

dan lahan bukan sawah seluas 91.629 hektar (60,94%). Penggunaan lahan sawah

meliputi pengairan setengah teknis (18,313 Ha), pengairan teknis (8.969 Ha),

Lainya (312 Ha). Luas lahan bukan sawah sebagian besar dipergunakan untuk

perumahan dari pekarangan seluas 17.866 Ha (11,88%) dan tambak seluas 10.628

Ha (7,07%). Sisanya 4,85% berupa hutan rakyat, perkebunan, kolam, dan lainnya

(Slamet Supriyadi,2008:18-19).

Sebagian besar penduduk kabupaten Pati bermata pencaharian sebagai petani,

selebihnya pedagang, buruh industri, Pegawai Negeri Sipil, nelayan dan

sebagainya. Sedangkan penduduk desa Bakaran sendiri sebagian besar memiliki

mata pencaharian sebagai petani sendiri (sawah maupun tambak) dan buruh tani

(sawah maupun tambak), selebihnya nelayan, pengusaha, buruh industri, buruh

bangunan, pedagang, pensiunan, dan lain-lain.

2. Batik Pesisir

Batik pesisir adalah batik yang berkembang dikawasan Pantai Utara Pulau

Jawa. Kemunculannya dengan membawa ciri yang sangat kuat membuat para

pengamat batik di zaman pendudukan Belanda dengan tegas mengelompokan

batik Jawa menjadi dua, yaitu batik Vorstenlanden dan batik Pesisiran. Fenomena

kemunculan batik pesisiran adalah suatu” pemberontakan “ terhadap bentuk batik

klasik yang telah ada. Motif batik pesisiran dianggap „nyleneh,” tidak mirip batik

yang telah akrab dalam kehidupan orang Jawa, terutama dalam tampilan warna

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · Kabupaten Pati adalah batik tulis desa Bakaran. Nama batik ini diambil dari daerah penghasilnya, yaitu desa Bakaran. Bakaran adalah sebuah desa

5

dan motifnya. Pada awal kemunculannya, orang jawa sebagai pemakai aktif jarit

batik memang sulit untuk menerima kenyataan bahwa yang seperti ini juga batik.

Hal itu berkaitan dengan penggunaan batik sebagai sarana pelengkap dalam

menjalani suatu ritual misalnya hajatan, pemberian pada saat akan menikah,

maupun upacara resmi yang lain (Adi Kusrianto,2013:208).

Batik pesisiran mulai berani berekpresi untuk menuangkan kreasinya diluar

pakem motif batik adat, yang sekarang menjadi batik Keraton, batik Saudagar

maupun batik Petani yang sebelumnya merupakan batik Klasik. Batik pesisir

merupakan batik non klasik disebut juga batik modern. Batik pesisiran tidak

mengenal pengkhususan pengguna sebagaimana batik Keraton. Batik pesisiran

merupakan budaya silang berbagai bangsa yang pernah berinteraksi dengan

penduduk di daerah pantai Utara Pulau Jawa, batik pesisiran mampu menembus

batas bangsa, mengabaiakan batas-batas kasta maupun strata social. Batik

pesisiran cenderung lebih luwes, tidak kaku, dan bernuansa lebih cerita(Adi

Kusrianto,2013:209). Batik pesisiran yang tergolong sebagai seni folklore, batik

Lasem tidak memiliki filofosi yang mendalam sebagaimana pada bentuk-bentuk

pada motif klasik Vorstenlanden. Batik pesisir cenderung menggambarkan situasi

kehidupan rakyat jelata, kehidupan social yang penuh pembaruan hingga harapan-

harapan umum dalam kehidupan masyarakat (Adi Kusrianto,2013:209). Salah

satu batik pesisiran yang mudah dilihat adalah hiasan pinggir yang kaya dengan

motif dekoratif yang detail. Bahkan pada beberapa motif justru bagian border

yang menjadi “point of interest” dari batik pesisiran. Selain pinggiran batik

pesisiran memiliki ciri yang tidak ada pada batik Keraton maupun batik klasik,

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · Kabupaten Pati adalah batik tulis desa Bakaran. Nama batik ini diambil dari daerah penghasilnya, yaitu desa Bakaran. Bakaran adalah sebuah desa

6

yaitu pembagian motif pada batik yang terdiri dari kepala papan, badan, tumpal,

seret dan pinggir. (Adi Kusrianto,2013:210).

Dalam buku Adi Kurianto yang termasuk batik pesisiran yaitu batik

Pekalongan, batik Tegal, Batik Lasem, Batik Juwana dan Batik Tiga Negeri.

Batik pesisir , yang meliputi :

a. Batik pengaruh India, yaitu batik yang merupakan pola hias yang berasal dari

India, yaitu kain patola dan chintz atau sembagi, serta mulai dibuat oleh

pedagang-pedagang Arab dan Cina pada awal abad ke-19 dikawasan pantai

utara Pulau Jawa, terutama Cirebon dan Lasem (Santosa Doellah,2002:154);

b. Batik belanda, yaitu batik yang tumbuh dan berkembang antara tahun 1840

sampai dengan tahun 1940, hampir semuanya berbentuk sarung, pada awalnya

hanya dibuat bagi masyarakat Belanda dan Indo-Belanda, dan kebanyakan

dibuat di daerah pesisir, terutama Pekalongan(Santosa Doellah,2002:164);

c. Batik Cina, yaitu batik yang dibuat oleh orang-orang Cina atau peranakan

Cina yang pola hiasnya menampilkan motif satwa mitos Cina, seperti naga,

singa, burung phoenix, kura-kura, kilin atau anjing berkepala singa, dan dewa-

dewi serta motif yang berbentuk mega atau awan yang berasal dari keramik

kuno(Santosa Doellah,2002:182);

d. Batik Djawa Hokokai, yaitu batik yang diproduksi oleh perusahan-perusahaan

batik di Pekalogan selama masa penjajahan Jepang dan latar yang

menampakan pola batik keraton. Batik Djawa Hokokai berformat „pagi-sore‟,

yaitu ditata dengan dua pola dan dua nuansa warna berbeda dalam satu kain

(Santosa Deollah,2002:202); dan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · Kabupaten Pati adalah batik tulis desa Bakaran. Nama batik ini diambil dari daerah penghasilnya, yaitu desa Bakaran. Bakaran adalah sebuah desa

7

e. Batik Indonesia, yaitu batik yang lahir sekitar tahun 1950, secara teknis berupa

paduan antara pola hias batik keraton dan pola hias batik pesisiran yang

mengandung makna persatuan Indonesia. Jenis-jenis batik Indonesia

menerapkan berbagi pola dari berbagai daerah di Indonesia(Santosa

Doellah,2002:212).

3. Latar belakang terbentuknya batik bakaran

Legenda mengenai Nyai Ageng Danowati memiliki keterkaitan dengan

legenda asal usul Kecematan Juwana, secara umum, dan Desa Bakaran serta Batik

Bakaran, secara khusus.

Legenda tersebut bermula pada akhir abad 15 M, ketika sebuah keluarga

berusaha melarikan diri dari kerajaan Majapahit, terletak di Mojokerto, yang telah

dikuasai oleh kerajaan Demak yang telah menganut agama Islam. Keluarga

tersebut adalah Ki Dalang Becak, Ki Dukut, Kek Truno dan Nyai Ageng

Danowati, tiba di hutan rawa yang terdapat pohon druju, dan mulai melakukan

semedi untuk memohon petunjuk dari Sang Dewata. Keluarga tersebut

mendapatkan wangsit untuk membersihkan hutan druju tersebut untuk dijadikan

pemukiman, yang saat ini menjadi Kecamatan Juwana, berasal dari kata wono

druju atau druju sing wono, berarti ada pohon druju atau pohon druju yang ada

(Anshori,2011:7).

Nyai Ageng Danowati, ketika mengadakan pembersihan hutan druju,

mengadakan kesepakatan dengan saudara-saudaranya, bahwa wilayah yang akan

didapatnya adalah tanah yang terkena debu bekas abu bakar dari kayu dan daun

yang digunakannya untuk membuka lahan. Wilayah bekas abu bakar kayu dan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · Kabupaten Pati adalah batik tulis desa Bakaran. Nama batik ini diambil dari daerah penghasilnya, yaitu desa Bakaran. Bakaran adalah sebuah desa

8

daun tersebut menjadi desa Bakaran, yang kemudian karena dirasa terlalu luas,

oleh Nyi Danowati dibagi bersama dengan Kek Truno menjadi desa Bakaran

Wetan dan desa Bakaran Kulon, tetapi Kek Truno menolak pemberian lahan

tersebut dan menyerahkan kepada Ki Demang, teman Kek Truno. Ki Dukut hanya

mendapatkan lahan kecil karena membersihkan lahannya dengan cara menebang

pohon, sehingga memakan waktu yang lebih lama, kemudian menjadi desa

Dukutalit terletak di selatan desa Bakaran Wetan(Anshori,2011:7).

Nyai Ageng Danowati kemudian membangun rumah, yang sampingnya

terdapat bangunan mirip masjid tanpa mighrab atau tempat imam, dan merubah

namanya menjadi Nyai Ageng Siti Sabirah, untuk mengelabui orang Islam agar

dirinya dianggap telah memeluk agama Islam. Nyai Ageng Danowati yang

merupakan abdi dalem di Keraton Majapahit sebagai perawat gedung pusaka dan

pengadaan seragam bagi anggota kerajaan, semasa persembunyiannya di desa

Bakaran dan mengajarkan keahliannya membatik kepada masyarakat setempat,

yang dating setelah pembukaan lahan desa Bakaran(Anshori,2011:8).

Keberadaan Batik Bakaran tidak terlepas dari kepercayaan masyarakat

terhadap tokoh legenda mereka, yaitu Nyai Ageng Danowati tokoh dari kerajaan

Majapahit yang merupakan sesepuh desa dan pembawa kerajinan batik di desa

Bakaran. Legenda tersebut didasarkan pada peninggalan berupa rumah berbentuk

menyerupai masjid tanpa mighrab dan makam yang dianggap sebagai milik Nyai

Ageng Danowati, terletak di sebelah barat Balai Desa Bakaran Wetan. Tempat

tersebut sampai saat ini masih dianggap keramat dan setiap malem Jum‟at kliwon

diadakan ritual untuk menghormati Nyai Ageng Danowati(Anshori,2011:8).

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · Kabupaten Pati adalah batik tulis desa Bakaran. Nama batik ini diambil dari daerah penghasilnya, yaitu desa Bakaran. Bakaran adalah sebuah desa

9

Batik Bakaran yang dikaitkan dengan legenda Nyai Ageng Danowati hampir

sama dengan keberadaan seni ukir Macan Kurung yang ada di desa Belakang

Gunung, Kabupaten Jepara yang dikaitkan dengan legenda Ki Sungging Adi

Luwih atau Ki Prabangkara yang sama-sama diriwayatkan berasal dari Kerajaan

Majapahit. Hal ini disebabkan pusat pemerintahan dari sebagian besar wilayah

legenda selalu dikaitkan dengan Kerajaan Majapahit sebagai bentuk nasionalisme

masyarakat setempat terhadap sejarah masa lalu (Slamet Supriyadi,2008-23),

Pola hias Batik Bakaran dipercaya dibawa oleh Nyi Danowati dari Kerajaan

Majapahit dan sebagian diciptakan setelah sesampainya di desa Bakaran. Pola hias

Batik Bakaran merupakan ekspresi estetis khas masyarakat desa Bakaran yang

meyakini adanya legenda Nyai Ageng Danowati, yang dianggap danyang, atau

orang yang dikultuskan mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki orang lain.

Pola hias batik yang dipercaya dibawa oleh Nyai Ageng Danowati antara lain

limaran, truntum, padas gempal, merak ngigel, sido rukun, blebak kopik, liris, dan

kawung tunjung, sedangkan pola hias batik yang dipercaya dibuat Nyai Ageng

Danowati setelah sesampainya di desa Bakaran antara lain manggaran, blebak

lung, rawan, puspo baskoro, gringsing, gandrung, kedele kecer, ungker cantel,

magel ati, bregat ireng, blebak urang, nogo rojo dan kopi pecah. Pola-pola hias

tersebut dipercaya diambil dari unsur-unsur lingkungan kehidupan sehari-hari dari

Nyai Ageng Danowati.

4. Motif Klasik Batik Bakaran

Pola hias batik yang dipercaya dibawa oleh Nyai Ageng Danowati antara lain

limaran, truntum, padas gempal, merak ngigel, sido rukun, blebak kopik, liris, dan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · Kabupaten Pati adalah batik tulis desa Bakaran. Nama batik ini diambil dari daerah penghasilnya, yaitu desa Bakaran. Bakaran adalah sebuah desa

10

kawung tunjung, sedangkan pola hias batik yang dipercaya dibuat Nyai Ageng

Danowati setelah sesampainya di desa Bakaran antara lain manggaran, blebak

lung, rawan, puspo baskoro, gringsing, gandrung, kedele kecer, ungker cantel,

magel ati, bregat ireng, blebak urang, nogo rojo dan kopi pecah. Pola-pola hias

tersebut dipercaya diambil dari unsur-unsur lingkungan kehidupan sehari-hari dari

Nyai Ageng Danowati.

Gambar 1. Motif Batik Limaran

Sumber : www. Batik Tulis Bakaran Motif-Motif Klasik.htm

Gambar 2. motif batik manggaran

Sumber : www. Batik Tulis Bakaran Motif-Motif Klasik.htm

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · Kabupaten Pati adalah batik tulis desa Bakaran. Nama batik ini diambil dari daerah penghasilnya, yaitu desa Bakaran. Bakaran adalah sebuah desa

11

Gambar 3. Motif Batik Kedele Kecer

Sumber : www. Batik Tulis Bakaran Motif-Motif Klasik.htm

Gambar 4 .Motif Batik Nogo Rodjo

Sumber : www. Batik Tulis Bakaran Motif-Motif Klasik.htm

Gambar 5. Motif Batik Magel Ati

Sumber : www. Batik Tulis Bakaran Motif-Motif Klasik.htm

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · Kabupaten Pati adalah batik tulis desa Bakaran. Nama batik ini diambil dari daerah penghasilnya, yaitu desa Bakaran. Bakaran adalah sebuah desa

12

Gambar 6. Motif Batik Rawan

Sumber : www. Batik Tulis Bakaran Motif-Motif Klasik.htm

Gambar 7. Motif Batik Bledak Kopi

Sumber : www. Batik Tulis Bakaran Motif-Motif Klasik.htm

Gambar 8. Motif Batik Ungker Cantel

Sumber : www. Batik Tulis Bakaran Motif-Motif Klasik.htm

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · Kabupaten Pati adalah batik tulis desa Bakaran. Nama batik ini diambil dari daerah penghasilnya, yaitu desa Bakaran. Bakaran adalah sebuah desa

13

Gambar 9. Motif Batik Wahyu Tumurun Bledak

Sumber : www. Batik Tulis Bakaran Motif-Motif Klasik.htm

Gambar 10. Motif Batik Kawung Buketan

Sumber : www. Batik Tulis Bakaran Motif-Motif Klasik.htm

Gambar 11. Motif Batik Kawung Peksi

Sumber : www. Batik Tulis Bakaran Motif-Motif Klasik.htm

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · Kabupaten Pati adalah batik tulis desa Bakaran. Nama batik ini diambil dari daerah penghasilnya, yaitu desa Bakaran. Bakaran adalah sebuah desa

14

5. Pola batik tradisi

Struktur batik merupakan struktur atau prinsip dasar penyusunan batik, yang

terdiri dari unsur pola atau motif batik yang disusun berdasarkan pola yang sudah

baku. Unsur pola hias atau motif batik, dapat dibagi sebagai berikut:

1. Motif utama , yaitu unsur pokok pola berupa gambar-gambar yang

menentukan jiwa atau arti pola;

2. Motif pengisi, yaitu gambar-gambar yang berfungsi sebgai pengisi bidang

untuk memperindah pola tersebut;dan

3. Isen, atau isen-isen, yaitu hiasan yang mengisi bagian-bagian motif, berupa

titik-titik(cecek), garis-garis (sawut), kombinasi antara titik dan garis (cecek

sawut), sisik melik dan sebagainya, untuk memperindah motif yang

memperindah pola hias secara keseluruhan(Dharsono,2007:87).

Dari uraian di atas , dapat diketahui bahwa pola merupakan suatu desain yang

terdiri dari satu atau lebih motif yang dimultiplikasi atau dilipatgandakan, dan

ditata dalam rangkaian yang teratur. Sedangkan motif adalah satuan terkecil dari

suatu ornament. Motif adalah satuan pembentuk pola, tetapi bukan pola,

digunakan untuk menciptakan berbagai pola sesuai dengan system

pengorganisasinnya. Ornamen diartikan sebagai sesuatu yang dirancang untuk

menambah keindahan suatu benda(Guntur , 2004:124,113,2). Ornamen juga

disebut ragam hias, seni hias atau pola hias tegantung subyektifitas penyebutnya,

sehingga dalam tulisan ini digunakan istilalah pola hias.

Menurut Sewan Susanto (1980:214-215), pola-pola hias batik tradisi jawa

secara garis besar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · Kabupaten Pati adalah batik tulis desa Bakaran. Nama batik ini diambil dari daerah penghasilnya, yaitu desa Bakaran. Bakaran adalah sebuah desa

15

1. Motif batik yang disusun secara geometris

Suatu ciri dari golongan pola hias batik dengan pola geometris adalah susunan

motif yang dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut dengan raport, yang

didasarkan pada pembagian ilmu ukur. Berdasarkan raportnya, golongan pola

geometris dapat dibedakan menjadi dua macam, yang pertama adalah raport

berbentuk bidang seperti persegi, persegi panjang, dam lingkaran dan yang kedua

adalah raport garis diagonal. Pemolaan raport motif batik dapat dibagi sebagai

berikut:

a. Pola raport ABCD, bila raport motif persegi disusun ke kanan dank e kiri

menurut arah horizontal dan vertikal.

Gambar 12. Pola raport ABCD

Sumber : Sewan Susanto,1980:216

b. Pola raport WXYZ, bila raport motif persegi disusun searah garis

diagonal.

Gambar 13. Pola Raport WXYZ

Sumber : Sewan Susanto,1980:216

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · Kabupaten Pati adalah batik tulis desa Bakaran. Nama batik ini diambil dari daerah penghasilnya, yaitu desa Bakaran. Bakaran adalah sebuah desa

16

c. Pola raport OPQR, bila raport motif belah ketupat disusun searah garis

diagonal.

Gambar 14. Pola Raport OPQR

Sumber : Sewan Susanto,1980:216

Kelompok pola yang tersusun berdasarkan raport bidang persegi, persegi

panjang dan lingkaran adalah banji, ceplok, ganggong dan kawung, sedangkan

kelompok pola yang tersusun berdasarkan raport diagonal adalah parang dan

lerengan (SewanSusanto,1973:215).

Pola batik yang masuk ke dalam golongan pola geometris adalah :

a. Pola banji

Motif utama pola banji berbentuk silang dengan ujung bengkok

menggambarkan swastika, yang melambangkan keabadian dan kebahagiaan bagi

masyarakat etnis Cina (Santoso Doellah, 2002 :183). Batik dengan pola banji

termasuk pola hias batik tradisi yang saat ini sudah jarang ditemui. Daerah

pembatikan yang masih membuat batik dengan pola banji adalah Banyumas,

Pekalongan dan Lasem yang masih mendapatkan pengaruh kebudayaan Cina.

Ragam pola hias banji antara lain banji guling, banji bengkok, banji kacip dan

banji kerton (Sewan Susanto,1973:218).

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · Kabupaten Pati adalah batik tulis desa Bakaran. Nama batik ini diambil dari daerah penghasilnya, yaitu desa Bakaran. Bakaran adalah sebuah desa

17

b. Pola ganggong

Pola ganggong pada umumnya menggambarkan tumbuhan ganggong yaitu

Cryptocoryne ciliate fisch, termasuk diantaranya araceae. Pola ganggong sering

pula dianggap sebagai pola ceplokan. Ciri ganggong yang membedakan dari

ceplok adalah gaya isen yang terdiri dari seberkas garis-garis yang panjangnya

tidak sama dan ujung garis yang terpanjang terdapat garis yang melintang

sehingga menyerupai salib (Sewan Susanto,1973:218-219).

Ragam pola hias ganggong antara lain ganggong sari, ganggong rejuna,

ganggong garut, ganggong puspita, ganggong puspasari, ganggongg madusari,

ganggong kurung, ganggong rante, ganggong gandosan, ganggong ranti,

ganggong branto, ganggong jubin, ganggong ceplok dan ganggong

sidokromo(Sewan Susanto,1973:221).

c. Pola ceplokan

Saceplok, dalam bahasa Jawa, berarti sekuntum bunga yang relative besar.

Ceplokan, dalam seni batik, berarti susunan dari gabungan dua macam motif

bunga atau lebih dengan garis batas yang terhimpit (Nyi Kusharjanti,2008:27).

Motif utama pola ceplokan dapat menggambarkan bunga dari depan, buah

yang dipotong melintang, bunga dan daun, binatang yang tersusun melingkar dan

variasi lainya(Sewan Susanto,1973:221).

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · Kabupaten Pati adalah batik tulis desa Bakaran. Nama batik ini diambil dari daerah penghasilnya, yaitu desa Bakaran. Bakaran adalah sebuah desa

18

Penamaan pola hias pada pola ceplokan dapat ditinjau atas dasar-dasar sebagai

berikut:

1) Penamaan pola hias berdasarkan nama pencipta pola hiasnya, antara lain

ceplok Purbonegoro, ceplok Madu Sumirat, ceplok Sirat Madu Dn ceplok

Cokrokusumo.

2) Penamaan pola hias berdasarkan motif utamanya, antara lain ceplok

manggis, ceplok salak sategal, cepkok supit urang, ceplok cakar ayam dan

sebagainya.

3) Penamaan pola hiad berdasarkan tempat asal pola hias, antara lain ceplok

Madura dan ceplok Pekalongan.

d. Pola nitik

Pola nitik menyerupai pola ceplokan yang tersusun oleh garis yang terputus-

putus, cecek-cecek, dan variasinya(Sewan Susanto,1973:224). Pola nitik diilhami

oleh pola kain bwat kling yang disebut juga kain cinde atau kain patola yang

berasal dari India(Nyi Kusharjanti,2008:21).

Ragam pola hias dari kelompok pola nitik antara lain rengganis, nitik

krawitan, nitik jonggrong, nitik pijetan, cakar melik, jaya Santana, nitik

gendangan, nitik cakar wok, nitik onengan, nitik sulaman, nitik yuyu, nitik

rogahina, nitik kembang sikatan, nitik kembang kacang, jlamprang, dan cinden

Yogyakarta(Sewan Susanto,1973,224).

e. Pola parang dan lerengan

Parang berarti senjata tajam yang lebih besar dari pisau lebih kecil dari

pedang, sedangkan lerengan berarti miring, kedua jenis pola hias tersebut, secara

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · Kabupaten Pati adalah batik tulis desa Bakaran. Nama batik ini diambil dari daerah penghasilnya, yaitu desa Bakaran. Bakaran adalah sebuah desa

19

umum, disusun secara diagonal yang menggambarkan pandangan hidup manusia

bahwa perjalanan hidupnya mendaki, terdapat banyak cobaan, tetapi tegas menuju

ke atas menurut jalan ilahi(Nyi Kusharjanti,2008:15).

Parang berbentuk rangkaian pilin berganda menyerupai bilah keris terhunus

atau senjata parang yang ujungnya saling berlawanan. Setiap kelompok pilin

berganda dibatasi dengan rangkaian motif mlinjon atau buah melinjo dalam posisi

miring. Motif mlinjon merupakan pembeda antara pola parang dan pola lereng,

sehingga walaupun suatu motif tersusun menurut pola diagonal tetapi tidak ada

motif mlinjon maka tidak termasuk pola parang. Melainkan pola lerengan

(Sektiadi&D.S.Nugrahani,2008:10).

Ragam pola hias yang termasuk pola hias parang antara lain parang rusak,

parang rusak ageng, parang rusak alit, parang gondosuli, parang ganti, parang

sari, parang teja, parang cantehl, parang sujen, parang cengkeh, parang tanjung,

dan parang rusak barong.

Ragam pola hias yang termasuk pola hias lerengan antara lain pring sedapur,

thathit, udan liris, sekar liris, sekar kopi, dan lereng ukel (Sewan

Susanto,1973:221).

f. Pola kawung

Pola kawung menggambarkan mimesis dari biji kawung, yaitu biji buah

siwalan atau buah pohon tal yang dibelah melingtang. Ide dasar pola kawung

adalah simbolisasi dari konsep pancapat, yang digambarkan empat sususnan kecil

sebagai pusat intinya(Nyi Kusharjanti,2008:21).

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · Kabupaten Pati adalah batik tulis desa Bakaran. Nama batik ini diambil dari daerah penghasilnya, yaitu desa Bakaran. Bakaran adalah sebuah desa

20

Pola kawung diberi nama pola hias sesuai dengan ukuran biji kawungnya,

seperti pola hias kawung picis, yaitu kawung berukuran kecil, pola hias kawung

bribil, yaitu kawung yang berukuran lebih besar dari kawung picis , dan pola hias

kawung sen, yaitu kawung yang berukuran lebih besar dari kawung bribil (Sewan

Susanto,1973:226).

2. Motif batik yang disusun secara non-geometris

Golongan pola batik non-geometris, pembagian raportnya tidak teratur

menurut bidang gemotris. Golongan pola batik non-geometris biasanya terdiri dari

motif seperti tumbuh-tumbuhan, meru, binatang, dan sebagaianya yang tersususn

tidak beraturan, tetapi dalam bidang luas akan terjadi pengulangan kembali

susunan pola tersebut(Sewan Susanto,1973:215).

Pola batik yang termasuk ke dalam golongan non-geometris adalah:

a. Pola semen

Pola semen terdiri atas motif utama berupa meru, pohon hayat, burung, ular

dan api, motif pendukung berupa bunga dan daun, serta isen-isen berupa titik atau

cecek, garis dan cecek sawut. Motif utama pada pola semen, yaitu meru

merupakan lambang gunung tempat tumbuh-tumbuhan bertunas atau bersemi,

sehingga pola ini disebut semen yang berasal dari kata dasar semi, yang berarti

persemaian atau pembibitan. Motif-motif dalam pola hias semen, bila ditinjau dari

paham Jawa kuno, memiliki arti sebagai berikut :

1) Meru, melambangkan gunung atau tanah yang disebut bumi.

2) Api atau lidah, melambangkan nyala api yang disebut agni atau geni.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · Kabupaten Pati adalah batik tulis desa Bakaran. Nama batik ini diambil dari daerah penghasilnya, yaitu desa Bakaran. Bakaran adalah sebuah desa

21

3) Ular atau naga, melambangkan air yang disebut banyu atau tirta.

4) Burung, melambangkan angin atau matura,

5) Garuda atau lar garuda, melambangkan mahkota atau penguasa tertinggi,

yaitu penguasa jagad dan isinya.

Motif-motif tersebut menggambarkan hidup manusia yang dikuasai oleh

kekuasaan tertinggi atau penguasa jagad, dan hidup berasal dari empat unsur yaitu

bumi. Api, air, dan angina. Keempat unsur tersebut memberikan watak dasar dari

hidup itu sendiri, yaitu angkara murka, candala, dusta dan adil suci.

Ditinjau dari konsep triloka, yang berasal dari zaman Hindu, motif-motif

dalam pola hias semen memiliki arti sebagai berikut:

1) Burung, melambangkan dunia atas atau niskala.

2) Pohon, melambangkan dunia tengah atau niskala-sakala.

3) Ular, melambangkan dunia bawah atau sakala.

Motif-motif tersebut menggambarkan hidup manusia yang tidak kekal berada

didunia tengah atau madya pada. Pengendalian hidup yang salah akan membuat

hidupnya masuk ke dunia bawah atau kesengsaraan, dan bila pengendalian

hidupnya benar akan membawanya ke dunia atas atau kemuliaan abadi (Sewan

Susanto,1973:212).

Y.E.Yasper dan Mas Pirngadie membagi pola semen, berdasarkan otif-motif

pokok dalam polanya, ke dalam tiga golongan, yaitu:

1) Pola semen yang terdiri dari motif bunga dan daun

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · Kabupaten Pati adalah batik tulis desa Bakaran. Nama batik ini diambil dari daerah penghasilnya, yaitu desa Bakaran. Bakaran adalah sebuah desa

22

Ragam pola hias termasuk dalam golongan ini adalah semen lung-lungan,

semen rengkulo, semen sumarsana, semen lung pakis, semen kembang gempol,

semen kipas, semen pisang bali, semen dudabrengos.

2) Pola semen yang terdiri dari motif bunga, daun dan binatang

Ragam pola hias yang termasuk dalam golongan ini adalah semen tluki, lung

gedawung, lung ketongkeng, lung bentul, semen kasut, semen yogya, semen

kebon, semen Lombok, semen kukila, semen klingkin, peksi gagak, peksi kablak,

peksi kandon, peksi kuwon, dan peksi garuda.

3) Pola semen yang terdiri dari motif bunga, daun dan garuda atau lar

Ragam pola hias yang termasuk dalam golongan ini adalah semen lung pakis,

lung pernis, semen sinom, semen kembang asem, asem cuwiri, semen jlenggut,

sida luhur dan semen mirong (Sewan Susanto,1973:236-237).

b. Pola buketan

Pola buketan adalah pola hias batik yang tersusun dari motif utama tumbuhan

atau lung-lungan bunga, pola buketan terdapat di daerah Pekalongan, yang

kerajinan batiknya mendapatkan pengaruh dari masyarakat peranakan Belanda

dan Cina (Sewan Susanto,1973:240). Pola buketan biasanya terdiri dari motif

flora yang tumbuh di negeri Belanda seperti bunga krisan, buah anggur, dan

rangkaian bunga gaya Eropa yang disebut bouquet (Nian Djoemena,1986:63).

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · Kabupaten Pati adalah batik tulis desa Bakaran. Nama batik ini diambil dari daerah penghasilnya, yaitu desa Bakaran. Bakaran adalah sebuah desa

23

C. Fokus Permasalahan

Fokus permasalahan proyek perancangan ini adalah bagaimana

mengembangkan motif Batik Bakaran dengan berdasarkan mata pencaharian desa

Bakaran, secara umum banyak menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian,

sektor kelautan dan perikanan sesuai dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani ?