BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945 mengatur bahwa indonesia adalah negara hukum dan fakir miskin adalah tanggung jawab negara. Dalam negara hukum (rechsstaat), negara berada sederajat dengan individu. Hak-hak individu selalu dilindungi Undang-Undang. Perlindungan terhadap individu adalah tugas negara dan perlindungan ini harus sama terhadap semua warga negara tanpa terkecuali (equality before the law). Bentuk dari perlindungan tersebut adalah salah satunya adalah hak untuk didampingi oleh advokat atau penasihat hukum. Terlepas apakah seseorang itu kaya atau miskin, berasal dari kebudayaan tertentu atau ras tertentu, atau mempunyai keyakinan politik tertentu, hal itu tidak membedakannya untuk tidak diperlakukan sama di hadapan hukum dan mempunyai hak untuk membela diri di depan pengadilan. Di dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Advokat sebagai profesi yang mulia (officium nobile) memiliki kewajiban dalam memberikan bantuan hukum untuk kaum miskin dan buta huruf yang membutuhkan bantuan hukum secara cuma-cuma (probono). Pemberian bantuan hukum oleh advokat ini bukan hanya dipadandang sebagai suatu kewajiban saja namun juga harus dipandang sebagai bagian dari kontribusi dan tanggung jawab sosial (social contribution and social liability) dalam kaitannya dengan peran dan fungsi sosial dari profesi advokat. Kehadiran seorang advokat atau penasihat hukum dari suatu Lembaga Bantuan Hukum dapat mencegah terjadinya pelanggaran hak tersangka atau terdakwa, seperti perlakuan yang tidak adil dan penyiksaan yang merendahkan martabat manusia pada saat ditangkap, diinterogasi,
13
Embed
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahscholar.unand.ac.id/16473/2/BAB I.pdfKehadiran seorang advokat atau penasihat hukum dari suatu Lembaga Bantuan Hukum dapat mencegah terjadinya
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Dasar 1945 mengatur bahwa indonesia adalah negara hukum dan fakir
miskin adalah tanggung jawab negara. Dalam negara hukum (rechsstaat), negara berada
sederajat dengan individu. Hak-hak individu selalu dilindungi Undang-Undang. Perlindungan
terhadap individu adalah tugas negara dan perlindungan ini harus sama terhadap semua warga
negara tanpa terkecuali (equality before the law). Bentuk dari perlindungan tersebut adalah
salah satunya adalah hak untuk didampingi oleh advokat atau penasihat hukum. Terlepas
apakah seseorang itu kaya atau miskin, berasal dari kebudayaan tertentu atau ras tertentu, atau
mempunyai keyakinan politik tertentu, hal itu tidak membedakannya untuk tidak diperlakukan
sama di hadapan hukum dan mempunyai hak untuk membela diri di depan pengadilan. Di
dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Advokat sebagai profesi yang mulia (officium
nobile) memiliki kewajiban dalam memberikan bantuan hukum untuk kaum miskin dan buta
huruf yang membutuhkan bantuan hukum secara cuma-cuma (probono). Pemberian bantuan
hukum oleh advokat ini bukan hanya dipadandang sebagai suatu kewajiban saja namun juga
harus dipandang sebagai bagian dari kontribusi dan tanggung jawab sosial (social contribution
and social liability) dalam kaitannya dengan peran dan fungsi sosial dari profesi advokat.
Kehadiran seorang advokat atau penasihat hukum dari suatu Lembaga Bantuan Hukum dapat
mencegah terjadinya pelanggaran hak tersangka atau terdakwa, seperti perlakuan yang tidak
adil dan penyiksaan yang merendahkan martabat manusia pada saat ditangkap, diinterogasi,
ditahan, diadili, dan dihukum. Namun pada faktanya implementasi atas hak memperoleh
bantuan hukum bagi fakir miskin belum memperlihatkan kemajuan yang berarti.1
Kebutuhan akan keadilan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia yang senantiasa
didambakan oleh setiap orang, baik kaya atau yang miskin. Akan tetapi kadangkala dapat
terjadi dimana sikaya dengan kekayaannya dapat lebih mudah memperoleh keadilan itu,
sehingga ia dapat menguasai mekanisme berjalannya hukum itu, bahkan celakanya dengan cara
yang demikian itu akan menindasi si miskin, yang ada pada gilirannya hanya akan
menimbulkan kesan bahwa hukum itu hanya untuk si kaya dan tidak untuk simiskin.2 Untuk
mewujudkan terselenggaranya gagasan negara hukum, maka negara berkewajiban untuk
menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan keadilan. Dengan kata lain negara harus
menjamin terselenggaranya bantuan hukum bagi masyarakat miskin atau tidak mampu.
Sehingga tidak ada yang luput dari akses keadilan yang merupakan amanat konstitusi.3
Peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan HAM Kementrian Hukum dan HAM,
Hakki Fajriando mengungkapkan masih banyak ditemukan rakyat miskin yang tak mendapat
bantuan hukum saat berperkara dan masih banyak masyarakat miskin yang belum dapat
bantuan hukum saat menjalani penyidikan di kepolisian dan kejaksaan.4 Program Bantuan
Hukum merupakan implementasi dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan
Hukum. Hak atas Bantuan Hukum sendiri merupakan non derogable rights, sebuah hak yang
tidak dapat dikurangi dan tak dapat ditangguhkan dalam kondisi apapun. Oleh karena itu,
Bantuan Hukum adalah hak asasi semua orang, yang bukan diberikan oleh negara dan bukan
belas kasihan dari negara, tetapi juga merupakan tanggung jawab negara dalam mewujudkan
1 Frans Hendra Winata,2011, Bantuan Hukum di Indonesia ,Jakarta:PT.Gramedia (terdapat pada
sampul buku) 2Bambang Sunggono dan Aries Harianto, Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2009, hlm. 62. 3 Ibid, hlm 2 4 M.cnnindonesia.com/nasional/20151211144459-12-97582/kemenkumham-banyak-rakyat-miskin-tak-
dapat-bantuan-hukum/ diakses pada tanggal 26 Desember 2015 pukul 12:44 wib
equality before the law, acces to justice, dan fair trial.5 Bantuan Hukum bertujuan agar
masyarakat tidak mampu dapat mempertahankan hak-haknya di depan hukum dan ikut pula
menunjang usaha pembangunan hukum khususnya dalam pembangunan di segala bidang
umumnya. Hal ini dapat dimaklumi, karena proses pembangunan yang sedang digalakkan
Pemerintah dewasa ini membawa konsekuensi terjadinya proses perubahan dan pembaruan
seluruh pranata sosial yang ada, termasuk pranata hukum. Pembangunan sebagai suatu poses
perubahan sosial yang berencana harus memperhitungkan pula akibat-akibat yang harus
dipikulnya. Oleh karena itu, dibutuhkan hubungan sosial untuk mampu menanggulangi
pengaruh buruk dari pembanguan, seperti meningkatnya kejahatan akibat terjadinya
kesenjangan sosial ekonomi masyarakat. Suatu program Bantuan Hukum akan sinkron dan
menunjang usaha-usaha pembangunan, apabila berkembangnya iklim keterbukaan yang sehat
dengan mendorong masyarakat menyadari dan mengetahui hak-hak dan kewajibannya. Di
dalam prakteknya yaitu terkait prosedural dalam pemberian Bantuan Hukum di Pengadilan
Negeri Klas 1A Padang terdapat masalah yang ditemui oleh masyarakat miskin dan tidak
mampu yang berusaha mengakses bantuan hukum gratis yaitu sulitnya mendapatkan surat
keterangan miskin di kelurahan dan di kecamatan.6 Hal ini tentu merupakan permasalahan yang
perlu dikaji dan dibenahi. Mengacu pada uraian di atas, orang yang tergolong miskin tersebut
sering kali terpinggirkan dan begitupun juga dengan haknya untuk mendapatkan keadilan
khususnya bagi mereka yang berhadapan dengan hukum, hal ini yang menjadikan ketertarikan
bagi penulis untuk melakukan penelitian tentang masalah diatas dengan judul “Implementasi
Pemberian Bantuan Hukum Bagi Orang Miskin dalam Perkara Pidana Di Pengadilan
Negeri Klas 1A Padang Berdasarkan UU No.16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum”
pada tanggal 8 januari 2016 pukul 16:18 wib 6 YLBHI, Bantuan hukum bukan hak yang diberi, YLBHI, Jakarta, 2010, hlm. 34
Dari uraian latar belakang masalah di atas dapat dikemukakan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Implementasi Pemberian Bantuan Hukum bagi Orang Miskin dalam
Perkara Pidana di Pengadilan Negeri Klas 1A Padang berdasarkan UU No.16 tahun
2011 tentang Bantuan Hukum?
2. Apa Permasalahan dalam Implementasi Pemberian Bantuan Hukum bagi Orang
Miskin dalam Perkara Pidana di Pengadilan Negeri Klas 1A Padang Berdasarkan
UU No.16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum?
C. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini antara lain :
1. Untuk Mengetahui Implementasi Pemberian Bantuan Hukum bagi Orang
Miskin dalam Perkara Pidana di Pengadilan Negeri Klas 1 A Padang
Berdasarkan Undang-Undang No.16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.
2. Untuk Mengetahui Permasalahan dalam Implementasi Pemberian Bantuan
Hukum bagi Orang Miskin dalam Perkara Pidana di Pengadilan Negeri kelas 1
A Padang Berdasarkan Undang-Undang No.16 Tahun 2011 tentang Bantuan
Hukum. .
D. Manfaat penelitian
1. Secara Teoritis
a. Dapat menambah bahan kajian akademik bagi civitas akademik dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dibidang hukum, khususnya mengenai
bantuan hukum. Serta dapat memberikan pemahaman dari pengetahuan
mengenai Implementasi Pemberian Bantuan Hukum bagi Orang Miskin dalam
Perkara Pidana di Pengadilan Klas 1A Padang selain itu juga dapat diketahui
Permasalahan dalam Implementasi Pemberian Bantuan Hukum bagi Orang
Miskin dalam Perkara Pidana di Pengadilan Negeri Klas 1A Padang.
b. Agar dapat dipergunakan sebagai referensi bagi pihak-pihak yang akan
membuat satu karya ilmiah serta dapat menambah literature dibeberapa
perpustakaan
2. Secara praktis
Untuk dapat dipergunakan bagi pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan
bantuan hukum seperti:
a. Orang atau kelompok orang miskin dapat mengetahui haknya untuk
mendapatkan bantuan hukum. Pengetahuan dan pemahaman mengenai
mekanisme pemberian bantuan hukum juga dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat
b. Juga bermanfaat bagi advokat dan aparat penegak hukum lainnya, khususnya
dalam upaya untuk memperbaiki serta meningkatkan pelaksanaan sistem
pemberian bantuan hukum di Pengadilan Negeri Klas 1A Padang.
E. Kerangka teori dan konseptual
1) Kerangka teoritis
a) Bantuan hukum
Bantuan hukum menurut UU NO 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum dalam
pasal 1 ayat 1 adalah jasa hukum yang diberikan oleh pemberi Bantuan Hukum secara
cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum. Menurut Zulaidi bantuan hukum berasal
dari istilah ‘legal asisstance dan legal aid’ . Legal aid biasanya digunakan untuk
bantuan hukum dalam arti sempit berupa pemberian jasa dibidang hukum kepada orang
yang terlibat dalam suatu perkara secara cuma-cuma atau gratis bagi mereka yang tidak
mampu(miskin). Sedangkan legal assistance adalah istilah yang digunakan untuk
menunjukkan pengertian bantuan hukum kepada mereka yang tidak mampu, yang
menggunakan honorarium. Dalam praktik, keduanya mempunyai orientasi yang
berbeda satu sama lain.7
Gagasan atau konsep bantuan hukum di mana-mana umumnya sama memberikan
pelayanan hukum kepada orang yang tidak mampu membayar pengacara tanpa
memandang agama, asal, suku maupun keyakinan politik masing-masing. Meskipun
pemberian jasa atau bantuan hukum itu berlainan dalam motivasi dan tujuannya satu
sama lain. 8
Beberapa teori yang mendukung tentang bantuan hukum, yaitu:
1) Teori Negara Hukum
Negara Hukum ialah negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan
kepada warga negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi terciptanya kebahagiaan
hidup untuk warga negaranya, dan sebagai dasar dari pada keadilan itu perlu diajarkan
rasa susila kepada setiap manusia agar ia menjadi warga negara yang baik. Demikian
pula peraturan hukum yang sebenarnya hanya ada jika peraturan hukum itu
mencerminkan keadilan bagi pergaulan hidup antar warga negaranya. Prinsip penting
dalam negara hukum adalah perlindungan yang sama (equal protection) atau persamaan
dalam hukum (equality before the law). 9 Rule of law adalah suatu legalisme hukum
yang mengandung suatu gagasan bahwa keadilan dapat dilayani dengan cara
pembuatan sistem peraturan dan juga prosedur yang objektif, tidak memihak, juga tidak
personal serta otonom,Rule of law merupakan konsep mengenai “common law” ialah
seluruh aspek negara yang menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun atas
7 YLBHI, Panduan Bantuan Hukum Di Indonesia , Yayasan Obor Indonesia : Jakarta, 2014 hlm 467 8 LBH Jakarta, Bantuan Hukum Akses Masyarakat Marjinal Terhadap Keadilan, : Jakarta, 2006 hlm 6 9 https://adedidikirawan.wordpress.com/teori-negara-hukum-rechtstaat/ diakses pada 17 Januari 2016
Latar belakang UU No 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum negara menjamin
hak konstitusional setiap orang untuk mendapatkan pengakuan, jaminan, perlindungan,
dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum sebagai
sarana perlindungan hak asasi manusia. Negara bertanggung jawab terhadap pemberian
bantuan hukum bagi orang miskin sebagai perwujudan akses terhadap keadilan.
Bantuan hukum yaitu jasa hukum yang diberikan oleh pemberi bantuan hukum secara
cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum. Penerima bantuan hukum hukum adalah
orang atau kelompok orang miskin. Pemberi bantuan hukum adalah lembaga bantuan
hukum atau organisasi kemasyarakatan yang memberi layanan bantuan hukum
berdasarkan Undang-Undang No.16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.15
F. Metode penelitian
Untuk mendapatkan data dan informasi dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini
penulis menggunakan metode penulisan yang mencakup:
1. Pendekatan masalah
Dalam penulisan ini, pendekatan masalah yang penulis gunakan adalah metode
pendekatan yang bersifat yuridis sosiologis, dalam arti penelitian yang mengkaji data
yang didapat di lapangan baik yang didapat dari hasil wawancara maupun hasil
dokumentasi.
2. Sifat penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif yaitu penelitian yang
menggambarkan sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala lainnya di dalam masyarakat. keadaan yang
15 www.aai.or.id/v3/index.php?option=com_content&view=article&id=266:kebijakan-bantuan-hukum&catid=89<emid=547 diakses pada tanggal 23 Maret 2016 pukul 22:17 WIB