Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga yang berkembang dalam masyarakat untuk melayani masyarakat di Indonesia. Artinya pesantren tidak hanya dijadikan sebagai lembaga ilmu keagamaan belaka, akan tetapi pesantren adalah satu kesatuan integral yang tidak dapat lepas dari realitas obyektif agar mampu menjawab tantangan jaman. Untuk itu aspek pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) juga perlu dikembangkan karena nantinya santri akan terjun langsung di masyarakat sebagai umat terbaik yang menjalankan Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Rizki Amalia, 2007: 105). Pondok pesantren sering kali diyakin oleh masyarakat sebagai agent of social control yang sangat efektif untuk mengurangi, mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang ditengah masyarakat yang semakin kompleks, karena ajaran - ajaran agama itu sendiri adalah nilai - nilai dan moral yang nilai - nilainya juga diadopsi oleh hukum berdasarkan al-qur’an, hadits,ijma’, dan qiyas dalam membuat suatu peraturan - peraturan tertentu dalam mengatasi banyaknya perilaku menyimpang baik dilingkungan pondok maupun di lingkungan masyarakat. Nilai-nilai tersebut diwujudkan dalam bentuk akhlak dan perilaku yang baik. Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar dalam agama Islam. Aqidah, syariah, dan akhlak merupakan hal yang saling berkaitan dan tidak dapat terpisahkan. Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari proses
60

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

Feb 06, 2018

Download

Documents

ngokhanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga yang berkembang

dalam masyarakat untuk melayani masyarakat di Indonesia. Artinya pesantren

tidak hanya dijadikan sebagai lembaga ilmu keagamaan belaka, akan tetapi

pesantren adalah satu kesatuan integral yang tidak dapat lepas dari realitas

obyektif agar mampu menjawab tantangan jaman. Untuk itu aspek

pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) juga perlu dikembangkan

karena nantinya santri akan terjun langsung di masyarakat sebagai umat terbaik

yang menjalankan Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Rizki Amalia, 2007: 105).

Pondok pesantren sering kali diyakin oleh masyarakat sebagai agent of

social control yang sangat efektif untuk mengurangi, mengendalikan

banyaknya perilaku menyimpang ditengah masyarakat yang semakin

kompleks, karena ajaran - ajaran agama itu sendiri adalah nilai - nilai dan moral

yang nilai - nilainya juga diadopsi oleh hukum berdasarkan al-qur’an,

hadits,ijma’, dan qiyas dalam membuat suatu peraturan - peraturan tertentu

dalam mengatasi banyaknya perilaku menyimpang baik dilingkungan pondok

maupun di lingkungan masyarakat. Nilai-nilai tersebut diwujudkan dalam

bentuk akhlak dan perilaku yang baik.

Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar dalam agama

Islam. Aqidah, syariah, dan akhlak merupakan hal yang saling berkaitan dan

tidak dapat terpisahkan. Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari proses

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

2

penerapan akidah dan syariah. Ibarat bangunan, akhlak merupakan

kesempurnaan dari bangunan tersebut setelah pondasi dan bangunannya kuat.

Jadi, tidak mungkin akhlak terwujud pada diri seseorang jika ia tidak memiliki

akidah dan syariah yang baik (Marzuki, 2003 : 13). Dengan bangunan akidah,

syariah, dan akhlak maka seorang santri bisa menjadi pribadi yang mulia.

Pembentukan akhlak setiap individu dalam rangka untuk menanamkan

syariat Islam perlu dilakukan agar setiap individu memahami, menghayati dan

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat diselenggarakan

melalui upaya pendidikan Islam yang tak lain tujuan utamanya untuk

membentuk akhlak seorang muslim agar menjadi muslim yang beriman dan

berpegang teguh pada ajaran-ajaran agama serta berakhlak mulia.

Akhlak yang baik tidak akan terwujud pada seseorang tanpa adanya

pembinaan yang dilakukan. Oleh karena itu perlu diimplementasikan dalam

kehidupan sehari-hari (Azmi, 2006:54 ). Maka dari itu, di pondok pesantren

akhlak ditanamkan kepada para santri oleh para ustadz dalam kesehariannya.

Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

kepada santri. Dalam proses belajar mengajar guru tidak hanya terbatas sebagai

penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu, guru juga bertanggung

jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa. Guru harus mampu

menciptakan proses belajar sedemikian rupa sehingga dapat merangsang siswa

untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan

menciptakan tujuan.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

3

Maksum (2003:15-16) Kyai atau ustadz merupakan komponen penting

yang amat menetukan keberhasilan pendidikan di pesantren. selain itu tidak

jarang kyai atau ustadz adalah pendiri dan pemilik pesantren itu atau

keturunannya. Dengan demikian pertumbuhan dan perkemabangan suatu

pesantren amat bergantung pada figur kyai atau ustadz.

Pembentukan akhlak dilakukan oleh ustadz dikarenakan kondisi akhlak

para santri yang masih perlu untuk diperbaiki. Para santri yang masih berusia

remaja mudah terpengaruh untuk berbuat nakal. Kenakalan santri sama halnya

dengan kenakalan remaja pada umumnya. Menurut Zakiyah Drajat (1995: 112)

kenakalan siswa atau remaja adalah kenakalan yang terjadi pada saat ia mulai

beranjak dewasa. Kenakalan siswa bisa diartikan sebagai suatu kelalaian

tingkah laku atau perbuatan tindakan dari siswa yang bersifat asosial serta

melanggar norma-norma yang ada dalam masyarakat. Sedangkan ditinjau dari

segi agama maka akan jelas bahwa apa yang dilarang dan apa yang disuruh dan

sudah barang tentu semua yang dianggap oleh umum sebagai perbuatan nakal

serta dapat dikatakan perbuatan yang tidak diinginkan di dalam agama.

Seperti yang terjadi di Pondok Pesantren Al Muayyad. Sebagai lembaga

pendidikan Islam, pondok yang berlokasi di tengah kota Surakarta ini memiliki

banyak hal yang berpotensi untuk memberi pengaruh pada akhlak santri. Hal-

hal tersebut misalnya dekat tempat bermain game online, warnet, play station

dan lain sebagainya. Hal itu dapat menghambat proses pembentukan akhlak

santri, oleh karena itu upaya ustadz sangat berpengaruh untuk menghasilkan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

4

kualitas akhlak santri, baik di lingkungan pondok pesantren maupun

masyarakat sekitar. (Observasi, Kamis 11 April 2016).

Selain itu, selama ini masih banyak santri yang melanggar berbagai

peraturan di dalam pondok pesantren. Pelanggaran yang dilakukan dapat

berupa berbagai hal dari yang skala kecil hingga skala besar. Beberapa contoh

pelanggaran yang dilakukan santri Al-Muayyad antara lain merokok,

membolos ketika jam pelajaran atau waktu mengaji, keluar tanpa izin, hingga

keluar dari lingkungan asrama tanpa izin untuk mengikuti kegiatan-kegiatan

diluar pendidikan.

Dilihat dai beberapa sisi, mungkin pelanggaran yang dilakukan para

santri bukanlah sesuatu hal yang besar dan tidak mengakibatkan sesuatu yang

serius. Namun apabila hal ini dibiarkan, dimasa depan mereka akan terbiasa

dengan melakukan pelanggaran-pelanggaran kecil yang dapat menjadi pemicu

kesalahan dan pelanggaran yang lebih besar.

Untuk mencegah para santri agar tidak melanggar norma-norma yang

sudah ada, maka untuk itu sangat perlu sebuah pencegahan atau pengendalian

sebagai cara yang digunakan pondok pesantren untuk menertibkan santri yang

membangkang (Kamanto 1993 : 65).

Terdapat dua macam pengendalian, yaitu pengendalian secara

preventif dan kuratif. Pengendalian preventif yaitu suatu usaha pencegahan

terhadap terjadinya gangguan - gangguan pada keserasian antara kepastian dan

keadilan. Pengendalian secara kuratif adalah pengendalian yang dilakukan

setelah penyimpangan terjadi.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

5

Usaha - usaha preventif, misalnya dijalankan melalui proses sosialisasi,

pendidikan formal dan informal. Pengendalian sosial represif yang bertujuan

untuk mengembalikan kekacauan sosial atau mengembalikan situasi deviasi

menjadi keadaan kondusif kembali (Soekanto, 1990 : 206). Pengendalian ini

merupakan bentuk dimana penyimpangan sosial sudah terjadi kemudian

dikembalikan lagi agar situasi sosial menjadi normal, yaitu situasi dimana

masyarakat mematuhi norma sosial kembali.

Menurut Idianto (2013:183) upaya secara preventif merupakan suatu

bentuk pemcegahan terhadap terjadinya gangguan-gangguan antara kepastian

dan keadilan. Tindakan preventif untuk mencegah terjadinya pelanggaran

norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.

Salah satu upaya preventif yang dilakukan ustadz dalam pembentukan

akhlak bagi santri adalah melalui pemberian dorongan atau motivasi.

Pemberian motivasi dapat dilakukan dengan membacakan atau mengupas dari

sebuah biografi atau manaqib perjalanan hidup seorang ulama yang dapat

menjadi pelajaran maupun menjadi tauladan yang baik sehingga menjadikan

santri termotivasi dalam segala aktivitas hidupnya khususnya dalam menuntut

ilmu di pondok pesantren. Dalam hal ini, salah satu pondok pesantren yang

melakukan usaha ini diantaranya adalah Pondok Pesantren Al Muayyad

Surakarta.

Pondok pesantren ini melaksanakan kegiatan pembacaan manaqib

Syekh Abdul Qadir Jaelani setiap kamis malam selepas dilaksanakannya

ibadah sholat magrib. Pembacaan manaqib di pondok pesantren ini

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

6

dilaksanakan diawali dengan pembacaan surah Yasin dan diakhiri dengan

mau’idoh singkat yang materinya diambil dari nilai-nilai yang terkandung

dalam manaqib Syekh Abdul Qadir Jaelani.

Manaqib Syekh Abdul Qadir Jaelani atau Kitab An-Nurul Burhani Juz

II menceritakan kehidupan Syeh Abdul Qadir al-Jailani. Di dalam kitab

tersebut menjelaskan tentang nasab, kelahiran, perjalanan spritual, karamah-

karamah serta beberapa nasehat-nasehat di antaranya tentang perintah untuk

selalu menjaga wudhu, selalu mendekatkan diri kepada Allah Swt,

mengamalkan asmaul husna yang berjumlah 99, mennyayangi fakir miskin,

selalu bersyukur dalam keadaan apapun, selalu bersabar, selalu berhati-hati

dalam bergaul dengan orang (Abi Luthfi Hakim, 23-50).

Syekh Abdul Qadir al-Jilani adalah seorang Imam bermadzhab

Hanbali. Beliau menjadi guru besar mazhab ini pada masa hidupnya. Beliau

adalah seorang alim yang berakidah Ahlussunnah wal-Jama’ah. Beliau

dikenal memiliki banyak karamah. Syekh Abdul Qadir al-Jilani lahir di

desa Jilan yang terletak di kota Thabrastan pada tanggal 1 Ramadhan 470

H (Muchsin Nur Hadi, Al-Lujainy al-Dany)

Zainuddin (2005: 22-25) dalam menulis buku ”Karomah Syaikh Abdul

Qodir Jaelani” menjelaskan bahwa Syekh Abdul Qadir Jaelani adalah tokoh

sufi yang memiliki kharisma, pengikut dan pengaruh besar di dunia Islam,

termasuk di Indonesia, terutama di kalangan persaudaraan tarekat –baik pada

masanya maupun sekarang. Dari kehebatan dan sejumlah karomah yang

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

7

dimiliki, ia banyak mendapat perhatian dan sanjungan, bahkan sampai pada

pengkultusan.

Tujuan pembacaan manaqib di kalangan Nahdliyin dan kelompok

Ahlussunah wal Jamaah membaca manaqib Syeikh Abdul Qadir Jailani

merupakan tradisi. Dalam kitab manaqib tersebut terdapat banyak hal,

diantaranya, kisah teladan, karomah hingga doa-doa yang cukup makbul.

Sehingga tidak heran jika banyak yang mengamalkannya. Menurut Saifullloh

(2000:23) Penyelenggaraan manaqib yang banyak terjadi di tengah-tengah

masyarakat sekarang ini pada umumnya didasari adanya maksud dan tujuan

tertentu yang beragam, diantaranya adalah :

Mengharap rahmat dari Allah SWT, keberkahan, serta pengampunan

dosa; Ingin tercapai atau terwujudnya insan hamba Allah yang beriman,

bertakwa, beramal sholeh, dan berakhlak yang baik; untuk bertawasul dengan

Syaikh Abdul Qadir Jailani, dengan harapannya agar permohonannya

dikabulkan oleh Allah dan dilakukan atas dasar keimanan kepada Allah SWT.

Untuk melaksanakan nadzar karena Allah semata, bukan karena maksiat; untuk

memperoleh berkah dari Syaikh Abdul Qadir Jailani; untuk mencintai,

menghormati dan memuliakan para ulama, Auliya’, Syuhada’, dan lain-lain;

serta memuliakan dan mencintai dzurriyah Rasulullah SAW.

Pembacaan manaqib secara rutin ini, selain sebagai bentuk tirakat atau

riyadhoh namun juga sebagai media untuk membentuk akhlaq yang baik dalam

kepribadian santri. Dengan sering membaca, mendengar, dan mencermati

manakib tersebut diharapkan akan membentuk para santri menjadi pribadi

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

8

Muslim yang berakhlakul karimah, menembus cakrawala taqwallah yang

paripurna.

Namun hingga saat ini belum diketahui secara pasti apakah kajian

dan pembacaan kitab An-Nurul Burhani Juz II berpengaruh terhadap

pembentukan akhlak santri, terutama di Pondok Pesantren Al Muayyad.

Sehingga untuk mengetahui hal tersebut, penulis mengambil judul “Upaya

ustadz dalam pembentukan akhlak santri melalui pembacaan Manaqib Syeh

Abdul Qadir Jailani di Pondok Pesantren Al-Muayyad, Surakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, untuk memperjalas dan

mempermudah dalam penelitian, maka peneliti mengidentifikasikan masalah

yaitu:

1. Pembacaaan Manaqib Syeh Abdul Qadir Al Jailani merupakan

kegiatan wajib yang diikuti oleh para santri namun masih ada santri

yang tidak mengikuti kegiatan tersebut

2. Pembacaaan Manaqib Syeh Abdul Qadir Al Jailani di gunakan sebagai

cara untuk membentuk akhlak santri namun masih ada santri yang

belem memahami isi dari Manaqib.

3. Pembacaaan Manaqib Syeh Abdul Qadir Al Jailani sebagai cara untuk

melatih disiplin namum masih ada santri yang tidak mematuhi

peraturan Masih banyak santri yang tidak mematuhi peraturan pondok

.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

9

C. Pembatasan Masalah

Agar ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti tidak terlalu luas,

penulis membatasi permaslahan hanya fokus pada “upaya ustdaz dalam

pembentukan akhlak santri melalui pembacaan manaqib Syeh Abdul Qadir Al-

Jailani di pondok pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan Surakarta Tahun

2016”.

D. Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas rumusan masalah dalam penelitian ini

yaitu bagaimanakah upaya ustdaz dalam pembentukan akhlak santri melalui

pembacaan manaqib Syeh Abdul Qadir Al-Jailani di pondok pesantren Al-

Muayyad Mangkuyudan Surakarta Tahun 2016?.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang diharapkan penulis dalam penelitian ini yaitu

untuk mengetahui upaya ustdaz dalam pembentukan akhlak santri melalui

pembacaan manaqib Syeh Abdul Qadir Al-Jailani di pondok pesantren Al-

Muayyad Mangkuyudan Surakarta Tahun 2016”.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari peneliti dengan penelitian ini

pada dasarnya terbagi pada dua hal: (1) manfaat teoritis, dan (2) manfaat

teoritis.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

10

1. Manfaat Teoritis.

a. Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi perkembangan

ilmu pengetahuan khususnya di bidang pendidikan, terutama dalam

wacana pengembangan akhlak anak.

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan akan berguna untuk kegiatan

penelitian selanjutnya, dan memberikan landasan/data awal bagi

penelitian berikutnya.

2. Manfaat Praktis.

a. Bagi Lembaga Pendidikan:

Terutama pondok pesantren, penelitian ini dapat dijadikan

bahan refrensi bagi ustadz untuk membina dan mendidik santri

sehingga dapat memaksimalkan dan meningkatkan kualitas pendidikan.

b. Bagi Pendidik:

Dapat menjadi refrensi bagi ustadz, dalam membimbing dan

mendidik anak yang beriman dan beramal shaleh dalam kehidupan

sosial di sekolah, keluarga, maupun masyarakat.

c. Bagi anak didik:

Dapat memberikan gambaran pentingnya memiliki akhlak

yang baik agar terwujud pribadi yang berakhlak mulia, kreatif, dan

religius.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pembentukan Akhlak

a. Pengertian Akhlak

Menurut pendekatan etimologi (Zahruddin AR,

2004:1).Perkataan "akhlak" berasal daribahasa Arab jama' dari bentuk

mufradnya "khuluqun" ( خلق ) yangmenurut logat diartikan: budi

pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut

mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan "khalqun" ( خلق )

yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan "khaliq" ( خالق )

yang berarti pencipta dan "makhluq" ( مخلوق) yang berarti yang

diciptakan.

Definisi akhlak di atas muncul sebagai mediator yang

menjembatani komunikasi antara khaliq (pencipta) dengan makhluq

(yang diciptakan) secara timbal balik, yang kemudian disebut sebagai

hablum min Allah. Dari produk hamlum min Allah yang verbal biasanya

lahirlah pola hubungan antar sesama manusia yang disebut dengan

hablum minannas (pola hubungan antar sesama makhluk) (Zahruddin

AR, 2004 : 2).

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-

sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

12

selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut

akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang

tercelasesuai dengan pembinaannya.

Akhlak menurut imam Al-Ghozali "Akhlak ialah sifat yang

tertanam dalam jiwa yang menimbulkanmacam-macam perbuatan

dengan gampangdan mudah, tanpamemerlukan pemikiran dan

pertimbangan".

Jadi pada hakikatnya khuluk (budi pekerti) atau akhlak

ialahkondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi

kepribadianhingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan

dengan cara spontandan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa

memerlukan pikiran. Apabila darikondisi tadi timbul kelakuan yang

baik dan terpuji menurut pandangansyariat dan akal pikiran. Maka ia

dinamakan budi pekerti mulia dansebaliknya apabila yang lahir

kelakuan yang buruk, maka disebut budipekerti yang tercela.

b. Pembentukan Akhlak

Pembentukan akhlak menurut Al Ghozali dapat ditempuh dengan cara

pembiasaan sejak kecil secara kontinyu. Tetapi dapat juga melalui dengan cara

paksaan sehingga lama kelamaan menjadi suatu perbuatan menjadi kebiasaan

dan akhirnya menjadi akhlak (Imam Al-Ghozali, 1988: 53). Kiat yang paling

baik dalam menanamkan akhlak terutama kepada anak, masih menurut Al

Ghozali, adalah dengan cara memberika keteladanan.

Sedangkan menurut Ibnu Sina, jika seseorang menghendaki dirinya

berakhlak mulia, hendaklah dia terlebih dahulu mengetahui kekurangan dan

cacat yang ada dalam dirinya. Dia juga harus berhatihati untuk tidak berbuat

kasalahan sehingga kecacatannya tidak muncul dalam kenyataannya. Namun

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

13

menurut para psikolog, kejiwaan manusia berbeda-beda menurut tingkat usia.

Untuk itu, cara paling efektif untuk melakukan pembinan akhlak adalah

dengan memperhatikan faktor kejiwaan seseorang. Menurut Azizi (2003:

146), pembiasaan merupakan proses pendidikan. Pendidikan yang instant

berarti melupakan dan meniadakan pembiasaan. Tradisi dan bahkan juga

karakter (prilaku) dapat diciptakan melalui latian dan pembiasan. Ketika suatu

praktek sudah terbiasa dilakukan, berkat pembiasaan ini, maka akan menjadi

habit bagi yang melakukanya, kemudian akan menjadi ketagihan, dan pada

waktunya akan menjadi tradisi yang sulit untuk ditinggalkan. Hal ini berlaku

untuk hampir semua hal, meliputi nilai-nilai yang buruk maupun yang baik..

Pada awalnya, demi pembiasaan suatu perbuatan perlu dipaksakan,

sedikit demi sedikit kemudian menjadi kebiasaan. Berikutnya kalau aktifitas

itu sudah menjadi kebiasaan, ia akan menjadi habit, yaitu kebiasaan yang

sudah dengan sendirinya, dan bahkan sulit untuk dihindari. Ketika menjadi

habit ia akan selalu menjadi aktifitas rutin (Azizi (2003: 147). Kebiasaan

menurut Zubair adalah ulangan perbuatan yang sama (Zubair, 1995: 63).

Sedangkan menurut Sholihin dan Anwar kebiasaan adalah perbuatan yang

diulang-ulang sehingga mudah mengerjakannya.

Semua aliran akhlak mengatakan bahwa kebiasaan yang baik harus

dibina, dipelihara, dan dikembangkan, sedangkan kebiasaan yang buruk harus

ditinggalkan. Faktor kebiasaan ini memegang peranan yang sangat penting

dalam membentuk dan membina akhlak (Sholihin, 2005: 117). Dengan

demikian jelas bahwa implementasi niali-nilai akhlak mulia, etika dan norma-

norma haruslah diadakan pembiasaan, tidak cukup hanya menghafal

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

14

rangkaian pasal atau ungkapan mengenai nilai akhlak mulia, etika dan

moral.

Konsekuensi riil dari pembiasaan ini adalah, bahwa sekolah harus

mewujudkan praktek pembiasaan ini, baik untuk hal-hal yang berkaitan

dengan ritual (seperti sholat jama'ah, sholat sunat, tadarus, dan sebagainya),

praktek etika social, nilai-nilai, seperti kebersihan, kedisiplinan,

perlakuan menghormati sesama, saling membantu, kedermawanan, menulis,

membaca, rajin, melakukan ekperimen, dan lain-lain. Sebaiknya perlu ada

keseimbangan antara keharusan (kewajiban) yang diterapkan di sekolah dan

rangsangan atau dorongan dengan hadiah bagi yang menjalankan. Pendekatan

atau cara yang dapat mewujudkan kesenangan (joy) untuk dijalankan oleh

anak didik sangat diperlukan sehingga mereka menjalankannya tidak semata-

mata karena terpaksa. Sebelum menjadi sesuatu yang disenangi, dalam

rangka pembiasan itu kepala sekolah perlu membuat aturan atau ketentuan

untuk praktek keseharian, meskipun tidak secara tegas masuk dalam

kurikulum. Jadi dengan demikian, pembiasaan harus tetap dilakuan, meskipun

berawal dari paksaan, oleh karena dipaksa oleh guru atau oleh aturan. Di

samping itu upaya pendekatan yang menyenangkan harus tetap pula di

ujicobakan.

c. Tujuan Pembentukan Akhlak

Islam adalah agama rahmat bagi umat manusia. Ia datang

dengan membawa kebenaran dari Allah SWT dan dengan tujuan ingin

menyelamatkan dan memberikan kebahagiaan hidup kepada manusia

dimanapun mereka berada. Agama Islam mengajarkan kebaikan,

kebaktian, mencegah manusia dari tindakan onar dan maksiat(Hasan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

15

Basri 2004:145). Sebelum merumuskan tujuan pembentukan akhlak,

terlebih dahulu harus kita ketahui mangenai tujuan pendidikan islam

dan tujuan pendidikan akhlak.

Muhamad Al-Munir (Abdul Majid,2004:74) menjelaskan

bahwa tujuan pendidikan Islam adalah :

1) Tercapainya manusia seutuhnya

2) Tercapainya kebahagiaan dunia dan akherat

3) Menumbuhkan kesadaran manusia mengabdi dan takut kepada

Allah.

Menurut Muhamad Al-Athiyah Al-Abrasy (1970:108), tujuan

utama dari pendidikan Islam ialah pembentukan akhlak dan budi pekerti

yang sanggup menghasilkan orang–orang yang bermoral, laki-laki

maupun perempuan, jiwa yang bersih, kemauan yang keras, cita-cita

yang benar dan akhlak yang tinggi, tahu arti kewajiban dan

pelaksanaannya, menghormati hak asasi manusia, tau membedakan

baik dan buruk, memilih suatu fadilah karena ia cinta pada fadilah,

menghindari suatu perbuatan yang tercela, karena ia tercela, dan

mengingat Tuhan dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan.

Dari beberapa keterangan di atas, dapat ditarik rumusan

mengenai tujuan pendidikan akhlak, yaitu membentuk akhlakul

karimah. Sedangkan pembentukan akhlak sendiri itu sebagai sarana

dalam mencapai tujuan pendidikan akhlak agar menciptakan menusia

yang berakhlakul karimah.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

16

d. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pembentukan Akhlak

Pada prinsipnya faktor-faktor yang mempengaruhi

pembentukan akhlak ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor internal

dan eksternal

1) Faktor internal

Yaitu keadaaan peserta didik itu sendiri, yang meliputi latar

belakang kognitif (pemahaman ajaran agama, kecerdasan), latar

belakang afektif (motivasi, minat, sikap, bakat, konsep diri dan

kemandirian) (Muntholi'ah 2002:8).

Pengetahuan agama seseorang akan mempengaruhi

pembentukan akhlak, karena ia dalam pergaulan sehari-hari tidak

dapat terlepas dari ajaran agama. Selain kecerdasan yang dimiliki,

peserta didik juga harus mempunyai konsep diri yang matang.

Konsep diri dapat diartikan gambaran mental seorang terhadap

dirinya sendiri, pandangan terhadap diri, penilaian terhadap diri,

serta usaha untuk menyempunakan dan mempertahankan diri.

Dengan adanya konsep diri yang baik, anak tidak akan mudah

terpengaruh dengan pergaulan bebas, mampu membedakan antara

yang baik dan buruk, benar dan salah.

Selain konsep diri yang matang, faktor internal juga

dipengaruhi oleh minat, motivasi dan kemandirian belajar. Minat

adalah suatu harapan, dorongan untuk mencapai sesuatu atau

membebaskan diri dari suatu perangsang yang tidak menyenangkan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

17

(Abdul Mujib 2006:117). Sedangkan motivasi adalah menciptakan

kondisi yang sedemikian rupa, sehingga anak mau melakukan apa

yang dapat dilakukannya. Dalam pendidikan motivasi berfungsi

sebagai pendorong kemampuan, usaha, keinginan, menentukan arah

dan menyeleksi tingkah laku pendidikan.

2) Faktor Eksternal

Yaitu yang berasal dari luar peserta didik, yang meliputi

pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan

lingkungan masyarakat. Salah satu aspek yang turut memberikan

saham dalam terbentuknya corak sikap dan tingkah laku seseorang

adalah faktor lingkungan. Selama ini dikenal adanya tiga lingkungan

pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat

(Abuddin Nata, 2001:21). Merupakan faktor yang berpengaruh

terhadap pembentukan perilaku atau akhlak remaja, dimana

perkembangannya sangat dipengaruhi faktor lingkungan, di

antaranya adalah:

a) Lingkungan keluarga (orang tua)

Orang tua merupakan penanggung jawab pertama dan

yang utama terhadap pembinaan akhlak dan kepribadian

seorang anak. Orang tua dapat membina dan membentuk akhlak

dan kepribadian anak melalui sikap dan cara hidup yang

diberikan orang tua yang secara tidak langsung merupakan

pendidikan bagi sang anak. Dalam hal ini perhatian yang cukup

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

18

dan kasih sayang dari orang tua tidak dapat dipisahkan dari

upaya membentuk akhlak dan kepribadian seseorang.

b) Lingkungan sekolah (pendidik)

Pendidik di sekolah mempunyai andil cukup besar

dalam upaya pembinaan akhlak dan kepribadian anak yaitu

melalui pembinaan dan pembelajaran pendidikan agama Islam

kepada siswa. Pendidik harus dapat memperbaiki akhlak dan

kepribadian siswa yang sudah terlanjur rusak dalam keluarga,

selain juga memberikan pembinaan kepada siswa. Disamping

itu, kepribadian, sikap, dan cara hidup, bahkan sampai cara

berpakaian, bergaul dan berbicara yang dilakukan oleh seorang

pendidik juga mempunyai hubungan yang signifikan dengan

proses pendidikan dan pembinaan moralitas siswa yang sedang

berlangsung.

c) Lingkungan masyarakat (lingkungan sosial)

Lingkungan masyarakat tidak dapat diabaikan dalam

upaya membentuk dan membina akhlak serta kepribadian

seseorang. Seorang anak yang tinggal dalam lingkungan yang

baik, maka ia juga akan tumbuh menjadi individu yang baik.

Sebaliknya, apabila orang tersebut tinggal dalam lingkungan

yang rusak akhlaknya, maka tentu ia juga akan ikut terpengaruh

dengan hal-hal yang kurang baik pula (Mukhtar 2001:73).

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

19

Lingkungan pertama dan utama pembentukan dan

pendidikan akhlak adalah keluarga yang pertama-tama

mengajarkan kepada anak pengetahuan akan Allah, pengalaman

tentang pergaulan manusia dan kewajiban memperkembangkan

tanggung jawab terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain

anak melalui sikap dan cara hidup yang diberikan orang tua

yang secara tidak langsung merupakan pendidikan bagi sang

anak Dalam hal ini perhatian yang cukup dan kasih sayang dari

orang tua tidak dapat dipisahkan dari upaya membentuk akhlak

dan kepribadian seseorang.

d) Lingkungan sekolah (pendidik)

Pendidik di sekolah mempunyai andil cukup besar

dalam upaya pembinaan akhlak dan kepribadian anak yaitu

melalui pembinaan dan pembelajaran pendidikan agama Islam

kepada siswa. Pendidik harus dapat memperbaiki akhlak dan

kepribadian siswa yang sudah terlanjur rusak dalam keluarga,

selain juga memberikan pembinaan kepada siswa. Disamping

itu, kepribadian, sikap, dan cara hidup, bahkan sampai cara

berpakaian, bergaul dan berbicara yang dilakukan oleh seorang

pendidik juga mempunyai hubungan yang signifikan dengan

proses pendidikan dan pembinaan moralitas siswa yang sedang

berlangsung.

e) Lingkungan masyarakat (lingkungan sosial)

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

20

Lingkungan masyarakat tidak dapat diabaikan dalam

upaya membentuk dan membina akhlak serta kepribadian

seseorang. Seorang anak yang tinggal dalam lingkungan yang

baik, maka ia juga akan tumbuh menjadi individu yang baik.

Sebaliknya, apabila orang tersebut tinggal dalam lingkungan

yang rusak akhlaknya, maka tentu ia juga akan ikut terpengaruh

dengan hal-hal yang kurang baik pula (Mukhtar 2001:74).

Lingkungan pertama dan utama pembentukan dan

pendidikan akhlak adalah keluarga yang pertama-tama

mengajarkan kepada anak pengetahuan akan Allah, pengalaman

tentang pergaulan manusia dan kewajiban memperkembangkan

tanggung jawab terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain

adalah orang tua. Tetapi lingkungan sekolah dan masyarakat

juga ikut andil dan berpengaruh terhadap terciptanya akhlak

mulia bagi anak.

e. Materi Pembentukan Akhlak

Pesantren umumnya memandang akhlak dan kehidupan yang

bersahaja itu amat perlu. Bahkan me,ihatnya sebagai implementasi dari

tingkat keimanan seseorang, karena itu mata hampir semua dijumpai

disetiap pesantren. menurut Maksum (2003:44) bahwa pendidikan

akhlak di pesantren amat intensif sehingga dapat dijumpai dalam tiga

pola sekaligus. Pertama, materi ini diajarakan secara hidden atau

tersembunyi yang dijumpai pada hampir seluruh mata pelajaran yang

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

21

ada. Kedua, materi ini diajarkan secara khusus melalui kitab-kitab yang

tersedia. Ketiga, materi ini diaplikasikan dalam kehidupan paraktis

pesantren.

Dari itu, materi yang dipilih untuk diajarkan di pesantren ialah

mengenai sikap dan tatakarama sebagai pencari ilmu, sikap dan

tatakrama kepada orang tua, sikap dan tatakrama kepada teman, sikap

dan tatakrama kepada orng lain, yang semuanya menyangkut

kehidupan keseharian manusia.

Menurut Abil Luthfi Hakim (15-50) Materi pembentukan

akhlak yang terdapat dalam kitab An-An-Nurul Al Burhanii Juz

IImengenai materi akhlak dapat dikelompokkan menjadi beberapa

kelompok, di antaranya yaitu:

1) Akhlak terhadap diri sendiri

Macam-macam akhlak terhadap diri sendiri, yaitu:

a) Rajin atau giat dalam menuntut ilmu

b) Memanfaatkan waktu belajar dengan sebaik-baiknya

c) Sedikit makan dan minum

d) Menjaga wudhu

e) Zuhud dan senang riyadhoh

2) Akhlak terhadap Allah SWT

Macam-macam akhlak terhadap Allah Swt, yaitu:

a) Selalu bersyukur dalam keadaan apapun, baik ketika mendapat

kenikmatan maupun cobaan.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

22

b) Bertaubat

c) Tidak putus asa

d) Tidak murtad dari agama Islam

e) Bertaqwa

f) Sabar

g) Berkumpul di majlis dzikir

h) Selalu memohon ampunan

i) Mengamalkan Asmaul Husna

3) Akhlak terhadap orang lain

Macam – macam akhlak terhadap orang lain, yaitu:

a) Berhati-hati dalam bergaul

b) Berahati-hati dalam seneng terhadap orang lain

c) Menyanyangi fakir miskin

d) Tidak mengagungkan orang kaya.

Dari penjelasan diatas dapat disimplkan bahwa tujuan

pembelajaran akhlak adalah membentuk santri agar memiliki

kepribadian muslim yang berakhlak karimah baik dalam hubungannya

dengan Allah Swt maupun hubungannya dengan sesama manusia serta

dalam hubungannya dengan alam sekitar atau makhluk lainnya.

f. Metode Pembentukan Akhlak

Beberapa metode yang biasa digunakan dalam pembentukan

akhlak antara lain:

1) Metode Keteladanan

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

23

Keteladanan (Imam Abdul Mukmin Sa’aduddin, 2006:89)

merupakan perbuatan yang patut ditiru dan dicontohdalam praktek

pendidikan, anak didik cenderung meneladanipendidiknya. Karena

secara psikologis anak senang meniru tanpa memikirkan

dampaknya. Amr bin Utbah berkata kepada guru anaknya,"Langkah

pertama membimbing anakku hendaknya membimbing

dirimuterlebih dahulu. Sebab pandangan anak itu tertuju pada

dirimu makayang baik kepada mereka adalah kamu kerjakan dan

yang buruk adalahyang kamu tinggalkan."

2) Metode Latihan dan Pembiasaan.

Mendidik dengan melatih dan pembiasaan adalah mendidik

dengan cara memberikan latihan-latihan terhadap suatu norma

tertentu kemudian membiasakan untuk mengulangi kegiatan tertentu

tersebut berkali-kali agar menjadi bagian hidupnya, seperti sholat,

puasa,kesopanan dalam bergaul dan sejenisnya. Oleh karena itu,

Islam mengharuskan agar semua kegiatan itu dibarengi niat supaya

dihitungsebagai kebaikan.

3) Metode Cerita

Cerita memiliki daya tarik yang besar untuk menarik

perhatian setiap orang, sehingga orang akan mengaktifkan segenap

indranya untuk memperhatikan orang yang bercerita. Hal itu terjadi

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

24

karena cerita memiliki daya tarik untuk disukai jiwa manusia. Sebab

di dalam cerita terdapat kisah-kisah zaman dahulu, sekarang, hal-hal

yang jarang terjadi dan sebagainya. Selain itu cerita juga lebih lama

melekat pada otak seseorang bahwa hampir tidak

terlupakan.Sehingga akan mempermudah pemahaman siswa untuk

mengambil ibrah (pelajaran) dari kisah – kisah yang telah

diceritakan dalam pelaksanaan metode ini, guru juga bisa menyertai

penyampaian nasehat – nasehat untuk anak didiknya (siswa) dalam

al-Qur'an ayat yang mengandung metode cerita.

4) Metode mauidzah (nasehat)

Mauidzah berarti nasehat. Rasyid Ridha mengartikan

mauidzah adalah nasehat peringatan atas kebaikan dan kebenaran

dengan jalan apa saja yang dapat menyentuh hati dan

membangkitkannya untuk mengamalkan dalam al-Qur'an juga

menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk

mengarahkan manusia kepada ide yangdikehendakinya. Inilah yang

kemudian dikenal dengan nasehat.

Tetapi nasehat yang disampaikan ini selalu disertai

denganpanutan atau teladan dari si pemberi atau penyampai nasehat

itu. Ini menunjukkan bahwa antara satu metode yakni nasehat

dengan metode lain yang dalam hal ini keteladanan bersifat saling

melengkapi (Abudin Nata, 2001:98).

5) Metode pahala dan sanksi

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

25

Jika pembentukan akhlak tidak berhasil dengan metode

keteladanan dan pemberian pelajaran, beralihlah kepada metode

pahala dan sanksi atau metode janji harapan dan ancaman. Sebab

Allah SWT pun sudah menciptakan surga dan neraka, dan berjanji

dengan surga itu serta mengancam dengan neraka-Nya. Pemberian

harapan adalah janji yang diikuti bujukan dengan kenikmatan,

keindahan pasti, atau kebaikan yang murni dari setiap noda,

berbanding dengan amal soleh yang dilakukan atau amal buruk yang

dijauhi demi mencari ridha Allah berupa kasih sayangnya kepada

para hamba.

Sedangkan ancaman adalah mengancam dengan sanksi

akibatmelanggar larangan Allah SWT atau dimaksudkan untuk

menakutnakutipara hamba. Ini merupakan keadilan dari Allah (

Imam Abdul Mukmin Sa’aduddin, 2006:83).

Dalam pemberian sanksi harus sesuai pelanggaran yang

dilakukandan sanksi tersebut dijatuhkan menurut tahap-tahapnya,

karena diantara mereka ada yang cukup diisyaratkan saja sudah

menghentikanperbuatannya, ada yang belum berhenti hingga

dimarahi, ada yang perluditakut-takuti dengan tongkat, ada pula

yang berhenti dengan tindakanfisik.

2. Manaqib Syaikh Abdul Qodir Al Jailani

a. Pengertian Manaqib

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

26

Menurut Moh. Syaifullah (2000:10), Manaqib berasal dari

bahasa arab dari lafadh naqaba, naqobu, naqban yang artinya

menyelidiki, melubangi, memeriksa, dan menggali. Kata manaqib

jamak dari lafadh manaqibun yang merupakan isim makan dari lafadh

naqaba.

Manaqib adalah riwayat hidup yang berhubungan dengan

dengan seseorang tokoh masyarakat yang menjadi suri tauladan, baik

mengenai silsilahnya, akhlak, karamahnya dan sebagainya.

Nama lengkap beliau adalah Syaikh Muhyidin Abu Muhammad

Abdul Qadir bin Abu Shalih Musa Janki Dust bin Abdullah bi Yahya

al-Zahid bin Muhammad bin Dawud bin Musa bin Abdullah bin Musa

al-Jun bin Abdullah al-Mahdhi al-Muhalli bin al-Hasan bin al-Hasan

bin Ali bin Abu Thalib, cucu Ibnu Abdullah al-Shaumi’ al-Zahid.

Beliau lahir pada tanggal 1 Ramadhan 417 H = 1077M di desa Jilan

Thabaristan, terletak di sungai Djilah. Letaknya di kota Baghdad

Sekarang sudah memisahkan diri dari Thabaristan (Abdullah, 2015).

Silsilah beliau bersambung dengan Rosulullah SAW, dari

Fatimah ra. dan Ali Bin Abi Tholib. Ayah Syaikh Abdul Qadir Al

Jaelani r.a adalah Abu Shahih. Beliau dikenal sebagai orang yang tekun

menjalankan ajaran agama. Menurut nasabnya, ia masih keturunan dari

Imam Hasan r.a, cucu pertama dari Nabi Muhammad SAW. Ibu Syaikh

Abdul Qadir Al Jaelani juda keturunan dari keluarga sufi. Oleh karena

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

27

itu tak heran mereka melahirkan seoran Syaikh Abdul Qadir Al Jaelani

yang jga seorang sufi terkenal.

Beliau tergolong pemuda yang cerdas, pendiam berbudi pekerti

yang luhur, penurut nasehat orang tua, dan cinta akan ilmu

pengetahuan. Beliau juga senang melakukan riyadhah dan mujahadah

melawan hawa nafsu, mencintai fakir miskin dan gemar beramar

ma’ruf ahli mungkar sesama manusia. Dalam menuntut ilmu beliau

tidak hanya kepada satu guru, namun beliau juga banyak belajar pada

beberapa orang guru, sehingga beliau mengembara ke berbagai negara

Islam, seperti Persia, Iraq, Mesir, Jazirah Arab, dan akhirnya menetap

di Baghdad. (Asrifin, 194).

Syeikh Abdul Qadir Jailani adalah seorang tokoh sufi terbesar

dan dikenal luas, termasuk kekeramatan dan ketinggian derajat

kewaliannya. Bahkan telah diakui oleh seluruh ulama Islam di seluruh

dunia. Beliau wafat di Baghdad pada tanggal 11 Robiul Akhir 561 H

atau tahun 1164. Beliau wafat dalam usia 90 tahun dan dimakamkan di

Baghdad. (Moh. Saifulloh, 2000:5-6).

b. Tujuan Pembacaan Manaqib

Di kalangan nahdliyin dan kelompok Ahlussunah wal Jamaah

membaca manaqib Syeikh Abdul Qadir Jailani merupakan tradisi.

Dalam kitab manaqib tersebut terdapat banyak hal, diantaranya, kisah

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

28

teladan, karomah hingga doa-doa yang cukup makbul. Sehingga tidak

heran jika banyak yang mengamalkannya.

Menurut Saifullloh (2000:23) penyelenggaraan manaqib yang

banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat sekarang ini pada

umumnya didasari adanya maksud dan tujuan tertentu yang beragam,

diantaranya adalah :

a) Mengharap rahmat dari Allah SWT, keberkahan, serta

pengampunan dosa.

b) Ingin tercapai atau terwujudnya insan hamba Allah yang

beriman, bertakwa, beramal sholeh, dan berakhlak yang baik.

c) Untuk bertawasul dengan Syaikh Abdul Qadir Jailani, dengan

harapannya agar permohonannya dikabulkan oleh Allah dan

dilakukan atas dasar keimanan kepada Allah SWT. Untuk

melaksanakan nadzar karena Allah semata, bukan karena

maksiat.

d) Untuk memperoleh berkah dari Syaikh Abdul Qadir Jailani.

e) Untuk mencintai, menghormati dan memuliakan para ulama,

Auliya’, Syuhada’, dan lain-lain.

f) Memuliakan dan mencintai dzurriyah Rasulullah SAW

Ahlul bait atau keluarga dan dzurriyah Rasulullah sangat

dimuliakan oleh Allah dengan menghilangkan dosa-dosa mereka

sehingga tetap terpelihara kesuciannya. Dengan demikian, memuliakan

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

29

menghormati dan mencintai Syaikh Abdul Qadir Jailani adalah

termasuk memuliakan, menghormati dan mencintai keluarga Nabi.

c. Isi Manaqib

Di dalam kitab An-Nurul Al Burhani Juz I membahas tentang

seputar hukum-hukum yang berkaitan dengan pembacaan manaqib,

di antaranya yaitu:

1) Hukum membaca manaqib.

2) Hukum berwasilah.

3) Tentang khawariqul adat.

4) Hukum keramat auliya’.

5) Menerangkan tentang nama atau tingkatan wali.

6) Keutamaan membaca manaqib.

Dalam kitab An-Nurul Al Burhani juz II berisi tentang

kehidupan dan ajaran Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani. Ada juga nukilan

kisah-kisah langka khas kaum thariqah. Seperti dialog ruhaniah yang

cukup menarik antara Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani dengan Imam

Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit, tentang pilihan Syaikh Abdul Qadir

berfatwa menurut madzhab Hanbali. Atau kisah dialog malaikat Izrail

dengan Syaikh Abdul Qadir menjelang wafatnya.

Selain berisi tentang perjalanan ruhaniyah di dalam kitab An-

Nurul Al Burhani juz II terdapat beberapa akhlak dan nasehat-nasehat

Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, yaitu:

1. Rajin atau giat dalam menuntut ilmu

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

30

2. Memanfaatkan waktu belajar dengan sebaik-baiknya

3. Sedikit makan dan minum

4. Menjaga wudhu

5. Zuhud dan senang riyadhoh

6. Selalu bersyukur dalam keadaan apapun, baik ketika mendapat

kenikmatan maupun cobaan.

7. Bertaubat dan tidak putus asa.

8. Tidak murtad dari Agama Islam.

9. Bertaqwa dan sabar

10. Berkumpul di majlis dzikir

11. Selalu memohon ampunan

12. Mengamalkan Asmaul Husna

13. Berhati-hati dalam bergaul

14. Berahati-hati dalam seneng terhadap orang lain

15. Menyanyangi fakir miskin dan tidak mengagungkan orang kaya

B. Kajian Hasil Penelitian

Skripsi yang ditulis oleh Imam Ismadin pada tahun 2008 yang

berjudul “ Upaya Guru PAI dalam Pembentukan Akhlak Sisiwa di

Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Gaten Condong Catur Sleman Yogyakarta

Tahun 2008”. Dalam penelitian ini upaya yang dilakukan guru dalam

pembentukan akhlak siswa yaitu dengan menggunakan metode targhib

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

31

(motivasi cinta kebaikan, tahri (larangan), uswatun khasanah (keteladanan),

bil hakim (bijaksana), ta’lim (memberi tahu), pemberian tugas. Faktor yang

mendukung dalam pembentukan akhlak yaitu yaitu medrasah terletak di

dalam lingkungan yang baik, adanya peraturan dan sanksi yang tegas,

adanya dukungan dari guru yang menyisipkan akhlak mulia dalam swtiap

kesempatan. Sedangkan faktor penghambat dalam pembentukan akhlak

siswa yaitu kurangnya perhatian dari orang tua siswa, kurangnya kontrol

madrasah terhadap siswa, fasilitas kurang memadai, dan kurangnya

kerjasama guru dengan pengelola madrasah.

Relevasi penelitian Imam Ismadin dengan penelitian yang sedang

dikaji sama-sama berkaitan dengan akhlak, sedangkan perbedaannya yaitu

kalau penelitaan imam Ismadin bertempatan di Madrasah Aliyah Wahid

Hasyim Gaten Condong Catur Sleman Yogyakarta, sedangkan penelitian

yang sedang dikaji bertempatan di Pondok Pesantren Al-Muayyad

Surakarta.

Skripsi yang ditulis oleh Nurul Khafshotul pada tahun 2008 yang

berjudul “Peranan Guru PAI dalam Pembentukan Akhlak Siswa Pada Masa

Pubertas di SMP Nurul Ulum Karang Roto Semarang”. Dalam penelitian

ini, upaya yang dilakukan guru daam pembentukan akhlak siswa yaitu

melalui tindakan Preventif, kuratif, maupun represif. Peranan guru PAI

yaitu sebagai pembimbing, penasehat dan teladan. Bentuk bimbingan yang

dilakukan guru PAI yaitu diadakannya ekstra keagamaan seperti kuliah ahad

pagi, istighosyah, dan solat dhuhur berjamaah. Selain itu guru PAI berperan

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

32

sebagai pemberi nasehat, solusi, dan mauidhoh atau pesan moral yang baik

pada siswa secara umum maupun siswa yang memiliki masalah baik di

dalam ataupun di luar kelas.

Relevasi penelitian Nurul Khafshotul M dengan penelitian yang

sedang dikaji sama-sama berkaitan dengan akhlak, sedangkan

perbedaannya yaitu kalau penelitaan Nurul Khafshotul M bertempatan di

SMP Nurul Ulum Karang Roto Semarang, sedangkan penelitian yang

sedang dikaji bertempatan di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta.

C. Kerangka berfikir

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang pada

umumnya penyelenggaraan pendidikan dan pengajarannya diberikan

dengan cara non kalasikal (sistem bandungan dan sorogan) di mana seorang

kyai mengajar santri-santrinya berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam

bahsa Arab oleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedangkan

santri biasanya tinggal dalam pondok atau asrama dalam pesantren tersebut.

Salah satu tujuan pendidikan di pondok pesantren adalan untuk

membentuk para santri agar memiliki akhlak yang mulia. Akhlak yang

mulia ditanamkan kepada para santri agar para santri memiliki kepribadian

yang baik ketika berada di masyarakat dan bisa menjadi panutan.

Di pondok pesantren akhlak ditanamkan kepada para santri oleh para

ustadz dalam kesehariannya. Pembentukan akhlak setiap individu dalam

rangka untuk menanamkan syariat Islam dan perlu dilakukan agar setiap

individu memahami, menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

33

sehari-hari. Ustadz memiliki tugas untuk mendidik para santri. Mereka

bertanggung jawab untuk menanamkan akhlak kepaa para santri.

Seorang ustadz dapat membentuk akhlak yang baik bagi para santri

melalui berbagai cara. Pembentukan akhlak yang baik dapat dilakukan

melalui pemberian dorongan atau motivasi kepada para santri untuk

berperilaku yang baik. Selain itu, para ustadz juga dapat memberikan

pengetahuan-pengetahuan kepada para santri mengenai akhlak yang baik.

Para santri juga bisa dilatih untuk selalu berakhlak yang baik melalui

pembiasaan dalam kehidupan sehari-harinya.

Salah satu upaya ustadz dalam pembentukan akhlak santri di pondok

pesantren al-muayyad yaitu dengan pembacaan kitab An-Nurul Al

BurhaniJuz II yang berisi tentang manaqib SyaikhAbdul Qadir al-Jailani.

Didalam kita tersebut menceritakan kehidupan Syaikh Abdul Qadir al-

Jailani. Di dalam kitab tersebut menjelaskan tentang nasab, kelahiran,

perjalanan spritual, karamah-karamah serta beberapa nasehat-nasehat di

antaranya tentang perintah untuk selalu menjaga wudhu, selalu

mendekatkan diri kepada Allah Swt, mengamalkan asmaul husna yang

berjumlah 99, mennyayangi fakir miskin, selalu bersyukur dalam keadaan

apapun, selalu bersabar, selalu berhati-hati dalam bergaul dengan orang

Mengingat betapa pentingnya dalam mewujudkan harapan bangsa

untuk menjadikan seseorang berakhlak mulia, maka pendidikan akhlak

perlu diberikan dan dilaksanakan di pondok untuk menciptakan watak dan

akidah yang baik bagi generasi selanjutnya.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian Kualitatif

Metode penelitian yang digunakan ialah kualitatif. Menurut

Sukmadinata (2012: 60) penelitian kualitatif (Qualitative research) adalah

suatu penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis

fenomena, aktivitas social, sikap, kepercayaan, presepsi, pemikiran orang

secara individu maupun kelompok. Sedangkan Kirk dan Miller (Moleong,

2012: 4) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu

dalam ilmu pengetahuan social yang secara fundamental bergantung dari

pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam

peristilahannya.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode

penelitian kualitatif mendeskripsikan tentang gejala social, aktivitas sosial, dan

pemikiran-pemikiran manusia. Dalam penelitian ini metode penelitian

kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan tentang upaya ustadz dalam

pembentukan akhlak santri melalui pembacaan manaqib syeh abdul qadir al-

jailani dipondok pesantren al-muayyad surakarta tahun 2016

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015-Agustus 2016.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

35

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di pondok pesantern Al-Muayyad

Surakarta. Alasan dipilihnya pondok pesantren Al-Muayyad sebagai

tempat penelitian karena pondok pesantren Al-Muayyad merupakan

pondok yang masih salaf yang masih mempertahankan tradisi

kesalafannya walaupun berada ditengah kota surakarta. Selain itu

banyaknya santri yang mondok di pesantren tersebut baik dari jawa sendiri

maupun luar jawa serta berbagai budaya bercampur dipondok Al-

Muayyad. Pondok pesantren Al-Muayyad sangat memegang erat tentang

adab serta budi pekerti akhlak terhadap sesama orang lain baik dipondok

maupun diluar pondok. Salah satu penanaman akhlak dilakukan dengan

pembacaan manaqib Syeh Abdul Qadir Al-Jailani. Sehingga menarik bagi

penulis untuk meneliti tentang upaya ustadz dalam pembentukan akhlak

santri melalui pembacaan manaqib Syekh Abdul Qadir Al-Jailani di

Pondok Pesantren Al-Muayyad.

C. Subjek dan Informan Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu yang akan diteliti. Subjek dalam

penelitian ini ialah ustadz bagian dirosah Pondok Pesantren Al-Muayyad

Surakarta.

2. Informan Penelitian

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

36

Informan penelitian adalah orang yang dapat memberikan informasi

atau data yang berkaitan dengan penelitian. Informan dalam penelitian yaitu

santri santri putra di pondok pesantren Al-Muayyad Surakarta, lurah

pondok pesantren Al-Muayyad Surakarta, staff bagian keamanan pondok

pesantren Al-Muayyad Surakarta.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Gordon E. Mills (Herdiansyah, 2013: 131) menyatakan bahwa

observasi adalah sebuah kegiatan terencana dan terfokus untuk melihat dan

mencatat serangkaian perilaku ataupun jalannya sebuah sistem yang

memiliki tujuan tertentu, serta mengungkap apa yang ada di balik

munculnya perilaku dan landasan suatu sistem tersebut.

Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung di

lapangan dan mencatat apa yang ditemukan di lapangan untuk

memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian. Observasi dilakukan

dengan mengamati kegiatan ustadz dalam membentuk akhlak santri

melalui pembacaan manaqib setiap malam jum’at dan mengamati

keseharian ustadz dalam membentuk akhlak santri.

Dalam penelitian ini penulis mengamati tentang bagaimana upaya

ustadz dalam menbentuk akhlak berdasarkan isi dari manaqib yaitu tentang

perintah untuk selalu menjaga wudhu, selalu mendekatkan diri kepada

Allah Swt, mengamalkan asmaul husna yang berjumlah 99, mennyayangi

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

37

fakir miskin, selalu bersyukur dalam keadaan apapun, selalu bersabar,

selalu berhati-hati dalam bergaul dengan orang.

2. Wawancara

Wawancara adalah sebuah proses interaksi komunikasi yang

dilakukan setidaknya dua orang, atas dasar ketersediaan dan dalam setting

alamiah, dimana arah pembicaraan mengacu kepada tujuan yang telah

ditetapkan dengan mengedepankan trust sebagai landasan utama dalam

proses memahami (Herdiansyah, 2013: 31).

Wawancara dilakukan kepada ustadz, lurah, staff bagian

keamanan, dan para santri putra pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta.

Wawancara berkaitan dengan bagaimana upaya ustadz dalam membentuk

akhlak tentang perintah untuk selalu menjaga wudhu, selalu mendekatkan

diri kepada Allah SWT, mengamalkan asmaul husna yang berjumlah 99,

mennyayangi fakir miskin, selalu bersyukur dalam keadaan apapun, selalu

bersabar, selalu berhati-hati dalam bergaul dengan orang.

3. Dokumentasi.

Dokumen merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesuatu

yang sudah berlalu. Dokumen tentang seseorang atau kelompk orang,

peristiwa, atau kejadian dalam situasi social yang sesuai dan terkait dengan

focus penelitian adalah sumber informasi yang sangat berguna dalam

penelitian kualitatif. (Yusuf, 2014: 391) Menurut Sartono Kartodirjo

(Bungin, 2012: 125) sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

38

surat-surat, catatan harian, cendera mata, laporan, dan sebagainya. Sifat

utama dari data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi

peluang kepada peneliti untung mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di

waktu silam. Kumpulan data bentuk tulisann ini disebut dokumen dalam

arti luas termasuk monument, artefak, foto, tape, mikrofon, disc, harddisk,

flashdisk, dan sebagainya.

Dalam penelitian ini, dokumentasi digunakan untuk memperoleh

data dalam bentuk teks tertulis maupun non-tulis. Dokumentasi dapat

berupa dokumen profil pondok pesantren, manaqib syeh andul qadir

jailani, tata tertib santri.

E. Teknik Keabsahan Data

Untuk memperoleh keabsahan data atau kebenaran data sehingga hasil

penelitian dapat dipertanggungjawabkan, maka dalam penelitian ini

menggunakan teknik keabsahan data dengan triangulasi. Uji keabsahan dapat

dilakukan dengan triangulasi pendekatan dengan kemungkinan melakukan

terobosan metodologis terhadap masalah-masalah tertentu yang kemungkinan

dapat dilakukan seperti apa yang dikemukakan oleh Bergess dengan “strategi

penelitian ganda” atau seperti yang dikatakan oleh Denzin dengan

“Triangulasi” (Bungin, 2012: 257).

Moleong (2012: 330) menjelaskan bahwa triangulasi adalah teknik

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik

triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

39

lainnya. Denzin (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik

pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan

teori.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber. Menurut

Patton (Moleong, 2012: 330-331) triangulasi sumber berarti membandingkan

dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat

dicapai dengan jalan:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatkannya sepanjang waktu

4. Membandingkan keasaan dan prespektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan

Triangulasi dalam penelitian ini diakukan dengan saling

membandingkan antara hasil temuan di lapangan atau hasil observasi, hasil

wawancara dengan informan, dan hasil dokumentasi yang ada di lapangan.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

40

F. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2012: 248) analisis data

kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasi data, memilah-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan

kepada orang lain.

Menurut Miles dan Huberman (Emzir, 2012: 129-133) ada tiga macam

kegiatan dalam analisis data kualitatif, yaitu:

1. Reduksi data

Reduksi merujuk pada proses pemilihan, pemokusan,

penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian “data mentah” yang

terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis.

2. Model data (data display)

Langkah kedua dari kegiatan analisis data adalah model data.

“Model” sebagai suatu kumpulan informasi yang tersusun yang

membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Setelah informasi yang didapat dikumpulkan maka kemudian disusun agar

mempermudah dalam penarikan kesimpulan.

3. Penarikan/verifikasi kesimpulan

Setelah dilakukan pengumpulan data dan menyusun data yang

diperoleh dari lapangan, maka langkah selanjutnya ialah menarik

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

41

kesimpulan. Kesimpulan didapat melalui analisis yang dilakukan oleh

penulis dari data atau informasi.

Berdasarkan uraian di atas, langkah analisis data dengan pendekatan ini

dapat digambarkan sebagai berikut:

Pengumpulan Data Penyajian Data

Kesimpulan:

Penarikan/Verivikasi

Reduksi Data

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Fakta Temuan Penelitian

1. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al-Muayyad

a. Letak Geografis

Pondok pesantren Al-Muayyad terletak dijalan K.H Samanhudi

No. 64 Desa Mangkuyudan, Kelurahan Purwosari, Kecamatan

Laweyan Kota Surakarta. Dilihat dari letaknya pondok pesantren Al-

Muayyad sangat strategis karena berada di dekar jalan raya. Adapun

batas-batasnya adalah sebagai berikut:

1) Sebelah Barat : Kampung Todipan

2) Sebelah Timur : Kampung Tegalsari

3) Sebelah Utara : Kelurahan Purwosari

4) Sebelah Selatan : Kelurahan Bumi

Letak geografisnya yang berlokasi di tengah kota membuat

pondok pesantren Al-Muayyad tidak ketinggalan dalam memajukan

lembaga pendidikan yang berada dalam naungannya. Setiap

perkembangan yang terjadi sekolah dapat mengikuti, tentu saja

perkembangan yang meliputi perkembangan fisik (contohnya: tata

letak ruang pentaan taman sekolah, bentuk gedung, dan lain-lain) dan

perkembangan non fisik (contohnya: pembaharuan kurikulum, SDM

tenaga pengajar, penyesuaian kegiatan kesiswaan dan pemberdayaan

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

43

peserta didik yang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi terkini. (wawancara kang Hayik selasa 19 Juli 2016)

b. Sejarah Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta

Al-Muayyad merupakan pondok pesantren Al-Quran, yang

dirintis tahun 1930 oleh K.H. Abdul Mannan bersama K.H. Ahmad

Shofawi dan Prof. K.H. Moh Adnan dan ditata sistemnya ke arah

sistem madrasah tahun 1937 oleh KH. Ahmad Umar Abdul Mannan.

Pembelajaran Al-Quran itu kemudian sistem madrasah dilengkapi

dengan Madrasah Diniyyah (1939), MTs dan SMP (1970), MA

(1974), dan SMA (1992) dalam lingkungan pondok pesantren.

(wawancara Pak Faishol Senin 18 Juli 2016)

Pesantren ini berlokasi di kota Surakarta yang merupakan

sentra perdagangan batik dan produk tekstil lainnya, pendidikan,

budaya Jawa, tempat kelahiran tokoh-tokoh dan organisasi-organisasi

pergerakan nasional. Secara geografis merupakan kawasan perlintasan

antar kota penting di Jawa. Sejarah modernnya dimulai sejak

perpindahan Kraton Kartasura ke desa Sala yang kemudian menjadi

Surakarta pada tahun 1745. Sebagai pesantren Al-Quran tertua di

Surakarta, Al-Muayyad terpanggil untuk menguatkan dan

mengembangkan diri, berangkat dalam kearifan masa silam untuk

menjangkau kejayaan masa depan dengan konsep tarbiyah yang utuh.

Mempertimbangkan pengalaman Surakarta yang direkam Al-

Muayyad sejak masa rintisannya, maka Al Muayyad memandang

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

44

bahwa pendidikan bagi generasi muda muslim haruslah memenuhi 4

(empat) kriteria kecakapan. 4 kriteria kecakapan diantaranya sebagai

berikut:

1. Kecakapan Al-Quran sebagai dasar utama ajaran agama Islam

2. Kecakapan keilmuan baik ilmu-ilmu yang langsung untuk

mendalami ajaran agama dari kitab-kitab kuning beserta ilmu

penunjangnya maupun untuk mencerdaskan kehidupan (sains).

3. Kecakapan humaniora yang memampukan santri untuk hidup

secara arif melalui bahasa, sastra, tarikh, dan kebudayaan.

4. Kecakapan transformatif yang menguatkan bakat para santri untuk

kreatif mengalihgunakan ilmu ke dalam praktek kehidupan sehari-

hari yang bermartabat. (Dokumentasi pondok Senin 18 Juli 2016)

Pada generasi pertama Al-Muayyad dirintis tahun 1930 oleh

Simbah K.H. Abdul Mannan di atas tanah seluas 3.500 m yang

dijariyahkan oleh K.H. Ahmad Shofawi di kampung Mangkuyudan

kelurahan Purwosari kecamatan Laweyan kotamadya Surakarta.

Semula merupakan pondok pesantren dengan corak tasawuf;

pesantren dengan kegiatan utama latihan pengamalan syari’at Islam

dan belum melakukan pendalaman ilmu-ilmu agama secara teratur.

Titik beratnya melatih para santri dengan perilaku keagamaan.

Pengajian yang diselenggarakan berkisar pada akhlak.

Cita-cita untuk menyebarluaskan agama Islam sudah tertanam

sejak Simbah K.H. Abdul Mannan masih nyantri pada Kiai Amad di

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

45

Kadirejo, Karanganom, Klaten bersama K.H. Ahmad Shofawi. Dalam

generasi pertama ini ilmu-ilmu agama yang dikaji masih tingkat dasar

dan belum teratur, karena para santrinya masih terbatas pada kerabat

dekat dan karyawan Perusahaan Batik “Kurma” milik K.H. Ahmad

Shofawi. Pada masa ini para kiai pendukungnya antara lain Kiai

Dasuki, Kiai Hanbali, K.H. Ahmad Asy’ari, K.H. Ahmad Shofawi

sendiri, dan Damanhuri (seorang pengelana dari Cilacap). Kiai

Damanhuri inilah yang memberikan isyarat, saat K.H. Ahmad Umar

Abdul Mannan masih nyantri di pondok-pondok pesantren, bahwa

kelak Mangkuyudan akan menjadi pesantren besar.

Pada generasi kedua, Hanya tujuh tahun Simbah K.H. Abdul

Mannan memimpin pesantren, sebab tahun 1937 kepemimpinan

pesantren diserahkan kepada putranya, K.H. Ahmad Umar Abdul

Mannan, yang waktu itu baru berusia 21 tahun, sekembali dari belajr

di pesantren-pesantren: Krapyak (Yogya), Termas (Pacita), dan

Mojosari (Nganjuk). Mulailah Al-Muayyad sebagai sebuah pondok

pesantren dengan kurikulum yang menitikberatkan pada pendalaman

ilmu-ilmu agama Islam.

Pada tahun 1939, pengajian Al-Quran dan kitab kuning makin

teratur, sehingga dipandang perlu mendirikan Madrasah Diniyyah.

Sekalipun beberapa madrasah/sekolah kemudian menyusul didirikan.

Karena pengajian Al-Quran menjadi inti pengajaran, sehingga Al-

Muayyad dikenal sebagai Pondok Al-Quran. K.H. Ahmad Umar

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

46

Abdul Mannan sendiri dikenal sebagai ahli di bidang Al-Quran

dengan sanad (silsilah ilmu) dari K.H.R. Moehammad Moenawwir,

pendiri Pesantren Krapyak Yogyakarta.

Nama Al-Muayyad diberikan oleh seorang ulama besar,

guru/mursyid Thariqah Naqsabandiyyah, yang bernama K.H.M.

Manshur, pendiri Pondok Pesantren Al ManshurPopongan,

Tegalganda, Wonosari, Klaten. Semula nama ini untuk masjid di

kompleks pondok, yang kemudian dipergunakan untuk nama semua

lembaga dan badan di lingkungan pondok pesantren. Al-Muayyad dari

kata ayyada yang berarti menguatkan. Secara harfiah Al-Muayyad

berarti sesuatu yang dikuatkan. Tafa’ul atau harapan yang tersirat

didalamnya adalah pondok pesantren yang dikuatkan/ didukung oleh

kaum muslimin.

Sejalan dengan meluasnya program pendidikan, para kiai yang

mendukungpun bertambah. Tercatat antara lain: K.H. Abdullah

Thohari, Kiai Ahmad Muqri, Kiai Idris, Kiai Danuri, KIai Sono

Sunaro, K.H.RNg. M. Asfari Prodjopudjihardjo (Mbah Bei), K.H.M.

Shodri, K.H. Moh. Yasin, K.H.R. Moh Jundi, K.H.M. Suyuthi, K.H.

Abdul Ghoni Ahmad Sadjadi, K.H. Mochtar Rosyidi, Kiai M. Rofi’I,

dan K.H. Ahmad Musthofa yang kemudian mendirikan Pondok

Pesantren Al Qur’any di sebelah utara Al-Muayyad.

Sebagai pesantren yang dirintis dan tumbuh di masa

perjuangan kemerdekaan, riwayat panjang menyertai Al-Muayyad.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

47

Waktu itu banyak santri dan kiai yang malam hari ikut bergerilya,

sementara siang hari sibuk mengaji dan belajar. Sebagian besar juga

turutkhidmat/kerja bakti sukarela sebagai tukang dalam membangun

masjid, asrama santri, dan fasilitas pesantren lainnya.

Masjid di tengah kompleks Al-Muayyad, dibangun mulai

bulan Maret 1942, bersamaan dengan kedatangan balatentara Jepang

di tanah air. Batu penyangga keempat tiang utama (saka guru) masjid

ini berasal dari saka guru bekas kediaman Pangeran Mangkuyudha.

Tahun1947 dibangun asrama putra dengan 12 kamar. Begitu selesai,

meletus Agresi Belanda I. para santri dan kiai pejuang mendapatkan

informasi bahwa Tentara Pendudukan akan menjadikan asrama santri

itu sebagai barak.

Dalam generasi ketiga, Al-Muayyad melestarikan sistem

kepesantrenan yang diidam-idamkan dan dikembangkan oleh dua

generasi pendahulu. Yayasan yang menjadi tulang punggung

manajemen pesantren diaktifkan, sehingga pembagian kewenangan,

tugas, dan tanggung jawab para pengelola bisa dibakukan. Dengan

pola semacam itu, Al-Muayyad berkeinginan mampu mewadahi

dukungan masyarakat luas bagi penyiapan generasi muda dalam

wadah pesantren dengan manajemen terbuka, karena pesantren

sesungguhnya milik masyarakat. (wawancara Pak Faishol Senin 18

Juli 2016)

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

48

Secara singkat tahap-tahap perkembangan Pondok Pesantren

Al-Muayyad adalah sebagai berikut:

a) 1930-1937 : Pengajian Tasawuf

b) 1937-1939 : Pengajian Al-Quran

c) 1939 : Berdiri Madrasah Diniyyah

d) 1970 : Berdiri MTs dan SMP

e) 1974 : Berdiri Madrasah Aliyah

f) 1992 : Berdiri Sekolah Menengah Atas

g) 1995 : Berdiri Madrasah Diniyyah Ulya

Dengan demikian memusatnya sistem pendidikan nasional

pada Departemen Pendidikan & Kebudayaan dan untuk

mengembangkan rintisan serta ikhtiar mewujudkan idaman K.H.

ahmad Umar Abdul Mannan di bidang kurikulum, maka

diselenggarakan Lokakarya Kurikulum Al-Muayyad pada bulan

September 191 yang menjadi Madrasah Diniyyah Al-Muayyad

sebagai tulang punggung tafaqquh fid-din (pendalaman ilmu-ilmu

agama).

Madrasah Diniyyah ini bersama-sama pengajian Al-Quran,

sekolah dan madrasah berkurilkulum nasional, serta kegiatan

kepesantrenan lainnya, menempatkan Al-Muayyad dalam keaktifan

dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia, khususnya di bidang

pendidikan, sejalan dengan panggilan untuk menyerasikan pola

pesantren dengan system pendidikan nasional.

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

49

Untuk menjawab tantangan pembangunan nasional

mendatang, pondok pesantren ini dituntut terus mengembangkan diri.

Lahan di kompleks Mangkuyudan yang hanya seluas 3.650 m2 sudah

tidak memadai lagi untuk mewadahi perkembangan jumlah santri dan

satuan pendidikan yang dirintis, sehingga dukungan besar dari semua

pihak sangat diperlukan. (Dokumentasi Pondok Senin 18 Juli 2016)

c. Visi dan Misi

Seperti dengan lembaga pendidikan lainnya, pondok pesantren

Al-Muayyad juga memiliki visi dan misi untuk mencapai tujuan utama

sebuah pendidikan.

1) Visi

Visi pondok pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan Laweyan

Surakarta adalah Cerdas dan Mulia bersama AI-Quran.

2) Misi

Adapun misi pondok pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan

Laweyan Surakarta adalah:

a. Pendidikan agama Islam Ahlussunnah wal-jama'ah dengan

penguatan kompetensi di bidang AI-Quran.

b. Pendidikan menengah berkualitas sebagai bekal untuk

melanjutkan ke pendidikan selanjutnya.

c. Pengembangan minat dan bakat santri untuk menopang hidup

kreatif dan bertanggung jawab. (Dokumentasi Pondok Senin 18

Juli 2016)

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

50

d. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Muayyad

Didalam mewujudkan tujuan istitusional, ketua umum

pondok pesantren Al-Muayyad dibantu dan bekerjasama dengan

wakil serta staff yang ada di pondok pesantren. Pondok pesantren

Al-Muayyad mempunyai tata kerja yang berbentuk organisasi yang

mana satu sama lain saling membutuhkan. Hal tersebut untuk

mencapai tujuan institusional pondok pesantren Al-Muayyad.

Struktur organisasi di pondok pesantren Al-Muayyad

tersusun secara resmi dan terencana serta dilakukan secara baik.

Dengan adanya struktur organisasi diharapkan agar program-

program yang telah direncanakan dapat terencana sesuai dengan

harapan. Maka disusunlah struktur organisasi pondok pesantren Al-

Muayyad dengan keterangan sebagai berikut: (Wawancara Pak

Faishol pada Senin 18 Juli 2016)

Pendiri:

1. KH. Abdul Mannan

2. KH. Ahmad Shofawi

3. KH. R. Prof. M. Adnan

4. KH. Ahmad Umar Abdul Mannan

Pengasuh:

1. KH. Drs. Abdul Rozaq Shofawi

2. KH. Abdul Mu’id Ahmad Shofawi

Pengurus Pondok

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

51

Ketua Umum : HM. Faishol Rozaq, S.Ag

Ketua I : Muhajir, S.Ag

Ketua II : Hj. Ari Hikmawati, S Ag

Sekertaris : Misbahul Munir

Tutik Yunita

Bendahara : Syukron Abidin

Qonitat Hafidhoh

Kesantrian : Fauzan Ahmadi, SE.

Sri Maryati

Al Quran : Abdurrohim Widodo

Qurrotul Aini Muhtaromah

Dirosah : A.M. Mustain Nasoha

Dewi Chalimatus S.

Sarana : Abdul Aziz

Alfi Makrifah

Kebersihan : Sunardi

Setyani

Kesehatan : Noor Ridlo Eko Prasetyo

Laelatul Arofah

Kemasjidan : Toat Basuki

(Dokumentasi Pondok 18 Juli 2016)

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

52

B. Pembentukan Akhlak Santri melalui tradisi Pembacaan Manaqib Syeh

Abdul Qadir Al-Jailani di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta.

Pondok pesantren merupakan lembaga keagamaan yang menjadi

benteng untuk menghindari dan mencegah perbuatan-perbuatan yang

menyimpang. Pondok pesantren sering kali diyakin oleh masyarakat

sebagai agent of social control yang sangat efektif untuk mengurangi

banyaknya perilaku menyimpang ditengah masyarakat yang semakin

komplek. Untuk membentuk akhlak santri melalui pembacaan Manaqib

Syeh Abdul Qadir Al Jailani, usaha-usaha ustadz antara lain:

1. Membuat Jadwal Pembacaan Manaqib Syeh Abdul Qadir Al Jailani

Dalam pembagian jadwal Pembacaan Manaqib Syeh Abdul Qadir

Al Jailani, bagian dirosah membagi jadwal sebagai berikut:

Jadwal Pemimpin Pembacaan Yasin, Manaqib dan Al Barzanjiy

Mala

m Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5

Kama

r

Abu Bakar Ash Shidiq

Al Ghozali Umar Bin Khattab Utsman Bin Affan Imam Syafi'i

Mala

m Ke-6 Ke-7 Ke-8 Ke-9 Ke-10

Kama

r Imam Hambali Imam Maliki Imam Hanafi Asy Syadzili

Sholahuddi

n Al

Ayyubi

Setiap kamar akan di wakili oleh dua orang untuk membaca Manaqib

Syeh Abdul Qadir Al Jailani, serta di dampingi oleh wali kamar. Selain

mendampingi membaca Manaqib Syeh Abdul Qadir Al Jailani, wali

kamar juga bertugas untuk membuka pembacaan Manaqib Syeh Abdul

Qadir Al Jailani. (wawacara Kang Mustain, Selasa, 19 Juli 2016)

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

53

Kang Mustain menambahkan semua santri putra wajib untuk

mengikuti pembacaan Manaqib Syeh Abdul Qadir Al Jailani hingga

akhir acara. Jika ada santri yang ketahuan tidak mengikuti akan di

panggil bagian keamanan untuk di proses lebih lanjut, maka dari itu

sebelum pembacaan Manaqib Syeh Abdul Qadir Al Jailani di mulai

ustadz-ustadz keliling kamar umtuk menyuruh santri untuk berkumpul

di serambi masjid.

Sebelum memulai pembacaan manaqib beberapa pengurus

mengatur para santri agar berjalan dengan tertib. Untuk santri SMP

duduk di sebelah utara dan santri SMA dan MA di sebelah selatan.

semua santri membawa kitab Manaqib namun ada juga santri yang

membawa buka kecil untuk mencatat mauidhoh yang di sampaikan oleh

pengurus.

Pemacaan Manaqib di mulai dengan sholawat membaca bersama-

sama kemudian pengurus yang sudah terjadwal memimpin di depan.

Selain itu juga ada dua santri yang membantu membaca. Dalam

pembacaan Manaqib yang di baca halaman 2-19 dan 106-121. Setelah

selesai semua ada mauidhoh singkat yang mana materinya di ambil dari

kitab Manaqib tersebut serta ditutup dengan membaca sholawat

bersama-sama. (Observasi kegiatan pembacaan Manaqib, Kamis, 21

Juli 2016)

Pembacaan Manaqib di ikuti oleh semua santri putra maupun

putri, namun untuk santri putri bertempat di aula pondok putri. Bahkan

ada sebagian warga dan ustadz yang rumahnya dekat dengan

lingkunagn pondok juga mengikuti.

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

54

Adapun tujuan dari penjadwalan pembacaan Manaqib Syeh

Abdul Qadir Al Jailani agar semua santri merasakan membaca Manaqib

walaupun hanya bagian awal dan akhir serta untuk melatih santri agar

lancar membaca Manaqib sebagai bekal ketika di masyarakat.

(wawacara Kang Mustain, Selasa, 19 Juli 2016)

2. Mengkaji lebih dalam kitab Lujjaini Dani pada bulan Ramadhan

Pengajian kitab Lujjaini Dani di ikuti oleh santri kelas delapan.

Model pengajian ini dengan menggunakan metode klasikal. Pengajian

ini di mualai pukul 13.00-14.00 bertempat di serambi masjid Al

Muayyad.(observasi, 20 juli 2016)

Menurut kang Mustain, di pilihnya pengajian ini untuk santri

kelas delapan karena pada masa itu santri akan beranjak dewasa

sehingga sangat membutuhkan dorongan dan motivasi supaya bisa

menjadi santri yang baik.

Adapun tujuan dari pangajian kitab Lujjaini Dani selain sebagai

motivasi santri juga untuk mengetahui dan mendalami isi yang ada di

dalam kitab Lujjaini Dani. Untuk itu harapannya ketika santri sudah

selesai pengajian kitab Lujjaini Dani bisa menjadi pribadi yang baik

dan bisa mengaplikasikan isi dari kitab Lujjaini Dani di lingkungan

pondok maupaun di luar pondok.( wawancara kang mustain 20 juli

2016)

3. Menjadikan Manaqib sebagai rujukan dalam membuat peraturan

pondok

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

55

TATA TERTIB

1. Setiap siswa wajib:

a) Melaksanakan ajaran Islam Ahlussunnah wal-jama’ah.

b) Bertingkah laku yang baik kepada siapapun berlandaskan UUD

1945 dan falsafah Pancasila.

c) Menjaga kebersihan & kerapihan kantor, kelas, meja dan lain-

lain yang berhubungan dengan sekolah.

d) Menjaga keamanan barang-barang milik sekolah & pribadi.

e) Melaksanakan dan mengikuti segala kegiatan yang

diselenggarakan oleh sekolah dan IPMA.

f) Mengikuti kegiatan Belajar Bersama.

g) Mengikuti pelajaran atau sekolah di Madrasah Diniyyah sampai

tamat atau lulus.

h) Mengikuti shalat jama'ah dhuhur (putra).

i) Menghormati Guru/Pendidik Al-Muayyad.

j) Selalu memperhatikan pengumuman.

2. Setiap siswa tidak dibenarkan:

a) Merokok di dalam maupun di luar kelas.

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

56

b) Berperilaku menyimpang dari ketentuan yang berlaku.

Adapun tujuan menjadikan Manaqib sebagai rujukan

peraturan di pondok pesantren Al Muayyad, adalah agar bisa

mengaplikasikan isi dari Manaqib di dalam kehidupan sehari-hari di

pondok maupun di luar.

C. Intepretasi Hasil Penelitian

Adapun penerapan Upaya ustadz dalam pembentukan akhlak santri

melalui pembacaan Manaqib Syeh Abdul Qadir Al-Jailani di pondok

pesantren Al-Muayyad adalah sebagai berikut:

1. Membuat jadwal pembacaan Manaqib Syeh Abdul Qadir Al Jailani

2. Mengkaji lebih dalam kitab Manaqib Syeh Abdul Qadir Al Jailani

pada bulan Ramadhan

3. Menjadiakan Manaqib sebagai rujukan dalam membuat peraturan

pondok

Dengan dilakukannya kegiatan upaya ustadz dalam pembentukan

akhlak santri melalui pembacaan Manaqib Manaqib Syeh Abdul Qadir Al

Jailani memberikan manfaat bagi santri.

Namun dalam pelaksanaan kegiatan dalam rangka upaya

pembentukan akhlak santri, ustadz mengalami beberapa kendala yang

menganggu jalannya kegiatan tersebut. Kendala tersebut seperti wali kamar

tidak bisa hadir mendampingi anak didiknya dan pembacaan Manaqib yang

lama menjadikan situasi kurang kondusif

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

57

Selain kendala-kendalan tersebut, terdapat pula faktor

pendukungnya, yaitu para ustadz yang dapat berkerja sama dengan baik

dalam melaksanakan upaya-upaya pembentukan akhlak santri melalui

pembacaan Manaqib dan adanya sarana prasarana yang mendukung, seperti

masjid dan aula yang cukup luas, serta tersedianya kitab Manaqib yang

cukup banyak.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

58

1. Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan melakukan

wawancara dan observasi dapat disimpulkan bahwa upaya ustadz dalam

pembentukan akhlak santri melalui pembacaan Manaqib Syeh Abdul

Qadir Al-Jailani di pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta , antara lain:

a. Membuat jadwal pembacaan Manaqib Syeh Abdul Qadir Al

Jailani

b. Mengkaji lebih dalam kitab Manaqib Syeh Abdul Qadir Al Jailani

pada bulan Ramadhan

c. Menjadiakan Manaqib sebagai rujukan dalam membuat peraturan

pondok

2. Kendala-kendalan dalam upaya pembentukan akhlak santri ,yaitu: wali

kamar tidak bisa hadir mendampingi anak didiknya dan pembacaan

Manaqib yang lama menjadikan situasi kurang kondusif

3. Faktor pendukung dalam upaya pembentukan akhlak santri , antara lain:

a. Para ustadz yang dapat berkerja sama dengan baik dalam

melaksanakan upaya-upaya pembentukan akhlak santri.

b. Adanya sarana prasarana yang mendukung kegiatan dalam rangka

upaya pembentukan akhlak santri.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulis dapat memberikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Ustadz

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

59

a. Hendaknya guru dapat mengoptimalkan kegiatan-kegiatan agar para

santri memiliki akhlak yang bagus, baik di dalam pondok maupun di

dalam pondok.

b. Hendaknya para ustadz berkerja sama dengan orang tua santri dalam

mengontrol keseharianya di rumah ketika pulang dari pondok.

2. Bagi Santri

a. Hendaknya para santri berusaha untuk memahami ajaran agama

dengan baik sehingga akan mempunyai akhlak yang bagus.

b. Hendaknya para santri bisa memilih teman yang baik agar tidak

terpengaruh perilaku buruk dari temannya.

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - iainska repositoryeprints.iain-surakarta.ac.id/531/1/16. Akhmad Mujtaba.pdf · Ustadz adalah orang yang diberi amanat untuk memberikan pendidikan

60