BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi sekarang ini semakin pesat, manusia semakin dimudahkan dalam memperoleh suatu informasi. Kebutuhan manusia akan informasi pada saat ini menjadi begitu mudah dengan hadirnya internet, yang memungkinkan kita melakukan transfer informasi hanya dalam hitungan detik karna ketersediaannya selama 24 jam, sehingga waktu dan ruang tidak lagi menjadi persoalan. Kemudahan ini memberikan keuntungan tersendiri bagi mereka yang jauh dari sumber informasi. Penggunaan teknologi internet tidak hanya digunakan dalam bidang industri dan pendidikan saja, dalam bidang kesehatan teknologi ini juga dapat digunakan untuk mendapatkan suatu informasi tertentu. Perkembangan teknologi internet memunculkan berbagai cara dalam melakukan test-test kesehatan. Test buta warna adalah salah satu test kesehatan yang sangat berpengaruh dalam bidang-bidang tertentu misalnya industri, pemerintahan, pendidikan serta yang bergelut di bidang kesehatan itu sendiri. Namun test yang ada sekarang ini pada umumnya bersifat manual, dimana seseorang yang mendampingi klien memperlihatkan sebuah buku yang berisikan gambar-gambar ishihara, hal ini kurang efektif dan memerlukan waktu yang cukup lama. 1
47
Embed
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi sekarang ini semakin pesat, manusia semakin dimudahkan dalam memperoleh
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi sekarang ini semakin pesat, manusia semakin
dimudahkan dalam memperoleh suatu informasi. Kebutuhan manusia akan informasi
pada saat ini menjadi begitu mudah dengan hadirnya internet, yang memungkinkan kita
melakukan transfer informasi hanya dalam hitungan detik karna ketersediaannya selama
24 jam, sehingga waktu dan ruang tidak lagi menjadi persoalan. Kemudahan ini
memberikan keuntungan tersendiri bagi mereka yang jauh dari sumber informasi.
Penggunaan teknologi internet tidak hanya digunakan dalam bidang industri dan
pendidikan saja, dalam bidang kesehatan teknologi ini juga dapat digunakan untuk
mendapatkan suatu informasi tertentu. Perkembangan teknologi internet memunculkan
berbagai cara dalam melakukan test-test kesehatan.
Test buta warna adalah salah satu test kesehatan yang sangat berpengaruh dalam
bidang-bidang tertentu misalnya industri, pemerintahan, pendidikan serta yang bergelut di
bidang kesehatan itu sendiri. Namun test yang ada sekarang ini pada umumnya bersifat
manual, dimana seseorang yang mendampingi klien memperlihatkan sebuah buku yang
berisikan gambar-gambar ishihara, hal ini kurang efektif dan memerlukan waktu yang
cukup lama.
1
2
Berikut ini adalah tabel dari data lapangan yang diperoleh:
Status Tahun Keterangan
2008 2009 2010
Test Buta Warna Tidak
diketahui
Tidak
diketahui
Ditemukan Hasil test tahun 2008 dan 2009 tidak
ditemukan lalu pada tahun 2010 data
ditemukan dan testnya dilakukan
dengan metode ishihara yang
dilakukan secara manual.
Data Hasil Test Tidak ada Tidak ada Ada Hasil test sebelumnya menggunakan
surat keterangan dari penguji atau
dokter mata bahwa yang
bersangkutan tergolong buta warna
jenis apa.
Berdasarkan hal tersebut, maka dirancang sebuah website dari internet yang dapat
digunakan sebagai media untuk uji buta warna secara online, sehingga dapat
memudahkan pengguna dalam melakukan test buta warna dan menghasilkan suatu
informasi yang maksimal dan efektif karna pengguna hanya tinggal login dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang akan ditampilkan lalu akan keluar hasil test yang nantinya
akan tersimpan dalam database komputer dan hasil test itu sendiri bisa di print sebagai
pedoman atau arsip untuk uji maksimal.
Untuk itu, maka penulis merasa tertarik untuk merancang sebuah web yang di
tuangkan dalam bentuk proyek akhir dengan judul “Perancangan Sistem Informasi Test
Buta Warna Dengan Metode Ishihara 25 Plates Berbasis Web”.
3
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana membangun sebuah program test buta warna berbasis web dengan
ishihara 25 plates yang dapat memudahkan pengguna dalam melakukan test melalui
web dan menghasilkan suatu informasi yang maksimal.
2. Bagaimana merancang dan membuat aplikasi web ini dengan menggunakan
pemrograman php.
3. Bagaimana merancang dan membuat database dari seluruh data yang dibutuhkan
dengan menggunakan MySQL.
4. Bagaimana cara untuk menghubungkan antara php dengan MySQL.
C. Batasan Masalah
Agar tugas akhir ini lebih mencakup pada perancangan maka penulis membatasi
ruang lingkup rancangan ini. Adapun ruang lingkup rancangan ini yaitu :
1. Perancangan lebih diutamakan pada penggunaan bahasa pemograman PHP dalam
pengolahan database MySQL pada program test buta warna.
2. Merancang untuk manajemen administrator, dan pengunjung (user).
3. Data seputar informasi ruang lingkup kesehatan mata, pengelolaan data, dan uji buta
warna dengan pendefinisian terdiri dari 8 jenis buta warna.
4
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang penulis kemukakan diatas maka penulis
merumuskan masalah yaitu ”Bagaimana membangun sistem informasi sebagai alat
bantu uji test buta warna yang efektif dan tidak menyita waktu yang lama”
E. Tujuan
1. Merancang dan membangun program test buta warna berbasis web yang efektif dan
efisien.
2. Memberikan kemudahan untuk melakukan test uji buta warna serta informasi
kesehatan mata yang akurat secara online.
3. Menjadi sarana pendukung yang tepat dalam melakukan uji buta warna tidak hanya
memberikan informasi hasil yang akurat dan tepat juga memberikan kemudahan
pengguna dalam melakukan uji buta warna.
F. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari pembuatan web ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan kemudahan pengguna melakukan test buta warna.
2. Mempersingkat waktu dalam melakukan test buta warna.
3. Dapat melakukan test buta warna secara mandiri dan mendapatkan informasi yang
akurat tentang kesehatan mata.
4. Dapat dipergunakan sebagai bahan perbandingan dengan analisa dokter kesehatan
mata secara maksimal.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Studi Literatur
Pada perancangan ini yang menjadi pedoman dan acuan dalam penulisan Rancang
Bangun Perangkat Lunak Bantu Untuk Test Buta Warna Metode Ishihara 25 Plates
Berbasis WEB adalah : Penelitian Suyanto dkk (2004) merancang dan membangun sistem
test buta warna berbasis komputer di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.
Aplikasi tersebut, di defenisikan sebagai berikut:
1. Test buta warna terdiri dari 38 pages dengan jenis soal berupa angka.
2. Klasifikasi terdiri dari protanopia, deuteranopia, weak protanomali, weak
deuteranomali, strong protanomali, strong deuteranomal , and both monochromat
complete color blindness.
3. Hasil klasifikasi secara langsung di dapat setelah responden menjawab soal
tersebut.(Suyanto,2004)
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan Armetzahfauzi (2004): Analisa Buta
warna Merah-Hijau Dengan Metode Pengukuran Panjang Gelombang, dimana sistem ini
digunakan sebagai alat bantu dalam menilai apakah seseorang yang menderita buta warna
merah-hijau mempunyai perbedaan pada jarak gelombang penglihatan dengan orang
normal maupun dengan penderita buta warna lain.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan tersebut maka penulis membuat
Rancang Bangun Perangkat Lunak Bantu Untuk Test Buta Warna Metode Ishihara Test
25 Plates Berbasis Web.
5
6
B. Landasan Teori
1. Penglihatan Mata
Mata merupakan organ yang berfungsi untuk melihat. Benda yang dilihat
sebenarnya berupa cahaya, yang selanjutnya ditangkap oleh selaput saraf mata yang
disebut retina, untuk selanjutnya diteruskan ke otak untuk diproses. Bagian utama mata
yang berfungsi untuk ketajaman penglihatan disebut makula/fovea, seperti ditujukan
dalam gambar 3. Dari seluruh retina, makula merupakan pusat penglihatan, didalamnya
terkandung penangkap cahaya (fotoreseptor) yang menangkap cahaya dengan panjang
gelombang yang sesuai, panjang gelombang yang dapat ditangkap oleh mata adalah 410-
700 nm.(Dr.Emeritus,2008)
Fotoreseptor sendiri ada dua, yaitu batang adaptasi dalam gelap, dan kerucut
untuk melihat warna. Fotoreseptor kerucut yang sensitif terhadap cahaya biru, merah dan
hijau merupakan dasar penglihatan warna secara keseluruhan. Ini dapat dipahami dengan
melihat diagram campuran warna berikut:
Gambar 1. Pembiasan Cahaya
7
Gambar 2.Kombinasi Warna.
Gambar 3.Organ Mata.
Penglihatan warna sendiri sebenarnya hanya terdiri dari tiga warna dasar, warna
lain hanyalah merupakan perpaduan dari ketiga warna tersebut, gambar 2 diatas
menjelaskan hal tersebut. Penglihatan warna ini merupakan salah satu fungsi makula.
Untuk mengetahui seseorang menderita kelainan gangguan penglihatan warna atau tidak,
dilakukan pemeriksaan yang meliputi tajam penglihatan jauh dan dekat, pemeriksaan
organ mata yang mencakup seluruh aspek baik bagian luar maupun bagian dalam.
8
Ketajaman penglihatan yang kurang baik dapat menyebabkan gangguan
penglihatan warna, akan tetapi hal ini dapat dikoreksi dengan menggunakan kacamata
atau lensa kontak dan tidak menimbulkan gangguan penglihatan warna lagi. Setelah
ketajaman penglihatan yang baik tercapai, barulah penglihatan warna diperiksa. Alat
pemeriksa yang umumnya digunakan adalah uji Ishihara walaupun terdapat alat lain,
tetapi alat lain umumnya digunakan dalam tujuan ilmu pengetahuan, tidak untuk
kepentingan sehari-hari. Secara sederhana, uji penglihatan warna dapat dipakai sebagai
pemeriksaan awal, tetapi untuk pastinya dibutuhkan pemeriksaan lebih teliti. Umumnya
orang buta warna yang melihat angka tersebut akan memberikan jawaban yang berbeda
dari yang tertera. Apabila ada gangguan disarankan untuk memeriksakan ke dokter
mata.(Chairman,2009)
Tidak ada obat untuk penderita buta warna, walaupun tidak menimbulkan
kecacatan fisik, akan tetapi ada penderita yang merasa frustasi yang berat. Sebagian
anggota masyarakat menganggap bahwa seseorang yang buta warna tidak dapat melihat
sama sekali. Hal ini tidak benar karena sebagian besar penderita dapat melihat warna,
walaupun sebagian kecil ada yang menderita buta warna total.(Arthur, 2009)
2. Penglihatan Warna
Penelitian tentang buta warna secara ilmiah dimulai oleh ahli kimia John Dalton Ia
adalah salah seorang pencetus teori atom pada tahun 1798 menerbitkan jurnal berjudul
"Extraordinary facts relating to the vision of colours", banyak yang menyebut kondisi
buta warna sebagai “Daltonisme”. (Widjajakusumah,2007)
Retina mata manusia normal memiliki dua macam sel yaitu sel batang (rod cell)
yang aktif pada cahaya redup dan menyebabkan bisa melihat dalam remang-remang dan
9
sel kerucut (cone cell) yang aktif pada cahaya terang dan membuat bisa melihat indahnya
warna-warni dunia.
Normalnya ada 3 macam sel kerucut, yaitu reseptor biru yang sensitif pada cahaya
dengan panjang gelombang pendek, reseptor hijau kekuningan (sering disalah artikan
sebagai reseptor hijau) sensitif terhadap panjang gelombang medium, dan reseptor kuning
(sering disalah artikan sebagai reseptor merah) sensitif pada panjang gelombang tinggi.
Agar bisa melihat perubahan warna secara gradual (misalnya dari merah muda, merah
darah, hingga merah tua) atau disebut hue, mutlak dibutuhkan ketiga pigmen tersebut.
Mata yang normal (memiliki ketiga pigmen fotoreseptor) dan bisa melihat semua warna
beserta hue-nya disebut trichromacy.(Djauhari,2005)
Ada beberapa macam buta warna dengan kombinasi sel batang atau sel kerucut
mana yang tidak dimilikinya. Buta warna dapat dibagi menjadi dua kelompok besar: buta
warna total (monochromacy) dan buta warna parsial (dichromacy dan anomalous
trichromacy) yang masing-masing masih bisa dibagi lagi berdasarkan ada tidaknya sel
kerucut pada retina, dan bila ada, berapa jumlah fotoreseptor yang dimiliki sel kerucut,
berikut ini adalah bentuk pendefinisian dari buta warna tersebut.
a. Monochromacy
Buta warna hanya dapat melihat hitam, putih, dan abu-abu saja. Dibedakan:
1) Rod monochromacy (achromatopsia):
Yaitu retina mata penderita yang hanya punya sel batang dan sama sekali tidak
mempunyai sel kerucut. Akibatnya tidak hanya tidak mengenali warna, penderitanya
juga sangat sensitif terhadap cahaya sehingga tidak tahan cahaya terang
(photophobia).
10
2) Cone monochromacy:
Yaitu retina mempunyai sel batang dan sel kerucut, tapi hanya memiliki salah
satu dari 3 macam fotoreseptor dalam sel kerucut. Penderitanya tidak begitu sensitif
terhadap cahaya terang seperti achromatopsia dan berpenglihatan normal, contohnya
blue cone monochromacy dimana penderitanya tidak memiliki pigmen merah dan
hijau. Kelainan ini dikodekan pada kromosom X, tempat yang sama dengan kelainan
buta warna parsial hijau-merah.
b. Dichromacy
Terjadi saat penderita kehilangan salah satu pigmen sel kerucutnya sehingga tidak
bisa membedakan warna. Dapat dibedakan lagi:
1) Protanopia:
Disebabkan tidak adanya fotoreseptor warna merah pada sel kerucut, warna
merah bagi penderita buta warna ini hanya terlihat gelap jadi bendera kita baginya
hitam putih. Kelainan ini bersifat terkait seks, diturunkan, dan terjadi pada 1% laki-
laki dalam populasi.
2) Deuteranopia:
Disebabkan tidak ada fotoreseptor warna hijau pada sel kerucut, Hampir sama
seperti protanopia, hanya warna merah baginya tidak terlihat gelap. Ia mungkin
merasa bingung mengapa orang lain bisa menyebut nama-nama warna yang berbeda
seperti merah, oranye, kuning dan hijau untuk warna yang semuanya tampak sama di
matanya. Baginya nama warna seperti violet, lavender, ungu dan biru tidak banyak
berarti sebab semuanya terlihat satu warna baginya. Ini karena warna dengan panjang
gelombang diatas 498 nm langsung disebutnya kuning dan dibawah itu terlihat biru,
11
kelainan ini bersifat terkait seks, diturunkan, dan terjadi pada 1% laki-laki dalam
populasi.
3) Tritanopia:
Sangat langka terjadi, karena tidak adanya fotoreseptor warna biru pada sel
kerucut. Penderitanya tak pernah melihat warna kuning hingga biru, paling maksimal
hanya warna violet. Bagi mereka, warna dengan panjang gelombang diatas 570 nm
terlihat sebagai merah, sedangkan dibawahnya terlihat sebagai hijau.
c. Anomalous trichromacy
Penderitanya dapat melihat ketiga warna seperti mata normal, namun mereka
hanya memiliki persepsi yang berbeda dengan warna yang dilihat mata normal apabila
warna yang berbeda mulai dicampurkan (mixed colours). Ini karena sel kerucut mereka
lengkap memiliki ketiga pigmen fotoreseptor, tapi terdapat kelainan pada salah satu
fotoreseptor yang menyebabkan sensitivitas spektralnya ”meleset” dari panjang
gelombang yang seharusnya (bedakan dengan penderita dichromacy yang memang tidak
memiliki salah satu pigmen). Dibedakan lagi:
1) Protanomaly:
Yaitu terjadi karena perubahan sensitivitas fotoreseptor merah. Penderitanya
bisa salah membedakan merah tua dengan hitam. Bersifat terkait seks, diturunkan, dan
terjadi pada 1% laki-laki dan 0,01% perempuan dalam populasi. Biasanya
diturunkan dari ibu ke anak laki-lakinya.
12
2) Deuteranomaly:
Disebabkan karena pergeseran sensitivitas spektral pigmen hijau, bisa salah
membedakan hijau tua dengan hitam. Mirip seperti jenis mata protanomaly, mata
deuteranomal hampir tak bisa membedakan hue dari merah, oranye, kuning, hingga
hijau, dan hanya dilihatnya sebagai warna merah yang berubah-ubah. Sebagian besar
penderita buta warna adalah deuteranomaly. Persentasenya dalam populasi lumayan
besar; sekitar 6% laki-laki dan 0,04% perempuan. Diturunkan dan terkait kromosom
X. Perbedaan antara protanomaly dan deuteranomaly adalah deuteranomaly tidak
memiliki masalah dengan cahaya terang.
3) Tritanomaly:
Yaitu kelainan yang tidak bisa membedakan hue dari warna biru ke kuning,
Jeremy H. Nathans dari Howard Hughes Medical Institute pada tahun 2006
membuktikan bahwa tritanomaly disebabkan oleh mutasi gen pengkode sel kerucut
dengan pigmen biru yang terdapat pada kromosom 7, bukan pada kromosom X seperti
pada jenis buta warna lainnya. Akibatnya tritanomaly tidak terpaut seks dan
kesempatan laki-laki ataupun perempuan untuk mengidapnya adalah sama.
Penderita protanomaly dan deuteranomaly bisa diketahui dengan alat bernama
anomaloscope, yang dapat mencampurkan cahaya merah dan hijau yang pada
perbandingan yang tepat dapat menghasilkan warna kuning.(Guyton,20048)
13
Tabel 1.Keterangan Defenisi Buta Warna
Jenis buta warna Rod cell Conecells
Merah Hijau Biru
Rodonochromacy (achromatopsia) Ada Tdk ada Tdk ada Tdk ada
Cone monochromacy
Ada Ada Tdk ada Tdk ada
Ada Tdk ada Ada Tdk ada
Ada Tdk ada Tdk ada Ada
Protanopia Ada Tdk ada Ada Ada
Deuteranopia Ada Ada Tdk ada Ada
Tritanopia Ada Ada Ada Tdk ada
Protanomaly Ada Ada/rusak Ada/baik Ada/baik
Deuteranomaly Ada Ada/baik Ada/rusak Ada/baik
Tritanomaly Ada Ada/baik Ada/rusak Ada/rusak
Namun buta warna tidak hanya disebabkan faktor keturunan saja. Seseorang yang
bermata normal bisa saja menjadi buta warna apabila otaknya mengalami kerusakan,
terutama jika terjadi pada bagian lateral geniculate nucleus dari thalamus dan visual area
V4 dari visual yang memproses warna. Bahkan walaupun jarang, penderita migrain bisa
juga mengalami buta warna sementara.
Selain itu ada kelainan yang disebut color agnosia dan cerebral achromatopsia,
dimana mata penderitanya mampu melihat warna seperti mata normal, hanya mereka tak
mampu menyebutkan apa nama warna itu. Kelainan ini sering disebut sebagai buta warna
palsu/semu karena bukan disebabkan kegagalan penglihatan pada mata, namun kegagalan
persepsi karena kelainan pada bagian otak, keduanya merupakan bentuk visual agnosia.