1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap orang tua menginginkan agar anaknya bisa tumbuh sehat. Kondisi sehat tersebut bisa dicapai jika asupan gizi bisa tercukupi. Kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh anak-anak harus bisa tercukupi dengan baik dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya untuk menjadi dewasa. Masalah yang sering timbul dalam pemenuhan gizi tersebut adalah berkurangnya nafsu makan pada anak. Ada banyak hal yang bisa menyebabkan anak tidak mau makan, antara lain akibat faktor depresi ataupun adanya penyakit fisik yang timbul (Yoselin, 2008). Gangguan pada nafsu makan telah menjadi masalah yang sering terjadi pada anak-anak. Gangguan nafsu makan terjadi pada 25%-45% anak yang berkembang normal dan 80% pada anak yang terlambat perkembangannya (Waugh et al., 2010). Gangguan nafsu makan apabila diabaikan secara terus- menerus bisa menyebabkan defisiensi nutrisi. Defisiensi nutrisi menyebabkan terganggunya berbagai kerja normal organ yang dapat memicu gangguan kesehatan lain yang lebih berbahaya. Gangguan ini juga diikuti dengan penurunan berat badan yang drastis, dimana pada anak yang memiliki berat badan dibawah 75% berat badan normal akan mengalami gangguan perkembangan dan osteoporosis dini. Selain itu, defisiensi nutrisi juga dapat menyebabkan adanya gangguan pada otak dan ganguan sintesis protein fungsional otak, apabila kronik dapat menjadi atrofi pada otak (DeSocio et al., 2007).
26
Embed
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64059/potongan/S1-2013... · Hipotalamus memiliki fungsi dalam pengaturan asupan makan ... dua populasi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Setiap orang tua menginginkan agar anaknya bisa tumbuh sehat. Kondisi
sehat tersebut bisa dicapai jika asupan gizi bisa tercukupi. Kebutuhan gizi yang
dibutuhkan oleh anak-anak harus bisa tercukupi dengan baik dalam masa
pertumbuhan dan perkembangannya untuk menjadi dewasa. Masalah yang sering
timbul dalam pemenuhan gizi tersebut adalah berkurangnya nafsu makan pada
anak. Ada banyak hal yang bisa menyebabkan anak tidak mau makan, antara lain
akibat faktor depresi ataupun adanya penyakit fisik yang timbul (Yoselin, 2008).
Gangguan pada nafsu makan telah menjadi masalah yang sering terjadi
pada anak-anak. Gangguan nafsu makan terjadi pada 25%-45% anak yang
berkembang normal dan 80% pada anak yang terlambat perkembangannya
(Waugh et al., 2010). Gangguan nafsu makan apabila diabaikan secara terus-
menerus bisa menyebabkan defisiensi nutrisi. Defisiensi nutrisi menyebabkan
terganggunya berbagai kerja normal organ yang dapat memicu gangguan
kesehatan lain yang lebih berbahaya. Gangguan ini juga diikuti dengan penurunan
berat badan yang drastis, dimana pada anak yang memiliki berat badan dibawah
75% berat badan normal akan mengalami gangguan perkembangan dan
osteoporosis dini. Selain itu, defisiensi nutrisi juga dapat menyebabkan adanya
gangguan pada otak dan ganguan sintesis protein fungsional otak, apabila kronik
dapat menjadi atrofi pada otak (DeSocio et al., 2007).
2
Beberapa tahun belakang ini era back to nature sedang tren di kalangan
global. Indonesia dikenal sebagai negara kaya akan keanekaragaman hayati dan
warisan budaya tradisional, antara lain budaya secara turun menurun untuk minum
jamu khususnya dalam masyarakat suku Jawa. Tanaman temulawak sering
digunakan dalam ramuan jamu sebagai penambah nafsu makan. Salah satu
penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa kandungan mnyak atsiri
dalam temulawak memiliki sifat choleretic (Sudarsono et al., 1996), yaitu dapat
merangsang hati untuk menghasilkan empedu lebih banyak sehingga
mempercepat pencernaan dan absorpsi lemak di usus sehingga proses
pengosongan lambung terjadi lebih cepat (Al Imami, 2006).
Tanaman temulawak sebenarnya bisa digunakan secara langsung dengan
pengolahan sendiri sebagai penambah nafsu makan. Namun, kini penggunaan
temulawak sudah banyak diteliti dan dikembangkan sebagai suplemen makanan
untuk meningkatkan nafsu makan terutama bagi anak-anak yang memiliki
ganggunan nafsu makan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek yang terjadi
terhadap berat badan, asupan makanan dan minuman tikus putih jantan galur
Wistar yang ditekan nafsu makannya setelah diberi perlakuan kombinasi minyak
atsiri temulawak ke dalam komposisi Emulsi® untuk kemudian diujikan pra
kliniknya dengan variasi perbandingan kombinasi yang berbeda-beda. Akan
tetapi, penelitian tentang efek farmakologi temulawak sebagai penambah nafsu
makan banyak dilakukannya terhadap hewan uji dalam kondisi normal atau tidak
mengalami gangguan nafsu makan. Oleh karena itu, pada penelitan ini digunakan
metode baru yaitu dengan menggunakan hewan uji yang sebelumnya ditekan
3
nafsu makannya dengan dietilpropion HCl kemudian suntikkan secara peroral
kombinasi Emulsi® dan minyak atsiri temulawak untuk mengetahui efek
perubahan nafsu makan yang terjadi.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dasar ilmiah tambahan untuk
pengembangan temulawak sebagai penambah nafsu makan dan diharapkan
munculnya produk baru dari temulawak sebagai penambah nafsu makan yang
lebih baik efikasi dan keamanannya serta dapat diterima oleh masyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian tersebut diperoleh beberapa rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh pemberian kombinasi Emulsi® dan minyak atsiri
temulawak terhadap berat badan, asupan makanan dan minuman tikus putih
jantan galur Wistar yang ditekan nafsu makannya dengan dietilpropion HCl
selama 28 hari perlakuan?
2. Perbandingan kombinasi Emulsi® dan minyak atsiri temulawak manakah
yang paling optimum dalam meningkatkan berat badan, asupan makanan dan
minuman tikus putih jantan galur Wistar yang ditekan nafsu makannya
dengan dietilpropion HCl selama 28 hari perlakuan?
4
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh pemberian kombinasi Emulsi® dan minyak atsiri
temulawak terhadap berat badan, asupan makanan dan minuman tikus putih
jantan galur Wistar yang ditekan nafsu makannya dengan dietilpropion HCl
selama 28 hari perlakuan
2. Mengetahui perbandingan kombinasi Emulsi® dan minyak atsiri temulawak
manakah yang paling optimum dalam meningkatkan berat badan, asupan
makanan dan minuman tikus putih jantan galur Wistar yang ditekan nafsu
makannya dengan dietilpropion HCl selama 28 hari perlakuan.
D. TINJAUAN PUSTAKA
1. Asupan Makanan
a) Lapar dan kenyang
Keinginan terhadap makanan yang berkaitan dengan sejumlah
perasaan objektif disebut dengan “lapar”. Misalnya, jika timbul perasaan
tercekik atau perih pada lambung dan meyebabkan rasa nyeri yang
dinamakan “hunger pangs” akibat tidak mendapatkan makanan selama
berjam-jam, lambung mengalami kontraksi ritmik yang kuat dinamakan
kontraksi lapar. Selain “hunger pangs”, orang yang lapar lebih tegang dan
gelisah daripada biasanya. Sedangkan kenyang adalah kebalikan dari lapar.
Kenyang biasanya terjadi setelah pengisian makanan, terutama jika depot
5
penyimpanan gizi manusia, yaitu jaringan adiposa dan penyimpanan
glikogen sudah terisi (Guyton & Hall, 1990).
b) Nafsu makan
Istilah “nafsu makan” sering digunakan sebagai maksud yang sama
dengan “lapar” tetapi nafsu makan biasanya keinginan hanya pada jenis
makan tertentu, bukannya semua jenis makanan (Guyton & Hall, 1997).
c) Sistem saraf pusat
Hipotalamus memiliki fungsi dalam pengaturan asupan makan
yang dikenal sebagai teori dual center, yaitu terdapat dua area di
hipotalamus yang berperan sebagai pusat lapar dan pusat kenyang (Inui,
2000). Perangsangan terhadap hipotalamus lateral menyebabkan seekor
binatang makan dengan rakus, yang disebut sebagai hiperfagia. Jika inti
ventromedialis hipotalamus dirangsang akan meyebabkan rasa kenyang,
bahkan jika terdapat makanan yang sangat merangsang nafsu makan,
binatang tersebut tetap akan menolak makanan, disebut afagia. Oleh karena
itu, hipotalamus lateral bisa disebut sebagai pusat lapar atau pusat makan,
sedangkan inti ventromedialis hipotalamus sebagai pusat kenyang. Pusat
makan hipotalamus lateral bekerja dengan membangkitkan perangsangan
motorik binatang, khususnya perangsangan emosional untuk mencari
makanan. Sebaliknya, pusat kenyang bekerja terutama memberikan binatang
suatu perasaan kepuasan akan makanan dan akan mengakibatkan
penghambatan pusat makan (Guyton & Hall, 1990).
6
Banyak di bagian lain di otak sebagai pusat saraf yang merangsang
binatang untuk mencari dan melahap makanan. Contohnya, lesi pada
nukleus paraventrikular sering menyebabkan makan yang berlebihan,
khususnya menyebabkan makan yang mengandung karbohidrat yang
berlebihan. Lesi pada nukleus dorsominal hipotalamus biasanya untuk
menekan makan. Selain itu, pusat yang memainkan peranan penting dalam
pengendalian nafsu makan, yaitu nukleus arkuatus (ARC). ARC menerima
input neural yang berasal dari area di hipotalamus sendiri maupun dari luar
hipotalamus, seperti amigdala (bagian utama dalam sistem saraf olfaktori
yang memiliki daerah yang dapat meningkatkan makan dan daerah lain bisa
menekan makan), batang otak, dan korteks serebri. Di dalam ARC terdapat
dua populasi utama neuron yang mengatur makan yaitu neuropeptida Y
(NPY) dan agouti-related protein (AgRP) sebagai molekul perantara yang
poten untuk meningkatkan nafsu makan. Populasi kedua adalah pro-
opiomelanocortin (POMC) dan cocain-amphetamine related transcript
(CART) yang berfungsi sebagai pengurangan perilaku makan dan
peningkatan laju metabolisme. Ketika salah satu populasi neuron teraktivasi,
makan polpulasi neuron lain akan terinhibisi (Guyton & Hall, 1997; Barsh
& Schwartz, 2002).
d) Sistem perifer
Selain hipotalamus, pusat pengaturan nafsu makan dan
keseimbangan energi juga melibatkan sistem saraf secara luas meliputi
batang otak, korteks serebri, area olfaktori, dan lainnya. Sejumlah input
7
sinyal perifer yang bisa menghasilkan perilaku makan yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh adalah :
1) Kadar leptin
Sel-sel lemak dalam jaringan adiposa megeluarkan hormon leptin.
Kadar leptin dalam darah menggambarkan jumlah simpanan lemak
trigliserida di jaringan lemak. Semakin banyak cadangan lemak maka
semakin banyak pula leptin yang dilepaskan ke dalam aliran darah.
Karena reseptor leptin banyak di hipotalamus ventromedial (Sherwood,
2001), maka keberadaan leptin akan menyebabkan penekanan keinginan
makan melalui inhibisi terhadap NPY dan stimulasi terhadap POMC dan
CART di ARC (Barsh & Schwartz, 2002).
2) Pemakaian glukosa dan sekresi insulin
Teori glukostatik menyatakan bahwa rasa kenyang yang timbul
oleh peningkatan penggunaan glukosa yang terjadi pada saat makan.
Menurut Guyton (1997) terdapat dua observasi yang menyokong teori
ini, (a) peningkatan kadar glukosa darah meningkatkan aktivitas listrik di
ventromedialis hipotalamus dan menurunkan aktivitas listrik di lateral
hipotalamus, (b) penyelidikan kimia menunjukan ventromedialis
hipotalamus memekatkan glukosa sedangkan daerah lain hipotalamus
tidak dapat memekatkan glukosa.
Hal lain yang berkaitan dengan teori ini adalah bahwa
peningkatan kadar insulin menyebabkan inhibisi terhadap NPY/AgRP
dan menstimulasi POMC. Adanya insulin tersebut akan memyebabkan
8
penyimpanan glukosa dan menurunkan kadar glukosa darah. Penurunan
kadar glukosa akan menyebabkan aktivasi NPY di ARC dan timbul
keinginan untuk makan (Bear et al., 2001).
3) Distensi gastrointenstinal
Pengisian lambung dan duodenum menyebabkan rangsangan
reseptor regang (mekanosensori) di akson serat saraf aferen n. vagus.
Sinyal tersebut dibawa ke nukleus traktus solitarius (NTS) di medula
oblongata dan dari NTS ini disampaikan ke pusat pengaturan nafsu
makan hipotalamus dan ke area otak lainnya (Bear et al., 2001).
4) Sekresi kolesitokinin (CCK)
Mukosa duodenum pada saat mencerna makanan akan
mensekresikan hormon gastrointenstinal yaitu kolesitokinin, terutama
oleh adanya lemak. Perangsangan oleh CCK terhadap n. vagus
meyebabkan peningkatan lepas muatan (discharge) n. vagus, kemudian
ditransduksikan sebagai sinyal kenyang di NTS. CCK juga bisa
meningkatkan pelepasan serotonin (5-HT) di hipotalamus yang memiliki
efek menginhibisi asupan makanan (Bear et al., 2001).
5) Pengaruh psikososial dan lingkungan
Pada kenyataannya, perilaku makan paling sering ditentukan oleh
kondisi lingkungan, sosial, dan psikologis yang dapat dikendalikan
secara sadar. Misalnya kebiasaan berapa kali makan dalam sehari, karena
kelezatan makanan disajikan yang dapat meningkatkan/menurunkan
9
selera, kondisi stres, cemas dan depresi yang mengubah pola makan
(Sherwood, 2001).
6) Hormon ghrelin
Ghrelin pertama kali ditemukan sebagai ligan endogen terhadap
growth hormon secretagogue receptors (GHS-R) yang sangat baik
menstimulasi sekresi GH (Growth Hormone). Ghrelin merupakan peptida
neuroenterik pertama yang diketahui bertindak sebagai molekul
pembawa sinyal lapar dari perifer. Ghrelin diproduksi dan disekresikan
sebesar dua per tiganya oleh X/A-like cells di dalam kelenjar-kelenjar
oxyntic mukosa yang tersebar di lambung (Cowley et al., 2003). Sisanya,
dihasilkan di sekitar ventrikel III dan dalam jumlah sedikit di testis,
plasenta, ginjal, usus halus, pankreas, limfosit dan baian otak lainnya
(Gualillo et al., 2003).
Selain menstimulasi sekresi GH, ghrelin mampu menyebabkan
peningkatan asupan makanan dan mengurangi pemakaian cadangan
lemak. Peningkatan kadar ghrelin menyebabkan meningkatnya ekspresi
mRNA untuk NPY dan AgRP dan menstimulasi pelepasannya (Cowley
et al., 2003). NPY kemudian berikatan dengan reseptor Y1 dan Y5 di
area lateral hipotalamus yang mengakibatkan pengaktivan neuron
melanin-concetrating hormone (MCH) dan orexin, kemudian
menimbulkan efek peningkatan nafsu makan (Bear et al., 2001). Ghrelin
juga menginhibisi neuron POMC/CART sehingga mengurangi
penghambatannya terhadap nafsu makan (Cowley et al., 2003).
10
2. Temulawak
Temulawak merupakan tanaman yang berasal dari Indonesia,
khusunya Pulau Jawa. Temulawak banyak yang tumbuh liar di bawah hutan
jati, tanah kering, pekarangan, dan padang alang-alang. Untuk memperoleh
hasil optimal, temulawak perlu tanah subur dan berpengairan (Anonim, 2010)
Gambar 1. Tanaman dan rimpang temulawak (Anonim, 2009)
a) Deskripsi tanaman
Perawakan terna berbatang semu, tinggi dapat mencapai 2 m,
berwarna hijau atau coklat gelap, rimpang berkembang sempurna,
bercabang-cabang kuat, berwarna hijau gelap, bagian dalam berwarna
jingga, rasanya agak pahit. Setiap individu tanaman mempunyai 2-9 daun,
berbentuk lonjong sampai lanset, berwana hijau atau coklat keunguan
terang sampai gelap, panjang 31-84 cm, lebar 10-18 cm, panjang tangkai
daun (termasuk helaian) 43-80 cm. Perbungaan berupa bunga majemuk
bulir, muncul diantara 2 ruas rimpang (lateralis), bertangkai ramping, 10-
37 cm berambut, daun-daun pelindung menyerupai sisik berbentuk garis,
berambut halus, panjang 4-12 cm, berdaun pelindung banyak, panjangnya
melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga, berbentuk bulat telur
11
sungsang (terbalik) sampai bulat memanjang, berwarna merah, ungu atau
putih dengan sebagian dari ujungnya berwarna ungu, bagian bawah
berwarna hijau muda atau keputihan, panjangnya 3-8 cm, lebar 1,5-3,5 cm.
Kelopak bunga berwarna putih berambut, panjang 8-13 mm. Mahkota
bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4,5 cm, tabung
berwarna putih atau kekuningan, panjang 2-2,5 cm, helaian bunga
berbentuk bulat telur, atau lonjong, berwarna putih dengan ujung berwarna
merah atau merah tua, panjang 1,25-2 cm, lebar 1 cm. Benang sari 6, 5
benang sari menjadi lembaran menyerupai bibir yang berbentuk bulat atau
bulat telur sungsang (terbalik), berwarna jingga dan kadang-kadang pada
tepinya berwarna merah, panjang 14-18 cm, lebar 14-20 mm, benang sari
fertil berwarna kuning muda, panjang 12-16 mm, lebar 10-15 mm, panjang
tangkai sari 3-4,5 mm, lebar, 2,5-4,5 mm, kepala sari berwarna putih,
panjang 6 mm. Tangkai putik panjang 3-7 mm. Buah berambut, panjang 2
cm (Anonim, 2010).
b) Klasifikasi
Klasifikasi tanaman temulawak dalam sistematika tumbuhan adalah
sebagai berikut (Backer & Van Den Brink, 1968) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
12
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb.
c) Nama daerah
Koneng gede (Sunda), Temulawak (Jawa), Temu latah, Temulabak
(Madura), Temu bersa (Melayu), Temuraya (Sunda) (Heyne, 1987).
d) Kandungan Kimia
Kandungan pati pada rimpang temulawak sebesar 41,45%,
sedangkan komponen aktifnya kurkumin 2,24% dan kadar minyak atsiri
3,81% (Hayani, 2006). Selain itu, juga mengandung xantorizol, dan
kurkuminoid (Anonim, 2010). Menurut Agusta (2000) dalam rimpang
temulawak (segar) mengandung minyak atsiri dengan komposisi sebagai
berikut :
Tabel 1. Komposisi kandungan minyak atsiri rimpang temulawak segar