Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang sangat dipengaruhi oleh aktifitas monsoon, sebagai akibat dari peredaran semu matahari yang bergerak secara musiman dengan arah utara-selatan melintasi garis khatulistiwa. Pengaruh terbesar dari aktifitas monsoon terhadap pola iklim Kalimantan Selatan khususnya Kabupaten Banjar / kota Banjarbaru adalah daerah ini memiliki dua musim yang selalu berulang secara periodik dalam satu tahun yaitu musim hujan dan musim kemarau. Dari pola distribusi curah hujan bulanan, terlihat bahwa periode musim hujan terjadi antara Bulan Oktober sampai dengan Bulan April. Sedangkan periode musim kemarau berlangsung selama Bulan Mei sampai dengan Bulan September dengan puncak minimum terjadi antara Bulan Agustus dan September. Sejak beberapa tahun terakhir selama siklus ke dua musim tersebut berlangsung selalu diikuti oleh berbagai macam dampak yang dianggap kurang bersahabat dengan aktifitas kehidupan manusia, seperti kekeringan, kebakaran hutan/ lahansampai dengan banjir dan sebagainya yang selalu diikuti oleh kerugian-kerugian materi. Walaupun aktifitas manusia dalam memenuhi tuntutan hidupnya dengan mengeksplorasi sumber daya alam yang ada turut berperan dalam mempercepat proses perubahan iklim itu sendiri. Sebagai salah satu dampak dari terjadinya pemanasan global sebagai akibat dari mulai berkurangnya lapisan ozon ( O 3 ) dan dampak rumah kaca atau green house effect, menyebabkan mulai berubahnya kondisi iklim global termasuk juga wilayah Kalimantan Selatan yang terpantau dari peramatan suhu udara di Stasiun Klimatologi Banjarrbaru sejak beberapa tahun terakhir. B. Tujuan Tentang isu yang semakin berkembang mengenai pemanasan global, analisis data suhu udara maksimum dan minimum bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana iklim di kalimantan Selatan khususnya wilayah Banjarbaru dan sekitarnya turut terpengaruh perubahan tersebut. Seberapa besar terjadinya perubahan anomali dari
19

BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang

Dec 08, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak

geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang sangat dipengaruhi oleh

aktifitas monsoon, sebagai akibat dari peredaran semu matahari yang bergerak secara

musiman dengan arah utara-selatan melintasi garis khatulistiwa.

Pengaruh terbesar dari aktifitas monsoon terhadap pola iklim Kalimantan Selatan

khususnya Kabupaten Banjar / kota Banjarbaru adalah daerah ini memiliki dua

musim yang selalu berulang secara periodik dalam satu tahun yaitu musim hujan dan

musim kemarau. Dari pola distribusi curah hujan bulanan, terlihat bahwa periode

musim hujan terjadi antara Bulan Oktober sampai dengan Bulan April. Sedangkan

periode musim kemarau berlangsung selama Bulan Mei sampai dengan Bulan

September dengan puncak minimum terjadi antara Bulan Agustus dan September.

Sejak beberapa tahun terakhir selama siklus ke dua musim tersebut berlangsung

selalu diikuti oleh berbagai macam dampak yang dianggap kurang bersahabat dengan

aktifitas kehidupan manusia, seperti kekeringan, kebakaran hutan/ lahansampai

dengan banjir dan sebagainya yang selalu diikuti oleh kerugian-kerugian materi.

Walaupun aktifitas manusia dalam memenuhi tuntutan hidupnya dengan

mengeksplorasi sumber daya alam yang ada turut berperan dalam mempercepat

proses perubahan iklim itu sendiri. Sebagai salah satu dampak dari terjadinya

pemanasan global sebagai akibat dari mulai berkurangnya lapisan ozon ( O3) dan

dampak rumah kaca atau green house effect, menyebabkan mulai berubahnya kondisi

iklim global termasuk juga wilayah Kalimantan Selatan yang terpantau dari

peramatan suhu udara di Stasiun Klimatologi Banjarrbaru sejak beberapa tahun

terakhir.

B. Tujuan

Tentang isu yang semakin berkembang mengenai pemanasan global, analisis data

suhu udara maksimum dan minimum bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh

mana iklim di kalimantan Selatan khususnya wilayah Banjarbaru dan sekitarnya turut

terpengaruh perubahan tersebut. Seberapa besar terjadinya perubahan anomali dari

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang

2

suhu udara maksimum dan minimum serta pengaruhnya terhadap perubahan

amplitudo suhu harian di Banjarbaru.

C. Ruang Lingkup

Analisa data suhu udara maksimum dan minimum absolut menggunakan data hasil

peramatan di Stasiun Klimatologi Banjarbaru dalam periode tahun 1977 sampai

dengan Bulan Juni 2006. analisa kecenderungan perubahan dari setiap variabel data

menggunakan analisa grafik sedangkan untuk mengetahui seberapa besar hubungan

dari masing-masing variabel tersebut terhadap amplitudo suhu harian digunakan

persamaan korelasi.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang

3

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pengaruh Radiasi Matahari Terhadap Permukaan Bumi

Panjang gelombang semakin pendek bila suhu permukaan benda yang memancarkan

radiasi semakin tinggi. Matahari dengan suhu permukaannya sebesar 6.000 K,

radiasinya mempunyai kisaran panjang gelombang antara 0.3-0.4 m. Sebagai

perbandingan, permukaan bumi yang bersuhu 300 K (atau 27 C) memancarkan

radiasi dengan kisaran panjang gelombang 4.0-80.0 m dengan pancaran energi

terkuat pada panjang gelombang 10 m. Karena panjang gelombang radiasi matahari

relatif lebih pendek bila dibandingkan dengan benda-benda alam lainnya, maka

radiasi matahari disebut dengan radiasi gelombang pendek, sebaliknya radiasi bumi

dan benda lainnya disebut radiasi gelombang panjang.

Akibat yang ditimbulkan dengan adanya radiasi matahari yang mencapai permukaan

bumi, sebagian besar tergantung dari bentuk dan macam permukaanbumi yang

menerima radiasi tersebut, tentu saja selain itu juga tinggi rendahnya suhu suatu

tempat di permukaan bumi dalam posisinya terhadap matahari tergantung kepada :

1. Intensitas penyinaran radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi,

yang dipengaruhi oleh besar-kecilnya sudut datang sinar matahari terhadap

permukaan bumi tersebut, dan

2. Lamanya penyinaran matahari berlangsung, yaitu dipengaruhi oleh panjang

siang dan malam yang ditentukan oleh garis lintang tempat tersebut di

permukaan bumi

Tidak seluruhnya radiasi matahari dapat sampai dan diserap oleh permukaan bumi,

kurang lebih hanya 43%. Karena pada waktu memasuki atmosfer bumi radiasi

matahari tersebut terhalang dengan adanya proses penyerapan (absorption),

pemantulan (Reflection), dan pemancaran (Scattering). Radiasi ultra violet hampir

seluruhnya diserap oleh lapisan Ozone pada bagian atas stratosfer dan hanya satu-

satunya gas yang dapat menyerap radiasi terlihat atau cahaya tampak adalah uap air.

Pada saat kondisi cuaca berawan, sebagian besar radiasi matahari ini dipantulkan

kembali oleh puncak-puncak awan dan partikel-partikel lainnya yang terdapat di

dalam atmosfer, dan hanya sebagian yang berhasil mencapai permukaan bumi, baik

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang

4

secara langsung (direct radiotian) maupun tidak langsung (sky radiation). Jumlah

kedua radiasi matahari tersebut (direct radiotian + sky radiation) disebut radiasi

global (global radiation).

Akibat yang ditimbulkan dengan adanya radiasi matahari yang mencapai permukaan

bumi, maka sebagian dari radiasi tersebut akan dipantulkan kembali ke angkasa dan

sebagian lainnya akan diserap karena hal tersebut tergantung pada bentuk dan macam

permukaan bumi yang menerima radiasi matahari. Dan perbandingan antara jumlah

radiasi yang dipantulkan dengan jumlah radiasi yang diserap disebut Albedo.

Penyebab terjadinya kenaikkan suhu permukaan bumi yang telah menyerap radiasi

matahari tersebut tergantung kepada :

1. Jarak atau kedalaman kemana panas harus menembus.

2. Panas jenis dari zat permukaan yang ada.

3. Albedo dari zat permukaan yang ada, dan

4. Ada atau tidaknya penggunaan panas untuk keperluan lain, selain untuk

menaikkan suhu benda.

Misalnya perbedaan kenaikkan panas permukaan daratan dengan permukaan laut,

setelah sama-sama mendapatkan radiasi matahari, maka daratan akan lebih cepat

menjadi panas dari pada lautan karena disebabkan oleh :

Pada Permukaan Laut Pada Permukaan Daratan

Albedo-nya lebih besar, sehingga lebih

sedikit radiasi matahari yang diserap.

Radiasi matahari menyerap lebih

dalam/tebal, karena air lebih transparan.

Panas jenis air lebih besar, sehingga untuk

menaikkan panas 1 C setiap gram air

memerlukan panas yang lebih banyak.

Energi panas yang diserap sebagian

dirubah dalam bentuk panas laten pada

proses penguapan.

Albedo-nya lebih kecil, sehinga banyak

radiasi yang diserap.

Radiasi yang terserap jaraknya lebih

pendek, karena permukaan darata tidak

transparan.

Panas jenis daratan lebih kecil, sehingga

untuk menaikkan panas 1 C setiap gram

daratan hanya memerlukan panas yang lebih

sedikit.

Energi panas yang diserap semua digunakan

untuk menaikkan suhu.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang

5

B. Suhu Udara Permukaan

Suhu udara permukaan merupakan suhu udara pada ketinggian 1,25 sampai dengan

2,0 meter di atas permukaan bumi. Selama sehari semalam (12 jam) maupun 1 tahun

(12 bulan) suhu udara permukaan selalu mengalami variasi suhu udara atau

mengalami perubahan atau perbedaan selama periode waktu tertentu. Fluktuasi suhu

udara harian disebut dengan variasi suhu harian, demikian pula dengan variasi suhu

mingguan, bulanan, atau tahunan.

Pada periode waktu harian, suhu udara tertinggi atau maksimum biasa terjadi setelah

beberapa saat setelah matahari melewati titik kulminasinya sedangkan suhu udara

terendah atau minimum biasa terjadi setelah beberapa saat setelah matahari terbit.

Nilai perbedaan antara suhu udara maksimum dan suhu udara minimum selama satu

hari (24 jam) disebut dengan amplitudo suhu harian.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang

6

BAB III

ANALISA DATA

A. Data Historis

Dari data historis suhu udara maksimum dan minimum periode tahun 1977 sampai

dengan Bulan Juni 2006 yang ada, maka masing-masing ditampilkan dalam bentuk

grafik anomali atau simpangan terhadap rata-ratanya selama kurun waktu tersebut,

sebagai berikut :

Grafik 1. Grafik Anomali Suhu Udara Maksimum dan Minimum Bulanan

Grafik Anomali Suhu Bulan Januari

-3,5

-2,5

-1,5

-0,5

0,5

1,5

2,5

3,5

77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06

T max T min

Grafik Anomali Suhu Bulan Februari

-3,5

-2,5

-1,5

-0,5

0,5

1,5

2,5

3,5

77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06

T max T min

Grafik Anomali Suhu Bulan Maret

-3,5

-2,5

-1,5

-0,5

0,5

1,5

2,5

3,5

77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06

T max T min

Grafik Anomali Suhu Bulan April

-3,5

-2,5

-1,5

-0,5

0,5

1,5

2,5

3,5

77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06

T max T min

Grafik Anomali Suhu Bulan Mei

-3,5

-2,5

-1,5

-0,5

0,5

1,5

2,5

3,5

77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06

T max T min

Grafik Anomali Suhu Bulan Juni

-3,5

-2,5

-1,5

-0,5

0,5

1,5

2,5

3,5

77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06

T max T min

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang

7

B. Data Rata-Rata Bergerak

Dari grafik di atas tampak bahwa baik anomali suhu udara maksimum maupun

minimum sama-sama menunjukan pola positif atau kenaikan suhu udara terhadap

rata-ratanya menjelang 5 sampai dengan 10 tahun terakhir. Oleh karena itu untuk

dapat lebih jelas melihat perubahan itu maka disajikan juga analisa grafik anomali

suhu udara maksimum dan minimum bulanan untuk dalam bentuk rata-rata bergerak

periode 5 dan 10 tahunan seperti di bawah ini :

Grafik Anomali Suhu Bulan Juli

-3,5

-2,5

-1,5

-0,5

0,5

1,5

2,5

3,5

77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06

T max T min

Grafik Anomali Suhu Bulan Agustus

-3,5

-2,5

-1,5

-0,5

0,5

1,5

2,5

3,5

77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06

T max T min

Grafik Anomali Suhu Bulan September

-3,5

-2,5

-1,5

-0,5

0,5

1,5

2,5

3,5

77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06

T max T min

Grafik Anomali Suhu Bulan Oktober

-3,5

-2,5

-1,5

-0,5

0,5

1,5

2,5

3,5

77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06

T max T min

Grafik Anomali Suhu Bulan Nopember

-3,5

-2,5

-1,5

-0,5

0,5

1,5

2,5

3,5

77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06

T max T min

Grafik Anomali Suhu Bulan Desember

-3,5

-2,5

-1,5

-0,5

0,5

1,5

2,5

3,5

77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06

T max T min

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang

8

Grafik 2. Grafik Anomali Suhu Udara Bulanan MV 5 tahunan

Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suihu Udara Bulan Januari

-1,0

-0,8

-0,5

-0,3

0,0

0,3

0,5

0,8

1,0

77-

81

78-

82

79-

83

80-

84

81-

85

82-

86

83-

87

84-

88

85-

89

86-

90

87-

91

88-

92

89-

93

90-

94

91-

95

92-

96

93-

97

94-

98

95-

99

96-

00

97-

01

98-

02

99-

03

00-

04

01-

05

02-

06

T max T min

Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan Februari

-1,0

-0,8

-0,5

-0,3

0,0

0,3

0,5

0,8

1,0

77-

81

78-

82

79-

83

80-

84

81-

85

82-

86

83-

87

84-

88

85-

89

86-

90

87-

91

88-

92

89-

93

90-

94

91-

95

92-

96

93-

97

94-

98

95-

99

96-

00

97-

01

98-

02

99-

03

00-

04

01-

05

02-

06

T max T min

Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan Maret

-1,0

-0,8

-0,5

-0,3

0,0

0,3

0,5

0,8

1,0

77-

81

78-

82

79-

83

80-

84

81-

85

82-

86

83-

87

84-

88

85-

89

86-

90

87-

91

88-

92

89-

93

90-

94

91-

95

92-

96

93-

97

94-

98

95-

99

96-

00

97-

01

98-

02

99-

03

00-

04

01-

05

02-

06

T max T min

Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan April

-1,0

-0,8

-0,5

-0,3

0,0

0,3

0,5

0,8

1,0

77-

81

78-

82

79-

83

80-

84

81-

85

82-

86

83-

87

84-

88

85-

89

86-

90

87-

91

88-

92

89-

93

90-

94

91-

95

92-

96

93-

97

94-

98

95-

99

96-

00

97-

01

98-

02

99-

03

00-

04

01-

05

02-

06

T max T min

Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan Mei

-1,0

-0,8

-0,5

-0,3

0,0

0,3

0,5

0,8

1,0

77-

81

78-

82

79-

83

80-

84

81-

85

82-

86

83-

87

84-

88

85-

89

86-

90

87-

91

88-

92

89-

93

90-

94

91-

95

92-

96

93-

97

94-

98

95-

99

96-

00

97-

01

98-

02

99-

03

00-

04

01-

05

02-

06

T max T min

Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan Juni

-1,0

-0,8

-0,5

-0,3

0,0

0,3

0,5

0,8

1,0

77-

81

78-

82

79-

83

80-

84

81-

85

82-

86

83-

87

84-

88

85-

89

86-

90

87-

91

88-

92

89-

93

90-

94

91-

95

92-

96

93-

97

94-

98

95-

99

96-

00

97-

01

98-

02

99-

03

00-

04

01-

05

02-

06

T max T min

Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan Juli

-1,0

-0,8

-0,5

-0,3

0,0

0,3

0,5

0,8

1,0

77-

81

78-

82

79-

83

80-

84

81-

85

82-

86

83-

87

84-

88

85-

89

86-

90

87-

91

88-

92

89-

93

90-

94

91-

95

92-

96

93-

97

94-

98

95-

99

96-

00

97-

01

98-

02

99-

03

00-

04

01-

05

02-

06

T max T min

Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan Agustus

-1,0

-0,8

-0,5

-0,3

0,0

0,3

0,5

0,8

1,0

77-

81

78-

82

79-

83

80-

84

81-

85

82-

86

83-

87

84-

88

85-

89

86-

90

87-

91

88-

92

89-

93

90-

94

91-

95

92-

96

93-

97

94-

98

95-

99

96-

00

97-

01

98-

02

99-

03

00-

04

01-

05

02-

06

T max T min

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang

9

Selanjutnya grafik anomali suhu udara maksimum dan minimum bulanan untuk

dalam bentuk rata-rata bergerak 10 tahunan seperti di bawah ini :

Grafik 3. Grafik Anomali Suhu Udara Bulanan MV 10 tahunan

Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan September

-1,0

-0,8

-0,5

-0,3

0,0

0,3

0,5

0,8

1,0

77-

81

78-

82

79-

83

80-

84

81-

85

82-

86

83-

87

84-

88

85-

89

86-

90

87-

91

88-

92

89-

93

90-

94

91-

95

92-

96

93-

97

94-

98

95-

99

96-

00

97-

01

98-

02

99-

03

00-

04

01-

05

02-

06

T max T min

Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan Oktober

-1,0

-0,8

-0,5

-0,3

0,0

0,3

0,5

0,8

1,0

77-

81

78-

82

79-

83

80-

84

81-

85

82-

86

83-

87

84-

88

85-

89

86-

90

87-

91

88-

92

89-

93

90-

94

91-

95

92-

96

93-

97

94-

98

95-

99

96-

00

97-

01

98-

02

99-

03

00-

04

01-

05

02-

06

T max T min

Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan Nopember

-1,0

-0,8

-0,5

-0,3

0,0

0,3

0,5

0,8

1,0

77-

81

78-

82

79-

83

80-

84

81-

85

82-

86

83-

87

84-

88

85-

89

86-

90

87-

91

88-

92

89-

93

90-

94

91-

95

92-

96

93-

97

94-

98

95-

99

96-

00

97-

01

98-

02

99-

03

00-

04

01-

05

02-

06

T max T min

Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan Desember

-1,0

-0,8

-0,5

-0,3

0,0

0,3

0,5

0,8

1,0

77-

81

78-

82

79-

83

80-

84

81-

85

82-

86

83-

87

84-

88

85-

89

86-

90

87-

91

88-

92

89-

93

90-

94

91-

95

92-

96

93-

97

94-

98

95-

99

96-

00

97-

01

98-

02

99-

03

00-

04

01-

05

02-

06

T max T min

Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suihu Udara Bulan Januari

-1,0

-0,8

-0,5

-0,3

0,0

0,3

0,5

0,8

1,0

77-

86

78-

87

79-

88

80-

89

81-

90

82-

91

83-

92

84-

93

85-

94

86-

95

87-

96

88-

97

89-

98

90-

99

91-

00

92-

01

93-

02

94-

03

95-

04

96-

05

97-

06

T max T min

Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan Februari

-1,0

-0,8

-0,5

-0,3

0,0

0,3

0,5

0,8

1,0

77-

86

78-

87

79-

88

80-

89

81-

90

82-

91

83-

92

84-

93

85-

94

86-

95

87-

96

88-

97

89-

98

90-

99

91-

00

92-

01

93-

02

94-

03

95-

04

96-

05

97-

06

T max T min

Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan Maret

-1,0

-0,8

-0,5

-0,3

0,0

0,3

0,5

0,8

1,0

77-

86

78-

87

79-

88

80-

89

81-

90

82-

91

83-

92

84-

93

85-

94

86-

95

87-

96

88-

97

89-

98

90-

99

91-

00

92-

01

93-

02

94-

03

95-

04

96-

05

97-

06

T max T min

Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan April

-1,0

-0,8

-0,5

-0,3

0,0

0,3

0,5

0,8

1,0

77-

86

78-

87

79-

88

80-

89

81-

90

82-

91

83-

92

84-

93

85-

94

86-

95

87-

96

88-

97

89-

98

90-

99

91-

00

92-

01

93-

02

94-

03

95-

04

96-

05

97-

06

T max T min

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang

10

Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan Mei

-1,0

-0,8

-0,5

-0,3

0,0

0,3

0,5

0,8

1,0

77-

86

78-

87

79-

88

80-

89

81-

90

82-

91

83-

92

84-

93

85-

94

86-

95

87-

96

88-

97

89-

98

90-

99

91-

00

92-

01

93-

02

94-

03

95-

04

96-

05

97-

06

T max T min

Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan Juni

-1,0

-0,8

-0,5

-0,3

0,0

0,3

0,5

0,8

1,0

77-

86

78-

87

79-

88

80-

89

81-

90

82-

91

83-

92

84-

93

85-

94

86-

95

87-

96

88-

97

89-

98

90-

99

91-

00

92-

01

93-

02

94-

03

95-

04

96-

05

97-

06

T max T min

Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan Juli

-1,0

-0,8

-0,5

-0,3

0,0

0,3

0,5

0,8

1,0

77-

86

78-

87

79-

88

80-

89

81-

90

82-

91

83-

92

84-

93

85-

94

86-

95

87-

96

88-

97

89-

98

90-

99

91-

00

92-

01

93-

02

94-

03

95-

04

96-

05

97-

06

T max T min

Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan Agustus

-1,0

-0,8

-0,5

-0,3

0,0

0,3

0,5

0,8

1,0

77-

86

78-

87

79-

88

80-

89

81-

90

82-

91

83-

92

84-

93

85-

94

86-

95

87-

96

88-

97

89-

98

90-

99

91-

00

92-

01

93-

02

94-

03

95-

04

96-

05

97-

06

T max T min

Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan September

-1,0

-0,8

-0,5

-0,3

0,0

0,3

0,5

0,8

1,0

77-

86

78-

87

79-

88

80-

89

81-

90

82-

91

83-

92

84-

93

85-

94

86-

95

87-

96

88-

97

89-

98

90-

99

91-

00

92-

01

93-

02

94-

03

95-

04

96-

05

97-

06

T max T min

Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan Oktober

-1,0

-0,8

-0,5

-0,3

0,0

0,3

0,5

0,8

1,0

77-

86

78-

87

79-

88

80-

89

81-

90

82-

91

83-

92

84-

93

85-

94

86-

95

87-

96

88-

97

89-

98

90-

99

91-

00

92-

01

93-

02

94-

03

95-

04

96-

05

97-

06

T max T min

Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan Nopember

-1,0

-0,8

-0,5

-0,3

0,0

0,3

0,5

0,8

1,0

77-

86

78-

87

79-

88

80-

89

81-

90

82-

91

83-

92

84-

93

85-

94

86-

95

87-

96

88-

97

89-

98

90-

99

91-

00

92-

01

93-

02

94-

03

95-

04

96-

05

97-

06

T max T min

Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan Desember

-1,0

-0,8

-0,5

-0,3

0,0

0,3

0,5

0,8

1,0

77-

86

78-

87

79-

88

80-

89

81-

90

82-

91

83-

92

84-

93

85-

94

86-

95

87-

96

88-

97

89-

98

90-

99

91-

00

92-

01

93-

02

94-

03

95-

04

96-

05

97-

06

T max T min

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang

11

C. Amplitudo Suhu harian

Dari masing-masing analisa grafik suhu udara maksimum dan minimum di atas,

maka selanjutnya dapat dilihat pola perbandingan kedua variabel tersebut dalam

analisa amplitudio suhu harian dalam bentuk rata-rata bergerak periode 5 dan 10

tahunan seperti di bawah ini :

Grafik 4. Grafik Anomali Amplitudo Suhu Udara Bulanan MV 5-10 tahunan

Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan Januari

-1,5

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

5 Tahunan 10 Tahunan

Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan Februari

-1,5

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

5 Tahunan 10 Tahunan

Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan Maret

-1,5

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

5 Tahunan 10 Tahunan

Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan April

-1,5

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

5 Tahunan 10 Tahunan

Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan Mei

-1,5

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

5 Tahunan 10 Tahunan

Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan Juni

-1,5

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

5 Tahunan 10 Tahunan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang

12

D. Hubungan Antara Suhu Maksimum-Minimum Dengan Amplitudo Suhu

Harian

Nilai dari fluktuasi harian suhu maksimum maupun minimum dapat berpengaruh

lamngsung terhadap nilai amplitudo suhu harian. Seberapa besar pengaruh suhu

maksimum maupun minimum terhadap amplitudo suhu harian dapat ditentukan

melalui persamaan korelasi, dimana pada dua data suhu maksimum dan suhu

minimum masing-masing digunakan sebagai input atau variabel bebas (X) sedangkan

amplitudo suhu harian sebagai variabel terikat (Y). Adapun persamaan korelasi

adalah sebabai berikut :

Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan Agustus

-1,5

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

5 Tahunan 10 Tahunan

Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan Juli

-1,5

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

5 Tahunan 10 Tahunan

Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan September

-1,5

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

5 Tahunan 10 Tahunan

Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian BulanOktober

-1,5

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

5 Tahunan 10 Tahunan

Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan Nopember

-1,5

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

5 Tahunan 10 Tahunan

Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan Desember

-1,5

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

5 Tahunan 10 Tahunan

r = n ∑XY - ∑X∑Y

[n∑X2 – (∑X)

2]1/2

. [n∑Y2 – (∑Y)

2]

1/2

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang

13

Dimana r adalah nilai hubungan/ korelasi antara variabel X dan Y dan memiliki nilai

yang bervariasi -1 melalui 0 hingga +1. Bila r = 0 atau memdekati 0, maka hubungan

antara kedua variabel sangat lemah atau tidak terdapat hubungan sama sekali.

Sedangkan bila r = +1 atau mendekati 1 maka korelasi dikatakan positif atau

berbanding lurus, sedangkan bila r = -1 maka korelasi dikatakan negatif atau

berbanding terbalik.

Dengan menggunakan persamaan tersebut diatas, maka didapatkan harga korelasi

hubungan antara suhu udara maksimum terhadap nilai amplitudo suhu harian sebesar

0,91, sedangkan hubungan harga korelasi hubungan antara suhu udara minimum

terhadap nilai amplitudo suhu harian sebesar -0,84. Masing-masing kedua korelasi

tersebut ditampilkan dalam grafik di bawah ini :

Grafik 5. Grafik Hubungan Suhu – Amplitudo Suhu Udara

Grafik Hubungan Suhu Maksimum - Amplitudo Harian

R2 = 0,8273

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

14,0

16,0

30,0 30,5 31,0 31,5 32,0 32,5 33,0 33,5 34,0 34,5 35,0

Grafik Hubungan Suhu Minimum - Amplitudo Harian

R2 = 0,7785

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

14,0

16,0

20,0 20,5 21,0 21,5 22,0 22,5 23,0 23,5 24,0

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang

14

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Data Historis

Dari data historis suhu udara maksimum dan minimum periode tahun 1977 sampai

dengan Bulan Juni 2006, dari masing-masing data tercatat beberapa kejadian ekstrim

yaitu suhu maksimum dan minimum absolut sebagai berikut :

Tabel 1. Kejadian Suhu Udara Absolut

Suhu Udara Maksimum Suhu Udara Minimum

Waktu Kejadian Suhu Terbaca Waktu Kejadian Suhu Terbaca

16 Januari 1998 36,4 ºC 19 Januari 1983 19,7 ºC

01 Februari 1997 36,0 ºC 07 Februari 1985 19,4 ºC

20 Maret 2004 36,4 ºC 29 Maret 1984 19,3 ºC

25 April 2003 36,6 ºC 08 April 1982 20,6 ºC

24 Mei 1998 36,3 ºC 24 Mei 2004 17,9 ºC

28 Juni 2005 37,3 ºC 28 Juni 1985 17,9 ºC

16 Juli 1998 36,5 ºC 27 Juli 1994 15,6 ºC

16 Agustus 1997 40,6 ºC 25 Agustus 1982 16,7 ºC

29 September 2004 38,0 ºC 13 September 1991 16,2 ºC

10 Oktober 2004 38,2 ºC 03 Oktober 1989 15,8 ºC

12 Nopember 2001 39,9 ºC 24 Nopember 2003 19,0 ºC

03 Desember 1979 38,2 ºC 19 Desember1988 20,6 ºC

Dari tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa harga absolut yang pernah terjadi pada

suhu maksimum adalah sebesar 40,6 ºC yang terjadi pada tanggal 16 Agustus 1997

dan suhu minimum sabesar 15,6 ºC yang terjadi pada tanggal 27 Juli 1994.

Sedangkan kejadian amplitudo harian suhu udara tertinggi dan terendah yang pernah

terjadi adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Kejadian Amplitudo Suhu Udara Harian

Tertinggi Terendah

Waktu Kejadian Amplitudo Waktu Kejadian Amplitudo

19 Januari 1983 13,7 ºC 08 Januari 1999 1,6 ºC

07 Februari 1985 14,5 ºC 01 Februari 1997 0,6 ºC

20 Maret 2004 13,4 ºC 02 Maret 1982 1,6 ºC

25 April 2003 14,8 ºC 24 April 2003 2,0 ºC

24 Mei 2004 17,1 ºC 13 Mei 2005 2,0 ºC

28 Juni 2005 15,9 ºC 13 Juni 2002 1,3 ºC

10 Juli 1997 17,7 ºC 01 Juli 1994 2,3 ºC

16 Agustus 1997 21,3 ºC 05 Agustus 1995 2,2 ºC

13 September 1991 19,0 ºC 12 September 1988 3,9 ºC

10 Oktober 1979 18,5 ºC 30 Oktober 1999 2,4 ºC

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang

15

15 Nopember 1982 17,7 ºC 12 Nopember 1984 2,8 ºC

03 Desember 1979 15,1 ºC 14 Desember 2003 2,0 ºC

Sama seperti halnya kejadian suhu maksimum dan minimum absolut yang pernah

terjadi, maka kejadian absolut dari amplitudo suhu harian maksimum terjadi pada

tanggal 16 Agustus 1997 sebesar 21,3 ºC dan minimum terjadi pada tanggal 1

Februari 1997 sebesar 0,6 ºC. Dari catatan kejadian yang ada, maka dapat dilihat

bahwa baik kejadian absolut maksimum dan minimum nilai suhu udara maupun

amplitudo suhu harian semuanya terjadi pada tahun 1997 dimana bersamaan dengan

terjadinya fenomena El~Nino yang cukup kuat berlangsung.

Dari hasil analisa data pada Grafik 1. Grafik Anomali Suhu Udara Maksimum dan

Minimum Bulanan, terlihat bahwa baik suhu udara maksimum maupun minimum

mulai menunjukan polayang beriringan dan berada di sekitar harga normalnya,

namun sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2000 pola kedua grafik tersebut

menunjukkan pola peningkatan secara berkala khususnya untuk suhu udara

maksimum yang di mulai dari Bulan September sampai dengan Nopember. Hal ini

memberikan gambaran bahwa selama periode musim kemarau berlangsung

khususnya pada puncak musim tersebut pada Bulan Agustus sampai dengan Oktober

telah terjadi kenaikan suhu udara maksimum yang cukup jelas. Sedangkan untuk

suhu minimum terjadi kenaikan yang hampir merata untuk setiap bulannya, hal

tersebut di gambarkan pada grafik di bawah ini :

Grafik 6. Perbandingan Rata-Rata Suhu Udara

Periode Tahun 1977-1999 dan Tahun 2000-2006

Perbandingan Rata-Rata Suhu Udara Maksimum

30,0

32,0

34,0

36,0

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

77-99 00-06

Perbandinga Rata-Rata Suhu Udara Minimum

20,0

22,0

24,0

26,0

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

77-99 00-06

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang

16

B. Data Rata-Rata Bergerak

1. Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan

a. Suhu udara maksimum

Dari hasil analisa data pada Grafik 2. Grafik Anomali Suhu Udara

Bulanan MV 5 tahunan, dapat diketahui bahwa Suhu udara maksimum

khusus pada Bulan Januari sampai dengan Bulan Juli mulai mengalami

kenaikan atau anomali positif sejak memasuki periode tahun 1994-1998

dan 1995-1999, sedangkan pada Bulan Agustus dan Bulan September

kecenderungan kenaikan terjadi pada periode tahun 1996-2000,

sedangkan pada Bulan Oktober sampai dengan Bulan Desember

sebaliknya mengalami penurunan pada periode tahun 1993-1997 dan

seterusnya.

b. Suhu udara minimum

Dari hasil analisa pada grafik yang sama di atas, pola suhu udara

minimum dengan menggunakan perhitungan rata-rata bergerak 5 tahunan

ini menunjukan bahwa seperti halnya suhu udara maksimum, pola suhu

udara minimum mulai menunjukan peningkatan secara hampir merata

pada setiap bulannya sejak periode tahun 1992-1996 dan 1993-1997.

Grafik dibawah ini memberikan gambaran tentang perbandingan rata-rata

bergerak 5 tahunan pada periode 1977-1994 dan 1994-2006

Grafik 7. Perbandingan Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara

Periode Tahun 1977-1994 dan Tahun 1994-2006

Grafik Perbandingan Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Maksimum

-0,50

-0,25

0,00

0,25

0,50

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

77-94 94-06

Grafik Perbandingan Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Minimum

-0,80

-0,40

0,00

0,40

0,80

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

77-94 94-06

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang

17

2. Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan

a. Suhu udara maksimum

Dari hasil analisa data pada Grafik 3. Grafik Anomali Suhu Udara

Bulanan MV 10 tahunan, dapat diketahui bahwa Suhu udara maksimum

khusus pada Bulan Januari sampai dengan Bulan Agustus mulai

mengalami kenaikan atau anomali positif sejak memasuki periode tahun

1989-1998, sedangkan pada Bulan September sampai dengan Bulan

Desember kecenderungan kenaikan terjadi terjadi lebih cepat, yaitu pada

periode tahun 1986-1997.

b. Suhu udara minimum

Dari hasil analisa pada grafik yang sama di atas, pola suhu udara

minimum dengan menggunakan perhitungan rata-rata bergerak 10

tahunan ini menunjukan bahwa seperti halnya suhu udara maksimum,

yaitu pola suhu udara minimum pada Bulan Januari sampai dengan Bulan

Agustus, Nopember dan Desember mulai mengalami kenaikan atau

anomali positif sejak memasuki periode tahun 1988-1997, sedangkan

untuk Bulan September dan Oktober kenaikan suhu udara baru sejak

tahun 1990 dan meningkat drastis sampai dengan tahun 2005. Grafik

dibawah ini memberikan gambaran tentang perbandingan rata-rata

bergerak 10 tahunan pada periode 1977-1997 dan 1997-2006

Grafik 8. Perbandingan Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara

Periode Tahun 1977-1997 dan Tahun 1997-2006

Grafik Perbandingan Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Maksimum

-0,5

-0,25

0

0,25

0,5

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

77-97 97-06

Grafik Perbandingan Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Minimum

-0,8

-0,4

0

0,4

0,8

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

77-97 97-06

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang

18

C. Amplitudo Suhu Harian

Berdasarkan hasil analisa pada Grafik 4. Grafik Anomali Amplitudo Suhu Udara

Bulanan MV 5-10 tahunan, maka dapat terlihat bahwa secara umum baik dengan

menggunakan perhitungan rata-rata bergerak 5 tahunan maupun 10 tahunan

amplitudo suhu harian di Banjarbaru setiap bulannya pada periode 20 tahun pertama

atau selama periode tahun 1977-1996 berada diatas harga normalnya atau memiliki

nilai anomali positif, sedsangkan pada periode 10 tahun terakhir atau selama periode

tahun 1997 sampai dengan tahun 2006 (Bulan Juni) mengalami penurunan terutama

pada Bulan Oktober sampai dengan Bulan Desember. Grafik dibawah ini

memberikan gambaran tentang perbandingan rata-rata bergerak 5 dan 10 tahunan

Amplutudo Suhu Harian pada periode 1977-1996 dan 1997-2006

Grafik 9. Perbandingan Rata-Rata Bergerak 5 dan 10 Tahunan Amplitudo

Suhu Udara Harian Periode Tahun 1977-1996 dan Tahun 1997-2006

Grafik Perbandingan Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Maksimum

-0,75

-0,25

0,25

0,75

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

77-97 97-06

Grafik Perbandingan Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Minimum

-0,75

-0,25

0,25

0,75

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

77-97 97-06

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang

19

BAB V

KESIMPULAN

Dari hasil analisa data dan pembahasannya mengenai suhu udara maksimum dan minimum

serta amplitudo suhu udara harian di Stasiun Klimatolohi Banjarbaru, maka dapat diambil

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

A. Sepanjang periode sejak tahun 1977 sampai denga Bulan Juni 2005 baik suhu udara

maksimum dan minimum mengalami kecenderungan untuk meningkat terutama

sejak 10 tahun terakhir sejak terjadinya fenomena El~Nino pada tahun 1997, hal ini

dapat disebabkan oleh adanya dampak pemanasan global yang juga dirasakan

diseluruh dunia maupun dalam skala lokal yang diakibatkan oleh adanya eksploitasi

suber daya alam di wilayah Kalimantan Selatan seperti penabangan hutan maupun

kegiatan pertambangan batu bara.

B. Berbeda dengan gambaran yang diberikan oleh data suhu udara, amplitudo suhu

harian sejak 10 tahun teakhir mengalami kecenderungan menurunan. Bila amplitudo

suhu harian merupakan nilai perbedaan yang diberikan antara suhu maksimum dan

suhu minimum, maka variasi nilai dari amplitudo suhu harian berbading lurus

dengan suhu udara maksimum dan berbanding terbalik dengan suhu udara minimum.

C. Hubungan antara suhu udara maksimum dengan amplitudo suhu harian memiliki

korelasi sebesar 0,91 dan sedangkan antara suhu udara minimum dengan amplitudo

suhu harian memiliki korelasi sebesar -0,84. Artinya bahwa baik suhu udara

maksimum maupun minimum sama-sama memiliki pengaruh yang hampir sama

terhadap harga amplitudo suhu harian, namun bila dihubungan dengan data yang

adaakan tampak bahwa terjadinya penurunan suhu udara minimum lebih

berpengaruh terhadap perubahan yang dialami oleh amplitudo suhu udara harian.

Hal tersebut dapat disebabkan oleh lebih tingginya suhu tanah akibat diterimanya

radiasi matahari dibandingkan dengan suhu udara permukaan, yang dalam kondisi ini

dapat menyebabkan terjadinya pengembunan (frosty).