BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam sebagai agama wahyu merupakan sumber pedoman hidup bagi seluruh umat manusia. Oleh karena itu, seluruh aktivitas yang dilakukan dalam bidang ekonomi Islam menggunakan metode pendekatan sistem nilai sebagaimana yang tercantum dalam sumber-sumber hukum Islam, yang berupa Al-qur’an, Sunnah, Ijma’ dan Ijtihad. Karekteristik utama dari sistem ekonomi Islam adalah penggunaan konsep segitiga (triangle concept) yang memiliki tiga elemen dasar, yaitu Allah SWT., manusia, dan alam. Dalam melaksanakan segala aktivitas ekonomi, manusia akan selalu berhubungan dengan manusia lainnya (hablum minannas). Elemen alam pada konsep segitiga dimaksudkan sebagai wahana atau tempat yang mampu memberikan dan mencukupi kebutuhan seluruh makhluk hidup, khususnya umat manusia. 1 Dalam konteks ekonomi, sebagian kelompok masyarakat kerap memiliki tingkat pendapatan yang tinggi, pendapatan tersebut tidak sepenuhnya digunakan untuk aktivitas konsumsi. Bahkan, dalam level tertentu ketika masyarakat memiliki pendapatan yang sangat tinggi, kecenderungan untuk menggunakan pendapatannya untuk konsumsi akan semakin menurun. Kelebihan pendapatan tersebut akan dialokasikan untuk ditabung atau diinvestasikan pada berbagai portofolio investasi. Dalam kondisi tertentu, ketika perusahaan akan melakukan ekspansi atau menambah skala produksi atau juga mengembangkan bisnisnya menjadi lebih besar, kerap membutuhkan dana tambahan untuk modal kerja. Kebutuhan perusahaan terhadap dana untuk mengembangkan bisnisnya akan mengantarkan perusahaan di pasar keuangan dan pasar modal. Dalam hal inilah terjadi interaksi antara penawaran dan permintaan terhadap modal atau 1 Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah dan Praktik Pasar Modal Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm. 143.
11
Embed
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.stainkudus.ac.id/205/4/4. BAB I.pdf · sukuk korporasi yang beredar sebesar 9,14% dari total jumlah penerbitan sukuk dan obligasi, dengan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagai agama wahyu merupakan sumber pedoman hidup bagi
seluruh umat manusia. Oleh karena itu, seluruh aktivitas yang dilakukan
dalam bidang ekonomi Islam menggunakan metode pendekatan sistem nilai
sebagaimana yang tercantum dalam sumber-sumber hukum Islam, yang
berupa Al-qur’an, Sunnah, Ijma’ dan Ijtihad.
Karekteristik utama dari sistem ekonomi Islam adalah penggunaan
konsep segitiga (triangle concept) yang memiliki tiga elemen dasar, yaitu
Allah SWT., manusia, dan alam. Dalam melaksanakan segala aktivitas
ekonomi, manusia akan selalu berhubungan dengan manusia lainnya (hablum
minannas). Elemen alam pada konsep segitiga dimaksudkan sebagai wahana
atau tempat yang mampu memberikan dan mencukupi kebutuhan seluruh
makhluk hidup, khususnya umat manusia.1
Dalam konteks ekonomi, sebagian kelompok masyarakat kerap
memiliki tingkat pendapatan yang tinggi, pendapatan tersebut tidak
sepenuhnya digunakan untuk aktivitas konsumsi. Bahkan, dalam level tertentu
ketika masyarakat memiliki pendapatan yang sangat tinggi, kecenderungan
untuk menggunakan pendapatannya untuk konsumsi akan semakin menurun.
Kelebihan pendapatan tersebut akan dialokasikan untuk ditabung atau
diinvestasikan pada berbagai portofolio investasi.
Dalam kondisi tertentu, ketika perusahaan akan melakukan ekspansi
atau menambah skala produksi atau juga mengembangkan bisnisnya menjadi
lebih besar, kerap membutuhkan dana tambahan untuk modal kerja.
Kebutuhan perusahaan terhadap dana untuk mengembangkan bisnisnya akan
mengantarkan perusahaan di pasar keuangan dan pasar modal. Dalam hal
inilah terjadi interaksi antara penawaran dan permintaan terhadap modal atau
1 Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah dan Praktik Pasar Modal Syariah, Pustaka Setia,
Bandung, 2013, hlm. 143.
2
dana dalam jangka panjang. Dari sinilah muncul institusi pasar modal dengan
berbagai varian produknya.2
Pasar modal merupakan tempat bertemunya para penjual dan pembeli
untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Penjual dalam
pasar modal adalah perusahaan yang membutuhkan modal (emiten) sehingga
mereka berusaha untuk menjual efek-efek di pasar modal. Adapun pembeli
(investor) adalah pihak yang ingin membeli modal di perusahaan yang
menurut pertimbangan mereka dinilai menguntungkan.
Bangkitnya ekonomi Islam di belahan dunia saat ini menjadi fenomena
yang menarik dan menggembirakan bagi umat Islam pada khususnya, serta
umat-umat lainnya yang turut merasakan kemaslahatan dari hasil
penerapannya. Praktek ekonomi konvensional, terutama melalui kegiatan di
pasar modal yang mengandung unsur spekulasi (gharar) dan menjadikan
sistem riba sebagai landasan operasionalnya, ternyata telah menjadi hambatan
psikologis bagi umat Islam. Pesatnya perkembangan ekonomi syariah
menuntut adanya instrumen keuangan sebagai sarana pendukung. Keberadaan
pasar modal syariah diharapkan akan menjadi alternatif berinvestasi secara
halal melalui pembiayaan usaha di sektor riil.3
Timbulnya kegiatan investasi yang didasarkan pada prinsip-prinsip
syariah merupakan suatu langkah maju bagi industri jasa keuangan di
Indonesia. Kecenderungan ke arah ini dapat diterima mengingat mayoritas
penduduk Indonesia beragama Islam. Kegiatan investasi yang bernafaskan
Islam ini akan menarik terutama karena memberi keyakinan bahwa kegiatan
investasi juga merupakan sebentuk kegiatan ibadah muamalah dalam Islam.4
Kegiatan investasi tidak hanya sebatas bagaimana memperoleh
keuntungan maksimal. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan,
mengingat mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam yang secara
2 M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoretis Praktik,
Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm. 343. 3 Burhanuddin Susanto, Pasar Modal Syariah (Tinjauan Hukum), UII Press, Jakarta,
2008, hlm. 1. 4 Iggi H. Achsien, Investasi di Pasar Modal Menggagas Konsep dan Praktek Manajemen
Porotofolio Syariah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hlm. xv.
3
tak langsung menuntut adanya kegiatan muamalah yang berlandaskan syariah
juga. Sehingga tak hanya hubungan vertikal dengan Allah saja yang terjaga
baik, namun juga hubungan horizontal dengan dunianya tetap menjaga kaidah-
kaidah Islam.
Pada umumnya, investasi dapat diwujudkan ke dalam dua bentuk.
Pertama, investasi aset riil (real assets investment), yaitu investasi melalui
kepemilikan suatu benda. Misalnya emas, tanah pekarangan dan rumah.
Kedua, investasi aset finansial (financial assets investment) yaitu investasi
yang dilakukan melalui lembaga keuangan tertentu, seperti halnya pasar
modal syariah.5 Dalam penelitian ini, yang menjadi fokus penelitian adalah
bentuk investasi aset finansial di pasar mosal.
Negara yang pertama kali memperkenalkan penerapan prinsip syariah
di bidang pasar modal adalah Jordan dan Pakistan. Pemerintah Pakistan pada
tahun 1980 telah menerbitkan The madarabas Company dan Madarabas
Ordinance. Sedangkan pada tahun 1978, pemerintah Jordan melalui Law No.
13 Tahun 1978 mengijinkan Jordan Islamic Bank untuk menerbitkan
Muqaradah Bond.
Di Indonesia secara hisotris keberadaan pasar modal syariah dimulai
dan diperkenalkan pada pertengahan tahun 1997 melalui instrumen reksadana
syariah. Berkat adanya kerja sama antara PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan
PT Danareksa Investment Management (DIM) pada bulan Juli 2000 berhasil
dibentuk Jakarta Islamic Index (JII). Kemudian pembentukan ini diikuti
dengan peluncuran obligasi syariah mudharabah oleh PT Indosat di
penghujung tahun 2002. Namun secara resmi, peluncuran pasar modal syariah
di Indonesia terjadi pada tanggal 14 dan 15 maret 2003.6
Pasar modal di Indonesia lebih dikenal dengan bursa efek, yaitu
bernama Bursa Efek Indonesia (BEI). Pasar modal ini telah menyediakan
berbagai pilihan instrumen investasi bagi masyarakat yang hendak
berinvestasi syariah. Namun kurangnya pengetahuan masyarakat akan pasar
5 Burhanuddin Susanto, Op. Cit., hlm. 44.
6 Ibid., hlm. 11.
4
modal syariah, menyebabkan adanya anggapan tidak ada perbedaan di antara
keduanya.
Secara sosiologis, perkembangan pasar keuangan syariah di Indoensia
nampaknya lebih didorong oleh proses pematangan atau pendewasaan
keberagamaan masyarakat muslim Indonesia, daripada karena faktor jumlah
umat Islam yang berada di negeri ini. Jika dibandingkan dengan Malasyia,
walaupun jumlah umat Islam di sana jauh lebih kecil dibandingkan Indonesia,
ternyata pasar keuangan syariah mereka telah tumbuh lebih dulu dibandingkan
dengan pasar keuangan di Indonesia. Yang dimaksud dengan proses
pendewasaan keberagamaan di sini adalah proses peningkatan keberagamaan
dari keberagamaan ubudiyah ke keberagamaan muamalah. Dalam bahasa
yang lebih umum, dari keberagamaan legal-formal menuju keberagamaan
social-esensial. Dalam konteks ekonomi bisnis, keberagamaan sosial ditandai
dengan kehausan akan praktik-praktik ekonomi bisnis yang lebih sesuai
dengan nilai-nilai kemanusiaan, lebih dekat dengan suara hati nurani mereka.7
Banyaknya muslim yang terdapat di suatu negara tak bisa menentukan
seberapa jauh hukum-hukum syariah yang diterapkan di sana. Namun, melihat
negara-negara lain non-Islam yang juga tertarik mengembangkan pasar modal
syariah, ini membuktikan bahwa investasi di pasar modal syariah bukan hanya
sekedar untuk taat pada perintah agama untuk ber-muamalah secara Islam,
namun juga beberapa pertimbangan yang lebih baik daripada investasi di pasar
modal konvensional.
Menurut Direktur Pengembangan BEI Nicky Hogan, PT Bursa Efek
Indonesia (BEI) mencatat jumlah investor di pasar modal syariah sampai saat
ini sebanyak 3.400 orang, naik sekitar 1.400 dari 6 bulan sebelumnya yang
berjumlah 2.000 orang. Hanya dalam waktu enam bulan, jumlah investor
syariah meningkat 70%. Kendati demikian, jumlah tersebut masih kecil jika
dibanding dengan jumlah investor pasar modal yang sebanyak 400.000 orang.
BEI optimistis saham syariah akan diminati di Indonesia. Karena Pasar modal
syariah tidak hanya berkembang di daerah atau negara yang mayoritas
7 Iggi H. Achsien, Op. Cit., hlm. xx.
5
muslim. Faktanya, di Inggris lebih besar perkembangan pasar modal
syariahnya.8
Perkembangan pasar modal syariah hingga akhir 2014 belum mencapai
porsi yang cukup signifikan di industri pasar modal. Nilai produk syariah
seperti sukuk dan reksa dana syariah yang beredar masing-masing masih di
bawah 5% dibandingkan dengan total produk (syariah dan konvensional) yang
beredar, sedangkan saham syariah telah mencapai lebih dari 50% dari seluruh
saham yang dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Oleh karena itu,
pertumbuhan produk syariah perlu ditingkatkan baik melalui peningkatan nilai
maupun variasi jenis produk.
Berikut adalah Jumlah dan Nilai Efek Syariah per akhir Desember
2014.9
Gambar 1.1 Jumlah dan Nilai Efek Syariah Per Akhir Desember 2014
8 Yanuar Riezqi Yovand, (2015), Investor Pasar Modal Syariah Naik 1.400 Orang dalam
Enam Bulan, (online), tersedia: http://ekbis.sindonews.com/read/1050724/32/investor-pasar-
modal-syariah-naik-1-400-orang-dalam-enam-bulan-1444102783 (19 Oktober 2015) 9 Otoritas Jasa Keuangan, Roadmap Pasar Modal Syariah 2015-2019 (E-book),
Direktorat Pasar Modal Syariah Otoritas Jasa Keuangan, hlm. 27.