BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Qira’at merupakan salah satu cabang ilmu dalam „Ulumul Qur‟an, namun tidak banyak orang yang tertarik kepadanya, kecuali orang-orang tertentu saja, biasanya kalangan akademik. Banyak faktor yang menyebabkan hal itu, diantaranya adalah ilmu ini tidak berhubungan langsung dengan kehidupan dan muamalah manusia sehari-hari, tidak seperti ilmu fiqih, hadis, dan tafsir misalnya, yang dapat dikatakan berhubungan langsung dengan kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan ilmu Qira’at tidak mempelajari masalah-masalah yang berkaitan secara langsung dengan halal-haram atau hukum-hukum tertentu dalam kehidupan manusia. Selain itu, ilmu Qira’at juga cukup rumit untuk dipelajari. Banyak hal yang harus diketahui oleh peminat ilmu Qira’at ini, yang terpenting adalah pengenalan al-Qur‟an secara mendalam dalam banyak seginya. 1 Qira’at atau macam-macam bacaan al-Qur‟an telah mantap pada masa Rasulullah saw., dan beliau mengajarkan kepada sahabat sebagaimana beliau menerima bacaan itu dari Jibril AS. Sehingga muncul beberapa sahabat yang ahli bacaan al-Qur‟an seperti: Ubay bin Kaab, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, Ibnu 1 (online) (http://www.slideshare.net/MythaChan/qiraat-sabah, di akses 21 oktober 2015 1
56
Embed
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangdigilib.iainkendari.ac.id/199/2/BABI - BAB III.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Qira’at merupakan salah satu cabang ilmu dalam „Ulumul
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Qira’at merupakan salah satu cabang ilmu dalam „Ulumul Qur‟an, namun
tidak banyak orang yang tertarik kepadanya, kecuali orang-orang tertentu saja,
biasanya kalangan akademik. Banyak faktor yang menyebabkan hal itu, diantaranya
adalah ilmu ini tidak berhubungan langsung dengan kehidupan dan muamalah
manusia sehari-hari, tidak seperti ilmu fiqih, hadis, dan tafsir misalnya, yang dapat
dikatakan berhubungan langsung dengan kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan
ilmu Qira’at tidak mempelajari masalah-masalah yang berkaitan secara langsung
dengan halal-haram atau hukum-hukum tertentu dalam kehidupan manusia. Selain
itu, ilmu Qira’at juga cukup rumit untuk dipelajari. Banyak hal yang harus diketahui
oleh peminat ilmu Qira’at ini, yang terpenting adalah pengenalan al-Qur‟an secara
mendalam dalam banyak seginya.1
Qira’at atau macam-macam bacaan al-Qur‟an telah mantap pada masa
Rasulullah saw., dan beliau mengajarkan kepada sahabat sebagaimana beliau
menerima bacaan itu dari Jibril AS. Sehingga muncul beberapa sahabat yang ahli
bacaan al-Qur‟an seperti: Ubay bin Kaab, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, Ibnu
1(online) (http://www.slideshare.net/MythaChan/qiraat-sabah, di akses 21 oktober 2015
عت هشام بن حكيم بن حزام ي قرأ حديث عمر بن الطاب رضي اهلل عنه، قال: سسورة الفرقان على غي ما أق رؤها، وكان رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم أق رأنيها، وكدت أن
ه حت انصرف، ث لببته بردائه فجئت به رسول اهلل صلى اهلل عليه أعجل عليه، ث أمهلت عت هذا ي قرأ على غي ما أق رأتنيها؛ ف قال ل: أرسله ث قال له: اق رأ وسلم، ف قلت إني س
رأ ف قرأت، ف قال: هكذا أنزلت، إن القرآن أنزل على ف قرأ، قال: هكذا أنزل ت ث قال ل: اق ر منه عة أحرف فاق رءوا ما ت يس سب
Artinya:
“Umar bin Al-khatthab r.a. berkata: Saya mendengar Hisyam bin Hakiem bin
Hizaam membaca surat al-furqon lain dengan yang saya baca. Sedang aku telah
diajari oleh Rasulullah saw., bacaan itu, hampir saya keburu menegurnya, tetapi
saya sabarkan hingga selesai lalu saya kalungkan serban di lehernya dan saya
bawa kepada Nabi saw., kemudian saya katakan kepada Nabi saw.,: Saya telah
mendengar orang ini membaca bacaan lain dari yang engkau ajarkan kepadaku.
Nabi saw., bersabda: Lepaskan, lalu Nabi saw., menyuruh Hisyam: Bacalah,
lalu dibaca oleh Hisyam sebagaimana yang saya dengar itu, tiba-tiba Nabi saw.,
bersabda: Begitulah diturunkan. Lalu Nabi saw., berkata kepadaku: Bacalah,
lalu ku baca. Nabi saw., berkata: Begitulah diturunkan, sesungguhnya al-Qur'an
ini diturunkan dengan tujuh huruf, maka bacalah mana yang ringan untukmu”.44
Terkait hal ini, Majelis Ulama Indonesia pernah mengeluarkan fatwa pada
tanggal 2 Maret 1983 yang berisi: Qira’at tujuh adalah sebagian dari ulumul Qur‟an
yang wajib dikembangkan dan dipertahankan eksistensinya; Pembacaan Qira’at tujuh
dilakukan pada tempat-tempat yang wajar oleh pembaca yang berijazah. Antara
Qira’at yang satu dengan yang lain, tidak ada yang lebih unggul dan tidak ada yang
lebih rendah, semua sejajar lantaran semuanya bermuara ke para sahabat hingga ke
Rasulullah saw. Hikmah Qira’at tujuh antara lain: Menunjukkan terpeliharanya al-
44
M. Fuad Abdul Baqi, Mutiara Hadits Sahih Bukhari Muslim, cet. IV;(Jakarta Timur,
Ummul Qura, 2013) h.377 (hadits ke-468)
36
Qur‟an dari perubahan dan penyimpangan, Meringankan dan memudahkan umat
Islam untuk membaca al-Qur‟an, Bukti kemukjizatan al-Qur‟an dari segi kepadatan
makna (ijaz), Saling menjelaskan perkara yang global diantara Qira’at. Oleh karena
itu, salah satu kaidah penafsiran adalah dengan mengkaji ilmu Qira’at untuk
memperoleh makna dari suatu ayat. Perbedaan yang ada dalam Qira’at sama sekali
tidak merubah makna, hanya sebatas sinonim. Dalam istilah para ulama‟: al-ikhtilaf fi
al-Qira-at, ikhtilaf at-taraduf wa la at-tadladud. Misalnya perbedaan antara:
yakhda’un dengan yukhadi’un, maaliki dengan maliki, fatabayyanu dengan
fatatsabbatu dst.45
Ilmu Qira’at semakin banyak diminati untuk dipelajari oleh masyarakat
indonesia setelah pada tahun 2001 Menteri Agama Indonesia Prof. Dr. Said Aqil Al-
Munawwar membuat satu kebijakan yang baik dan strategis untuk memasyarakatkan
ilmu Qira’at dengan mengeluarkan SK yang mengikut sertakan cabang Qira’at
dalam MTQ dan STQ di Indonesia. Maka pada STQN 2002 di Mataram cabang ini
sudah mulai di lombakan dan terus berjalan sampai sekarang.
8. Hikmah Diturunkannya Al-Quran dengan Tujuh Huruf
Hikmah diturunkannya al-Qur‟an yaitu meringankan dan memudahkan
kepada umat Muhammad, karena bangsa Arab yang di turunkan al-Qur‟an oleh Allah
swt., lisan mereka berbeda-beda, dan dialek mereka juga berbeda-beda, maka jika
Allah swt., membebani mereka dengan dialek yang berbeda dan berpindah pada
lainnya pasti hal itu berat bagi mereka, dan tentu termasuk pembebanan hal yang tak
45 (online)https://evaluasikkpi.wordpress.com/sejarah-bacaan-7-imam-al-quran/, di akses 20-
diterapkan dalam pembelajaran Qira’at Sab’ah contohnya metode jibril, metode
talaqqi/sorogan dan metode mudzakkaroh.
1. Metode Jibril
Secara terminologi (istilah) metode jibril yang digunakan sebagai nama dari
metode pembelajaran al-Qur‟an adalah dilatarbelakangi perintah Allah swt., kepada
Nabi Muhammad saw., untuk mengikuti bacaan al-Qur‟an yang telah dibacakan oleh
malaikat jibril sebagai penyampai wahyu. Sebagaimana yang tersebut dalam (QS. Al-
Qiyamah/75: 18).
Terjemahnya:
“Apabila kami telah selesai membacakannya. Maka ikutilah bacaannya itu.
(QS. Al-Qiyamah/75: 18)47
Berdasarkan ayat ini, maka intisari teknik dari metode jibril adalah talqin-
taqlid (menirukan), yaitu santri menirukan bacaan gurunya. Dengan demikian,
metode jibril bersifat teacher-centris, dimana posisi guru sebagai sumber belajar atau
pusat informasi dalam proses pembelajaran.48
Menurut KH. M. Basori Alwi, sebagai pencetus metode jibril, bahwa teknik
dasar metode jibril bermula dengan membaca satu ayat atau waqaf, lalu ditirukan
oleh seluruh orang yang mengaji. Guru membaca satu-dua kali lagi, yang masing-
masing ditirukan oleh orang-orang yang mengaji. Kemudian guru membaca ayat atau
47
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahan, op, cit., h. 577 48
HR. Taufiqurrochman, Metode Jibril, (Malang: IKAPIQ Malang, 2005), h. 11
39
lanjutan ayat berikutnya dan ditirukan kembali oleh semua yang hadir. Begitulah
seterusnya, sehingga mereka dapat menirukan bacaan guru dengan pas.49
Adapun kelebihan-kelebihan dari metode jibril antara lain:
a) Metode jibril mempunyai landasan teoritis yang ilmiah berdasarkan wahyu dan
landasan sesuai dengan teori-teori metodologi pembelajaran. Dengan demikian
metode jibril selain menjadi salah satu khasanah ilmu pengetahuan juga bisa
menjadi objek penelitian bagi para peneliti dan para guru untuk dikembangkan.50
b) Metode jibril bersifat fleksibel, kondisional dan mudah diterapkan oleh guru
sesuai dengan potensi yang ada, setuasi dan kondisi pembelajaran.
c) Metode jibril, kendati pendekatan yang digunakan bersifat teacher-centris akan
tetapi dalam proses pembelajaranya metode jibril selalu menekankan sifat pro
aktif dari santri
d) Metode jibril dapat diterapkan untuk semua kalangan baik anak-anak, pemuda
maupun kalangan orang tua.
Sedangkan kekurangan atau kelemahan dari metode jibril adalah sebagai berikut:
a) Guru tidak memiliki syahadah (ijazah) dari PIQ yang menyatakan ia lulus dan
berhak untuk mengajarkan al-Qur‟an dengan metode jibril. Dengan demikian,
skill guru dalam hal Tartil dan Tajwid kurang memadai.51
b) Guru kurang memahami peserta didiknya terutama ilmu jiwa anak sehingga
proses pembelajaran berjalan kaku dan membosankan.
49
Ibid, h. 12 50
Choiruddin, Penerapan Metode Jibril dalam Pembelajaran al-Qur’an di Pesantren Ilmu al-
Qur’an(PIQ) Singhosari Malang,Skripsi tidak diterbitkan, (Malang: UIN Maliki,2007), h.73 51 Ibid, h. 74
40
c) Santri tidak diuji sebelum mengikuti pembelajaran Qira’at Sab’ah atau tidak ada
penyaringan yang ketat sehingga kemampuan para santri dalam satu kelas tidak
sama. Ada santri yang terlalu pandai dan ada santri yang lemah dalam
pembelajaran.
d) Jumlah santri dalam satu kelas terlalu banyak.
e) Santri tidak memiliki kemampuan yang kuat untuk belajar, karena kurangnya
dukungan dan perhatian orang tua.
f) Waktu belajar yang sangat singkat, sehingga kurang optimal.
2. Metode Sorogan/Talaqqi
Sorogan artinya belajar individu dimana seorang santri berhadapan dengan
guru, terjadi saling mengenal antar keduanya.52
Diperjelas lagi oleh Wahyu Utomo,
metode sorogan adalah sebuah Sistem belajar dimana para santri maju satu persatu
untuk membaca dan menguraikan isi kitab di hadapan seorang guru atau kyai.
Inti dari metode sorogan adalah berlangsungnya proses belajar-mengajar
secara face to face, antara guru dan murid.
Metode ini sudah dipakai pada zaman Rasulullah saw., dan para sahabat.
Setiap kali Rasulullah saw., menerima wahyu yang berupa ayat-ayat al-Qur‟an, beliau
membacanya di depan para sahabat, kemudian para sahabat menghafalkan ayat-ayat
tersebut sampai hafal di luar kepala. Metode yang digunakan Nabi Muhammad saw.,
mengajar para sahabat tersebut, dikenal dengan metode belajar kuttab. Di samping
52
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), h. 150-151.
41
menyuruh menghafalkan, Nabi Muhammad saw., menyuruh kuttab (peneliti wahyu)
untuk menuliskan ayat-ayat yang baru diterimanya itu.53
Sebagaimana metode-metode lainnya, metode sorogan juga memiliki
kelebihan-kelebihan. Adapun kelebihan-kelebihan metode sorogan, antara lain:
a) Terjadi hubungan yang erat dan harmonis antar guru dengan murid.
b) Memungkinkan bagi seorang guru untuk mengawasi, menilai dan membimbing
secara maksimal kemampuan seorang murid.
c) Murid mendapatkan penjelasan yang pasti tanpa harus mereka-reka tentang
interpretasi suatu kitab karena berhadapan dengan guru secara langsung yang
memungkinkan terjadinya tanya jawab.
d) Guru dapat mengetahui secara pasti kualitas yang telah dicapai muridnya.
e) Santri yang IQ-nya tinggi akan cepat menyelesaikan pelajaran (kitab), sedang
yang IQ-nya rendah membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain kelebihan,
metode sorogan juga memiliki kelemahan atau kekurangan, di antaranya adalah
sebagai berikut:
1. Tidak efisien karena hanya menghadapi beberapa murid (tidak lebih dari 5
orang), sehingga kalau menghadapi murid yang banyak metode ini kurang
begitu tepat.
2. Membuat murid cepat bosan karena ini menuntut kesabaran, kerajinan,
ketaatan dan disiplin pribadi.
3. Murid kadang hanya menangkap kesan verbalisme semata terutama mereka
yang tidak mengerti terjemahan dari bahasa tertentu
53
Amanah, Pengantar Ilmu al-Qur’an & Tafsir, (Semarang: As-Syifa,1991), h. 104.
42
3. Metode Mudzakkaroh
Metode Mudzakkaroh adalah metode yang digunakan dalam proses belajar
mengajar (PBM) dengan jalan mengadakan suatu pertemuan ilmiah yang secara
khusus membahas masalah-masalah agama saja. Metode mudzakkaroh ini pada
umumnya banyak digunakan oleh Lembaga-lembaga pendidikan yang disebut
pesantren, khusus pesantren tradisional.
Di antara tujuan penggunaan metode ini adalah untuk melatih santri agar lebih
terlatih dalam memecahkan masalah-masalah yang berkembang dengan
menggunakan kitab-kitab klasik yang ada. Di samping untuk menguji keterampilan
mereka mengutip sumber-sumber argumentasi dari kitab-kitab Islam klasik.
10. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Bimbingan Qira’at Sab’ah
a. Faktor Pendukung
Bimbingan Qira’at Sab’ah merupakan suatu hal yang sangat penting dan
perlu dilakukan oleh seorang pembimbing agar ke depannya anaknya bisa menjadi
generasi yang saleh dan mampu dalam membaca al-Qur‟an. Dalam proses
bimbingan Qira’at Sab’ah tersebut maka yang menjadi objek terpenting adalah anak
remaja dimana anak-anak tersebut sedang dalam masa pertumbuhan menuju
kedewasaan.
Dalam proses bimbingan Qira’at Sab’ah tersebut banyak hal yang menjadi
faktor pendorong baik faktor itu berasal dari dalam diri anak tersebut maupun dari
luar lingkungannya. Faktor-faktor tersebut antara lain :
43
1) Orang tua
Orang tua adalah pembina pribadi yang utama dalam kehidupan anak.
Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur
pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam
pribadi anak yang sedang tumbuh.54
Berdasarkan kalimat tersebut maka dapat di
katakan bahwa jika orang tua anak tersebut baik maka akan menghasilkan anak yang
baik pula, begitupun sebaliknya. Agar tetap aktif dalam mengikuti setiap kegiatan
yang dilaksanakan dalam rangka Bimbingan al-Qur‟an maka orang tua sangat
diperlukan memberikan dorongan dalam mengikuti kegiatan pembinaan tersebut.
2) Motivasi Anak
Motivasi berasal dari kata motivation yang berarti alasan daya batin dan
dorongan. Adapula yang mengartikan bahwa motivasi berasal dari latar belakang
atau sebab-sebab yang mendorong individu melakukan aktivitas guna
pencapaian tujuan.
Berdasarkan hal tersebut, maka motivasi dapat dibagi berdasarkan sifatnya
yakni :
a) Motivasi instrinsik
Motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari diri sendiri, tidak
dipengaruhi oleh sesuatu di luar dirinya. Jadi tingkah laku yang dilakukan
seseorang disebabkan oleh kemauan sendiri, bukan dorongan dari luar.
54
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 71
44
b) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbulnya dalam diri seseorng
karena pengaruh dari rangsangan luar.55
3) Lingkungan Masyarakat
Masyarakat adalah pelaku atau faktor penting dalam pendidikan dan
merupakan lingkungan luas yang mempersentasika akidah, akhlak, serta nilai-nilai
dalam prinsip yang telah ditentukan karena manusia adalah makhluk sosial,
terpengaruh kepada orang lain dan mendapat pengaruh dari orang lain. 56
Tugas masyarakat juga terlihat dalam kebiasaan dan tradisi serta dalam
pemikiran berbagai peristiwa juga dalam kebudayaan secara umum serta dalam
pengarahan spiritual dan sebagainya. Lingkungan masyarakat yang baik
kemungkinan besar akan menghasilkan anak yang baik pula. Pada dasarnya
masyarakat harus mendidik anak dengan cara yang baik dan benar.
b. Faktor Penghambat
Dalam mencapai segala sesuatu pasti ada pendorong yang akan memudahkan
dalam menyelesaikan permasalahan yang ada, akan tetapi menghadapi tantangan
tersebut juga pasti ada hal-hal yang menjadi penghambat dalam menyelesaikan dan
mengatasi hal tersebut. Begitupun dengan bimbingan Qira’at tidak akan lepas dari
hal-hal yang menghambat tercapainya tujuan dalam bimbingan qira’at tersebut. Oleh
karena itu ada beberapa hal yang dapat menjadi penghambat dalam proses bimbingan
Qira’at yakni :
55
Max Darsono, Belajar dan Pembelajaran, (Semarang: IKIP Semarang Press,2000), h. 63 56
Muhammmad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, (Jakarta: A.H. Ba‟adillah
Press, 2002), h. 89.
45
1) Tingkat Pendidikan
Masyarakat yang berpendidikan tinggi akan selalu memperhatikan pendidikan
anaknya. pendidikan bukan lagi kebutuhan sekunder tetapi sudah menjadi kebutuhan
yang harus dipenuhi dalam keluarga.
Tingkat pendidikan yang rendah yang dimiliki orang tua dapat berakibat pada
rendahnya keinginan orang tua untuk memikirkan pendidikan anaknya, mereka
menganggap bahwa pendidikan sebagai hal yang biasa.
2) Tingkat Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi orang tua yang masih rendah dapat menjadi
penghambat bagi pendidikan karena orang tua lebih memikirkan biaya bagi
kebutuhan sehari-hari dibandingkan bagi pendidikan anak dikarenakan keterbatasan
penghasilan.
3) Tenaga Pengajar
Keberhasilan kegiatan belajar mengajar bimbingan Qira’at Sab’ah banyak
ditentukan oleh kuantitas dan kualitas guru mengajar. Maka bila bimbingan Qira’at
ingin sukses dan berhasil mencapai tujuannya, maka pengurus/pengelola harus
senantiasa mengusahakan agar jumlah guru mengajar memadai dengan jumlah santri
yaitu1 guru mengajar 5 santri. 57
Selain jumlah yang cukup, kualitas guru mengajar juga perlu mendapat
perhatian, untuk itu sangat diperlukan adanya persyaratan sebagai calon pengajar.
Oleh karena itu, maka untuk menyeleksi calon guru ada beberapa hal yang dijadikan
57
As‟ad Human, Budiyanto,Pedoman Pengelolaan Pembinaan dan Pengembangan TPA-TPQ
Nasional, (Yogyakarta: Lptq Nasional, 1995), h. 19
46
sebagai pertimbangan yakni :
a) Kefasihan membaca al-Qur‟an.
b) Penguasaan ilmu Tajwid dan adab-adab membaca al-Qur‟an.
c) Kepribadian dan kemampuan mengajar
d) Sifat kebapakan/keibuan.
e) Usia, tempat tinggal, dan sebagainya.58
11. Penelitian Yang Relevan.
Ada beberapa penelitian yang hampir serupa dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti yang menjadikan Strategi bimbingan Qira’at Sab’ah sebagai
subjek dalam melakukan penelitian. Diantara penelitian tersebut antara lain:
a) Penelitian yang dilakukan oleh saudara Romdloni dengan judul penelitian
Implementasi Metode Pembelajaran Qira’at Sab’ah Di Pondok Pesantren
Tahfizhul Qur‟an (Pptq) Raudhatus Shalihin Wetan Pasar Besar Malang59
Dalam penelitian yang dilakukan oleh saudara Romdloni, ini lebih
mengarahkan penelitian tentang pembelajaran Qira’at Sab’ah. Dan dari hasil
penelitiannya didapatkan bahwa para Ustadz/pengasuh pptq melakukan upaya
dalam peningkatan kualitas baca tulis al-Qur‟an dan Qira’at Sab’ah.
b) Penelitian yang dilakukan oleh saudari Shifa Noviga dengan judul penelitian
Efektifitas Metode Pengajaran “Qira’at Sab’ah” Di Lembaga bimbingan Ilmu
58
Ibid, h. 22 59
Romdloni, implementasi metode pembelajaran qira’th sab’ah di pondok pesantren
tahfizhul qur’an (pptq) raudhatus shalihin wetan pasar besar malang, (Malang: Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2010)
47
al-Qur‟an Provinsi DKI Jakarta . 60
Dalam penelitian yang dilakukan oleh saudari Shifa Noviga, penelitian ini
lebih mengarahkan penelitiannya kepada Efektifitas Metode Pengajaran Qira’at
Sab’ah. Dan dari hasil penelitiannya didapatkan bahwa pembelajaran Qira’at Sab’ah
berjalan sangat efektif terutama terhadap kemajuan dalam membaca al-Qur‟an.
Kemudian dari hasil penelitiannya, didapatkan bahwa Lembaga bimbingan
Ilmu al-Qur‟an tempat saudari Shifa Noviga melakukan penelitian, memiliki peran
yang sangat besar dalam memberikan pengajaran Qira’at Sab’ah tersebut.
Dari berbagai peneletian yang berkaitan dengan bimbingan Qira’at Sab’ah
yang telah dijabarkan diatas, kedua penelitian tersebut lebih memusatkan
penelitiannya terhadap pembelajaran dan pengajaran Qira’at Sab’ah. Perbedaannya
dengan penelitian yang peneliti akan lakukan adalah terletak pada arah penelitiannya
yang berbeda, dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah strategi
Bimbingan Qira’a Sab’ah dalam memberikan bimbingan al-Quran bagi para
santrinya.
60
Shifa Noviga, Efektifitas Metode Pengajaran Qira’at sab’ah di LBIQ Provinsi DKI Jakarta,
(Jakarta:Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2010).
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui secara objektif suatu aktifitas dengan tujuan menemukan
pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui61
. Aktifitas yang peneliti
maksud di sini adalah mengamati kegiatan bimbingan Qira’at Sab’ah.
Dalam penelitian ini peneliti mencari data factual dan akurat secara sistematik
dari suatu aktifitas, kemudian dideskripsikan secara kualitatif, yaitu menggambarkan
objek penelitian dalam lingkungan hidupnya sesuai hasil pengamatan dan pengkajian,
dimana hasil yang akan dimunculkan bukan hanya dari modivikasi, tetapi dapat
menambah khazanah keilmuan. Oleh karena itu, penelitian ini hanya dilakukan
berdasarkan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata
tertulis dari orang-orang dan perilaku serta keadaan yang dapat diamati62
Jadi peneliti dalam penelitian ini menjadi partisipan yang aktif dengan
responden untuk dapat memahami lebih jauh dalam menginterpretasikan suatu makna
peristiwa interaksi63
61
Sugiono, Metodologi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan RdanD, (Bandung Alfabeta,
2006). h. 4 62
Lexi J. Moleang, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Rosda Karya, 2000), h. 38 63
Husain Usmani, Metodologi Penelitian Social, (Bumi Aksara, 1995), h. 18
48
49
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Watunggarandu Kecamatan
Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe. Penempatan lokasi penelitian ini berdasarkan
pada pertimbangan bahwa Lembaga Pengajian Nurul Jihad yang ada dilokasi Desa
Watunggarandu memang layak untuk diteliti. Untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan sehubungan dengan masalah penelitian. Penelitian ini dilakukan sejak
tanggal 13 Juni sampai dengan 15 Juli 2016.
C. Sumber Data
Arikunto mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sumber data dalam
penelitian adalah subyek dari mana data tersebut diperoleh.64
Adapun sumber data yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
sumber data utama yang berupa kata-kata dan tindakan serta sumber data tambahan
yang berupa dokumen-dokumen. Sebagaimana menurut Lofland bahwa sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain.65
1. Sumber data utama (Primer)
Yang dimaksud data primer adalah sumber data yang diambil peneliti melalui
observasi dan wawancara. Sumber data tersebut meliputi:
a) Pembimbing Lembaga Pengajian Nurul Jihad Desa Watunggarandu
Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe.
64
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
PT.Rineka Cipta, 1998), h. 114. 65
Lexy J. Moleang, op. cit., h. 157.
50
b) Tokoh agama
c) Orang tua santri Lembaga Pengajian Nurul Jihad
d) Pengurus Lembaga Pengajian Nurul Jihad.
e) Santri Lembaga Pengajian Nurul Jihad.
2. Sumber data tambahan (Sekunder)
Yang dimaksud data tambahan adalah data di luar kata-kata dan tindakan
yakni sumber tertulis. Bahwa dilihat dari segi tertulis dapat dibagi atas sumber buku
dan majalah ilmiah, sumber arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi. Sedangkan
sumber data tambahan atau sumber tertulis yang digunakan peneliti dalam penelitian
ini adalah terdiri atas dokumen-dokumen sebagai berikut:
a) Sejarah berdirinya Lembaga Pengajian Nurul Jihad Desa Watunggarandu
Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe.
b) Keadaan santri Lembaga Pengajian Nurul Jihad Desa Watunggarandu
Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe.
c) Sarana dan prasarana Lembaga Pengajian Nurul Jihad Desa Watunggarandu
Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe.
d) Prestasi Lembaga Pengajian Nurul Jihad Desa Watunggarandu Kecamatan
Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe.
e) Struktur organisasi Lembaga Pengajian Nurul Jihad Desa Watunggarandu
Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe.
f) Berdasarkan uraian tersebut, maka sumber data utama yang menjadi kunci
(Key Informan) dalam penelitian ini adalah pembimbing Lembaga Pengajian
Nurul Jihad Desa Watunggarandu Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten
51
Konawe. Pembimbing tersebut yang memberikan pengarahan kepada
peneliti dalam pengambilan sumber data dan meberikan rekomendasi kepada
informan lainnya seperti para pembantu Lembaga Pengajian Nurul Jihad
Jihad Desa Watunggarandu Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten
Konawe. juga telah menberikan rekomendasi kepada informan lainnya
seperti kepada santri serta staf-staf lainnya. Sehingga semua data-data yang
diperlukan peneliti terkumpul sesuai dengan kebutuhan penelitian ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam
rangka penelitian. Pada penelitian ini proses pengumpulan datanya akan
digunakan beberapa metode yakni metode observasi, wawancara dan
dokumentasi.
1. Observasi
Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses
biologis das psikhologis.66
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi
langsung. Observasi langsung adalah pengamatan dan pencatatan yang
dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa,
sehingga observer berada bersama objek yang diselidiki.67
66
Prof. Dr. Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cet. Ke
7;(Bandung: CV. Alfabeta, 2007), h. 145 67
Maman Rahman,Strategi dan Langkah-langkah Penelitian, (Semarang: IKIP Semarang
Press, 1992), h. 77
52
Teknik observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkap
dan memberikan gambaran tentang bimbingan yang dilakukan oleh
pembimbing terhadap anak didik, yaitu dengan mengamati secara langsung
pelaksanaan kegiatan Bimbingan yang dilakukan oleh pembimbing dalam
Bimbingan Qira’at al-Qur‟an.
2. Wawancara
Menururt Sudarman Danim wawancara adalah sebuah percakapan
antara dua orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti
kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk dijawab. 68
Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi atau data berupa
ucapan, pikiran, gagasan, perasaan dan kesdaran sosial. Dengan wawancara
diharapkan informasi tentang strategi bimbingan Qira’at Sab’ah dapat
terungkap dan terekam oleh peneliti secara cermat.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat pengumpulan data
yang berupa pedoman wawancara yaitu instrumen yang berbentuk
pertanyaan yang diajukan secara langsung kepada informan (Pembimbing,
Orang tua, Santri, Tokoh agama) yang berada ditempat penelitian.
68
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia,2002), h. 52
53
3. Dokumentasi
Dokumentasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data melalui
peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan juga buku-buku tentang pendapat,
teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian.69
Metode dokumentasi digunakan dalam penelitian ini adalah untuk
mencari data-data mengenai hal-hal yang berhubungan dengan gambaran
umum Lembaga Pengajian Nurul Jihad desa watunggarandu kecamatan
lalonggasumeeto kabupaten konawe.
E. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh di lapangan berupa data kualitatif, dan metode
yang digunakan adalah metode analisa data dengan model analisis interaktif.
Dalam model analisis interaktif tersebut terdapat tiga komponen yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Ketiga
komponen dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Setelah
data terkumpul, maka tiga komponen tersebut berinteraksi. Jadi tiga jenis
kegiatan analisis dan pengumpulan data itu sendiri merupakan proses siklus
dan interaktif.70
69
Maman Rahman, Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian, op.cit, h. 96 70 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, Cet I, (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 56
54
Tahap-tahap yang dilakukan peneliti dilapangan dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Reduksi data (pemilihan data)
a) Data yang telah terkumpul dipilih dan dikelompokkan berdasarkan
kemiripan data.
b) Data itu kemudian diorganisasikan untuk mendapat simpulan data
sebagai bahan penyajian data.
2. Penyajian data.
Selanjutnya data disajikan dalam bentuk uraian-uraian naratif yang
disertai dengan bagan atau tabel yang memperjelas penyajian data.
3. Penarikan kesimpulan / verifikasi
Setelah melalui dua tahap tersebut diatas, maka dilakukan penarikan
kesimpulan dan verifikasi, yaitu data yang telah disajikan tadi disimpulkan
dan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Data sangat mendukung dalam menentukan hasil akhir dari suatu
penelitian, oleh karena itu diperlukan suatu teknik untuk pengecekan data
tersebut. Untuk mendapatkan validasi data yang tetap maka peneliti akan
menggunakan teknik trianggulasi yaitu teknik pemeriksaan data yang
55
memanfaatkan sesuatu diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu.
William Wiersema mengartikan trianggulasi dalam pengujian
kredibilitas sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan beberapa
cara, dan berbagai waktu.71
Dalam pengecekan keabsahan data maka dilakukan triangulasi sebagai berikut :
1) Trianggulasi Tehnik yaitu menggunakan pengumpulan data yang berbeda-beda
untuk mendapatkan data dari sumber yang sama, dengan menggunakan tekhnik
observasi dan wawancara untuk data yang serempak72
.
2) Trianggulasi Sumber, yaitu untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda
dengan tehnik yang sama73
. Dari sumber yang satu dengan sumber yang lain
dilakukan dengan tekhnik observasi dan wawancara serta memperoleh
dokumentasi sehingga kredibilitas data akan lebih akurat.
3) Trianggulasi waktu, yaitu kadang mempengaruhi kredibilitas data yang
dikumpulkan dengan tehnik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih
segar, belum banyak masalah, memberikan data yang lebih valid sehingga lebih
kredibel.
71
Sugiono, metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R dan D, op. cit , h. 273 72