1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dislipidemia dapat diartikan sebagai perubahan kadar profil lipid darah yaitu meningkatnya kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL atau menurunnya HDL (Nurwahyu, 2012). Kadar kolesterol serta trigliserida yang tinggi dan berlangsung lama dapat menyebabkan penebalan pembuluh darah dengan risiko penyempitan pembuluh darah (Kenchaiah et al, 2002). Penyakit yang diakibatkan dislipidemia merupakan masalah yang serius pada negara-negara maju bahkan saat ini juga muncul sebagai penyebab kematian dini dan ketidakmampuan fisik di negara-negara berkembang. Kolesterol merupakan salah satu penyebab penyakit jantung koroner (PJK). Penyakit jantung dewasa ini merupakan penyebab paling utama keadaan sakit dan kematian bangsa-bangsa industri maju (Ariantari dkk., 2010). Di Amerika Serikat, penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian, yaitu kira-kira 37% sebab kematian. Sekitar 88% dari angka tersebut, disebabkan karena penyakit jantung koroner (Ariantari dkk., 2010). Sedangkan di dunia, berdasarkan data World Health Organisation (WHO), diketahui bahwa sekitar 17 juta kematian di dunia disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler pada tahun 2008 (30% kematian di dunia) dimana sekitar 7,3 juta dari kematian tersebut disebabkan oleh penyakit jantung koroner (WHO, 2013). Di Indonesia, faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner di negeri ini akibat dislipidemia antara 7%-17% dengan rata-rata kadar kolesterol antara
26
Embed
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75536/potongan/S1_2014... · 2 203-213 mg/dl (Darmojo, 2003). Terjadinya lesi lemak pada aorta meningkat mulai
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dislipidemia dapat diartikan sebagai perubahan kadar profil lipid darah
yaitu meningkatnya kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL atau menurunnya
HDL (Nurwahyu, 2012). Kadar kolesterol serta trigliserida yang tinggi dan
berlangsung lama dapat menyebabkan penebalan pembuluh darah dengan risiko
penyempitan pembuluh darah (Kenchaiah et al, 2002). Penyakit yang diakibatkan
dislipidemia merupakan masalah yang serius pada negara-negara maju bahkan
saat ini juga muncul sebagai penyebab kematian dini dan ketidakmampuan fisik di
negara-negara berkembang.
Kolesterol merupakan salah satu penyebab penyakit jantung koroner
(PJK). Penyakit jantung dewasa ini merupakan penyebab paling utama keadaan
sakit dan kematian bangsa-bangsa industri maju (Ariantari dkk., 2010). Di
Amerika Serikat, penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian, yaitu
kira-kira 37% sebab kematian. Sekitar 88% dari angka tersebut, disebabkan
karena penyakit jantung koroner (Ariantari dkk., 2010). Sedangkan di dunia,
berdasarkan data World Health Organisation (WHO), diketahui bahwa sekitar 17
juta kematian di dunia disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler pada tahun 2008
(30% kematian di dunia) dimana sekitar 7,3 juta dari kematian tersebut
disebabkan oleh penyakit jantung koroner (WHO, 2013).
Di Indonesia, faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner di negeri
ini akibat dislipidemia antara 7%-17% dengan rata-rata kadar kolesterol antara
2
203-213 mg/dl (Darmojo, 2003). Terjadinya lesi lemak pada aorta meningkat
mulai usia 6-10 tahun, sedangkan aortic fibrous plague terjadi mulai usia 20 tahun
(Wirahadikusumah, 1985). Di Indonesia, angka kejadian dislipidemia pada
penelitian MONICA (Multinational Monitoring of Trends Determinants in
Cardiovascular Diseases) I sebesar 13,4 persen untuk wanita dan 11,4 persen
untuk pria. Pada MONICA II (1994) didapatkan meningkat menjadi 16,2 persen
untuk wanita dan 14 persen pria (Bahri, 2004). Angka kejadian penyakit
kardiovaskular di Indonesia juga cenderung meningkat terlihat dari hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRT) 1992 angka kejadian penyakit
kardiovaskular hanya sebesar 16 persen, mengalami peningkatan menjadi 18,9
persen pada SKRT 1995. Hasil Sensus Kesehatan Masyarakat 2001 menunjukkan
angka penyakit kardiovaskular meningkat menjadi 26,4 persen (Rosalina, 2011).
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama mortalitas dan
morbiditas di negara-negara maju. Sebanyak 40% dari kasus kematian disebabkan
oleh penyakit degeneratif ini. Penyabab yang paling memungkinkan untuk
menerangkan munculnya epidemik disebabkan peningkatan lemak tubuh oleh
dislipidemia maupun hiperlipidemia (Jafar, 2011).
Dislipidemia dapat dicegah antara lain dengan memperbaiki nutrisi,
mempertahankan pola makan sehat dengan mengurangi makanan yang
mengandung kolesterol serta memperbanyak sayur dan buah. Dislipidemia dapat
diobati dengan meminum obat, baik sintetik maupun alami atau tradisional, yang
masih terus diteliti efektivitas, efek samping dan toksisitasnya. Angkak
3
merupakan salah satu bahan alami yang banyak digunakan untuk mencegah dan
mengobati hiperkolesterolemia secara tradisional (Suwanto, 1985).
Angkak sudah lama diketahui bermanfaat bagi kesehatan masyarakat
tiongkok sejak jaman dulu kala, namun kurang populer penggunaanya oleh
masyarakat Indonesia. Kandungan gizi yang terkandung di dalam angkak sangat
tinggi. Menurut hasil analisis Departemen Kesehatan RI, angkak mengandung
protein 7,3%, besi 4,2% dan vitamin B 10,34% (Nababan, 2013).
Di dalam angkak juga mengandung senyawa yang dapat menurunkan
kadar kolesterol yang menjadi penyebab hiperlipidemia. Berdasarkan penelitian
oleh Ernawati dkk., pada tahun 2006, pemberian 0,01 gram angkak selama 21 hari
menurunkan kadar kolesterol total sebesar 23,45% pada 42 ekor tikus galur
Sprague Dawley yang telah dibuat hiperlipidemia.
Sedangkan penggunaan kayu manis di dalam masyarakat Indonesia sudah
luas terutama sebagai rempah-rempah di banyak masakan Indonesia. Kayu manis
telah beberapa kali diteliti dapat menurunkan kadar glukosa darah, total kolestrol,
dan kadar trigliserida, serta disisi lain dapat meningkatkan kadar HDL (Khan et
al, 2003).
B. Perumusan Masalah
1. Apakah ekstrak LIPI 2013 dapat menurunkan kadar kolesterol total darah
tikus yang dibuat hiperkoleterolemia?
4
2. Berapa persen penurunan kadar kolesterol total yang dapat dilakukan tiap
masing masing dosis ekstrak LIPI 2013 terhadap tikus yang dibuat
hiperkolesterolemia?
3. Apakah ada perbedaan antara efek penurunan kadar koleterol total dari
ekstrak LIPI 2013 dibandingkan simvastatin?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
a. Untuk mengetahui efek ekstrak LIPI 2013 sebagai penurun kadar
kolesterol total dibandingkan obat simvastatin.
b. Untuk mendapatkan dosis yang efektif ekstrak LIPI 2013 sebagai
penurun kadar kolesterol total darah.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Sebagai informasi ilmiah mengenai khasiat ekstrak LIPI 2013 sebagai
penurun kadar kolesterol total darah.
b. Menambah inventaris tumbuhan obat Indonesia yang berkhasiat
sebagai penurun kadar kolesterol total yang didukung penelitian
ilmiah.
c. Menurunkan angka kejadian hiperkolesterolemia di masyarakat
Indonesia.
5
E. Tinjauan Pustaka
1. Angkak
Penggunaan Angkak (gambar 1) di luar negeri sudah sejak jaman dahulu
dan memiliki sebutan berbeda-beda di tiap negara. Angkak dalam bahasa Inggris
disebut dengan Red Yeast Rice. Masyarakat Jepang mengenal angkak dengan ang-
khak, beni, koji atau red koji, sedangkan di Cina angkak dikenal dengan zhi tai
yang berarti angkak dalam bentuk tepung kering, xue zhikang yang berarti angkak
telah diekstrak dengan alkohol (Bakosova et al., 2001; Chen & John, 1993).
Gambar 1. Sediaan uji Angkak
Angkak adalah sumber protein dan mineral seperti selenium yang dapat
meningkatkan daya tahan tubuh, serta sumber vitamin B yang dapat menyehatkan
sel – sel syaraf dan sistem pencernaan. Angkak juga memiliki kandungan serat
yang tinggi sehingga dapat mencegah konstipasi (Fitriani, 2006).
Angkak juga mengandung beberapa mineral utama seperti fosfor, kalsium,
magnesium, dan besi. Angkak juga mengandung protein, asam lemak tidak jenuh,
6
beta-sterol, camsterol, stigma-sterol, isoflavones, saponin, Zn, Fe, lovastin, dan
mevinolin-HMG-CoA (Erdogrul dan Azirak, 2004).
a. Monascus Spp
Monascus spp dibagi menjadi empat spesies yaitu: M pilosus, M
purpureus, M ruber dan M froridanus. Beberapa spesies kapang telah digunakan
untuk memproduksi angkak, diantaranya adalah M purpureus, M pilosus, dan M
anka. Salah satu spesies Monascus yaitu M purpureus yang membentuk koloni
yang menyebar dan berwarna merah atau ungu (Sabater-Vilar et al, 1999).
Monascus adalah kapang yang menggunakan berbagai komponen
makanan dari yang sederhana sampai yang kompleks. Kapang ini juga
memproduksi enzim-enzim seperti α-amilase, ß-amilase, glukoamilase, lipase,
protease, glukosidase dan ribonuklease. Oleh karena itu kapang ini mampu
tumbuh pada bahan yang mengandung pati, protein atau lipid (Yongsmith, 1999).
Suhu pertumbuhan untuk Monascus berada dalam kisaran 25ºC – 32º C
sehingga kapang ini termasuk dalam golongan kapang mesofilik. Sedangkan pH
yang sesuai untuk pertumbuhannya adalah sekitar 6,5 (Hesseltine, 1965).
Monascus bersifat aerobik, yaitu membutuhkan oksigen dalam pertumbuhannya
karena kapang tersebut tumbuh baik pada permukaan beras.
Monascus dikelompokkan dalam kapang yang bersepta yaitu septa yang
membagi hifa dalam ruangan-ruangan, dimana setiap ruangan mempunyai inti
satu atau lebih. Monascus termasuk dalam kelas Ascomycetes sehingga sistem
reproduksinya menggunakan askospora (spora seksual) dimana spora bersel satu
7
terbentuk di dalam kantung yang disebut askus. Biasanya terdapat 8 askospora di
dalam setiap askus (Erdogrul dan Azirak, 2004)
Klasifikasi dari Monascus purpureus, adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Amastigomycotina
Sub divisi : Ascomycotina
Kelas : Ascomycetes
Ordo : Eurotiales
Famili : Trichocomaceae
Genus : Monascus
Spesies : Monascus purpureus (Alexopoulos et al, 1996).
Kapang M purpureus dengan kandungan lovastatinnya adalah salah satu
dari keanekaragaman mikroba Indonesia yang memiliki potensi biomedis yang
dapat dikembangkan. Lovastatin adalah bahan bioaktif yang dikenal baik berperan
dalam penurunan kolesterol, pengobatan diabetes, jantung koroner, rapuh tulang,
penghambatan tumor dan penyakit degeneratif (Erdogrul dan Azirak, 2004).
b. Manfaat Angkak
Larutan angkak mengandung protein dan berbagai asam amino, asam
lemak tidak jenuh (12%) dan sterol yang dapat mengurangi sintesis kolesterol
dalam hati. Asam lemak tidak jenuh sangat esensial sebagai obat antitrombotik
dan hipolepidemik. Selain itu asam linolenat mampu menurunkan lipoprotein
densitas rendah (LDL) bagi penderita hiperkolesterolemia yang berisiko jantung
koroner serta mengobati sindrom prahaid dan eksemenia atopik (Rahmat 2000).
8
Ekstrak angkak dapat menunjang kemampuan tubuh dalam mengatur kadar
kolesterol darah (Anggraeni et al, 2009). Ekstrak angkak mampu menurunkan
secara nyata total kolesterol secara bermakna dengan dosis optimal 108 mg/kg
BB/hari (Anggraeni et al, 2009)
Kapang M purpureus merupakan bahan alam yang terbukti efektif untuk
mereduksi kadar kolesterol dalam darah. Kapang ini menghasilkan senyawa
monakolin yang efeknya sama dengan lovastatin yaitu menghambat HMG KoA
reduktase di samping mengandung asam lemak tak jenuh. Produk Monascus ini
telah lama digunakan sebagai makanan sehat dan makanan tambahan untuk
penderita hiperkolesterolemia yang penggunaannya telah di setujui oleh Food
Drug Administration ( FDA) sejak 1998 (Rindiastuti, 2008).
Monakolin adalah suatu inhibitor hydroxymethylglutaryl-CoA reductase
(HMG KoA Reduktase) yang mempunyai efek terhadap profil lipid. Monakolin
juga dikenal sebagai mevalonin atau lovastatin. Senyawa monacolin tersebut
mampu menghambat kerja enzim HMG KoA Reduktase, yaitu enzim yang sangat
diperlukan untuk sintesis kolesterol. Inhibitor HMG KoA Reduktase dapat
menurunkan simpanan kolesterol intrasel serta menghambat sintesis very low
density lipoprotein (VLDL) di hati (Ajdari et al, 2011).
Angkak mengandung sembilan macam monakolin yang berbeda, yang
kesemuanya mempunyai kemampuan untuk menghambat HMG KoA Reduktase
(Ajdari et al, 2011).
Very Low Density Lipoprotein adalah prekursor LDL, penghambatan
sintesis VLDL secara otomatis akan menurunkan jumlah LDL. Kadar kolesterol
9
tinggi sangat tidak dikehendaki sebab dapat meningkatkan risiko terjadinya
penyakit kardiovaskuler, seperti aterosklerosis, penyakit jantung, stroke, dan
hipertensi. Dengan terhambatnya kerja enzim HMG KoA Reduktase oleh senyawa
yang ada pada angkak, laju sintesis kolesterol di dalam tubuh dihambat, sehingga
secara nyata dapat menurunkan kadar kolesterol tubuh. Keyakinan tersebutlah
yang mendorong penggunaan angkak sebagai penurun kolesterol dan sekaligus
obat bagi penyakit jantung (Ajdari et al, 2011).
Penelitian pemberian angkak menggunakan 83 orang penderita kolesterol
tinggi telah dilakukan di UCLA School of Medicine. Dibandingkan penderita yang
diberi plasebo (tanpa angkak), pemberian angkak selama 12 minggu secara nyata
dapat menurunkan kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan trigliserida
(senyawa lemak yang juga dapat berakumulasi di pembuluh darah dan
menyebabkan kerusakan). Di lain pihak, pemberian angkak tidak berpengaruh
terhadap kadar kolesterol HDL (Heber et al, 2001).
Suatu penelitian yang dipresentasikan pada kongres tahunan American
Heart Association ke-39 pada tahun 1999 menunjukkan bahwa pemberian angkak
pada penderita hiperkolesterolemia selama delapan minggu dapat menurunkan
kadar kolesterol total sebesar 16-22,7 persen, LDL sebesar 21–31 persen dan
trigliserida sebesar 24–34 persen. Sementara kolesterol HDL meningkat sebesar
14–20 persen ( Liu et al, 2006).
Isoflavon merupakan salah satu zat penting dalam angkak yang juga
mempunyai efek penurun lipid. Beberapa studi yang membandingkan efek isolat
isoflavon dalam protein dengan protein yang telah dihilangkan isoflavonnya
10
membuktikan bahwa protein dengan isolat isoflavon di dalamnya mampu
meningkatkan kadar kolesterol HDL dan menurunkan kadar kolesterol LDL.
Namun, beberapa studi menyatakan bahwa isoflavon tidak mempunyai efek
terhadap kadar kolesterol plasma tetapi dapat meningkatkan fungsi kardiovaskuler
dengan memelihara elastisitas arteri (Mindy et al., 2003).
2. Kayu Manis
Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) (gambar 2) merupakan jenis
tanaman berumur panjang yang ada di Indonesia yang sering digunakan oleh
masyarakat terutama bagian kulitnya. Sebelum masehi, kulit kayu manis dikenal
sebagai sumber pewangi untuk membalsam mumi raja-raja Mesir serta peningkat
cita rasa masakan dan minuman. C burmanii yang bersinonim dengan
Cinnamomum chinese, Cinnamomum dulce, dan Cinnamomum kiamis ini berasal
dari Indonesia. Tanaman akan tumbuh baik pada ketinggian 600 – 1500 m. Kayu
manis merupakan tanaman asli Indonesia yang banyak dijumpai di Sumatera
Barat, Jambi, Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur
dan Maluku (Rismunandar dan Paimin, 2001).
Sistematika (taksonomi) tanaman kayu manis seperti yang dikutip dalam
Materia Medika yang berasal dari Departemen Kesehatan (1997) diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
11
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmanii
Gambar 2. Cinnamomum burmannii (Rismunandar & Paimin, 2001)
Daun kayu manis saling bersilangan atau dalam rangka rangkaian spiral.
Panjangnya sekitar 9-12 cm dan lebar 3,4-5,4 cm, tergantung jenisnya. Warna
pucuknya kemerahan, sedangkan daun tuanya berwarna hijau tua. Bunga
berkelamin dua atau bunga sempurna dengan warna kuning, ukuran kecil.
Buahnya adalah buah buni, berbiji satu, dan berdaging. Bentuknya bulat
memanjang, buah muda berwarna hijau tua dan buah tua berwarna ungu tua
(Ravindran et al, 2004).
Kayu manis dapat tumbuh pada ketinggian 200 mdpl, tempat tumbuh yang
baik bagi pertumbuhan tanaman kayu manis pada ketinggian 500-1.500 mdpl.
Tanaman ini untuk pertumbuhannya memerlukan kelembaban 70-90 %. Curah
hujan yang sesuai dengan pertumbuhan pohon ini 2.000-2.500 mm/tahun dengan
12
penyebarannya hampir merata sepanjang tahun. Tanah yang cocok untuk tanaman
ini adalah tanah humus dan tekstur agak berpasir (Ravindran et al, 2004).
a. Manfaat Tanaman Kayu Manis
Tanaman kayu manis telah lama digunakan secara turun temurun oleh
bangsa China dan India sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai macam
penyakit. Manfaat farmakologis kayu manis diantaranya adalah : antioksidan,