1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul “Strategi Petani dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarganya” merupakan judul yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini. Secara teoritis pemilihan judul penelitian harus memenuhi tiga syarat yaitu aktualitas, orisinalitas, dan keterkaitan dengan ilmu yang sedang dipelajari oleh peneliti. Sedangkan alasan praktis berkaitan dengan kemudahan serta kesulitan dalam proses penelitian ini (Kesempatan, Uang, Waktu, Alat, dan Tenaga). Adapun alasan-alasan pemilihan judul penelitian ini antara lain: 1. Aktualitas Aspek aktualitas merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Penelitian tentang kesejahteraan, terutama kesejahteraan keluarga petani, cukup aktual mengingat sampai pada saat ini kondisi petani di Indonesia masih jauh dari apa yang disebut kesejahteraan. Pangan sebagai kebutuhan yang mendasar bagi manusia, ataupun masyarakat Indonesia pada umumnya. Menjadi suatu ironi, apabila petani sebagai pemasok pangan sebagian besar kebutuhan pangan masyarakat kesejahteraannya kurang diperhatikan atau dapat dikatakan bahwa kehidupan petani masih jauh dari kata kesejahteraan. Oleh karena itu upaya bertahan hidup (memenuhi kebutuhan keluarga) melalui strategi yang dilakukan merupakan kajian yang penting dalam rangka peningkatan kesejahteraan keluarga petani.
31
Embed
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67293/potongan/S1-2013... · 3 3. Keterkaitan dengan Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul
“Strategi Petani dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarganya”
merupakan judul yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini. Secara teoritis
pemilihan judul penelitian harus memenuhi tiga syarat yaitu aktualitas,
orisinalitas, dan keterkaitan dengan ilmu yang sedang dipelajari oleh peneliti.
Sedangkan alasan praktis berkaitan dengan kemudahan serta kesulitan dalam
proses penelitian ini (Kesempatan, Uang, Waktu, Alat, dan Tenaga).
Adapun alasan-alasan pemilihan judul penelitian ini antara lain:
1. Aktualitas
Aspek aktualitas merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian.
Penelitian tentang kesejahteraan, terutama kesejahteraan keluarga petani,
cukup aktual mengingat sampai pada saat ini kondisi petani di Indonesia
masih jauh dari apa yang disebut kesejahteraan. Pangan sebagai kebutuhan
yang mendasar bagi manusia, ataupun masyarakat Indonesia pada
umumnya. Menjadi suatu ironi, apabila petani sebagai pemasok pangan
sebagian besar kebutuhan pangan masyarakat kesejahteraannya kurang
diperhatikan atau dapat dikatakan bahwa kehidupan petani masih jauh dari
kata kesejahteraan. Oleh karena itu upaya bertahan hidup (memenuhi
kebutuhan keluarga) melalui strategi yang dilakukan merupakan kajian
yang penting dalam rangka peningkatan kesejahteraan keluarga petani.
2
2. Orisinalitas
Suatu penelitian juga harus memenuhi aspek orisinalitas. Suatu penelitian
dapat dikatakan sebagai penelitian yang orisinil jika masalah yang
dikemukakan belum pernah dipecahkan sebelumnya atau oleh peneliti
terdahulu, atau jika pernah ada penelitian sejenis, maka secara tegas
dinyatakan perbedaannya. Penelitian tentang petani padi pernah dilakukan
oleh beberapa peneliti. Adapun beberapa penelitian sebelumnya antara
lain, penelitian yang berjudul “Gapoktan sebagai Institusi Mediasi dalam
Pemberdayaan Petani” oleh Ardini Nuruliyah tahun 2008, penelitian
tersebut merupakan penelitian kualitatif yang cenderung menekankan pada
peran gabungan kelompok tani sebagai institusi mediasi dalam
pemberdayaan petani. Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh MM.
Kriscahyaningsih, jurusan Ilmu Sosiatri, tahun 2005, namun penelitian
tersebut lebih menekankan pada pemanfaatan potensi yang dimiliki oleh
petani pertanian organik di kecamatan Sawangan, kabupaten Magelang.
Serta penelitian dari Kirana Prama Dewi, jurusan Sosiologi, tahun 2007,
dengan judul “Respon Masyarakat, Strategi Petani dan Implikasi Tekanan
Pembangunan Rumah Elite”, yang menekankan pada perilaku masyarakat
petani dan pola hubungan interaksinya dengan masyarakat perumahan.
Sedangkan penelitian ini lebih terfokus pada strategi bertahan dari petani
padi di desa Sumberagung, kecamatan Moyudan dalam memenuhi
gabah kualitas GKP pada Januari 2013 mengalami kenaikan 6,98 persen menjadi
Rp 4.432,94 per kg di tingkat petani dan naik 6,81 persen menjadi Rp 4.470,59
per kg di tingkat penggilingan. Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas rendah
naik sebesar 3,32 persen menjadi Rp 3.845,45 per kg di tingkat petani dan harga
di tingkat penggilingan naik 3,53 persen menjadi Rp 3.895,45 per kg. Harga
gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp 4.950,00 per kg pada kualitas GKP
dengan varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Bambanglipuro (Bantul). Sedangkan
harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp 3.500,00 per kg dengan kualitas
rendah varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Kretek (Bantul).4
Persoalan yang dihadapi petani dari tahun ke tahun tetap sama seperti
harga jual gabah yang rendah, mahalnya harga pupuk di pasaran, serta kebijakan-
kebijakan pemerintah yang kurang efektif untuk memperbaiki nasib petani juga
kebijakan pemerintah untuk menyediakan pangan murah bagi sektor industri.
Sebagai penghasil bahan makanan atau pangan sebagian besar penduduk di
Indonesia selayaknya petani memiliki posisi tawar yang tinggi, namun yang
terjadi sebaliknya, bahkan mereka tidak bisa menentukan sendiri harga jual hasil
produksi mereka yakni gabah atau padi. Harga jual gabah ditentukan oleh
pemerintah atau pedagang. Harga gabah juga dapat turun jika masa panen
dari data tersebut
dapat diketahui bahwa penghasilan petani jumlahnya kecil, meskipun ada
peningkatan pendapatan dari tahun ke tahun, tetapi peningkatan tersebut dibarengi
dengan peningkatan biaya produksi termasuk biaya pengelolaan lahan dan biaya
perawatan tanaman padi.
4 Sumber : http://yogyakarta.bps.go.id/brs/273-berita-resmi-statistik-1-februari-2013.html
12
bersamaan dengan daerah sekitar. Memang sudah ada peraturan perundangan
yang mengatur tentang impor beras yang pada awalnya sempat melegakan bagi
para petani yakni Peraturan Menteri Perdagangan tentang Ketentuan Impor dan
Ekspor Beras, namun dibalik diberlakukannya peraturan tersebut masih marak
terjadi penyelundupan impor beras ke Indonesia yang pada akhirnya memukul
harga jual gabah petani sehingga harga jual gabah kembali murah.
Dari beberapa data yang sudah disebutkan diatas, dapat diketahui bahwa
para petani selama ini dapat dikatakan belum bisa memperbaiki nasibnya, yakni
dalam hal peningkatan kesejahteraan mereka. Di sisi lain kebijakan-kebijakan
yang dilakukan oleh pemerintah dalam bidang pertanian juga belum mampu
menyentuh upaya perbaikan kesejahteraan petani. Dari permasalahan tersebut para
petani di Desa Sumberagung mempunyai strategi tersendiri atas inisiatif mereka
sendiri untuk bertahan dan berusaha mencukupi kebutuhan keluarganya
(meningkatkan kesejahteraannya). Dalam penelitian ini penulis tertarik untuk
mengkaji adanya usaha-usaha atau strategi yang dilakukan oleh petani sendiri
yang berguna untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan menggali potensi
yang dimiliki oleh masyarakat petani di Desa Sumberagung.
13
C. Rumusan Masalah
Masalah menjadi titik tolak atau menjadi sumber dilakukannya suatu
penelitian jenis apapun. Pada dasarnya penelitian kualitatif tidak dimulai dari
sesuatu yang kosong, tetapi dilakukannya berdasarkan atas persepsi seorang
peneliti terhadap adanya suatu masalah.
Perumusan masalah dapat dalam bentuk pertanyaan (question) dan dapat
pula dalam bentuk pernyataan (statement). Titik tekan perumusan masalah adalah
pada apa yang menjadi masalah penelitian itu sendiri. Berdasarkan uraian yang
sudah tertuang dalam latar belakang masalah, maka rumusan masalah penelitian
ini adalah: bagaimana strategi yang dilakukan oleh petani padi dalam
meningkatkan kesejahteraan keluarga mereka?
14
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Diperlukan penentuan tujuan penelitian terlebih dahulu, agar penelitian
yang akan dilakukan mempunyai arah yang jelas, dan juga jelas batas-batas
penelitian yang dirumuskan dalam proses penelitian.
Tujuan dan manfaat penelitian ini adalah:
1. Dapat mengetahui strategi yang dilakukan oleh petani padi dalam
meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
2. Dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang berwenang sebagai
input terhadap perumusan kebijakan pembangunan, khususnya
pembangunan di bidang pertanian.
3. Bagi jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan diharapkan
penelitian ini dapat memberikan kontribusi pengetahuan dan referensi bila
dilakukan penelitian yang akan datang.
15
E. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Strategi
Definisi strategi yang paling sederhana adalah cara organisasi untuk
mencapai tujuan tertentu (Reksohadiprojo dikutip Sjhihabuddin, 1999).
Sedangkan definisi lain yang dikutip oleh Rangkuti (1998 : 3-4) adalah sebagai
berikut: Chandler mengemukakan strategi sebagai alat untuk mencapai tujuan
perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut,
serta prioritas alokasi sumber daya. Sedangkan Agryris dan Mintzberg,
mendefinisikan strategi sebagai respon (secara terus menerus maupun adaptif)
terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal
yang dapat mempengaruhi organisasi. Berbeda dengan Porter yang
mendefinisikan strategi sebagai alat yang sangat penting untuk mencapai
keunggulan bersaing.
Sedangkan Bryson secara sederhana mendefinisikan strategi sebagai a
plan to archieve the mission and meet the mandates (suatu rencana untuk meraih
misi dan melaksanakan mandat).5
5 John Bryson, Strategic Planning for Public and Profit Organization: A Guide Strengthening and Sustaining Organizational Achievement (San Fransisco, 1995) hal. 131
Strategi merupakan suatu pola tujuan,
kebijakan, pola kegiatan, keputusan, maupun pengalokasian sumber daya yang
menentukan apa organisasi itu, apa yang dikerjakannya, dan mengapa melakukan
itu. Dengan demikian strategi merupakan pengembangan dari misi organisasi
16
yang menghubungkan organisasi itu dengan lingkungannya, sehingga strategi
merupakan outline respon organisasi terhadap tantangan mendasar yang dihadapi.
Strategi mempunyai peran yang penting dalam organisasi karena
merupakan alternatif metode yang dapat dilakukan serta akan berfungsi sebagai
penunjuk untuk menentukan prioritas kerja. Selain itu dapat juga berfungsi
sebagai rumusan jalan keluar yang harus dilakukan dan sebagai alur pikir kita
dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Strategi sering dikatakan sebagai arah
umum yang akan ditempuh suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Strategi
merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya sesuai dengan visi dan misi organisasi tersebut.6
Konsep strategi menurut Strickland (Winardi, 2003 : 107), strategi
merupakan bauran yang terdiri dari: pertama, tindakan-tindakan yang dilakukan
secara sadar yang ditujukan ke arah sasaran-sasaran tertentu. Kedua, tindakan-
tindakan yang diperlukan guna menghadapi perkembangan-perkembangan yang
tidak diantisipasi dan karena tekanan-tekanan kompetitif yang dilancarkan. Dari
pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa strategi mempunyai sifat
proaktif dan reaktif (adaptif). Dari beberapa konsep strategi yang sudah
disebutkan diatas, petani padi di desa Sumberagung juga mempunyai strategi
untuk mencapai tujuan-tujuan mereka. Mereka memiliki cara atau alat dengan
mengelola sumber daya yang mereka miliki untuk mewujudkan tujuan mereka,
yang salah satunya adalah peningkatan kesejahteraan.
6 Sari, Eko Novita, Strategi Koperasi Tani Muttaqin dalam Memenuhi Kebutuhan Pupuk bagi Anggotanya, Skripsi Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, 2011
17
- Strategi Survival
Strategi bertahan hidup atau strategi survival merupakan bagian dari teori
Aksi. Strategi survival adalah suatu keberadaan berkesinambungan dengan
batasan waktu yang relatif bagi individu atau kelompok, obyek, dan tujuan, dan
terus dilakukan langkah-langkah tertentu dalam mempertahankan keberadaannya
tersebut. Secara sosiologis konsep strategi survival dapat diartikan sebagai usaha-
usaha menuju kemampuan secara berkesinambungan.7
2. Konsep Petani
Strategi survival disini
digunakan oleh petani untuk menghadapi berbagai permasalahan mereka. Maka
dari itu petani padi di desa Sumberagung memilih beberapa strategi survival agar
tetap dapat mempertahankan keberadaannya.
Arti dari pertanian adalah kegiatan kemanusiaan mengusahakan tanah
dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hasil hewan, tanpa
mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah tersebut untuk mendatangkan
hasil selanjutnya.8
7 Indah Kusumawati, Nur, Industri Kecil Batik Tulis di Tengah Merebaknya Batik Pabrikan, Skripsi Jurusan Ilmu Sosiatri, 2009
8 Prof. IR Anwas Adiwilaga, Ilmu Usaha Tani, Penerbit Alumni, Bandung, 1975, hal. 2
Dalam artian ini, orang yang melakukan usaha baik itu dengan
tanaman ataupun ternak itu adalah dengan tujuan tertentu untuk dapat
menyelenggarakan hidupnya sepanjang masa, turun-temurun, setidaknya bukan
untuk satu dua tahun saja. Tahun berikutnya ia sekeluarga harus
menyelenggarakan hidup, anak harus dibesarkan, dan sebagainya. Mungkin
kebutuhannya akan semakin bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan itu
18
setidaknya petani harus mampu memperoleh dari usahanya itu penghasilan yang
tidak kurang dari yang diterima pada tahun-tahun sebelumnya. Tanah yang
dikerjakan tersebut dipergunakan dalam kegiatan usaha untuk mendatangkan hasil
yang diharapkan. Secara tegas, kemampuan tanah tersebut tidak dapat berkurang
dengan kata lain kemampuan tanah tersebut harus tetap.9
Terdapat beberapa istilah petani secara antropologis dalam Bahasa Inggris
yang semuanya seolah-olah bermakna petani namun masing-masing memiliki
perbedaan yang jelas. Istilah-istilah tersebut antara lain: peasant, tribe, farmer/
agricultural entrepreneur. Peasant bermakna kaum tani pedesaan, yaitu orang
yang bercocok tanam dan beternak di daerah pedesaan, tidak di dalam ruang-
ruang tertutup (green house). Peasant tidak melakukan usaha dalam arti ekonomi,
ia mengelola sebuah rumah tangga, bukan sebuah perusahaan bisnis. Farmer atau
pengusaha pertanian (agricultural entrepreneur) merupakan sebuah perusahaan
yang mengkombinasikan faktor-faktor produksi yang dibeli di pasar untuk
memperoleh laba dengan menjual hasil produksinya secara menguntungkan di
pasar hasil bumi. Tribe (petani primitif) petani yang bagian terbesar dari hasil
produksi dimaksudkan untuk digunakan oleh penghasilan-penghasilannya sendiri
atau untuk menunaikankewajiban-kewajiban kekerabatan, dan bukan untuk
dipertukarkan dengan tujuan memperoleh keuntungan.
10
9 Prasetya N, Yuli, Marginalisasi Petani dalam Alih Fungsi Lahan Pertanian, Skripsi Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, UGM, 2011, hal. 18
10 Nurhadi, Mengembangkan Jaminan Sosial Mengentaskan Kemiskinan, Media Wacana, Yogyakarta, 2007, hal. 80
19
Di Indonesia kebanyakan petani merupakan petani kecil yang sebagian
besar hasil pertaniannya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga atau
subsisten, sehingga lebih sesuai disebut dengan “peasant”. Mereka
mengedepankan semboyan “safety first” atau dahulukan selamat.11 Kemiskinan
identik dengan petani kecil, ciri-ciri petani kecil antara lain: memiliki lahan
kurang dari 0,5 ha, berpendidikan rendah, bermodal lemah, dan kurang responsif
terhadap inovasi baru.12 Persoalan lain petani di Indonesia harus mengusahakan
usaha tani di lingkungan tropika yang penuh resiko misalnya, banyak hama, tidak
menentunya curah hujan, para petani harus lebih berhati-hati dalam menerima
inovasi karena kegagalan berarti penderitaan bagi seluruh keluarga. Hal tersebut
menjadikan petani dalam posisi yang dilematis dimana untuk dapat survive petani
harus berani mengambil resiko dalam berinovasi, namun jika inovasi ini gagal
mereka harus siap menanggung sendiri akibatnya.13
11 Warsana, SP, Strategi Melakukan Penyuluhan Pertanian untuk Petani “Kecil”, 2008, dalam: http://www.google.com/url?q=http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/202/pdf/Strategi%2520Melakukan%2520Penyuluhan%2520Pertanian%2520untuk%2520Petani%2520%2522kecil%2522.pdf&sa=U&ei=65dIUZztKYrUrQeoroHoCQ&ved=0CBoQFjAA&usg=AFQjCNHYaZ4auGQCWtwU41nDelB-Qe47wg
12 Karwan A Salikin, Sistem Pertanian Berkelanjutan, Kanisius, Yogyakarta, 2003, hal. 93
13 Loekman Sutrisno, Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Sebuah Tinjauan Sosiologis, Kanisius, Yogyakarta, 2002, hal. 5
20
3. Konsep Kesejahteraan
Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat diketahui dengan kemampuannya
untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Semakin mampu seseorang memenuhi
beragam kebutuhan hidupnya dapat dikatakan semakin tinggi pula
kesejahteraannya. Kita dapat memberi gambaran secara umum tentang sejahtera
tersebut. Tetapi kita masih mengalami kesulitan menilai apakah seseorang
tergolong sejahtera atau tidak karena penilaian tentang tingkat kesejahteraan
seseorang sangat relatif. Menurut Aisyah Dahlan dalam Suharto (2002),
kesejahteraan diartikan sebagai berikut14
Sejahtera ialah bila keluarga itu dapat dipenuhi semua kebutuhan-kebutuhannya, baik itu kebutuhan jasmani maupun rohani secara seimbang. Kebutuhan jasmani antara lain: makan, pakaian, perumahan, dan kesehatan. Kebutuhan rohani
:
Pengertian kesejahteraan dengan kebahagiaan walaupun secara maknawi sulit dibedakan. Kesejahteraan berasal dari kata “sejahtera” yang dipakai untuk suatu yang kongkret, riil, materiil, dan intelyk, sedangkan ‘kebahagiaan’ berasal dari kata bahagia yang dipakai dalam suatu yang abstrak bersifat immateriil atau inenlyk, rohaniah, jelasnya kalau sejahtera adalah untuk material jasmaniah (ulterlyk) sedangkan bahagia immaterial.
(Aisyah Dahlan, 1974 : 8)
Dari maksud istilah diatas maka sejahtera merupakan suatu keadaan yang baik
menyangkut kebahagiaan dan ketentraman hidup keluarga berupa kesehatan,
ketentraman, kedamaian, harapan masa depan, dan sebagainya. Senada dengan
pendapat tersebut pengertian kesejahteraan yang dikemukakan oleh Sutari Imam
Bernadib dalam Suharto (2002) adalah:
14 Murtika Sari, Rati, Agroforestri sebagai Alternatif Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat, Skripsi Jurusan Ilmu Sosiatri UGM, 2009, hal. 35
21
antara lain: kebutuhan akan rasa harga diri, dihormati, rasa aman, disayangi, rasa puas, tenang, tanggung jawab, dan sebagainya.
(Sutari Imam Bernadib, 1981 : 3)
Kesejahteraan masyarakat dapat terwujud apabila ada upaya untuk
memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Keseimbangan antara kebutuhan
jasmani dan rohani atau keselarasan antara keduanyalah yang dinamakan
kesejahteraan. Pencapaian kebutuhan jasmani dapat diukur mempergunakan tolok
ukur kebendaan, dimana masing-masing individu mempunyai ukuran yang
berbeda sesuai dengan kemampuannya. Ada yang secara materi dapat mencapai
tingkat sangat tinggi jika diukur berdasarkan kebutuhan fisik minimum, namun
ada pula yang berada di bawah garis ukuran minimum. Kemampuan ini menurut
David C McLelland tergantung kepada tinggi rendahnya motivasi seseorang untuk
“melakukan sesuatu dengan baik atau melakukan sesuatu dengan lebih baik”
daripada yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan kata lain hal ini dapat disebut
sebagai n Ach (Need of Achievement), kebutuhan untuk meraih hasil atau prestasi
yang dicapai oleh seseorang (Myron Weyner, 1981 : 2). Abraham Maslow
mengatakan apabila kebutuhan manusia yang terdiri dari lima tingkatan yaitu
kebutuhan fisik, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan untuk
prestasi, serta kebutuhan untuk mempertinggi kapasitas kerja dipenuhi dengan
baik, maka tingkat kesejahteraan akan terwujud (A. Maslow, 1980 : 25).15
15 Lebih lanjut baca Tesis Sri Sumekti, Janda sebagai Kepala Keluarga dalam Mewujudkan Kesejahteraan Keluarga (Studi tetang Integrasi Wanita di Kalangan Masyarakat Kota)...Fakultas Pasca Sarjana, UGM, 1991, hal. 35-37
22
Mohammad Hatta dan Edi Swasono (2005) menyatakan bahwa
kesejahteraan sosial di Indonesia berdasarkan pada paham “demokrasi ekonomi”
yang bertumpu pada kemakmuran masyarakat, bukan pada kemakmuran
seseorang. Dimana dalam konteks demokrasi ekonomi, kesejahteraan sosial
berdasar pada “hak sosial rakyat”, yaitu tiap-tiap warga negara berhak akan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dari titik tolak ini,
jelas bahwa penghidupan yang layak tidak terpisah dari pekerjaan, jelas pula
dengan rumusan tentang “hak sosial rakyat” ini bahwa kehidupan yang layak
tidaklah bersifat filantropis tetapi adalah hasil dari pemberdayaan (empowerment)
rakyat agar mampu bekerja dan memperoleh pekerjaan.
Menurut Segal dan Brzuzy (1998 : 8) kesejahteraan sosial diartikan
sebagai berikut:
“Kesejahteraan sosial adalah kondisi sejahtera dari suatu masyarakat.
Kesejahteraan sosial meliputi kesehatan, keadaan ekonomi, kebahagiaan, dan
kualitas hidup rakyat.”
Friedlander (1968 : 13) merumuskan konteks kesejahteraan sosial sebagai
berikut:
Kesejahteraan sosial adalah sistem terorganisir dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial yang dimaksudkan untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan, dan hubungan personal dan sosial yang memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan seluruh kemampuannya dan untuk meningkatkan kesejahteraannya sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakatnya.
23
Sedangkan kesejahteraan sosial sebagai “ilmu”, Irawan Suhartono (1993 :
4) menegaskan bahwa:
...orang-orang yang mempunyai berbagai macam kebutuhan pelayanan-pelayanan tersebut diatas, khususnya yang tidak dapat memenuhinya berdasarkan kriteria pasar, maka mereka menjadi sasaran atau perhatian kesejahteraan sosial.
Definisi kesejahteraan sosial sendiri dapat diklasifikasikan ke dalam tiga
kelompok, yaitu kesejahteraan sosial sebagai kondisi, kesejahteraan sosial sebagai
kegiatan atau pelayanan, dan kesejahteraan sosial sebagai “ilmu”. Untuk
mengerangkai penelitian ini, peneliti hanya akan menjelaskan kesejahteraan
sebagai kondisi. Kesejahteraan sosial sebagai sebuah kondisi memang memiliki
definisi yang berbeda-beda. Yang pertama kesejahteraan sosial berdasarkan
Pemerintah dan DPR RI adalah sebagai berikut:
Kesejahteraan sosial ialah suatu tatanan kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia dengan Pancasila (Pemerintah dan DPR RI, 1983 : 64).
Kesejahteraan sosial juga dikemukakan oleh Suparlan sebagai berikut:
Kesejahteraan sosial, keadaan sejahtera pada umumnya, yang meliputi keadaan jasmaniah, rohaniah, dan sosial dan bukan hanya perbaikan dan pemberantasan keburukan sosial tertentu saja: jadi merupakan suatu keadaan dan kegiatan (Suparlan, et al, 1983 :58).
Sedangkan Midgley (1995 : 14) menjelaskan kesejahteraan sosial sebagai:
...suatu keadaan sejahtera secara sosial tersusun dari tiga unsur sebagai berikut. Itu adalah pertama, setinggi apa masalah-masalah sosial dikendalikan, kedua, seluas apa kebutuhan-kebutuhan dipenuhi, dan terakhir, setinggi apa kesempatan-kesempatan untuk maju tersedia. Tiga unsur ini berlaku bagi
24
individu-individu, keluarga-keluarga, komunitas dan bahkan seluruh masyarakat.16
Kesejahteraan mempunyai arti: aman sentosa, makmur atau selamat (terlepas dari
segala macam gangguan, kesukaran dan sebagainya).
Sumarno Nugroho dalam Sistem Intervensi Sosial, menjelaskan bahwa:
17
Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti, pertama adalah
istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia dimana
orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai. Kedua,
dalam keadaan ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda.
Sejahtera memiliki arti khusus resmi dan teknikal seperti dalam istilah fungsi
kesejahteraan sosial. Ketiga, dalam kebijakan sosial, kesejahteraan sosial
menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini
adalah istilah yang digunakan ide negara sejahtera. Keempat, di Amerika Serikat,
sejahtera menunjuk ke uang yang dibayarkan oleh pemerintah kepada orang yang
membutuhkan bantuan finansial, tetapi tidak dapat bekerja, atau yang keadaannya
Pada umumnya tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat melalui
indikator kemiskinan, dimana apabila sebagian besar masyarakat tidak memenuhi
indikator kemiskinan maka dapat diartikan bahwa masyarakat tersebut tidak
dikategorikan sebagai masyarakat miskin alias sejahtera.
16 Drs. Mohammad Suud, M.A, “3Orientasi Kesejahteraan Sosial”, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006, hal 4-11
17 Fauzik Lendriyono,”Beberapa Pemikiran Tentang Pembangunan Kesejahteraan Sosial”UMM Press, Malang, 2007, hal 116
25
pendapatan yang diterima untuk memenuhi kebutuhan dasar tidak berkecukupan.
Jumlah yang dibayarkan biasanya jauh di bawah garis kemiskinan, dan juga
memiliki kondisi khusus, seperti bukti sedang mencari pekerjaan atau kondisi lain,
seperti ketidakmampuan atau kewajiban menjaga anak, yang mencegahnya untuk
dapat bekerja. Di beberapa kasus penerima dana bahkan diharuskan bekerja, dan
dikenal sebagai workfare.18 Di Indonesia istilah kesejahteraan pada umumnya
diartikan sebagai terpenuhinya kebutuhan material dan kebutuhan non material
dimana manusia aman dan bahagia karena kebutuhan gizi, kesehatan, pendidikan,
tempat tinggal, dan pendapatan dapat terpenuhi, serta manakala manusia
memperoleh perlindungan dari resiko-resiko utama yang mengancam
kehidupannya.19
Menurut Pasal I, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2009 Tentang Kesejahteraan Sosial
20
Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini
menunjukkan bahwa ada warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan
dasarnya secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial dari
:
Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual,
dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,
sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
18 Michael Todaro, 1999. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga, hal. 46
19 Suharto Edi, PhD, 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT. Refika Aditama
20 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009
26
negara.Akibatnya masih ada warga negara yang mengalami hambatan
pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak
dan bermartabat.21
4. Teori Aksi
Permasalahan yang sering muncul dalam kehidupan petani padi antara lain
yakni rendahnya pendapatan dan kebijakan dari pemerintah yang selama ini
belum berhasil merubah kehidupan para petani padi. Secara tidak langsung hal-hal
tersebut terkait dengan kesejahteraan para petani padi, dimana tingkat
kesejahteraannya ini dapat diketahui dengan kemampuan yang dimiliki untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam penelitian ini, paradigma yang dianggap sesuai dengan fokus
penelitian dan akan digunakan sebagai landasan untuk mengkaji fenomena yang
diperoleh di lapangan yaitu Paradigma Definisi Sosial. Weber sebagai pengemuka
exemplar paradigma ini mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan
sosial antar hubungan sosial. Kedua hubungan tersebut yang menjadi pokok
persoalan sosiologi. Inti tesisnya adalah “tindakan yang penuh arti” dari individu.
Yang dimaksudkan tindakan sosial itu adalah tindakan individu yang mempunyai
makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain.
Secara definitif Weber merumuskan sosiologi sebagai ilmu yang berusaha untuk
menafsirkan dan memahami (interpretative understanding) tindakan sosial serta
21 Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009
27
antar hubungan sosial untuk sampai pada penjelasan kausal atau menurut
terminologi Weber sendiri disebut dengan verstehen.
Dalam Paradigma Definisi Sosial terdapat tiga teori yang termasuk di
dalamnya, antara lain:
1. Teori Aksi
2. Teori Interaksionisme Simbolik
3. Teori Fenomenologi
Penelitian ini akan menggunakan teori aksi (action) yang menekankan
bahwa individu menentukan sendiri barang sesuatu yang bermakna bagi dirinya
sendiri. Jadi sebagai subyek, manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai
tujuan yang bermakna bagi dirinya, sehingga teori ini relevan untuk menjelaskan
strategi petani padi.
Terdapat beberapa asumsi fundamental Teori Aksi yang dikemukakan oleh
Hinkle dengan merujuk karya Mac Iver, Znaniecki dan Parsons sebagai berikut22
1. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subyek
dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek.
:
2. Sebagai subyek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu. Jadi tindakan manusia bukan tanpa tujuan.