1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini persoalan kepemimpinan selalu memberikan kesan yang menarik. Suatu organisasi atau perusahaan akan berhasil atau bahkan gagal, sebagian besar di tentukan oleh kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan suatu topik bahasan yang klasik, namun tetap sangat menarik untuk diteliti karena sangat menentukan berlangsungnya suatu organisasi. Kepemimpinan itu esensinya adalah pertanggungjawaban. Masalah kepemimpinan masih sangat baik untuk diteliti karena tiada habisnya untuk dibahas di sepanjang peradaban umat manusia. Terlebih pada zaman sekarang ini yang semakin buruk saja moral dan mentalnya. Ibaratnya, semakin sulit mencari pemimpin yang baik (good leader). Pemimpin yang baik sebenarnya pemimpin yang mau berkorban dan peduli untuk orang lain serta bersifat melayani. Tetapi, kenyataannya berbeda. Bila kita lihat sekarang para pemimpin kita, dari lapisan bawah sampai lapisan tertinggi, dari pusat hingga ke daerah-daerah. Banyak pemimpin yang hadir dengan tanpa mencerminkan sosok pemimpin yang seharusnya, malah terlihat adanya pemimpin-pemimpin yang jauh dari harapan rakyat, tidak peduli dengan nasib rakyat bawah, dan hampir tidak pernah berpikir untuk melayani masyarakat. Karena kepemimpinan mereka lebih dilandasi pada keinginan pribadi dan lebih mengutamakan kepentingan kelompok. Gaya kepemimpinan diaartikan sebagai perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku organisasinya (Nawawi, 2003:113). Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerjasama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi (Malayu, 2000:167). Bentuk kepemimpinan yang diyakini dapat mengimbangi pola pikir dan refleksi paradigma-paradigma baru dalam arus globalisasi dirumuskan sebagai kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan transfromasional digambarkan sebagai kepemimpinan yang membangkitkan atau memotivasi pegawai untuk dapat berkembang dan membangkitkan atau memotivasi pegawai untuk dapat berkembang dan mencapai
74
Embed
BAB I PENDAHULUAN Purnomo.pdf3. Pengumpulan dan pengambilan data dilakukan observasi secara langsung yaitu dengan cara wawancara dan kuesioner. 4. Perhitungan pengambilan data menggunakan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam era globalisasi ini persoalan kepemimpinan selalu memberikan kesan
yang menarik. Suatu organisasi atau perusahaan akan berhasil atau bahkan gagal,
sebagian besar di tentukan oleh kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan suatu
topik bahasan yang klasik, namun tetap sangat menarik untuk diteliti karena
sangat menentukan berlangsungnya suatu organisasi. Kepemimpinan itu
esensinya adalah pertanggungjawaban. Masalah kepemimpinan masih sangat baik
untuk diteliti karena tiada habisnya untuk dibahas di sepanjang peradaban umat
manusia. Terlebih pada zaman sekarang ini yang semakin buruk saja moral dan
mentalnya. Ibaratnya, semakin sulit mencari pemimpin yang baik (good leader).
Pemimpin yang baik sebenarnya pemimpin yang mau berkorban dan peduli untuk
orang lain serta bersifat melayani. Tetapi, kenyataannya berbeda. Bila kita lihat
sekarang para pemimpin kita, dari lapisan bawah sampai lapisan tertinggi, dari
pusat hingga ke daerah-daerah. Banyak pemimpin yang hadir dengan tanpa
mencerminkan sosok pemimpin yang seharusnya, malah terlihat adanya
pemimpin-pemimpin yang jauh dari harapan rakyat, tidak peduli dengan nasib
rakyat bawah, dan hampir tidak pernah berpikir untuk melayani masyarakat.
Karena kepemimpinan mereka lebih dilandasi pada keinginan pribadi dan lebih
mengutamakan kepentingan kelompok.
Gaya kepemimpinan diaartikan sebagai perilaku atau cara yang dipilih dan
dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan
perilaku organisasinya (Nawawi, 2003:113). Gaya kepemimpinan adalah cara
seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerjasama dan
bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi (Malayu, 2000:167).
Bentuk kepemimpinan yang diyakini dapat mengimbangi pola pikir dan
refleksi paradigma-paradigma baru dalam arus globalisasi dirumuskan sebagai
kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksional.
Kepemimpinan transfromasional digambarkan sebagai kepemimpinan yang
membangkitkan atau memotivasi pegawai untuk dapat berkembang dan
membangkitkan atau memotivasi pegawai untuk dapat berkembang dan mencapai
2
kinerja atau tingkat yang lebih tinggi lagi sehingga mampu mencapai lebih dari
yang meraka perkirakan sebelumnya. Sedangakan kepemimpinan transaksional
digambarkan sebagai kepemimpinan yang memberikan penjelasan tentang apa
yang menjadi tanggung jawab atau tugas bawahan dan imbalan yang mereka
dapatkan jika mencapai standar tertentu.
Melihat betapa pentingnya peran dari sseorang pemimpin, maka seorang
pemimpin harus berkembang dalam hal gaya kepemimpinannya agar dapat
memimpin bawahannya dengan baik sehingga tujuan organisasi dapat dicapai
secara efektif dan efisien.
Berdasarkan uraian tersebut diatas dengan demikian peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian mengenai : “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap
kinerja Kerja Karyawan pada VP Reliability di PT Pertamina (Persero)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana gaya kepemimpinan yang ada di VP Reliability pada PT.
Pertamina (Persero) ?
2. Bagaimana kinerja karyawan pada VP Reliability?
3. Apakah ada hubungannya antara Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja
Karyawan?
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian ini, diperoleh batasan masalah sebagai berikut:
1. Objek penelitian dilakukan hanya pada karyawan di VP Reliability PT. Pertamina
(Persero).
2. Penelitian ini hanya menggunakan satu metode yaitu metode tinjauan dokumen
3. Pengumpulan dan pengambilan data dilakukan observasi secara langsung yaitu
dengan cara wawancara dan kuesioner.
4. Perhitungan pengambilan data menggunakan software SPSS
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada pertanyaan penelitian maka dapat disusun tujuan penelitian
sebagai berikut:
3
1. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang ada di VP Reliability pada PT.
Pertamina (Persero).
2. Untuk mengetahui kinerja karyawan di VP Reliability pada PT. Pertamina
(Persero).
3. Untuk mengukur sejauh mana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja
karyawan di VP Reliability pada PT Pertamina (persero).
1.5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian ini diatas maka hasil yang diperoleh dari kajian ini
akan dapat memberikan manfaat bagi seorang pemimpin dapat mengetahui
bagaimana bersikap sebagai seorang pemimpin yang baik serta mengetahui bahwa
gaya kepemimpinan dapat mempengaruhi kinerja karyawan untuk kebijakan
perusahaan di masa yang akan datang, mengetahui kepemimpinan dan tindakan apa
yang harus dilakukan bila menjadi pemimpin memberikan tambahan informasi
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan guna melakukan penelitian yang lebih
baik.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Administrasi
Kerjasama manusia yang didasarkan atas pertimbagan rasional guna
mencapai tujuan secara bersama sesuatu sekedar ada dalam pemikiran artinya apabila
kerja sama dilakukan tidak secra rasional proses administrasi tidak dapat tercapai
sepetti apa yang diharapkan. demikian pula implikasi lainya bahwa administrasi
dapat dipahami sebagai focus kajian dan kala itu dilakukan maka administrasi
dijadikan objek pengkajian, berbagai fenomena. administrasi dikaji dari berbagai sisi
dan dimensi atau aspek2 tertentu,sebagaimana aspek hukum yang melakukan
pengkajian terhadap administrasi yang melahirkan kajian hukun administrasi,
demikian pula dengan aspek-aspek lain seperti aspek pembangunan, aspek politik
sampai pada aspek teknik terhadap berbagai fenomena dari setiap instrumen
administrasi seperti instrument manusia, uang, peralatan, dan pasar sebagai sasaran
yang akan dicapai.
Sejak berkembangnya ilmu administrasi sebagai suatu ilmu pengetahuan,
maka administrasi terus dikembangkan melalui periode. Dengan hasil dari berbagai
penelitian, pengkajian, konsep rumus-rumus dan dalil-dalil administrasi atau
manajemen telah di sempurnakan sehingga menghasilkan berbagai teori seperti teori
birokrasi, teori motivasi, teori Herzberg yang menghasilkan dua jenis faktor dan teori
Mc C Cellend yang menjelaskan teori kebutuhan.
Sebagai ilmu pengetahuan maka jika diletakan dalam tertib keilmuan, ilmu
administrasi adalah tergolong sebagai ilmu yang mono disiplin, persyaratan yang
harus dipatuhinya yang menempatkan ilmu pengetahuan administrasi sebagai suatu
disiplin, suatu kebulatan mata ajaran yang dipelajari dan menjadikan seseorang yang
mempelajari menjadi seseorang memiliki keahlian spesifik, memiliki kompetensi
karena otoritas ilmu yang dimiliki, memiliki profesionalitas yang dapat diaplikasikan
di dalam kehidupan guna kemasyalahatan manusia baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Dengan demikian pengetian administrasi dikelompokkan dalam dua katagori
yaitu:
5
1. Pengertian Administrasi dalam Arti Sempit
Administrasi dalam arti sempit berasal dari bahasa Belanda yaitu
Administratie yang artinya pekerjaan menulis atau ketatausahaan.
Sedangkan menurut Tjeng Bing T ie yang dikutip oleh Fitriyanti (2007)
administrasi dalam arti sempit adalah sebagai pencatatan dan pemberian
bahan – bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan pimpinan.
2. Pengertian Administrasi dalam Arti Luas
Administrasi dalam arti luas Ordway Tead (Fitriyanti, 2007) merupakan
kegiatan yang harus dilakukan oleh pejabat eksekutif dalam suatu
organisasi yang bertughas mengatur, memajukan, dan melengkapi usaha
kerjasama sekumpulan orang yang sengaja dihimpun untuuk mencapai
tujuan tertentu.
2.1.1 Pengertian Adminsitrasi Bisnis
Istilah administrasi bisnis adalah ilmu sosial yang mempelajari proses kerja
sama antara dua orang atau lebih dalam upaya mencapai suatu tujuan merupakan
ilmu yang berfokus pada perilaku manusia. Sebagai ilmu administrasi mempunyai
objek, subjek dan metode. Objek dari ilmu administrasi adalah orang – orang
dengan perilakunya, subjek yang dipelajari adalah bentuk atau bagian serta
mekanisme kerja sama, sedangkan metode merupakan cara atau pemikiran yang
dikembangkan untuk mencapai tujuan dari kerjasama tersebut.
Di Indonesia masih jarang ditemui para ahli atau pelaku administrasi yang
memberikan definisi dari sudut pandang yang secara komprehensif. Selama ini
masih sangat sedikit definisi tentang administrasi niaga.Admisnistrasi Niaga atau
yang sekarang menjadi popular dengan sebutan Administrasi Bisnis, adalah bagian
dari ilmu-ilmu sosial yang mempelajari proses kerja sama antara dua orang atau
lebih dalam upaya mencapai suatu tujuan, merupakan ilmu yang berfokus pada
perilaku manusia. Administrasi sebagai salah satu bagian dari ilmu pengetahuan
yang membahas masalah-masalah sosial berada pada sebuah sistem terbuka yang
mempelajari proses kerja sama. Sebagai ilmu, administrasi merupakan sebuah
6
sistem terbuka. Sebagai sebuah sistem terbuka Ilmu Administrasi berkembang
melalui tahap-tahap yang pada setiap tahapnya menciptakan pengetahuan baru yang
berangkat dari permasalahan yang dihadapi.
Berikut ini pengertian dan definisi Administrasi Bisnis menurut beberapa ahli
antara lain:
1. Prajudi (1982) menjelaskan bahwa “Ilmu Administrasi Niaga atau Ilmu
Administrasi Bisnis adalah cabang ilmu administrasi yang secara khas
mempelajari administrasi daripada dan terdapat di dalam organisasi-
organisasi bisnis, dengan pengertian bahwa yang dimaksud dengan bisnis
hanyalah bisnis yang mengejar laba (profit, winst), atau yang
mempergunakan laba sebagai indikator daripada efisiensi operasinya.
Sebagian besar atau terbesar daripada organisasi-organisasi niaga tersebut
merupakan perusahaan”.
2. Sondang (2010) mendefinisikan Administrasi Niaga sebagai keseluruhan
kegiatan mulai dari produksi barang dan / atau jasa sampai tibanya barang
atau jasa tersebut di tangan konsumen.
3. Poerwanto (2006) berpendapat bahwa, Administrasi Bisnis adalah
keseluruhan kerja sama dalam memproduksi barang atau kerja sama dalam
memproduksi barang atau jasa yang dibutuhkan dan diinginkan pelanggan
hingga pada penyampaian barang atau jasa tersebut kepada pelanggan
dengan memperoleh dan memberikan keuntungan secara seimbang,
bertanggung jawab dan berkelanjutan.
2.1.2 Ruang Lingkup Administrasi Bisnis
Ilmu Administrasi sebagai bagian dari ilmu-ilmu sosial merupakan ilmu
terapan, yaitu ilmu yang langsung mempunyai kaitan dan manfaat pada kegiatan
manusia. Sebagai bagian dari ilmu-ilmu sosial Ilmu Adminstrasi berkembang pesat
selaras dengan perkembangan dinamika kerjasama antar manusia yang makin
kompleks. Kuatnya arus perkembangan studi dalam administrasi menciptakan
7
berbagai bidang kajian yang pada perkembangan selanjutnya melahirkan
spesialisasi pada disiplin ilmu tertentu.
Disiplin-disiplin ilmu yang muncul sebagai akibat dari arus studi
administrasi, organisasi manajemen secara berkesinambungan menghasilkan
disiplin-disiplin ilmu yang menjadi bagian dari ilmu administrasi, diantaranya, Ilmu
Administrasi Negara, Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis, dan Ilmu Administrasi
Internasional serta masih terus berkembang. Masing-masing disiplin mempunyai
cirri-ciri sendiri dan melahirkan ruang lingkup studi yang baru. Ruang lingkup studi
administrasi mencakup berbagai aspek yang didasarkan pada proses kerja sama.
Sondang (2010) mendepenelitiankan terdapat Sembilan kajian yang termasuk
dalam ruang lingkup studi administrasi yaitu: 1) Filsafat; 2) Administrasi; 3)
Manajemen; 4) Kepemimpinan; 5) Human Relations; 6) Organisasi; 7)
Administrasi Negara; 8) Administrasi Niaga; dan 9) Manusia.
Prajudi (1980) mengembangkan ruang lingkup studi administrasi yang
didasarkan pada konsep kerja yang terdiri dari: 1) Manajemen; 2) Organisasi; 3)
Komunikasi; 4) Kepegawaian; 5) Keuangan; 6) Perbekalan; 7) Hubungan
masyarakat; dan 8) Tata Usaha.
Ruang lingkup Administrasi Niaga, meliputi: manusia, masyarakat, dan
administrasi sebagai suatu interaksi sosial, pengertian sistem sebagai falsafah dasar
bagi administrasi, tata usaha dan informatika, organisasi sebagai corak hidup
manusia modern, manajemen dalam perspektif pertumbuhannya, pembuatan
keputusan manajerial, perencanaan manajemen, pengawasan manajerial serta
beberapa segi pelengkap administrasi dan bisnis. Administrasi pada intinya
melingkupi seluruh kegiatan dari pengaturan hingga pengurusan sekelompok orang
yang memiliki diferensiasi pekerjaan untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Administrasi dapat berjalan dengan dua atau banyak orang terlibat di dalamnya.
2.2 Organisasi
Organisasi adalah bentuk kegiatan kerjasama yang teratur guna mencapai
hasil yang bermutu sesuai keinginan manuasia yang bermutu sesuai keinginan
manusia yang terlibat dalam kerjasama itu. Oleh karena itu berorganisasi bukan saja
penting bagi kehidupan manusia akan tetapi justru menjadi kodrati manusia sejak
8
awal keberadaanya dalam kehidupan baik daam kedudukannya sebagai individu dan
apalagi dalam kapasitas sebagai anggota masyarakat.
Organisasi adalah bentuk formal dari sekelompok manusia dengan tujuan
individualnya masing-masing (gaji, kepuasan kerja, dll) yang bekerjasama dalam
suatu proses tertentu untuk mencapai tujuan bersama (tujuan organisasi). Agar tujuan
organisasi dan tujuan individu dapat tercapai secara selaras dan harmonis maka
diperlukan kerjasama dan usaha yang sungguh-sungguh dari kedua belah pihak
(pengurus organisasi dan anggota organisasi) untuk bersama-sama berusaha saling
memenuhi kewajiban masing-masing secara bertanggung jawab, sehingga pada saat
masing-masing mendapatkan haknya dapat memenuhi rasa keadilan baik bagi
anggota organisasi/pegawai maupun bagi pengurus organisasi/pejabat yang
berwenang.
Pada awalnya, pengertian organisasi masih dalam persfektif struktural
dimana bangunan atau kerangka yang terbentuk didasarkan pada pemenuhan
keinginan, kebutuhan, insting manuasia yang memungkinkan manusia berinteraksi
antara sesamanya, sehingga bentuk dari organisasi sesuai kerangka dari kebutuhan,
keinginan, insting yang ingin dicapai oleh para anggotanya dalam satu kesatuan
organisasi. disinilah dimungkinkan besarnya kecilnya suatu organisasi terbentuk
sesuai luas dan sempitnya tujuan yang diinginkan.
Konsepsi organisasi yang terumus berdasarkan persfektif pra klasik serta atas
dasar realitas kehidupan yang terbentuk oleh ajaran keahlian, berjalan dan
berlangsung sesuai zamannya hingga muncul zaman renaissance pada abad
pertengahan, abad mulai munculnya industrialilasi pada negara-negara didaratan
Eropa Kontinenta; serta sejumlah negara-negara di kawasan Amerika seperti negara
Amerika Serikat dan teori organisasi yang berkembang sampai saat ini ada 3 yaitu:
1. Teori Organisasi Klasik
Teori ini biasa disebut dengan “teori tradisional” atau disebut juga “teori
mesin”. Berkembang mulai 1800-an (abad 19). Dalam teori ini organisasi
digambarkan sebuah lembaga yang tersentralisasi dan tugas-tugasnya
terspesialisasi serta memberikan petunjuk mekanistik structural yang kaku tidak
mengandung kreatifitas.
9
Dikatakan teori mesin karena organisasi ini menganggap manusia bagaikan
sebuah onderdil yang setiap saat bisa dipasang dan digonta-ganti sesuai kehendak
pemimpin.
Definisi organisasi menurut Teori Klasik:
Organisasi merupakan struktur hubungan, kekuasaan-kekuasaan, tujuan-
tujuan, peranan-peranan, kegiatan-kegiatan, komunikasi dan faktor-faktor lain
apabila orang bekerja sama.
Teori organisasi klasik sepenuhnya menguraikan anatomi organisasi formal.
Empat unsur pokok yang selalu muncul dalam organisasi formal:
a. Sistem kegiatan yang terkoordinasi
b. Kelompok orang
c. Kerjasama
d. Kekuasaan dan kepemimpinan
Sedangkan menurut penganut teori klasik suatu organisasi tergantung pada
empat kondisi pokok: kekuasaan, saling melayani, doktrin, disiplin, sedangkan
yang dijadikan tiang dasar penting dalam organisasi formal adalah:
a. Pembagian kerja (untuk koordinasi)
b. Proses skalar dan fungsional (proses pertumbuhan vertikal dan
horizontal)
c. Struktur (hubungan antar kegiatan)
d. Rentang kendali (berapa banyak atasan bisa mengendalikan bawahan)
2. Teori Organisasi Modern
Konsepsi modern pada hakikatnya telah diaplikasikan sejak awal penerapan
prinsip-prinsip manajemen universal yang dikembangkan oleh Taylor dan Fayol
walaupun dalam pemikiran struktural fungsional atau dalam pemikiran klasik
Perjalanan teori organisasi klasik dari awal hingga diperlakukannya
pendekatan perilaku yang pada puncaknya pada tahun 1960,untuk kemudian
bergeraknya penggunaan tenaga kerja oleh perusahaan dan industri yang
menyerap tenaga kerja yang banyak, melahirkan pendekatan baru terhadap
keberadaan setiap organisasi.
10
Pendekatan kontingensi yang dipandang sebagai pendekatan baru yang
memberikan bebagai kemunginan yang dapat membentuk organisasi, menjadikan
organisasi berdasarkan teori organisasi modern berada dalam jumlah yang banyak
sesuai kemungkinan yang menghendakinya. Namun, di dalam pendekatan
demikian itu, maka teori organisasi modern tetap menggunakan pendekatan
rasional mekanistik yang pada gilirannya, setiap organisasi secara teoritik akan
selalu berada dalam suatu sistem, suatu yang terdiri dari begitu banyak bagian-
bagian dalam suatu keseluruhan.
3. Teori Organisasi Postmodernisme
Postmodernisme adalah suatu pemikiran mutakhir, pemikiran yang
didasarkan pada petimbangan probabilitas atau yang biasa disebut dengan
pemikiran quantum. Postmodernisme adalah pemikiran yang muncul setelah
terjadi krisis ilmu dimana semua teori tidak dapat lagi digunakan untuk
memecahkan masalah.
Jika pada teori organisasi klask dan teoriorganisasi modern, terbentunya suaru
organisasi berangkat dari struktur sebagai pola dasar pengaturan,dan pelaksanaan
pengaturannya didasarkan pada tujuan yang diinginnya serta orientasi yng
menjadi sasaranya sehingga pada kedua teori sebelum postmodernism struktur
dibuat untuk antisipasi tujuan dan orientasi yang diinginkan,maka pada teori
organisasi postmodernism, struktur nya bersifat disipatif. Maksud sebagai suatu
struktur yang mampu menyusuaikan secara sendiri dari segala tuntutan
lingkungan yang berubah. jika struktur dikatakan sebagai pola, maka pada
postmodernisme, pola pengaturan akan mengkuti pola tuntutan lingkungan yang
berubah dan dinamis.
Dalam penelitian organiasi dari perspekif postmodern atau katakanlah
sebagai teori kritis, tekanan ditempatkan pada sistem kekuasaan, penggunaan
bahasa dialektik yang mendefinisikan hubungan, dan bermacam-macam peranan
dan kerugian akan bermanfaat terhadap kehidupan organisasional.
2.3 Manajemen
11
Secara konseptual, managemen dapat dirumuskan sebagai kegiatan
pencapaian tujuan dengan menggunkaan cara dan pemikiran orang lain, Dari
rumusan ini mengandung makna bahwa kegiatan yang berisikan kekuatan untuk
dapat menggerkaan orang lain tanpa paksa akan tetapi dengan menalarkan pemikiran
kedalamnya sehingga setiap manusia dibelakang kegiatanya akan bergerak sesuai
yang diinginkan oleh tujuan yang dikehendaki bersama tanpa paksaan akan tetapi
rasa tanggung jawab bersama, dan rasa kepemilikan bersama atas tujuan yang
dicapai.
Managemen mempunyai pengertian sebagai proses berarti serangkaian
tahapan kegiatan mulai dari menentukan sasaran sampai berakhirnya
sasaran/tercapainya tujuan, sedangkan arti fungsi managemen adalah tugas atau
kegiatan. Akan tetapi proses dan fungsi dalam hal tampaknya mempunyai pengertian
yang sama.
Fungsi-fungsi administrasi sama dengan fungsi-fungsi managemen,
perbedaanya adalah bahwa fungsi-fungsi administrasi diterapkan untuk mencapai
tujuan secara keseluruhan, sedangkan fungsi-fungsi managemen diterapkan untuk
mencapai tujuan sektoral. Managemen dalam melaksanakan fungsi-fungsi
merupakan alat utama pelaksaan administrasi.
Konsep dan teori manajemen secara konseptual, manajemen dapat diartikan
sebagai penatalaksanaan dan di lain sisi, dapat diartikan sebagai pengelolaan.
Pengertian penatalaksaan memberikan makna adanya upaya penyusunan kegiatan
agar tercipta keteraturan dan pengaturan sehingga tercapai efektifitas dan efesiensi
yang diharapakan, sedangkan pengelolaan mengandung makna penyelenggaraan
kegitaan yang secara sistematis guna mencapai tujuan secara efektif efisien.
Baik penatalaksaan maupun pengelolaan,konsep managemen lahir dari upaya
penyelidikan baik itu yang dilakukan oleh kaum praktis maupun lebih utama hasil
yang dilakukaan oleh para ilmuan,sehingga dalam perkembangannya mengalami
tingkat kemajuan yang sangat pesat hingga mendesak menjadi satu kajian disiplin
yang paling banyak diminati.
Hasil kajian para ahli terhadap managemen melahirkan banyak konsep teori
dan pemikiran, yang secara berturut-turut sebagai berikut :
1. Managemen sebagai suatu sistem (management as a system) yang berarti
manajeman adalah suaru kerangka kerja yang terdiri dari berbagai bagian
12
yang secara keseluruhan salin berkaitan yang diorganisasi sedemikian rupa
dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
2. Managemen sebagai suatu proses (management as a process) yang berarti
bahwa manajemen adalah serangkaian tahapan kegiatan yang di arahkan
pada pencapaian suatu tujuan dengan memanfaatkan semksimal mungkin
sumber-sumber yang ada.
3. Managemen sebagai suatu fungsi (management as a function) yang berarti
bahwa managemen mempunyai kegiatan-kegiatan tertentu yang dapat
dilakukan sendiri-sendiri tanpa menunggu selesainya kegiatan yang
lain,sekalipun kegiatan-kegiatan yang lainya saling berkaitan dalam
rangka pencapaian tujuan organisasi.
4. Managemen sebagai suatu ilmu pengetahuan (management as a scicense)
yang berarti bahwa managemen adalah suatu ilmu yang bersifat inter
disipliner dengan menggunakan bantuan ilmu-ilmu sosial,filsafat dan
matematika.
5. Managemen sebagai suatu kumpulan orang (management as people) yang
berarti bahwa managemen dapat dipakai dalam arti kolektif untuk
menunjukan jabatan kepemiminan di dalam organisasi, misalnya
kelompok pimpinan atas,kelompok pimpinan tengah dan kelompok
pimpinan bawah.
6. Managemen sebagai kegiatan yang terpisah (mangement as a saparate
activity) yang berarti managemen mempunyai kegiatan tersendiri jelas
terpisah dari pada kegiatan teknis lainya.
7. Managemen sebagai suatu profesi (management as a profession) yang
berati bahwa mangemen mempunyai bidang pekerjaan atau bidang
keahlian yang tertentu.seperti bidang-bidang lainya.
2.4 Human Relation
13
Hubungan kemanusiaan dalam administrasi adalah hubungan manusia dalam
peran dan statusnya sebagai atasan terhadap atasan sesamanya, dan antara atasan
dengan bawahan dan antara bawahan dengan sesamanya bawahanya.
Dalam permulaan Revolusi Industri,dalam suatu organisasi perusahaan
dikenal 2 (dua) unsur yaitu : Pemilik (manager) dan Resources(sumber), Manusia
yang bekerja dianggap sebagainya bagian dari Resource,Jadi manusia disamakan
dengan mesin-mesin.termasuk pula bahan-bahan mentah,Maka lahirlah istilah mesin
menjalankan mesin.Ini menggambarkan kedudukan manusia yang di samakan
dengan mesin.Kemudian terjadi beberapa perubahan-perubahan atau gerakan-
gerakan yang merupakan permulaan dari timbulnya gerakan Human relations, antara
lain di pelopori oleh : Robert Owen(1800) Fredrick W Taylor (1900),Elton Mayo
(1935) Teori human relation dalam administrasi adalah teori yang mencakup
berbagai aspek atau unsur esensial dari administrasi, oleh karena setiap apa yang
menjadi unsur atau inti administrasi selalu nampak adanya hubungan administrasi
dalam kontektualisanya adalah kerjasama, dan dalam kerjasama dapat dipastikan
terjadi hubungan yang bisa saja bersifat integral,dimungkinkan pula hubungan dis
harmoni yang bisa memungkinkan terjadi dis integrasi hingga konflik yang
mengakibatkan bubarnya kerja sama dalam konteks administrasi. Oleh karena
dasarnya adalah hubungan dalam kerjasama makaa dalam inti-inti selanjutnya selalu
di warnai oleh hubungan manusia, apakah hubungan itu berlangsung formal atau
tidak.
2.5 Kepemimpinan
2.5.1 Pengertian Kepemimpinan
Seiring perkembangan zaman, Kepemimpinan secara ilmiah mulai
berkembang bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yang lebih dikenal
dengan ilmu tentang memimpin. Hal ini terlihat dari banyaknya literature yang
mengkaji tentang kepemimpinan dengan berbagai sudut pandang atau perspektifnya.
Kepemimpinan tidak hanya dilihat dari bak saja, akan tetapi dapat dilihat dari
penyiapan sesuatu secara berencana dan dapat melatih calon-calon pemimpin.
14
Kepemimpinan mengacu pada suatu proses untuk menggerakan sekumpulan
manusia menuju ke suatu tujuan yang telah ditetapkan dengan dorongan bawahan
bertindak dengan cara memaksa, untuk itu terlebih dahulu haru diketahui arti dari
kepemimpinan tersebut. Kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting
dalam manajemen. Oleh karena itu dikatakan bahwa kepemimpinan adalah inti dari
manajemen (leadhership is the key to management). Setiap orang dapat menjadi
seorang pemimpin atau manajer dalam bidang tertentu, karena hampir setiap orang
mempunyai pengaruh atas orang lain. Dengan latihan-latihan tertentu pengaruh
tersebut akan dapat bertambah, tetapi belum tentu seorang manajer dapat menjadi
seorang pemimpin yang baik dengan kemampuan leadership (kepemimpinan) yang
dimilikinya. Leadhership membutuhkan penggunaan kemampuan dan pengembangan
bakat seseorang secara aktif untuk dapat mempengaruhi orang lain dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang definisi kepemimpinan,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. H. Malayu S.P Hasibuan, (2001:93) kepemimpinan adalah cara seseorang
pemimpian mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan
bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Terry, (2004:121) mengemukakan sebagai berikut : “Leadership is the
relationship in which one person, the leader, influence other to work
together willingly on related task to attain that which the leader desires”.
Yang artinya kepemimpinan adalah hubungan dimana satu orang yakni
pemimpin mempengaruhi pihak lain untuk bekerja sama secara sukarela
dalam usaha mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan untuk mencapai
hal yang diinginkan oleh pemimpin tersebut.
3. Blanchard, (2002:80) memberikan pengertian kepemimpinan adalah “An
effective leader is able to adapt his style of leader behavior to the needs of
situation and the follower”. Yang artinya kepemimpinan yang efektif itu
adalah seorang pemimpin yang mampu menyesuaikan gaya
kepemimpinannya menurut situasi yang tepat dan dapat memenuhi
keinginan bawahannya.
4. Davis, (2001:13) berpendapat bahwa: “Leadership is the principle
dynamic force is organization that stimulates, motivates and coordinates
15
the organizational in the accomplishment of its objective”, yang artinya
kepemimpinan adalah kekuatan dasar yang dinamis dalam suatu organisasi
yang merangsang, mendorong dan mengkoordinasikan usaha-usaha suatu
organisasi untuk mencapai sasarannya.
Efektivitas kepemimpinan merupakan hasil bersama antara pemimpin dan
orang-orang-orang yang akan dipimpin. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
seorang pemimpin yang produktif dan efektif adalah pemimpin yang dapat
beradaptasi dengan situasi dan dapat menjalankan peran kepemimpinannya didalam
suatu lingkup internal maupun eksternal.
Bila kita perhatikan dari definisi-definisi yang telah dikemukakan diatas
dapat dilihat bahwa terdapat persamaan dalam definisi kepemimpinan dari para ahli,
yang pada dasarnya bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang
melekat pada diri seorang pemimpin, yang pada hakekatnya meliputi suatu hubungan
dengan manusia atau bawahannya agar mereka mau membentuk kerjasama kea rah
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, jadi penekanan masalah kepemimpinan ini
adalah pengertian yang diberikan oleh davis, (2001:15) yang menggambarkan
leadership (kepemimpinan) sebagai kegiatan yang akan merangsang, mendorong dan
mengkoordinasikan usaha-usaha suatu organisasi dalam mengerjakan sasarannya,
maka faktor kecakapan pemimpin sebagai leader dalam melakukan fungsinya
tersebut akan berpengaruh terhadap keberhasilannya.
Seorang leader (pemimpin) harus mempunyai dasar kekuatan untuk
mempengaruhi bawahan atau kelompok bawahan dalam menjalankan fungsiny,
Menurut Winardi, (2001:68) ada 5 (lima) dasar kekuatan yang dapat mempengaruhi
bawahan. Untuk tujuan peningkatan mutu dari faktor leadership tersebut diperlukan
pengetahuan tentang syarat-syarat atau sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin. Mengenai sifat dan syarat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
mengenai sifat dan syarat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, winardi,
(2001:90) menyatakan ada 10 (sepuluh) syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi
seorang leader yang baik, yaitu:
1. Energy, adalah bahwa seorang pemimpin itu harus memiliki kekuatan
yang penuh semangat karena ia menghadapi bidang aktivitas rohani dan
jasmani yang memakan waktu lebih lama dari jam kerja biasanya, ia
16
merupakan yang selalu giat bekerja karenanya diminta syarat energy yang
penuh.
2. Emotional Stability, syaratnya diminta agar seorang pemimpin itu tidak
mudah berprasangka negative terhadap langkah-langkah yang diambil
bawahannya. Seorang pemimpin tidak boleh lekas marah, tetapi
sebaliknya dia harus lebih memiliki kepercayaan kepada dirinya sendiri
yang cukup kuat.
3. Knowledge of Human Relation, syaratnya adalah bahwa seorang
pemimpin harus mempunyai pengetahuan yang sangat luas tentang
manusia dan antar manusia, karena pekerjaan pemimpin itu erat sekali
hubungannya dengan manusia atau bawahannya.
4. Empati, merupakan syarat kepemimpinan yang berupa tuntutan adanya
kesanggupan dari calon pemimpin untuk melihat suatu masalah secara
obyektif serta dapat memahami pendapat orang lain, baik yang berupa
haknya kepercayaan atau pendiriannya.
5. Objectivity, syaratnya menghendaki agar pemimpin tidak bertindak atas
dasar emosi tetapi selalu atas dasar fakta dan alas an yang rasional serta
dapat dimengerti oleh orang lain. Untuk itu diperlukan ketelitian dan
kesanggupan untuk memahami situasi serta dapat memilih langkah-
langkah yang tepat.
6. Personal Motivation, syarat ini dimaksudkan agar pimpinan mempunyai
keingiann yang kuat dari dalam dirinya sendiri untuk menjadi pimpinan
yang bersedia berkorban sepenuhnya dalam mengisi jabatan tersebut.
7. Communicative skill, syaratnya adalah kecakapan untuk berkomunikasi
maksudnya agar pimpinan sanggup dan dapat menyampaikan keinginan
dan perintahnya dengan cara-cara yang baik sehingga dapat dimengerti
oleh bawahannya.
8. Teaching Ability, yang dimaksud dengan syarat ini adalah kesanggupan
untuk mengajar, artinya agar pemimpin itu dapat memajukan pengetahuan
dan kecakapan dari para bawahannya supaya mereka benar-benar dapat
menjalankan tugasnya dengan cara yang selalu berkembang, juga
pemimpin harus dapat memberikan contoh-contoh yang pantas ditiru oleh
bawahannya.
17
9. Social Skill, syarat ini menghendakji agar pemimpin mempunyai
pengetahuab dan kecakapan dalam hubungan-hubungan social agar
terjalin kepercayaan dan kesetiaan dari bawahannya, peramah dan mampu
menghargai orang lain.
10. Technical Competence, syarat ini menuntut agar pemimpin memiliki