1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi Humas sebagai sumber informasi terpercaya saat ini sangatlah penting. Melalui berbagai programnya Humas dijadikan jembatan penghubung pemberian informasi dari suatu organisasi atau institusi kepada khalayak luas. Besarnya pengaruh penyebaran informasi menjadi tantangan tersendiri untuk Humas. Jika dilihat saat ini Indonesia telah memasuki era dimana keterbukaan informasi terjadi begitu penting hampir di seluluh pelosok Indonesia melalui berbagai media komunikasi, Seperti melalui media masa yang meliputi media cetak dan elektronik. Selain itu dengan adanya kemajuan teknologi komunikasi, keterbukaan informasi juga mulai merambah ke media sosial yang melibatkan teknologi internet, sehingga keterbukaan informasi berjalan begitu cepat dan menyebar luas dikalangan masyarakat. Hal tersebut menyebabkan banyaknya informasi yang tidak dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya . Saat ini masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan berita hoax. Masalah yang selalu ditimbulkan dengan adanya berita hoax dikalangan masyarakat membuat banyaknya kepedulian untuk memberantas penyebaran berita hoax. Hal tersebut juga kerap kali dikaitkan dengan ujaran kebencian yang bertujuan pada tindak kejahatan terhadap individu, RAS atau kelompok tertentu, dalam undang-
16
Embed
BAB I PENDAHULUAN...2 undang penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian telah mempunyai landasan hukum tersendiri yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia No.19 tahun
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fungsi Humas sebagai sumber informasi terpercaya saat ini sangatlah
penting. Melalui berbagai programnya Humas dijadikan jembatan penghubung
pemberian informasi dari suatu organisasi atau institusi kepada khalayak luas.
Besarnya pengaruh penyebaran informasi menjadi tantangan tersendiri untuk
Humas.
Jika dilihat saat ini Indonesia telah memasuki era dimana keterbukaan
informasi terjadi begitu penting hampir di seluluh pelosok Indonesia melalui
berbagai media komunikasi, Seperti melalui media masa yang meliputi media cetak
dan elektronik. Selain itu dengan adanya kemajuan teknologi komunikasi,
keterbukaan informasi juga mulai merambah ke media sosial yang melibatkan
teknologi internet, sehingga keterbukaan informasi berjalan begitu cepat dan
menyebar luas dikalangan masyarakat.
Hal tersebut menyebabkan banyaknya informasi yang tidak dapat di
pertanggung jawabkan kebenarannya . Saat ini masyarakat lebih mengenalnya
dengan sebutan berita hoax.
Masalah yang selalu ditimbulkan dengan adanya berita hoax dikalangan
masyarakat membuat banyaknya kepedulian untuk memberantas penyebaran berita
hoax. Hal tersebut juga kerap kali dikaitkan dengan ujaran kebencian yang
bertujuan pada tindak kejahatan terhadap individu, RAS atau kelompok tertentu,
dalam undang-
2
undang penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian telah mempunyai
landasan hukum tersendiri yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia
No.19 tahun 2016 tentang perubahan atas undang-undang No.11 tahun 2008 tentang
informasi dan transaksi elektronik. Pada Undang-Undang tersebut terdapat pasal
khusus yang bermuatan tentang penyebaran hoax dan ujaran kebencian, pasal tersebut
adalah Pasal 27 ayat 3 yang menyebutkan melarang setiap orang dengan sengaja dan
tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat di
aksesnya informasi elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan
penghinaan dan/atau pencemaran nama baik. (KEMENINFO, 2016)
Berdasarkan hal tersebut membuat semangat Polri sebagai lembaga yang
bertugas mengamankan dan mengayomi masyarakat Indonesia untuk ikut serta dalam
pemberantasan berita hoax dan ujaran kebencian yang marak di masyarakat. Maka
kepolisian Republik Indonesia menugaskan seluruh jajaran kepolisian untuk membuat
suatu program kampanye yang bertajuk “Memberantas Hoax Dan Ujaran Kebencian”.
Hal tersebut juga dilakukan oleh Humas Polres Tangerang Selatan yang merupakan
objek penelitian penulis.
Saat ini kasus peyebaran berita hoax dan ujaran kebencian telah menjadi
perhatian Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang disampaikan pada pidatonya
dalam rangka hari Pers Nasional yang jatuh pada 9 Februari 2018. Pada pidatonya
beliau menilai bahwa masyarakat Indonesia kini cenderung bergeser mengkonsumsi
berita di media sosial, bahkan isu hoax dan ujaran kebencian dapat menciptakan
perpecahan jika terus dibiarkan. Karena itu, Presiden telah memerintahkan Kapolri
Jenderal Tito Karnavian menindak tegas kasus-kasus penyebaran hoax dan ujaran
3
kebencian, Presiden juga meminta seluruh pers dan masyarakat Indonesia bersama-
sama menghentikan penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian. (Detik.com, 2018)
Pada pelaksanaannya Polres Tangerang Selatan membidik beberapa target
sasaran diantaranya sekolah-sekolah, tokoh agama, Ormas (Organisasi Masyarakat)
dan masyarakat umum. Sebagai bentuk mencari dukungan Polres Tangerang Selatan
juga berkerjasama dengan beberapa media dalam mempublikasikan program
kampanye tersebut baik media lokal maupun media nasional.
Adapun tujuan dari program kampanye ini untuk membuka kesadaran
masyarakat bahwa menyebarkan berita hoax dan ujaran kebencian dapat memecah
belah NKRI, membuat masyarakat Indonesia lebih peduli dengan penyebaran berita
berita hoax. Serta membuat masyarakat sadar hukum atas undang-undang ITE, bahwa
setiap orang yang menyebarkan berita hoax dan ujaran kebencian dapat diperkarakan
ke jalur hukum.
Berdasarkan hal yang penulis kemukakan di atas program kampanye yang
dilakukan oleh Humas Polres (Kepolisian Resort) Tangerang Selatan dalam
memberantas berita hoax dan ujaran kebencian pada pelaksanaan kampanye akan
memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya penyebaran berita hoax dan
ujaran kebencian, yang dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2018 di Desa Lengkong
Kulon dan tanggal 06 April 2018 di Telaga Sefood BSD. Sehingga penulis
berkeinginan menjadikan Program kampanye tersebut sebagai fokus Tugas Akhir
dengan judul “Program Kampanye Humas Kepolisian Resort Tangerang Selatan
dalam Upaya Memberantas Berita Hoax dan Ujaran Kebencian”.
4
1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud
Maksud dari penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk Tugas Akhir sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui bentuk upaya Humas Polres Tangerang Selatan dalam
memberantas berita hoax dan ujaran kebencian di masyarakat.
2. Mengetahui cara penyampaian edukasi kepada masyarakat terhadap berita hoax
dan ujaran kebencian yang berpotensi memecah belah NKRI.
3. Mengetahui bagaimana cara Humas Polres Tangerang Selatan mengajak
masyarakat untuk berpartisipasi dan berperan aktif dalam pemberantasan berita
hoax dan ujaran kebencian.
1.2.2. Tujuan
Tugas Akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program
Diploma Tiga program studi Hubungan Masyarakat Akademi Komunikasi Bina Sarana
Informatika Jakarta.
1.3. Metode Penelitian
Menurut Sugiyono metode penelitian adalah “Metode penelitian merupakan
cara ilmiah mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan,
dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk
memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bisnis.” (Sugiyono,
2015)
5
1.3.1. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono bahwa “teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak
akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.”(Sugiyono,
2015)
Sedangkan menurut Nazir menjelaskan bahwa “Pengumpulan data adalah
prosedur yang sistematik dan berstandar untuk memperoleh data yang diperlukan.
Secara umum metode mengumpulkan data dapat dibagi atas beberapa kelompok, yaitu:
”Metode pengamatan langsung, metode dengan menggunakan pertanyaan, metode
khusus.” (Nazir, 2014)
Melalui penjabaran diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam
melakukan riset dan penelitian dibutuhkan teknik pengumpulan data untuk medapatkan
data yang memenuhi standar yang di tetapkan. Sehingga dalam melakukan penelitian
harus mendapatkan data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan ke benarannya.
Pada Tugas Akhir ini penulis melakukan teknik pengumpulang data sebagai berikut:
1. Observasi
Menurut Widoyoko observasi merupakan “pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap unsur-unsur yang nampak dalam suatu gejala pada objek
penelitian.” (Widoyoko, 2014)
6
Sedangkan menurut Kartono mengatakan “observasi adalah studi yang
disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan
jalan pengamatan dan pencatatan.” (Abidin, 2015)
Menurut Siregar mengatakan teknik pengumpulan data dengan observasi dapat
dibedakan berdasarkan keterlibatan pengamat dan cara pengamatan. Jika berdasarkan
keterlibatan pengamat dibagi dua yaitu:
a. Observasi Partisipan
Teknik pengumpulan data dengan cara ini dimana pengamat ikut serta
terlibat kegiatan-kegiatan yang dilakukan subjek yang diteliti atau yang
sedang diamati.
b. Observasi tak partisipan
Dimana pengamat diluar subjek yang sedang diteliti atau diamati.
Berdasarkan cara pengamat dibagi dua:
1) Observasi Tersuktur
Teknik pengumpulan data dengan cara ini pengamat dalam proses
pengumpulan data menggunakan pedoman pengamatan.
2) Observasi tak berstruktur
Pengumpulan data dengan cara ini pengamat dalam proses
pengumpulan data tidak menggunakan pedoman pengamatan. (Siregar
2013)
Pada saat penulis melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan untuk
penyusunan Tugas Akhir ini penulis menggunakan teknik observasi dengan
mengikuti kegiatan “Program Kampanye Humas Polres Tangerang Selatan dalam
7
Memberantas Berita Hoax dan Ujaran Kebencian”. Penelitian yang dilakukan dengan
cara mendatangi sekolah-sekolah, ormas, dan tokoh masyarakat dan melakukan
edukasi bahwa berita hoax dan ujaran kebencian dapat memecah belah NKRI.
Jika dilihat berdasarkan jenis observasi maka penulis masuk dalam jenis
observasi partisipasi, dimana peneliti terlibat langsung dalam program kampanye
yang dilakukan Polres Tangerang Selatan.
2. Wawancara
Menurut Nazir yang dimaksud dengan wawancara adalah “proses memeperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka
antara sipenanya atau pewawancara dengan yang ditanya atau responden dengan
menggunakna alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara)”. (Nazir,
2014)
Menurut Yusuf wawancara merupakan:
Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa wawancara (interview) adalah suatu
kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara (interviewer)dan
sumber informasi atau orang yang diwawancarai (interviwee) melalui
komunikasi langsung. Dapat pula dikatakan bahwa wawancara merupakan
percakapan tatap muka (face to face) antara pewawancara dan sumber
informasi, dimana pewawancara bertanya langsung tentang suatu abjek yang
teliti dan telah dirancang sebelumnya. (Yusuf, 2014)
Sedangkan pendapat berbeda dikemukaan oleh Kriyantono menyatakan
wawancara adalah percakapan antara periset yang berharap mengumpulkan
infromasi dan informan seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting
tentang suatu objek. Sebagaimana pendapatnya wawancara terbagi dalam beberapa
jenis yaitu:
a. Wawancara Pendahuluan
8
Wawancara tidak bersistematika, tidak terkontrol, informal, terjadi begitu
saja, tidak diorganisasikan atau terarah. Wawancara ini menjadi pembuka
yang bisa membuat informan terbujuk untuk menyampaikan informasi
kepada periset dan dilanjutkan pada wawancara mendalam.
b. Wawancara Terstruktur (Structured Interview)
Wawancara yang menuntut periset untuk mengajukan pertanyaan yang
susanannya telah disusun sebelumnya, jawaban biasanya sudah dibaku,
dan akan dipilih dari beberapa jawaban yang telah disediakan periset.
c. Wawancara Semistruktur (Semistructured Interview)
Pewawancara biasanya mempunyai daftar pertanyaan tertulis, akan tetapi
memungkinkan untuk menanyakan pertanyaan secara bebas, yang terkait
dengan permasalahan.
d. Wawancara Mendalam (Depth Interview)
Suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung
bertatapmuka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan
mendalam. (Kriyantono, 2015)
Berdasarkan teknik wawancara terdapat dua jenis sumber informasi yaitu:
a. Key Informan
Menurut Ruslan key informan adalah “orang utama yang merupakan
kunci diharapkan menjadi narasumber atau informan kunci dalam suatu
penelitian.” (Ruslan, 2016)
9
Sedangkan menurut Morissan “key informan adalah orang-orang yang
memiliki pengetahuan khusus dibidang tertentu dan memiliki posisi
pimpinan pada lingkungannya.” (Morissan, 2014)
b. Informan
Menurut Ardianto “informan adalah orang yang dapat memberikan
keterangan atau nformasi mengenai masalah yang sedang diteliti dan
dapat berperan sebagai narasumber selama proses penelitian”. (Ardianto,
2014)
Sedangkan menurut Ahmadi menyatakan:
Informan dalam penelitian kualitatif disebut dengan responden, yaitu
orang yang memberikan informasi terkait dalam penelitian yang
digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian, akan didapatkan
informasi yang diharapkan, dapat berupa tulisan atau perkataan, yang
disebut sebagai data primer, yaitu orang yang tahu dan dapat dipercaya
serta mengetahui secara mendalam mengenai data-data yang diperlukan.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini Peneliti memusatkan sumber data
pada subyek penelitian yaitu informan. (Ahmadi, 2014)
Berdasarkan penjabaran diatas maka penulis masuk dalam jenis wawancara
semistruktur (Semistructured Interview) dimana penulis sebelumnya telah
menyiapkan susunan wawancara, namun penulis juga menanyakan pertanyaan
kepada nasasumber diluar draf pertanyaan yang sudah dibuat.
Jenis informasi yang dimiliki yaitu, satu key informan dan dua informan. Key
informan yang dimiliki peneliti adalah Bapak IPTU Sarman, SH yang merupakan
KASUBBAG HUMAS di Polres Tangerang Selatan. Sedangkan informan 1 bernama
Alydaziah Nabila seorang warga Desa Lengkong Kulon dan informan 2 bernama
Riman Sidik wartawan dari media online Nawacita.com.
10
3. Kepustakaan
Menurut Sugiyono studi kepustakaan merupakan langkah awal dalam metode
pengumpulan data. Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang
diarahkan kepada pencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen
tertulis, foto-foto, gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung
dalam proses penulisan ilmiah. (Sugiyono, 2015)
Sedangkan menurut Nazir pengertian “studi kepustakaan adalah teknik
pengumpulan data dengan dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-
buku, literatur-literatur, catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan
masalah yang dipecahkan”. (Nazir, 2014)
Pada proses penyusunan Tugas Akhir ini penulis juga menggunakan proses
kepustakaan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam melengkapi hasil
penelitian yang dikerjakan oleh penulis. Kegiatan kepustakaan yang dilakukan
penulis ialah mencari buku referensi diberbagai tempat seperti toko buku,
perpustakaan, dan internet.
4. Dokumentasi
Menurut Kriyantono menyimpulkan bahwa dokumentasi dengan melakukan
analisis terhadap dokumen-dokumen: newsletters perusahaan, berita-berita
media, materi presentasi dari public relations yang berisi program-program PR,
buku, majalah dari perusahaan, VCD yang diproduksi korban, regulasi
pemerintah, dan artikel-artikel di internet. (Kriyantono, 2015)
Sedangkan menurut Ruslan dokumentasi ialah:
Dokumentasi (Documentation), dalam arti luas adalah yang terkaitan dengan
kegiatan menghimpun, mengolah, menyeleksi, dan menganalisis kemudian
mengevaluasi seluruh data, informasi dan dokumen tentang suatu kegiatan,
peristiwa, atau pekerjaan tertentu yang dipublikasikan baik melalui media
elelektronik maupun cetak dan kemudian disimpan secara teratur dan
sistematis. (Ruslan, 2016)
Berdasarkan teori diatas, selama melakukan penelitian penulis menggunakan
teknik dokumentasi berupa data-data mengenai Program Kampanye Humas Polres
11
Tangerang Selatan dalam Upaya Memberantas Berita Hoax dan Ujaran Kebencian,
yang di dapatkan dari pihak Polres Tangerang Selatan. Adapun arikel-artikel yang
berkaitan dengan program kampanye tersebut hasil dari transkrip dari media online,
wawancara, serta foto-foto yang didapatkan penulis dari hasil mengikuti kegiatan
Kampanye tersebut.
1.3.2. Metode Analisa Data
Menurut Gunawan menyatakan bahwa:
Analisis data merupakan bagian sangat penting dalam penelitian ini karena dari
analisis ini kan diperoleh temuan, baik temuan subtantif maupun formal. Pada
hakikinya, analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan,
mengelompokan, member kode/tanda, dan mengkategorikannya sehingga
diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab.
Analisis data adalah pencarian atau pelacakan pola-pola. (Gunawan, 2014)
Sedangkan menurut Sugiyono “Analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain.” (Sugiyono, 2015)
Maka dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini penulis menggunakan
beberapa metode analisis data dalam upaya menemukan temuan-temuan baru melalui
kasus yang penulis teliti dan metode analisis data yang dipergunakan penulis sebagai
berikut:
1. Pendekatan Kualitatif
Menurut Bungin tentang Pendekatan Kualitatif adalah “hasil-hasil penelitian
kualitatif memberi sumbangan kepada ilmu pengetahuan, tahan ilmu penelitian
12
kualitatif melampaui berbagi tahapan berfikir kritis-ilmiah, yang mana seorang
peneliti memulai berfikir secara induktif.” (Bungin, 2015)
Sedangkan menurut Ardianto “Penelitian kualitatif yang juga disebut penelitian
interpretatif atau penelitian lapangan adalah suatu metodelogi yang dipinjam dari
ilmu sosiologi dan antropologi dan diadaptasi kedalam setting pendidikan (termasuk
komunikasi pen).” (Ardianto, 2014)
Bila dilihat adanya kajian tersebut maka metode penelitian kualitatif adalah
metode yang sesuai dengan metode yang peneliti gunakan untuk memperdalam
penelitian yang dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir. Hal tersebut dikarenkan
peneliti ingin memahami secara keseluruhan dari fenomena yang diangkat oleh
peneliti.
2. Metode Analisa Deskriptif-Kualitatif
Terdapat beberapa pendapat mengenai metode analisa deskriptif-kualitatif
diantaranya ialah:
Menurut Ardianto menyatakan penelitian deskriptif-kualitatif yaitu:
Penelitian deskriptif adalah data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif
lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar dari pada angka. Hasil
penelitian berisi kutipan-kutipan dari data untuk mengilustrasikan dan
menyediakan bukti presentasi. Data tersebut mencangkup transkip wawancara,